• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KOPI

PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA ROBUSTA AKUR DI

KABUPATEN TEMANGGUNG

APRINIA SOLIKHATUN NISA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

APRINIA SOLIKHATUN NISA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Tanaman kopi adalah salah satu komoditi unggulan Kabupaten Temanggung yang belum banyak dimanfaatkan pada subsistem off farm. Agar usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung dapat berkembang, maka pemerintah turut memperhatikan industri ini. Bentuk perhatian dari pemerintah diantaranya dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama kemudian memberikan bantuan investasi sebagai stimulus kepada Kelompok Usaha Bersama tersebut, agar usaha dapat berjalan. Salah satu Kelompok Usaha Bersama di Kabupaten Temanggung yang mendapatkan bantuan adalah Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur. Bantuan yang diberikan kepada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur berupa bangunan dan satu set mesin pengolahan kopi. Studi kelayakan bisnis diperlukan guna menganalisis usaha pengolahan kopi yang mendapatkan bantuan investasi bangunan dan mesin. Aspek utama didalam kelayakan adalah aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri atas aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan. Analisis juga dilakukan pada perubahan yang terjadi di sekitar bisnis dengan menggunakan analisis switching value. Switching value digunkan untuk menganalisis perubahan maksimum dari biaya dan manfaat. Hasil analisis menunjukkan kelayakan investasi dalam pelaksanaan bisnis pengolahan kopi. Hasil analisis menunjukkan bahwa, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp43 507 123, IRR sebesar 30.16 persen, Net B/C sebesar 1.50, Gross B/C sebesar 1.04, dan Payback Period selama 8.81 tahun. Pada analisis sensitivitas dengan pendekatan switching value diperoleh batas maksimal penurunan jumlah produksi sebesar 12.74 persen dan kenaikan biaya biaya bahan baku sebesar 29.45 persen. hasil analisis menunjukkan bahwa usaha pengolahan kopi peka terhadap perubahan jumlah produksi namun tidak peka terhadap perubahan biaya bahan baku.

Kata kunci: bantuan, Kelompok Usaha Bersama, kopi, studi kelayakan, switching value

ABSTRACT

APRINIA SOLIKHATUN NISA. Analysis Feasibility Coffee Processing on Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur in Temanggung Regency. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

(5)

Temanggung regency who get help are Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur. Assistance given to Kelompok Usaha Bersama a building and a set of coffee processing machines. Feasibility study is required to analyze the coffee processing business investment assistance and machine building. The main aspect is the feasibility in non financial aspects and financial aspects. Consists of non financial aspects are market aspects, technical, management, sosial and environmental. The analysis was also performed on the changes around the business by using a switching value analysis. Switching value to use analyze the maximum change of costs and benefits. The analysis shows the feasibility of investing in the implementation of the coffee processing business. The analysis showed that, the NPV value obtained Rp43 507 123, IRR of 30.16 percent, Net B/C of 1.50; Gross B/C at 1.04, and Payback Period for 8.81 years. In the sensitivity analysis with the value obtained by switching approaches the maximum limit decrease in production by 12.74 percent and an increase in the cost of raw material costs by 29.45 percent. Results of the analysis showed that coffee processing business is sensitive to changes in the amount of production but is not sensitive to changes in raw material costs.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KOPI

PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA ROBUSTA AKUR DI

KABUPATEN TEMANGGUNG

APRINIA SOLIKHATUN NISA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung

Nama : Aprinia Solikhatun Nisa NIM : H34100079

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprila, MM selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Heru Prayitno selaku ketua Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur, Bapak Rachmat Pratikto selaku pemilik Coffee House Sindoro Sumbing serta Ibu Rahma yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Yekti Toto Raharjo dan Ibunda Gati Nurhidayati, ketiga saudaraku (Pratiwi Eka Puspita, Rizkia Gustin Nurul Fatimah, dan Muhammad Iqbal Raihan) atas motivasi, semangat, dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis. Sahabat-sahabatku sejak TPB, Kosan Wisma Shinta dan teman-teman Agribisnis 47 yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN i

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Analisis Non Finansial 6

Aspek Pasar 6

Aspek Teknis 8

Aspek Manajemen 9

Aspek Sosial dan Lingkungan 9

Analisis Kelayakan Finansial 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Teoritis 11

Studi Kelayakan Bisnis 11

Aspek Nonfinansial 13

Analisis Finansial 14

Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value 15

Kerangka Operasional 15

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

Analisis Non Finansial 19

Analisis Finansial 20

(12)

Analisis Sensitivitas dengan Pendekatan Switching Value 22

Asumsi Dasar 22

GAMBARAN UMUM USAHA 23

Sejarah Singkat 23

Letak dan Kondisi Lahan 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Analisis Kelayakan Non Finansial 24

Aspek Pasar 24

Aspek Teknis 26

Aspek Manajemen 30

Aspek Sosial dan Lingkungan 31

Analisis Kelayakan Finansial 32

Arus Penerimaan 32

Arus Pengeluaran 34

Analisis laporan laba rugi usaha 38

Analisis kelayakan finansial 39

Analisis Switching Value 40

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 43

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jenis komoditas pertanian di Temanggung berdasarkan luas lahan 2 2 Jenis komoditas perkebunan unggulan di Temanggung berdasarkan

rata-rata harga pasar tahun 2013 2

3 Jumlah produksi dan nilai penjualan untuk tiap tahun 33

4 Jumlah penerimaan jasa untuk tiap tahun 33

5 Jumlah nilai sisa investasi 34

6 Jumlah nilai bantuan investasi 34

7 Biaya investasi 35

8 Biaya reinvestasi 35

9 Biaya tetap pertahun 36

10 Biaya peralatan 36

11 Biaya variabel tahun pertama 37

12 Biaya variabel mulai tahun kedua 37

13 Pajak penghasilan 38

14 Penyusustan barang-barang investasi 39

15 Hasil analisis kelayakan finansial 39

16 Hasil analisis switching value untuk penurunan produksi 40 17 Hasil analisis switching value untuk kenaikan biaya bahan baku 41

