EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN
KARAWANG DENGAN PENDEKATAN
DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS
(DEA)
FAJAR FIRMANA
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Fajar Firmana
NIM H351150476
RINGKASAN
FAJAR FIRMANA. Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Kabupaten Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan AMZUL RIFIN.
Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara berkelanjutan. Efisiensi merupakan salah satu aspek penting bagi petani sebagai alat ukur untuk pemilihan penarikan keputusan produksi terhadap alternatif yang tersedia. Terdapat beberapa perbedaan efisiensi di tingkat usahatani, tetapi salah satu bentuk efisiensi yang perlu diperhatikan yaitu efisiensi teknis.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk untuk mendeskripsikan keragaan usahatani dan penggunaan input produksi padi, menganalisis efisiensi teknis usahatani padi, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasai, Kabupaten Karawang. Pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Regresi.
Di dalam melakukan kegiatan usahatani pada musim tanam 2014, rata-rata petani responden masih belum menggunakan input sesuai dengan penggunaan input yang dianjurkan, seperti pada penggunaan benih dan pupuk (NPK dan Urea).
Pengukuran efisiensi teknis usahatani padi dalam penelitian ini menggunakan variabel input yang terdiri dari benih, pupuk NPK, pupuk urea, insektisida padat,
insektisida cair, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan, variabel output yang digunakan yaitu produksi dan produktivitas padi.
Penggunaan pupuk u rea, pupuk N PK, dan tenaga kerja memiliki nilai
input slack terbesar apabila dibandingkan dengan input-input produksi lainnya.
Petani dapat mengurangi penggunaan pupuk u rea sebanyak 19.173 k g, pupuk NPK sebanyak 19.319 kg, dan tenaga kerja sebanyak 1.385 HOK agar usahatani padi yang dilakukan efisien secara teknis. Upaya peningkatan efisiensi dalam usahatani padi dapat dilakukan dengan menggunakan input-input produksi sesuai
dengan komposisi anjuran program pemerintah.
Peningkatan efisiensi teknis dalam usahatani salah satunya sangat dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi dari petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi teknis usahatani padi di Desa Kalibuaya yaitu usia, pendidikan, penggunaan pupuk organik dan pengalaman berusahatani. Sedangkan, variabel jumlah tanggunan keluarga dan keanggotan petani dalam program SLPTT tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis usahatani padi di lokasi penelitian.
SUMMARY
FAJAR FIRMANA. Techincal Efficiency Of Paddy Farm in Karawang Regency with Data Envelopment Analysis Approach. S upervised by RITA NURMALINA and AMZUL RIFIN.
Efforts to increase efficiency is important in regards to fulfill the demand of rice, and in turns, to reach rice self-sufficiency sustainably. Efficiency is an important aspect for farmer that can be used as a m easuring tools to make a decision regarding production among available options. There are many different types of efficiency on the farm businesses level, but technical efficiency is the one important to note.
The objectives of this research is to describe the farming techniques and the use of paddy production inputs, to evaluate the technical efficiency of paddy farming, and to identify the factors that influence the technical efficiency of paddy farms in Kalibuaya, Telagasari district, Karawang regency. The data used in this research were analyzed using a qualitative and quantitative analysis. To analyzed the data, data envelopment analysis (DEA) approach and tobit regression were applied.
In 2014 gr owing season, farmers were not use the the right amount of inputs as being recommended by the instructor, such as the use of seed and fertilizer (NPK and urea). The input variables that were used to see the value of technical efficiency of paddy farm in this research consists of seed, fertilizer (NPK and urea), liquid insecticide, solid insecticide, family labors, and the labor outside of the family. While the output variables that were used in this research were the amount of production and the productivity in said growing season.
The use of Urea, NPK, and labor had the largest percentage of input slacks when compared to the other production inputs. Farmers could reduce the use of urea by 19.173 kg, NPK by 19.319 kg, and labor by 1.385 HOK to make the paddy farm technically efficient. Using the right amount of inputs as recommended by the government can improve the efficiency of paddy farm.
One of the factors that can greatly influence the improvement of farming technical efficiency is the socio-economic factors. Factors that affecting the technical efficiency of paddy farm in Kalibuaya Village were the age, the level of formal education, the use of organic fertilizers, and farming experience. While the other variables like the number of members in the household, and the membership in program SLPTT do n ot significantly affect the technical efficiency of paddy farm.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI KECAMATAN
TELAGASARI KABUPATEN KARAWANG DENGAN
PENDEKATAN
DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
(DEA)
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari hingga Maret 2016 dengan judul penelitian Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian Firmana (2015) yang berjudul Dampak Penerapan Program SLPTT Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS dan Dr Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran, serta Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si dan Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji pada ujian tesis yang telah memberikan saran pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Handoko dari UPTD Kecamatan Telagasari, serta kepada seluruh petani di Desa Kalibuaya Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang, yang telah membantu selama pengumpulan data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada teman-teman Program Studi Magister Sains Agribisnis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.
Bogor, Mei 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Penggunaan Input Produksi 5 Efisiensi Teknis Usahatani dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada Beberapa Komoditas Pertanian
7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani 10
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Teori Produksi dan Fungsi Produksi 12
Konsep Efisiensi Teknis Usahatani 13
Pengukuran Efisiensi dan Input Slack 14
Kerangka Pemikiran Operasional 15
METODE PENELITIAN 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Penentuan Sampel 17
Metode Pengolahan dan Analisis Data 18
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) 18
Analisis Efisiensi Teknis dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) 19
Model Regresi Tobit 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23
Kondisi Geografis Desa Kalibuaya 23
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kalibuaya 24
Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Kalibuaya 25
Kondisi Pertanian Desa Kalibuaya 26
Karakteristik Petani Responden 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 31
Keragaan Usahatani Padi di Desa Kalibuaya 31
Penggunaan Input Produksi Petani Responden Usahatani Padi di Desa
Kalibuaya 39
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Usahatani Padi di
Desa Kalibuaya 50
SIMPULAN DAN SARAN 54
Simpulan 54
Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produktivitas, dan produksi GKG padi di Indonesia 2010
2014 1
2 Sebaran penduduk Desa Kalibuaya berdasarkan mata pencaharian pada
tahun 2014 25
3 Sebaran petani responden berdasarkan kelompok usia pada usahatani
padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 27
4 Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan terakhir pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 28
5 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 29
6 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 30
7 Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan garapan pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 30 8 Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014 31 9 Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical
Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency
(VRSTE), dan Scale Efficiency (SE) 46
10 Sebaran variabel ouput dan input yang digunakan oleh lima petani
responden 48
11 Nilai input berlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani responden 49
