• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH

PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

SITI SURATEMI

112407049

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH

PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SITI SURATEMI 112407049

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara

Kategori : Tugas Akhir Nama : Siti Suratemi

Nim : 112407049

Program Studi : D3 Statistika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui oleh:

Program Studi D3 Statistika FMIPA USU Pembimbing Ketua,

(4)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH

PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari beberapa ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Regresi Pengaruh Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor KB dan Jumlah Posyandu Terhadap Jumlah Kelahiran Di Kota Medan Tahun 2012.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan dan Manfaat 4

1.4.1 Tujuan Penelitian 4

1.4.2 Manfaat Penelitian 4

1.5 Metodologi Penelitian 5

1.6 Sistematika Penulisan 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 10

2.1 Pengertian Regresi 10

2.2 Analisis Regresi Linier 10

2.3 Regresi Linier Sederhana 11

2.4 Regresi Linier Berganda 12

2.5 Kesalahan Standard Estimasi 14

2.6 Koefisien Determinan 15

2.7 Koefisien Korelasi 16

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 22 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) 22

3.2 Visi dan Misi 23

3.3 Kedudukan dan Fungsi Badan Pusat Statistik 24 3.4 Tata Kerja Badan Pusat Statistik 25

3.5 Tugas Badan Pusat Statistik 26

3.6 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik 28

BAB 4 ANALISIS DATA 31

4.1 Pengolahan Data 31

4.2 Membentuk Persamaan Reegresi Linier 33

4.3 Kesalahan Standart Estimasi 36

4.4 Uji Regresi Linier Berganda 39

(7)

4.5 Perhitungan Koefisien Determinasi Dan

Koefisien Korelasi Berganda 44 4.6 Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel 45

4.6.1 Perhitungan Korelasi antara Variabel Bebas

dan VariabeTerikat 46

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 50

5.1Pengertian Implementasi Sistem 50

5.2Tujuan Implementasi Sistem 50

5.3Pengenalan SPSS 50

5.4Langkah-Langkah Pengolahan SPSS 51

5.4.1 Cara Mengaktifkan SPSS Pada Program Windows 51

5.5 Mengenal lingkungan SPSS 52

5.6 Menyusun Definisi Variable View 53 5.7 Pemasukan Data ke dalam SPSS Statistics 17.0 53

5.8 Pengolahan Data 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 60

6.1Kesimpulan 60

6.2Saran 61

(8)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

Tabel

Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 19

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin (ribuan jiwa), Luas Wilayah (ribuan km2), Kepadatan Penduduk (ratusan jiwa/km2), dan Tingkat Pengangguran (%) di Provinsi Suatera Utara

Tahun 2012 31

Tabel 4.2 Harga-Harga yang Diperlukan Untuk Menghitung

Koefisien �0,�1,�2,�3 33 Tabel 4.3 Nilai-Nilai �� Yang Diperoleh Dari Persaman Regresi Linier

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

5.1 Tampilan Pengaktifan SPSS 52

5.2 Tampilan Jendela Awal SPSS 52

5.3 Tampilan Pengisian Variable View 55

5.4 Tampilan Pengisian Data View 56

5.5 Tampilan Jendela Regresi Linier 57

5.6 Tampilan Jendela Regresi Linier Statistik 57 5.7 Tampilan Jendela Regresi Linier Polts 58 5.4 Tampilan Cara Pengaktifan SPSS 58

5.5 Kotak Dialog Awal SPSS 59

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara bagian berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap Negara. Persoalan kemiskinan merupakan salah satu permasalahan pokok yang di hadapi bangsa indonesia sejak dulu hingga sekarang.

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelempok tersebut. Menurut sejarah keadaan kaya dan miskin berdampingan tidak merupakan problema sosial sampai saatnya perdagangan berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan di terapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat. Kemiskinan muncul sebagai problema sosial, pada waktu itu orang sadar akan kedudukan ekonominya sehingga mereka mampu mengatakan apakah dirinya miskin atau kaya.

(11)

semuanya sudah di takdirkan sehingga usaha-usaha untuk mengatasinya mereka tidak terlalu memperhatikan keadaan tersebut kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Pada masyarakat modern yang kompleks kemiskinan menjadi problema sosial, seorang merasa miskin bukan karena kurang makan, pakaian atau perumahan tapi harta miliknya dianggap kurang cukup untuk memenuhi taraf-taraf kehidupan yang ada.

Dengan semakin meningkatnya jumlah kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran memungkinkan semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin pada Negara atau daerah tersebut. Untuk itu penulis tertarik ingin meneliti faktor– faktor mana yang paling berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

(12)

Berdasarkan masalah diatas, penulis mengambil judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagaimana besar nilai faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

3. Bagaimana hubungan korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi (luas wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terbuka) dengan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Batasan Masalah

(13)

tahun 2012, data luas wilayah tahun 2012, data kepadatan penduduk tahun 2012, dan data tingkat pengangguran tahun 2012.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel-variabel yang diteliti terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

2. Mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti.

3. Sebagai sarana aplikasi ilmu yang didapat saat perkuliahan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Untik mengetahui pengaruh luas wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dan bebas.

(14)

1.5 Metodologi Penelitian 1. Penulisan Kepustakaan

Penulisan kepustakaan yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari perpustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku, referensi dan bahan-bahan yang bersifat teotitis yang mendukung penulisan tugas akhir.

Metode pengumpulan data yang digunakan ialah data sekunder, yaitu data yang diolah diperoleh dari kantor Badan Pusat Statisti Provinsi Sumatera Utara.

2. Teknik dan Analisa Data

Metode yang digunaka adalah dengan metode hitung korelasi dan regresi.

a. Regresi Ganda

Regresi ganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua variabel kriterium atau untuk mencari hubungan fungsional dua prediktor atau lebih dengan variabel kriteriumnya atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya.

Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan �1,�2, … ,��(� ≥1) sedangkan variabel tidak bebas dinyatakan

dengan �.

