• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis Dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena Dari Kayu Sengon, Manii, Dan Gmelina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sifat Fisis Dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena Dari Kayu Sengon, Manii, Dan Gmelina"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PLASTIK POLISTIRENA

DARI KAYU SENGON, MANII, DAN GMELINA

AJI KUSUMO WIBOWO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena dari Kayu Sengon, Manii, dan Gmelina adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Aji Kusumo Wibowo

(4)

ABSTRAK

AJI KUSUMO WIBOWO. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena dari Kayu Sengon, Manii, dan Gmelina. Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI dan NURWATI HADJIB.

Kayu jenis cepat tumbuh merupakan alternatif pemenuhan kebutuhan kayu, namun kayu-kayu tersebut kebanyakan masih merupakan kayu muda yang memiliki sifat fisis dan mekanis yang rendah. Untuk memperbaiki sifat tersebut, modifikasi sifat kayu melalui impregnasi polistirena merupakan salah satu pilihan yang mudah dan tidak sulit. Tiga jenis kayu cepat tumbuh yang digunakan adalah sengon (Falcataria moluccana Miq.), manii (Maesopsis eminii Engl.), dan gmelina (Gmelina arborea Roxb.). Ketiganya diimpregnasi dengan monomer stiren dan dipolimerisasi secara pemanasan. Hasil menunjukkan peningkatan sifat fisis dan mekanis kayu. Kadar polimer tertinggi terdapat pada sengon sebesar 82.41%. Kembang susut kayu berkurang dengan kisaran 2.48-53.17%. Nilai MOE dan MOR meningkat dengan kisaran 9.22-45.36%. Keteguhan geser tangensial tertinggi pada manii ter-impregnasi sebesar 67.62 kg/cm2. Nilai kekerasan bidang radial dan tangensial turut mengalami peningkatan berkisar 8.05-38.81%.

Kata kunci: Impregnasi, polistirena, sifat fisis-mekanis

ABSTRACT

AJI KUSUMO WIBOWO. Physical and Mechanical Properties of Polystyrene Wood from Sengon, Manii, and Gmelina Wood. Supervised by YUSUF SUDO HADI and NURWATI HADJIB.

Fast growing tree species is an alternative for timber supply to overcome the lack of logs demand, unfortunately the most of these woods are consisting of juvenile wood which have inferior in physical and mechanical properties. To enhance that properties, wood modification through polystyrene impregnation is a choice with simple method. Three woods species namely sengon (Falcataria moluccana Miq.), manii (Maesopsis eminii Engl.), and gmelina (Gmelina arborea

Roxb.) had impregnated with monomer styrene and terbutyl peroxide as catalyst then polimerized with heat curing. The results shows that polystyrene woods have physical and mechanical properties better than untreated woods. The highest polymer loading is sengon 82.41%. Shrinkage and swelling tests show the decreasing 2.48-53.17%. MOE and MOR are increasing about 9.22-45.36%. The highest tangential shear strength is manii 67.62 kg/cm2. The tangential and radial hardness are increasing about 8.05-38.81%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PLASTIK POLISTIRENA

DARI KAYU SENGON, MANII, DAN GMELINA

AJI KUSUMO WIBOWO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena dari Kayu Sengon,Manii, dan Gmelina

Nama : Aji Kusumo Wibowo NIM : E24100101

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir.Yusuf Sudo Hadi, M. Agr Pembimbing I

Ir. Nurwati Hadjib, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, M.S Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

judul “Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena dari Kayu Sengon, Manii,

dan Gmelina”. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2014 hingga Agustus

2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi dan Ibu Ir Nurwati Hadjib, MS selaku pembimbing, serta Bapak Drs. D. Martono dan Bapak Dikdik A. Surdika yang telah banyak membantu dan memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Endang Sudrajat dan Ibu Ani Nuryani dari Laboratorium Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bapak Kadiman dan Bapak Suhada dari Laboratorium Pengerjaan Kayu Fakultas Kehutan IPB, Bapak Irfan dari Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Fakultas Kehutanan IPB, serta Bapak Mahdi Mubarak dari Laboratorium Biokomposit Fakultas Kehutanan IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta (Bapak Gunanto dan Ibu Wartini), kakak dan adik tersayang ( Mas Imam dan Ade Nisa), serta seluruh keluarga atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yudha, Masturoh, Alif, Helga, Ochi, Mimi, Bachtiar, Hawari, Budi, Andhika, Fitria, Hanna, Wulan, Debby, Marlina, Faishal, Dewa, Hafiz, Adha, Ale, rekan-rekan seperjuangan THH 47, FAHUTAN 47,dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

PROSEDUR DAN ANALISIS DATA 2

Persiapan Bahan Baku 2

Pembuatan Kayu Plastik 3

Pengukuran Kadar Air 4

Pengukuran Kerapatan Kayu 4

Kembang Susut Dimensi Kayu 4

Pengujian Keteguhan Lentur Statis 5

Pengujian Keteguhan Geser Tangensial 5

Pengujian Kekerasan 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Sifat Fisis Kayu Plastik Polistirena 7

Kadar Polimer 7

Kerapatan 8

Kadar Air 8

Kembang Susut Kayu 9

Sifat Mekanis Kayu Plastik Polistirena 11

Modulus of Elasticity (MOE) 11

Modulus of Rigidity (MOR) 11

Keteguhan Geser Tangensial 12

Kekerasan 13

1 Histogram kadar polimer tiap jenis kayu 7

(10)