12 Variabel-variabel yang digunakan dalam regresi Tobit 50 13 Hasil regresi Tobit petani responden di Desa Kalibuaya 51
DAFTAR GAMBAR
1 Production frontier dan technical efficiency 13
2 Pendekatan efisiensi teknis 14
3 Kegiatan pembajakan lahan sawah 33
4 Hamparan lahan semai benih padi 34
5 Kegiatan penanaman padi di lahan sawah 35
7 Kegiatan penyemprotan di lahan sawah 37
8 Kegiatan pengairan di lahan sawah 38
9 Kegiatan panen padi di lahan sawah 39
10 Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan jumlah benih per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014 40
11 Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan pupuk u rea dan pupuk NPK per hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014 41 12 Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan insektisida padat
per hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014 42
13 Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan insektisida cair per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014 43
14 Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan tenaga kerja per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014 44
15 Distribusi skor efisiensi pada model DEA Variable Return to Scale
(VRS) untuk masing-masing petani responden 47
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kerangka pemikiran operasional Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Kabupaten Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA) 59
2 Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical Efficiency Scores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores, Scale Efficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di Desa
Kalibuaya tahun 2014 60
3 Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani responden
(DMU) di Desa Kalibuaya tahun 2014 62
4 Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Desa
Kalibuaya tahun 2014 64
5 Sebaran jumlah tanggungan keluarga dari petani responden yang
efisien dan tidak efisien sccara teknis 66
6 Sebaran perbandingan nilai efisiensi teknis antara petani yang tergabung dan yang tidak tergabung dalam program SLPTT 67 7 Hasil uji perbedaan pendidikan, pengalaman usahatani, dan jumlah
tanggungan keluarga petani yang efisien dan tidak efisien secara teknis
di Desa Kalibuaya dengan uji Mann-Whitney. 71
8 Hasil uji perbedaan usia petani yang efisien dan tidak efisien secara teknis di Desa Kalibuaya dengan uji beda T-Test. 71 9 Hasil uji perbedaan nilai efisiensi teknis petani yang menggunakan
pupuk organik dan yang tidak menggunakan pupuk organik di Desa
Kalibuaya dengan uji beda Mann-Whitney. 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya adalah bagian dari hak asasi manusia yang telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu bahan pangan utama Indonesia adalah beras yang merupakan bahan pangan pokok bagi hampir seluruh penduduk Indonesia. Tingkat konsumsi beras Indonesia tahun 2014 t ermasuk tinggi apabila dibandingkan dengan negara lain yaitu sebesar 114.8 k g per kapita per tahun (Badan Pusat Statistik 2015). Sedangkan, tingkat konsumsi beras dunia tahun 2014 hanya sebesar 54.6 kg per kapita per tahun (Food and Agriculture Organization 2015). Sebagai bahan pokok,
beras masih menjadi pilihan utama dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti jagung, ubi, sagu, dan bahan lainnya. Beras memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik, mudah disimpan, mudah disajikan, rasa yang enak, dan sudah menjadi suatu budaya konsumsi bagi hampir seluruh masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri pangan meningkatkan permintaan terhadap berbagai komoditas pangan. Beras merupakan salah satu komoditas strategis yang permintaannya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara berkelanjutan. Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 18 T ahun 2012 tentang pangan, pemerintah berkewajiban untuk bisa meningkatkan produksi padi nasional guna memenuhi permintaan beras dalam negeri. Laju pertumbuhan produksi beras pada tahun 2010-2014 masih cukup rendah yaitu 1.31 pe rsen. Produksi padi di Indonesia masih berfluaktif setiap tahunnya, seperti pada tahun 2011 dan 2014 yang mengalami penurunan produksi padi gabah kering giling (GKG) dari tahun sebelumnya. Berikut Tabel 1 adalah data luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014.
Tabel 1 Luas panen, produktivitas, dan produksi GKG padi di Indonesia 2010-2014
Tahun Luas panen
(Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi GKG (Ton)
2010 13 253 450 5.015 66 469 394
2011 13 224 379 4.944 65 385 183
2012 13 443 443 5.136 69 045 141
2013 13 835 252 5.152 71 279 709
2014 13 570 000 5.149 69 871 000
Laju (%/th) 0.61 0.68 1.31
Penurunan produksi padi Indonesia terjadi di wilayah Pulau Jawa, tidak untuk di luar Pulau Jawa. Salah satu provinsi sebagai penghasil padi di Pulau Jawa yang juga mengalami penurunan produksi yaitu Jawa Barat. Produksi padi Provinsi Jawa Barat tahun 2014 mencapai 11 644 899 ton GKG setara 6 955 070 ton atau turun 3.63 persen dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena total luas panen padi pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 50 092 he ktar atau turun sebesar 2.47 p ersen dibandingkan tahun 2013 (Bada Pusat Statistik Jawa Barat 2015). Penurunan luas panen padi disebabkan oleh beberapa hal, seperti mundur tanam, musim kemarau, dan konversi lahan pertanian.
Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu menambah luas lahan (ekstensifikasi), adanya terobosan teknologi baru dengan pengoptimalan luas lahan yang ada (intensifikasi), dan peningkatan efisiensi teknis dalam hal penggunaan sumberdaya yang ada (Brazdik 2006). Upaya peningkatan produksi melalui program ekstensifikasi akan sulit dilakukan karena semakin terbatasnya penyediaan lahan pertanian produktif dan tingginya konversi lahan ke non pertanian di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di daerah Kabupaten Karawang. Upaya peningkatan produksi melalui terobosan teknologi baru akan baik dilakukan, tetapi perlu didukung dengan karakteristik petani, a kses modal usaha, dan skala usahatani. Selain itu, petani umumnya cenderung kembali menggunakan teknologi yang sederhana apabila kegiatan pelayanan dan pembinaan tidak dilakukan secara optimal (Supadi 2006). Upaya peningkatan produksi melalui efisiensi teknis saat ini menjadi alternatif yang penting, karena dapat meningkatkan hasil output potensial pada petani (Kusnadi et al .2011). Upaya peningkatan efisiensi teknis dengan penggunaan sumberdaya
yang ada diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan menekan biaya usahatani, sehingga pendapatan petani mengalami peningkatan.
Peningkatan efisiensi usahatani dapat dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan input.
Faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan berkaitan dengan kapabilitas manajerial petani dalam melakukan usahatani, seperti usia petani, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan keterlibatan petani dalam lembaga pertanian. Kapabilitas manajerial petani memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan usahatani karena mempengaruhi dalam hal aplikasi yang dilakukan pada usahatani dan cara pengambilan keputusan yang tepat. Kapabilitas manajerial yang baik tercemin dari hasil output yang dihasilkan pada saat panen dengan penggunaan input yang
tepat. Penggunaan input yang tepat seperti jenis input, jumlah input, kualitas dan
mutu input, kombinasi penggunaan input-input, waktu penggunaan input, serta
cara pengaplikasian input.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya peningkatan produksi padi di Indonesia khususnya di Jawa Barat melalui efisiensi teknis menjadi penting untuk diperhatikan. Tingkat efisiensi teknis usahatani padi salah satunya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi petani dan penggunaan input produksi, dimana
Perumusan Masalah
Permintaan beras di Indonesia masih terus meningkat seiring dengan permintaan untuk konsumsi akhir oleh rumah tangga, permintaan non rumah tangga (industri pengolahan dan hotel-restoran) dan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Disisi lain, saat ini dengan adanya perubahan iklim yang menjadi lebih ekstrim akibat pemanasan global, akan berdampak pada terganggunya proses produksi padi. Hal lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan
input produksi yang belum efisien dan keterbatasan petani dalam mengakses
modal. Keterbatasan modal menyebabkan usahatani padi yang dilakukan oleh petani tidak banyak mengikuti anjuran penyuluh dan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahataninya.