(15)

dengan:

�� = variabel tidak bebas (dependent) �0, … ,�� = koefisisen regresi

�1, … ,�� = vaeriabel bebas (independent)

Kofisien-koefisien �0, … ,� dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

ƩY1 = �0�+�1ƩX1�+�2ƩX2�+⋯+�ƩX��

ƩX1� = �0ƩX1�+�1(ƩX1�)2+ �2ƩX1�2�+⋯+�ƩX1���

ƩX2� = �0ƩX2�+�1ƩX1�2�+�2(ƩX2�)2+⋯+�ƩX1���

ƩX�� = �0ƩX�� +�1ƩX1���+�2ƩX2���+⋯+�(ƩX��)2

b. Kesalahan Standar Estimasi

(16)

Kesalahan standar estimasi dapat ditentukan dengan:

,1,2,…,

=

Ʃ(��−Ŷ)2

�−�−1

Dengan� adalah nilai data sebenarnya �� adalah nilai taksiran.

c. Koefisien Korelasi Linier Ganda

Menguji keberartian regresi linier ganda dimaksudkan untuk meyakinkan apakah regresi yang didapat berdasarkan penelitian ada, artinya bila dipakai untuk membuat kesimpulan mengenai sejumlah perubahan yang dipelajari.

Hipotesa:

�0: Tidak terdapat hubungan fungsioanal yang signifikan antara semua

faktor yang mempengaruhi terhadap faktor yang dipengaruhi.

�1: Terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara semua

faktor yang mempengaruhi terhadap faktor yang dipengaruhi.

d. Kofisien korelasi

(17)

Untuk menghitung koefisien korelasi (�) antara dua variabel dapat digunakan dengan:

���= �Ʃ�����−

(Ʃ���)(Ʃ�)

�{�Ʃ���2 −(Ʃ���)2}{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

dengan:

��� = koefisien korelasi antara � dan �

��� = variabel bebas

�� = variabel tak bebas

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diuraikan untuk memberikan kerangka atau gambaran dari tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, maksud dan tujuan, identifikasi masalah, batasan masalah, metode penelitian dan landasan teori serta sistematika penulisan.

BAB 2: LANDASAN TEORI

(18)

BAB 3: GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah singkat berdirinya Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.

BAB 4: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin dengan metode regresi linier berganda dan analisa korelasi untuk melihat hubungan antar variabel. Dimana objek penelitiannya adalah jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

BAB 5: IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini membahas tentang yang digunakan dalam analisis data serta dalam penggunaan dari software.

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Regresi

Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1886. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independent (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/ atau memprediksi rata-rata populasi atau niiai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masing-masing variabel independent. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan.

2.2 Analisis Regresi Linier

(20)

1. Analisis Regresi Sederhana (simple analisis regresi) 2. Analisis Regresi Berganda (multipe analisis regresi)

Analisis regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas (dependent variable). Seangkan analisis regresi berganda merupakan hubungan antara tiga variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dan satu variabel tak bebas.

2.3 Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (�) dengan variabel dependen (�). Analisis regresi linier sederhana dipergunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel tak bebas apabila nilai variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Rumus regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

�� = � + � (2.1)

dengan:

�� = Variabel tak bebas � = Variabel bebas � = Parameter intercept

(21)

2.4 Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel bebas(�1,�2, … ,�) dengan variabel tidak bebas (�). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel tidak bebas apakah masing-masing variabel bebas berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel tidak bebas apabila nilai variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Analisis regresi linier berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi

linier sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan

analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara

dua variabel atau lebih dan memuat prediksi/perkiraan nilai � atas nilai�. Bentuk

persamaan regresi linier sederhana yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu:

� = β01�1�2�2�+⋯+β1��� (2.2)

dengan:

� = Pengamatan ke-i pada variabel tak bebas

��� = Pengamatan ke-i pada variabel bebas

β0 = Parameter intercept

β1,β2, … ,β� = Parameter koefisien regresi variabel bebas

(22)

Model diatas merupakan model regresi untuk populasi, sedangkan apabila hanya untuk menarik sebagian berupa sampel untuk populasi secara acak, dan tidak mengetahui regresi populasi, sehingga model populasi perlu diduga berdasarkan model populasi sebagai berikut:

��= �0+�11+�22+⋯+� (2.3)

dengan:

�� = Variabel tidak bebas (dependent)

�0, … ,�� = koefisien regresi

�1, … ,�� = variabel bebas (independent)

Untuk hal ini, penulis menggunakan regresi linier berganda satu variabel terikat (dependent variable) dan tiga variabel bebas (independent variable). Bentuk umum regresi linier berganda tersebut, yaitu:

��= �0+�11�+�22�+⋯+��� (2.4)

dengan:

� = Jumlah Penduduk Miskin �1 = Luas Wilayah

�2 = Kepadatan Penduduk

�3 = Tingkat Pengangguran

(23)

Untuk rumus diatas, dapat diselesaikan oleh empat persamaan variabel yang terbentuk:

∑ � = �0�+�1∑ �1+�2∑ �2+�3∑ �3 (2.5) ∑ � �1 = �0∑ �1 +�1∑ �12+�2∑ �1�2+�3∑ �1�3 (2.6) ∑ � �2 = �0∑ �2+�1∑ �2�1+�2∑ �22+�3∑ �2�3 (2.7) ∑ � �3 = �0∑ �3+�1∑ �1�3+�2∑ �2�3+�3∑ �32 (2.8)

Dengan b0, b1, b2, b3 adalah koefisien yang ditentukan berdasarkan data hasil

pengamatan. Untuk menghitung nilai �= � − ��, �1 = �1− ��1, �2 = �2 − ��2, dan �3 = �3− ��3.

2.5 Kesalahan Standard Estimasi

(24)

,1,2,…,

=

=

�Ʃ�−�−1(��Ŷ)2

(2.9)

dengan:

�� = nilai data sebenarnya �� = nilai taksiran

2.6 Koefisien Determinan

Koefisien determinasi (�2) adalah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variansi variabel tidak bebas, dengan 0 < �2 <

1. Koefisien determinasi pad

besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan terikatnya. Secara sederhana koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan Koefisien Korelasi (�). Secara umum koefisien determinasidigunakan sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi, koefisien determinasi di jadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model. Jika �2sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.