7 Histogram perbandingan nilai MOR pada tiap jenis kayu 12 8 Histogram perbandingan keteguhan geser tangensial pada tiap jenis

kayu 13

9 Histogram perbandingan kekerasan pada tiap jenis kayu 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kadar polimer, kerapatan, dan kadar air tiap jenis kayu 16 2 Pengembangan tangensial, pengembangan radial, dan penyusutan

tangensial tiap jenis kayu 17

3 Penyusutan radial, MOE, dan MOR tiap jenis kayu 18 4 Keteguhan geser tangensial, kekerasan tangensial, dan kekerasan radial

tiap jenis kayu 19

5 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap kadar air kayu plastik 20

6 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap kerapatan kayu plastik 20

7 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap pengembangan tangensial kayu plastik 21 8 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap pengembangan radial kayu plastik 22

9 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap penyusutan tangensial kayu plastik 22

10 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap penyusutan radial kayu plastik 23

11 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap MOE kayu plastik 24

12 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap MOR kayu plastik 24

13 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap keteguhan geser kayu plastik 25

14 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

terhadap kekerasan tangensial kayu plastik 26

15 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan

(11)

1

PENDAHULUAN

Kayu masih merupakan bahan utama untuk berbagai pemanfaatan dalam kehidupan manusia seperti untuk perumahan, furnitur, sumber energi, bahan baku kertas, dan alat musik. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan akan kayu semakin meningkat. Tetapi permintaan kayu yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan produksi kayu yang memadai. Selama ini pemenuhan bahan baku berasal dari hutan alam, namun karena kurangnya tindakan pelestarian alam menyebabkan hutan alam rusak sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut sehingga dibutuhkan alternatif pasokan kayu tambahan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut,seperti hutan tanaman dari hutan tanamaman industri (HTI), hutan hak/ hutan rakyat, dan kayu eks perkebunan.

Hutan tanaman merupakan suatu kawasan yang ditanami oleh pohon-pohon dengan tujuan untuk kegiatan produksi. Jenis pohon yang biasanya ditanam adalah jenis pohon yang cepat tumbuh (fast growing species). Jenis pohon cepat tumbuh memiliki kelebihan yaitu dapat dipanen lebih cepat, namun memiliki kekurangan antara lain kayu masih tergolong kayu juvenile (remaja) yang memiliki sifat fisis dan mekanis yang rendah. Jenis pohon cepat tumbuh yang banyak ditanam,antara lain sengon (Falcataria mollucana Miq.), manii (Maesopsis eminii Engl.), dan gmelina (Gmelina arborea Roxb.) dimana kayu-kayu tersebut juga merupakan kayu-kayu yang digunakan didalam penelitian ini. Modifikasi terhadap kayu tersebut diharapkan dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanisnya. Salah satu teknologi modifikasi kayu adalah impregnasi bahan kimia (Stirena) ke dalam kayu dengan menggunakan alat vakum-tekan. Produk hasil impregnasi ini adalah Wood Plastic atau Kayu Plastik.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan sifat fisis dan mekanis kayu plastik polistirena dari tiga jenis kayu cepat tumbuh, yaitu sengon (Falcataria mollucana Miq), manii (Maesopsis eminii Engl.), dan gmelina (Gmelina arborea Roxb.) dengan polimerisasi panas.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peningkatan sifat fisis dan mekanis kayu plastik polistirena sehingga penggunaan kayu-kayu tersebut dapat menggantikan pemanfaatan kayu dari hutan alam .

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014, bertempat di laboratorium Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, laboratorium Pengerjaan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutan IPB, dan laboratorium Uji Mekanis Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Kementrian Kehutanan di Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah kayu sengon, manii, gmelina. Bahan kimia yang digunakan adalah monomer stirena dan katalisator terbutyl hidroperoxida.

Alat

Alat yang digunakan antara lain impregnator, Universal Testing Machine

(UTM), oven, kaliper, alat vakum tekan, eksikator, gelas piala, timbangan, dan alat tulis.

Prosedur dan Analisis Data

Persiapan Bahan Baku

Ukuran contoh uji dan standar pengujian yang digunakan mengacu pada

(13)

3

x 2 cm, sedangkan untuk contoh uji kembang susut berukuran 2.5 cm x 2.5 cm x 5 cm Untuk pengujian sifat mekanis, contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm untuk uji Modulus elastisitas (Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus patah (Modulus of Rupture (MOR). Untuk uji keteguhan geser tangensial dibuat contoh uji berukuran 6 cm x 5 cm x 5 cm. Uji kekerasan 2 cm x 2 cm x 30 cm. Contoh uji dihaluskan permukaannya dengan menggunakan amplas.

Pembuatan Kayu Plastik

Pembuatan kayu plastik diawali dengan impregnasi monomer stirena ditambah dengan katalisator terbutyl hidroperoxida (1.5%) dengan metode vakum-tekan, dilanjutkan pematangan (curing) dengan pemanasan. Contoh uji yang telah dibuat dioven dengan suhu (60 + 2) oC selama 48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum impregnasi (Wo) dan diukur dimensi awal sebelum diimpregnasi. Pengujian dilakukan dengan empat kali ulangan. Kemudian contoh uji dimasukkan ke dalam tabung impregnasi dengan menggunakan keranjang besi dan diberikan vakum sebesar 10 cmHg selama 30 menit. Bahan kimia monomer stirena yang telah ditambahkan katalis dialirkan kedalam tabung impregnasi, kemudian diberikan tekanan sebesar 0.6 atm selama 60 menit. Setelah diberi tekanan, divakum kembali sebesar 10 cmHg selama 30 menit dan diberi tekanan kembali untuk mengeluarkan sisa bahan kimia yang tidak masuk ke dalam kayu. Selanjutnya contoh uji dikeluarkan dari tabung impregnator lalu ditiriskan.

