• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNA RUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNA RUNGU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNA RUNGU

SKRIPSI

Oleh:

Merlina Nourmalita 07810023

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak

Tuna Rungu

2. Nama Peneliti : Merlina Nourmalita

3. NIM : 07810023

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 1 Juli – 11 Juli 2011

7. Tanggal Ujian : 19 Agustus 2011

Malang 19 Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Merlina Nourmalita

Nim : 07810023

Fakultas/ Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Tuna Rungu

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 24 agustus 2011

Ketua Program Studi yang menyatakan

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segenap puji syukur penulis panajtkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini dengan judul “ Proses penerimaan orang tua yang memiliki anak tuna rungu “, disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana pada program pendidikan psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dorongan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada Bapak Drs. Tulus Winarsunu M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Cahyaning Suryaningrum M.si selaku dosen pembimbing satu dan Ni’matuzzahroh M.Psi selaku dosen pembimbing dua yang ditengah kesibukannya mau menyisakan waktunya untuk membaca, mengoreksi, serta memberi bimbingan dan masukan yang sangat berarti sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

3. Kepada Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum selaku dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi selama penulis mengerjakan skripsi hingga dapat menyelesaikannya.

(6)

menjadi yang terbaik dan membuat papa amam bangga. Amiinnn adik sayang papa mama.

5. Mbakku tersayang Lettu CKM dr. Andina Wirathmawati dan dr. Intarina Rimayanti terima kasih atas kebersamaan, perhatian, curahan kasih sayang, semangat, dukungan dan doanya yang tulus.

6. Om Choirul, Tante Lilik, Tante Ana dan Tante Anik , makasih banyak ya om dan te untuk doa, dorongan, dukungan dan semangatnya.

7. Buat orang yang jauh disana terima kasih ya atas semangaaaaat dan dukungan-dukungan, saran, dan jalan keluar kalau merlin lagi bingung. Terima kasih juga perhatian, pengertian, dan kesabaran yang luar biasa dalam menemani merlin sehingga Karya Tulis Akhir ini dapat diselesaikan dengan tuntas.

8. Rastra dhika irdiansyah makasih buat selama ini sudah membantu merlin, mengerti kalau mer lagi capek kamu tetap memberikan semangat yang besar buat mer.terima kasih sebesar-besarnya ya.

9. Buat sahabat-sahabatku Rangers( Uti, Ririn, dian) makasih kita selalu sama-sama memberi dukungan, perhatian dan saling menyemangati. Dan sahabatku yang jauh( intan, eza, citra dan yugi ) walaupun jauh tapi kalian tetap dukung merlin, membuat merlin tetap semangat selalu.

10.Dan buat teman-teman Psikologi 07 tetap semangat dan kompak selalu. 11.Terima kasih juga untuk semua pihak yang belum tersebut namanya yang

telah membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata penulis masih menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan tugas akhir ini, meskipun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan terutama bagi penulis dan semua umat manusia di muka bumi, Aminnnn.

Malang, Agustus 2011 Penulis

(7)

vii

C. Proses Penerimaan Orang Tua yang Memilik Anak Tuna Rungu .... 12

(8)

E. Konteks Penelitian... 24

F. Tahapan Penelitian ... 24

G. Teknik Analisa Data ... 24

H. Keabsahan Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

1. Deskripsi Subyek ... 27

B. Deskripsi Data... 27

D. Pembahasan ... 28

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 4.1 : Proses Penerimaan Subyek Keluarga A Bapak ... 58

Bagan 4.2 : Proses Penerimaan Subyek Keluarga A Ibu ... 59

Bagan 4.3 : Proses Penerimaan Subyek Keluarga B Bapak ... 60

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 ...

Informed Concent Subyek Keluarga A Bapak ... 78

Informed Concent Subyek Keluarga A Ibu... 79

Informed Concent Subyek Keluarga B Bapak ... 80

Informed Concent Subyek Keluarga B Ibu ... 81

Lampiran 2 ... Guide Interview ... 82

Guide Interview Sumber ... 84

Hasil Wawancara Subyek Keluarga A Bapak ... 85

Hasil Wawancara Subyek Keluarga A Ibu ... 92

Hasil Wawancara Subyek Keluarga B Bapak ... 103

Hasil Wawancara Subyek Keluarga B Ibu ... 110

Hasil Wawancara Sumber Keluarga A………121

Hasil Wawancara Sumber Keluarga B……….122

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ali.M, Asrori.M. (2010), Psikologi remaja. Jakarta: PT bumi aksara.