Hipotesa:

�0: Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara semua faktor

yang mempengaruhi terhadap faktor yang dipengaruhi.

�1: Terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara semua faktor yang

(25)

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan �2 digunakan untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel terikat (�) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (�) yang ada dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka R2 ditentukan dengan rumus, yaitu:

2

= ��Ʃ����2 (2.10)

dengan:

����� = Jumlah Kuadrat Regresi

Harga �2 yang diperoleh sesuai dengan variansi yang dijelaskan masing-masing variabel yang tinggal dalam regresi. Hal ini mengakibatkan variasi yang dijelaskan penduga yang disebabkan oleh variabel yang berpengaruh saja.

2.7 Koefisien Korelasi

Setelah mendapatkan hasil jumlah pengaruh pada variabel yang diteliti selanjutnya penulis akan mencari seberapa besar hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas atau antara variabel bebas itu sendiri.

(26)

searah. Artinya jika nilai variabel � tinggi, maka nilai variabel� akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel� tinggi, maka nilai variabel � akan menjadi rendah dan sebaliknya. Dengan kata lain koefisien korelasi sederhana (�) merupakan akar dari koefisien determinasi. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbulkan dengan huruf “�”. Besarnya koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1 (positif satu).

dengan:

+ menunjukkan korelasi positif - menunjukkan korelasi negatif

0 menunjukkan tidak adanya hubungan

Apabila koefisien korelasi mendekati + 1 atau – 1, berarti hubungan antar variabel tersebut semakin kuat. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi mendekati angka 0, berarti hubungan antar variabel tersebut semakin lemah. Dengan kata lain, besarnya nilai korelasi bersifat absolut, sedangkan tanda “ + “ atau “–“ hanya menunjukkan arah hubungan saja.

(27)

��

=

�Ʃ�����−(Ʃ���)(Ʃ��)

���Ʃ���2−(Ʃ���)2���Ʃ�2−(Ʃ�)2�

(2.11)

dengan:

��� = Koefisien korelasi antara � dan �

��� = Variabel bebas �� = Variabel teriat

Nilai r selalu terletak antara −1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis −1≤ � ≤ +1. Untuk� = +1, berarti ada korelasi positif sempurna antara � dan �, sebaliknya jika� = −1, berarti korelasi negatif sempurna antara� dan �, sedangkan� = 0, berarti tidah ada korelasi antara � dan �.

(28)

Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi

R Interpretasi

0 Tidak Berkorelasi

0,01−0,20 Sangat Rendah

0,21−0,40 Rendah

0,41−0,60 Agak Rendah

0,61−0,80 Cukup

0,81−0,99 Tinggi

1 Korelasi Sempurna

dengan:

� = koefisien korelasi

+ = menunjukkan korelasi positif

–. = menunjukkan korelasi negatif

0 = menunjukkan tidak ada korelasi (korelasi nihil)

Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:

1. Korelasi positif

Terjadinya korelasi potitif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lainnya dengan arah yang sama (berbanding lurus). Artinya variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti peningkatan variabel yang lainnya.

2. Korelasi negatif

(29)

(berbanding terbalik). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya.

3. Korelasi nihil

Korelasi nihil artinya tidak adanya korelasi antara variabel.

Dalam hal ini penulis menggunakan empat variabel dalam penelitiannya, untuk hubungan empat variabel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Koefisien Korelasi antara Y dan X1

��1

=

�Ʃ�1�1−(Ʃ�1)(Ʃ�)

���Ʃ�12−(Ʃ�1)2�{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

(2.12)

b. Koefisien Korelasi antara Y dan X2

��2

=

�Ʃ�2�1−(Ʃ�2)(Ʃ�)

���Ʃ�22−(Ʃ�2)2�{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

(2.13)

c. Koefisien Korelasi antara Y dan X3

��3

=

�Ʃ�3�1−(Ʃ�3)(Ʃ�)

���Ʃ�32(Ʃ3)2{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

(30)

d. Koefisien Korelasi antara X1 dan X2

12

=

�Ʃ�1�2−(Ʃ�1)(Ʃ�2)

���Ʃ�12−(Ʃ�1)2���Ʃ�22−(Ʃ�2)2�

(2.15)

e. Koefisien Korelasi antara X1 dan X3

13

=

�Ʃ�1�3−(Ʃ�1)(Ʃ�3)

���Ʃ�12(Ʃ1)2���Ʃ32(Ʃ3)2 (2.16)

f. Koefisien Korelasi antara X2 dan X3

23

=

�Ʃ�2�3−(Ʃ�2)(Ʃ�3)
(31)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS)

Seiring dengan perkembangan jaman, khususnya pada pemerintahan Orde Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat, salah satu unsurnya adalah pembenaan organisasi BPS.

Kegiatan Statistik di Indonesia sudah dilaksanakan sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada bulan Februari 1920, di kantor Statistik untuk pertama kalinya didirikan oleh Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan data statistik.

Dalam masa orde baru ini, BPS telah mengalami empat kali perubahan stuktur organisasi:

1. Peraturan pemerintah No.16 Tahun 1980 tentang organisasi BPS.

2. Peraturan pemerintah No.6 tahun 1980 tentang organisasi BPS.

3. Peraturan pemerintah No.2 Tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan dan tata kerja BPS.

4. Undang – undang No.16 tahun 1997 tentang statistik

(32)

6. Keputusan kepala BPS No.100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS.

7. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik.

Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No.16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980, peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan pemerintah No.16 tahun 1968. berdasarkan peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 di tiap provinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor satistik provinsi dan di kabupaten atau kotamadya terdapat cabang perwakilan BPS dengan nama kantor statistik kabupaten atau kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU No.6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan keputusan presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus mengatur tata kerja dan stuktur organisasi BPS yang baru.

