• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sekunder Akibat Pembakaran Limbah Vegetasi Di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sekunder Akibat Pembakaran Limbah Vegetasi Di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau"

Copied!
348
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)

RESPON EKOSISTEM HUTAN RAWA GANIBUT SEKUNDER

AKIBAT PEMBAKARAN LIMBAI-I VEGETASI

DI DESA PELALAWAN KABUPATEN PELALAWAN

PROPINSI RIAU

OLEH:

AT1 DWI NURHAYATX

PROGRAM BASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(181)

ARSTRAK

AT1 DWI NURHAYATI. Respon Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sekunder Akibat Pembakaran Limbah Vegetasi di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. CECEP KUSMANA, M.S. sebagai ketua, Dr. Ir. BAMBANG HERO SAHARJO, M.Agr. dan Dr. Ir. GUNAWAN DJAJAKIRANA, M.Sc. sebagai anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak pembakaran limbah vegetasi di hutan rawa gambut terhadap kerusakan lingkungan pada setiap tingkat kematangan gambut (saprik, hemik, dan fibrik), terutama terhadap sifat-sifat tanah (fisik, kimia dan biologi tanah), kualitas air serta komposisi jenis vegetasi.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2001 sampai Mei 2002 di lahan gambut Desa Pelelawan, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pembakaran menyebabkan penurunan jumlah jenis semai dan peningkatan jumlah jenis tumbuhan bawah pada bulan ketiga dan keenam setelah pembakaran. Peningkatan jumlah jenis tumbuhan bawah disebabkan karena ketersediaan benih yang tinggi dan dengan adanya pencahayaan akibat pembakaran mampu merangsang perkecarnbahan benihnya. Berdasarkan hasil analisis sifat fisik tanah diketahui bahwa secara umum pembakaran limbah vegetasi menyebabkan peningkatan nilai

bulk density pada gambut saprik, namun cenderung menurun pada gambut hemik,

(182)

ABSTRACT

AT1 DWI NURHAYATI. Response of Secondary Peat Swamp Forest Ecosystem at Pelalawan Riau to Slashing and Burning. Under the supervisions of Prof. Dr. 1r.CECEP KUSMANA, M.S. as chairman, Dr. 1r.BAMBANG HERO SAHARJO, M.Agr and Dr. 1r.GUNAWAN DJAJAKIRANA, M.Sc. as members.

The response of three types of peat (according to the degree of peat decomposisition: sapric, hemic and fibric) to slashing and burning were studied at Pelalawan village, Riau. The objectives of the study were to investigate the effect of slashing and burning on the physical, chemical and biological properties of the peat soils, as well as water quality and plant species composition after burning. The study was conducted from August 2001 to May 2002. The fire has caused a decrease in the number of tree species and an increase in the number of undergrowth species three to six months after fire. Seeds of undergrowth species could germinate rapidly since they were more exposed to sunlight. The fire also has caused significant increase in bulk density at sapric and decrease at hemic site, but constant at fibric site. Porosity has decreased at sapric and hemic site, but constant at fibric site. Water holding capacity showed a decrease after fire at sapric and hemic site, but increase at fibric site. Permeability has decreased after fire for three type of peat soils. The fire tended to increase pH and total bases (Ca, Mg, Na, K) just after fire, but decrease 3 - 6 months after fire, due to

(183)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: "Respon Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sekunder Akibat Pembakaran Limbah Vegetasi di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau" adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2003

(184)

RESPON

EKOSISTEM HUTAN RAWA GAMBUT SEKUNDER

AKIBAT PEMBAKARAN LIMBAH VEGETASI

DI DESA PELALAWAN KABUPATEN PELALAWAN

PROPINSI RIAU

AT1 DWI NURHAYATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(185)

Judul Tesis : Resporl Ekosistem Hutan Rawa Gainbut Sekunder Akibat Peinbakaran Limbah Vegetasi Di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Nama Ati Dwi Nurliayati

Noiuor Pokok 1'1 4500027

Program Siudi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui

1 . Komisi Pembimbing

/---

Prof. Dr. Ir. H. Cecep Kusmana, M.S.

Ketua

Dr. Ir. barnbang Hero S a h ~ o J C A g r . Dr. 1r.Gunawan Di aiakirana. 14. Sc.

Ariggota Anggota

2. Ketua Program Stud1 Program Pascasarja~la

(186)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 juni 1977 di Bogor, Jawa Barat sebagai anak kedua dari dua bersaudara Keluarga Ir. H. Endang A. Musaeni dan Yanti S. Syulianti.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Polisi IV Bogor pada tahun 1989, keinudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor hingga tahun 1992. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor. Penulis memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000.