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 15

2 Kerangka pemikiran operasional 17

3 Saluran distribusi KUB Robusta Akur 26

4 Layout KUB Robusta Akur 28

5 Struktur organisasi 31

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penyerapan tenaga kerja perkebunan kopi di Temanggung 44 2 Data kopi Temanggung pengolah kopi segar hingga bubuk 44 3 Rekapitulasi laporan bulanan komoditas perkebunan tanaman

tahunan/keras September 2013 45

4 Laba rugi KUB Robusta Akur 46

5 Arus kas normal KUB Robusta Akur 48

6 Switching value penurunan produksi KUB Robusta Akur 50 7 Switching value kenaikan biaya variabel KUB Robusta Akur 52

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi termasuk bagian dari komoditi pertanian subsektor perkebunan. Luas area perkebunan kopi di Indonesia saat ini mencapai 1.2 juta hektar. Berdasarkan luas area tersebut, 96 persen merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4 persen milik perkebunan swasta dan pemerintah sehingga produksi kopi Indonesia sangat tergantung oleh perkebunan rakyat. Dari luas area perkebunan kopi, luas area yang menghasilkan (produktif) mencapai 920 hektar atau sekitar 77 persen. Produksi kopi Indonesia tahun 2012 mencapai 750 000 ton, dimana kopi arabika menghasilkan hampir 150 000 ton dari luas area 250 000 hektar sedangkan kopi robusta menghasilkan 600 000 ton dari luas area 1 050 000 hektar. Peningkatan tersebut disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk pembungaan dan pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi kopi nasional. Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal pada ketinggian 1 000 meter diatas permukaan laut, sedangkan kopi robusta pada ketinggian 400 sampai 800 meter diatas permukaan laut yang pada umumnya berupa hutan, maka perkembangan tanaman kopi arabika terbatas. 1

Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Sekitar 67 persen total produksi kopi Indonesia diekspor dan sisanya 33 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.1 Kebutuhan kopi semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi yang menimbulkan perubahan gaya hidup dan tren (Panggabean 2011). Peningkatan taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya generasi muda.2 Manfaat dari meminum kopi sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari penelitiannya tentang manfaat meminum kopi (Panggabean 2011). Skala industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari skala industri rumah tangga hingga skala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri namun juga untuk mengisi pasar luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasar dalam negeri menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi.2

Kabupaten Temanggung yang berada di tengah wilayah Jawa Tengah memiliki komoditas andalan dan khas diantaranya tembakau dan kopi (Alamsyah 2011).

1

Anonim. 2012. Luas Areal dan Produksi. [Diunduh 2014 Mei 26]. Jakarta (ID). Tersedia pada : http://www.aeki-aice.org/page/areal-dan-produksi/id

2

(16)

2

Tabel 1 Jenis komoditas pertanian di Temanggung berdasarkan luas lahana

Jenis pertanian Luas area (ha) Produksi (ton)

Tembakau 13 088.30 6 786.64

Kopi (arabika dan robusta) 10 346.71 6 044.04

Padi 27 879 137.072

Jagung 32 684 136.057

a

Sumber : diolah dari Temanggung dalam Angka 2010 dan data Setda Temanggung 2011 dalam Alamsyah (2011)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi subsektor perkebunan lebih tinggi daripada subsektor lainnya. Hal ini diwakili oleh komoditas tembakau dan kopi. Masyarakat Temanggung sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani sehingga kedua komoditas ini masih menjadi penopang perekonomian bagi mereka. Jumlah produksi tanaman perkebunan lebih besar daripada tanaman hortikultura padahal luas area tanaman hortikultura lebih besar daripada tanaman perkebunan.

Tabel 2 Jenis komoditas perkebunan unggulan di Temanggung berdasarkan rata-rata harga pasar tahun 2013a

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung

Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung yang dilihat pada Tabel 2 diketahui bahwa jumlah produksi kopi paling banyak diantara tanaman perkebunan unggulan lainnya. Peningkatan jumlah produksi kopi di Kabupaten Temanggung disebabkan menurunnya industri tembakau sehingga berdampak pada petani tembakau. Penyebab lainnya adalah petani kopi sudah mulai melihat peluang industri kopi sehingga petani kopi lebih intensif dalam membudidayakannya. Harga yang tertera dalam tabel untuk produksi kopi merupakan harga untuk biji kopi hijau kering. Berdasarkan wawancara saat survei pendahuluan, wakil ketua Asosiasi Petani Kopi Kabupaten Temanggung mengatakan bahwa menjual biji kopi hijau kering lebih menguntungkan daripada hanya menjual kopi segar dan daya simpan biji kopi hijau kering lebih lama. Apabila setelah panen kopi segar tidak langsung dijual kepada pengumpul dan diolah menjadi kopi kering atau biji kopi hijau kering maka akan membusuk dan petani merugi.

(17)

3 menyerap banyak tenaga kerja. Tabel penyerapan tenaga kerja perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung dapat dilihat dalam Lampiran 1.

Pemerintah melalui instansi terkait seperti Kementerian Perindustrian dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung turut memperhatikan industri kopi agar petani kopi Temanggung tidak hanya mampu membudidayakan kopi namun juga mampu mengolah kopi. Hal tersebut dilakukan pemerintah dengan harapan kopi yag dihasilkan petani memiliki nilai tambah sehingga petani kopi tidak lagi menjual kopi dalam bentuk kopi segar, kopi kering, atau biji kopi hijau kering. Mengambil dari dana APBN yang disalurkan oleh Kementerian Perindustrian dan dana APBD yang disalurkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung, digunakan untuk memberikan bantuan kepada beberapa kelompok tani kopi. Bantuan yang diberikan dapat berupa bangunan, satu set mesin pengolahan kopi, atau aspek teknis seperti instalasi listrik. Berdasarkan wawancara saat survei pendahuluan, staf Bidang Perindustrian mengatakan bahwa bantuan yang diberikan kepada kelompok tani diharapkan akan menjadi kelompok usaha bersama dan mampu memotivasi kelompok tersebut untuk mengembangkan usahanya. Bantuan diberikan hanya sekali bagi kelompok yang dianggap mampu oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung untuk menjalankan usaha pengolahan kopi.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung tahun 2014 terdapat enam usaha pengolahan kopi yang mengolah kopi segar hingga menjadi kopi bubuk dalam kemasan. Salah satu UKM yang mendapatkan bantuan dari pemerintah adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Robusta Akur. KUB Robusta Akur merupakan Kelompok Usaha Bersama dimana diharapakan tiap anggota ikut berperan dalam proses produksi dan memasarkan hasil produksinya. Kelompok tersebut merupakan salah satu kelompok yang mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan yang didapat berupa bangunan sebagai pabrik dan satu set mesin pengolah kopi. Berdasarkan hasil wawancara saat survey pendahuluan, staf Bidang Perindustrian mengatakan bahwa saat ini terdapat tiga Kelompok Usaha Bersama dibawah binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Temanggung.

(18)

4

Perumusan Masalah

Terdapat lima kecamatan yang merupakan sentra budidaya kopi yaitu Kecamatan Kandangan, Candiroto, Gemawang, Bejen, dan Kledung. Petani di kecamatan tersebut menanam lahannya sebagian besar secara monokultur untuk tanaman kopi. Ketika musim panen raya tiba, petani langsung menjual kopi segar kepada tengkulak. Apabila petani tidak ingin menjual kopi segar maka petani menjual biji kopi hijau kering namun harus mengeluarkan biaya jasa untuk penggilingan kopi. Harga rata-rata di tingkat petani untuk kopi robusta segar adalah Rp4 250 per kilogram. Harga yang rendah membuat usahatani kopi tidak menguntungkan. Apabila petani menginginkan peningkatan pendapatan maka harus melakukan pengolahan kopi menjadi kopi sangrai atau kopi bubuk. Harga kopi bubuk dijual oleh pengusaha kopi di Kabupaten Temanggung yaitu Rp70 000 per kilogram untuk kopi robusta. Hal tersebut tentu lebih menguntungkan untuk menjual kopi sangrai atau bubuk karena terdapat nilai tambah didalamnya.