3.2 Visi dan Misi

(33)

Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah:

1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.

2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia.

3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak. 5. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik

yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.

3.3 Kedudukan dan Fungsi Badan Pusat Statistik

BPS adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPS dipimpin oleh seorang Kepala. dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan beberapa ketentuan perundangan:

1. UU No.16 tentang statistik

2. Keputusan presiden No. 86 tahun 1998 tentang BPS

(34)

Fungsi yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik adalah:

1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data, dan analisis di bidang statistik produksi dan kependudukan serta bidang statistik distribusi dan neraca nasional.

2. Pembinaan dan pelaksanaan kooordinasi kegiatan statistik dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan bebagai jenis statistik yang diperlukan, serta pelaksanaan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun luar negeri.

3. Penyajian data kepada pemerintah dan masyarakat dari hasil kegiatan statistik produksi dan kependudukan serta statistik distribusi dan neraca nasional secara berkala baik dari hasil penelitian sendiri maupun dari data sekunder.

4. Penyebarluasan statistik melalui berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung.

5. Pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS.

3.4 Tata Kerja Badan Pusat Statistik

(35)

lingkungan masing–masing antara satuan unit organisasi di lingkungan BPS maupun dengan instansi lainnya di luar BPS sesuai bidang masing–masing.

3.5 Tugas Badan Pusat Statistik

Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1992 tugas PBS adalah:

1. Melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah, antara lain dibidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian, perhubungan, perdagangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan, pendapatan nasional, pendidikan, dan keagamaan.

2. Atas nama pemerintah malaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam penggunaan definisi, klasifikasi, dan lain – lain.

3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan kegunaan statistik.

Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden serta mempunyai tugas:

1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina aparatur BPS agar berdayaguna dan berhasilguna.

(36)

perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis statistik yang diperlukan, serta melaksanakan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun di luar negeri.

Wakil Kepala BPS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPS serta mempunyai tugas:

1. Membantu Kepala BPS dalam membina dan mengembangkan administrasi BPS agar berdayaguna dan berhasil guna.

2. Membantu Kepala BPS dalam mengkoordinasikan tugas – tugas Deputi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik dan Perwakilan BPS di daerah.

3. Mewakili Kepala BPS dalam hal Kepala BPS berhalangan.

Deputi Administrasi mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, pengendalian, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS.

(37)

statistik, pengolahan hasil sensus, survei dan data sekunder serta analisis dan pengembangan statistik.

Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan kegiatan statistik pertanian, industri, konstruksi, pertambangan dan energi, kesejahteraan rakyat, serta statistik demografi dan ketenagakerjaan.

Deputi Statistik Produksi dan Neraca Nasional adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan kegiatan statistik harga dan keuangan, perdagangan dan jasa, serta neraca nasional.

3.6 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik

Struktur organisasi BPS dipimpin oleh seorang kepala dibantu oleh bagian tata usaha. Tata usaha terdiri dari:

1. Sub bagian urusan dalam

2. Sub bagian perlengkapan dan perbekalan 3. Sub bagian keuangan

Uraian tugas bagian Tata Usaha:

1. Menyusun program kerja tahunan bagian

(38)

3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat menyurat, pengadaan dan percetakan arsip, rumah tangga, pemeliharaa gedung, keamanan dan ketertiban lingkungan, serta perjalanan dinas dalam dan luar negeri.

4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan perbekalan yang meliputi penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran dan pengemasan, penyimpanan pergudangan, inventaris, penghapusan, serta pemeliharaan peralatan dan perlengkapan.

5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan, perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan.

Organisasi BPS berdasarkan Keppres RI Nomor 6 Tahun 1992 terdiri atas: 1. Kepala

2. Wakil Kepala 3. Deputi Administrasi

4. Deputi Perencanaan dan Analisis Statistik 5. Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan 6. Deputi Statistik Produksi dan Neraca Nasional 7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik 8. Perwakilan BPS di Daerah

9. Unit Pelaksanaan Teknis

Deputi Perencanaan dan Analisis Statistik ( PAS )mengkoordinasi 3 biro yakni:

(39)

2. Biro Pengolahan dan Penyajian

3. Biro Analisa dan Pengembangan

Deputi Pembinaan Statistik mengkoordinir 4 Biro, yakni: 1. Biro Statistik dan Industri

2. Biro Statistik Distribusi

(40)

BAB 4

ANALISIS DATA

4.1 Pengolahan Data

Data yang diambil dari Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara adalah data jumlah penduduk miskin (ribuan jiwa), luas wilayah (ribuan km2), kepadatan penduduk (ratusan jiwa/km2), dan tingkat pengangguran (%) di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Miskin (ribuan jiwa), Luas Wilayah (ribuan km2), Kepadatan Penduduk (ratusan jiwa/km2), dan Tingkat

Pengangguran (%) di Provinsi Suatera Utara Tahun 2012.

No Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan Jiwa) Luas Wilayah (Ribuan Km2)

Kepadatan Penduduk (Ratusan Jiwa/Km2)

Tingkat Pengangguran

(%)

Kabupaten

1 Nias 24,63 9,8032 1,36 0,15

2 Mandailing Natal 47,62 66,207 0,62 6,42 3 Tapanuli Selatan 29,48 43,5286 0,62 2,42 4 Tapanuli Tengah 48,68 21,58 1,48 5,26 5 Tapanuli Utara 32,58 37,6465 0,75 2,27

6 Toba Samosir 16,39 23,5235 0,74 1,98

7 Labuhan Batu 41,31 25,6138 1,66 7,8

8 Asahan 71,19 36,7579 1,84 7,32

9 Simalungun 81,85 43,686 1,9 5,41

10 Dairi 25,12 19,278 1,42 1,43

11 Karo 36,08 21,2725 1,69 2,00

12 Deli Serdang 89,5 24,8614 7,42 6,85

13 Langkat 97,75 62,6329 1,56 5,98

(41)

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan Jiwa) Luas Wilayah (Ribuan Km2)

