i
STUDI PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM DALAM
KEMASAN MEREK
AM
UNTUK MEMPERKUAT
DAYA SAING
Oleh
SETIA AGUSTINI
H24097113
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ii
STUDI PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM
DALAM KEMASAN MEREK
AM
UNTUK MEMPERKUAT
DAYA SAING
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SETIA AGUSTINI
H24097113
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
iii
Judul Skripsi : Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Memperkuat Daya Saing
Nama : Setia Agustini
NIM : H24097113
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Pramono D Fewidarto, MS NIP. 19580202 198403 1 003
Mengetahui Ketua Departemen,
Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP. 19760623 200604 1 001
ii
RINGKASAN
SETIA AGUSTINI. H24097113. Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Meningkatkan Daya Saing. Di bawah bimbingan
PRAMONO D FEWIDARTO
Persaingan bisnis produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) cukup tinggi, sebab masyarakat mengerti bahwa air merupakan kebutuhan mutlak. Banyak pemain baru masuk untuk merebut pasar, sehingga semakin sulit bagi manajemen AMDK AM untuk memperluas pasarnya. Untuk dapat bertahan bahkan meningkatkan daya saing pada industri sejenis, maka perusahaan harus dapat menyajikan produk dengan karakteristik kualitas yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Diperlukan suatu Studi yang tepat agar perusahaan dapat mencapai tujuan peningkatan.
Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi indikator kualitas AMDK menurut konsumen umum, 2) mengidentifikasi kinerja AMDK AM berdasarkan indikator tersebut, 3) menetapkan atribut utama dalam rangka prioritas perbaikan untuk meningkatkan daya saing. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumber informasi, yaitu dengan wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder berasal dari studi pustaka.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 23 Agustus 1988 dari ayah Rochman dan ibu Iim K. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009, penulis telah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, jurusan Akuntansi di Institut Pertanian Bogor. Kemudian diterima sebagai mahasiswa di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan AM Untuk Memperkuat Daya Saing” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor, Februari 2014
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir Pramono D Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi;
2. Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM dan Bapak Nur Hadi Wijaya, STP, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi;
3. Bapak Doni Jaelani beserta seluruh staff AMDK AM yang telah memberikan informasi dan sarannya;
4. Ibunda, Ayahanda, adikku Egi dan Oka, serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungannya baik secara materil maupun nonmateril; 5. Staf pengajar dan karyawan dan karyawati Departemen Manajemen, FEM-IPB; 6. Sahabat-sahabatku Ayu, Azief, Devik, Uwie, Mb aes, Mb yulai, Mb Yuli, Ka
Harry, Mas Ade, Nurul atas doa dan bantuannya;
7. Teman seperjuangan Yudia, Mb Merry, Krisna, Adlan, Wahyuni, Danu, Deno dan teman-teman manajemen alih jenis angkatan 7;
8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Air Minum Dalam Kemasan ... 6
2.1.1 Standar Air Minum Dalam Kemasan ... 6
2.1.2 Persaingan AMDK ... 7
2.1.3 Sumber Air Minum Dalam Kemasan ... 8
2.2. Konsep Kualitas ... 8
2.2.1 Pengertian Kualitas ... 8
2.2.2 Manajemen Kualitas ... 9
2.2.3 Peningkatan Kualitas ... 10
2.2.4 Pengukuran Kualitas ... 10
2.3 Analisis Gap ... 11
2.4 Penelitian Terdahulu ... 11
III METODE PENELITIAN ... 14
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14
3.2. Tahapan Penelitian ... 14
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
3.4. Jenis dan Sumber Data ... 15
3.5. Penetapan Sample ... 17
3.6. Pengumpulan Data ... 18
3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 18
3.6.2 Alat Pengumpulan Data ... 19
vii
IV. HASIL dan PEMBAHASAN ... 21
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 21
4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 21
4.1.2 Visi, Misi dan Filosofi Perusahaan ... 21
4.1.3 Struktur Organisasi ... 21
4.1.4 Lokasi pabrik ... 22
4.1.5 Sumber Daya Material ... 23
4.1.6 Proses Produksi ... 23
4.2. Profil Konsumen ... 24
4.2.1 Aspek Demografi ... 24
4.2.2 Aspek Perilaku ... 25
4.3. Indikator Kualitas ... 25
4.3.1 Indikator Manfaat Produk ... 26
4.3.2 Indikator Kualitas Air ... 27
4.3.3 Indikator Kualitas Kemasan ... 28
4.3.4 Indikator Kualitas Label atau Informasi ... 29
4.3.5 Indikator Merek AMDK ... 30
4.4. Penilaian Tingkat Kinerja AMDK AM ... 31
4.4.1 Penilaian Kinerja Terkait Profil Konsumen ... 32
4.5. Analisis Kesenjangan (Gap) ... 38
4.6. Implikasi Manajerial ... 43
KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
1. Kesimpulan ... 45
2. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 47
viii
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia ... 1
2 Bobot atribut ... 26
3 Bobot indikator manfaat AMDK (Bobot: 0.280) ... 27
4 Bobot indikator kualitas air AMDK (bobot: 0.278) ... 28
5 Bobot indikator kualitas kemasan (bobot:0.189) ... 29
6 Bobot indikator label AMDK(bobot: 0.157) ... 30
7 Bobot indikator merek AMDK (bobot: 0.096) ... 30
8 Penilaian tingkat kinerja atribut AMDK AM ... 31
9 Penilaian kinerja air terkait usia konsumen ... 32
10 Penilaian kinerja kemasan terkait usia konsumen ... 33
11 Penilaian kinerja air terkait tingkat pendapatan ... 34
12 Penilaian kinerja label terkait lama konsumsi ... 35
13 Penilaian kinerja kemasan terkait konsumsi AMDK ... 36
14 Penilaian kinerja manfaat terkait pendidikan ... 37
15 Rekapitulasi hasil uji cross tab ... 37
16 Rentang skor manfaat AMDK ... 38
17 Rentang skor terbobot kualitas air... 39
18 Rentang nilai kemasan, label, dan merek ... 39
19 Gap menurut konsumen AMDK AM ... 40
20 Rekapitulasi perbaikan indikator AMDK AM... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
1 Pangsa Pasar Minuman di Tingkat Ritel Menurut Jenis Minuman... 2
2 Perkiraan Pangsa Pasar Merek AMDK ... 4
3 Kerangka Pemikiran ... 17
4 Tahapan Penelitian ... 17
5 Struktur Organisasi Perusahaan ... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Kebutuhan Data... 50
2 Profil Konsumen ... 51
3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kepentingan ... 53
4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja ... 54
5 Hasil pengolahan analisis gap kepentingan indikator kualitas ... 55
6 Tingkat kinerja AMDK ... 56
7 Gambar Produk ... 57
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan air minum terus meningkat seiring dengan cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Total konsumsi air minum penduduk Indonesia pada tahun 2008 mencapai 26 milyar liter per tahun, namun sumber-sumber air yang ada tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan akan air minum yang layak konsumsi karena cukup banyak sumber air yang sudah tercemar limbah atau bahan-bahan lain sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (www.wartaekonomi.com 2011). Minimnya ketersediaan air bersih yang layak di konsumsi menjadikan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menjadi salah satu alternatif yang dipilih masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak di konsumsi, kesadaran masyarakat akan tuntutan hidup sehat serta kepraktisan penggunaannya menjadi salah satu pendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia. Industri AMDK mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, data dari Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menunjukkan penjualan AMDK pada 2010 mencapai 13.7 milyar liter, setahun kemudian naik 30.65% menjadi 17.9 milyar liter (Tabel 1). Konsumsi AMDK terbesar ada di Pulau Jawa yang berkontribusi sebesar 40% dari total konsumsi (www.suarapengusaha.com 2011).
Tabel 1. Pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia
Tahun Konsumsi AMDK (milyar liter)
2012 19.8
2011 17.9
2010 13.7
2009 12.8
2008 11.5
Sumber: Aspadin (2011)
minuman serbuk siap saji (11.75%) dan minuman berkarbonasi (10.42%) seperti ditunjukan Gambar 1.