Contoh uji kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan dioven pada suhu 60 ºC selama 48 jam agar terjadi proses polimerisasi. Selesai dioven, alumunium foil yang membungkus contoh uji dibersihkan dan dikondisikan selama 1 minggu untuk memberi kesempatan polimer matang sempurna serta menghilangkan atau mengurangi bau. Selanjutnya dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat contoh uji setelah polimerisasi (W1). Kemudian dilakukan pengujian contoh uji yang dibedakan menjadi uji sifat fisis dan uji sifat mekanis.

Kadar polimer merupakan banyaknya monomer dalam kayu plastik, yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

PL = Kadar polimer (%)

(14)

4

Pengukuran Kadar air

Kadar air ditentukan dengan menggunakan metode gavimetri. Contoh uji ditimbang beratnya (BA), lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2)°C hingga beratnya konstan (BKT). Nilai kadar air dihitung dengan persamaan berikut:

Keterangan : KA = Kadar air BB = Berat awal (g)

BKT = Berat kering tanur (g) Pengukuran Kerapatan Kayu

Contoh uji diukur volumenya (VA), lalu dimasukkan ke dalam oven (103±2)°C hingga mencapai berat konstan untuk mendapatkan berat kering tanur (BKT). Kerapatan kayu diperoleh dengan persamaan berikut:

Keterangan: = Kerapatan

VA = Volume awal (cm3) BKT = Berat kering tanur (g)

Kembang Susut Dimensi Kayu

Penyusutan yang diuji pada penelitian ini adalah penyusutan dimensi lebar pada masing-masing bidang yaitu bidang tangensial dan radial dari kondisi basah ke kering tanur. Sedangkan pengembangan diukur dari kering udara sampai kondisi basah. Pengukuran dimensi dilakukan menggunakan kaliper digital. Besarnya penyusutan masing-masing bidang untuk seluruh kondisi dihitung dengan rumus:

Keterangan : Di1 = Dimensi lebar awal (mm)

Di2 = Dimensi lebar akhir kering tanur (mm) i = Arah bidang (Tangensial atau Radial)

(15)

5

Keterangan : Di1 = Dimensi lebar awal (mm)

Di2 = Dimensi lebar akhir kering udara (mm) i = Arah bidang (Tangensial atau Radial)

Pengujian Keteguhan Lentur Statis

Pengujian keteguhan lentur statis dilakukan pada contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm dengan jarak bentang 28 cm. Pembebanan dilakukan di tengah bentang. Besarnya Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR) ditentukan dengan rumus:

Dimana:

MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm2) MOR = Modulus of Rupture (kg/cm2)

ΔP = Perubahan beban yang terjadi dibawah batas proporsi (kg) L = Jarak sangga (cm)

Δy = Perubahan defleksi akibat beban P (cm) b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

Pengujian Keteguhan Geser Tangensial

Contoh uji yang berukuran 6 cm x 5 cm x 5 cm ini dibuat dengan ukuran 1 cm x 1 cm pada arah tangensialnya sehingga bidang geser yang terbentuk berukuran 5 cm x 5 cm. Kemudian diletakan pada alat penguji (Instron meter) pada arah radial serta tangensial sesuai tujuan pengujian. Nilai keteguhan geser dihitung dengan rumus:

σ

=

Dimana :

(16)

6

Pengujian Kekerasan

Contoh uji hardness (kekerasan) menggunakan contoh uji keteguhan lentur statis. Pengujian dilakukan dengan membebankan setengah bola baja, masuk ke dalam kayu (Janka Test). Kekerasan kayu dihitung dengan rumus:

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan progam Microsoft Excel 2007 untuk melihat korelasi antar variable. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (2x3) dengan 6 ulangan. Faktor yang diteliti adalah Polistirena dan kontrol pada tiga jenis kayu yang digunakan.

Perlakuan terdiri dari :

Model persamaan yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya 2002) adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + Ai +Bj + (AB)ij +

є

ijk

Keterangan:

Yijk = Respon percobaan pada unit percobaan karena pengaruh taraf j faktor jenis kayu terhadap taraf ke-j faktor perlakuan pada kayu untuk ulangan ke-k

μ = Rata-rata umum

Ai = Pengaruh dari taraf ke-i faktor A (jenis kayu) Bj = Pengaruh dari taraf ke-j faktor B (jenis perlakuan)

(AB)ij = Pengaruh interaksi dari unit percobaan faktor perlakuan pada kayu dan faktor jenis kayu

(17)

7

.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan program MS Excel dan analisis statistik menggunakan program SAS 9.1.3 Portable. Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan maka dilakukan analisis keragaman (ANOVA). Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 1% dan 5%. Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Kayu Plastik Polistirena

Kadar polimer

Kadar polimer merupakan jumlah bahan kimia yang terkandung di dalam suatu bahan. Tinggi dan rendahnya kadar polimer dipengaruhi oleh konsentrasi bahan yang diimpregnasi, metode polimerisasi, struktur anatomi kayu, dan penggunaan bahan aditif (katalis).

Pada gambar 1 dapat dilihat nilai rataan kadar polimer yang terjadi pada tiap jenis kayu. Kayu sengon memiliki nilai kadar polimer yang paling tinggi dibandingkan ketiga jenis kayu lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kerapatan dan sifat anatomi kayu tersebut yang mendukung masuknya bahan kimia lebih banyak dibandingkan kayu lainnya. Kayu gmelina yang memiliki nilai kadar polimer yang rendah karena memiliki tebal dinding sel yang lebih kecil dibandingkan jenis kayu lainnya serta bentuk noktah yang berhalaman sangat kecil sehingga menyulitkan bahan kimia untuk masuk kedalam kayu. Rentang kerapatan kayu gmelina juga paling tinggi, yaitu 0.33-0.51 (Abdurrohim et.al

2004) dibandingkan sengon yang lebih rendah, yaitu 0.24-0.49 (Martawijaya 1989) sehingga kayu dengan kerapatan rendah lebih mudah termasuki oleh bahan kimia dibandingkan dengan kayu yang memiliki kerapatan tinggi.