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang merupakan sentra produksi padi, dimana total produksi padi tahun 2014 sebesar 1 435 012 t on dengan persentase sebesar 9.85 pe rsen dari total produksi padi di Jawa Barat. Sebagai sentra produksi padi, produktivitas padi di Kabupaten Karawang masih bersifat fluktuatif karena terjadi penurunan produktivitas pada tahun 2012 dan 2014 masing-masing sebesar 0.21 ton/ hektar dan 0.28 ton/ hektar dari tahun sebelumnya (Dinas Pertanian Jawa Barat 2015).
Desa Kalibuaya merupakan salah satu desa sentra produksi di Kabupaten Karawang. Namun produktivitas rata-rata yang dihasilkan oleh petani di Desa Kalibuaya tidak dapat mencapai target, dimana pada musim tanam kering II 2014 produktivitas yang dihasilkan hanya sebesar 6.56 ton/ hektar. Sedangkan, target produktivitas padi yang ingin dicapai yaitu sebesar 7.00 - 7.50 ton/ hektar. Hal ini terjadi karena terdapat variasi produktivitas padi diantara masing-masing petani di Desa Kalibuaya. Penarikan keputusan produksi seringkali menjadi keharusan bagi petani mengingat dalam aktivitas usahatani seringkali terjadi kesenjangan (gap)
produktivitas, antara produktivitas yang seharusnya dengan produktivitas yang dihasilkan. Variasi pada produktivitas padi per hektar di Desa Kalibuaya diduga karena adanya perbedaan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan usahatani padi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
Petani di Desa Kalibuaya telah diberikan beberapa komponen penggunaan
input yang dianjurkan oleh penyuluh. Namun, pada umumnya penggunaan input
yang digunakan sesuai dengan pertimbangan pada masing-masing petani. Sehingga, umumnya terjadi variasi penggunaan input pada masing-masing petani
di Desa Kalibuaya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan penggunaan faktor-faktor produksi (input) dalam melakukan kegiatan usahatani padi agar
produktivitas usahatani padi di Desa Kalibuaya dapat meningkat.
Penggunaan input yang tidak sesuai dengan anjuran dapat terlihat pada
rata-rata penggunaan input produksi dari petani responden seperti benih, pupuk
urea, dan pupuk NPK. Penggunaan beberapa input sesuai dengan yang dianjurkan
oleh penyuluh yaitu benih sebesar 20 kg/ hektar, pupuk urea 200 kg/ hektar, dan pupuk NPK 200 k g/ hektar (Kementrian Pertanian 2014). Sementara rata-rata penggunaan input yang digunakan oleh petani responden di Desa Kalibuaya yaitu
benih sebesar 22.07 kg/ hektar, pupuk u rea 226.64 kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar 216.71 kg/ hektar (Firmana 2015).
responden yang diduga sebagai penentu tingkat efisiensi teknis usahatani yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan keanggotaan petani dalam program pertanian. Salah satu faktor tingkat efisiensi teknis di Desa Kalibuaya seperti usia petani merupakan faktor internal yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani dalam hal adopsi inovasi. Namun, penduduk sebagai generasi muda yang ada di Desa Kalibuaya tidak banyak untuk menjadi seorang petani, dimana sebesar 60.00 persen rata-rata usia petani berada di atas usia 45 tahun. Selanjutnya, keanggotaan petani Desa Kalibuaya dalam program pertanian yaitu program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) merupakan upaya penerapan komponen teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi,
sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi. Selama satu tahun pertama pada tahun 2008 alokasi luas lahan program SLPTT Desa Kalibuaya berada pada tahap pengembangan, namun tahun selanjutnya hingga saat ini alokasi luas lahan sudah berada pada tahap pemantapan karena produktivitas yang dihasilkan lebih besar dari rata-rata produktivitas provinisi. Namun, pelaksanaan program SLPTT di Desa Kalibuaya belum bekerja secara optimal karena tingginya persentase petani yang tidak menerapkan komponen teknologi anjuran program SLPTT (Firmana 2015).
Apabila petani memiliki kemampuan kapabilitas manajerial yang baik maka akan terlihat dari penggunaan input dan ouput yang dihasilkan karena petani
tersebut dapat mengelola usahatani dengan tingkat efisien yang tinggi. Selain itu, kapabilitas manajerial petani dapat terlihat dari kemampuan petani dalam hal memperoleh pengetahuan dan informasi terkait dengan mengelola usahatani padi. Pengetahuan dan informasi seperti penggunaan kombinasi input dan inovasi
penerapan teknologi dapat diperoleh melalui sekolah lapang, penyuluhan, pelatihan, petani lain, media, maupun sumber informasi lainnya. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam budidaya padi serta kemampuan manajerial yang berasal dari diri petani melalui faktor-faktor sosial-ekonomi akan mempengaruhi efisiensi teknis petani di dalam melakukan usahatani padi. Analisis efisiensi teknis bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan input-input produksi dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di
Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Karawang? 3. Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi
di Kabupaten Karawang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mendeskripsikan keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di
2. Menganalisis efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Karawang.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Karawang.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam hal analisis efisiensi teknis usahatani dengan pendekatan yang digunakan (Data Envelopment Analysis dan Model Tobit).
2. Memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait pada penelitian ini seperti BP3K Kecamatan Telagasari, UPTD Kecamatan Telagasari, dan petani. Penelitian ini dapat sebagai informasi dan pengetahuan yang penting dalam hal upaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan usahatani padi.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai rujukan untuk melanjutkan penelitian yang terkait maupun sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian berjudul Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Kabupaten Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis ini fokus pada bahasan
mengenai efisiensi teknis usahatani padi yang dibatasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis. Analisis efisiensi teknis usahatani digunakan dengan pendekatan Data Envelopment Analysis, sedangkan analisis faktor-faktor
efisiensi teknis dengan model regresi tobit. Penelitian ini tidak membahas mengenai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Firmana (2015) yang berjudul Dampak Penerapan Program SLPTT Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang. Data yang digunakan merupakan data yang diambil pada penelitian Firmana (2015) yaitu petani responden yang melakukan kegiatan usahatani padi pada musim tanam kering II tahun 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Penggunaan Input Produksi
sumberdaya yang dimiliki dengan baik. Sedangkan, usahatani yang efisien adalah pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki dapat menghasilkan jumlah keluaran (output) yang melebihi jumlah masukan (input).