Meskipun Kabupaten Temanggung memiliki potensi yang besar dalam pengolahan kopi, pelaku usaha pengolah kopi masih menjumpai berbagai permasalahan. Permasalahan yang terjadi diantaranya yaitu investasi usaha pengolahan kopi yang besar dan investasi tersebut akan tertanam dalam jangka waktu lama sampai pengembalian modal. Pelaku usaha memerlukan mesin, bangunan, dan lahan sebagai investasi dalam pengolahan kopi. Melihat permasalahan tersebut, pemerintah melalui dana APBN dan APBD yang disalurkan oleh Kementrian Perindustrian dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung memberikan bantuan dalam bentuk investasi kepada kelompok tani. Harapan dari adanya bantuan tersebut kelompok tani akan menjadi kelompok usaha bersama dan memotivasi mengembangkan usahanya.

Masalah sumberdaya manusia menjadi masalah utama sulit berkembangnya usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung. Pelaku usaha tidak ditunjang pendidikan formal yang tinggi sehingga mempengaruhi pola pikir dan strategi usaha mereka. Pelaku usaha tidak mengetahui bauran pemasaran, cara menyangrai kopi yang benar agar menghasilkan aroma kopi yang nikmat karena salah satu kunci pengolahan kopi adalah saat menyangrai, serta cara membina hubungan dengan pembeli. Masalah-masalah tersebut yang membuat pendapatan pelaku usaha tidak menentu karena berproduksi hanya berdasarkan pesanan konsumen. Masalah yang dialami para pelaku usaha pengolahan kopi tidak membuat mereka menurunkan standar kualitas kopi bubuknya. Kopi bubuk yang mereka buat merupakan kopi asli tanpa campuran apapun termasuk jagung dan beras yang sering digunakan oleh perusahaan kopi komersil umumnya. Tujuan dilakukannya hal tersebut untuk tetap menjaga kepercayaan pelanggan karena kualitas kopi yang dibelinya.

(19)

5 dijalankan oleh kelompok melainkan secara tidak langsung telah diusahakan secara pribadi. Dalam penelitian ini, KUB Robusta Akur sebagai pelaku usaha yang dalam berinvestasi mendapatkan bantuan pemerintah dalam bentuk mesin dan bangunan. Berdasarkan hal tersebut, ingin diketahui apakah investasi yang didapat melalui bantuan akan mempengaruhi kelayakan usaha atau tidak. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dilakukan penelitian kelayakan usaha pengolahan kopi terhadap pelaku usaha yang mengolah kopi dari kopi segar hingga kopi bubuk dalam kemasan. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan non finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur di Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur di Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana sensitivitas usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur di Kabupaten Temanggung apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan nonfinansial usaha pengolahan kopi pada KUB

Robusta Akur yaitu usaha yang mendapatkan bantuan dalam bentuk bangunan dan mesin di Kabupaten Temanggung yang dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur yaitu usaha yang mendapatkan bantuan dalam bentuk bangunan dan mesin di Kabupaten Temanggung.

3. Menganalisis sensitivitas dengan menggunakan switching value pada kedua pola usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya dan manfaat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Robusta Akur untuk dijadikan bahan pertimbangan atau masukan dalam membuat rencana usaha selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemerintah dan lembaga terkait yang berniat melakukan pembentukan Kelompok Usaha Bersama dan memberikan bantuan terhadap usaha tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

6

mengkaji dua aspek yakni aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, sensitivitas melalui pendekatan switching value terhadap penurunan produksi dan kenaikan biaya bahan baku produk kopi.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Non Finansial

Aspek Pasar

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai analisis kelayakan usaha pada komoditi perkebunan pernah dilakukan oleh Akzar (2012), Sihombing (2011), dan Ramadhannissa (2013). Salah satu bahasan dalam penelitian tersebut adalah analisis nonfinansial dari masing-masing kelayakan usaha komoditi tersebut. Judul penelitian yang dilakukan oleh Akzar (2012) adalah Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Aspek pasar yang dikaji dalam penelitian Akzar (2012) adalah potensi pasar dari produk yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan kebijakan terhadap bauran pemasaran yang dilakukan. UD Julu Atia memiliki potensi pasar lokal karena permintaannya yang sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi dengan harga Rp8 000 per kilogram, sementara prediksinya hanya Rp5 000 sampai Rp7 000 per kilogram. Produk ini dibandingkan dengan gula merah dari palm dengan harga berkisar Rp10 000 sampai Rp15 000 per kilogram. Selisih harga yang besar, membuat gula merah tebu memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Prospek pasar gula merah tebu ini juga sampai ke luar Jawa diantaranya Jayapura dan Kalimantan Timur, selain itu juga diekspor hingga Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa. Pengembangan pemasaran gula merah tebu dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Produk yang dihasilkan berkaitan dengan bentuk, warna, dan kualitas. Kualitas gula merah sangat dipengaruhi oleh bahan baku, pascapanen, dan pengolahan sedangkan tebu dipengaruhi oleh iklim, umur tanam, dan varietas. Bentuk produk gula merah tebu yang dihasilkan UD Jala Atia berbentuk balok dan padat. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu adalah penjualan di pasar-pasar lokal, antarpulau dan pada pengembangannya akan diekspor. Pasar yang sudah dilayani yaitu Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Harga jual gula merah tebu yaitu Rp8 000 per kilogram. Selama tahun 2011, promosi yang sudah dilakukan adalah mengikuti pameran produk hasil pertanian yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Takalar dan Provinsi Sulawesi Selatan.