Kepadatan Penduduk (Ratusan Jiwa/Km2)

Tingkat Pengangguran

(%)

16 Pakpak Bharat 5,24 12,183 0,34 1,13

17 Samosir 18,33 24,335 0,5 1,31

18 Serdang Bedagai 58,67 19,1333 3,16 5,68

19 Batu Bara 42,96 9,0496 4,21 6,77

20 Padang Lawas Utara 23,27 39,1805 0,58 6,59 21 Padang Lawas Utara 23,27 38,9274 0,6 7,47 22 Labuhan Batu Selatan 40,44 31,16 0,91 8,55 23 Labuhan Batu Utara 38,11 35,458 0,95 7,23

24 Nias Utara 37,92 15,0163 0,86 3,52

25 Nias Barat 23,47 5,4409 1,52 1,18

Kota

26 Sibolga 10,96 0,1077 79,71 19,21

27 Tanjungbalai 23,47 0,6152 25,55 14,75 28 Pematangsiantar 25,6 0,7997 29,63 6,14 29 Tebing Tinggi 17,75 0,3844 38,44 11,33

30 Medan 198,03 2,651 80,08 9,03

31 Binjai 16,87 0,9024 27,73 9,8

32 Padangsidimpuan 18,91 1,1465 17,34 9,1 33 Gunung Sitoli 39,76 4,6936 2,73 7,93

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Dari data tersebut maka variabel-variabelnya adalah sebagai berikut: � = Jumlah Penduduk Miskin (ribuan jiwa)

�1 = Luas Wilayah (ribuan km2)

(42)

4.2 Membentuk Persamaan Regresi Linier Berganda

Untuk membentuk persamaan regresi linier berganda, diperlukan perhitungan masing-masing satuan variabel. Hasil perhitungan yang dibutuhkan terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Harga-Harga yang Diperlukan Untuk Menghitung Koefisien ��,��,��,��

No Y �123 �2 �12 �22

(43)

No Y �123 �2 �12 �22 27 23,47 0,6152 25,55 14,75 550,8409 0,37847104 652,803 28 25,6 0,7997 29,63 6,14 655,36 0,63952009 877,937 29 17,75 0,3844 38,44 11,33 315,0625 0,14776336 1477,63 30 198,03 2,651 80,08 9,03 3.9215,88 7,027801 6412,81 31 16,87 0,9024 27,73 9,8 284,5969 0,81432576 768,953 32 18,91 1,1465 17,34 9,1 357,5881 1,31446225 300,676 33 39,76 4,6936 2,73 7,93 1580,858 22,02988096 7,4529 Jumlah 1378,23 716,807 340,47 192,84 98735,84 25638,11864 16967,4

Sambungan Tabel 4.2

(44)

No �32 �121323 ��1 ��2 ��3 28 37,6996 23,69511 4,91016 181,928 20,4723 758,528 157,184 29 128,369 14,77634 4,35525 435,525 6,8231 682,31 201,108 30 81,5409 212,2921 23,9385 723,122 524,978 15858,2 1788,21 31 96,04 25,02355 8,84352 271,754 15,2235 467,805 165,326 No �32 �121323 ��1 ��2 ��3

32 82,81 19,88031 10,4332 157,794 21,6803 327,899 172,081 33 62,8849 12,81353 37,2202 21,6489 186,618 108,545 315,297 Jumlah 1712,01 1321,458 3560,88 3895,16 33429,8 21795,1 8487,5

Dari Tabel 4.2 maka diperoleh hasil sebagai berikut: n = 33 ∑ �32 = 1.712,01 ∑ � = 1.378,23 ∑ �12 = 1.321,46 ∑ �1 =716,807 ∑ �1�3 = 3.560,88 ∑ �2 =340.47 ∑ �2�3 = 3.895,16 ∑ �3 =192,84 ∑ ��1 = 33.429,8 ∑ �2 = 98.735,84 ∑ ��

2 = 21.795,13 ∑ �12 = 25.638,12 ∑ ��3 = 8.487,5 ∑ �22 = 16.967,4

Dari data tersebut maka selanjutnya akan dicari persamaan normal dengan rumus sebagai berikut:

ΣY = nb0 + b1ΣX1 + b2ΣX2 + b3ΣX3

ΣYX1 = b0ΣX1 + b1ΣX1 2

+ b2ΣX1X2 + b3ΣX1X3

ΣYX2 = b0ΣX2 + b1ΣX1X2+ b2ΣX2 2

(45)

ΣYX3 = b0ΣX3+ b1ΣX1X3+ b2ΣX2X3 + b3ΣX3 2

Dari persamaan diatas maka dapat disubstitusi ke dalam nilai – nilai yang bersesuaian sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

1.378,23 = 33 b0 + 716,81 b1 + 340,47b2 + 192,84b3

33.429,8 = 716,81b0 + 25.638,12 b1 + 1.321,46 b2 + 3.560,88 b3

21.795,13 = 340,47 b0 + 1.321,46 b1 + 16.967,4 b2 + 3.895,16 b3

8.487,5 = 192,84 b0 + 3.560,88 b1 + 3.895,16 b2 + 1.712,01 b3

Setelah persamaan diselesaikan, maka dapat diperoleh koefisien-koefisien regresi linier berganda sebagai berikut:

�0 = 20,953 �1 = 1,032 �2 = 1,424 �3 = -2,789

Dengan demikian, persamaan regresi linier ganda X1, X2, X3, terhadap Y adalah:

��= 20,953 + 1,032�1+ 1,424�2− 2,789�3

4.3 Kesalahan Standar Estimasi

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesalahan standar estimasi taksiran dari

(46)

Setelah diperoleh persaman regresi linier berganda, langkah selanjutnya

adalah menghitung kesalahan standar estimasi ini diperlukan harga �� yang diperoleh dari persamaan regresi diatas untuk tiap harga�1, �2, dan �3 yang

diketahui. Maka untuk mencari kesalahan standar estimasi tersebut dibuat terlebih dahulu Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Nilai-Nilai �� Yang Diperoleh Dari Persaman Regresi Linier Berganda Untuk Menghitung Kekeliruan Tafsiran Baku No � �� � − �� (� − �̂)�

(47)

No � �� � − �� (� − �̂)� 23 38,11 38,73399 -0,62399 0,389359 24 37,92 27,85718 10,06282 101,2603 25 23,47 25,44147 -1,97147 3,886689 26 10,96 80,9945 -70,0345 4904,831 27 23,47 16,83334 6,636664 44,0453 28 25,6 46,84695 -21,247 451,4329 29 17,75 44,48889 -26,7389 714,9683 30 198,03 112,5381 85,49192 7308,868 31 16,87 34,0396 -17,1696 294,7951 32 18,91 21,44845 -2,53845 6,443718 33 39,76 7,567545 32,19245 1036,354 Jumlah 1378,23 1378,192 0,037759 27992,43

Setelah memperoleh harga yang terdapat pada Tabel 4.3, maka kesalahan standar estimasiya dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.5) sebagai berikut:

��,1,2,…,�

=

��

=

�Ʃ (�−Ŷ)2

�−�−1

��,1,2,…,� = �27 .992,43

33−3−1

��,1,2,…,�

=

�27 .992,43

29

��,1,2,…,�

=

�965,256

(48)

Dengan penyimpangan nilai yang didapat ini berarti bahwa rata-rata jumlah penduduk miskin yang sebenarnya akan menyimpang dari rata-rata hasil jumlah penduduk miskin yang diperkirakan sebesar 31,068.

4.4 Uji Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesa dalam regresi linier berganada perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penarikan kesimpulan.

4.4.1 Uji F (Simultan)

1. Menentukan formulasi hipotesis

�0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu

luas wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terhadap variabel terikat yaitu jumlah penduduk miskin.

�1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu luas

wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terhadap variabel terikat yaitu jumlah penduduk miskin.

2. Mencari nilai ������dari Tabel distribusi �

(49)

3. Menentukan kriteria penguji

�0 diterima bila �ℎ����� < ������

�1 ditolak bila �ℎ����� ≥ ������

4. Menentukan nilai statistik �ℎ�����

�ℎ����� = ����(���)/�

(���)/(�−�−1)

Untuk menguji model regresi yang telah terbentuk, maka diperlukan nilai-nilai �,�1,�2dan �3 dengan rumus:

�= � − �� �1 = �1− ��1

�2 = �2− ��2 �3 = �3− ��3

dengan:

Ῡ = Ʃ�

� ��1 =

Ʃ�1

Ῡ =1.37833,23

= 41,764 ��1 =71633,81 = 21,721

��2 =Ʃ�2 ��3 =Ʃ�3

(50)

Maka nilai-nilai diatas akan dimasukkan ke dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Harga-harga yang diperlukan untuk Uji Regresi

No � �� �� �� �� ���

(51)

Sambungan Tabel 4.4

No � �� �� �� ��

(52)

Dari nilai-nilai diatas dapat diketahui nilai jumlah kuadrat regresi (�����)dan nilai

(�����) dan selanjutnya dapat dihitung�ℎ�����.

����� =�1∑��1 +�2∑��2 +�3∑��3

����� = 1,032(3.492,66) + 1,424(7.575,55) – 2,789(433,62)

����� = 13.182,64

�����= ∑(� − ��)2

�����= 27.992,43

�ℎ����� =

����� �

�����/(�−�−1)

�ℎ����� =

13.182,64

3

27.922,43/(33−3−1)

�ℎ����� = 4962.394,84,21

�ℎ�����

=

4,56
(53)

������ = �()(1;�2)

������ = �(0,05)(�;�−�−1)

������ = �(0,05)(3;29)

������ = 2,93

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa nilai �ℎ����� = 4,56 >������ = 2,93.

Maka �0ditolak, hal ini berarti persamaan linier berganda � atas �1,�2 dan �3 bersifat terdapat pengaruh signifikan antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap terjadinya jumlah penduduk miskin.

4.5 Perhitungan Koefisien Determinasi Dan Koefisien Korelasi Ganda Dari Tabel 4.4 dapat dilihat harga Ʃy2 = 41.174,7 dan nilai ����� = 13.182,64

telah dihitung sebelumnya, maka diperoleh nilai koefisien determinasi :

�2 = �����

Ʃ�2

�2 = 13.182,64 41.174,7

�2 = 0,320

(54)

penduduk, dan tingkat pengangguran melalui hubungan regresi linier berganda sedangkan sisanya 68% dipengaruhi oleh faktor lain.

Untuk koefisien korelasi ganda digunakan rumus :

R =��2

R =�0,320

� = 0,56

Dari hasil perhitungan didapat korelasi (�) antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin sebesar 0,56. Nilai korelasi tersebut menyatakan bahwa hubungan antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin agak rendah.

4.6 Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel

(55)

4.6.1 Perhitungan Korelasi antara Variabel Bebas dan VariabeTerikat 1. Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin (�) dengan Luas

Wilayah (�1)

���1 =

�Ʃ�1�1−(Ʃ�1)(Ʃ�)

�{�Ʃ�12−(Ʃ�1)2}{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

���1 =

33�33.429,8−(716,807)(1.378,23)

�{33�25.638,12−(716,807)2}{33�98.735,4−(1378,23)2}

���1 =

115.258,49 671.892,03

���1 = 0,172

Koefisien korelasi antara jumlah penduduk miskin (�) dan luas wilayah (�1) adalah 0,172 yang menunjukkan korelasi yang sangat rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika luas wilayah kecil maka jumlah penduduk miskin rendah dan sebaliknya jika luas wilayah bertambah maka jumlah penduduk miskin meningkat.

2. Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin (�) dengan Kepadatan Penduduk (�2)

���2 =

�Ʃ�2�1−(Ʃ�2)(Ʃ�)

�{�Ʃ�22−(Ʃ�2)2}{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

���1 =

33�21.795,13−(340,47)(1378,23)

�{33�16.967,4−(340,47)2}{33�98.735,84−(1378,23)2}

���1 =

(56)

���1 = 0,3218

Koefisien korelasi antara jmlah penduduk miskin (�) dan kepadatan penduduk (�2) adalah 0,3218 yang menunjukkan korelasi yang rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika kepadatan penduduk bertambah akan meningkatkan jumlah penduduk miskin, dan sebaliknya jika kepadatan penduduk menurun maka jumlah penduduk miskin menurun.

3. Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin (�) dengan Tingkat Pengangguran (�3)

���3 =

�Ʃ�3�1−(Ʃ�3)(Ʃ�)

�{�Ʃ�32−(Ʃ�3)2}{�Ʃ�2−(Ʃ�)2}

���3 =

33�8.487,5−(192,84)(1378,23)

�{33�1.712,01−(192,84)2}{33�98.735,84−(1378,23)2}

���3 =

14.309,626 161.976,78

���3 = 0,088

(57)

4. Koefisien Korelasi Antara Luas Wilayah (�1) Dengan Kepadatan Penduduk (�2)

��1�2 =

�Ʃ�1�2−(Ʃ�1)(Ʃ�2)

�{�Ʃ�12−(Ʃ�1)2}{�Ʃ�22−(Ʃ�2)2}

��1�2 =

(33�1.321,46)−(716,807)(340,47)

�{33(25.638,12)−(716,807)2}{33(16.967,4)−(340,47)2}

��1�2 =

−200.443,1 384.081,42

��1�2 = −0,522

Koefisien korelasi antara luas wilayah (�1) dan kepadatan penduduk (�2) adalah −0,522 yang menunjukkan korelasi agak rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika bertambahnya luas wilayah maka kepadatan penduduk menurun, dan jika luas wilayah semakin kecil maka kepadatan penduduk meningkat.

5. Koefisien Korelasi Antara Luas Wilayah (�1) Dengan Tingkat Pengangguran (�3)

��1�3 =

�Ʃ�1�3−(Ʃ�1)(Ʃ�3)

�{�Ʃ�12−(Ʃ�1)2}{�Ʃ�32−(Ʃ�3)2}

��1�3 =

(33�3.560,88)−(716,807)(192,84)

�{33(25.638,12)−(716,807)2}{33(1712,01)−(192,84)2}

��1�3 =−

20.720,02 80.095,90

(58)

Koefisien korelasi antara luas wilayah (�1) dan tingkat pengangguran (�3) adalah −0,259 yang menunjukkan korelasi sangat rendah dan tidak searah (korelasi negatif). Hal ini berarti jika semakin luas wilayah maka menurunnya tingkat pengangguran, dan semakin bertambah luas wilayah akan meningkatkan pengangguran.

6. Koefisien Korelasi Antara Kepadatan Penduduk (�2) Dengan Tingkat Pengangguran (�3)

��2�3 =

�Ʃ�2�3−(Ʃ�2)(Ʃ�3)

�{�Ʃ�22−(Ʃ�2)2}{�Ʃ�32−(Ʃ�3)2}

��2�3 =

(33�3.895,16)−(340,47)(192,84)

�{33(16.967,4)−(340,47)2}{33(1.712,01)−(192,84)2}

��2�3 =

62.884,045 92.592,1658

��2�3 = 0,679

(59)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengertian Implementasi Sistem

Implementasi sistem adalah langkah-langkah atau prosedur-prosedur yang dilakukan dalam menyelesaikan desain sistem yang telah disetujui, untuk menginstal, menguji dan memulai sistem baru yang diperbaiki.

5.2 Tujuan Implementasi Sistem

Adapun tujuan dari implementasi sistem adalah sebagai berikut: 1. Menyelesaikan desain sistem yang telah disetujui sebelumnya.

2. Memastikan bahwa pemakai (user) dapat mengoprasikan sistem baru. 3. Menguji apakah sistem baru tersebut sesuai dengan pemakai.

4. Memastikan bahwa konversi ke sistem baru berjalan yaitu dengan membuat rencana, mengontrol dan melakukan instalasi baru secara benar.

5.3 Pengenalan SPSS

SPSS (Statistical Prodect and Service Solution) merupakan program aplikasi yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik dengan menggunakan komputer. SPSS paling banyak digunakan dalam berbagai riset pasar, pengendalian dan perbaikan mutu (quality improvement) serta riset-riset lain.

(60)

dioperasikan hanya pada komputer mainframe. Pada tahun 1984, SPSS pertama kali muncul pada versi PC (bisa dipakai untuk komputer dekstop) dengan nama SPSS/PC+, dan sejalan dengan populernya sistem operasi windows. Pada tahun 1992, SPSS juga mengeluarkan versi windows. Dan antara tahun 1994-1998, SPSS melakukan berbagai kebijakan strategis untuk mengembangkan software statistik dengan mengeluarkan software house terkemuka seperti SYSTAT. Inc, BMDP Statistical software, jandel statistics software clear software, Quantime

Ltd, Initive Technologies A/S dan Integral Solution Ltd. Untuk memantapkan posisinya sebagai salah satu market leader dalam business intelligence, SPSS juga menjalin aliansi strategis dengan software house terkemka dunia yang lain seperti Oracle Corp, Business Object dan Ceres Integrated Solution.

Karena perkembangan SPSS ini menbuat program SPSS yang tadinya hanya ditujukan pada pengolahan data statistik untuk ilmuan sosial yang pada saat itu SPSS yang di singkatkan dari Statistical Packcage for The Social Science berubah menjadi Statistical Product and Service Solition. Fungsi SPSS diperluas untuk melayani berbagai user seperti proses produksi di pabrik, riset ilmu sains dan lain-lain.

5.4 Langkah – Langkah Pengolahan Data dengan SPSS 5.4.1 Cara Mengaktifkan SPSS Pada Program Windows

(61)

Gambar 5.1 Tampilan Pengaktifan SPSS

5.5 Mengenal lingkungan SPSS

SPSS data editor mempunyai 2 (dua) tipe lingkungan kerja:

1. Data view adalah tempat dimana data akan dimasukkan dan diproses.

(62)

2. Variable View adalah tempat di mana variable akan didefinisikan terlebih dahulu sebelum di masukkan ke data view. Cara mengaktifkannya adalah dengan mengklik tab sheet Variable View yang berada di bagian kiri bawah atau langsung menekan Ctrl + T.