(187)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini t,epat pada waktunya. Karya Ilmiah yang berjudul "Respon Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sekunder Akibat Pembakaran Limbah Vegetasi di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau". Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada Prof Dr. Ir. H. Cecep Kusmana, M.S. sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Bambang

Hen,

Saharjo, M.Agr. dan Dr. 1r.Gunawan Qaj- M.Sc. sebajpi anggota komisi pembimbing, serta kepada Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc. sebagai dosen penguji, yang telah memberikan birnbingan, nasihat clan bantuan selama penulis melaksanakan p l i t i a n sampai pada penulisan tesis pada Program Pascasarjana W t u t Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasihku yang tidak terkiT'a kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahan& Endang A. Husaeni dan Ibunda Yanti S. Syulianti, juga kakakku teh Ika dan

Ka

Yayan atas segala doa, domngan semangat, perhatian dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis menyampaikan terima

kasih

yang sebesar-Wya

kepada

Bapak Dr. C.P. Munoz sebagai rnanaja lingkungan P.T Riau Andalan F'ulp and Paper yang telah men- dan memberikan peluang kepada penulis dan rekm-rekan

untuk

melakukan penelitian di wilayah PT. RAPP. Terima kasih juga kepada Karyawan dan Karyawati PT. RAPP, Bapak Ir. Haris Darsono, Ibu Ir. Irma, Bapak Toto dan Bapak Sukri yang selalu setia menemani dan membantu penulis serta rekan-rekan menjalankan penelitian.

Terima kasih

untuk

Mas Fajrin atas segala ban- dan doanya, teman seperjuanganku Ema yang selalu bersama-sama dalam suka maupun duka, kepada Ujang, Adin, Rahmat, Arief dan Pak Wardana terima

kasih

atas kebersamaan dan bantuannya selama penelitian. Terima

kasih

kepada Ibu Julaeha, Ibu Asih clan Bapak Jito yang telah bersedia membantu dalam melakukan analisis

di

Laboratorium Biologi Tanah. Terakhir terirna kasih

untuk

Omy, Ira, Iin, Asih dan Desy atas doa dan bantuannya.

Bogor, Januari 2003

(188)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

vii

DAFTAR GAMBAR

...

x

PENDAHULUAN

...

1

Latar Belakang

...

1

Rumusan Masalah

...

3

Tujuan Penelitian

...

4

Kerangka Teoritis

...

5

Hipotesis Penelitian

...

7

Manfaat Penelitian

...

8

...

TINJAUAN PUSTAKA

Kebakaran Hutan

...

Pengertian dan Proses Kebakaran Hutan

...

Penyebab Kebakaran Hutan

...

Tipe Kebakaran Hutan

...

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Api Bereaksi

...

Tinjauan Umum Hutan Rawa Gambut

...

Definisi dan Batasan

...

...

Pembentukan dan Penyebaran

Kondisi Vegetasi Hutan Gambut

...

Sifat dan Karakteristik Garnbut

...

Dampak Kebakaran Hutan Rawa Gambut

...

Darnpak Kebakaran Terhadap Vegetasi

...

Dampak Kebakaran Terhadap Tanah

...

Dampak Kebakaran Terhadap Kualitas Air

...

...

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

...

Variabel-variabel yang Diamati

...

Bahan dan Alat

...

Metode Pengambilan Contoh

...

Metode Pengambilan Data

...

Pengambilan Data Vegetasi

...

Pengambilan Data Tanah dan Air

...

Analisis Contoh Tanah

...

Analisis Contoh Air

...

Data Penunjang Penelitian

...

...

Analisa Data

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 41

(189)

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

...

Gambut S aprik

Kondisi Gambut Saprik Plot 1 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

Kondisi Gambut Saprik Plot 2 Sebelum dan Setelah Pembakaran

...

Kondisi Gambut Saprik Plot 3 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

...

Gambut Hemik

Kondisi Gambut Hemik Plot 1 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

Kondisi Gambut Hemik Plot 2 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

Kondisi Gambut Hemik Plot 3 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

Gambut Fibrik

...

Kondisi Gambut Fibrik Plot 1 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

Kondisi Gambut Fibrik Plot 2 Sebelum dan Setelah

...

Pembakaran

KESIMPULAN DAN SARAN

(190)

DAFTAR TABEL

No

.