(21)

7 negeri. Bentuk pasar dari kopi biji hijau kering adalah pasar persaingan sempurna, PT. SSC tidak dapat menentukan dan mengubah harga pasar. Harga kopi biji kopi kering ditentukan oleh harga kopi internasional dan dipengaruhi oleh persediaan, cuaca, dan kondisi perekonomian. Pasar persaingan sempurna yang dialami PT. SSC juga dilihat dengan mudah keluar masuk pasar. Kecenderungan permintaan dan penawaran kopi meningkat yang dilihat dari meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat dunia, telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi. Pergeseran ini khususnya terjadi pada kawula muda yang menyukai kopi instan. Peningkatan konsumsi ini menjadi peluang bagi pengekspor kopi karena permintaan yang semakin banyak. Pada analisis persaingan, PT.SSC menempati urutan kelima untuk perusahaan pengekspor kopi bii hijau kering di Sumatera Utara pada tahun 2009. Pangsa pasar PT. SSC adalah 6.09 persen. Penyebabnya adalah PT. SSC belum memiliki perkebunan sendiri dimana bahan baku perusahaan tergantung kepada hasil panen petani. Secara umum tingkat persaingan di pasar tidak terlalu tinggi karena masing-masing perusahaan telah memiliki pembeli tetap sesuai dengan kontrak dan kapasitas kopi yang diminta. Bauran pemasaran yang dilakukan PT. SSC antara lain produk, harga, tempat (distribusi), dan promosi. PT. SSC memasarkan biji kopi berupa kopi biji hijau kering dengan jenis kopinya yaitu kopi arabika. Kopi biji hijau kering dijual dengan kadar air 12 persen dan dikepak menggunakan karung dengan netto 60 kilogram setiap karungnya. Merek yang digunakan, menggunakan nama perusahaannya sendiri. Harga kopi yang diterima oleh PT. SSC merupakan harga sesuai dengan kontrak yang disepakati oleh PT. SSC dengan pembeli. Distribusi merupakan penting agar pelanggan dapat memperoleh produk dengan mudah. PT. SSC menyalurkan produknya kepada perusahaan yang sebelumnya telah melakukan kesepakatan kontrak yang dibantu oleh National Cooperative Business Association (NBCA) dan Cooperative Business International (CBI) yang berada di Klaten Jawa Tengah. NCBA melakukan pemasaran dalam mendapatkan pembeli kemudian melakukan penawaran harga, kualitas, kuantitas dan hal terkait lainnya kepada PT. CBI Indonesia, kemudian CBI menawarkan kontrak tersebut kepada PT. SSC dan PT. SSC nantinya langsung mengirimkan biji hijau kering kepada pembeli yang ada didalam kontrak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Perjanjian dilakukan dengan sistem freight off board (fob). Promosi yang dilakukan oleh PT. SSC adalah dengan menawarkan biji kopi hijau kering dengan kualitas terbaik kepada perusahaan-perusahaan importir dengan mengirimkan sampel ke organisasi kopi berskala internasional seperti CBI.

(22)

8

kelapa sawit pada umumnya mampu beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti, PKS di Riau mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar. Target pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah pabrik kelapa sawit yang berada di Riau. Pangsa pasar PT. TIS dalam produksi TBS di Riau pada tahun 2012 adalah 0.092 persen.

Terdapat variabel analisis yang berbeda pada aspek pasar yang dilakukan oleh masing-masing peneliti. Pada penelitian Akzar (2012), aspek pasar yang dibahas adalah potensi pasar dan bauran pemasaran. Pada penelitian Sihombing (2011), aspek pasar yang dibahas adalah bentuk pasar, kecenderungan permintaan dan penawaran, analisis persaingan, dan bauran pemasaran. Pada penelitian yang dilakukan Ramadhannissa (2013) adalah potensi pasar dan pangsa pasar. Pada aspek pasar yang menjadi perhatian utama adalah pangsa pasar pada ketiga penelitian tersebut. Kesimpulan yang didapat dari ketiga penelitian tersebut adalah subsektor perkebunan layak untuk dijalankan pada aspek pasar karena pangsa pasar dari masing-masing usaha masih dapat dikembangkan.

Aspek Teknis

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan kopi yang membahas aspek teknis antara lain pernah dilakukan oleh Sihombing (2011) dan Herdiyanti (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2011) berjudul Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT. Sumatera Specialty Coffees) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herdiyanti (2013) berjudul Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Kedua peneliti tersebut menganalisis lokasi usaha dan proses produksi. Lokasi usaha pada penelitian Sihombing (2011) terletak di dua tempat yaitu di Siborongborong dan Brastagi. Pabrik yang terletak di Siborongborong sebagai penyedia bahan baku biji kopi dan mengolahnya menjadi biji kopi hijau kering, selanjutnya dikirim ke pabrik yang terletak di Brastagi untuk disortir dan dipasarkan. PT. SSC didirikan di Siborongborong dengan pertimbangan bahwa daerah Taput merupakan wilayah sentra penghasil kopi arabika. Mendirikan pabrik dekat dengan pusat bahan baku diharapkan lebih menguntungkan karena biaya transportasi semakin berkurang. Selain itu, kopi-kopi dari daerah Toba Samosir, Samosir, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasudutan dan Madina masuk ke PT. SSC Siborongborong karena letak pabrik ini cukup strategis berada di lintas timur menuju Medan. Sama halnya dengan pabrik yang berlokasi di Brastagi juga cukup strategis karena pabrik inilah yang menampung biji kopi hijau kering hasil pengolahan koperasi-koperasi yang berada di kawasan daerah tersebut yang kemudian di proses. Selain itu, melalui Brastagi ke pelabuhan Belawan akses perjalanannya cukup baik yang memudahkan perusahaan ini dalam pengiriman barang. Penelitian yang dilakukan Herdiyanti (2013) berjudul Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu Desa Makmur Sentosa, Desa Pondok Gajah, dan Desa Sidodadi Kabupaten Bener Meriah. Baik Sihombing maupun Herdiyanti, usaha yang diteliti mengenai biji kopi hijau kering.

(23)

9 timbang, hulling, biji hijau basah, timbang, penjemuran, biji hijau kering kadar air 12 persen, packing 100 kg/colli dan labeling, biji hijau kering dikirim ke PT. SSC wilayah Brastagi. Proses produksi pada PT. SSC wilayah Brastagi yaitu penerimaan biji hijau kering dari wilayah Siborongborong, timbang, apabila terdapat kopi busuk maka dibuang, proses mesin (catador, grader, densi metric), hand sorting, apabila terdapat kopi busuk maka dibuang, blending, packing, pengiriman. Alur produksi biji kopi pada penelitian Herdiyanti (2013) yaitu penggilingan kopi gelondong, fermentasi, pencucian, penjemuran kopi gabah, penggilingan kopi gabah, penjemuran kopi beras, sortasi, penimbangan, pengemasan, penyimpanan. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek teknis pengolahan biji hijau kopi kering layak untuk dijalankan karena pada penelitian Sihombing (2011) dan Herdiyanti (2013), untuk dasar proses produksi telah sama.

Aspek Manajemen

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha yang membahas aspek manajemen pernah dilakukan oleh Ramadhannissa (2013). Dalam penelitiannya, aspek manajemen yang dianalisis adalah organisasi perusahaan. Menurut hasil penelitiannya, perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. TIS terdiri dari komisaris, direktur, administrasi, agronomi, pimpinan kebun, pengawas, mandor panen, kerani, mandor perawatan, makanik, driver atau operator, keamanan, tenaga kerja panen, tenaga kerja perawatan, tenaga kerja umum. Masing-masing karyawan memiliki pembagian tugas yang jelas. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis kelayakan usaha kelapa sawit yang mencerminkan subsektor perkebunan layak untuk dijalankan berdasarkan aspek manajemen.