Produksi padi yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh penggunaan input
yang dilakukan oleh petani (lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) pada tingkat teknologi tertentu. Hal ini sesuai dengan penelitian Dhungana et al. (2004)
dan Mahananto et al. (2009), dimana untuk menghasilkan usahatani padi dengan
produksi yang tinggi, maka diperlukan kombinasi antara penggunaan input
produksi dan teknologi yang tepat. Upaya peningkatan produksi padi yang ada di Indonesia melalui program ekstensifikasi sepertinya akan sulit dilakukan, karena pada saat ini terbatasnya lahan pertanian produktif dan semakin besarnya konversi lahan pertanian (Kusnadi et al. 2011). Alih fungsi lahan pertanian menjadi salah
satu penyebab berkurangnya lahan khususnya lahan padi. Keadaan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kegiatan industri, perhubungan, dan bencana alam sehingga dipandang dapat memberdayakan lahan-lahan yang tidak berproduktif optimal. Salah satu solusi yang tepat untuk bisa meningkatkan produsi padi di Indonesia yaitu melalui efisiensi teknis usahatani yang dilakukan oleh petani. Efisiensi teknis usahatani adalah kemampuan relatif dari usahatani untuk memperoleh output maksimal dengan menggunakan input tertentu pada
tingkat teknologi tertentu (O’raye et al. 2012).
Efisiensi teknis usahatani padi di Indonesia seharusnya dapat ditingkatkan lagi agar produksi menjadi lebih tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Berdasarkan beberapa penelitian (Purnomo 2006; Sari 2010; Kurniawan 2010; dan Stephanie 2012), menunjukkan bahwa penggunaan
input produksi padi (benih, pupuk, pe stisida, dan tenaga kerja) yang dilakukan
oleh beberapa petani di Indonesia masih bersifat inefisiensi teknis. Dibutuhkan kombinasi penggunaan input yang tepat oleh petani, karena setiap faktor input
tersebut akan berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis usahatani.
Hal yang harus dilakukan oleh petani agar lahan garap dapat menghasilkan produksi yang tinggi, yaitu dengan mengetahui pengukuran tingkat keasaman tanah atau ukur pH sehingga mampu melukan pemupukan yang berimbang dengan peralatan yang sederhana dan praktek yang terkoordinasi (Patil 2012). Pemupukan berimbang memiliki tujuan untuk menambah zat-zat dan unsur makan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah, karena kandungan kandungan zat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda (Chaturvedi 2005). Selain kandungan zat hara yang harus seimbang, faktor waktu dan kualitas penggunaan pupuk harus diperhatikan oleh petani. Permasalahan umum di Indonesia apabila terjadi kenaikan harga dan kelangkaan pada input produksi, maka waktu dan kualitas input yang digunakan oleh petani tidak sesuai dengan anjuran. Pemerintah
diharapkan dapat membantu petani agar akses terhadap input produksi selalu
terpenuhi dengan kualitas yang terbaik, seperti program bantuan subisidi (Brazdik 2006).
Pemanfaatan lahan harus didukung dengan penggunaan varietas benih padi yang tepat sehingga padi dapat tumbuh dengan baik dan toleran terhadap kondisi lingkungan. Varietas benih yang banyak digunakan pada usahatani padi di Jawa Barat adalah Ciherang dan Mekongga dengan persentase masing-masing sebesar 46.51 persen dan 19.28 persen (Suprihatno et al. 2014). Penggunaan benih
Jawa Barat, karena memiliki keunggulan tahan terhadap hama dan penyakit serta baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah (Brennan dan Arelene 2011). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmud et al. (2010) bahwa
keunggulan benih tersebut dibandingkan benih lain dalam hal jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai dan jumlah hasil gabah kering giling.
Kegiatan perawatan dalam budidaya padi yaitu upaya pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan mengunakan pestisida atau obat-obatan. Bedasarkan penelitian Firmana (2015) dan Ariyono et al. (2011), umumnya petani
di Kabupaten Karawang tidak banyak memperhatikan faktor ekologi yang dapat menimbulkan kerugian dan keseimbangan lingkungan. Sedangkan, Luo et al.
(2014) dan Agustono (2004) membuktikan bahwa penggunaan pestisida alami yang dibuat dengan baik akan memiliki banyak manfaat bagi petani seperti mengurangi dampak buruk bagi lingkungan, memberikan kualitas padi yang sehat, meningkatkan inovasi bertani, mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan dan dapat mengurangi penggunaan biaya.
Pada umumnya, penggunaan input produksi yang lebih besar
dibandingkan dengan input produksi lainnya yaitu tenaga kerja. Penelitian yang
dilakukan Amandasari (2014), Purnomo (2006), dan Dhungana et al. (2004)
menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja luar keluarga memiliki persentase terbesar pada penggunaan input apabila dibandingkan dengan input-input produksi lainnya. Penyebab tingginya penggunaan tenaga kerja luar
keluarga, karena rendahnya kontribusi yang diberikan oleh anggota dalam keluarga untuk membantu kegiatan usahatani.
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) pada Beberapa Komoditas Pertanian
Konsep pengukuran tingkat efisiensi untuk bisa memperoleh suatu frontier
yang akurat dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan non pa rametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari pendekatan parametrik deterministik dan parametrik stokastik. Sedangkan, pendekatan non pa rametrik salah satunya yaitu metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang didasarkan
pada linear programming. Pada awalnya DEA dikembangkan sebagai pengukuran
suatu kinerja dan pada saat ini aplikasi DEA telah digunakan sebagai pengukuran pada berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan berbagai kegiatan operasional (Cooper et al. 2004). Pendekatan non parametrik lain yang telah banyak dilakukan
adalah pendekatan Total Factor Productivity. Tingkat produktivitas dapat
digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur besarnya dampak keterbatasan teknologi terhadap kinerja sektor melalui Total Factor Productivity
(Mayashinta dan Firdaus 2013).
Alternatif lain untuk melakukan pengukuran efisiesi dengan menggunakan
frontier parametrik deterministik, frontier statistik deterministik, frontier statistik
stokastik tanpa adanya unsur risiko, frontier statistik stokastik dengan adanya
unsur risiko, dan penggunaan frontier statistik stokastik dengan adanya nilai
keberlanjutan (Saptana 2012). Frontier statistik deterministik mempunyai
usahatani dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berada di luar kontrol petani (Mohammed et al. 2013). Sementara itu, kelamahan pendekatan
fungsi produksi parametrik stokastik adalah menghendaki secara eksplisit bentuk fungsi yang menggambarkan teknologi yang ada, membutuhkan asumsi mengenai distribusi inefisiensi, dan tidak dapat menganalisis kasus multi output (Coelli et al.
2005)
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengukur efisiensi
kinerja dengan menggunakan input dan output pada suatu usaha yang memiliki input dan output yang sama dengan pembobotan pada variabel yang digunakan.
Terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan DEA yaitu tidak membutuhkan banyak asumsi dalam bentuk fungsional sehingga membutuhkan lebih sedikit penggunaan variabel dibandingkan dengan frontier approach (Krascachat 2004).
Kelebihan pendekatan DEA selanjutnya adalah dapat mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang berguna untuk mencari sebab akibat dari ketidakefisienan (Amandasari 2014). Hal ini dibuktikan oleh Heidari et al. (2011)
pada penelitiannya di Iran mengenai efisiensi teknis peternakan ayam. Metode DEA memberikan hasil sebaran input berlebih (input slack), dimana terdapat
beberapa petani melakukan penggunaan input produksi yang berlebih dan dinilai masih kurang apabila dibandingkan dengan petani yang relatif efisien.