Pada saat ini AMDK dapat dengan mudah ditemui dimana saja, mulai dari pasar swalayan sampai warung- warung kecil di pinggir jalan, bahkan tidak sedikit pedagangan asongan yang berjualan AMDK dengan berbagai merek. Kondisi ini terjadi tidak hanya di kota- kota besar, bahkan di pedesaan juga ditemui hal yang sama.
Gambar 1. Pangsa pasar minuman di tingkat ritel menurut jenis minuman (Aspadin 2011)
Menurut Asosiasi Air Kemasan Indonesia (AAKI), tahun 2011 ada sekitar 1 500 merek AMDK di Indonesia. Merek Aqua dan VIT menguasai pangsa pasar sebesar 45% seperti ditunjukan pada Gambar 2, sisanya diperebutkan oleh ratusan merek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Gambar 2. Perkiraan pangsa pasar merek AMDK (AAKI 2011)
AMDK 67% Minuman
Karbonasi 11% Teh Siap Saji
10% Minuman
Kesehatan 1%
Lain-lain 11%
Pangsa Pasar Minuman di Tingkat Ritel Menurut Jenis (%)
45%
30% 25%
Perkiraan Pangsa Pasar Merek AMDK
Aqua dan Vit
Total, Ades, Oasis, 2Tang, Club dan Prima
Perusahaan AMDK pada umumnya menjual produknya kepada konsumen melalui distributor yang telah ditetapkan, yang saat ini menghadapi persaingan yang semakin ketat. Persaingan ini terjadi antar distributor dengan merek yang sama maupun dengan merek yang berbeda. Jumlah depot air minum isi ulang yang terus bertambah dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan dengan merek tertentu dan jumlah air minum dalam kemasan yang mengandung rasa menambah ketatnya persaingan.
Banyaknya pesaing maka semakin banyak pula pilihan konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan harapannya, selain itu konsumen menjadi semakin cermat dalam memilih produk di pasaran untuk mendapatkan kegunaan dan manfaat yang dicari. Untuk dapat memuaskan konsumen salah satu keunggulan bersaing yaitu kualitas produk. Kualitas harus diukur melalui sudut pandang konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, maka dari itu kualitas produk harus dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu agar dapat bersaing, salah satunya yaitu PT AM.
Pangsa pasar AMDK AM masih sangat kecil, menurut direktur PT. AM pertumbuhan AM naik 17% setiap tahunnya, saat ini AMDK AM hanya menguasai 0.15% pangsa pasar AMDK yang berada di wilayah Jawa Barat, hal ini menunjukan bahwa konsumen belum tertarik untuk mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, AMDK AM belum mampu menembus pasar modern kecil seperti Alfamart, Indomart dan sebagainya, karena kualitas dianggap belum memenuhi mutu yang dipersepsikan konsumen. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan yang lebih luas, PT AM Arias harus menciptakan kualitas yang sesuai harapan dan keinginan konsumen. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka cukup menarik dilakukan penelitian dengan judul “Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Memperkuat Daya Saing”.
1.2. Perumusan Masalah
Persaingan bisnis produk AMDK ini cukup tinggi sebab masyarakat mengerti bahwa air merupakan kebutuhan mutlak. Banyak pemain baru masuk untuk merebut pasar, sehingga semakin sulit bagi manajemen AM untuk memperluas pasarnya. Untuk dapat bertahan bahkan meningkatkan daya saing pada industri sejenis, maka perusahaan harus dapat menyajikan produk dengan karakteristik kualitas yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Diperlukan suatu perbaikan yang tepat agar perusahaan dapat mencapai tujuan peningkatan. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang ingin dikaji terkait dengan bagaimana perbaikan kualitas produk AMDK AM untuk perbaikan citra produk dan memperkuat daya saingnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi indikator kualitas AMDK menurut konsumen umum. 2. Menganalisis kinerja AMDK AM berdasarkan indikator tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan sumber pemikiran baru di bidang manajemen kualitas perusahaan yaitu melakukan perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas.
3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yang menjadi ruang lingkup penelitian peneliti. Beberapa batasan tersebut adalah:
1. Penelitian dilakukan di daerah pemasaran Kecamatan Rancaekek. Pemilihan tempat didasarkan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut dekat dengan lokasi pabrik dan merupakan pusat berkumpulnya semua industri AM Group
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Minum Dalam Kemasan
Air merupakan sumber daya alam yang penting dalam menunjang pembangunan ekonomi dan sosial seperti sektor industri, pembangkit listrik, pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, pariwisata, dan rumah tangga. Air Minum Dalam Kemasan menurut Departemen Perdagangan dan Perindustrian dalam revisi SNI 01-3553-2006, didefinisikan sebagai air yang telah diproses, dikemas dan aman untuk diminum langsung. Menurut Peraturan Mentri Perindustrian Republik Indonesia No.96/ M-IND/ PER/ 12/ 2011, air minum dalam kemasan merupakan air baku yang diproses sesuai dengan persyaratan teknis.
2.1.1 Standar Air Minum Dalam Kemasan
Syarat-syarat air minum yang sehat menurut Departemen Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri dan logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 705/MPP/Kep/11/2003, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) diproses melalui 3 tahap yaitu: penyaringan, desinfeksi, dan pengisian. Penyaringan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air. Desinfeksi bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri patogen dalam air. Pengisian merupakan tahap akhir berupa pengemasan air yang telah diproses.
kandungan kimia, biologi, dan fisika. Pengendalian mutu harus dilakukan oleh pabrik AMDK guna mencapai mutu yang sesuai SNI dengan melihat tingkat kekeruhan, keadaan air, bau, dan rasa air, ph, dan cemaran mikroba. Pengujian mutu dilakukan oleh lembaga pengujian mutu, perolehan sertifikat dilakukan sesuai undang-undang. Syarat kemasan yaitu jika kemasan sekali pakai harus terbuat dari bahan food grade, tidak bereaksi terhadap pencuci atau disenfektan, tidak boleh dipakai ulang. Untuk kemasan yang dipakai ulang harus memiliki ketebalan 0.5 mm dan tahan suhu minimal 600
C dengan kontak minimal 15 detik. Untuk label wajib mencantumkan nama, nama produsen dan alamat, tanda SNI dan kode produksi, nomor BPOM, volume, tanggal kadaluarsa. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susuan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut sebagai pembeda dalam kegiatan dagang.
2.1.2 Persaingan AMDK
Persaingan AMDK di Indonesia memang ketat, tetapi pasarnya sangat menggiurkan. Petumbuhan pasar terutama didorong oleh kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sementara masyarakat tidak percaya terhadap kualitas air dari PDAM, atau air tanah yang diambil sendiri. Sehingga diproyeksikan pasar akan terus tumbuh seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi, apalagi untuk generasi mendatang. Di sisi yang lain memasuki industri ini relatif mudah, karena di Indonesia banyak sekali sumber air pegunungan. Teknologinya juga tidak terlalu sulit sehingga kompetisi sekarang tidak hanya terjadi diantara industri-industri besar tetapi juga dengan depot isi ulang yang menawarkan harga sepertiganya (www.suaramerdeka.com 2011). .
2.1.3 Sumber Air Minum Dalam Kemasan
Sumber air yang digunakan untuk dapat diproses menjadi AMDK menurut Permenperin No.96 Tahun 2011, yaitu:
1) Air laut adalah air mengandung garam berasal dari laut..
2) Air permukaan adalah air permukaan adalah air tawar yang terdapat diatas permukaan tanah bisa berupa mata air, air artesis, air sumur, air sungai, atau air danau.
3) Air tanah adalah air tanah adalah air dari bawah permukaan zona yang berada dibawah tekanan sama dengan atau sama lebih besar dari tekanan atmosfer. 4) Air embun adalah air yang diperoleh dari proses pengembunan uap air dari
udara lembab.
2.2. Konsep Kualitas
Persaingan yang tinggi menuntut perusahaan agar memiliki keunggulan kompetitif. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas, karena pelanggan merupakan fokus utama ketika mengungkap tentang kepuasan dan kualitas (Lupiyoadi 2006).
Kebutuhan akan perubahan dan perbaikan bagi pelaku bisnis Indonesia yaitu koreksi yang objektif, keterusterangan mengenai kekurangan, dan kesiapan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Setiap usaha harus menyadari perlunya perbaikan kualitas dan pengembangan bisnis inti dengan memanfaatkan manajemen kualitas dan daya dukung keunggulan bersaing (Yamit 2010).