Teks Halaman

Luas lahan gambut dan ketebalannya pada agroekosistem rawa di

...

Indonesia

Metode analisis sifat-sifat tanah

...

Metode analisis sifat-sifat air

...

Perilaku api dan faktor yang mempengaruhinya pada gambut saprik

.

Persentase bahan bakar permukaan yang terbakar di lokasi penelitian

...

saprik

Kedalaman dan luas gambut terbakar di lokasi penelitian saprik

...

Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dorninan di gambut saprik plot 1 sebelum clan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut saprik plot 1 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut saprik plot 1

...

Sifat-sifat fisik. kimia dan biologi gambut saprik di plot 1

...

Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut saprik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut saprik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut saprik plot 2 ... Sifat-sifat fisik. kimia dan biologi gambut saprik di plot 2

...

Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut saprik plot 3 sebelum dan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut saprik plot 3 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut saprik plot 3

...

Sifat-sifat fisik. kimia dan biologi gambut saprik di plot 3

...

Hasil analisis kualitas air di gambut saprik

...

Perilaku api dan faktor yang mempengaruhinya di lokasi penelitian

...

hemik

Persentase bahan bakar permukaan yang terbakar di lokasi penelitian

...

hemik

...

Kedalaman dan luas gambut terbakar di lokasi penelitian hemik Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut hemik plot 1 sebelum dan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut hemik

...

plot 1 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut hemik plot 1

...

...

Sifat-sifat fisik. kimia dan biologi gambut hemik di plot 1
(191)

Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut hemik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah pernbakaran

...

Beberapa indeks keanekaragaman jenis turnbuhan di gambut hernik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut hemik plot 2

...

Sifat fisik. kimia dan biologi ganbut hemik di plot 2

Indeks Nilai Penting

(INP)

beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut hemik plot 3 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut hernik

...

plot 3 sebelum clan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut hemik plot 3

...

Sifat-sifat fisik. kimia dan biologi gambut hemik di plot 3

...

Hasil analisis kualitas air di gambut hemik

Perilaku api dan faktor yang mernpengaruhinya di lokasi penelitian

...

fibrik

Persentase bahan bakar perrnukaan yang terbakar di lokasi penelitian fibrik

...

Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut fibrik plot 1 sebelum dan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut fibrik plot 1 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut fibrik plot 1

...

Sifat-sifat fisika, kimia dan biologi gambut fibrik di plot 1

...

Indeks Nilai Penting

(INP)

beberapa jenis tumbuhan dominan di gambut fibrik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah

...

pembakaran

Beberapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan di gambut fibrik plot 2 sebelum dan beberapa periode setelah pembakaran

...

Indeks kesamaan jenis (IS) di gambut fibrik plot 2

...

Sifat-sifat fisika, kimia dan biologi gambut fibrik di plot 2

...

...

Hasil analisis kualitas air di gambut fibrik

No

.

Lampiran Halaman

1

.

Jenis-jenis Vegetasi di Plot Pengamatan Saprik ... 2

.

Jenis-jenis Vegetasi di Plot Pengamatan Hemik

...

3

.

Jenis-jenis Vegetasi di Plot Pengamatan Fibrik

...

4

.

Indeks Nilai Penting

(INP)

Pada Gambut Saprik Plot 1

...

5

.

Indeks Nilai Penting (INP) Pada Gambut Saprik Plot 2

...

6

.

Indeks Nilai Penting (INP) Pada Gambut Saprik Plot 3

...

...

7

.

Indeks Nilai Penting (INP) Pada Gambut Hemik Plot 1

...

8

.

Indeks Nilai Penting (INP) Pada Gambut Hemik Plot 2
(192)

10

.

Indeks Nilai Penting (INP) Pada Gambut Fibrik Plot 1

...

137

...

1 1

.

Indeks Nilai Penting

(INP)

Pada Gambut Fibrik Plot 2 139

...

12

.

Hasil Analisis Sifat Fisik Gambut 141

...

13

.

Hasil Analisis Sifat Kimia Gambut 143

14

.

Hasil Analisis Sifat Biologi Gambut

...

148

...

(193)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

. .

Bagan alur kerangka teontis

...

Segitiga api (Clar and Chatten, 1954)

...

Denah plot contoh di lokasi penelitian

...

Metode pembakaran pada setiap plot (Saharjo, 1999)

...

Kondisi gambut saprik plot 1. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

...

Kondisi gambut saprik plot 2. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

...

Kondisi gambut saprik plot 3. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

...