Kelebihan DEA lainnya apabila dibandingkan dengan pendekatan parametrik adalah tidak membutuhkan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan antara produksi dan distribusi. Namun, secara umum tidak ada perbedaan yang cukup signifikan hasil dari estimasi efisiensi teknis antara pendekatan parametrik dan non parametrik (Amandasari 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Juan et al. (2004) mengenai efisiensi teknis
perikanan di Teluk Cadiz, Spanyol relatif tidak efisien, baik dihitung dengan pendekatan parametrik (Distribution Free Approach and Stochastic Frontier Approach) maupun non parametrik (Data Envelopment Analysis). Selain itu,
Iraizoz et al. (2003) juga membuktikan bahwa produksi pada komoditas tomat dan
asparagus di Navarra, Spanyol relatif tidak efisien, baik dihitung dengan pendekatan parametrik (Stochastic Frontier Approach) maupun non parametrik
(Data Envelopment Analysis). Oleh sebab itu, penggunaan salah satu pendekatan
metode untuk menganalisis efisiensi teknis disesuaikan dengan tujuan dan data dari suatu penelitian (Imam et al. 2008). Dalam melakukan analisis efisiensi
teknis dengan metode DEA, nilai efisiensi teknis yang diperoleh dari hasil perhitungan tidak dapat ditarik kesimpulan secara umum tetapi merupakan nilai efisiensi relatif.
Tujuan umum penggunaan analisis DEA adalah membuat model analisis kombinasi dari semua variabel input yang digunakan dan output yang dihasilkan,
sehingga dapat menghasilkan indeks efisiensi agregat tunggal. Oleh sebab itu, variabel yang digunakan dalam menggunakan metode DEA adalah variabel mempunyai peran penting bagi petani terhadap kegiatan usahatani yang dilakukan. Penelitian efisiensi teknis dengan pendekatan metode DEA pada peternakan sapi perah di Irlandia menggunakan beberapa variabel input, yaitu luas lahan, jumlah
sapi, tenaga kerja, kuantitas fisik konsentrat, pupuk, obat-obatan dan total input
lainnya. Sedangkan variabel output yang digunakan yaitu jumlah ahsil susu dan
ouput lainnya seperti penjualan sapi dan pakan ternak (Kelly et al. 2012).
al. 2011) menggunakan korelasi antara input (tenaga kerja, obat-obatan, pakan
ternak, FE, dan anak ayam)dan ouput (produksi ayam).
Hal yang berbeda dilakukan pada penelitian efisiensi teknis usahatani padi oleh Stephanie (2012), dimana tidak menggunakan salah satu input produksi yaitu
pestisida sebagai variabel input. Akan mudah menganalisis sebaran input slack
dan atau ouput slack pada responden dengan metode DEA, apabila dapat
melakukan penentuan variabel input dan ouput yang tepat. Tetapi, peneliti dapat
menfokuskan perhitungan pada salah satu penilaian saja, dengan asumsi model DEA hanya berorientasi input, hanya berorientasi ouput, atau keduanya.
Penelitian yang berorientasi pada input dilakukanKelly et al. (2012), Heidari et al.
(2011), Amandasari (2014), Brazdik (2006). Sedangkan, Lin (2003) dan Utama et al (2013) asumsi yang digunakan pada penilitiannya yaitu berorientasi pada input
dan output.
Perbedaan antara orientasi input dan output pada model DEA hanya terletak
pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi yaitu dari sisi input dan output, namun semua model apapun orientasinya, akan mengestimasi frontier
(batasan) yang sama (Cooper et al. 2004). DEA adalah formulasi program linear
yang mendefinisikan hubungan antara non p arametrik beberapa output dan
beberapa input dengan membangun perbatasan (frontier) efisiensi. Selain itu,
DEA sebagai pendekatan deterministik menggabungkan gangguan (noise) sebagai
bagian dari skor efisiensi. Berdasarkan penelitian Kelly et al. (2012), Heidari et al.
(2011), Lin (2003), pendekatan DEA memiliki beberapa perbedaan di antara
frontier analysis lainnya. Pendekatan DEA berfokus pada pengamatan individu,
dan pembentukan batas efisien setelah optimasi untuk setiap pengamatan. DEA tidak memerlukan pengenaan bentuk fungsional tertentu yang mengkaitkan variabel independen dengan variabel dependen, dan juga asumsi tertentu tentang distribusi error terms. DEA juga dapat menangani beberapa output (multi output)
pada saat yang sama, menghasilkan nilai efisiensi dan juga slack results.
Pendekatan dengan menggunakan DEA akan diperoleh keterangan yang menunjukkan kecenderungan tren pada responden penelitian (petani). Model DEA CRS (constant return to scale) dan DEA VRS (variable return to scale)
digunakan untuk menentukan kecenderugan tren pada responden penelitian (petani) tergolong pada increasing return to scale (IRS), decreasing return to scale (DRS), atau constant return to scale (CRS). Hasil pada penelitian efisiensi
teknis usahatani yang dilakukan oleh Marfin et al. (2015), O’raye et al. (2012),
Dhunganan et al. (2004), dan Amandasari (2014), dimana diperoleh petani yang
berada pada posisi IRS, DRS, dan CRS. Petani pada posisi increasing return to scale (IRS) yaitu peningkatan output lebih besar daripada peningkatan input
produksi. Sedangkan, petani pada posisi decreasing return to scale (DRS) yaitu
peningkatan output lebih kecil daripada peningkatan input produksi. Selanjutnya,
petani pada posisi constant return to scale (CRS) yaitu peningkatan output dan input produksi sebanding.
Pendekatan DEA banyak dilakukan untuk melihat efisiensi teknis dari tanaman pangan padi dengan asumsi penggunaan nilai efisiensi teknis sebesar 1.0 (Stephanie 2012; Purnomo 2006; Linh 2007; dan O’raye et al. 2012). Asumsi nilai
usahatani padi yang dilakukan Purnomo (2006) di Jawa Tengah memiliki nilai rataan yang rendah yaitu sebesar 0.33 di musim kemarau dan 0.28 di musim hujan. Hal ini berbeda jauh dengan nilai rataan efisiensi teknis padi yang dilakukan Stephanie (2012) di Jawa Barat yaitu sebesar 0.87 dengan nilai terendah sebesar 0.60. Perbedaan nilai tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan waktu penelitian dan lokasi penelitian.
Pendeketan DEA terkait efisiensi teknis usahatani padi tidak hanya dilakukan di Indonesia, terdapat beberapa penelitian di luar Indonesia seperti usahatani padi di Vietnam (Linh 2007), Nepal (Dhungana et al. 2004), dan
Nigeria (O’raye et al. 2012). P ada penelitian usahatani padi di Vietnam (Linh
2007) nilai rataan efisiensi teknis sebesar 0.70 dengan nilai terendah sebesar 0.2. Penelitian ini menunjukkan bahwa seharusnya petani dapat menurunkan jumlah input sebesar 47.5 persen untuk bisa menghasilkan jumlah output yang sama.