Gambar 1 Histogram kadar polimer tiap jenis kayu

82.41

Sengon Manii Gmelina

(18)

8

Kerapatan

Kerapatan adalah perbandingan antara massa benda terhadap volume benda tersebut pada keadaan terntentu. Kerapatan dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga kekuatan kayu. Semakin tinggi nilai kerapatan maka kayu tersebut semakin keras dan kuat menahan beban. Kerapatan mempengaruhi sifat-sifat higroskopisitas, penyusutan dan pengembangan, sifat-sifat mekanis, panas, sifat-sifat akustik, kelistrikan, dan lainnya yang berhubungan dengan pengerjaan kayu selanjutnya (Tsoumis 1991).

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai kerapatan pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Nilai kerapatan yang paling tinggi adalah pada kayu Manii-terimpregnasi, yaitu sebesar 0.48 sedangkan nilai kearapatan terendah adalah kayu Sengon-terimpregnasi, yaitu sebesar 0.36. Nilai kerapatan pada kayu meningkat setelah diberikan perlakuan. Hal ini menandakan bahwa plastik yang diimpregnasi kedalam kayu mengisi pori kayu sehingga meningkatkan kerapatannya.

Pada hasil yang diperoleh memberikan informasi bahwa kayu sengon memiliki nilai kerapatan yang paling rendah, namun kayu sengon memberikan data yang nyata mengenai kenaikan kerapatan yang paling tinggi dibandingkan kedua jenis kayu lainnya yaitu sebesar 12.68%. Hal tersebut sejalan dengan besarnya kadar polimer yang terjadi pada kayu sengon dimana kayu sengon memiliki nilai kadar polimer yang paling besar diantara kayu lainnya. Pada kayu manii dan gmelina dapat dilihat bahwa peningkatan nilai kerapatannya kecil, hal ini sejalan juga dengan nilai kadar polimer bahwa pada kayu manii lebih besar peningkatan kerapatannya (4.16%) dibandingkan kayu gmelina (3.04%). Berdasarkan analisis keragaman (lampiran 6) menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan memberikan pengaruh nyata, yaitu meningkatkan nilai kerapatannya.

Gambar 2 Histogram perbandingan kerapatan pada tiap jenis kayu Kadar Air

Haygreen dan Bowyer (1993) mendefinisikan kadar air sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur (BKT). Kadar air kayu sangat dipengaruhi oleh sifat higroskopisitas kayu, yaitu sifat kayu untuk mengikat dan melepaskan air ke udara sampai tercapai keadaan setimbang dengan kadar air lingkungan sekitarnya. Mardikanto et al. (2011) menyatakan

0.32

Sengon Manii Gmelina

(19)

9

bahwa pada umumnya kadar air keseteimbangan kayu di Amerika Serikat berkisar 12%, sedangkan di Indonesia besarnya 15-18%.

Pada gambar 3 dapat dilihat perbandingan nilai kadar air pada tiap jenis kayu. Pada tiap jenis kayu memperlihatkan kenaikan nilai kadar air yang sangat signifikan ketika diimpregnasi oleh bahan kimia stirena. Penelitian yang dilakukan Devi et.al (2002) mengenai impregnasi monomer stirena kayu karet memberikan hasil bahwa penyerapan air berkurang sebesar 44.22%, yaitu dari 142.86% menjadi 98.64%.

Peningkatan kadar air yang terjadi sejalan jika dikaitkan dengan besarnya kadar polimer yang terjadi dimana semakin tinggi kadar polimer maka semakin tinggi pula kadar air yang terkandung, sehingga kadar air yang paling tinggi adalah sengon, kemudian manii, dan yang terendah adalah gmelina. Indikasi peningkatan kadar air pada kayu plastik adalah karena sisa gugus air yang tertinggal pada rongga dinding dari alkohol dan terbutyl hidroperoksida pada saat poimerisasi berlangsung. Berdasarkan analisis keragaman (lampiran 5) menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata, yaitu peningkatan kadar air pada tiap contoh uji. Sengon memiliki perubahan sebesar 60.80%, manii sebesar 33.21%, dan gmelina sebesar 18.67%

Gambar 3 Histogram perbandingan kadar air pada tiap jenis kayu Kembang Susut Kayu

Kembang susut merupakan suatu ukuran kestabilan dimensi dari suatu kayu. Untuk keperluan dan penggunaan konstruksi, kembang susut yang besar merupakan suatu sifat yang tidak diinginkan karena kestabilan dimensinya rendah. Perubahan dimensi kayu akan terjadi bila terjadi perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Kayu dikatakan menyusut ketika kayu kehilangan air dibawah TJS yaitu terlepasnya air terikat. Sebaliknya, jika air memasuki struktur dinding sel, kayu mengalami pengembangan. Dumanauw (2001) menyatakan bahwa sifat kayu yang dapat berubah kembang susutnya diakibatkan kayu memiliki sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepasakan air atau kelembapan.