2.2.1 Pengertian Kualitas
Menurut Juran dalam Yamit (2010) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan konsumen. Garvin mengidentifikasi perspektif kualitas dalam lima alternatif, yaitu:
1. Transcendental Approach, kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit dioperasionalkan
2. Product-based Approach, kualitas sebagai karakteristik atau Indikator yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.
3. User-Base Approach, kualitas bergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi.
4. Manufacturing-based Approach, kualitas sama dengan persyaratannya. 5. Value-based Approach, kualitas dipandang dari segi nilai dan harga.
2.2.2 Manajemen Kualitas
Sistem kualitas modern menurut Nasution (2001) kualitas dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kualitas desain, yaitu memenuhi keinginan dan harapan pelanggan dan secara ekonomi layak untuk diproduksi
2. Kualitas konformitas, yaitu memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan 3. Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual
Gaspersz (2011) mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikan melalui alat-alat:
1. Perencanaan Kualitas 2. Pengendalian Kualitas, 3. Jaminan Kualitas, 4. Peningkatan Kualitas
yang lebih tinggi dan dapat meningkatan pendapatan serta menghasilkan laba. Selain itu perusahaan dapat meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan sehingga dapat mengurangi biaya.
2.2.3 Peningkatan Kualitas
Salah satu faktor utama kemajuan perusahaan-perusahaan terbaik di dunia yang memenangkan persaingan global, adalah motivasi yang kuat dari pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas terus menerus. Perbaikan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.
Identifikasi masalah, dalam langkah pertama ini kita sudah harus memutuskan masalah-masalah utama yang ingin diselesaikan atau dilakukan perbaikan. Langkah selanjutnya adalah dengan mendefinisikan kriteria pemilihan proyek peningkatan kualitas. Pemilihan prioritas didasarkan pada identifikasi proyek yang sesuai dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan organisasi sekarang. Setelah masalah dipilih perlu perumusan yang spesifik, tegas, jelas, dan dapat diukur. Pernyataan masalah kualitas harus terkait dengan indikator kinerja kunci organisasi (Yamit 2010).
2.2.4 Pengukuran Kualitas
Pengukuran kualitas dapat dilakukan melalui perhitungan biaya kualitas dan melalui penelitian pasar mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan kualitas jasa pelayanan. Pengukuran kualitas nelalui penelitian pasar dapat menggunakan berbagai cara, seperti: menemui konsumen, survei, sistem pengaduan dan panel konsumen.
2.3 Analisis Gap
Menurut Lupiyoadi (2006) jika dimensi kualitas tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kesenjangan (gap) antara perusahaan dan pelanggan, karena perbedaaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan. Ada lima kesenjangan yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa, yaitu:
1.Kesenjangan persepsi manajemen, kesenjangan muncul karena perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna.
2.Kesenjangan spesifikasi kualitas, kesenjangan muncul antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna dan spesifikasi kualitas jasa.
3.Kesenjangan penyampaian jasa, kesenjangan muncul antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya.
4.Kesenjangan komunikasi pemasaran, kesenjangan muncul antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
5.Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan, kesenjangan muncul karena perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan.
Persepsi konsumen merupakan penilaian subyektif terhadap pelayanan yang diperolehnya. Harapan konsumen merupakan referensi standar kinerja pelayanan dan seringkali diformulasikan berdasarkan keyakinan konsumen tentang apa yang akan terjadi (Yamit 2010).
Analisis Gap berupaya mencari kesenjangan antara apa yang dibutuhkan atau diinginkan pembeli dengan apa yang disajikan produk. Analisis gap mula-mula menentukan atribut-atribut determinan yaitu karakteristik- karakteristik yang mendorong konsumen membeli produk tertentu. Syarat atribut determinan adalah atribut yang dianggap penting oleh konsumen (Clancy 1996)
2.4 Penelitian Terdahulu
mengetahui atribut yang diinginkan pelanggan, mengetahui respon teknis yang dibutuhkan, menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Metode yang digunakan yaitu Quality Function Deployment dan SWOT Analysis. Hasil penelitian menunjukan atribut yang diinginkan pelanggan yaitu indikator air jernih, higienies, tahan lama, menyegarkan, segel kuat, kemasan tidak rusak, potongan harga, diskon, dan hadiah. Respon teknis yaitu fokus terhadap sand filter, carbon filter, laboratorium, dan manajemen fokus terhadap pembukaan depo-depo baru, pemberian diskon dan perluasan pemasaran. Strategi yang dipakai adalah menciptakan Studi dengan menggunakan kekuatan untuk menghasilkan peluang.
Adriantanti (2008), mengadakan penelitian tentang Aplikasi Metode Quality Function Deployment Dalam Usaha Memenuhi Kepuasaan Pelanggan Terhadap Produk Aqua 240 ml Pada PT. Tirta Investama Pandaan. Tujuan Penelitian adalah mengetahui atribut yang dipentingkan pelanggan, mengetahui tingkat kepuasaan pelanggan terhadap produk, menetapkan strategi yang tepat berdasarkan respon teknis yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Metode yang digunakan Quality Function Deployment. Hasil Penelitian dapat ditentukan atribut produk air minum PT. Tirta Investama Pandaan adalah jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak berlumut, proses pembuatan higienies, melewati beberapa penyaringan, tersedia di warung kecil dan besar, jalur distribusi sampai keluar kota, harga murah dari pesaing, terjangkau untuk semua segmen, diskon pembelian, kokoh, ramah lingkungan, ergonomis, tersedia berbagai ukuran, costumer service. Respon teknis bahan baku kemasan, hygiene, HACCP, sanitasi dan cleaning, penelitian dan pengembangan penyebaran agen.Strategi yang tepat adalah strategi peningkatan kualitas, peningkatan keistimewaan, peningkatan gaya, modifikasi atau difersifikasi produk,mempertahankan pasar dengan defense strategi.
pasaran, membandingkan beberapa merek dagang. Penelitian dilakukan pada 270 orang dengan menggunakan quota sampling. Metode yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen adalah metode Multiatribut Fishbein dan untuk identifikasi perbandingan merek menggunakan metode Perbandingan Ekponential. Hasil penelitian atribut yang dianggap penting oleh konsumen adalah atribut kehigieniesan, bau, harga, kemudahan dalam membeli, rasa, bentuk kemasan dan iklan, citra merek. Urutan merek yang disukai Aqua, Ades, 2 Tang, Vit, Total, Prima. Aqua dipilih karena dinilai lebih higienies, bau dan rasanya sesuai, bentuk kemasan menarik, mudah didapat, promosinya menarik dan memiliki citra merek yang baik
III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Persaingan yang ketat dalam industri AMDK menuntut perusahaan agar mempunyai keunggulan kompetitif perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif perusahaan yang harus selalu ditingkatkan adalah kualitas, karena kualitas menjadi kriteria pilihan yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih produk Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas yaitu berfokus pada konsumen, artinya untuk dapat meningkatkan kualitas perlu dilihat kebutuhan serta keinginan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan perbaikan kualitas berdasarkan kondisi dan harapan konsumen terhadap produk sesuai dengan konsep kualitas menurut Gaspertz (2006) yang menyatakan kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.
Perbaikan produk disusun berdasarkan keinginan dan harapan konsumen terhadap produk berdasarkan indikator-indikator kunci yang dipilih konsumen. Dari indikator-indikator tersebut dilakukan identifikasi harapan konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada indikator yang dirasa kurang oleh konsumen dilakukan perbaikan kualitas produk. Dengan perbaikan yang tepat maka kualitas dapat ditingkatkan. Perbaikan kualitas tidak hanya memperbaiki posisi persaingan perusahaan tetapi dapat mengurangi biaya operasi dan meningkatkan laba. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini terlihat pada Gambar 3.
