• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA DISABILITAS DALAM EKSISTENSI SOSIAL SEBAGAI SUBJEK (SELF) (Studi Pada Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA DISABILITAS DALAM EKSISTENSI SOSIAL SEBAGAI SUBJEK (SELF) (Studi Pada Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA DISABILITAS DALAM EKSISTENSI SOSIAL SEBAGAI SUBJEK (SELF)

(Studi Pada Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi

OLEH:

JIVITA DWI CAHYANI

(201210310311064)

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

LEMBAR ORISINILITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau atau pendapat yang pernah diteliti

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah

ini dan disebutkan dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

Malang, 19 April 2016

(6)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Teriring syukur kehadirat-Mu ya Rabb Karya

Skripsi Ini saya persembahkan Kepada Kedua

Orang tua:

Bapak Nur Salim

Ibu Nur Hayati

Serta Adik:

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmad serta Hidayahnya, sehingga penulis menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul Upaya Disabilitas Dalam Eksistensi Sosial Sebagai Subjek (Self)

(Studi Pada Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro).

Skripsi merupakan salah satu tugas penelitian yang harus dipenuhi

sebelum menyelesaikan studinya di program Sosiologi Universitas

Muhammadiyah Malang. Skripsi merupakan bentuk karya penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa sebelum mendapat gelar Strata 1 di jenjang perguruan

tinggi.

Terselesainya program skripsi didukung berbagai pihak yang

membantu. Sehingga penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Fauzan. M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Muhammad Hayat. MA selaku Ketua Jurusan Sosiologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Vina Salviana DS, M.Si selaku dosen pembimbing 1 yang tak lelah

untuk memberi dukungan, motivasi dan bimbingannya dalam

menyelesaikan Skripsi mulai dari seminar proposal sampai akhir dari ujian

Skripsi.

5. Kepada Rachmad K. Dwi Susilo. MA selaku dosen pembimbing 2 yang

(8)

vii Skripsi dan yang selalu mengingatkan saya untuk selalu bimbingan,

terimakasih bapak Rachmad.

6. Semua Dosen-Dosen Sosiologi yang telah memberikan ilmu-ilmunya

selama dalam bangku perkuliahan.

7. Staf dan Karyawan TU FISIP UMM yang telah memberikan pelayanan

terbaik.

8. Bapak Muhammad Sanawi, selaku Ketua dari Himpunan Disabilitas

Kabupaten Bojonegoro (HDKB) yang telah memberikan banyak informasi

dan pengetahuan selama melakukan penelitian.

9. Kepada semua anggota Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro

(HDKB) yang sudah bekerja sama sehingga penelitian ini berjalan dengan

lancar.

10.Saudara Prisma Hastian, terimakasih atas dukungan, semangat, serta

doanya.

11.Teman-teman Sosiologi angkatan 2012 UMM terimakasih kalian luar

biasa.

12.Kepada teman kosan perumahan Landungsari Asri Blok B, No:05 Malang

Dwi Afiani Rohmah dan Dwi Nur Riyana, terimakasih yang

sebanyak-banyaknya.

13.Kepada Hany dan Kartika terimakasih sudah memberikan motivasi serta

doanya.

14.Terimakasih kepada bapak ibu kos di Perumahan Landungsari, Blok B

(9)

viii 15.Terimakasih kepada semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan

namanya satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

Skripsi.

Apabila nantinya terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan

Skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga Skripsi

ini menjadi bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi referensi penelitian

selanjutnya.