Penelitian efisiensi teknis padi di Nepal (Dhungana et al. 2004) memiliki
nilai rataan efisiensi teknis usahatani padi sebesar 0.70 dengan nilai terendah sebesar 0.41. P enelitian ini menunjukkan bahwa seharusnya petani dapat menurunkan jumlah input sebesar 34 pe rsen untuk bisa menghasilkan jumlah output yang sama. Penelitian efisiensi teknis padi di Nigeria (O’raye et al.2012)
dilakukan pada dua sistem pengairan yang berbeda yaitu dengan irigasi dan tadah hujan. Pada sistem pengairan irigasi nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar 0.78. Sedangkan pada sistem pengairan tadah hujan nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar 0.59. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, pengunaan input yang
mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi yaitu lahan, benih, pupuk ki mia, pupuk organik, pestisida dan obat-obatan lainnya serta tenaga kerja (tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani
Efisiensi teknis pada usahatani merupakan kemampuan petani untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan suatu input atau dapat juga
diartikan sebagai kemampuan petani untuk memproduksi pada tingkat output
tertentu dengan menggunakan input minimum pada tingkat teknologi tertentu
(Saptana 2012). Petani akan lebih efisien secara teknis dari petani lainnya, apabila secara konsisten dapat menghasilkan produk yang lebih tinggi dengan penggunaan faktor produksi yang sama (Lau dan Yotopoulus 1971). Efisiensi teknis pada usahatani berhubungan dengan kapabilitas manajerial dalam melakukan kegiatan usahatani dan faktor sosial ekonomi dari petani. Kapabilitas manajerial merupakan kemampuan dalam hal tingkat penguasaan teknologi dan memilih penggunaan input yang tepat, seperti, jenis input, jumlah input, kombinasi input,
kualitas input, waktu penggunaan input, dan cara mengaplikasikan.
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik manajemen terhadap efisiensi teknis usahatani gandum oleh Wilson et al. (2001) membuktikan bahwa petani
berusahatani seperti mengikuti program penyuluhan, memiliki akses modal yang baik dan memiliki kelembagaan pertanian (kelompok tani). Penelitian usahatani padi yang dilakukan oleh Geta et al. (2013) menunjukkan bahwa program
penyuluhan dan pelatihan dari lembaga pertanian (kelompok tani) akan berpengaruh terhadap kombinasi penggunaan input yang dilakukan oleh petani.
Petani akan mendapatkan pengetahuan dan informasi yang lebih baik karena akses informasi menjadi lebih mudah didapatkan. Apabila petani dapat melakukan kombinaasi penggunaan input yang tepat dengan adanya penerapan inovasi
komponen teknologi, maka akan meningkatkan efisiensi teknis usahatani (Stephanie 2012).
Kualitas sumber daya manusia (SDM) pada petani merupakan faktor internal yang penting, karena semakin baik kualitas SDM petani maka semakin baik kemampuan mengadopsi teknologi, mengelola usahatani, dan pengambilan keputusan yang tepat. Faktor-faktor seperti umur, pendidikan formal dan informal, program pertanian, keanggotaan dalam kelompok tani, pengalaman dan keterampilan berusahatani, serta jumlah tanggungan keluarga merupakan beberapa indikator penting sebagai faktor penetu tingkat efisiensi usahatani. Penelitian Kadiri et al. (2014) dan Amandasari (2014) menujukkan bahwa petani
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan petani dengan jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan input yang tidak
sesuai dengan anjuran. Apabila petani melakukan penggunaan input yang tidak
tepat maka akan terjadi inefisiensi teknis usahatani. Dhungana et al. (2004), Tun
(2015), dan Balcombe et al. (2005) menambahkan bahwa selain tingkat
pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga, terdapat faktor lain yang memiliki hubungan positif dan nyata terhadap efisiensi usahatani seperti usia, status perkawinan, penggunaan tenaga kerja, keanggotaan dalam kelompok tani, dan pekerjaan lain yang dilakukan oleh petani.
Metode DEA memiliki beberapa kekurangan, salah satunya tidak dapat menghitung faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi teknis. Namun, hal ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa alternatif model, seperti model regresi tobit. Pada beberapa kasus penelitian efisiensi teknis dengan pendekatan DEA, model regresi tobit menjadi pilihan utama yang digunakan untuk menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi (Dhungana et al. 2004;
Davidova dan Laure 2003; Henderson dan Ross 2002; dan Tipi et al. 2009;
Oladimeji dan Abdulsalam 2013). Variabel sosial-ekonomi mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan manajemen seorang petani. Keputusan manajerial menentukan kemampuan seorang petani untuk bisa memilih kombinasi penggunaan input dan pola output yang tepat. Variabel sosial-ekonomi yang
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Produksi dan Fungsi Produksi
Teori produksi merupakan bagaimana sesorang (petani) dalam tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan seefisien mungkin. Menurut Soekartawi et al. (2002) dan Shinta (2011) penekanan proses produksi dalam teori
produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Dalam
proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna. Hubungan seperti ini terdapat dalam suatu fungsi produksi.
Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara input dengan output,
dimana hubungan ini menunjukkan bahwa output sebagai fungsi dari input.
Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) yaitu jumlah produksi yang dihasilkan, dengan variabel yang menjelaskan (X) yaitu faktor produksi yang digunakan, serta mampu mengetahui hubungan antar variabel penjelasnya. Misal, Y adalah produksi dan Xi adalah input i, maka
besarnya Y akan tergantung dengan besarnya X1, X2, X3, ...., Xn yang digunakan
pada fungsi tersebut. Secara matematis, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, ...., Xn)
Keterangan:
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan (output)
X = Faktor produksi yang digunakan (input)
Fungsi produksi dapat juga dinyatakan dengan kurva produksi, dimana kurva tersebut menggambarkan hubungan antara fisik faktor produksi dengan hasil produksinya dengan asumsi hanya satu faktor produksi yang berubah dan faktor produksi lain diangga tetap (cateris paribus). Menurut Coelli et al. (2005)
Fungsi produksi batas (frontier production function) menggambarkan output
maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat teknologi tertentu.
Garis 0F pada Gambar 1 m erupakan garis batas produksi (production frontier) yang menunjukkan bahwa output maksimum dicapai dari satu set input
yang digunakan pada tingkat teknologi tertentu. DMU (Decision Making Unit)
yang efisien secara teknis beroperasi di sepanjang garis frontier, sedangkan DMU
yang tidak efisiensi beroperasi di luar garis frontier. DMU pada titik B dan C
merupakan titik yang efisien secara teknis, sedangkan DMU pada titik A tidak efisiensi secara teknis. DMU pada titik A secara teknis masih dapat meningkatkan
output menuju titik B tanpa memerlukan tambahan input atau dapat juga
mengurangi input menuju titik C tanpa mengurangi output. Sehingga dapat
Gambar 1 Production frontier dan technical efficiency; input (x) dan output (y)
Sumber: Coelli et al. (2005)
Konsep Efisiensi Teknis Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), usahatani adalah bagaimana sesorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntunggan pada waktu tertenu. Usahatani yang efektif adalah petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan baik. Sedangkan, usahatani yang efisien adalah pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki dapat menghasilkan jumlah keluaran (output) yang melebihi jumlah masukan
(input). Dalam usahatani, peranan hubungan faktor produksi (input) dengan hasil
produksi (output) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Peranan input
bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat dilihat dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, maka usahatani adalah suatu bentuk kombinasi penggunaan masukan (input) yang diusahakan oleh seseorang atau
suatu badan dengan tujuan menghasilkan suatu produk pertanian.