Aspek Sosial dan Lingkungan

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha yang membahas aspek sosial dan lingkungan pernah dilakukan oleh Ramadhannissa (2013). Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar. Usaha yang didirikan pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat. Pendirian PT. TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses menuju daerah tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum baik. PT. TIS berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan kebutuhan sehari-hari seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses menuju daerah tersebut. Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga membayar retribusi untuk peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru.

(24)

10

Analisis Kelayakan Finansial

Penelitian-penelitian mengenai analisis kelayakan finansial pernah dilakukan oleh Sihombing (2011), Akzar (2012), dan Ramadhannissa (2013). Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian Sihombing (2011) mengenai komoditi kopi di Sumatera Utara beberapa diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Payback Period, dan Internal Rate of Return (IRR) dengan umur bisnis 5 tahun. Hasil perhitungan kelayakan finansial pada PT. SSC menunjukkan bahwa usaha ini layak. Masing-masing nilai NPV, Payback Period, IRR yaitu Rp8 205 498 310, 2.13 tahun, 49.89 persen. Suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga pinjaman BI pada bulan Maret 2011 sebesar 12 persen.

Perhitungan kriteria investasi pada penelitian Akzar (2012) mengenai komoditi tebu di Kabupaten Takalar menggunakan metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada masa kini. Analisis kriteria investasi yang digunakan beberapa diantaranya adalah NPV, Gross Benefit/Cost (Gross B/C), Net Benefit/Cost (Net B/C), IRR, dan Payback Period. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman rata-rata bank yaitu 11.67 persen. Hasil perhitungan kelayakan finansial usaha pengembangan gula merah tebu layak untuk dijalankan. Nilai NPV sebesar Rp371 948 158, nilai Gross B/C sebesar 1.063, nilai Net B/C sebesar 3.44, nilai IRR sebesar 42.37 persen, dan Payback Period yaitu 3 tahun 1 bulan 14 hari.

Penelitian Ramadhannissa (2013) mengenai komoditi kelapa sawit di Provinsi Riau menggunakan umur ekonomis selama 25 tahun dan suku bunga yang digunakan yaitu 11 persen berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada BRI Syariah. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Nilai NPV sebesar Rp26 057 938 182, nilai Net B/C sebesar 3.58, nilai IRR sebesar 31 persen, nilai Payback period sebesar 7.58 tahun.

(25)

11

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Usaha atau bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktivitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki kedalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan jasa atau barang, dengan tujuan barang dan jasa tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan kedalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu (Johan 2011).

Terdapat tiga tipe studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010) yaitu pembangunan fasilitas baru, artinya merupakan kegiatan yang benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya sehingga ada penambahan usaha baru. Perbaikan fasilitas yang sudah ada, merupakan kelanjutan dan usaha yang sudah ada sebelumnya artinya sudah ada kegiatan sebelumnya namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang diinginkan. Penelitian dan pengembangan, merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat, lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Johan (2011) menjabarkan mengenai pengembangan usaha yang dapat dilakukan antara lain:

1. Mengakuisisi produk yang telah ada. Mengakuisisi produk yang telah ada dan dan dikembangkan menjadi produk yang bagus. Biasanya perusahaan akan melihat ada produk yang bagus dipasaran, tapi karena belum dikembangkan secara maksimal, dan jika dikombinasikan dengan nama besar perusahaan yang ada termasuk juga sistem dan jaringan yang ada, maka produk tersebut menjadi lebih memiliki kekuatan dan pasar yang lebih besar.

2. Mengakuisisi perusahaan yang sudah ada. Tujuan untuk mencapai cara ini adalah dengan melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan sejenis atau akuisisi sahamnya. Perusahaan juga cenderung mengakuisisi perusahaan yang memiliki integrasi secara vertikal dan horizontal terhadap bisnis yang ada., sehingga terciptanya sinergi yang kuat dan menghasilkan nilai yang lebih kepada pemegang saham.

Guna mencapai keberhasilan dalam memulai suatu usaha, maka perlu menciptakan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk atau jasa saat ini seperti menghasilkan produk yang efisien, menghasilkan produk berkualitas tinggi tanpa perlu tambahan biaya yang mahal, menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif untuk memenuhi harapan konsumen yang belum terpenuhi. Tahap-tahap studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010) antara lain: 1. Identifikasi

(26)

12

bisnis). Usulan-usulan bisnis bisa datang dari berbagai sumber yaitu investor, para ahli dalam bidang teknis, pemerintah setempat, konsultan, dan pebisnis itu sendiri. Identifikasi yang dilakukan berupa identifikasi berbagai tempat atau lokasi yang dirasakan dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan.

2. Persiapan dan analisis

Tahap persiapan dan analisis meliputi semua kegiatan yang perlu dilakukan terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya diawali dengan pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi tertentu yang sudah ditentukan meliputi berbagai aspek seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek finansial, dan lain-lainnya. Studi kelayakan harus menegaskan tujuan daripada bisnis secara jelas dan harus difokuskan pada persoalan apakah cara-cara yang dipilih sudah sesuai untuk mencapai tujuan tersebut, dan studi kelayakan akan membantu perencana bisnis meniadakan alternatif-alternatif lain yang tidak menguntungkan. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun kegiatan bisnis agar bisa cocok dengan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan serta memastikan bahwa kegiatan bisnis tersebut akan memberikan hasil yang optimal. Apabila hasil dari studi kelayakan telah diketahui bahwa bisnis yang telah diidentifikasi itu menguntungkan, maka perencanaan dan analisis dapat dimulai secara lebih terperinci.

3. Penilaian

Pada tahap ini studi kelayakan bisnis yang telah disusun dinilai kembali, apakah data dan perhitungannya sudah benar apakah asumsi-asumsi yang dipakai dari berbagai aspek dapat diterima atau sudah sesuai. Tahap ini memungkinkan melibatkan informasi atau data baru apabila tim penilai merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi yang dipergunakan untuk menilai kelayakan bisnis tidak tepat. Tahap ini suatu tim dapat memberikan pandangannya, apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana kegiatan bisnis tersebut masuk akal, maka investasi bisa dilaksanakan, tetapi jika tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah kegiatan bisnis atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru.

4. Pelaksanaan

Tahap ini adalah bahwa bisnis yang akan dilaksanakan harus diusahakan untuk dapat mencapai manfaat yang ditetapkan, bisnis yang akan dilaksanakan mempunyai pengaruh positif maupun negatif. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel, mengingat keadaan akan selalu berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis, perubahan harga dan perubahan lingkungan ekonomi dan politik yang akan merubah cara pelaksanaan suatu bisnis. Para analis bisnis pada umumnya membagi tahap pelaksanaan kedalam dua periode yang berbeda. Pertama adalah periode penanaman modal, ketika modal utama dari kegiatan ditanamkan. Jika kegiatan bisnis tersebut dibiayai dengan bantuan pinjaman dari lembaga keuangan pihak ketiga, maka periode penanaman modal mungkin sejalan dengan periode pengeluaran pinjaman dari lembaga keuangan tersebut. Kedua adalah periode pembangunan atau periode melaksanakan kegiatan investasi.