Kondisi gambut hemik plot 1. A. Kondisi awal sebelum pembakaran;

B.

Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

...

Kondisi gambut hemik plot 2. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

...

Kondisi gambut hemik plot 3. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakarari; C. Kondisi tiga bulan setelah

...

pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

Kondisi gambut fibrik plot 1. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah

...

pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

Kondisi gambut fibrik plot 2. A. Kondisi awal sebelum pembakaran; B. Kondisi pada saat pembakaran; C. Kondisi tiga bulan setelah

...

pembakaran; D. Kondisi enam bulan setelah pembakaran.

No. Lampiran Halaman

...

1. Peta Lokasi Penelitian 153

...

(194)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebakaran hutan merupakan salah satu gangguan yang paling sering te rjadi baik di hutan dam maupun hutan tanaman. Beberapa kali kebakaran besar

terjadi sejak awal tahun 1980-an, yaitu pada tahun 1982-1 983, 1987, 1991, 1994 dan 1997, telah menimbulkan kerugian besar secara ekonomi maupun terhadap kerusakan ekosistem (Anonimous, 1998), akibatnya telah menimbulkan kerugian

ekonomis, ekologis, dan sosial yang sangat besar. Misalnya: asap yang ditimbulkan dapat mencemari udara, merusak kesehatan manusia dan

menghambat sektor perhubungan, selain itu dampak sosialnya adalah ketidaknyamanan lingkungan dan hilangnya hari kerja terutama di tingkat pedesaan. Menurut Mackinnon et al. (1996) kebakaran hutan kemungkinan

mengganggu lima proses ekologi hutan yaitu: suksesi alami, produksi bahan organik dan proses dekomposisi, siklus unsur hara, siklus hidrologi dan

pembentukan tanah. Di Indonesia kebakaran hutan sebagian besar terjadi karena adanya aktivitas manusia dalam penggunaan api terutama untuk penyiapan lahan.

Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan dengan kondisi khusus, dimana gambutnya terbentuk dari sisa-sisa generasi hutan sebelumnya (Istomo,

1992). Di Indonesia, lahan gambut yang ada di sepanjang pantai timur Sumatera Bagian Selatan dan Barat Kalimantan digunakan untuk pertanian seperti kelapa

(195)

pembukaan lahan gambut di daerah Surnatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat semakin giat dilakukan. Di dalam pengembangan usaha pertanian di lahan gambut tidak

semuanya dapat berhasil dengan baik. Gambut-gambut tebal dengan tingkat

kesuburan yang sangat rendah dimanfaatkan untuk tanaman pangan, dan umurnnya gambut tebal tersebut jauh dari jangkauan air sungai atau berada dekat daerah kubah ("dome"). Rendahnya tingkat kesuburan tersebut dicirikan oleh

rendahnya kadar abu dan kejenuhan basa di samping pH yang sangat masam (Andriesse, 1988), sehingga dapat dikatakan yang menjadi kendala adalah faktor

keadaan unsur hara tanah gambut yang tidak segera tersedia atau hanya tersedia dalam jumlah yang sedikit. Tanah tersebut apabila dikehendaki sebagai tanah yang produktif memerlukan pupuk. Metode yang dianggap mudah dan murah

dalam penyiapan lahan untuk usaha pertanian adalah dengan pembakaran.

Abu sisa pembakaran dapat meningkatkan pH dan unsur-unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman, terutarna K, Ca, dan Mg (Andriesse, 1988). Narnun perbaikan kesuburan tersebut hanya berlangsung dalam jangka pendek dan merupakan proses oksidasi dipercepat, akibatnya "subsidence" (pengurangan

ketebalan lapisan gambut) semakin cepat. Menurut Tie dan Rueh (1979 dalam Arnbak dan Melling, 2000), kecepatan bbsubsidence" rawa gambut tergantung pada

morfologi profil, komposisi, ketebalan, kedalaman drainase dan tata guna lahan.

Selain berdampak terhadap "subsidence", pembakaran juga berdampak pada sifat fisik gambut, dimana bahan gambut menjadi porous dan hidrofobik, bulk density menurun. Akibatnya gambut kehilangan kemampuan sifat fisik dan

(196)

gambut semakin miskin, belum lagi p e n m a n kandungan hara yang diambil oleh tanaman tanpa pengembalian hara yang seimbang, turut mempercepat pemiskinan

ini (Usup et al., 2000).