Menurut Soekartawi (2002), konsep efisiensi terbagi menjadi efisien teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price/allocative efficiency), dan
efisiensi ekonomis (economic efficiency). Salah satu bentuk efiensi yang perlu
diperhatikan pada usahatani yaitu efisiensi teknis. Efisiensi teknis dapat dicapai ketika petani mampu produksi pada tingkat output maksium dengan menggunakan
sejumlah input tertentu, atau mampu produksi dengan memnggunakan input
minimum untuk produksi pada tingkat output tertenu. Hal ini disebut sebagai
pengukuran efisiensi berorientasi output dan pengukuran efisiensi berorientasi input. Penggunaan salah satu pendekatan dapat dilakukan dengan menyesuaikan
pada kemampuan petani dalam mengontrol input dan output tersebut. Namun
secara umum, petani memiliki kontrol lebih besar terhadap penggunaan input
(Javed 2008). Penggunaan faktor produksi (input) yang tidak efisien dapat
menyebabkan terjadinya gap produktivitas diantara produktivitas yang seharusnya dan produktivitas riil yang dihasilkan oleh petani. Sehingga, analisis efisiensi teknis di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan orientasi input.
Efisiensi teknis merupakan kemampuan relatif dari usahatani untuk memperoleh output tertentu dengan menggunakan jumlah input tertentu pada
input yang sama diperoleh output secara fisik lebih tinggi. Tingkat efisiensi merupakan tolak ukur terhadap pengelolaan faktor-faktor produksi petani selama kegiatan usahatani berlangsung, apakah pengelolaan faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh positif atau negatif pada produksi. Sedangkan, menurut Coelli et al. (2005) dalam bukunya An Introduction to Efficiency and Productivity Analysis bahwa efisiensi teknis merupakan kemampuan dari usahatani untuk
memperoleh output yang maksimal dari penggunaan jumlah input tertentu.
Efisiensi teknis mengukur sejauh mana input dikonversi menjadi output, relatif
terhadap hasil terbaik dan tidak tergantung pada harga input dan output.
Perhitungan efisiensi terdiri dari pendekatan input dan pendekatan output.
Pendekatan input dapat dijelaskan dengan kurva isocost (AA’) yaitu kombinasi
faktor produksi dengan biaya yang sama. Pendekatan ouput dapat dijelaskan
dengan kurva isoquant (SS’) yaitu kombinasi faktor produksi dengan
menghasilkan jumlah produk yang sama.
Gambar 2 Pendeketan Efisiensi teknis
Sumber: Coelli et al. (2005)
Berdasarkan Gambar 2, jika diasumsikan suatu usahatani menggunakan satu set input yang didefinisikan pada titik P. Untuk bisa menghasilkan satu unit output, jarak antara QP menunjukkan inefisiensi teknis, dimana jumlah input
dapat dikurangi tanpa mengurangi jumlah output. Penggurangan jumlah input
untuk mencapai produksi yang efisien secara teknis dapat dipersentasekan dengan rasio 0Q/0P. Rasio tersebut adalah persentase dimana semua input dikurangi untuk bisa mencapai output yang efisien secara teknis. Titik Q merupakan titik yang efisien secara teknis karena berada pada kurva isoquan yang efisien.
Pengukuran Efisiensi dan Slack
Pendekatan non pa rametrik yang umumnya digunakan untuk melakukan pengukuran efisiensi teknis adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dengan
menggunakan metode program linier di dalam aplikasinya. DEA mengasumsikan
bahwa tidak semua entitas adalah efisien. DEA mampu menganalisis lebih dari satu input dan/atau output dengan menggunakan model linear programming yang
menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap penelitian. DEA adalah teknik berbasis program linier untuk mengukur efisiensi unit organisasi yang dinamakan
Slack adalah tingkat inefisiensi pada DMU (Decision Making Unit) yang
tidak efisien karena adanya kinerja yang tidak optimal dari sisi input, ouput, atau
keduanya. Input slack adalah penggunaan input yang tidak efisien pada DMU.
Sedangkan, apabila output yang dihasilkan masih belum efisien, maka dikenal
dengan istilah output slack. Perhitungan input dan atau output slack penting
digunakan untuk analisis efisiensi teknis. Farrel (1957) dalam Coelli et al. (2005)
menjelaskan bahawa suatu aktivitas yang efisien jika dapat beroperasi pada
frontier dan tidak memiliki nilai slack pada input maupun output-nya (memenuhi
asumsi zero slack).
Terkait dengan input slack, nilai dari hasil perhitungan input slack
menunjukkan sejumlah input yang dapat dikurangi oleh petani responden untuk
bisa menghasilkan tingkat ouput yang sama. Sedangkan, output slack merupakan
sejumlah output yang dapat ditingkatkan tanpa perlu untuk menambah input.
Asumsi pada penelitian ini digunakan model DEA berorientasi pada input. Oleh
karena itu, perhitungan hanya difokuskan pada penilaian input slack. Perubahan
pada sejumlah input akan berpengaruh terhadap output atau disebut dengan
sesitivitas. Sensitivitas digunakan untuk dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Nilai rata-rata input slack terdiri dari beberapa
faktor produksi yaitu benih, pupuk urea, pupuk NPK, insektisida padat, insektisida cair, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.
Kerangka Pemikiran Operasional
Desa Kalibuaya merupakan salah desa di Kabupaten Karawang dengan produktivitas rata-rata yang dihasilkan oleh petani tidak sesuai target, dimana pada musim tanam kering II 2014 produktivitas padi/ hektar hanya sebesar 6.40 ton/ hektar. Sedangkan, target produktivitas padi yang ingin dicapai yaitu sebesar 7.00 - 7.50 ton/ hektar. Hal ini disebabkan karena terdapat variasi produktivitas padi per hektar diantara masing-masing petani di Desa Kalibuaya. Penarikan keputusan produksi seringkali menjadi keharusan bagi petani mengingat dalam aktivitas usahatani seringkali terjadi kesenjangan (gap) produktivitas, antara
produktivitas yang seharusnya dengan produktivitas yang dihasilkan. Variasi pada produktivitas padi per hektar di Desa Kalibuaya diduga karena adanya perbedaan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan usahatani padi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
Secara umum keragaan usahatani padi yang dilakukan oleh petani di Desa Kalibuaya tidak jauh berbeda. Petani pada umumnya menerapkan teknik budidaya sesuai dengan pengalaman berusahatani atau menerapkan teknik budidaya yang dianjurkan oleh penyuluh desa. Terkait teknik kegiatan usahatani padi yang dilakukan, terdapat permasalahan yang harus dihadapi oleh petani. Salah satunya adalah permasalahan dalam hal keterbatasan modal bagi petani di Desa Kalibuaya. Pada setiap musim tanam petani akan selalu dibebankan dengan terjadinya peningkatan harga pada beberapa input produksi seperti benih, pupuk, dan
obat-obatan. Hal ini akan mempengaruhi petani dalam melakukan penggunaan input
pupuk, obat-obatan (cair dan padat), dan tenaga kerja (tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga).