3.2. Tahapan Penelitian
memerlukan peningkatan kualitas agar perusahaan fokus pada kualitas produk yang dinginkan konsumen sesuai dengan pernyataan Clancy dengan melihat kesenjangan antara harapan dan kinerja yang diberikan. Perbaikan kualitas dilakukan untuk meningkatkan kualitas dilihat dari nilai perbedaan antara harapan dan kinerja produk yang memiliki nilai kinerja paling rendah. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu dengan memperhatikan bahwa daerah yang dipilih tersebar luas produk AM, karenaberada tidak jauh dari lokasi pabrik AM dan merupakan pusat industri-industri AM.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Tingginya Persaingan Dalam Industri AMDK
Studi Peningkatan Kualitas Perusahaan Harus Memiliki Keunggulan Kompetitif (Kualitas)
Kualitas Produk Harapan Konsumen
Identifikasi Indikator- Indikator Harapan Konsumen
Alternatif Perbaikan Kualitas
Perbaikan Prioritas
Peningkatan Kualitas
Gambar 4 Tahapan penelitian
3.5. Penetapan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengonsumsi AMDK yang berada di Rancaekek. Pemilihan tempat didasarkan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut dekat dengan lokasi pabrik dan merupakan pusat berkumpulnya semua industri AM Group. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sample yang bersifat non probability sampling yaitu convinience
Analisis Deskriptif Indikator Kualitas AMDK
Identifikasi kebutuhan konsumen (Wawancara)
Mulai
Uji reliabilitas Uji validitas
Gap Kualitas Harapan dan Kinerja Penyusunan Desain Riset dan Kuesioner
Kinerja Produk Berdasarkan Indikator
Perbaikan Indikator Terkait
Kesimpulan dan saran
Identifikasi Indikator Kualitas Harapan Konsumen dan Profil Konsumen
Analisis Gap Analisis Cross Tab
sampling. Metode convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih responden yang ditemui di lokasi pengambilan sample.
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 %. Pemakaian rumus slovin mempunyai asumsi bahwa populasi berdistribusi normal (Umar 2003).
... (1)
n = Ukuran sample N= Jumlah populasi
e = Kelonggaran dalam penelitian karena kesalahan pengambilan sample . Informasi yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Daerah Kabupaten Bandung, bahwa tahun 2011 total populasi yang mengonsumsi air kemasan di kecamatan Rancaekek 25 172 jiwa. Berdasarkan rumus slovin, maka diperoleh 100 konsumen yang akan dijadikan responden yang akan dikelompokan menjadi konsumen AMDK AM dan Non AM.
...(2)
3.6. Pengumpulan Data
3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data untuk memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu:
1. Teknik wawancara, bertujuan mengetahui kondisi dan kegiatan dalam produksi yang berkenaan dengan kualitas dalam penentuan peningkatan kualitas serta mengetahui indikator kunci yang dianggap penting bagi kualitas produk. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen dan responden.
2. Kuesioner ditujukan kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian yaitu konsumen produk AMDK baik secara umum maupun konsumen AMDK AM. Skala yang digunakan dalam menilai jawaban responden adalah skala likert lima tingkat dengan keterangan pemberian bobot sebagai berikut:
Bobot 3 : Cukup penting/ Cukup baik Bobot 2 : Tidak penting/ Tidak baik
Bobot 1 : Sangat tidak penting/ Sangat tidak baik
3. Studi litelatur, peneliti mempelajari buku, internet, laporan dan dokumen manajemen perusahaan, dan data penunjang lainnya yang dapat membantu pemecahan masalah yang mendasari penelitian.
3.6.2 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dari konsumen AMDK yang digunakan dalan penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan dukungan perangkat lunak. Uji validitas terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil dari uji validitas akan dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi r dengan jumlah sampel 30. Hasil uji validitas diperoleh bahwa seluruh butir-butir pernyataan pada kuesioner dinyatakan valid karena nilai korelasi r hitung > r tabel sesuai dengan tingkat kesalahan 5% adalah 0.361.
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek . Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil perhitungan 30 kuesioner yang disebar, maka diperoleh hasil untuk uji reliabilitas tingkat kepentingan adalah 0.933 dan untung tingkat kinerja adalah 0.937. Dari hasil uji reliabilitas, nilai Alpha Cronbach’s > 0.7, maka kuesioner dapat diandalkan atau reliabel (Lampiran 3).
3.6.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan
PT. AM merupakan salah satu divisi usaha dari AM group yang resmi berdiri pada tanggal 27 juni 1973. Sebelum didirikan PT. AM, pengelolaan air minum AM adalah dibawah pengawasan divisi III bersama dengan unit usaha Apotik Medical Center, Tenis Ruangan, Kolam Renang Islami Dan Service Station.
Sebelum mengelola air minum AM, unit usaha AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) AM group mengelola Air Ganesha bekerjasama dengan ITB Bandung. Karena terdapat kendala maka kerjasama tersebut diakhiri dan diputuskan untuk mengelola air minum dengan merek baru yakni Air Minum AM.
Pada tahun 2003 pabrik didirikan di tanah seluas 1188 M2, yang berlokasi di Jl. Raya Cikalang-Cileunyi Bandung, dilengkapi dengan mesin berteknologi tinggi yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Peluncuran produk pertama dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2003. Perusahaan telah mengantongi seluruh perizinan yang diperlukan, diantaranya akta pendirian, surat izin dari Departemen Kesehatan, surat izin pengeboran air bawah tanah (SIPA) dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Bandung.
4.1.2 Visi, Misi dan Filosofi Perusahaan
Visi PT. AM adalah untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, sedangkan misinya adalah bekerja keras untuk mendapat hasil terbaik. Filsopi dalam berusaha yaitu bekerja secara profesional dengan berlandaskan kaidah-kaidah islam dan banyak menyentuh umat sehingga dapat menggairahkan kehidupan ekonomi di sekitar tempat usaha. Filosofi hubungan kerja, karyawan dianggap sebagai keluarga besar yang dilandasi azas kebersamaan dan ukhuwah islamiyah.
4.1.3 Struktur Organisasi
sistem organisasi garis. Dimana dalam organisasi ini setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing.
4.1.4 Lokasi pabrik
[image:34.595.96.494.244.771.2]Lokasi pabrik air minum AM berada di jalan raya Cikalang 168, Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Lokasi pabrik sangat strategis karena berada disamping jalan raya, dan mudah untuk dijangkau. Hal ini sangat memudahkan terutama dalam proses transportasi, baik transportasi bahan baku maupun transportasi produk jadi.
4.1.5 Sumber Daya Material
PT. AM mengupayakan untuk memproduksi produk yang berkualitas, untuk itu maka salah satu faktor yang menjadi penentu terciptanya kualitas produk yang baik adalah bahan baku yang berkualitas. Mata air yang digunakan adalah mata air Gunung Manglayang yang telah diuji oleh laboratorium dan balai yang telah terakreditasi dan dinyatakan layak dijadikan air minum.
Saat ini air bahan baku ini diangkut dengan menggunakan tangki-tangki dari sumber mata air ke pabrik pengolahan, hal ini akan ditinjau ulang dengan pembuatan saluran pipa dari mata air langsung ke pabrik, dengan demikian resiko terkontaminasi serta kelangsungan pasokan bahan baku dapat diatur sendiri oleh perusahaan. Sedang bahan baku lain diperoleh dari pemasok yang terlebih dulu disurvei kelayakan produk maupun kelayakan usaha dari pemasok itu sendiri.
4.1.6 Proses Produksi
AMDK AM memproduksi produk dalam kemasan cup 250ml, botol 360 ml, botol 600 ml, dan galon 19 L. Proses Produksi dilakukan sesuai peraturan pemerintah agar kualitas terjaga, ada sebelas langkah proses produksi, yaitu: 1.Sumber Air
Air berasal dari mata air gunung Manglayang yang dialirkan melaui pipa ke bak penampungan pabrik
2.Bak Penampungan sementara
Bak penampungan sementaran terdiri dari 2 (dua) bak yang berisi karbon aktif, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kasar dari air baku dan menyerap bau, warna, rasa, sisa klor dan bahan organic.
3.Reservoir
Air yang dari gunung ditampung di bak penampungan. Bak penampungan terdiri dari 3, diantaranya bak penampungan 1, 2 dan 3. Air bak penampungan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian kimia fisik dan mikrobiologi pada bak penampungan sesuai dengan intruksi kerja.
4.Sand filter
5.Carbon Filter
Carbon Filter berisi karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap bau, warna dan rasa.
6.Catridge Filter
Catridge Filter untuk menyaring partikel yang berukuran kurang dari 5, 3, 1 dan 0.45 mikron dan untuk menyaring yeast, mold Pengujian kimia dan fisik pada Catridge Filter
7.Ozonisasi
Proses pembentukan ozon dengan cara melewatkan oksigen ke arus listrik dengan menggunakan metode electrical discharge.