Malang, 19 April 2016

(10)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

BERITA ACARA SKRIPSI ... iii

LEMBAR ORISINILITAS SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

1.5.1 Definisi Disabilitas ... 5

1.5.2 Definisi Eksistensi Sosial ... 6

1.5.3 Definisi Subjek (Self) ... 7

1.6Metode Penelitian... 7

1.6.1 Pendekatan Penelitian ... 7

1.6.2 Jenis Penelitian ... 8

1.6.3 Lokasi Penelitian ... 9

1.6.4 Subjek Penelitian ... 9

1.6.5 Fokus Penelitian ... 9

1.6.6 Terknik Penentuan Subjek ... 9

1.6.7 Sumber Data ... 10

1.6.8 Teknik Pengumpulan Data ... 10

1.6.9 Teknik Pengolaan Data ... 14

1.6.10 Teknik Analisa Data ... 14

(11)

xii

2.1.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 19

2.1.2 Konsep-Konsep Eksistensialisme ... 22

2.1.3 Aksesibilitas ... 26

2.2 Kerangka Teori... 26

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro ... 27

3.1.1 Deskripsi Geografis ... 28

3.1.2 Lahan Pertanian ... 28

3.1.3 Jumlah Kecamatan, Desa, Dusun, RT,RW ... 29

3.1.4 Jumlah Penduduk ... 30

3.4 Struktur Keorganisasian ... 34

3.5 Dasar Hukum ... 35

3.6 Jumlah Anggota HDKB ... 36

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 Penyajian Data ... 39

4.1.1 Gambaran Identitas Subjek ... 40

4.1.2 Profil Penyandang Disabilitas ... 42

4.1.3 Pandangan Disabilitas Dalam Masyarakat ... 46

4.1.4 Pandangan Disabilitas Mengenai Keberadaanya Sebagai Liyan Dalam Masyarakat ... 47

4.1.5 Eksistensi Sosial Disabilitas ... 70

(12)

xiii BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 1.2: Jumlah Anggota HDKB ... 36

Tabel 1.3: Daftar Subjek Penelitian ... 44

Tabel 1.4: Upaya Disabilitas Dalam Mengatasi Keberadaanya

Sebagai Liyan dalam Masayarakat ... 90

Tabel 1.5: Kategori Keberadaan Disabilitas Sebagai

Liyan Dalam Masyarakat ... 93

Tabel 1.6: Upaya Individu dan Kelompok

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Ketua HDKB Dalam Acara Seni “Gong” ... 77

Gambar 1.2: Memenuhi Undangan DPRD ... 78

Gambar 1.3: Pelatihan Menjahit ... 81

Gambar 1.4 Wawancara dengan Musadah ... 84

Gambar 1.5: Wawancara dengan Sukamto ... 87

Gambar 1.6: SIM D bagi Disabilitas ... 88

(15)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1: Analisis Data Interaktif ... 18

(16)

xvii

MOTTO HIDUP

Keberhasilan akan diraih dengan belajar

Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik

(17)

xviii

Filsafat dan Sayap. 2011. Malang: Widya Sasana Publication.

Hamersma, Harry.1992. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta : Gramedia

Ikbar, Yanuar.2012.Metode Penelitian Sosial Kualitatif Panduan Membuat Tugas Akhir/Karya Ilmiah.Bandung: PT Refika Aditama

Jhon W. Creswell, 2010. “ Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed”. Edisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lexy, J. Moleong. 2000. Metode Penelitin Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Lavine. T.Z. 2003. Sartre Filsafat Eksistensialisme Humanisme Seri Petualangan Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Soekanto, Soerjono, Sulistyowati, Budi. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajawaliGrafindo Persada.

Suharsaputra, Uhar.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama

Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Umum; Akal, dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf. A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Nurcahyo, Eko, Rio (09210005), 2015, Dukungan Sosial Penyandang Cacat Netra Malang. (Diakses pada tanggal 06/02/2016)

Fitria, Nurul (201110110311220). 2011, Pemenuhan Hak Aksesbilitas Sebagai Wujud Kesamaan Kesempatan Bagi Mahasiswa Penyandang Cacat Dalam Proses pendidikan. (Diakses pada tanggal 06/02/2016)

Nur, Sayyida, Aini (10255500220). 2012. Dinamika Penyandang Disabilitas Ditempat Magang Kerja. (Diakses pada tanggal 06/02/2016)

Hasbiansyah dalam jurnal Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi vol.9 nomor 1.(diakses pada tanggal 30/03/2016. Pukul 11:59)

http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=2826 &filename=Lampiran%20Terjemahan%20UU%2019%20Tahun%20201 1.pdf (Diakses pada tanggal 16/02/2016. Pukul 22:16)