5.6 Menyusun Definisi Variable View

Name: Untuk memasukkaan nama variable yang akan diuji. Type: Untuk mendefinisikan type variable.

Widht: Untuk pengaturan panjang karakter dari variable. Decimals: Untuk menuliskan jumlah desimal di belakang koma. Label: Untuk menuliskan keterangan dari nama variable. Missing: Untuk menuliskan ada tidaknya jawaban kosong. Columns: Untuk pengaturan lebar kolom.

Align: Untuk pengaturan teks/angka pada data View apakah akan dibuat rata kiri (left), kanan (right) atau tengah (center).

Measure: Untuk menentukan skala variable, misalnya nominal, ordinal atau scale.

(Dalam penulisan tugas akhir ini Values, Missing, Columns dan Measure tidak dipergunakan, karena itu ketiga pengaturan ini diabaikan saja).

5.7 Pemasukan Data ke dalam SPSS Statistics 17.0

(63)

1. Pengisian variable pada Variable View.

Variable Y adalah jumlah penduduk miskin variable ini merupakan variable pertama yang akan ditempatkan pada baris pertama.

Langkah-langkahnya adalah:

1. Isi name dengan Y lalu pilih Type dan pilih Numeric. 2. Pilih Widht isi dengan angka 8 lalu pilih Decimals ketik 2. 3. Pada Label ketik “Jumlah Penduduk Miskin”

4. Lalu pada Align pilih Right.

Selanjutnya variabel X1 adalah luas wilayah yang juga menjadi variabel

kedua yang didapatkan pada baris kedua. Langkah-langkahnya adalah:

1. Isi name dengan Y lalu pilih Type dan pilih Numeric. 2. Pilih Widht isi dengan angka 8 lalu pilih Decimals ketik 2. 3. Pada Label ketik “Luas Wilayah”

4. Lalu pada Align pilih Right.

Selanjutnya variabel X2 adalah luas wilayah yang juga menjadi variabel

ketiga yang didapatkan pada baris ketiga. Langkah-langkahnya adalah:

(64)

4. Lalu pada Align pilih Right.

Selanjutnya variabel X3 adalah luas wilayah yang juga menjadi variabel

keempat yang didapatkan pada baris keempat. Langkah-langkahnya adalah:

1. Isi name dengan Y lalu pilih Type dan pilih Numeric. 2. Pilih Widht isi dengan angka 8 lalu pilih Decimals ketik 2. 3. Pada Label ketik “Tingkat Pengangguran”

4. Lalu pada Align pilih Right.

Pengisian variabel tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3 Tampilan Pengisian Variable View

2. Pengisian Data Pada Data View

(65)

1. Setelah pengisian variabel pada Variable View lalu klik pada tab sheet Data View yang ada di kiri bawah layar.

2. Isilah tahun pada kolom Tahun sesuai jumlah data yang ada. 3. Isi Y, X1, X2, dan X3 dengan data yang ada.

Pengisian data tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data View

5.8 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk mencari mencari korelasi dan persamaan regresi linier berganda. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Pada Menu Bar Klik menu Analyze, lalu pilih Regression dan klik linear. 2. Lalu akan muncul kotak dialog Linear Regression.

(66)

Gambar 5.5 Tampilan Jendela Regresi Linier

4. Klik tombol Statistics sehingga akan muncul Linear Regression Statistics, lalu beri centang pada kotak Estimate, Model Fit, dan Descriptives.

(67)

5. Lalu klik Continue.

6. Selanjutnya balik ke kotak dialog Linear Regression, lalu klik Plots untuk membuat grafik. Isi kolom Y dengan pilihan SDRESSID dan kolom X dengan ZPRED, kemudian klik Next.

Gambar 5.7 Tampilan Jendela Regresi Linier Polts

(68)

Gambar 5.8 Tampilan Jendela Regresi Linier Options

(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan rumus yang ada maka diperoleh nilai-nilai koefisien regresinya yaitu: �0= 20,953, �1 = 1,032, �2= 1,424, �3= -2,789, sehingga persamaan linier berganda yang didapat adalah:

�� = 20,953 + 1,032�1+ 1,424�2− 2,789�3

2. Pada uji linier berganda dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang = 3, dk penyebut = 29, �ℎ����� = 4,56 >������ = 2,93. Maka �0 ditolak

dan �1 diterima. Hal ini berarti persamaan linier berganda � atas �1,�2,�3bersifat nyata yang berarti bahwa luas wilayah, kepadatan

penduduk, dan tingkat pengguran secara bersama-sama berpengaruh terhadap terjadinya jumlah penduduk miskin.

3. Koefisien determinasi (�) sebesar 32%, menunjukkan bahwa hanya 32% jumlah penduduk miskin dipengaruhi oleh ketiga faktor �1,�2,�3 dan 68% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

(70)

6.2 Saran

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Paham. 2006. Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. Medan: USU Press Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3S

Mangkuprawira, Sjafri. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suharyanto, H. dan Agus, H. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Grha Guru

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Edisi ke-6. Bandung: Tarsito

Referensi

Dokumen terkait

H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran dan jumlah penghasilan terhadap jumlah kriminalitas di Provinsi

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran dan jumlah penghasilan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kejahatan,

Regresi dan Korelasi Dalam Genggaman

Metode penelitian yang digunakan melalui pendekatan model regresi linier berganda untuk mengestimasi pengaruh beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel dependent dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu variabel

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara luas wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, lapangan usaha dan pengeluaran riil

Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa PDRB berpengaruh positif terhadah Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia tidak berpengaruh terhadap Jumlah Penduduk

Pemodelan persentase penduduk miskin dengan regresi linier berganda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh secara signifikan terhadap