Pada penelitian yang dilakukan, diperhatikan dua arah kembang susut kayu untuk mengetahui kestabilan dimensinya, yaitu arah tangensial dan radial. Arah tangensial merupakan arah yang tegak lurus arah radilal, sedangkan arah radial

7.36 7.74 7.58

Sengon Manii Gmelina

(20)

10

merupakan arah yang searah jari-jari kayu (Budianto 1996). Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa pengembangan kayu plastik lebih rendah dibandingkan dengan kayu kontrol. Hal serupa dijumpai pada susut kayu baik itu pada arah tangensial maupun radial yang dapat dilihat di gambar 5. Penelitian yang dilakukan Devi

et.al (2002) juga memberikan hasil bahwa pengembangan volume pada kayu karet berkurang sebesar 0.04%, yaitu dari 0.66% menjadi 0.62%. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada pengembangan (lampiran 7 dan 8) dan penyusutan (lampiran (9 dan 10) menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata yaitu penurunan nilai pengembangan dan penyusutan, namun pada lampiran 8 dan 10 pada uji Duncan diperoleh bahwa jenis kayu tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Kayu plastik manii memiliki nilai pengembangan bidang tangensial dan radial paling besar dibandingkan jenis kayu lainnya. Untuk nilai penyusutan bidang radial, kayu sengon memiliki nilai perubahan yang paling besar dibandingkan kedua jenis kayu lainnya, namun pada arah penyusutan tangensial memperlihatkan bahwa kayu manii memiliki nilai perubahan paling besar. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kayu plastik polistirena memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik dibandingkan dengan kayu kontrol.

Gambar 4 Histogram rataan nilai pengembangan pada tiap jenis kayu

Gambar 5 Histogram rataan nilai penyusutan pada tiap jenis kayu

2.88

Kontrol Kayu plastik Kontrol Kayu plastik

Radial Tangensial

Kontrol Kayu plastik Kontrol Kayu plastik

(21)

11

Sifat Mekanis Kayu Plastik Polistirena

Modulus elastisitas (Modulus of Elasticity/MOE)

Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai MOE pada tiap jenis kayu meningkat. Nilai perubahan pada kayu sengon sebesar 45.36%, manii 11.03%, dan gmelina 14.19%. Surjokusumo (1986) mengemukakan bahwa keteguhan lentur statis berhubungan dengan sifat kekuatan kayu yang diterangkan sebagai ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat.

Peningkatan nilai MOE pada kayu plastik mengindikasikan bahwa polimer plastik tersebut dapat meningkatkan kemampuan kayu untuk menahan beban yang diberikan pada kayu tersebut. Hal ini disebabkan pada polimer yang berikatan silang pada daerah yang rantai-rantai polimernya tersusun secara teratur (daerah kristalin) dan daerah rantai-rantai polimernya tersusun secara tidak teratur (daerah nirbentuk) (Ichwani 2000). Diduga daerah yang terjadi polimerisasi pada kayu tersebut adalah didaerah kristalin sehingga meningkatkan kekuatannya.

Berdasarkan hasil uji analisis keragaman (lampiran 11) menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata, yaitu semakin meningkatnya nilai MOE kayu. Berdasarkan atlas kayu jilid II,III, dan IV, dari ketiga jenis kayu tersebut yang memiliki nilai MOE paling tinggi adalah gmelina, diikuti manii, dan sengon. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka kayu plastik dapat meningkatkan nilai MOE pada tiap jenis kayu, terlebih lagi kayu sengon yang memiliki peningkatan nilai MOE paling tinggi diantara dua jenis kayu lainnya. Hal ini didukung dengan besarnya nilai kadar polimer dalam kayu sengon yang tinggi dan anatomi kayu sengon yang memiliki pori yang besar dibandingkan kedua jenis kayu lainnya.

Gambar 6 Histogram perbandingan nilai MOE pada tiap jenis kayu

Modulus Patah (Modulus of Rupture/MOR)

Hasil penelitian modulus patah (MOR) pada kayu plastik memberikan informasi bahwa tidak semua jenis kayu mengalami peningkatan nilai MOR. Hal

33

Sengon Manii Gmelina

(22)

12

tersebut membuktikan bahwa tidak selalu nilai MOE berbanding lurus dengan nilai MOR, kejadian tersebut dapat terjadi dikarenakan ikatan silang yang terbentuk membantu pembentukan sifat elastometrik/kenyal (Allock dan Lampe 1981). Berdasarkan uji analisis keragaman (lampiran 12) menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata yaitu peningkatan dan penurunan nilai MOR. Pada gambar 7. Dapat dilihat bahwa nilai MOR menurun pada kayu sengon namun meningkat pada kayu Manii dan Gmelina.

Pada kayu sengon, nilai MOE kayu plastik jauh lebih tinggi daripada kayu solidnya, sedangkan nilai MOR kayu plastik lebih rendah daripada kayu solidnya. Hal ini dapat terjadi karena sifat regas kayu plastik mempengaruhi penurunan nilai MOR pada kayu sengon, sebab keregasan kayu mengakibatkan ikatan antar partikel didalam kayu menjadi tidak normal sehingga dapat mengurangi nilai MORnya (Yusuf 2000).

.Gambar 7 Histogram perbandingan nilai MOR pada tiap jenis kayu

Keteguhan Geser Tangensial

Keteguhan geser kayu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya yang cenderung untuk menggeser satu bagian dengan bagian yang lain dari kayu yang sama (Mardikanto et al. 2011). Berdasarkan uji analisis keragaman (lampiran 13) menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata yaitu peningkatan dan penurunan nilai keteguhan geser tangensial. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai keteguhan geser tangensial meningkat pada kayu sengon dan manii sebesar masing-masing adalah 30.33% dan 9.70%, namun pada kayu gmelina menunjukan penurunan nilai keteguhan geser tangensial sebesar 31.94%.

Menurunnya nilai keteguhan geser pada kayu gmelina ini diindikasikan terjadi akibat ikatan polimerisasi stirena yang terjadi didalam kayu gmelina tidak merata yaitu tidak mencapai di dalam dinding sel dan hanya di rongga sel saja sehingga menyebabkan kayu cenderung tidak kuat menahan beban geser dibandingkan kayu kontrolnya.