Id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_bojonegoro.org (Diakses pada tanggal 20/03/16, 19:16)

http://surabaya.tribunnews.com/topics/berita-bojonegoro (Diakses Pada tanggal 22/03/2016. Pukul 8:45)

(18)

1 1.1 Latar Belakang

Masyarakat terdapat suatu sistem atau kebiasaan dan tata cara dari

wewenang dan kerjasama antar berbagai penggolongan, dan pengawasan tingkah

laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini

dinamakan masyarakat, masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial (menurut

Maclver dan Page).1 Manusia senantiasa mempunyai naluri untuk hidup bersama,

namun dari keseluruhan masyarakat terdapat sebagian kecil dari lapisan

masyarakat yang abnormal (disabilitas). Disabilitas harus menghadapi dan

menyesuaikan diri dengan masyarakat atau individu lainnya sebagai bentuk

pengakuan bahwa dirinya ada di dalam masyarakat dan mampu bertahan hidup

untuk memperjuangkan hak-hak yang harus mereka peroleh. Disabilitas memiliki

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non-disability.

Sebagai warga negara Indonesia sudah sepantasnya disabilitas

mendapat perlakuan khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan

terhadap berbagai bentuk diskriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai

pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Penyadang cacat seringkali diposisikan

sebagai kaum minoritas, baik secara struktural maupun kultural. Lebih dari itu

meraka juga merupakan kelompok termarjinalkan ditengah-tengah masyarakat,

mereka termajinalkan dalam berbagai dimensi mulai dari ekonomi, pendidikan,

politik dan lain sebagainnya.

1

(19)

2

untuk memperoleh hak hidup dan hak mempertahakan kehidupannya serta

memerlukan kebebasan tanpa terikat oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Bahkan secara ekstern keluarga masih menyembunyikan anggota keluarganya

yang disabilitas itu terutama di pedesaan, masyarakat masih memandang sebelah

mata terhadap keberadaan meraka. Fenomena ini terjadi di Desa Lengkong,

Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Kebanyakan dalam himpunan

disabilitas Kabupaten Bojonegoro adalah mereka yang mempunyai kecacatan fisik

yang berbeda-beda, yaitu Disabilitas fisik pada tangan, disabilitas pada kaki,

tubuh kerdil. Banyak tekanan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dalam

masyarakat salah satunya adalah pengucilan oleh orang tuanya sendiri, dengan

keadaan disabilitas sejak lahir maka orang tuanya malu mempunyai anak

sepertinya, sehingga ia tidak diperkenankan untuk berada di luar rumah. Secara

sosial penyandang disabilitas tersebut menghindar atau menarik diri dari

sekelompok orang dalam masyarakat, karena merasa dirinya berbeda dan dalam

dirinya mempunyai masalah karena ketidak-mampuan mereka menerima dan

menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat tempat mereka tinggal. Sehingga

seringkali mereka mendapat perlakuan tidak menyenangkan (diskriminasi) dalam

masyarakat, misalnya hak untuk memperoleh pengakuan, kebebasan dan hak

untuk hidup tanpa adanya nilai-nilai yang mengekang keberadaanya sehingga

mereka mampu menciptakan esksitensi pada diri mereka masing-masing.

Disabilitas ini sama-sama berkumpul dengan penyandang disabilitas

(20)

3

guna membangun kesadaran masyarakat bahwa meraka juga mempunyai hak dan

kebebasan yang sama dengan masyarakat lainya. Hal ini menjadi fenomena di

dalam masyarakat, sehingga mereka memperjuangkan apa yang mereka harapkan

supaya tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat lainnya dan mampu

bereksistensi di dalam lapisan masyarakat.