Pembukaan hutan dengan pembakaran, khususnya di rawa gambut, akan menimbulkan kerugian yang sangat besar terutarna

dari

segi lingkungan. Dengan

demikian perlu dilakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pengaruh kebakaran hutan di areal rawa gambut terhadap lingkungan khususnya terhadap tanah, kualitas air, serta pertumbuhan dan perkembangan vegetasi.

Rumusan Masalah

Hutan rawa gambut merupakan ekosistem hutan yang mempunyai kondisi khusus dimana pada umumnya ekosistemnya terbentuk di atas permukaan

gambut yang miskin hara. Garnbut ombrogen merupakan tipe gambut yang paling urnurn ditemukan di Pulau Sumatra. Gambut ini terbentuk di daerah miskin hara,

tumbuhan yang tumbuh di atasnya memanfaatkan hara yang semata-mata berasal dari air hujan, hara di dalam tumbuhan itu sendiri dm dari gambut. Tidak ada

pasokan hara dari tanah mineral di bawahnya atau dari aliran air yang memasuki sistem tersebut (Whitten et al., 1988).

Pada urnumnya tanah gambut yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatra, digunakan untuk areal tanaman pertanian seperti kelapa sawit, kopi, padi

dan tanaman lainnya. Akhir-akhir ini pembukaan tanah gambut untuk tujuan komersial semakin banyak dilakukan. Untuk meningkatkan produktivitasnya tanah gambut memerlukan pupuk. Dengan kata lain untuk melakukan budidaya

(197)

perhunbuhan tanaman pertanian. Namun karena jenis gambut ini memiliki

kandungan unsur hara yang tidak cukup tersedia, maka diperlukan ameliorasi intensif. Cara ini dipandang tidak efisien, karena membutuhkan biaya yang relatif

tinggi. Oleh sebab itu masyarakat dan para pengusaha hutan mengatasi masalah

tersebut dengan melakukan pembakaran pada tahap penyiapan lahan.

Pembakaran merupakan satu-satunya cara yang paling mudah dan murah untuk dilakukan di dalam penyiapan lahan pertanian di lahan gambut yang

dilakukan oleh masyarakat ataupun pihak-pihak pengusaha hutan. Kegiatan ini

sedang giat dilakukan untuk pembukaan tanah gambut. Akan tetapi mereka tidak

menyadari bahwa pembakaran secara liar akan dapat merusak lingkungan. Dengan demikian perlu dibuktikan apakah teknik penyiapan lahan dengan pembakaran di lahan gambut dapat mempengaruhi ekosistim hutan rawa gambut. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari respon ekosistem hutan rawa gambut akibat

adanya pembakaran terutama dampaknya terhadap tanah, vegetasi dan kualitas air.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

1. Dampak pembakaran limbah vegetasi di hutan rawa gambut sekunder terhadap kerusakan lingkungan pada setiap tingkat kematangan gambut (saprik, hemik,

dan fibrik).

2. Dampak pembakaran di hutan rawa gambut sekunder terhadap sifat-sifat tanah

(198)

Kersngka Teoritis

P m b k a m

limb&

vegetasi

di

hutan rawa gambut di1akuk;an p d a

tip

tingmEat

kematmgan gmbut y d a i sap&

hemik,

d m

iihik. P e m M m n

di

lafaata

%ambut menyebabhn

kemakm

terhadq hgkungan, terntam8 Wh&p

vegetasi

dan

air. K m w d m

ini

bqptung pada intensitas pembakaran yang

dilakukan, dimma

hd

ini

di

antaranya &tentdm oleh skumuiasi

W a n

bakar

yang mwdia (patemi M a n

War),

kadar air

t>ahan

b a h ,

s u h q

k e l e m b

udpteEt, kaadungan M a

Wan

balm,

dan

angin

(Whelm,

1995).

Di

samping Ztu,

p g k l w i M a n k d g a tip

gzunbut tambut

-

t>e

p x k h n

tingkat k-gan

(hdriesse,

19881, s e w

a@ik dilhkan

p m b h m rmka

diduga Einglrat b m a k m yang wadi pada masing-masing jenis -but (sap&

h i k ,

dan

fib&)

rtk;an k k h - b e d a puXa.

Wpon

pm-

hutan

rawa

gambut k d d a p

tanah

t e r j d karma

a h y a pe-angnp W a n organik penyusm gambut

(de Bwna

et al., 1998). Lebih

jauh,

pembakaran tersebut rnengakibbn prom "subsidence" akm dipempat. Pexxelitian mdahulu tentang dampeak p r n b k m n whadap &fat fisik

tanah w b u t menyatakan Wwa pmdxhrm

akan

mengdibatkan

bahan

gambut mmjadi porous, bidmfobik, nrsaknya sbvirtur tanah

d m

terjadi penunman bulk

density (Usup et

al.,

2000;

de

Bano eta!., 1998).