Sengon Manii Gmelina

(23)

13

Gambar 8 Histogram perbandingan keteguhan geser tangensial pada tiap jenis kayu

Kekerasan

Kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang membuat takik atau lekukan padanya (Dumanauw 2001). Nilai kekerasan dilihat pada bidang tangensial dan radial. Berdasarkan hasil uji analisis keragaman kekerasan bidang tangensial dan radial (lampiran 14 dan 15) menunjukan pengaruh yang nyata yaitu peningkatan nilai kekerasan. Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa peningkatan nilai kekerasan pada kayu plastik dibandingkan dengan kayu kontrol terjadi hampir pada setiap contoh kayu kecuali pada kayu manii di bidang radial. Hal tersebut diindikasikan terjadi karena bahan kimia yang masuk hanya sampai pada rongga sel dan tidak masuk hingga dinding sel sehingga mempengaruhi nilai kekerasannya menjadi lebih kecil.

Devi et.al (2002) dalam penelitiannya, menjumpai hal yang serupa yaitu peningkatan nilai kekarasan pada kayu karet, yaitu dari 46.57 menjadi 61.98. Hal tersebut diindikasikan bahwa karena terjadi ikatan polimer stirena di dalam dinding sel sehingga menyebabkan peningkatan nilai kekerasan kayu plastik. Dari ketiga jenis kayu tersebut, gmelina memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi dibandingkan jenis kayu lainnya. Kayu gmelina memiliki nilai perubahan sebesar 31.94% untuk bidang tangensial dan 38.81% untuk bidang radial.

Gambar 9 Histogram perbandingan kekerasan pada tiap jenis kayu

37.85

Sengon Manii Gmelina

K

Kontrol Kayu plastik Kontrol Kayu plastik

(24)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembuatan kayu plastik memberikan pengaruh yang nyata terhadap sifat fisis dan mekanis kayu. Kadar polimer tertinggi terdapat pada kayu sengon sebesar 82.41% dibandingkan dua jenis kayu lainnya. Kadar air meningkat pada tiap jenis kayu dan yang tertinggi adalah sengon ter-impregnasi sebesar 18.78%. Pengembangan dan penyusutan kayu ter-impregnasi meningkat dengan kisaran nilai 8.33-53.17% untuk kembang radial, 2.48-52.28% untuk kembang tangensial, 19.51-36.25% untuk susut radial, dan 7.31-41.27% untuk susut tangensial. Untuk pengujian mekanis, MOE pada kayu meningkat, peningkatan tertinggi pada kayu gmelina ter-impregnasi sebesar 83000 kg/cm2. Nilai MOR tertinggi adalah kayu manii ter-impregnasi sebesar 604 kg/cm2. Nilai keteguhan geser tertinggi pada kayu manii ter-impregnasi sebesar 67.62 kg/cm2. Pada uji kekerasan, semua jenis kayu mengalami kenaikan kekerasan dengan kisaran 9.70-31.94 % untuk bidang tangensial dan 8.05-38.81% untuk bidang radial.

Dari hasil yang diperoleh, kayu plastik polistirena-sengon, polistirena-manii maupun polistirena-gmelina kurang baik jika digunakan untuk kayu konstruksi jangka panjang yang menahan beban berat. Namun untuk produk yang membutuhkan kestabilan dimensi yang baik seperti mebel, kerajinan, flooring dan pagar, kayu plastik dapat dijadikan pilihan karena sifat kekerasan dan kestabilan dimensinya yang lebih baik dibandingkan kayu kontrol.

Saran

(25)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim S, Y I Mandang, U Sutisna, M Wardani, T Kalima, N Hadjib, G Pari, G Sumarni, Barly, M I Iskandar, O Rachman, E Basri, Y Lisnawati, Iskak, Doom F. 2004. Atlas Kayu Indonesia Jilid III Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Allock H R, F M M Lampe. 1981. Contemporary Polymer Chemsitry Prentice Hal. Inc. New Jersey.

Anonim. 1957. British Standar : Methods of Testing Small Clear Specimen of Timber. BS.373 : 1957. British Standards Institution. London.

Budianto A D. 1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius.Yogyakarta

Devi RR, Ilias A, Maji TK. 2002. Modifikasi Kimia Kayu Karet dengan Menggunakan Kombinasi Styrene dan Crosslinker: Efek Stabilitas Dimensi dan Kekuatan. Bioresource Technology 88 (2003) 185-188

Dumanauw JF. 2001. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius(Anggota IKAPI). Yogyakarta

Haygreen,Bowyer, 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar) Penerjemah: Sutjipto A. Hadikusumo. Gadjah Mada University Press.

Ichwani Z. 2000. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Polistirena pada Polimerisasi Pemanasan terhadap Sifat Fisis Mekanis Kayu Plastik.Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan.

Mardikanto TR, Lina K, Effendi TB. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Penerbit IPB Press. Bogor.

Martawijaya A, Kartasujanan, I Mandang, YI Prawira, K Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Balitbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.

Matjik AA, IM Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor: FMIPA.IPB.

Muslich M, M Wardani, T Kalima, S Rulliaty, R Damyanti, N Hadjib, G Pari, S Suprapti, MI Iskandar, Abdurachman, E Basri, I Heriansyah, HL Tata. 2013. Atlas Kayu Indonesia Jilid IV. Kementrian Kehutanan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH). Bogor

Nurwati, M Utama, S Surjokusumo. 1989. Stabilitas Dimensi dan Peningkatan Kekuatan Kayu dengan Polimerisasi Radiasi. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN. Jakarta

Tsoumis G. 1991. Science and Technology Wood. Structure, Properties, Utilization. Van Vostrand Reinhold Inc. USA.