Mereka membentuk suatu himpunan antar orang-orang yang

mempunyai keterbatasan fisik, himpunan tersebut ialah HDKB (Himpunan

Disabilitas Kabupaten Bojonegoro). Anggota dari himpunan ini kurang lebih 100

orang yang semuanya tersebar disemua kecamatan-kecamatan di Bojonegoro.2

Penyandang disabilitas mempunyai masalah yang ada di fisik mereka

masing-masing mulai dari disabilitas kaki, disabilitas tangan, bentuk tubuh kerdil dan

lainnya. Kebanyakan dari anggota himpunan ini adalah laki-laki dan rata-rata

sudah berkeluarga. Penyandang disabilitas ini mempunyai banyak agenda yang di

antaranya adalah galang dana bersama anak-anak pondokan serta anak yatim di

Kabupaten Bojonegoro, banyak kegiatan yang sudah dilakukan oleh para

penyandang disabilitas ini salah satunya adalah dengan mengadakan

pengajian-pengajian di pondok pesantren.

Isu mengenai disabilitas dalam pembangunan berkelanjutan adalah

mengingat kembali prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam piagam

perserikatan bangsa-bangsa yang mengakui martabat dan nilai-nilai yang melekat

serta hak-hak yang setara dan tidak terpisahkan bagi seluruh anggota keluarga

2

(21)

4

merupakan hasil dari interaksi antara orang-orang dalam keterbatasan dalam

kemampuan dan sikap serta lingkungan yang menghambat partisipasi penuh dan

efektif mereka di dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.

Mengakui pentingnya pedoman prinsip dan kebijakan yang termuat dalam

program aksi dunia mengenai penyandang disabilitas dan dalam

peraturan-peraturan standar mengenai persamaan kesempatan bagi penyandang disabilitas

dalam mempengaruhi promosi, perumusan dan evaluasi atas kebijakan, rencana,

program dan aksi pada tingkat nasional, regional, dan international untuk lebih

menyamankan kesempatan bagi penyandang disabilitas. Menekankan pentingnya

pengarusutamaan isu-isu disabilitas sebagai bagian integral dari strategi yang

relevan bagi pembangunan yang berkesinambungan.3

Dari fenomena di atas maka menarik untuk diteliti mengenai

bagaimana keberadaan penyandang disabilitas sebagai liyan dalam masyarakat

dan upaya penyandang cacat dalam memperjuangkan eksistensi sosial sebagai

subjek (self), karena liyan tersebut dianggap tidak eksis dalam masyarakat.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai

berikut: Bagaimana upaya yang dilakukan oleh disabilitas dalam memperjuangkan

eksistensi sosial sebagai subjek (self)?

3

(22)

5

untuk Mengetahui upaya disabilitas dalam memperjuangkan eksistensi sosial

sebagai subjek (self).

1.4Manfaat

1. Secara teoritis: dapat memberikan kontribusi bagi pemahaman mengenai teori

psikoanalisis sosial, khususnya mengenai teori yang digagas oleh Jean Paul

Sartre mengenai filsafat eksistensialisme dengan konsep eksistensi, konsep

kebebasan, konsep liyan (The Others) dan konsep manusia (individu).

2. Secara Praktis: dapat dijadikan referensi bagi Himpunan Penyandang

Disabilitas yang serupa.

1.5Definisi Konsep

1.5.1 Definisi Disabilitas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan

kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa serapan bahasa inggris disability

(jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidak mampuan seseorang.4

Menurut UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang pengesahan hak-hak

penyandang disabilitas, penyandang disabilitas yaitu: orang memliki keterbatasan

fisik, mental, intelektual maupun sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui

4

(23)

6

Orang yang berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas) adalah orang

yang hidup dengan karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang

atau manusia pada umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah

memerlukan pelayanan khusus agar mereka mendapat hak-haknya sebagai

manusia yang hidup dimuka bumi ini. Orang berkebutuhan khusus ini memilik

definisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik atau

kemampuan IQ (Intelligent Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan

sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.

1.5.2 Definisi Eksistensi Sosial

Pemahaman secara umum eksistensi adalah keberadaan. Akan tetapi

eksistensi dalam kalangan filsafat eksistensialisme memiliki arti sebagai cara

berada manusia, bukan lagi apa yang ada, tetapi apa yang memiliki aktualisasi

(ada). Cara manusia berada di dunia berbeda dengan cara-cara benda.