8.Tangki reactor
Pengambilan sampel dilakukan pada pertengahan produksi untuk proses disinfektan (merusak dinding bagian luar sel miroorganisme dan membunuh E. Coli, Salmonela, Hepatitis serta mikroorganisme yang bersifat patogen) yang terdapat dalam air.
9.Lampu Ultra Violet (UV)
Lampu Ultra Violet digunakan untuk proses disinfektan bakteri/virus pada panjang gelombang 253.7 nm, cara kerjanya sinar UV diserap oleh bakteri/virus mengakibatkan kehilangan untuk bereproduksi.
10.Tangki Produk Jadi
Tangki Produk Jadi digunakan untuk penampungan air siap produksi. 11.Pengisian/Filler
Proses terakhir yaitu mengisi air baku ke dalam kemasan yang telah disediakan berupa cup 250ml, botol 360 ml dan 660 ml, dan juga galon 19L.
4.2. Profil Konsumen
4.2.1 Aspek Demografi
yang berarti bahwa AMDK AM cukup dikenal oleh sebagian masyarakat Rancaekek. Responden pada saat penelitian didominasi oleh pria sebesar 59% sedangkan wanita 41%. Hal ini menunjukan bahwa pria lebih banyak mengonsumsi AMDK dibandingkan dengankan wanita.
Berdasarkan usia, konsumen AMDK terbesar 44% berusia 15 sampai 20 tahun, dan terendah 5% berusia 26 sampai 30 tahun. Sebagian besar pembeli AMDK didominasi konsumen berumur 15 sampai 20 tahun. Konsumen mayoritas berpendidikan SMU dengan persentase 49% dan terendah berpendidikan SD 0% dan SLTP 1 %. Hal ini menunjukan konsumen berpendidikan SMA mendominasi pembelian AMDK.
Mayoritas pendapatan bersih responden dibawah atau sama dengan Rp 500 000 perbulan sebesar 30% kemudian responden dengan pendapatan Rp 500 001 sampai Rp 1 000 000 sebesar 2 %. Hal ini menggambarkan daya beli konsumen untuk mengorbankan biaya dalam membeli suatu produk bersifat sedang (Lampiran 4).
4.2.2 Aspek Perilaku
Rata-rata frekuensi pembelian terbesar AMDK 16 sampai 20 kali sebesar 25% dalam sebulan pada pembelian pada kemasan botol 360 ml 33% Frekuensi pembelian AMDK kurang dari lima kali sebesar 25% pada pembelian kemasan galon sebesar 29% dan terendah 6 sampai 10 kali dalam sebulan sebesar 13% pada pembelian botol 1 500 ml yaitu sebesar 1%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar konsumen yang memilih mengonsumsi AMDK kemasan galon dan kemasan botol.
Mayoritas konsumen telah mengonsumsi AMDK lebih lima tahun sebesar 27%, dan terendah 1 sampai 2 tahun sebesar 17% ini artinya konsumen bisa menilai indikator kualitas dengan baik berdasarkan pengalamannya. Mayoritas konsumen mendapatkan produk dari warung terdekat sebesar 37%, dan terendah lainnya, yaitu pom bensin sebesar 4% (Lampiran 4).
4.3. Indikator Kualitas
maupun Non AM) untuk memperoleh atribut serta bobot atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengonsumsi AMDK. Pembobotan dilakukan berdasarkan urutan kepentingan yang dipilih konsumen dimana pilihan pertama mendapatkan skor tertinggi.
Pada penelitian ini terdapat lima atribut yang dijadikan parameter konsumen dalam menilai AMDK. Lima atribut beserta prioritas kepentingan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil survei konsumen menunjukan bahwa bobot tertinggi ada pada atribut manfaat dan terendah yaitu pada atribut label. Hampir 50% konsumen memilih atribut manfaat dan kualitas air sebagai pilihan pertama dalam memilih AMDK, hal ini menunjukan bahwa atribut manfaat dan kualitas air merupakan atribut utama yang menjadi prioritas tertinggi yang dipertimbangkan konsumen dalam mengonsumsi AMDK. Hal tersebut mengindikasikan bahwa konsumen mengonsumsi AMDK karena manfaat dan kualitas air yang didapatkannya, sementara atribut yang lain masih dianggap sebagai pelengkap.
Tabel 2 Bobot atribut
Atribut
Pilihan Ke
Skor Nilai Bobot
1 2 3 4 5
Manfaat 47 35 10 8 0 421 0.280
Kualitas air 46 32 15 7 0 417 0.278
Kemasan 4 16 50 20 10 284 0.189
Merek 3 6 22 62 7 236 0.157
Label 0 11 3 5 81 144 0.096
Total 1 502 1.000
Skor Nilai: Penjumlahan dari perkalian jumlah dan skor nilai
4.3.1 Indikator Manfaat Produk
Bobot indikator kualitas yang dinilai konsumen berdasarkan urutan kepentingannya. Atribut manfaat memiliki empat indikator penilaian yaitu manfaat menyehatkan, menyegarkan, kepraktisan, dan jaminan mutu.
demikian lemahnya sistem pengawasan dan maraknya produk tiruan di pasaran tidak lagi menjamin air dalam kemasan dapat menyehatkan, maka dari itu diperlukan jaminan akan mutu produk. Berdasarkan pilihan ini menunjukan bahwa prioritas tertinggi yaitu pada indikator menyehatkan dan terendah kepraktisan (Tabel 3).
Tabel 3 Bobot indikator manfaat AMDK (Bobot: 0.280)
Atribut Manfaat Pilihan Ke Skor Nilai Bobot
1 2 3 4
Menyehatkan 44 39 13 4 323 0.324
Menyegarkan 15 27 37 21 236 0.237
Kepraktisan 18 14 29 39 211 0.212
Jaminan Mutu 22 19 22 37 226 0.227
Total 996 1.000
Sumber: Data diolah (2013)
AMDK harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) yang tentu saja juga harus diolah sedemikian rupa sehingga air minum tersebut layak untuk diminum. Pengolahan air minum dalam kemasan ini pun juga harus menggunakan beberapa bahan kimia sebagai upaya untuk penjernihan dan penghilangan bau, proses ozonisasi serta penyinaran ultra violet untuk menghilangkan parasit tertentu. Respon teknis pengujian terhadap air minum dalam kemasan perlu diperhatikan lebih teliti agar produk yang dihasilkan (manfaat produk) sesuai keinginan pelanggan.
4.3.2 Indikator Kualitas Air
Tabel 4 Bobot indikator kualitas air AMDK (bobot: 0.278)
Atribut Air Pilihan Ke Skor Nilai Bobot
1 2 3 4 5
Kejernihan 39 50 4 5 2 419 0.270
Tidak Berbau 12 19 46 16 7 313 0.202
Tidak Berasa 2 3 17 41 37 192 0.124
Tidak Berwarna 39 37 16 5 3 404 0.260
Bebas Bakteri 14 3 16 26 41 223 0.144
Total 1 551 1.000
Pilihan konsumen menunjukan bahwa kualitas kejernihan air menjadi prioritas tertinggi yang perlu diperhatikan dan air yang bebas bakteri menjadi prioritas terendah (Tabel 4). Kejernihan air mendapat prioritas tertinggi pada atribut kualitas air karena konsumen menganggap air yang jernih menunjukan air yang sehat dan higienies. Sementara air yang bebas bakteri mendapat prioritas terendah bukan berarti indikator tersebut tidak penting bagi konsumen akan tetapi indikator tersebut tidak bisa diidentifikasi secara visual, karena hal itu konsumen tidak mengetahui dan tidak dapat membuktikan apakah AMDK sudah bebas dari bakteri. Kejernihan air dipengaruhi oleh respon teknis sand filter, maka dari itu perusahaan harus lebih teliti dalam penggantian sand filter agar air minum terlihat jernih. Semakin jernih air minum, maka konsumen semakin percaya bahwa kualitas AMDK tersebut baik.