Bastaman, H. (1996). Meraih hidup bermakna. Jakarta: Paramadina.

Chaplin, J.P. (2009), Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT raja grafindo persada.

Gordon, T. (1993). Menjadi orang tua efektif, petunjuk terbaru mendidik anak yang bertanggung jawab. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hendriani, W., Handariyati. R., & Sakti, T.M. ( 2006 ). Penerimaan keluarga terhadap individu yang mengalami keterbelakangan mental. Diakses 26

April 2011 dari http://www.journal.unair.ac.id/filerpdf.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak. Jilid 2, Edisi Keenam. Alih bahasa: dr. Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.

Laurent, J. (2010 ). Penerimaan orang tua terhadap anak penderita psoriasis.

Diakses 26 April 2011darihttp://www.

Papers.gunadarma.ac.id/index.php.psychology/article/view/193/194

Muhammad, J.K.A. (2008). Special education for special children. Jakarta : PT Mizan Pustaka.

Moleong, L.J. (2010 ). Metode pendekatan kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rachmayanti, S, & Zulkaida, A. (2008). Gambaran penerimaan orang tua terhadap anak autisme serta peranannya dalam terapi autism (Bab2). Diakses 26

(13)

xiii

Santrock, J. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup. Jakarta. Erlangga.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang anak dilahirkan di dunia dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada anak yang terlahir dengan kondisi yang normal tetapi ada juga anak yang terlahir dengan membawa “kelainan-kelainan”, seperti tuna rungu. Tuna rungu merupakan suatu bentuk kelainan yang berhubungan dengan pendengaran manusia. Kelainan ini menyebabkan seseorang tidak dapat menangkap bunyi-bunyian atahu suara secara normal bahkan tidak dapat menerima respon sama sekali.

(15)

2

Anak yang cacat (tuna rungu) akan mempunyai perasaan rendah diri yang berlebih, karena anak tuna rungu belum mampu menerima keadaan fisiknya yang tidak sempurna dibanding dengan anak yang normal. Banyak ditemukan anak tuna rungu yang mengalami hambatan dalam melakukan tugas perkembangan, seperti dalam berinteraksi dengan teman sebayanya baik di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.

Meskipun berbeda dari anak normal, pada dasarnya anak tuna rungu mempunyai hak-hak yang sama seperti anak normal. Anak tuna rungu sangat memerlukan teman bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka juga membutuhkan untuk dicintai, dihargai, serta diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Anak tuna rungu membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Akan tetapi pada kenyataannya, orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna rungu) seringkali menolak dan bahkan kecewa akan kondisi anaknya yang mengalami ke cacatan tersebut yang pada akhirnya orang tua tidak dapat menerima anaknya.

Menurut Safaria (2005) setiap orang tua pasti berbeda-beda reaksi emosionalnya waktu pertama kali mengetahui diagnosis anaknya. kebanyakan orang tua akan mengalami shock bercampur perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, dan marah ketika pertama kali mendengar diagnosis mengenai gangguan yang dialami oleh anaknya. Begitu pula dengan orang tua yang anaknya mengalami gangguan tuna rungu. Perasaan tak percaya bahwa anaknya mengalami tuna rungu kadang-kadang menyebabkan orang tua mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter untuk memastikan bahwa anaknya tidak mengalami kecacatan. Hal ini sangat memukul perasaan orang tua. Bagaimana tidak, anak yang sangat dicintainya harus menderita suatu gangguan yang menyebabkannya tidak berkembang secara kognitif, emosi, dan sosial sebagaimana anak-anak lainnya.

(16)

3

dan kasih sayang serta dukungan sosial dari orang tua terhadap kehadiran anak tuna rungu menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menguasai dan mempelajari bahasa isyarat dan kurang dapat melalui masa perkembangannya dengan baik.

Apabila orang tua menghargai anak sebagai individu seutuhnya, mencintai anak tanpa syarat serta memenuhi kebutuhan anak untuk mengekspresikan perasaan maka akan terbentuk sikap positif terhadap dirinya. Anak akan mampu menerima keadaan dirinya, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mampu menghargai sesama dan menerima tanggung jawab sosial, sehingga akan memunculkan kemampuan dalam penyesuaian diri di lingkungan sekitar maupun di sekolah, anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya tanpa mengalami kesulitan dan memperoleh pencapaian prestasi belajar dengan hasil yang sangat memuaskan.