Benda-benda tidak sadar akan keberadaanya, tak ada hubungan antar Benda-benda yang satu

dengan benda lainya, meskipun mereka saling berdampingan. Keberadaan

manusia diantara benda-benda itulah yang membuat manusia berarti. Cara berada

benda-benda berbeda dengan cara berada manusia. Dalam filsafat eksitensialisme

bahwa benda hanya sebatas “berada”, sedangkan manusia lebih apa yang

dikatakan “berada” bukan hanya sekedar ada tetapi bereksistensi. Hal inilah yang

menunjukkan manusia sadar akan keberadaan di dunia, berada di dunia, dan

5

(24)

7

adalah kesempurnaan, dengan kesesmpurnaan ini sesuatu menjadi suatu yang

eksisten.7

1.5.3 Definisi Subjek (Self)

Subjek (Self) adalah eksistensi untuk tetap dihargai oleh masyarakat

dan lingkungan sekitar sebagai dirinya sendiri. Sebagai subjek (self) penyandang

cacat harus bertindak dan berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu tanpa ada

nilai-nilai yang mengekang kebebasan tersebut dan tanpa memandang fisik

biologis dari disabilitas.

1.5.4 Definisi Liyan (The Others)

Pemahaman utama dari liyan adalah sesuatu yang lain dari manusia itu

sendiri atau yang berbeda darinya. Liyan merupakan sesuatu yang berdiri di luar

diri dan berbeda dari diri. Meskipun sesuatu yang terpisah dari diri, liyan

merupakan realitas yang juga mengukuhkan keberadaan diri.8 Dalam kenyataan

hidup sehari-hari setiap orang hadir bersama sama dengan orang lain dalam satu

ruang dan waktu. Tentunya interaksi antar-persona baik secara langsung maupun

tidak langsung tidak dapat dihindarkan. Dalam kontek perjumpaan dengan orang

lain ini Sartre menambahkan cara berada yang ketiga, yaitu “ada-bagi-yang lain”.

Cara berada ini selalu berciri konfliktual karena asetiap orang berusaha untuk

mendefinisikan dirinya di dalam yang lain dan menjadikan yang lain itu sebagai

objek.

6

Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Umum; Akal, dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Rosda Karya. Hal 218

7

Lavine. T.Z . 2003.Sartre Filsafat Eksistensialisme Humanis. Yogyakarta: Penerbit Jendela

8

(25)

8

penelitian guna memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu, serta informasi sesuai

yang telah terumuskan dalam rumusan masalah atau tujuan penelitian perlu desain

dan rencana menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam suatu bentuk

rumusan operasional metode dalam suatu penelitian, dimana metode penelitian

mengacu pada:

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan

kualitatif. Peneliti dalam pandangan kualitatif berusaha memahami peristiwa dan

kaitan-kaitanya dalam situasi tertentu. Kualitatif tidak berasumsi bahwa peneliti

mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka.

Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri menyajikan data dalam bentuk narasi,

deskriptif dari hasil wawancara, maupun observasi langsung dilapangan.

Ada beberapa alasan kuat yang membuat peneliti lebih memilih

penelitian jenis kualitatif dalam penelitian ini. Pertama, mengetahui pandangan

tentang keberadaan disabilitas dalam masyarakat. Kedua, mengetahui upaya yang

dilakukan disabilitas dalam memperjuangkan eksistensi sosial sebagai subjek

(self) yang mengharuskan peneliti terjun lapang pada lokasi penelitian untuk

penggalian lebih mendalam tentang masalah yang diangkat. Ketiga, peneliti akan

bertindak sebagai instrumen kunci yang akan mengumpulkan sendiri data yang

diperoleh dari beberapa sumber. Keempat, peneliti tidak hanya mengumpulkan

(26)

9 1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yang secara

langsung dapat menyajikan data yang diperoleh dari penelitian mengenai

penyandang disabilitas dalam eksistensi sosial sebagai subjek self.