4.3.3 Indikator Kualitas Kemasan
Kemasan dinilai konsumen adalah hal yang bermanfaat untuk menjaga kualitas produk. Konsumen tidak mau membeli produk yang cacat ataupun tidak bersih karena merasa kualitas produk sudah tidak bagus. Kualitas kemasan dilihat dari kemasan yang kokoh dan tersegel dengan baik, secara visual kemasan juga harus terlihat higienies atau terlihat bersih bahkan terlihat menarik dan terbuat dari bahan yang aman.
memiliki prioritas tertinggi, sementara prioritas terendah yaitu indikator desain kemasan meliputi bentuk, warna, dan desainnya (Tabel 5).
Tabel 5 Bobot indikator kualitas kemasan (bobot:0.189)
Atribut Kemasan Pilihan Ke Skor Nilai Bobot
1 2 3 4 5
Aman 32 46 13 8 1 400 0.267
Kokoh 3 7 14 45 31 206 0.138
Bersih 49 18 24 4 5 402 0.269
Desain 3 6 13 32 46 188 0.126
Tersegel 11 24 36 13 16 301 0.201
Total 1 497 1.000
Desain kemasan juga merupakan indikator yang mempunyai bobot terendah diantara indikator-indikator lainnya, hal ini menunjukan bahwa konsumen tidak terlalu mementingkan kemasan AMDK, karena konsumen menilai bahwa desain kemasan AMDK yang ditawarkan semua merek hampir mirip satu sama lain, karena hal inilah kompetitor yang unggul seperti Aqua menawarkan kemasan yang lebih menarik dengan desain bentuk dan corak yang lebih menarik minat konsumen. Respon teknis kemasan yang higienies, perusahaan harus lebih fokus pada respon teknis bahan baku ataupun proses pencucian dan sanitasi pada kemasan galon, dan lebih teliti pada bagian quality control, agar kualitas kemasan yang diinginkan konsumen dapat dipenuhi.
4.3.4 Indikator Kualitas Label atau Informasi
AMDK yang dikonsumsi telah disetujui dan diuji secara klinis. Sementara untuk desain label seperti halnya pada indikator kemasan, konsumen tidak terlalu mementingkan desain karena desain untuk label dianggap tidak mempengaruhi citra dari produk. Dalam hal ini perusahaan perlu meningkatkan kinerja yang sesuai standar perizinan.
Tabel 6 Bobot indikator label AMDK(bobot: 0.157)
Indikator Label Pilihan Ke Skor Nilai Bobot
1 2 3 4
Desain 6 10 16 68 154 0.154
Info Uji 55 29 11 5 334 0.334
Info Kadaluarsa 35 55 9 1 324 0.324
Info Penyimpanan 3 7 64 26 187 0.187
Total 999 1.000
4.3.5 Indikator Merek AMDK
Merek merupakan nama, simbol, atau identifikasi lainnya yang membedakan suatu produk. Untuk merek harus menimbulkan citra tau persepsi yang baik untuk konsumen dan memudahkan konsumen dalam mengingat, mengucapkan, memahami, serta menggambatkan isi dari suatu produk agar konsumen dapat dengan cepat memahami produk tersebut.
Tabel 7 Bobot indikator merek AMDK (bobot: 0.096)
Atribut Merek Pilihan Ke Skor Nilai Bobot
1 2 3 4
Mudah Diingat 57 22 19 2 334 0.333
Mudah Diucapkan 15 53 17 15 268 0.267
Menggambarkan Isi 20 9 38 33 216 0.216
Mudah Dipahami 8 16 28 48 184 0.184
Total 1 002 1.000
penting, terutama untuk produk yang tidak terbatas segmen. Dengan konsumen yang beragam, harus disadari bahwa tidak semua konsumen memiliki tingkat pengetahuan atau pendidikan yang sama. Sehingga merek yang dengan mudah dibaca oleh seorang konsumen belum tentu mudah pula dibaca oleh konsumen lain. Maka dari itu indikator merek mudah diucapkan penting untuk diperhatikan. Untuk lebih dapat meningkatkan kinerja dari merek itu maka diperlukan jaringan pemasaran yang lebih difokuskan untuk mengenalkan produk AMDK..
4.4. Penilaian Tingkat Kinerja AMDK AM
Penilaian tingkat kinerja dilakukan terhadap ke lima atribut kualitas yang terbagi menjadi 24 indikator kunci. Penilaian kinerja atribut didapat dari skor total penilaian kinerja indikator-indikator setiap atribut. Penilaian kinerja indikator didasarkan pada penilaian persepsi konsumen terhadap AMDK AM yang di bagi menjadi empat tingkatan kinerja dan kurang baik. Penilaian kinerja dinilai oleh reponden yang mengonsumsi AMDK AM saja, yaitu sebanyak 55 orang.
Penilaian kinerja atribut AMDK AM secara keseluruhan mayoritas konsumen menilai kinerja kelima atribut tidak baik terutama pada kinerja label dan merek, namun hal ini tidak menentukan bahwa konsumen tidak merasa puas dengan kedua atribut ini, karena kepuasan dipengaruhi oleh harapan konsumen terhadap produk. Untuk atribut manfaat, kualitas air dan kemasannya konsumen cenderung menilai bahwa kinerja atribut tergolong baik, namun penilaian kinerja yang menunjukan hasil baik belum menjamin kinerja sudah memenuhi standar konsumen, karena kinerja yang baik tidak hanya dilihat dari tingkat kinerja yang selama ini diberikan tetapi dilihat juga dari nilai kinerja yang diharapkan konsumen terhadap suatu atribut.
Tabel 8 Penilaian tingkat kinerja atribut AMDK AM
Atribut Kinerja
TB C B SB
Manfaat 2 12 25 16
Kualitas Air 6 14 24 11
Kemasan 8 19 28 0
Label 49 2 0 4
Merek 21 25 7 2
Jumlah (%) 31.27 26.18 30.54 12.01
4.4.1 Penilaian Kinerja Terkait Profil Konsumen
Penilaian konsumen tentunya dipengaruhi oleh profil demografi dan pengalaman serta pengetahuan konsumen terhadap produk tertentu. Dalam penelitian ini konsumen dikelompokan berdasarkan usia, pendidikan,pendapatan, lama konsumsi, frekuensi pembelian dan ukuran kemasan yang biasa di beli. Tabel 9 Penilaian kinerja air terkait usia konsumen
Umur (Thn) Kinerja Air (%)
TB C B SB Total
15-20 3.6 1.8 20.0 21.8 47.3
21-25 0.0 0.0 29.1 0.0 29.1
26-30 0.0 1.8 1.8 0.0 3.6
>31 1.8 5.5 7.3 5.5 20.0
Total 5.5 9.1 58.2 27.3 100.0
sangat baik, hal ini dapat disimpulkan bahwa usia 21 sampai 30 tahun cenderung lebih kritis terhadap penilaian karena usia yang dewasa memiliki tingkat keinginan yang berbeda dengan remaja atau anak-anak. Hasil uji crosstab menunjukan bahwa nilai asym sign kinerja air tekait usia adalah 0.02 kurang dari nilai α = 0.05, hal ini menunjukan adanya hubungan yang significant antara penilaian kinerja kualitas air terkait usia. Kondisi ini selaras dengan teori Kotler (2001) yang menyatakan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen.