Wanggard JF. 1950. The Mechanical Properties of Wood. John Willey and Sons Inc. New York

(26)

16

Lampiran 1 Kadar polimer, kerapatan, dan kadar air tiap jenis kayu

Jenis kayu

Kadar Polimer (%) Kerapatan (g/cm3) Kadar Air (%)

Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Sengon

N 12 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 82.41 Rata-rata 0.32 0.36 Rata-rata 7.36 18.78

Min 32.71 Min 0.32 0.35 Min 6.81 13.69

Max 138.51 Max 0.32 0.37 Max 8.27 22.29

Manii

N 10 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 47.78 Rata-rata 0.46 0.48 Rata-rata 7.74 11.59

Min 10.92 Min 0.44 0.45 Min 7.30 10.80

Max 94.63 Max 0.48 0.52 Max 8.67 12.14

Gmelina

N 12 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 6.24 Rata-rata 0.41 0.42 Rata-rata 7.58 9.32

Min 0.25 Min 0.40 0.40 Min 7.46 9.11

(27)

17

Lampiran 2 Pengembangan tangensial, pengembangan radial, dan penyusutan tangensial tiap jenis kayu

Jenis kayu

Pengembangan Tangensial (%) Pengembangan Radial (%) Penyusutan Tangensial (%) Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Sengon

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 2.88 1.67 Rata-rata 4.35 2.96 Rata-rata 3.49 2.23

Min 2.36 1.48 Min 3.89 2.62 Min 2.3 1.91

Max 3.56 1.89 Max 4.64 3.2 Max 4.92 2.52

Manii

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 2.33 1.09 Rata-rata 5.43 2.59 Rata-rata 2.14 1.45

Min 1.93 0.86 Min 4.29 1.55 Min 1.71 1.14

Max 2.71 1.23 Max 6.63 3.29 Max 3.08 1.62

Gmelina

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 2.55 2.34 Rata-rata 4.13 4.03 Rata-rata 2.46 1.98

Min 2.06 2.1 Min 3.16 2.21 Min 1.99 1.81

(28)

18

Lampiran 3 Penyusutan radial, MOE, dan MOR tiap jenis kayu

Jenis kayu

Penyusutan Radial (%) MOE (kg/cm2) MOR (kg/cm2)

Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Sengon

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 4.33 3.49 Rata-rata 33481 61279 Rata-rata 506 299

Min 3.22 2.72 Min 5478 53369 Min 491 240

Max 5.24 4.62 Max 68743 66771 Max 525 363

Manii

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 5.43 3.19 Rata-rata 71760 80655 Rata-rata 575 604

Min 4.6 2.39 Min 41416 60380 Min 533 517

Max 5.76 3.84 Max 91920 96780 Max 635 737

Gmelina

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 4.65 4.31 Rata-rata 71527 83354 Rata-rata 528 582

Min 3.37 2.72 Min 33641 76261 Min 428 405

(29)

19

Lampiran 4 Keteguhan geser tangensial, kekerasan tangensial, dan kekerasan radial tiap jenis kayu

Jenis kayu

Keteguhan Geser Tangensial (kg/cm2) Kekerasan Tangensial (kg/cm2) Kekerasan Radial (kg/cm2)

Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Sengon

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 37.85 42.82 Rata-rata 194.34 278.95 Rata-rata 223.83 299.24

Min 32.74 39.44 Min 140 229 Min 201 211

Max 48.91 51.63 Max 280 340 Max 258 436

Manii

n 4 3 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 64.50 67.62 Rata-rata 412.57 456.91 Rata-rata 512.70 471.45

Min 50.45 64.50 Min 393 381 Min 316 379

Max 73.25 71.82 Max 430 584 Max 696 606

Gmelina

n 4 4 n 4 4 n 4 4

Rata-rata 61.80 47.19 Rata-rata 350.30 514.67 Rata-rata 322.92 527.73

Min 56.46 39.72 Min 179 308 Min 191 252

(30)

20

Lampiran 5 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap kadar air kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 388.0395708 77.6079142 30.33 <.0001

Error 18 46.062225 2.5590125 Corrected Total 23 434.1017958

R-Square Coeff Var Root MSE KA Mean 0.893891 15.383966 1.599691 10.39458

Duncan Grouping Mean N A

A 13.2292 12 a2

B 7.56 12 a1

Duncan Grouping Mean N B

A 13.07 8 b1

B 9.6613 8 b2

B

B 8.4525 8 b3

Keterangan : Pr > F ≤ 0.05 maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 6 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap kerapatan kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.07762083 0.01552417 40.65 <.0001

Error 18 0.006875 0.00038194

Corrected Total 23 0.08449583

R-Square Coeff Var Root MSE Kerapatan Mean

0.918635 4.761843 0.019543 0.410417

(31)

21

A 0.4225 12 a2

B 0.398333 12 a1

Duncan Grouping Mean N B

A 0.475 8 b2

B 0.41625 8 b3

C 0.34 8 b1

Keterangan : Pr > F ≤ 0.05 maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda

Lampiran 7 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap pengembangan tangensial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 8.44347083 1.68869417 13.47 <.0001

Error 18 2.256025 0.12533472 Corrected Total 23 10.69949583

R-Square Coeff Var Root MSE Kembang Tangensial Mean

0.789147 16.52078 0.354026 2.142917

Duncan Grouping Mean N A

A 2.5858 12 a1

B 1.7 12 a2

Duncan Grouping Mean N B

A 2.4438 8 b1

A

A 2.2763 8 b3

B 1.7088 8 b2

(32)

22

Lampiran 8 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap pengembangan radial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 20.81537083 4.16307417 5.39 0.0033

Error 18 13.905725 0.77254028 kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 9 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap penyusutan tangensial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 9.19232083 1.83846417 4.85 0.0055

Error 18 6.822775 0.37904306 Corrected Total 23 16.01509583

R-Square Coeff Var Root MSE Susut Tangensial Mean

0.573979 26.88003 0.615665 2.290417

(33)