Penelitian dengan jenis fenomenologi yaitu peneliti berusaha

memahami peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam

situasi-situasi tertentu.10 Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam, sedangkan

diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang

diteliti. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang

diteliti sedemikian rupa, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu

pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Terkait lokasi penelitian, objek penelitian ini di jalan Sutowijoyo, RT

05/01, Desa Lengkong, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Alasan

memilih lokasi ini tidak lain adalah karena lokasi ini merupakan Sekretariat dari

Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (HDKB).

1.6.4 Subjek Penelitian

Sesuai lokasi penelitian di atas, pemilihan subjek penelitian akan

terfokuskan pada anggota Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (HDKB)

9

Jhon W. Creswell. 2010. “ Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed”. Edisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

10

(27)

10 1.6.5 Fokus Penelitian

Bagaimana pandangan penyandang disabilitas tentang keberadaannya

sebagai liyan (The Others) dan upaya apa yang dilakukan oleh disabilitas dalam

memperjuangkan eksistensinya dan tidak dianggap sebelah mata oleh masyarakat,

sehingga keberadaan mereka diakui oleh masyarakat.

1.6.6 Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek yang dilakukan peneliti adalah

menggunakan Purposive Sampling, teknik penentuan subjek ini dengan

pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan

subjek dengan menentukan terlebih dahulu jumlah subjek yang hendak diambil,

kemudian pemilihan subjek dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan

tidak menyimpang dari ciri-ciri subjek yang ditetapkan. Dengan demikian ciri-ciri

penentuan subjek yang diambil yaitu:

1. Ketua Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (HDKB).

2. Anggota Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro.

1.6.7 Sumber Data

a. Data Primer: data primer merupakan data penelitian diperoleh secara

langsung sumber asli (tidak melalui perantara). Menurut Emory (1996) data

primer merupakan data dari sumber yang asli dikumpulkan secara khusus

untuk menjawab penelitian. Data primer yang didapat dengan melakukan

(28)

11

Data sekunder dapat berupa foto-foto dari dokumentasi.

1.6.8 Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data yang dilakukan model Trianggulasi dalam

penelitian fenomenologi menggunakan :

a. Epoche

Epoche ini mutlak harus ada. Terutama ketika menempatkan

fenomena dalam tanda kurung (bracketing method). Memisahkan fenomena dari

keseharian dan unsur-unsur fisiknya dan ketika mengeluarkan kemurnian yang

ada padanya. Jadi epoche adalah cara untuk melihat dan menjadi sikap mental

yang bebas. Epoche memberikan cara pandang yang sama sekali baru terhadap

informan. Informan yang diambil adalah para penyandang disabilitas Kabupaten

Bojonegoro. Menggunakan epoche peneliti dapat menciptakan ide, perasaan,

kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche membuat peneliti masuk ke dalam

dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk pemahaman akan diri

dan orang lain. Tantangan terbesar ketika melakukan epoche ini adalah terbuka

atau jujur dengan diri sendiri. Terutama dalam memberikan informan yang ada

di depan kesadaran memasuki area kesadaran peneliti, dan membuka dirinya

sehingga peneliti dapat melihat kemurnian yang ada padanya. Tanpa dipengaruhi

oleh segala hal yang ada dalam diri peneliti dan diri orang lain.11

11

(29)

12

pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah

menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana informan itu terlihat. Tidak

hanya dalam term informan secara eksternal, namun juga kesadaran dalam

tindakan internal, pengalaman, ritme, dan hubungan antara fenomena dengan

“aku” sebagai subjek yang mengamati. Fokusnya terletak pada kualitas dari

pengalaman, sedangkan tantangan ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan

makna dari pengalaman. Dengan demikian proses ini lebih dari satu kali.