Penggunaan input yang tidak sesuai dengan anjuran dapat terlihat pada
rata-rata penggunaan input produksi dari petani responden seperti benih, pupuk
urea, dan pupuk NPK phonska. Penggunaan beberapa input sesuai dengan yang
dianjurkan oleh penyuluh yaitu benih sebesar 20 kg/ hektar, pupuk urea 200 kg/ hektar, dan pupuk NPK 200 kg/ hektar (Kementrian Pertanian 2014). Sementara rata-rata penggunaan input yang digunakan oleh petani responden di Desa
Kalibuaya yaitu benih sebesar 22.07 kg/ hektar, pupuk urea 226.64 kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar 216.71 kg/ hektar (Firmana 2015)
Pengambilan keputusan yang tidak tepat terkait penggunaan input akan
mengakibatkan hasil produksi padi tidak optimal. Adanya perbedaan penggunaan dalam hal jumlah dan kualitas faktor produksi tersebut mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi dan produksi yang dihasilkan berbeda diantara petani di Desa Kalibuaya. Oleh karena itu, perbaikan dalam hal penggunaan input
produksi yang tepat di dalam melakukan usahatani padi perlu dilakukan agar produktivitas padi di Desa Kalibuaya dapat meningkat.
Faktor sosial-ekonomi petani merupakan salah satu hal yang juga dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani padi. Kualitas sumber daya manusia (petani) merupakan faktor yang sangat penting. Semakin baik kualitas SDM petani, maka diharapkan semakin tinggu pula kemampuan petani didalam mengelola usahatani, mengadopsi komponen teknologi, dan melakukan pengambilan keputusan. Beberapa variabel sosial-ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Desa Kalibuaya adalah usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan keanggotaan petani dalam program pertanian. Berdasarkan keadaan sosial-ekonomi, total sebaran petani di Desa Kalibuaya memiliki persentase usia petani sebesar 65.00 persen berada diatas usia 45 tahun, tingkat pendidikan petani lebih banyak hanya didapatkan hingga 8 tahun pendidikan (63.33 persen), pengalaman berusahatani dari petani umumnya selama 1 hingga 20 tahun (73.33 persen), dan jumlah tanggungan keluarga yang ditanggung petani lebih hanya sebanyak 2 orang (88.33 persen). Sedangkan, pelaksanaan program pertanian (SLPTT) di Desa Kalibuaya telah berjalan dengan baik, namun belum bekerja secara optimal karena tingginya persentase petani yang tidak menerapkan komponen teknologi anjuran dan masih banyaknya petani yang tidak tergabung dengan program SLPTT.
Hubungan yang terkait diantara faktor sosial ekonomi dengan faktor input
produksi terlihat pada beberapa hal, seperti pemilihan dan penggunaan jenis input,
penggunaan jumlah input, penggunaan kualitas mutu input, kombinasi beberapa input yang tepat, waktu penggunaan input yang tepat, serta inovasi dan informasi
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan
Telagasari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang yang terdiri dari 14 desa dengan total luas wilayah 4 368 he ktar yang terdiri dari tanah darat 443 hektar dan tanah sawah 3 925 hektar. Sedangkan, Desa Kalibuaya merupakan salah satu desa di Kecamatan Telagasari sebagai sentra produksi yang memiliki luas lahan terluas yaitu 488 he ktar, dan desa dengan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani padi. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2016 hingga bulan Maret 2016.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang didapatkan merupakan dari hasil wawancara dengan petani menggunakan data usahatani yang dilakukan pada musim tanam kering II tahun 2014. D ata yang dikumpulan tersebut mencakup kondisi sosio-ekonomi responden, keragaan usahatani, pengunaan input produksi, pendapatan usahatani,
keanggotaan petani pada program pertanian dan keterangan lainnya. Data tersebut digunakan untuk bisa menentukan tingkat efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi.
Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka seperti buku yang terkait dengan metode penelitian dan hasil penelitian yang sesuai dengan topik efisiensi teknis usahatani. Selanjutnya, data sekunder juga diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, UPTD Kecamatan Telagasari, dan penyuluh BP3K Kecamatan Telagasari. Data sekunder tersebut berupa informasi terkait produksi, luas lahan, produktivitas padi, tingkat konsumsi beras dan informasi terkait lainnya yang digunakan pada penelitian ini. Data sekunder digunakan pada penelitian ini untuk bisa menjadi referensi dan melengkapi data primer sehingga kedua data tersebut diolah untuk dapat mencapai tujuan penelitian.
Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu pemilihan petani
padi di Desa Kalibuaya. Responden ini terdiri dari 32 petani program SLPTT dan 32 petani non program SLPTT.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengolahan data dengan metode kualitatif yaitu deskriptif mengenai gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani responden, keragaan usahatani, dan pengunaan input-input produksi dari usahatani padi di Desa
Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.
Pengolahan data dengan metode kuantitatif yaitu analisis efisiensi teknis dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Regresi Tobit.
Data primer selanjutnya akan diolah dengan bantuan perangkat komputer seperti program Microsoft Excel 2010, DEAP versi 2.1, dan SAS 9.13. Selanjutnya, hasil
dari olahan data primer tersebut disajikan dalam bentuk tabel dengan interpretasi dalam bentuk pembahasan.
Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode DEA adalah metode non parametrik sebagai alat evaluasi kerja suatu aktivitas yang memerlukan satu macam atau lebih dari satu input dan
menghasilkan satu macam ouput atau lebih, dengan menggunakan model program
linier sebagai metode pengukuran efisiensi. Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio antara output terhadap input yang merupakan satuan
pengukuran efisiensi atau produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial (Cooper et al. 2006). Selanjutnya, Cooper et al. (2006) menjelaskan bahwa
metode DEA menggunakan teknis program matematis yang dapat menangani variabel dan batasan yang banyak. Selain itu, metode DEA tidak membatasi input
dan output yang akan dipilih karena teknis yang dipakai dapat mengatasinya.
Contoh output dari suatu entitas, seperti hasil penjualan satu atau lebih macam
produk, produksi suatu komoditi pertanian, profit perusahan, keuntungan usahatani komoditi pertanian dan lain-lain) ataupun secara total (melibatkan semua output dan semua input pada suatu entitas kedalam pengukuran) yang dapat
menunjukkan faktor input apa yang paling berpengaruhh dalam menghasilkan
suatu output.
DMU (Decision Making Unit) adalah organisasi atau entitas yang akan
diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya yang homogen. Homogen artinya adalah input dan output dari masing-masing DMU
yang dievaluasi harus sama atau sejenis. Pendekatan DEA menggunakan pembobotan yang bersifat fixed pada seluruh masukan (input) dan keluaran
(output) dari setiap DMU yang dievaluasi. Penggunaan bobot yang bersifat fixed
yang diterapkan secara seragam pada semua input dan output dari DMU yang