23

A 2.6958 12 a1

B 1.885 12 a2

Duncan Grouping Mean N B

A 2.8575 8 b1

A

B A 2.22 8 b3

B

B 1.7938 8 b2

Keterangan : Pr > F ≤ 0.05 maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 10 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap penyusutan radial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 13.08063333 2.61612667 3.29 0.0277

Error 18 14.3183 0.79546111 Corrected Total 23 27.39893333

R-Square Coeff Var Root MSE Susut Radial Mean

0.477414 21.07648 0.891886 4.231667

Duncan Grouping Mean N A

A 4.8017 12 a1

B 3.6617 12 a2

Duncan Grouping Mean N B

A 4.4825 8 b3

A

A 4.3075 8 b2

A

A 3.905 8 b1

(34)

24

Lampiran 11 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap MOE kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 6613356109 1322671222 3.18 0.0313

Error 18 7483648728 415758263 kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 12 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap MOR kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 252388.2083 50477.6417 5.17 0.0041

(35)

25

A 495.25 12 a2

Duncan Grouping Mean N B

A 590 8 b2

A

A 555.38 8 b3

B 402.75 8 b1

Keterangan : Pr > F ≤ 0.05 maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 13 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap keteguhan geser tangensial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 2830.361386 566.072277 11.39 <.0001

Error 16 795.422742 49.713921 Corrected Total 21 3625.784127

R-Square Coeff Var Root MSE Keteguhan Geser Tangensial Mean

0.78062 13.42291 7.05081 52.52818

Duncan Grouping Mean N A

A 53.885 11 a1

A

A 51.171 11 a2

Duncan Grouping Mean N B

A 65.84 7 b2

B 53.15 7 b3

C 40.336 8 b1

(36)

26

Lampiran 14 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap kekerasan tangensial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 278763.7083 55752.7417 4.21 0.0103

Error 18 238101.25 13227.8472 Corrected Total 23 516864.9583

R-Square Coeff Var Root MSE Kekerasan Tangensial Mean

0.539336 31.2569 115.0124 367.9583

Duncan Grouping Mean N A

A 416.83 12 a2

A

A 319.08 12 a1

Duncan Grouping Mean N B

A 434.63 8 b2

A

A 432.5 8 b3

B 236.75 8 b1

Keterangan : Pr > F ≤ 0.05 maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan sebaliknya. Uji Duncan berbeda nyata apabila kode huruf berbeda.

Lampiran 15 Analisis keragaman pengaruh Polistirena dan uji wilayah ganda duncan terhadap kekerasan radial kayu plastik

Source

DF

Sum Of

Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 323370.5 64674.1 3.14 0.0327

Error 18 370379.5 20576.6389 Corrected Total 23 693750

R-Square Coeff Var Root MSE Kekerasan Radial Mean

(37)

27

Duncan Grouping Mean N A

A 432.75 12 a2

A

A 353.25 12 a1

Duncan Grouping Mean N B

A 492.13 8 b2

A

A 425.25 8 b3

B 261.63 8 b1

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tangerang pada tanggal 7 Agustus 1992, putra ke dua dari tiga bersaudara dari Bapak Gunanto dan Ibu Wartini. Penulis menempuh pendidikan dari Sekolah Dasar Sudimara 7 Tangerang pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama Angkasa Halim Perdana Kusumah pada tahun 2004-2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 48 Jakarta Timur pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dengan mayor Hasil Hutan melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis telah mengikuti kegiatan praktek lapang yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2012 di Pangandaran dan Gunung Sawal, Jawa Barat, pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengolahan Hutan (PPH) dengan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi. Pada tahun yang sama penulis melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Sagha Jati Meubel Kidung Halang Talang Utara Bogor.

Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi dan kepanitian kegiatan di kampus, antara lain menjadi ketua angkatan 47 pada himpunan mahasiswa yang berasal dari SMAN 48, anggota aktif UKM Panahan dari tahun 2010-2012, menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) periode pengurusan 2012-2013. Dalam kepanitiaan kegiatan, penulis merupakan ketua Divisi Humas FORESTER CUP 2012, ketua Divisi Humas KOMPAK DHH 2012. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul “Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Plastik Polistirena dari Kayu Sengon,

Manii, dan Gmelina” dibawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr

Gambar

Gambar 1 Histogram kadar polimer tiap jenis kayu
Gambar 4 Histogram rataan nilai pengembangan pada tiap jenis kayu
Gambar 6 Histogram perbandingan nilai MOE pada tiap jenis kayu
Gambar 8 Histogram perbandingan keteguhan geser tangensial pada tiap

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Meningkatkan Keterampilan Maha- siswa PPB dalam Menghargai Diri Sendiri dengan Cara Berpakaian Sopan Melalui Teknik Sosiodrama. Yusi

Adapun sebanyak 40,72% mahasiswa calon guru menyatakan tidak selalu menyiapkan media pembelajaran berbasis TIK sebelum proses belajar mengajar dan mahasiswa calon

Sehubungan Dengan Pekerjaan Studi Identifikasi Pengembangan Prasarana Perairan Umum Daratan Di Wilayah Sumatera Pada Satker Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktorat

Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Akuntansi Perusahaan Jasa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen.. Program Pasca

Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing, dalam

Note 1: The designated airline of the Republic of Indonesia may operate the agreed services through Osaka, when the Kansai International Airport becomes

Finansial secara simultan terhadap Perilaku Kerja Karyawan mempunyai tingkat pengaruh dan determinasi yang lebih signifikan dibandingkan dengan pengaruh variabel

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program perhitungan metode elemen hingga berbasis internet untuk analisis struktur rangka dua dimensi serta analisis tegangan/