Tahap-tahap yang terjadi pada reduksi fenomenologi adalah sebagai berikut:

1. Bracketing, atau proses penempatkan fenomena dalam tanda kurung,

dan memisahkan hal-hal yang dapat mengganggu untuk memunculkan

kemurnianya. Tahap awal ini peneliti mendeskripsikan sepenuhnya

fenomena yang dialami oleh para penyandang disabilitas. Seluruh

rekaman hasil wawancara mendalam dengan para penyandang

disabilitas yang ditranskripsikan ke dalam bahasa dan tulisan

2. Horizonalizing, atau membandingkan dengan persepsi orang lain

mengenai fenomena yang diamati, sekaligus mengoreksi atau

melengkapi proses Bracketing. Dari hasil transkripsi, peneliti

menginventarisasikan pernyataan-pertnyataan penting yang relevan

dengan topik. Pada tahap ini peneliti harus bersabar untuk menunda

penilaian (bracketing/epoche) yang artinya, unsur subjektifitasnya

jangan mencampuri upaya merinci point-point penting, sebagai data

(30)

13

(membangun) deskripsi menyeluruh mengenai makna dan esensi

pengalaman para penyandang disabilitas.

4. Mengelompokkan horizon-horizon ke dalam tema-tema tertentu dan

mengorganisasikan ke dalam deskripsi tekstural dari fenomena yang

relevan.12 Peneliti menuliskan apa yang dialami oleh para penyandang

disabilitas, selain itu juga dilakukan pula stuctural deskription

(deskripsi stuktural) yaitu menuliskan bagaimana fenomena itu dialami

oleh para penyandang disabilitas. Peneliti mencari segala makna yang

mungkin berasarkan refleksi peneliti sendiri berupa opini, penilaian,

perasaan, harapan subjek pnelitian tentang fenomena yang dialaminya.

c. Variasi Imajinasi

Variasai fenomenologi adalah mencari makna yang mungkin dengan

memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan

pendekatan fenomenologi dari perspektif, posisi, dan fungsi yang berbeda.

Tujuanya tiada lain adalah mencapai deskripsi struktural dari sebuah

pengalaman (bagaimana fenomena berbicara mengenai dirinya). Variasi

imajinasi, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi mungkin. Segala

pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang dapat diukur dan diletakkan

pada makna dan hakikatnya. Kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun

murni imajinatif. Variasi imajinasilah yang memungkinkan peneliti mengambil

12

(31)

14

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam tahap variasi imajinasi:

a. Sistematisasi struktur makna yang mungkin dengan mendasar pada

makna tekstural yang menuliskan bagaimana yang dialami oleh para

penyandang disabilitas.

b. Menggali tema-tema pokok dan konteks ketika fenomena muncul.

c. Menyadari struktur universal yang mengedepankan persamaan dan

pikiran dalam rangka rujukan fenomena.

d. Mencari dan mengilustrasikan tema struktur ivarian dan memfasilitasi

pembangunan deskripsi struktural dari fenomena. Peneliti mencari

segala makna yang mungkin berdasarkan refleksi peneliti sendiri

berupa opini, penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang

fenomena yang dialaminya.

d. Sistematika Makna dan Esensi

Tahap akhir dalam penelitian fenomenologi adalah integrasi intutif

dasar-dasar deskripsi tekstural kedalam suatu pernyataan yang menggambarkan

hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah

penegakan pengetahuan mengenai hakikat. Esensi tidak pernah terungkap secara

sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini

dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi reflektif

seseorang terhadap fenomena. Husserl menyimpulkan bahwa setiap fisik akan

13

(32)

15 1.6.9 Teknik Pengolaan data

Data yang terkumpul di analisis secara induktif dan berlangsung lama

pengumpulan data di lapangan dan dilakukan secara terus menerus. Reduksi data

adalah proses pengolaan data dari lapangan dengan memilah dan memilih, serta

menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai fokus

masalah penelitian. Kriteria reduksi yang digunakan adalah 15:

a. Arahkan perhatian langsung kepada fenomena dari pengalaman,

sebagaimana menampakkan diri.

b. Mendeskripsikan pengamatan itu dan jangan menerangkan.

c. Horizontalkan memberikan bobot yang sama terhadap

fenomena-fenomena yang secara langsung menampakkan diri.

d. Carilah dan telitilah struktur dasar yang tidak beraneka dari fenomena

itu.