Hal yang paling penting dan harus diingat oleh orang tua adalah selalu mengingat bahwa setiap anak mempunyai ciri khas. Orang tua jangan terlalu menjatuhkan vonis penilaian yang merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu tidak menerima kekurangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak akan menjadi rendah diri. Sikap menerima atahu menolak orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Maka penerimaan orang tua sangat penting bagi kondisi anak yang memiliki kekurangan. Penerimaan orang tua ditandai dengan perhatian yang besar dan kasih sayang pada anak (Hurlock, 1978). Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak. Untuk itu perlu adanya penerimaan dari orang tua terhadap anak yang memiliki cacat tuna rungu.

(17)

4

sampai-sampai pada tahap di mana orang tua benar-benar menerima keadaan anaknya yang mengalami tuna rungu.

Menurut Safaria (2005), faktor-faktor yang menyebabkan cepat atahu tidaknya seseorang menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya pada dasarnya tidak lepas dari penafsiran orang tua tersebut terhadap peristiwa yang dialaminya. Seringkali kita cenderung melihat suatu peristiwa dari sisi yang negatif dan jarang sekali kita melihatnya dari sisi positif. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses penerimaan, faktor yang pertama yaitu faktor keluarga yaitu adanya hubungan yang relatif harmonis antara ibu dengan ayah. Jika hubungan antara ibu dengan ayah relatif harmonis, maka keduanya akan lebih mampu saling bekerja sama dalam merawat, mendidik dan membimbing anaknya sehingga proses penerimaan pun akan lebih cepat terjadi. Sebaliknya jika hubungan antara ibu dengan ayah buruk, maka beban psikis yang dipikul keduanya akan bertambah berat. Kemudian yang kedua yaitu faktor lingkungan sosial, didalam lingkungan sosial mengembangkan sikap perhatian, dukungan, penerimaan, dan sikap empatik kepada sesama. Bersikap penuh pengertian, mau membantu dengan tulus, maka akan mendapatkan dukungan, perhatian dari orang lain. Mengembangkan hubungan yang suportif merupakan situasi yang timbal-balik, dua arah, dan saling mempengaruhi. Sehingga proses penerimaan pada anak tuna rungu akan lebih cepat terjadi.

(18)

5

dan hal yang demikian ini tentunya dapat mendukung dan menunjang kemajuan serta perkembangan anak secara optimal bagi anaknya tersebut.

Penerimaan bukan saja berdampak pada sang anak melainkan orang tuanya. Orang tua yang tidak dapat menerima anaknya akan mengalami permasalahan secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang tua mengalami penyakit stress seperti maag, migrain, stroke, lesu dan letih sedangkan secara psikologis orang tua mengalami gejala depresi, marah-marah, saling menyalahkan, kecemasan, kekhawatiran, merasa malu, perasaan putus asa, dan stress. Maka dari penjelasan diatas tersebut begitu pentingnya penerimaan orang tua terhadap anak dalam sebuah keluarga tersebut.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan mengenai proses penerimaan orang tua yang memiliki anak cacat tuna rungu dan dirumuskan judul penelitian : “ proses penerimaan orang tua yang memiliki anak tuna rungu”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Tuna Rungu”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan orang tua yang memiliki anak tuna rungu.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

(19)

6

kepercayaan dirinya kembali dan mendapatkan kasih sayang, perhatian, cinta dari orang tua dan keluarga yang lainnya.

2. Manfaat teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Bagi orang tua lain yang memiliki anak autis, diharapkan orang tua dengan. anak autis lainnya lebih termotivasi untuk mendidik dan

Memberikan gambaran tentang proses forgiveness pada orang tua yang memiliki anak hamil pranikah khususnya bagi para orang tua.

selain dalam bentuk – bentuk perilaku tersebut, penerimaan orang tua juga dapat dilihat dari tahapan penerimaan yang dilalui orang tua sejak mengetahui cerebral palsy yang di

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus, perbedaannya pada lokasi

 Penerimaan diri orang tua dapat terjadi apabila orang tua bisa untuk selalu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri, anak dan orang lain yang mengakui dan menerima

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui tingkat agresivitas orang tua terhadap anak tunagrahita di SLB Putra Jaya, mengetahui tingkat penerimaan orang

Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Reskia (2014), pendidikan orang tua yang tinggi memungkinkan orang tua memiliki kepercayaan diri yang

perbedaan pemahaman antara orang tua dan anak, ini juga merupakan kesulitan yang dialami oleh subjek yang memiliki anak tuna rungu, kesulitan untuk