Tabel 10 Penilaian kinerja kemasan terkait usia konsumen
Umur (Thn) Kinerja Kemasan (%)
TB C B SB Total
15-20 7.3 5.5 20.0 14.5 47.3
21-25 0.0 12.7 14.5 1.8 29.1
26-30 0.0 3.6 0.0 0.0 3.6
>31 3.6 9.1 3.6 3.6 20.0
Total 10.9 30.9 38.2 20.0 100.00
Penilaian kinerja kemasan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia konsumen. Hasil penilaian kinerja menunjukan bahwa di usia 15 sampai 20 lebih beragam dalam penilaian kinerja kemasan, sementara di usia 26 sampai 30 tahun hanya menilai pada kategori cukup saja sebesar 3.6 % yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penilaian konsumen terkait usia konsumen, semakin tua usia konsumen maka penilaian semakin tinggi Usia remaja menilai kemasan mempunyai daya tarik sendiri terhadap minat beli konsumen, dari saran konsumen kemasan yang berwarna-warni dan bermotif dapat menarik minat konsumen. Hasil uji crosstab menunjukan bahwa nilai asym sign kinerja kemasan tekait usia adalah 0.051 kurang dari nilai α = 0.1, hal ini menunjukan adanya hubungan yang significant antara penilaian kinerja kualitas air terkait usia. Kondisi ini selaras dengan teori Kotler (2001) yang menyatakan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen.
produk dapat dipengaruhi oleh pendapatan konsumen. Semakin tinggi pendapatan dapat dimungkinkan mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelian yang tinggi pula sesuai dengan kemampuan. Dalam penelitian ini dasar penetapan pendapatan dilihat dari pekerjaan mayoritas penduduk Rancaekek yang terbagi menjadi tiga segmen pendapatan. Dalam Sensus Penduduk Daerah 2011, penduduk Rancaekek mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dengan penghasilan per bulan sebesar upah minimum rata-rata, kemudian dibawah buruh pabrik penduduk Rancaekek banyak menjadi buruh kasar yang berpenghasilan lebih rendah dari upah minimum rata-rata. Di atas buruh ada segmen menengah ke atas yang berpenghasilan melebihi upah minimum rata-rata Tabel 11 Penilaian kinerja air terkait tingkat pendapatan
Pendapatan (Rp) Kinerja Air (%)
TB C B SB Total
< 500 000 0.0 1.8 12.7 18.2 32.7
500 001-1 000 000 1.8 0.0 9.1 3.6 14.5
1 000 001-1 500 000 0.0 0.0 12.7 0.0 12.7
1 500 001-2 000 000 1.8 0.0 12.7 1.8 16.4
2 000 001-2 500 000 0.0 3.6 5.5 0.0 9.1
> 2 500 001 1.8 3.6 5.5 3.6 14.5
Total 5.5 9.1 58.2 27.3 100.0
0.05. Kondisi ekonomi sangat mempengaruhi jenis kebutuhan dan cara memenuhi kebutuhan seseorang.
Tabel 12 Penilaian kinerja label terkait lama konsumsi
Lama Konsumsi (Thn) Kinerja Label (%)
TB C B SB Total
< 1 1.8 9.1 5.5 7.3 23.6
1.1-2 5.5 1.8 1.8 0.0 9.1
2.1-3 0.0 0.0 5.5 1.8 7.3
3.1-4 1.8 5.5 5.5 12.7 25.5
>5 3.6 3.6 10.9 16.4 34.5
Total 12.7 20.0 29.1 38.2 100.0
Penilaian kinerja label diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu lama komsumsi. Lama komsumsi seseorang terhadap suatu produk dapat membuat penilaian kinerja berbeda dari sebelumnya karena konsumen sudah terbiasa atau sudah mendapatkan pengetahuan terhadap barang tersebut. Hasil penilaian kinerja menunjukan bahwa penilaian tertinggi dan penilaian yang beragam ada pada konsumen yang sudah mengonsumsi AMDK AM lebih dari lima tahun, hal ini mengindikasikan , semakin lama maka penilaian terhadap label atau informasi yang dicantumkan semakin kritis penilaiannya, semakin lama konsumen semakin mengerti kualitas yang harus dimilikinya.
Hasil uji crosstab dengan chi square menunjukan terdapat hubungan antara penilaian kinerja label atau info dengan karakteristik lama konsumsi (Tabel 14), menunjukan bahwa asym sign lebih rendah dibandingkan dengan nilai α=0,05 pada tingkat lama konsumsi konsumen, sehingga dapat disimpulkan penilaian kinerja label dipengaruhi oleh lama konsumsi, hal ini bertentangan dengan harapan konsumen yang cenderung tidak memperhatikan atau tidak terlalu peduli akan kelengkapan label atau informasi yang di berikan.
menjadi empat kelas, yaitu kelas Sangat Sering (SS), kelas Sering (S), Tidak Sering (TS) dan kelas Cukup Sering (CS). Pengelompokan ditentukan dari jumlah hasil dari frekuensi pembelian dan kemasan yang sering dibeli.
Tabel 13 Penilaian kinerja kemasan terkait konsumsi AMDK
Konsumsi Kinerja Kemasan (%)
TB C B SB Total
SS 7.3 16.4 30.9 18.2 72.7
S 3.6 3.6 5.5 1.8 14.5
CS 0.0 10.9 0.0 0.0 10.9
TS 0.0 0.0 1.8 0.0 1.8
Total 10.9 30.9 38.2 20.0 100.0
Penilaian kinerja kemasan diduga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi konsumsi konsumen. Tingkat konsumsi konsumen di dapat dari frekuensi pembelian dikali dengan ukuran kemasan yang sering di beli dalam satu bulan. %tase tertinggi konsumen yang tidak sering megonsumsi AMDK, mayoritas memberikan penilaian pada kategori baik sebesar 1.8 %. Sedangkan %tase konsumen yang sangat sering mengonsumsi AMDK mayoritas memberikan penilaian pada kategori sangat baik sebesar 18.2 %. Hal ini menunjukan bahwa semakin sering seseorang mengonsumsi suatu produk, maka semakin baik penilaian terhadap produk tersebut. Hasil uji crosstab menunjukan nilai asym sign kualitas kemasan sebesar 0.03 lebih kecil dari nilai α= 0.05, hal ini membuktikan adanya hubungan antara konsumsi konsumen dengan penilaian kinerja kualitas kemasan. Semakin sering konsumen mengonsumsi menunjukan bahwa konsumen merasa bahwa kinerja yang diberikan baik.
dan konsumsi konsumen, sementara pendidikan tidak terkait dengan penilaian kinerja konsumen karena hasil uji menunjukan nilai yang melebihi nilai α..
Tabel 14 Penilaian kinerja manfaat terkait pendidikan
Pendidikan Kinerja Manfaat
TB C B SB Total
SLTP 0.0 0.0 0.0 1.8 1.8
SMU 3.6 7.3 29.1 12.7 52.7
AKADEMI 1.8 3.6 20.0 9.1 34.5
SARJANA 3.6 1.8 1.8 3.6 10.9
Total 9.1 12.7 50.9 27.3 100.0
Penilaian kinerja manfaat diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan konsumen. Setengah responden yang memberikan penilaian kinerja manfaat berdasarkan usia berkategori baik, dan mayoritas berpendidikan SMU. Hasil uji crosstab menunjukan nilai asym sign manfaat sebesar 0.43 lebih besar dari nilai α= 0.05 dan α=0.10, hal ini membuktikan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan penilaian kinerja manfaat. Profil konsumen tidak terkait dengan penilaian konsumen itu sendiri dikarenakan bahwa responden mayoritas berpendidikan SMA dan merupakan konsumen AMDK AM yaitu sebesar 52.7 %, maka dari itu penilaian kinerja tidak dipengaruhi oleh pendidikan responden. Tabel 15 Rekapitulasi hasil uji cross tab
Profil Manfaat Kualitas Air Kemasan Label Merek
Usia Ts ** * Ts Ts
Pendidikan Ts Ts Ts Ts Ts
Pendapatan Ts ** Ts Ts Ts
Lama Konsumsi Ts Ts Ts * Ts
Frek*Size Ts Ts ** Ts Ts
* signifikan pada α = 5% ** signifikan pada α = 10% Ts tidak significant di α= 5% dan α= 10%
dan label kemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sukaris yang menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu produk tergantung pada pandangannya terhadap suatu produk dan proses belajar baik dari pengalaman, kepribadian, ataupun dari pengaruh lingkungan. Dalam penelitian ini perbedaan penilaian terhadap suatu produk di terjadi karena adanya perbedaan profil konsumen. Profil konsumen mempengaruhi penilaian persepsi terhadap suatu produk. Profil konsumen yang berpengaruh pada penilaian kinerja produk AM ini adalah usia, pendapatan, lama konsumsi, dan frekuensi pembelian. Sedangkan untuk atribut manfaat dan merek konsumen memiliki persepsi yang sama terhadap penilaian kinerja dari AMDK AM. Dalam penelitian ini untuk atribut manfaat konsumen menilai kinerja manfaat AMDK rendah dan masih di bawah standar yang dinginkan konsumen, sementara penilaian kinerja pada merek tidak ada perbedaan penilaian karena konsumen setuju bahwa merek dianggap sebagai atribut pelengkap sehingga tidak mempengaruhi penilaian kinerja terhadap AMDK AM .