Smentsra itu bila dihitkern dengan sifat kimia

tanah,

timbdnya panas

&bat pembdwm

w b u t

men&milh volettilisasi unsur-unsur hara tmtmtu dm m d o m n g

nitkifihsi

(Wosbg, 1983 &urn

de

B m

et

a!.,

1998;

Chandler

et

d.,

1983). Akibatnya, timbul respon dimma @a& peningSratan pH,

sata p e m h u n s u r - m K, Ca,

Mg,

clan S (Nishita et

d,

1970;

de

Bana d
(199)

Respon pembakaran terhadap sifat biologi tanah dapat dilihat dari

hubungan antara pemanasan tanah dan keberadaan mikororganisme tanah. Selma pemanasan, temperatur maksimum, kadar air tanah, dan tipe populasi mikroba,

merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam mempelajari respon mikroba terhadap pemanasan tanah (Dunn dan de Bano, 1977 dalam de Bano et al., 1998).

Respon pembakaran hutan rawa gambut terhadap vegetasi ditentukan oleh panas yang ditimbulkan (de Bano et al., 1998). Akibat pemanasan tersebut,

proses metabolisme tumbuhan terganggu dan jaringan tanaman akan rusak bahkan mati (Brown dan Davis, 1973; Whelan, 1995). Namun terdapat pula bermacam-

macam adaptasi tumbuhan terhadap api, di antaranya mendorong pertunasan, penyebaran benih, dan pemecahan dormansi benih-benih tertentu (Whelan, 1995;

Pyne, 1984).

Bila ditinjau dari aspek struktur dan komposisi jenis, pembakaran akan berdampak pada te rjadinya suksesi dimana akan te rjadi munculnya jenis-jenis

baru dan hilangnya beberapa jenis tumbuhan (Neiland, 1958; Chuswa d m Redd,

1966; Taylor, 1973; Krefting dan Ahlgren, 1974; Stransky dan Harlow, 1981

dalam de Bano et al., 1998).

Respon pembakaran hutan rawa gambut terhadap kualitas air dapat dilihat dari kekeruhan air, sedimen, temperatur, volatilisasi unsur-unsur tertentu,

dan aktifitas biologi di dalam air (de Bano et al., 1998; Wright dan Bailey, 1982).

Selain peningkatan suhu, faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh suspensi abu

dan debu yang masuk ke dalam air. Namun informasi tentang pengaruh pembakaran hutan rawa gambut terhadap kualitas air masih sangat terbatas.

(200)

-

Pmkgkatm

bulk

density

dan

kejen- basa

-

Penurunan kapasitas m e h

air,

kandungm

baPa,

wrh

KTK

-

Pen- M i t s s

air

gmbut

Gambar

Gambar 3. Denah Plot Contoh di Lokasi Penelitian
Gambar 4. Metode Pembakaran pada Setiap Plot (Saharjo, 1999)
Tabel 3. Metode AnaIisa Sifat-sifat air
Tabel 4. Perilaku api dan faktor yang mempenganihinya pada gambut saprik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Models need to incorporate education in vocational hard skills and soft skills through three alternative options, namely: (1) Educational aspects of soft skills, basic

Bukti  bahwa  yang  diuntungkan  dengan  sistem  MLM  adalah  Upline,  sedangkan  Downline  akan  selalu  dirugikan  adalah  bahwa 

Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu (a) umpan orang ( human bait ), (b) menangkap nyamuk yang istirahat di dinding ( resting ) baik di dalam rumah dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan daya dukung struktur perkerasan jalan beton yang diperkaku dan diperkuat dengan sirip yang sirip dalamnya dua diagonal

Fungsi utama dari sistem ICT di ITB adalah menyediakan layanan informasi, komputasi, dan komunikasi secara terintegrasi pada semua anggota komunitas ITB dan masyarakat luar

Dari pertemuan pertama (prates) didapatkan hasil bahwa secara umum siswa belum mampu untuk menulis sajak. Sedangkan nilai paling tinggi yaitu 76 yang dicapai oleh siswa

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO) yang mewajibkan sertifikasi ISPO

Dalam belajar aktif yang paling penting siswa memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh- contoh, mencoba ketrampilan dan melaksanakan tugas yang tergantung pada