5. Evaluasi

(27)

13 sedang berjalan. Berdasarkan hasil evaluasi diharapkan dapat diperoleh rekomendasi yang bisa dipertimbangkan secara cermat tentang bagaimana dapat meningkatkan ketepatan dari setiap aspek dalam pola suatu kegiatan bisnis.

Pihak-pihak yang terkait dengan studi kelayakan menurut Johan (2011): 1. Pihak investor, melihat jumlah modal yang harus ditanamkan, potensi usaha,

nilai tambah yang dihasilkan, pendapatan, risiko usaha, dan berapa lama pengembalian investasi terjadi.

2. Pihak kreditor, melihat risiko usaha dan tingkat pengembalian dana pinjaman. 3. Pihak manajemen, melakukan fungsi-fungsi manajemen dan menganalisis

risiko-risiko yang mungkin terjadi.

4. Pihak regulator, berkepentingan terhadap bentuk usaha yang dijalankan, industri yang akan dijalankan, dan dampak terhadap masyarakat maupun perekonomian nasional.

Aspek Nonfinansial

Menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek-aspek tersebut antar lain:

1. Aspek pasar

Aspek pasar berfungsi untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan market share yang dikuasai oleh para pesaing. Bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan, untuk menangkap peluang pasar yang ada. Guna menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada maka perlu dilakukan riset pasar, baik dengan turun lapang maupun menggunakan sumber data sekunder, kemudian menyusun strategi pasar (Kasmir dan Jakfar 2010).

2. Aspek teknis

Aspek teknis atau operasi berhubungan dengan lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang. Penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan sampai kepada usaha perluasan selanjutnya. Analisis mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dengan tenaga kerja, dengan pemerintahan, lembaga keuangan, pelabuhan, atau pertimbangan lainnya. Mengenai penggunaan teknologi dan tenaga kerja apakah padat karya, maka akan memberikan kesempatan kerja, namun jika tidak padat karya justru sebaliknya (Kasmir dan Jakfar 2010).

3. Aspek manajemen

(28)

14

4. Aspek Sosial dan lingkungan

Aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika bisnis tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak sosial menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat di luar lokasi pabrik. Hal tersebut juga berdampak pada sosial yang ada seperti tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, telepon, air, tempat kesehatan, pendidikan, sarana olahraga, dan sarana ibadah. Aspek lingkungan menganalisis dampak terhadap lingkungan sekitar, baik darat, air, dan udara, yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar 2010).

Analisis Finansial

Aspek finansial mengukur kelayakan usaha berdasarkan finansial perusahaan menggunakan beberapa kriteria investasi. Menurut Nurmalina et al (2010) terdapat 5 kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. menetukan layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount faktor. Penggunaan discount faktor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money). Sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang yang sama pada tahun mendatang. Jadi agar seluruh manfaat biaya dapat dibandingkan, kedua komponen tersebut harus dinilai dengan nilai kini. Langkah penting lainnya dalam analisis finansial adalah menyusun laporan laba rugi yang berisi tentang total penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya selama periode tertentu.

(29)

15 NPV

IRR

0 i = Discount Rate

OCC

Gambar 1. Hubungan antara NPV dan IRR Sumber : Nurmalina et al 2010

Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value

Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau switching value. Pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis bisnis dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik bisnis. Pada analisis nilai pengganti, harus diketahui berapa banyak elemen yang kurang menguntungkan dalam analisis bisnis yang akan diganti agar bisnis dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya bisnis. Langkah selanjutnya, diperkirakan bagaimana pengaruh perubahan tersebut terhadap kepentingan proyek (Gittinger 1986). Dalam penelitian ini, analisis kepekaan digunakan apabila terjadi perubahan pada produksi dan biaya bahan baku.

Kerangka Operasional

(30)

16

atau aspek teknis seperti instalasi listrik. Pemberian bantuan diharapkan akan menjadi kelompok usaha bersama dan mampu memotivasi kelompok tersebut untuk mengembangkan usahanya. Bantuan diberikan hanya sekali bagi kelompok yang dianggap mampu oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung untuk menjalankan usaha pengolahan kopi.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung tahun 2014 terdapat enam usaha pengolahan kopi yang mengolah kopi segar hingga menjadi kopi bubuk dalam kemasan. Salah satu Kelompok Usaha Bersama yang mendapatkan bantuan yaitu Kelompok Ushaa Bersama (KUB) Robusta Akur. KUB Robusta Akur merupakan kelompok usaha bersama dimana diharapkan tiap anggota ikut berperan dalam proses produksi sampai pemasaran. Kelompok tersebut merupakan salah satu kelompok yang mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan yang didapat berupa bangunan sebagai pabrik dan satu set mesin pengolah kopi. Pada awal pendirian KUB Robusta Akur, kelompok tersebut bekerja bersama-sama dalam menjalankan usaha namun dikarenakan kelompok belum mampu memasarkan hasil usahanya maka saat ini hanya ketua kelompok yang mengusahakan usaha tersebut dengan menggunakan modal pribadi untuk biaya operasional. Keadaan tersebut yang membuat kelompok tersebut tidak lagi dijalankan oleh kelompok melainkan secara tidak langsung telah diusahakan secara pribadi. Dalam penelitian ini, KUB Robusta Akur sebagai pelaku usaha yang dalam berinvestasi mendapatkan bantuan pemerintah dalam bentuk mesin dan bangunan. Berdasarkan hal tersebut, ingin diketahui apakah investasi yang didapat melalui bantuan akan mempengaruhi kelayakan usaha atau tidak. Analisis dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis non finansial terdiri dari atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan.

(31)

17

Peluang usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung besar karena

jumlah produksi kopi melimpah

Kendala bagi petani kopi dalam membuat usaha pengolahan kopi

karena investasinya yang besar

KUB Robusta Akur mendapatkan bantuan investasi dari pemerintah, bantuan berfungsi

sebagai stimulus kepada kelompok agar usaha dapat berjalan

Kelayakan usaha pengolahan kopi Kelayakan

nonfinansial

Kelayakan finansial Aspek

pasar

Aspek teknis

Aspek

manajemen Aspek sosial dan lingkungan

Inflow Outflow (investasi

dan operasional)

Switching

value Alat analisis (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C,

Payback Period)

Tidak Layak Layak

Rekomendasi

(32)

18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada usaha pengolahan kopi Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa usaha tersebut mendapatkan bantuan investasi dari pemerintah dan memproduksi olahan kopi dalam bentuk kemasan dan mengolah dari kopi segar hingga kopi bubuk sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner dan konsultasi. Responden yang menjadi objek penelitian adalah pemilik usaha pengolahan kopi untuk mengetahui proses produksi, kegiatan pemasaran, dan data keuangan serta perwakilan masyarakat umum di sekitar penelitian untuk mengetahui respon terhadap adanya aktivitas pengolahan kopi yang bersangkutan. Data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi dalam penelitian. Data sekunder diperoleh melalui instansi yang terkait dengan penelitian ini antara lain, penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung, karya ilmiah, dan buku-buku yang terkait.