1.6.10 Teknik Analisa Data

Penulisan laporan hasil penelitian berfungsi untuk memenuhi

beberapa keperluan. Pertama-tama, yang banyak dikenal di perguruan tinggi

laporan hasil penelitian dimanfaatkan untuk keperluan studi akademis.16 Laporan

penelitian skripsi ini menggunakan analisa kualitatif strategi fenomenologi yang

ditemukan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari:

14

Ibid hal 53

15

Suharsaputra, Uhar.2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama. Hal 218

16

(33)

16

kata-kata tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data penelitian atau kajian

yang sifatnya kualitatif adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat dan

diamati. Dengan demikian data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil

amatan, deskripsi wawancara, catatan harian atau pribadi, foto, pengalaman

pribadi, jurnal, cerita sejarah, agenda, surat-surat dan simbol-simbol yang melekat

pada diri seseorang dan banyak hal lain sebagai hasil amatan serta pendengaran.

2. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi awal muncul dari

catatan-catatan lapangan. Tahap reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis

sehingga peneliti tentang bagian data, pola-pola berkembang merupakan

pilihan-pilihan analisis. Langkah-langkah dalam tahap reduksi yaitu:

a. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi

dilokasi penelitian

b. Pembuatan catatan obyektif.

c. Membuat catatan reflektif.

d. Membuat catatan marginal.

e. Penyajian data.

f. Membuat memo.

g. Analisis antar lokasi.

(34)

17

merencanakan kinerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha

menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan

dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara

menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang

sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan

penelitian. Penyajian data yang baik merupakan langkah penting untuk menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan teruji kebenarannya.

4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data, seperti yang sudah dijelaskan bahwa

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila ditemukan bukti-bukti buat mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data.

Apabila kesimpulan ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang

kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke

lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.

Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap

terbuka untuk menerima masukan data, walaupaun data tersebut adalah data yang

tergolong tidak bermakna. Namun demikian peneliti pada tahap ini sebaiknya

telah memutuskan antara data yang mempunyai makna dan data yang tidak

(35)

18

Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu:

a. Mengecek representativeness atau keterwakilan data.

b. Mengecek data dari pengaruh peneliti.

c. Mengecek melalui trianggulasi.

d. Melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat

dipercaya.

e. Membuat perbandingan atau mengkontraskan data.

f. Menggunakan kasus ekstream yang direalisasi dengan memaknai data

negatif.

Bagan 1.1 Analisis Data Interaktif menurut Miles dan Huberman.

Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan

menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi

yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan

kesimpulan penelitian kualitatif diharapkan menjadi penemuan baru dan belum

Penyajian Data Penarikan

Kesimpulan

(36)

19

tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau

Gambar

Tabel 1.6: Upaya Individu dan Kelompok
Gambar 1.7: Perjuangan Kebujakan SIM D .....................................  89

Referensi

Dokumen terkait

Pengerjaan variasi soal kimia membutuhkan banyak latihan sehingga guru mengatasi masalah ini dengan menerapkan metode latihan (drill). Tulisan ini bertujuan memaparkan

MDLN telah membukukan penjualan lahan industri seluas 16,76 hektar pada 1Q17 di kawasan industri Modern Cikande Industrial Estate (MCIE).. MCIE, yang terletak di

Selain vegetasi alam yang diperoleh dari Hijauan Antara Tanaman (HAT) sumber pakan berasal dari limbah kelapa sawit yang dapat digunakan adalah pelepah dan daun kelapa

Berdasarkan ketentuan pada Bab V Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: SE.4/Men/III/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan

Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan hukum Mendel.. Semisal,

Adapun yang menjadi sasaran objek penelitian ini adalah aparat Kelurahan Surade di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi dalam upaya pemberdayaan sosial keagaamaan

Juga di tahun 2008, majalah Investor memberikan penghargaan Bank Syariah Terbaik 2008 kepada Danamon, dalam kategori Bisnis Unit Syariah Terbaik dengan aset lebih