4.5. Analisis Kesenjangan (Gap)
Perhitungan kesenjangan antara tingkat harapan dan penilaian kinerja diperoleh dari hasil penilaian tingkat harapan dan penilaian kinerja terhadap indikator. Penilaian yang diberikan menggunakan skala likert sebagai alat ukur.
Nilai total tingkat harapan indikator diperoleh dari nilai tingkat harapan dikalikan bobot. Nilai total kinerja indikator diperoleh dari nilai tingkat dikalikan bobotnya. Hasil penilaian menunjukan hasil yang berbeda berdasarkan bobotnya, untuk dapat mengidentifikasi perbandingan Indikator dibuat rentang nilai. Rentang nilai diperoleh dari nilai tertinggi yang dipilih konsumen dikurangi nilai terendah yang dipilih konsumen dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan. Tabel 16. Rentang skor manfaat AMDK
Keterangan Rentang Skor Terbobot
Tidak Penting/ Tidak Baik 0.2360-0.2908
Cukup Penting/ Cukup Baik 0.2909-0.3455
Penting/ Baik 0.3456-0.4003
Rentang nilai pada atribut manfaat diperoleh sebesar 0.0547 (Tabel 16) untuk setiap tingkatan kepentingan dan kinerja indikator. Tingkat harapan atau kinerja dibagi menjadi empat didasarkan pada penilaian konsumen terhadap indikator.
Tabel 17 Rentang skor terbobot kualitas air
Keterangan Rentang SkorTerbobot
Tidak Penting/ Tidak Baik 0.1440-0.2055
Cukup Penting/ Cukup Baik 0.2056-0.2670
Penting/ Baik 0.2671-0.3285
Sangat Penting/ Sangat Baik 0.3286-0.3900
Rentang nilai untuk penilaian tingkat kepentingan/ kinerja oleh konsumen AMDK diperoleh 0.0615 (Tabel 17) setiap tingkatan kepentingan Indikator. Tingkat harapan dibagi menjadi empat didasarkan pada penilaian konsumen terhadap Indikator.
Tabel 18 Rentang nilai kemasan, label, dan merek
Keterangan Rentang Skor Terbobot
Tidak Penting/ Tidak Baik 0.0450-0.0858
Cukup Penting/ Cukup Baik 0.0859-0.1265
Penting/ Baik 0.1266-0.1673
Sangat Penting/ Sangat Baik 0.1674-0.2080
Rentang nilai untuk penilaian tingkat kepentingan atau kinerja oleh konsumen AMDK diperoleh 0.0410 (Tabel 18) setiap tingkatan kepentingan Indikator. Tingkat harapan dibagi menjadi empat didasarkan pada penilaian konsumen terhadap Indikator.
Analisis gap dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara kinerja yang diharapkan (tingkat kepentingan atau harapan konsumen) dengan kinerja yang selama ini diberikan. Hasil ini dapat diketahui indikator apa yang masih kurang atau dibawah standar (harapan konsumen), sehingga dapat dilakukan perbaikan pada indikator yang dirasa masih kurang oleh konsumen.
menyegarkan dari AMDK. Indikator manfaat kepraktisan dinilai sudah memenuhi harapan karena tidak ada gap yang terjadi. Indikator manfaat yang menyehatkan konsumen memiliki harapan yang sangat tinggi, hal ini terlihat dari tingkat nilai kepentingan bahwa indikator menyehatkan sangat penting bagi konsumen, walaupun kinerja sudah dinilai baik oleh konsumen namun nilai kinerja masih dibawah standar konsumen.
Indikator jaminan mutu konsumen menilai tingkat kepentingan yang cukup penting untuk diperhatikan, namun hasil kinerja masih di bawah bahkan penilaian konsumen terhadap jaminan mutu produk masih dinilai tidak baik (Lampiran 6). Hal ini berbeda dengan produk pesaing yang sudah menawarkan berbagai macam kualitas khusus yang bisa dikonsumsi seperti kualitas air yang menyehatkan untuk penderita ginjal, penambahan oksigen ekstra untuk dapat memenuhi kadar oksigen dalam tubuh, bahkan jaminan kualitas yang sudah bertaraf internasional, dengan persaingan seperti ini, maka produk AM masih belum sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen.
Indikator kualitas air bebas bakteri dinilai sudah cukup memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen, hal ini dapat dilihat tidak adanya gap yang terjadi. Untuk Indikator kualitas air lainnya dinilai belum memenuhi harapan serta keinginan konsumen terutama pada kualitas kejernihan air dan kualitas air yang tidak berbau karena mempunyai nilai perbedaan yang cukup tinggi antara harapan dan kinerja yang diberikan dibandingkan dengankan Indikator lainnya. Pada indikator kejernihan, konsumen menilai tingkat kepentingan kejernihan sangat penting untuk diperhatikan walaupun konsumen sudah menilai kinerja kejernihan air baik, namun indikator ini masih di bawah standar penilaian konsumen, begitupula dengan kualitas air yang tidak berbau masih menunjukan kinerja yang dinilai cukup oleh konsumen, namun belum memenuhi standar nilai konsumen.
masih dibawah harapan konsumen yang menilai kehigieniesan kemasan dinilai sangat penting. Pada indikator kualitas segelnya kinerja dinilai cukup kuat namun belum memenuhi harapan konsumen yang menilai bahwa segel sangat penting. Tabel 19 Gap menurut konsumen AMDK AM
Indikator Total Nilai Kepentingan
Total Nilai
Kinerja Kesenjangan
Menyehatkan 0.455 0.364 -0.091
Menyegarkan 0.264 0.330 0.066
Jaminan Mutu 0.295 0.236 -0.059
Kepraktisan 0.256 0.256 0.000
Kejernihan 0.390 0.312 -0.078
Tidak Berbau 0.290 0.232 -0.058
Tidak Berasa 0.180 0.144 -0.036
Tidak Berwarna 0.180 0.144 -0.036
Bebas Bakteri 0.350 0.350 0.000
Aman 0.200 0.160 -0.040
Kokoh 0.084 0.084 0.000
Higienes 0.205 0.164 -0.041
Bentuk Menarik 0.076 0.057 -0.019
Desain Menarik 0.076 0.057 -0.019
Warna Menarik 0.076 0.057 -0.019
Tersegel 0.150 0.120 -0.030
Desain Menarik 0.060 0.045 -0.015
Info Kadaluarsa 0.160 0.160 0.000
Info Izin Dan Uji 0.155 0.155 0.000
Info Penyimpanan 0.072 0.072 0.000
Mudah Diingat 0.208 0.208 0.000
Mudah Diucapkan 0.168 0,126 -0,042
Menggambarkan
Isi 0.136 0,102 -0,034
Indikator kualitas informasi atau label sebagian besar dinilai sudah memenuhi harapan serta keinginan konsumen karena sudah memenuhi standar yang ada, dapat dilihat tidak adanya kesenjangan yang terjadi antara harapan dan keinginan konsumen. Terdapat gap antara harapan dan kinerja pada indikator desain yang menarik, namun hal ini tidak terpengaruh karena harapan dan penilaian kinerja terhadap indikator desain yang menarik sudah sangat baik dimata konsumen.
Indikator kualitas merek yang mudah diingat sudah sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Terlihat dari tidak adanya gap artinya kesesuaian sudah mencapai 100%. Untuk indikator merek mudah dipahami terdapat nilai gap negatif dan memiliki kinerja yang tidak baik, namun konsumen tidak menganggap bahwa indikator mempengaruhi kualitas AMDK ini karena penilaian konsumen terhadap indikator merek mudah dipahami menunjukan nilai kepentingan yang tidak penting, ini artinya konsumen tidak memiliki tuntutan yang tinggi terhadap indikator merek ini. Indikator merek mudah diucapkan, menggambarkan isi berturut-turut memiliki nilai tingkat kepentingan yang penting dan cukup penting, sementara pelaksanaan kinerjanya dinilai masih tidak baik, maka dari itu perlu ditingkatkan melalui perbaikan.
Gap terendah antara harapan dan kinerja yang dinilai oleh konsumen AM menunjukan perbedaan yang rendah bahkan melebihi harapan konsumen yaitu pada indikator menyegarkan (0.066). Indikator lainnya sudah memenuhi atau setara dengan standar (harapan konsumen).