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari penentuan responden yang dilakukan secara sengaja (purposive). Responden berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Responden dari pihak internal yaitu pemilik usaha, wawancara dan observasi berkaitan dengan aspek finansial dan aspek non finansial (antara lain aspek pasar, aspek teknis dan aspek manajemen). Responden dari pihak eksternal yaitu ketua RT atau perwakilan pengurus RT dimana tempat usaha tersebut berdiri. Wawancara dan observasi dengan pihak eksternal berkaitan dengan aspek nonfinansial yang terdiri dari yaitu aspek sosial dan lingkungan. Data sekunder berasal dari karya ilmiah, buku dan instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(33)

19 dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan intepretasi data secara deskriptif. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan finansial. Analisis kelayakan non finansial mengkaji beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha pengolahan kopi secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan switching value.

Analisis Non Finansial

Menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek-aspek tersebut antara lain:

1. Aspek Pasar

Pada aspek pasar yang dilihat adalah potensi dimasa mendatang, peluang dan kendala yang akan dihadapi perusahaan. Peluang dan kendala usaha bergantung dari potensi pasar dimana produk dijual. Pelaku usaha harus mempertimbangkan hal- hal berikut:

a. Permintaan dihitung berdasarkan jangkauan konsumen secara keseluruhan maupun terperinci menurut daerah, perkiraan jumlah permintaan, dan proyeksi permintaan mendatang.

b. Penawaran dengan memperhatikan beberapa variabel seperti perkembangan produksi masa lalu, kapasitas produksi, dan kemungkinan penambahan beberapa perusahaan sejenis dimasa yang akan datang. Produk sejenis yang beredar tidak hanya berasal dari perusahaan dalam negeri namun juga dari luar negeri sehingga akan mempengaruhi jumlah produk yang beredar dipasaran. c. Kondisi pasar adalah keadaan pasar yang mendasari proses dan kegiatan

pemasaran dari kegiatan usaha yang direncanakan, seperti:

 Rantai pemasaran yaitu pola tataniaga mulai dari produsen sampai pada konsumen akhir. Semakin panjang rantai pemasaran dari suatu produk yang dihasilkan, cenderung semakin kecil margin yang diterima produsen dan sebaliknya semakin pendek rantai pemasaran, semakin besar margin yang diterima dari setiap unit produksi, namun demikian akan semakin sempit pemasaran produk yang dihasilkan. Margin pemasaran adalah hasil penjumlahan antara persentase keuntungan dengan presentase biaya pemasaran yang terjadi setiap mata rantai pemasaran.

 Penetapan harga yang digunakan dengan cost based pricing, market based pricing, atau competitor based pricing.

 Program pemasaran mengenai rencana penjualan, promosi, upaya menghadapi persaingan, kebijakan penyaluran.

d. Perkiraan penjualan yang akan dicapai perusahaan dengan menghitung market share (Ibrahim 2009).

2. Aspek Teknis

(34)

20

a. Lokasi usaha yaitu letak atau aktivitas bisnis dilaksanakan baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang dengan mempertimbangkan apakah dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dekat dengan tenaga kerja, atau lainnya (Kasmir dan Jakfar 2010).

b. Mesin dan peralatan yang digunakan. c. Proses produksi

d. Penentuan layout gedung, mesin, ruangan, sampai kepada usaha perluasan. e. Teknologi yang digunakan dengan mempertimbangkan kemampuan

masyarakat untuk menggunakan teknologi tersebut (Ibrahim 2009). 3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen akan membahas mengenai penggunaan tenaga kerja dan struktur organisasi perusahaan pada proses operasi.

4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Aspek lingkungan menganalisis dampak terhadap lingkungan sekitar, baik darat, air, dan udara, yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar 2010).

Analisis Finansial

Menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dinilai berdasarkan beberapa kriteria kelayakan investasi. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

1. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Nurmalina et al 2010). Ketika menghitung NPV dibutuhkan informasi mengenai tingkat suku bunga yang relevan. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Apabila suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari nol maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun

(35)

21 2. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2010). Adapun rumus perhitungan Net B/C yaitu :

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun

i = tingkat bunga (diskonto)

3. Gross Benefit and Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit and Cost Ratio merupakan kriteria kelayakan yang menggambarkan pengaruh adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Baik manfaat atau biaya yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai kotor (gross). Suatu bisnis dinyatakan layak jika nilai Gross B/C lebih besar dari 1 (Nurmalina et al 2010). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t

n = Umur ekonomis bisnis

i = Tingkat suku bunga/discount rate 4. Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan yang ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan presentase. Sebuah bisnis layak apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (Nurmalina et al 2010). Rumus IRR yaitu :

(36)

22

Keterangan:

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif = NPV yang bernilai positif

= NPV yang bernilai negatif 5. Payback Period

Payback Period mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besarakan dipilih. Masalah utama dari cara ini adalah sulitnya menentukan periode pengembalian maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan tingkat pengembalian maksimum ini. Dalam pratiknya, digunkan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al 2010).

keterangan:

P = Payback Period

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Analisis Sensitivitas dengan Pendekatan Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan bisnis. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada Switching value mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi sampai dengan kondisi netral (NPV=0, Net B/C=1, IRR=DR). Perubahan yang terjadi tidak boleh melebihi batas toleransi. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan didalam komponen inflow dan outflow seperti penurunan produksi atau kenaikan biaya produksi (Nurmalina et al 2010).

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan kopi ini secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi sebagai berikut:

(37)

23 2. Tahun pertama pada perhitungan finansial dimulai pada tahun 2014. Hal ini berdasarkan persiapan usaha hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun sehingga dalam periode tahun pertama sudah dapat mengolah kopi. Persiapan usaha dilakukan pada bulan 1-6, sehingga di bulan 7-12 sudah dapat berproduksi. Pada tahun pertama perusahaan berproduksi selama 6 bulan dan ditahun kedua berproduksi selama 12 bulan.

3. Pajak penghasilan yang digunakan adalah sebesar 25 persen berdasarkan UU Republik Indoneisa Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2a dan berlaku sama hingga akhir bisnis.

4. Biaya tenaga kerja disesuaikan pada tiap kali proses produksi.

5. Pada usaha ini pelaku usaha membeli investasi lahan dengan modal pribadi dan harga lahan didasarkan pada harga lahan secara umum di Kabupaten Temanggung.

6. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus.

7. Nilai discount factor adalah 19.25% didasarkan pada kredit mikro BRI dan diasumsikan sama hingga akhir bisnis.

8. Tidak ada perhitungan bunga karena kedua pemilik usaha tidak melakukan pinjaman.

9. Perhitungan sensitivitas dengan pendekatan switching value dilakukan pada penurunan produksi dan kenaikan biaya variabel.

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah Singkat

(38)

24

kelompok dalam proses produksi namun biaya produksi ditanggung oleh Bapak Heru sendiri. Hal ini dikarenakan KUB Robusta Akur sudah tidak lagi memiliki dana kelompok untuk mengusahakan pengolahan kopi sehingga Bapak Heru memberdayakan usaha tersebut sendiri. Bapak Heru hanya menjual kopi bubuk untuk dijual ke konsumen dengan alasan apabila menjual dalam bentuk sangrai, maka konsumen sering mencampurkan kopi sangrai tersebut dengan biji jagung kering atau beras untuk kemudian dijual kembali. Bapak Heru memiliki sebuah kios di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung untuk tempat berjualan kopi hasil produksinya.

Letak dan Kondisi Lahan

KUB Kopi Robusta Akur yang didirikan Bapak Heru Prayitno terletak di Dusun Gamblok RT 01/08 Desa Mento Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Lahan dan bangunan digunakan sebagai tempat pabrik pengolahan kopi. Bentuk bangunan berupa persegi panjang simetri dengan luas bangunan 200 m2 dan luas lahan 500 m2. Lokasi bangunan terletak di pinggir jalan utama Desa Mento yang menghubungkan jalan dengan desa lain. Awal sebelum didirikannya bangunan tersebut, lahan digunakan sebagai kebun kopi milik keluarga Bapak Heru. Lahan sekitar pabrik masih digunakan sebagai kebun kopi dan tidak berdekatan dengan hunian warga. Lokasi tersebut dipilih dengan maksud tidak mengganggu warga dengan polusi udara yang berasal dari debu bubuk kopi serta polusi suara yang berasal dari suara mesin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Non Finansial

Aspek Pasar Potensi Pasar

(39)

25 Bauran Pemasaran

Pemasaran sebagai salah satu hal terpenting dari kegiatan bisnis yang harus diperhatikan dalam analisa kelayakannya. Bisnis yang dijalankan harus memiliki pasar yang mampu menyerap produk yang dihasilkan. Analisis pemasaran yang dibahas adalah bauran pemasaran.

1. Produk

KUB Robusta Akur memiliki ciri khas yang membedakan dengan kopi instan pada umumnya yaitu kopi diproduksi tanpa tambahan bahan campuran seperti biji jagung kering atau beras. Jenis kopi yang diproduksi adalah kopi robusta. Alasan KUB Robusta Akur menggunakan jenis kopi robusta adalah di wilayah sekitar produksi merupakan sentra tanaman kopi robusta. Produk dijual dalam bentuk kemasan 50 gram dan satu kilogram tergantung dari permintaan konsumen. Kemasan yang digunakan pun dibedakan menjadi alumuium foil dan plastik kiloan biasa. Alumunium foil biasanya digunakan pada produk 50 gram, sedangkan plastik kiloan biasa digunakan pada produk satu kilogram.

2. Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunaan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama untuk semua pembeli. Harga merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Penetapan harga berfungsi untuk mempengaruhi keinginan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan. Harga yang ditawarkan tidak mahal mengingat kopi yang diproduksi adalah kopi murni tanpa bahan campuran apapun untuk menambah volume kopi. Harga kopi KUB Robusta Akur adalah Rp3 500 per 50 gram dan Rp50 000 per kilogram.

3. Promosi

Promosi merupakan komunikasi pemasaran suatu produk yang dihasilkan perusahaan. Tujuan promosi diharapkan dapat meningkatkan omzet penjualan produk. Bentuk promosi yang diterapkan oleh KUB Robusta Akur adalah melalui informasi dari ‘mulut ke mulut’, mengikuti pameran yang diselenggarakan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Temanggung serta Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung. Pihak KUB Robusta Akur dapat memberikan informasi mengenai kualitas kopinya sehingga konsumen dapat secara langsung mengetahui proses produksinya.

4. Distribusi

(40)

26

Gambar 3 Saluran distribusi KUB Robusta Akur

Saluran distribusi pertama terdiri dari pedagang pasar dan toko yang menjual produk KUB Robusta Akur ke konsumen. Permintaan untuk setiap bulan dari semua pedagang dan toko adalah 125 kilogram. Pada saluran distribusi kedua hanya berupa konsumen. Harga yang ditetapkan untuk tiap distribusi sama. Apabila konsumen membeli dalam kemasan 50 gram maka harganya Rp3 500 sedangkan kemasan satu kilogram harganya Rp50 000.

Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis potensi dan bauran pemasaran pada KUB Robusta Akur dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan kopi yang mendapatkan bantuan di Kabupaten Temanggung layak dijalankan. Hal ini terlihat dari sisi permintaan KUB Robusta Akur yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. Produk yang dihasilkan dapat diterima pasar karena diinginkan konsumen dan menguntungkan untuk dijual. Harga jual yang bersaing dengan kopi instan di pasaran dapat mendatangkan keuntungan dengan keunggulan tanpa campuran bahan lain untuk menambah netto produk.

Aspek Teknis Lokasi Usaha

Lokasi unit pengolahan kopi KUB Robusta Akur terletak di Desa Mento Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. KUB Kopi Robusta Akur merupakan milik anggota kelompok tani kopi warga Desa Mento sehingga dipilih lokasi yang dekat agar mudah diakses oleh para anggota. Beberapa pertimbangan yang diperhitungkan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut:

 Ketersediaan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan oleh KUB Robusta Akur dalam memproduksi kopi adalah kopi robusta segar. Kopi robusta segar berasal dari para petani mitra di Kecamatan Candiroto dimana Kecamatan Candiroto merupakan salah satu sentra tanaman perkebunan kopi robusta di wilayah Temanggung. Pasokan kopi robusta segar mampu dipenuhi oleh para petani mitra dikarenakan pasokan yang berlimpah. Pengolahan kopi bubuk robusta tidak memerlukan bahan penolong karena dalam pembuatannya tidak diberi bahan campuran apapun.

 Letak pasar yang dituju Kelompok Usaha Bersama

Robusta Akur

Pedagang pasar

Konsumen

Konsumen 1

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 3 Saluran distribusi KUB Robusta Akur
Gambar 4 Layout KUB Robusta Akur
Gambar 5 Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kompetensi pelaku usaha, variabel peran dan kebijakan pemerintah, dan kreativitas strategi pemasaran, secara langsung

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi (hasil) belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan

Alhamdulillah atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN, KOMUNIKASI DAN KONDISI LINGKUNGAN

[r]

Komponen pertumbuhan tanaman tebu yang meliputi panjang ruas batang, jumlah ruas batang, panjang batang, dan diameter batang klon tebu masak awal-tengah pada tanah

Hasil wawancara dengan NB, anggota JKT48 Surakarta pada tanggal 6 Juni

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk