PENDEKATAN BIOEKONOMI MULTISPESIES UNTUK KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA : EVALUASI PERIKANAN
TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT
Dr. Nimmi Zulbainarni*, dan Ade Imam Purnama**. nimmiz_reims@yahoo.com; nim@psp-ipb.org
HP : 0812 95 123 91
*Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Institut Pertanian Bogor (IPB)
**Alumni Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Institut Pertanian Bogor (IPB)
ABSTRAK
Sumberdaya perikanan Tuna Indonesia memegang peranan penting dalam perikanan Nasional dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Indonesia memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Cakalang dan Tongkol dunia dan sekitar 20% dari total produksi perikanan tangkap Nasional (KKP, 2014). Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Sukabumi adalah salah satu tempat pedaratan ikan Tuna yang di tangkap di wilayah Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Pertumbuhan produksi perikanan tuna di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 mencapai 6,03%. Jika orientasi pemanfaatan pada peningkatan produksi maka menyebabkan semakin tinggi eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan tuna sehingga dapat mempengaruhi kondisi biologi dan ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi referensi point (Limit Reference Point =LRP) dalam pengusahaan sumberdaya perikanan Tuna dan menentukan kebijakan terkait dengan pengelolaan sumberdaya perikanan Tuna yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis ikan tuna yang ditangkap di wilayah penelitian ini yaitu ikan tuna Big Eye, Albacore dan Yellow Fin. Ketergantungan antar spesies tuna bersifat kompetisi karena perikanan tuna memiliki jenis makanan yang sama yang masuk dalam thropik level 5 yaitu sebagai carnivora dan pemakan chepalapoda. Pada penelitian ini LRP diasumsikan pada 3 (tiga) warna yaitu merah, kuning dan hijau yang masing-masing menjelaskan posisi pengusahaan perikanan tuna dengan rawai tuna. Pada kondisi berwarna hijau maka akan tercapai keberlanjutan pengusahaan sumberdaya perikanan tuna dengan 128 trip (Maximum Economic Yield=MEY), 181 trip (Maximum Sustainable Yield=MSY) pada warna kuning dan 256 trip (Open Access=OA) pada warna merah. Dalam jangka panjang , kebijakan mengurangi upaya penangkapan (trip) yang ramah lingkungan (conservative minded) pada pengusahaan MEY maka dapat meningkatkan produksi dan pengusahaan perikanan tuna dapat berkelanjutan.
Kata Kunci : perikanan tuna, bioekonomi, multispsesies, keberlanjutan, Palabuhanratu
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
ekspor Tuna terus meningkat tahun dari tahun ke tahun. Diharapkan tahun 2014 target nilai ekspor Tuna US$ 714.256 yaitu meningkat sekitar lebih kurang 32,24 % dari tahun 2013. Meningkatkan kebutuhan akan protein ikan dan target nilai ekspor perikanan Tuna, menuntut produksi ikan sehingga tekanan terhadap sumberdaya ikan juga meningkat. Worm et.al (2006) mengungkapkan bahwa pada tahun 2048 akan terjadi kehancuran perikanan global. Laporan FAO (2012), bahwa produksi perikanan laut dunia berfluktuasi antara 77 dan 86 juta ton dengan catatan tertinggi 86,8 juta ton pada tahun 2000 dan menurun menjadi 78,9 juta ton pada tahun 2011. Peningkatan nilai ekspor yang cukup tinggi karena nilai ekonomis Ikan Tuna yang tinggi dan potensinya yang sangat besar di Perairan Indonesia. Besarnya nilai ekspori akan meningkatkan eksploitasi terhadap perikanan tuna di Indonesia sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tuna dan tekanan terhadap sumberdaya secara biologi. Apabila hal ini terus menerus terjadi maka tentu saja akan mengganggu keberlanjutan perikanan tuna sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak dapat berkelanjutan. Disisi ekonomi, sumberdaya perikanan Tuna adalah sumberdaya dengan nilai ekonomis penting dan merupakan primadona penghasil ekspor. Sementara itu, pada sisi lain (biologi) jika pengelolaan terhadap perikanan ini tidak diperhatikan maka dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya perikanan ini tidak berkelanjutan.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang terdapat di Palabuhanratu Sukabumi adalah salah satu fishing base atau tempat pendaratan ikan oleh nelayan termasuk ikan Tuna. Wilayah penangkapan ikan Tuna oleh nelayan yang mendaratkan hasilnya di PPN Palabuhanratu adalah wilayah Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Pertumbuhan produksi perikanan tuna di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 mencapai 6,03% (Statistik Palabuhanratu, 2012). Jika orientasi pemanfaatan pada peningkatan produksi maka menyebabkan semakin tinggi eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan tuna sehingga dapat mempengaruhi kondisi biologi dan ekonominya. Terdapat tiga jenis Ikan Tuna yang didaratkan di PPN Palabuhanratu yaitu ikan Tuna Mata Besar (Big Eye) (Thunnus obesus), Albakora (Thunnus alalunga) dan Tuna Yellow Fin atau Madidihang (Thunnus albacares) yang ditangkap dengan alat tangkap Rawai Tuna. Keberlanjutan perikanan Tuna dengan rawai Tuna dapat terjaga dengan baik apabila dalam pengelolaannya digunakan pengukuran model bioekonomi multispesies karena pengelolaan yang berorientasi pada spesies tunggal akan mengakibatkan kepunahan spesies tunggal tersebut yang dalam jangka panjang akan terjadi kerugian secara ekonomi.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengestimasi referensi point (Limit Reference Point =LRP) dalam pengusahaan multispesies sumberdaya perikanan Tuna, dan
2. Menentukan kebijakan pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan Tuna yang berkelanjutan.
Bab II. Metodologi
2.1. Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni–Agustus 2013 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Nelayan yang mendaratkan ikan di PPN ini melakukan kegiatan penangkapan di Perairan Samudera Hindia atau wilayah IOTC (Lihat Gambar 1).
2.2. Prosedur/Tahapan Penelitian
sebuah ekosistem yang akan menjadi subjek pengeksploitasian. Dengan semakin meningkatnya permintaan atas sumberdaya yang dapat diperbaharui, bagaimana pun, model-model spesies tunggal menjadi semakin tidak memenuhi permintaan (Clark, 1990).
Model multispesies diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam industri perikanan. Dalam pengelolaan perikanan, segala model yang muncul baik untuk spesies tunggal maupun multispesies untuk memahami dan memberitahukan para pengambil keputusan akan konsekuensi yang mungkin terjadi dari kegiatan-kegiatan penangkapan. Dalam kerangka pendekatan bioekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimum dalam pengusahaan sumberdaya dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya perikanan tersebut. pengembangan model bioekonomi multispesies diperlukan karena pada kenyataannya Indonesia sebagai negara tropis, sumberdaya perikanannya bersifat gabungan atau multispesies. Adapun prosedur penelitian ini adalah :
1. Akuisisi data produksi dan upaya penangkapan (effort) nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Data produksi dan upaya penangkapan yang digunakan adalah data bulanan produksi dan upaya penangkapan tahun 2003-2012. 2. Analisis statistik terhadap data yang diperoleh
3. Penilaian biologi menggunakan model surplus produksi yang menggambarkan karakteristik wilayah penelitian
4. Penilaian ekonomi dengan memasukkan variable ekonomi yaitu harga ikan dan biaya penangkapan.
5. Batas poin referensi (limit reference point=LRP) menggunakan pendekatan bioekonomi multispesies dalam pengusahaan sumberdaya perikanan Tuna
6. Kebijakan pengelolaan berkelanjutan
2.3. Metode Analisis (Pendekatan Bioekonomi Multispesies)
Umumnya terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian biologi perikanan multispesies. Pendekatan pertama, adalah menyamaratakan semua spesies. Pendekatan ini menggabungkan atau mencampurkan semua spesies sebagai stok spesies tunggal dan untuk menganalisisnya digunakan model surplus produksi atau Biomass Total Model Schaefer seperti penelitian yang dilakukan oleh Brown et al. (1976), Pope (1979), Pauly (1979), Clark (1985) dan Panayotou (1985). Pendekatan ini sangat populer karena hanya data hasil tangkapan dan upaya tangkap (effort) yang diperlukan, dimana data ini relatif mudah untuk diperoleh (Gulland, 1974; Chaudhuri, 1986 dan Fauzi, 1998). Pendekatan kedua, adalah menganalisis faktor-faktor biologi alami setiap spesies ikan dan mengevaluasi interaksi yang terjadi diantara spesies (Anderson & Ursin, 1977; May et al., 1979). Anderson dan Ursin (1977) mengembangkan model simulasi untuk Laut Utara yang menggabungkan respon balik dari predator-mangsa dan pengaruh dari pemindahan industri perikanan. Pendekatan ini pasti menghendaki dibuatnya model dan estimasi parameter biologi yang sangat kompleks. Hilborn dan Walter (1992) menegaskan bahwa keperluan data yang digunakan dalam model ini sangat diminta, tapi dalam prakteknya pendekatan ini jarang digunakan dalam pengelolaan perikanan multispesies. Pendekatan ketiga dan agak lebih baik adalah menganalisis setiap spesies secara terpisah menggunakan fungsi surplus produksi seperti penelitian yang dilakukan oleh Placenti et al., 1992 dan Tai, 1993. Pendekatan ini secara implisit mengasumsikan bahwa setiap spesies secara ekologi adalah independent (Clark, 1985).
Penilaian Stok (Biologi) dan Ekonomi
Akuisisi Data Produksi dan Upaya Penangkapan
Sumberdaya perikanan Tuna merupakan sumberdaya yang dinamis dengan tingkat migrasi yang tinggi, dalam hal ini terjadi pertumbuhan dan kematian. Ikan mengalami pertumbuhan dan kematian secara alami, stok ikan tuna juga mendapat intervensi dengan adanya usaha manusia melalui kegiatan penangkapan ikan yang dapat mempengaruhi produksi atau keberlanjutan sumberdayanya. Oleh karena itu keputusan untuk melakukan investasi akan sangat tergantung pada dinamika stok yang dinamis dan faktor-faktor ekonomi. Di sisi lain masuk dan keluar dari setiap orang dari usaha perikanan yang dinamis mengikuti perubahan pada sumberdaya dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Statistik hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort) merupakan persyaratan dasar untuk melakukan penilaian dari perikanan berdasarkan model surplus produksi. Akuisisi statistik perikanan pada penelitian ini bersumber dari PPN Palabuhanratu. Hal ini telah memungkinkan untuk mengestimasi potensi sumberdaya perikanan Tuna di wilayah penangkapan IOTC. Dalam penelitian ini, digunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan time series bulanan tahun 2003-2012 di PPN Palabuhanratu. Data ini akan digunakan untuk mengestimasi referensi point (Limit Reference Point =LRP) dalam pengusahaan multispesies sumberdaya perikanan Tuna. Batas Referensi Point- seperti lampu merah. Ketika kita mendekati itu, kita berhenti. Ini adalah ukuran stok perikanan atau tingkat penangkapan ikan yang tidak diinginkan manajer untuk mencapai atau melebihinya. Ini biasanya hanya mempertimbangkan keadaan stok secara biologis. Pemicu Referensi Point-seperti lampu kuning. Ketika kita mendekati itu, kita harus memperlambat atau berhati-hati. Ini merupakan ukuran stok perikanan menengah atau tingkat penangkapan bahwa manajer waspada dan dapat memulai tindakan manajemen untuk, misalnya, memperlambat tingkat penangkapan untuk menghindari melebihi batas reference point. Pada intinya, pemicu dapat memberikan "buffer" antara batas dan target titik referensi sasaran. Sementara itu, Target Referensi Point-seperti lampu hijau. Ini adalah ukuran stok perikanan atau tingkat penangkapan yang menjadi tujuan kita. Hal ini mencakup pertimbangan biologi, ekologi, sosial, dan ekonomi. Ini tidak boleh lebih rendah dari Batas Referensi point dan harus cukup tinggi untuk memastikan manajer memiliki buffer untuk memperhitungkan ketidakpastian. Dalam penelitian ini untuk kasus perikanan Tuna di Palabuhanratu Indonesia, pengusahaan pada kondisi open access (OA) diasumsikan sebagai limit reference point, kondisi pengusahaan maximum sustainable yield (MSY) diasumsikan sebagai trigger (pemicu) reference point dan kondisi pengusahaan maximum economic yield (MEY) sebagai target reference point.
Mengestimasi stok sumberdaya perikanan Tuna dengan pendekatan statik menggunakan model surplus produksi Walter dan Hilborn (1976). Namun karena alasan analisis statistik yang digunakan untuk mengevaluasi data maka diputuskan menggunakan data deret waktu bulanan tahun 2003-2012 untuk memperkirakan nilai OA, MSY, MEY dan OPT perikanan tuna di Palabuhanratu. Dalam penelitian ini didefinisikan bahwa volume ikan yang ditangkap (ton per bulan) sementara untuk data upaya penangkapan digunakan jumlah hari melaut (trip) sebagai unit perhitungan. Dengan menggunakan variable ekonomi maka akan diperoleh rente ekonomi dalam setiap kondisi pengusahaan tersebut.
Perhitungan Keseimbangan OA, MSY, MEY, dan OPT
t
Model Walters dan Hilborn menggunakan versi diskrit model biologi sedangkan Schaefer tidak. Estimasi parameter biologi dengan menggunakan metode estimasi dinamis atau dikenal dengan metode regresi relatif lebih mudah karena dapat mengestimasi parameter biologi langsung dari persamaannya (Hilborn and Walters, 1992).
Prosedur estimasi parameter biologi dengan menggunakan Walters dan Hilborn adalah :
q
U merupakan catch per unit effort (CPUE)
dengan mensubsitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (1), maka dapat dituliskan persamaan :
dengan memindahkan Ut/q ke sebelah kiri tanda sama dengan dan mengalikan semua sisi
dengan q/Ut maka dapat dihasilkan persamaan :
t
Persamaan (4) merupakan persamaan regresi dengan variabel terikat atau tidak bebas (dependent) adalah tingkat perubahan biomassa dan variabel tidak terikat atau bebas (independent) adalah CPUE dan upaya tangkap (effort) (Walters dan Hilborn, 1992). Persamaan (5) menunjukkan bahwa model surplus produksi Walters dan Hilborn adalah
linear, lag dan reciprocal. Secara umum bentuk regresi persamaan (5) dapat ditulis :
t
Rente sumberdaya yang diperoleh dari pengusahaan sumberdaya perikanan merupakan selisih keseluruhan penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan usaha penangkapan (total cost). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
TC
Tingkat upaya penangkapan yang memperoleh keuntungan maksimum pada kegiatan penangkapan tercapai pada kondisi Maximum Economic Yield (MEY). Tingkat upaya tersebut diperoleh dari turunan pertama rente ekonomi terhadap upaya tangkap (effort) sama dengan nol atau dengan mengetahui parameter biologi dan memasukkan faktor ekonomi, maka pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pada kondisi MEY dapat diperoleh :
n
Untuk menghitung nilai optimal (OPT) digunakan tingkat suku bunga 12%. Didalam model dinamis kontinyu, masalah optimasi ekstraksi sumberdaya perikanan dituliskan sebagai :
mak Vt he dt
Dengan model Lotka-Volterra, untuk dua spesies yang saling berkompetisi terdapat empat kasus yang dapat terjadi tergantung kepada daya dukung (carrying capacity) dan koefisien saling ketergantungan. Hal ini dapat dijelaskan dengan menentukan steady state maka dapat diperoleh x1 dan x2, yang secara matematis dapat ditulis :
2
Jika rasio daya dukung lingkungan (carrying capacity) setiap koefisiesn kompetisi (K1/ 12, K2/ 21) lebih kecil dari daya dukung lingkungan (K1 dan K2) maka salah satu spesies dapat menjadi kompetitor dominan. Secara rinci hubungan kompetisi antar spesies dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan koefisiesn ketergantungan tanpa kegiatan eksploitasi atau penangkapan (lihat Tabel 2).
Bab III. Hasil dan Pembahasan
Keberlanjutan sebagian besar dikenal sebagai isu penting dalam manajemen perikanan. Seperti dijelaskan dalam literatur klasik seperti Schaefer (1954), Beverton dan Holt (1957), Ricker (1975), dan Gulland (1977), keberlanjutan perikanan biasanya dilihat dari sudut pandang biologis (hasil keberlanjutan). Paradigma menurut Charles (2000) disebut paradigma konservatif dalam keberlanjutan perikanan. Tulisan ini, bagaimanapun, mengadopsi paradigma lebih lanjut, yang disebut paradigma rasional, diprakarsai oleh beberapa ekonom seperti Clark (1976), Gordon dan Munro (1982), yang memandang keberlanjutan perikanan baik dari sudut pandang biologis dan ekonomi (Charles, 2001).
Dalam hal perikanan tuna di Palabuhanratu, ditemukan bahwa tingkat upaya penangkapan rata-rata selama tahun 2003-2012 adalah 61 trip Rawai Tuna. Wilayah penangkapan nelayan rawai tuna palabuhan ratu adalah disekitar Samudera Hindia yang merupakan wilayah Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Daerah penangkapan di perairan Samudera Hindia terletak di posisi 80- 150 LS dan 90 0 – 105 0 BT. Terdapat 3 jenis tuna yang dominan tertangkap dengan rawai tuna di Perairan tersebut olleh nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Ketiga jenis tuna tersebut berturut-turut adalah Tuna mata besar (Bigeye Tuna), Tuna Albacore dan Tuna Sirip Kuning (Yellow Fin Tuna) dan ikan lainnya spt swordfish dll. Tuna big eye dan Abacore lebih banyak dibandingkan dengan Tuna Yellow Fin (Madidihang). Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap rawai tuna menangkap beberapa spesies ikan, dalam kajian ini hanya dianalisis 3 spesies karena ketersediaan data di lapangan (lihat Gambar 2.). Oleh karena itu hari melaut rawai tuna untuk menangkap ikan-ikan per spesies tersebut dibuat proporsional sesuai dengan proporsi produksinya yang tertangkap. Ikan Tuna albacore diduga adalah ikan yang banyak terdapat di area penangkapan rawai tuna (IOTC area)..
Estimasi parameter biologi dengan metode estimasi dinamis atau dengan metode regresi relatif atau model surplus produksi Walters dan Hilborn dapat diderivasi parameter biologinya (lihat Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat langsung dilakukan derivasi parameter biologi multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Wilayah Pelabuhanratu. Nilai koefisien (lihat Tabel 4) dapat langsung menggambarkan nilai r (intrinsic growth rate) dan q (coefficient catchability), serta nilai K (carrying capacity). Nilai r identik dengan nilai koefisien intercept
), nilai q identik dengan koefisien variabel kedua ( ) dan nilai K diperoleh dari nilai r atau nilai koefisien intercept ( ) dibagi dengan perkalian nilai koefisien variabel pertama ( ) dengan nilai q atau koefisien variabel kedua ( ).
IOTC. Nilai q menggambarkan tingkat efisiensi teknis dari penangkapan, spesies Tuna Albacore nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya berturut-turut spesies Sirip Kuning dan Tuna Mata Besar.
Dari penyelesaian perhitungan parameter biologi dengan model-model diatas, nilai t signifikan dan nilai koefisien determinasi yang kurang baik, akan tetapi karena tingkat ketidakpastian yang tinggi dari pemanfaatan sumberdaya perikanan sehingga hal ini diabaikan. Walters dan Hilborn (1976) mengatakan bahwa hal yang biasa terjadi salah tanda dalam mengestimasi parameter fungsi surplus produksi. Akan tetapi, tidak perlu menyarankan itu adalah kegagalan model. Kenyataan yang paling diakui kegagalan itu adalah kegagalan data. Data saja cukup untuk dapat menjelaskan dinamika stok sehingga dapat saja terjadi salah tanda.
Sejarah gangguan stok memegang peranan penting dalam memperoleh parameter model dinamis. Lagi pula kecilnya nilai koefisien determinasi disebabkan karena faktor-faktor alam dengan tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi terjadi pada kegiatan penangkapan atau eksploitasi multispesies sumberdaya perikanan pelagis. Dengan mensubstitusikan nilai parameter biologi dan dengan mengetahui data series effort untuk setiap periode maka produksi (hasil tangkapan) lestari Tuna per spesies ikan di Pelabuharatu pun dapat diketahui. Secara grafik produksi aktual dan produksi lestari multispesies sumberdaya perikanan Tuna di Pelabuhanratu (lihat Gambar 3). Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa umumnya produksi aktual spesies Tuna Mata Besa (TBE), Tuna Albacore (TNA), dan Tuna Sirip Kuning (TYF) masih berada dibawah produksi lestari. Dengan mengetahui parameter biologi juga bisa diestimasi biomass atau stock masing-masing spesies berdasarkan fungsi produksi linier. Gambar 4 menunjukkan bahwa biomas Tuna di Perairan Palabuhan ratu berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan fluktuasi yang cenderung dengan keragaman yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tuna merupakan ikan yang tingkat migrasinya tinggi. Apabila kegiatan penangkapan hanya berorientasi pada spesies tunggal maka tingkat kepunahan spesies tunggal tersebut akan terjadi lebih cepat, terjadi bila orientasi penangkapan rawai tuna hanya pada penangkapan ikan tuna mata besar. Jika hal ini dibiarkan terjadi terus menerus maka dapat terjadi kelangkaan dari spesies itu sendiri. Dengan mengetahui interaksi antar spesies maka dapat merubah bagaimana pengelolaan stok akibat adanya kegiatan penangkapan (lihat Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5 nilai koefisien ketergatungan antar spesies, dengan nilai koefisien ketergantungan bertanda negatif yang menunjukkan bahwa antarspesies yang ditangkap dengan alat tangkap rawai tuna di Palabuhanratu saling berkompetisi. Hal ini dapat terjadi karena semua spesies memakan jenis makanan yang sama yaitu sebagai carnivora (hasil tes laboratorium, 2013)
Model bioekonomi kompetisi dihitung dengan melihat dua kondisi kompetisi yaitu kompetisi antara spesies TBE dengan TNA, dan spesies TBE dengan TYF (lihat Tabel 6 dan 7). Berdasarkan Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa ketika tanpa adanya kematian ikan, spesies TBE, TNA dan TYF hidup berdampingan dengan kelimpahan yang saling heterogen dalam ekosistem.
Dalam lingkungan alami, bagaimanapun juga populasi-populasi didistribusikan diseluruh ruang dan ruang sangat tidak bersifat homogen. Sebuah populasi yang secara total berada diluar persaingan dengan populasi lain mungkin menemukan beberapa pelarian sebagai tempat untuk bertahan hidup paling tidak dalam jumlah kecil. Kegiatan penangkapan pun seharusnya dibatasi untuk menjamin keberlanjutan melalui tindakan teknis untuk pengelolaan perikanan yang efisien, konsisten, dan terpercaya. Oleh karena itu diperlukan sebuah referensi point yaitu nilai patokan yang membantu pengelola memutuskan bagaimana perikanan dapat dikelola dengan baik didasarkan pada indikator biologi dan ekonomi. (Lihat Tabel 8).
dan 256 trip pada lampu merah (OA). Lagipula eksploitasi yang besar terhadap ikan dengan tingkat trofik 5 akan mengganggu keseimbangan ekosistem karena dengan berkurangnya jumlah predator akan memperbesar jumlah spesies mangsa sehingga terjadi dominansi spesies tertentu. Untuk itu perlu dilakukan pembatasan produksi dengan cara membatasi trip dalam kegiatan penangkapan. Pada kebijakan peningkatan trip sampai tingkat MEY atau OPT akan dicapai tingkat keuntungan maximum dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya perikanan tuna tersebut. Akan tetapi karena data ini hanya data dari hasil tangkapan di Wilayah IOTC yang didaratkan di PPN Palabuhanratu maka tidak dapat diduga dengan tepat bagaimana kondisi perairan wilayah penagkapan tersebut apakah overfishing atau underfishing.
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
Sumberdaya perikanan tropis seperti Indonesia bersifat gabungan atau multispesies sehingga dalam pengelolaannya tidak bisa hanya berorientasi pada satu aspek saja misalnya aspek biologi. Diperlukan juga orientasi pada aspek ekonomi sehingga ada penelitian ini digunakan pendekatan bioekonomi modeling dalam pengelolaan untuk keberlanjutan perikanan tuna. Besarnya nilai ekspor ini disatu sisi akan meningkatkan eksploitasi terhadap perikanan tuna di Indonesia dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tuna dan tekanan terhadap sumberdaya secara biologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusahaan aktual perikanan Tuna di Palabuhan ratu masih berada dibawah produksi lestari. Ketergantungan antar spesies tuna bersifat kompetisi karena perikanan tuna memiliki jenis makanan yang sama yang masuk dalam thropik level 5 yaitu sebagai carnivora dan pemakan chepalapoda. Hasil ini diperoleh dari hasil bioekonomi modelling dan dibuktikan oleh hasil laboratorium. Eksploitasi yang besar terhadap ikan dengan tingkat trofik 5 akan mengganggu keseimbangan ekosistem karena dengan berkurangnya jumlah predator akan memperbesar jumlah spesies mangsa sehingga terjadi dominansi spesies tertentu. Kebijakan pembatasan trip penangkapan perlu dilakukan sebagai berikut umlah rawai tuna yang conservative minded atau target reference point atau MEY yaitu 128 trip pada kondisi statik dan 161 trip pada kondisi dinamis dengan tingkat suku bunga sebesar 12% , 181 trip pada lampu kuning (MSY) dan 256 trip pada lampu merah (OA). Hasil penelitian ini hanya berdasarkan data hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, perlu penelitian lanjutan pada lokasi pendaratan lainoleh nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah IOTC sehingga kebijakan penambahan trip dapat dilakukan merata bagi nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan di Wilayah tersebut. Perlu penelitian lanjutan spesies ikan lain selain Tuna agar dapat menggambarkan kondisi prey-predator dalam ekosistem perikanan Tuna.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, K., dan Ursin, E. 1977. A Multispecies Extension to the Beverton and Holt Theory of Fishing, With Account of Phosporus Circulation and Primary Production. The Danish Institute of Fisheries and Marine Research. Danmarks. Fiskeri-og Havuldersgelser, N.S., 7: 319-435.
Beverton, R. J.H., and Holt, S. J., (1957). On Dynamic of Exploited Fish Population. Ministry of Agriculture, Fisheries and Food, London.
Brown, B., J.Brennan, M.Grosslein, E. Heyerdahl, and R. Hennemuth. 1976. The Effect of Fishing on the Marine Finfish Biomass in the Northwest Atlantic from the Gulf of Marine to Cape Hatteras. Int. Comm. Northwest. Atl. Fish. Res. Bull, 12: 49-68.
Charles, A. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Sciences
Chaudhuri, K. 1986. A Bioeconomic Model of Harvesting a Multispecies Fishery. Ecological Modelling, 32 : 267-279.
Clark, C. 1990. Mathematical Bioeconomic: The Optimal Management of Renewable Resources. Wiley Interscience, New York.
Gordon, H. S. 1954. The Economic Theory of A Common Property Resource: The Fishery. J. Polit. Econ., 62:124-142.
Gulland, J. 1974. The Management of Marine Fisheries. Univ. of Washington press., Seattle. FAO, 2012.The State of World Fisheries and Aquaculture. FAO. Rome.
Fauzi, A. 1998. The Management of Competing Multi Species Fisheries : A Case Study of a Small Pelagic Fishery on The North Coast of Central Java. A Thesis Submitted in Partial Fullfilment of The Requirement for the Degree of Doctor of Philosophy. Department of Economics. Simon Fraser University, Canada.
Hartwik, J., 1990. Natural Resources, National Accounting, and Economic Depreciation. Journal of Public Economics, 43:291-304.
Hilborn, R. and C.Walters. 1992. Quantitative Fisheris Stock Assessment Choice, Dynamic and Uncertainty, Chapman and Hall, New York.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana Aksi Nasional : Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Jakarta.
Lotka, A. 1925. Elements of Physical Biology. William and Wilkins Corp., Baltimore.
May, R., J. Beddington, C. Clark, S. Holt, and R. Laws. 1979. Management of Multispesies Fisheries Science, 205 : 267-277.
Panayotou, T. 1985. Small-Scale Fisheries in asia : A Socio Economic Analysis and Policy. IDRC, Ottawa.
Pauly, D. 1979. Theory and Management of Tropical Multispecies Stocks : A review with emphasis on the Southeast Asia Demersal Fishery, ICLARM Stud. Review 1.
Placenti, V., G. Rizzo, and M. Spagnolo. 1992. A Bioeconomic Model For the Optimization of a Multispecies, Multigear Fishery : The Italian Case. Marine Resource Economics, 7: 275-295.
Pope, J. G. 1979. Stock Assessment in Multispecies Fisheries, With Special Reference to The Trawl Fishery in The Gulf of Thailand. South China Sea Fish, Develop, Coop, Programme SCS/DEV/79/19
Schaefer, M. B. 1954. Some Aspect of Dynamics of Population Important to The Management of Commercial Marine Fisheries. Bull. Inter. Amer. Trop. Tuna Comm., 1 : 25-56.
Statistik Perikanan Palabuhanratu 2003-2013. Kantor Palabuhan Perikanan Nusantara, Palabuhanratu. Sukabumi. Jawa Barat.
Tai, S.,Y. 1993. Management if Small Pelagic Fisheries on The Northwest Coast of Peninsular Malaysia : A Bio-Socioeconomic Simulation Analysis. PhD Thesis. Departement of Economic. Simon Fraser University.
Worm, B., Edward, B.B., Nicola, B., J. Emmett Duffy, Carl, F., Benjamin S.H., Jeremy B. C.J., Heike, K.L., Fiorenza, M., Stephen, R.P., Enric, S.,
LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai Target Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Berdasarkan Komoditas Utama Tahun 2010-2014
No Komoditi Nilai Ekspor (US$ Juta)
2011 2012 2013 2014
1 Udang-Shrimp 1.233.373 1.327.954 1.812.891 2.042.576 2 Tuna/Cakalang-Tuna/Skipjack 454.997 481.742 540.135 714.256 3 Sarden Kaleng 34.094 44.944 46.332 62.787 4 Ikan Dasar (Kakap Merah,Putih,
Layur, dll)
676.051 818.744 827.788 1.029.043
5 Kerapu 196.705 239.235 242.124 302.428 6 Kepiting 252.516 262.001 333.424 318.289 7 Tilapia 17.765 21.607 21.868 27.314
8 Bandeng 3.583 4.358 4.411 5.509
9 Rumput Laut 124.981 125.465 125.951 126.097 10 Lainnya 205.937 300.842 303.398 372.190
TOTAL 3.200.000 3.600.000 4.200.000 5.000.000
Sumber : Statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2011
Gambar 2. Produksi Rawai Tuna di Palabuhanratu Tahun 2003-2012
Tabel 2. Hubungan Kompetisi Antar Spesies Dengan Mempetimbangkan Daya Dukung Lingkungan dan Koefisien Ketergantungan Tanpa Kegiatan Penangkapan
K2 21 < K1 K2 21 > K1 K1 12 < K2 Skenario 1 : Salah satu
spesies dapat menjadi kompetitor dominan
Skenario 2 : Spesies ke-2 selalu mengasingkan spesies ke-1
K1 12 > K2 Skenario 3 : Spesies ke-1 selalu mengasingkan (exclude) spesies ke- 2
Skenario 4 : Koeksistensi stabil
Sumber : Anderson and Carlos, 2010
Tabel 3. Tahapan Analisis Parameter Biologi Dengan Menggunakan Model Surplus Produksi Walters dan Hilborn
No. Spesies
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Pelabuhanratu bulanan Tahun 2003-2012 (diolah). Keterangan : (Angka didalam kurung menunjukkan nilai t-statistik); **signifikan pada tingkat 5%
0
Tabel 4. Nilai Parameter Biologi Multispesies Sumberdaya Perikanan Tuna dengan Menggunakan Model Surplus Produksi Walters dan Hilborn
No. Spesies r q K (Ton)
1. Mata Besar 0,3513 0,0012 6.884,0100 2. Albacore 0,4498 0,0105 829,0650 3. Sirip Kuning 0,1397 0,0089 66,1049 Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Pelabuhanratu bulanan Tahun 2003-2012 (diolah).
(a) Tuna Mata Besar
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2010 2011 2012
Prod. Akt ual Prod uksi Lest ari
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Prod. Akt ual Tahun Prod uksi Lest ari
(c) Tuna Sirip Kuning
Gambar 3. Produksi Aktual dan Lestari Multispesies Sumberdaya Perikanan Tuna di Pelabuhanratu Tahun 2003-2012
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Prod. Akt ual Produksi Lest ari
2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Biom ass TBE
0 200 400 600 800 1000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2010 2011 2012
Gambar 4. Estimasi Biomass/Stock Multispesies Sumberdaya Perikanan Tuna (Mata Besar (TBE), Albacore (TNA), Sirip Kuning (TYF)) di Palabuhanratu Tahun 2003-2012
Tabel 5. Koefisien Ketergantungan Antar Spesies Multispesies Sumberdaya Perikanan Tuna di Palabuhanratu
No. Spesies Koefisien Ketergantungan
1. Tuna Mata Besar -2,07E-06
2. Albacore -3,61575E-07
3. Sirip Kuning -1,89016E-08
Sumber : Data sekunder (diolah).
Tabel 4. Hubungan Kompetisi Spesies TBE dengan Spesies TNA di Perairan IOTC Palabuhanratu
Parameter Symbol Nilai Satuan
Carrying Capacity - Spesies 1 (TBE) K1 6.884,0059 Ton Carrying Capacity - Spesies 2 (TNA) K2 829,0649 Ton Intrinsic Growth Rate - Spesies 1 r1 0,3513 1/tahun Intrinsic Growth Rate - Spesies 2 r2 0,4498 1/tahun Initial Biomass - Spesies 1
x1.0 6.099,5872 Ton (Rata-rata Tahun 2003-2012)
Initial Biomass - Spesies 2
x2.0 720,0425 Ton (Rata-rata Tahun 2003-2012)
Parameter Kompetisi Ketergantungan -Spesies 1 12 1,0894 1/Ton Parameter Kompetisi Ketergantungan -Spesies 2 21 0,0179 1/Ton Sumber : Data diolah, 2013
-400 -300 -200 -100 0 100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tabel 7. Hubungan Kompetisi Spesies TBE dengan Spesies TYF di Perairan IOTC Palabuhanratu
Parameter Symbol Nilai Satuan
Carrying Capacity - Spesies 1 (TBE) K1 6884,0059 Ton Carrying Capacity - Spesies 3 (TYF) K3 66,1049 Ton Intrinsic Growth Rate - Spesies 1 r1 0,3513 1/tahun Intrinsic Growth Rate - Spesies 3 r3 0,1397 1/tahun Initial Biomass - Spesies 1
x1.0 6099,5873 Ton (Rata-rata Tahun 2003-2012)
Initial Biomass - Spesies 3 x
3.0 30,7071 Ton (Rata-rata Tahun 2003-2012)
Parameter Kompetisi Ketergantungan -Spesies 1 12 1,0894 1/Ton Parameter Kompetisi Ketergantungan -Spesies 3 31 0,0058 1/Ton Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 8. Kondisi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan Tuna dengan Alat Tangkap Rawai Tuna di Palabuhanratu Wilayah Penangkapan IOTC
Penyusun PROSI DI NG
SI MPOSI UM NASI ONAL
PENGELOLAAN PERI KANAN TUNA BERKELANJUTAN Januari 2015
I SBN: 978-979-1461-47-4 @WWF-Indonesia
Layout dan Desain : M. Rustam Hatala dan M. Yusuf Penerbit : WWF-I ndonesia
Kredit : WWF-I ndonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan serta selesainya penyusunan Prosiding Simposium ini. Prosiding ini terdiri dari kumpulan tulisan mengenai hasil penelitian dan makalah tentang perikanan tuna, baik tuna besar maupun tuna kecil. Prosiding ini berisi 141 tulisan terseleksi dari kurang lebih 180 tulisan yang didaftarkan.
Kegiatan Simposium Nasional dan penyusunan Prosiding ini dilaksanakan atas kerja sama WWF-Indonesia dengan Direktorat Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan Perikanan, yang didukung oleh USAID (United States Agency for International Development) dan MPAG (Marine Protected Area Governance). Simposium ini diikuti oleh pemakalah dari berbagai pihak yaitu Dosen dan Mahasiswa Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Instansi Kelautan Perikanan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyampaian makalah diawali oleh 7 orang ahli sebagai keynote speaker, yaitu:
1. Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Direktur Sumber Daya Ikan – DJPT, KKP 2012-2014) 2. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc (Ketua Ketua Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan). 3. Drs. Agus A. Budhiman, M.Aq (Ketua Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline
Indonesia dan Mantan Direktur Sumber Daya Ikan KKP).
4. Prof. Dr. Indra Jaya (Dekan dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor).
5. Dr. Purwanto (Peneliti Indonesia Marine and Climate Support dan Mantan Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, KKP)
6. Dr. Luky Adrianto (Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor).
7. Dr. Lida Pet-Soede (Deputy Director and Advisor for WWF-Indonesia / WWF Global Marine Program)
Apresiasi khusus kami sampaikan kepada 6 orang moderator yang memfasilitasi pemaparan makalah dan diskusi dalam simposium selama 2 hari yaitu Abdul Ghofar, Agus A. Budhiman, Indra Jaya, Purwanto, Luky Adrianto, dan Wawan Ridwan. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan mendukung kegiatan ini, serta atas partisipasi semua pemakalah dan peserta. Kemudian tidak lupa permohonan maaf yang tulus atas segala kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan Simposium dan Penyusunan Prosiding. Mari kita ambil manfaat dari kegiatan ini demi terwujudnya pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Januari 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Kata Sambutan Direktur Sumber Daya Ikan – Kementerian Kelautan
Dan Perikanan ... xiii
Kata Sambutan Direktur Coral Triangle – WWF-Indonesia ... xiv
Pendahuluan ... 1
Keynote Speaker
Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia (Toni Ruchimat) ... 4
Revitalisasi Usaha Perikanan P/L (Huhate) dalam Penangkapan Ikan Cakalang di
Flores Timur (Agus A. Budhiman) ... 5
Memperkuat Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia ke Depan (Abdul
Ghofar) ... 16
Pengembangan Metode Pengalokasian JTB Kelompok Tuna per Provinsi dalam
Suatu WPP (Indra Jaya) ... 22
Pemodelan Skenario Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Indonesia
(Luky Adrianto, Suryo Kusumo dan Abdullah Habibi) ... 31
Model Pengelolaan Output Penangkapan untuk Penyesuaian terhadap Kuota
Nasional Tuna Sirip Biru Selatan (Purwanto, Lilis Sadiyah dan Fayakun Satria) ... 32
The Paradigm of The Broken Triangle - Addressing The Juvenile Tuna Issue (Lida
Pet-Soede dan Jose Ingles) ... 44
Status Stok Perikanan Tuna
Sintesis dan Summary Bagian 1
Keberlanjutan Stok Tuna-Cakalang-Tongkol (Abdul Ghofar) ... I - 46
Status Perikanan Tuna Di Samudera Hindia, Selatan Prigi – Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur(Irawan Muripto dan Ahmad Ripai) ... I - 53
Hasil Tangkapan dan Daerah Penangkapan Jaring Insang di Laut Cina Selatan
(Arief Wujdi dan Suwarso) ... I - 61
Hasil Tangkapan, Komposisi dan Musim Ikan Tongkol di Perairan Prigi (Arief Wujdi
Studi Aspek Reproduksi Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna), Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) sebagai Dasar Pengelolaan Perikanan Tuna Yang
Berkelanjutan (Budi Wahono dan L.J.L. Lumingas) ... I - 76
Pendugaan Stok Ikan Pelagis Besar Di Perairan Enggano Bengkulu Dengan
Teknologi Akustik (Deddy Bakhtiar) ... I - 82
Laju Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Alat Tangkap
Pole and Line di Laut Seram, Maluku (Haruna dan Early Septiningsih) ... I - 91
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tongkol (Auxis thazard) di Perairan Maluku Tenggara, Provinsi Maluku (Eka Anto Supeni, Erwin Tanjaya dan
Johny Dobo) ... I - 97
Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan Pelagis di Perairan Laut Sulawesi (Endah
Febrianty dan Wahyuni Nasution) ... I - 105
Studi tentang Hubungan antara Jumlah Umpan Hidup dengan Komposisi Hasil Tangkapan pada Perikanan Pole and Line di Perairan Laut Seram, Kabupaten
Maluku Tengah (Erwin Tanjaya) ... I - 113
Analisis Pola Musim Penangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang
Didaratkan di PPN Tamperan Pacitan, Jawa Timur (Helman Nur Yusuf) ... I - 120
Strategi Operasi Penangkapan Perikanan Tuna Skala Usaha Kecil di Perairan
Samudera Hindia (Hufiadi dan Mahiswara) ... I - 128
Aspek Biologi, Alat, Daerah dan Struktur Tangkapan Ikan Madidihang (Thunnus
albacares) di Perairan Sangihe (Karsono Wagiyo) ... I - 139
Analisis Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) pada Daerah Penangkapan dengan Menggunakan Rumpon dan Tanpa Rumpon di
Perairan Barat Laut Banda (Husair, Muslim Tadjuddah, Abdullah, La Anadi,
Ahmad Mustafa,Hasnia Arami) ... I - 148
Kajian Awal Reproduksi Tuna Sirip Kuning dan Cakalang yang Tertangkap di Perairan Nusa Tenggara Timur (Ovie Ningsih, Wilson L. Tisera, Welma Pesulima,
Johanis W. Kiuk, dan Fanny I. Ginzel) ... I - 162
Studi Potensi dan Tingkat Pemnfaatan Tuna di Perairan Manokwari (Paulus Boli,
Fanny Simatauw, Emmanuel Manangkalangi, dan Nurhani Widiastuti) ... I - 168
Perikanan Cakalang dan Tuna di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
(Pelita Octorina dan Neneng Nurbaeti) ... I - 177
Trend Ukuran First Maturity Length Tuna Yellowfin di Samudera Pasifik dan Hindia
(Muhammad Yusuf) ... I - 185
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Rina D’Rita
Estimasi dan Validasi Potensi Ikan Tuna pada Wilayah Pengelolaan Perikanan- Republik Indonesia (WPP-RI) 715 Menggunakan Data INDESO Project (Rizky
Hanintyo) ... I - 195
Kajian Biologi Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut
Flores, Sulawesi Selatan (Warda Susaniati, Achmar Mallawa dan Faisal Amir) ... I - 207
Struktur Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap di WPP
713 dan 573 ... I - 220
Penggunaan Kalender Migrasi Tuna dalam Rangka Mengoptimalkan Pengelolaan Informasi Stok Guna Menuju Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan (Yusri
Maesaroh) ... I - 226
Harvest Control Rules
Sintesis dan Summary Bagian 2
Pengendalian Penangkapan Tuna (Purwanto) ... II - 235
Vulnerability Asssessment of Tunas Fisheries in Northern (Bitung) and Southern (Pelabuhanratu and Malang) Indonesia: Based on MSC Approach (Yonvitner,
Maskur Tamanyira dan Abdullah Habibi) ... II - 241
Analisis Tangkapan Sampingan Hiu pada Alat Tangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Dwi Ariyogagautama, Imam Musthofa Z. dan Teguh
Prawira) ... II - 254
Harvest Control Rule dalam Mendukung Pengelolaan Perikanan Umpan yang Berkelanjutan di Flores Timur (Saraswati Adityarini, Abdullah Habibi, Imam
Syuhada, dan Adrian Damora) ... II - 262
Daya Dukung Tingkat Pemanfaatan Stok Ikan Teri Merah (Encrasicholina
heteroloba) dalam Mendukung Perikanan Tuna Cakalang (O.T.S. Ongkers) ... II - 271
Distribusi Laju Pancing dan Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia Bagian Timur (Arief Wujdi, Ririk
Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman) ... II - 290
Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan Belitung (Ardiansyah Kurniawan, Muhammad Fajar,
Ilhafuroihan Apriliazmi dan Aditya Nugraha) ... II - 297
Ukuran Layak Tangkap dan Dinamika Temporal Ikan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Delly Dominggas
Paulina Matrutty) ... II - 309
Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) Perikanan Tuna di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (Juhrin, Irwan Maulana dan Nurliah Buhari) ... II - 317
Ikhtisar Hasil Tangkapan Sampingan dan Terbuang dari Armada Perikanan Rawai
Struktur Ukuran Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Ambon dan
Implikasinya Bagi Pengelolaan (Augy Syahailatua dan La Pay) ... II - 325
Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Penangkap Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Indramayu, Jawa Barat
(Lantun Paradhita Dewanti, Dulmiad Iriana, Junianto, dan Alexander M. Khan) ... II - 330
Hubungan Panjang Bobot dan Struktur Ukuran Ikan Madidihang (Thunnus
albacares) di Perairan Laut Banda (Umi Chodrijah) ... II - 341
Analisis Kenaikan Rata-Rata Incidental Catch pada Rawai Tuna di PPS Bungus
(Hanityo Adi Nugroho) ... II - 349
Kondisi Stok Ikan Tongkol Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek dan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 573) Sub Area
Jawa Timur (Tri JokoLelono) ... II - 353
Kematangan Gonad dan Ukuran Layak Tangkap Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur (Prawira A.R.P. Tampubolon, Irwan
Jatmiko, Hety Hartaty,dan Andi Bahtiar) ... II - 362
Estimasi Potensi Produksi Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Kepala Burung Pulau Papua (Studi Kasus pada Daerah Fishing Ground Nelayan Kabupaten dan Kota Sorong serta Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat (Alianto,
Hendri dan S. Manaf) ... II - 370
Potensi Reproduksi Tuna Madidihang Thunnus albacares di Selat Makassar (Wayan
Kantun, Syamsu Alam Ali, Achmar Mallawa dan Ambo Tuwo) ... II - 376
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Menggunakan Pancing Rumpon di Samudera
Hindia Selatan Pelabuhanratu ... II - 390
Dinamika Pemanfaatan Madidihang (Thunnus albacares, Bonnaterre, 1788) Hasil Pendaratan PPN Prigi, Jawa Timur (Hilmy Yashar Febriansyah, Yonvitner,
Achmad Fachrudin) ... II - 399
Laju Degradasi Sumber Daya Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Lugas Lukmanul Hakim dan Rega
Permana) ... II - 407
Implementasi I-FISH pada Perikanan Pancing Tuna Berbasis Labuhan Lombok,
Nusa Tenggara Barat (M. Badrudin dan M. Lutfi) ... II - 417
Struktur Populasi Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Kepulauan Indo-Malaya: Analisis Control Region, DNA Mitokondria (Ni Putu Dian Pertiwi, Andrianus Sembiring, Angka Mahardini, Ni Kadek Dita Cahyani, Aji Wahyu Anggoro, Budi
Nugraha, Ririk Kartika Sulistyaningsih, Irwan Jatmiko, dan IGNK Mahardika) ... II - 438
Analisis Kebiasaan Ikan Hiu yang Tertangkap sebagai Bycatch pada Penangkapan Ikan Tongkol Menggunakan Alat Tangkap Gill Net di Kabupaten Indramayu, Jawa
Sebaran Ukuran, Pola Pertumbuhan dan Produksi Tangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares Bonnterre, 1788) di Perairan Barat Sumatera,
Indonesia (Vany Helsa Anwar, Indra Junaidi Zakaria dan Toufan Phardana) ... II - 459
Proporsi Hasil Tangkapan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) pada Perikanan Pukat Cincin di Samudera Hindia: Studi Kasus Kapal INKA MINA 27 di Pacitan
(Wahyuni Nasution, Mahiswara dan Helman Nur Yusuf) ... II - 465
Model Dinamis Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Perikanan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Eko Sri Wiyono,
Sugeng Hari Wisudo, Tri Wiji Nuraini, dan Ari Purbayanto) ... II - 474
Distribusi Ukuran Tangkap untuk Penentuan Selektivitas Alat Tangkap Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573 (Yoke Hany
Restiangsih, Tegoeh Noegroho, Umi Chodrijah, dan Endah Febrianty) ... II - 484
Peran Longline dalam Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar:
Mungkinkah Memicu Gejala Overfishing di Laut Palabuhanratu? (Warsono El Kiyat) II - 495
Perkembangan Teknologi dan Armada Tangkap Perikanan Tuna Yang Berkelanjutan
Sintesis dan Summary Bagian 3
Teknologi dan Observasi Penangkapan Tuna-Tongkol-Cakalang
(Indra Jaya) ... III - 506
Sebaran Tuna dan Suhu Perairan pada Musim Timur dan Barat Berdasarkan Data Hasil Tangkapan dan ARGO FLOAT di Samudera Hindia (Roy Kurniawan, Agus
Hartoko dan Suradi Wijaya) ... III - 511
Pola Produksi Ikan Pelagis Besar (Tongkol, Cakalang, Tuna) Menggunakan Pancing Ulur di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Alfa F.P. Nelwan, Mukti Zainuddin dan
Muh. Kurnia) ... III - 520
Keterkaitan Antara Dinamika Perikanan Cakalang dan Dinamika Oseanografi di Perairan Barat dan Selatan Provinsi Maluku Utara (Amirul Karman, Sulaeman
Martasuganda, M. Fedi A. Sondita, dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 532
Disain Kapal Ikan Tuna Long Line Berdasarkan Hook Rate (Sunardi dan Achmad
Baidowi) ... III - 550
Stabilitas Beberapa Kapal Tuna Longline di Indonesia (Yopi Novita dan Budhi
Hascaryo Iskandar) ... III - 555
Studi Tingkah Laku Ikan Madidihang (Thunnus albacares) terhadap Aktifitas Makan
(Wahyudi Prawiro, Priyanto Rahardjo, Abdul Rahman, dan Syarif Syamsudin) ... III - 564
Penentuan Karakteristik Hotspot Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone (Ady Jufri, Mukti Zainuddin, Muhammad Anshar Amran,
Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Aspek Biologi Cakalang (Katsuwonus pelamis) Hasil Tangkapan Huhate di Bitung (Agus Setiyawan, A. Anung Widodo dan Candra
Nainggolan) ... III - 581
Perekayasaan Rumpon Pertengahan untuk Penangkapan Ikan Pelagis Besar di
Perairan Selatan Jawa (Agus Suryadi dan Tri Wahyu Wibowo) ... III - 589
Influence of Temperature on Tuna Catched in East Flores, East Nusa Tenggara Province, Indonesia (Alfed Kase, Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma
Pesulima, Ovie Ningsih, dan Maria R. Naguit) ... III - 598
Kajian Daerah Penangkapan Potensial Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tongkol (Euthynnus affinis) Menggunakan Analisis Spasial di Perairan
Pelabuhanratu (Amanatul Fadhilah, Agus Hartoko dan Max R. Muskananfola) ... III - 606
Pemetaan Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a untuk Menentukan Fishing Ground Potensial (Tuna) Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh pada Musim
Timur di Selat Bali (Ari Soebekti, Agus Adinugroho S. dan Alfi Satriadi) ... III - 618
Efektifitas Penggunaan AFD (Attractors Fish Depth) sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Tuna yang Ramah Lingkungan di Wilayah Perairan Selatan Jawa, Sendang Biru
Malang (Donny Dwi Ari Prayoga dan Sembadhani Bayu) ... III - 628
Pemetaan Kelayakan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Bagi Unit Penangkapan Pole and Line di Perairan Teluk Bone (Fitri Indahyani, Mukti
Zainuddin dan Aisjah Farhum) ... III - 637
Analisis Hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit MODIS dan SUB-
SURFACE TEMPERATURE Data ARGO FLOAT Terhadap Hasil Tangkapan Tuna
di Samudera Hindia (Geetruidha Adelheid Latumeten, Agus Hartoko dan Frida
Purwanti) ... III - 644
Studi Parameter Lingkungan Perairan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Gondol, Bali (Makhzanil Asywaq, Priyanto Rahardjo, Basuki Rachmad, dan Dadan
Zulkifli) ... III - 655
Cedera dan Praktek Keselamatan Kerja pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara (N. Alimina, B. Wiryawan, D.R. Monintja, T.W. Nurani,
dan A.A. Taurusman) ... III - 663
Hubungan Ukuran Ikan Terhadap Jangkauan Penglihatan Pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Hasil Tangkapan Alat Tangkap Pancing (Handline) di Pulau
Bawean, Kabupaten Gresik (R. Adi Kurniawan dan Fuad) ... III - 673
Kajian Produktivitas Alat Tangkap Tuna Longline di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus, Sumatera Barat (Lantun Paradhita Dewanti, Alexander M.A. Khan,
Dulmiad Iriana, Sriati, dan Rita Rostika) ... III - 682
Palca Wave Energy As Electric Convertion (PW GASCIN) Inovasi Energi Alternatif
Konstruksi dan Produktivitas Rumpon Portable Tuna di Perairan Palabuhanratu,
Jawa Barat (Roza Yusfiandayani, Indra Jaya dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 698
Teknik Penangkapan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Pancing Ulur dengan Kapal Latih KM. COELACANTH di Perairan Maluku (Samuel Hamel, Saeful A. Tauladani,
Karyanto, Frangky Darondo, M, Zainul Arifin, dan Peggy Pontoh) ... III - 712
Deskripsi Daerah Penangkapan Pancing Ulur dan Hubungannya dengan Faktor Oseanografi yang Berpangkalan di Kabupaten Majene (Sudarman, Mukti Zainuddin
dan Alfa F.P. Nelwan) ... III - 718
Penggunaan Jaket Tuna pada Penangkapan Tuna dengan Pancing Ulur di Perairan
Palabuhanratu (Ambar Prihartini dan Suwardiyono) ... III - 728
Pemetaan Sebaran Klorofil-A Citra Satelit Aqua Modis untuk Pendugaan Daerah Penangkapan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Hasil Tangkapan Purse Seine di Sumatera Barat (T. Ersti Yulika Sari, Usman dan
Farian Sukandi) ... III - 736
Strategi Pemanfaatan Rumpon pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Sulawesi Utara (Widhya Nugroho Satrioajie, Evert de Froe, Paul van Zwieten, Sam Wouthuyzen,
dan Adriaan Rijnsdorp) ... III - 744
Pasar Perikanan Tuna yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
Sintesis dan Summary Bagian 4-5
Ekonomi dan Bisnis Tuna-Tongkol-Cakalang (Agus A. Budhiman) ... IV - 754
Komoditi Perikanan Tuna, Tongkol dan Cakalang dalam Menunjang Industri di
Provinsi Sumatera Barat (Eni Kamal) ... IV - 760
Penyiapan Sistem Ekolabel Tuna Skema LEI Ekolabel Tuna, Trend Pasar dan Daya
Saing (Fadil Nandila dan Diah Suradiredja) ... IV - 770
Pendekatan Bioekonomi Multispesies untuk Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Indonesia: Evaluasi Perikanan Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi,
Jawa Barat (Nimmi Zulbainarni dan Ade Imam Purnama) ... IV - 774
Analisis Efisiensi Usaha Penangkapan Tuna Berkelanjutan (Studi di Sendang Biru,
Kabupaten Malang, Jawa Timur) (Anthon Efani) ... IV - 790
Kajian Bioekonomi Ikan Cakalang (Thunnus sp.) di Provinsi Maluku Utara
(Mutmainnah) ... IV - 779
Perilaku Ekonomi Nelayan Ikan Tuna dalam Kerangka Industrialisasi Perikanan
(Arif Rachman) ... IV - 810
Rancangan Sistem Dokumen Berbasis Komputerisasi untuk Penerapan Program Traceability di Industri Pengolahan Tuna Loin Beku (Bambang Riyanto, Wini
Keuntungan, Kelestarian dan Harmoni Tuna (Studi Kasus di Sendang Biru, Malang)
(M. Zainal Fanani dan Muhammad Zainal Arifin) ... IV - 832
Struktur dan Stabilitas Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Tradisional Penangkap
Tuna di Indonesia (Studi Kasus Nelayan di Kabupaten Malang dan Kota Bitung) ... IV - 844
Penerapan Palka Ikan Berinsulasi pada Perahu Motor Nelayan Penangkapan Ikan
Tuna di Maluku (Muhammad Najib) ... IV - 853
Pengawasan Lalu Lintas Tuna Tongkol Cakalang (TTC) melalui Pendekatan
Sertifikasi di Kota Palu (Muhammad Zamrud) ... IV - 862
Upaya Budidaya Bandeng Umpan di Kabupaten Pesisir Selatan - Sumatera Barat
(Nofrin Yani dan Meriussoni Zai) ... IV - 868
Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar yang Baik di Kapal Nelayan Handline PPI Donggala (Normawati K. Mboto, Tri Wiji Nurani, Sugeng H. Wisudo, dan
Mustaruddin) ... IV - 876
Penerapan Traceability Pemasaran Tuna dan Mendukung Sistem Logistik Ikan
Nasional (SLIN) (Novia Nurul Afiyah, Trio Budi Setyawan dan Miftachul Huda) ... IV - 885
Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Tuna : Studi Kasus Nelayan Tuna di Dusun Wuring,
Flores, Nusa Tenggara Timur (Nurlaili) ... IV - 890
Pemasaran Ikan Cakalang di Dermaga Beba Desa Tamasaju, Kacamatan Galut,
Kabupaten Takalar (Nurliati Maria) ... IV - 900
Subsidi “Rumpon Tuna” Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Nelayan Tuna Skala Kecil (Sebuah Usulan Kebijakan) (Rizki Aprilian Wijaya dan Andrian
Ramadhan) ... IV - 912
Histamin dan Identifikasi Bakteri Pembentuk Histamin Pada Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) (Stevy Imelda Murniati Wodi, Wini Trilaksani dan
Mala Nurilmala) ... IV - 169
Pengoptimalan Pengolahan Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) sebagai Bahan
Makanan Pendamping (Bubur) ... IV - 177
Pengolahan Limbah Kulit Tuna Industri Fillet menjadi Produk Fashion sebagai
Upaya Peningkatan Daya Saing Perikanan Nasional (Putu Ary Dharmayanti) ... IV - 992
Persyaratan dan Resolusi Perikanan Tuna Internasional
Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Regional Fisheries Management
Organization (Ainnur Rochmatin Fitriana) ... V - 944
Politik Hukum Pengelolaan Perikanan Tuna Di Laut Lepas Oleh RFMO (Akhmad
Kajian Implementasi Traceability Berbasis Standar ISO 28000 pada Rantai Pasok Tuna Beku di Jakarta (Wini Trilaksani, Bambang Riyanto dan
Bayu Ardy Kresna) ... V - 962
Perdagangan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Sadarma Suhaim Saragih) ... V - 976
Konsekuensi Hukum Penerapan Aturan RFMO pada Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Tuna di Indonesia (Bayu Vita Indah Yanti dan Catur
Wulandari) ... V - 987
Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan
dalam Menghadapi Tantangan Pasar Global (Indra Lesmana) ... V - 994
Kebiijakan Dan Pengelolaan Tuna Yang Berkelanjutan
Sintesis dan Summary Bagian 6
Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna-Tongkol-Cakalang
(Luky Adrianto) ... VI - 1004
Evaluasi Pengelolaan Rumpon Tuna (Thunnus albacares) dan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) yang Ramah Lingkungan (Priyanto Rahardjo dan Aris Widagdo) ... VI - 1012
Status Pengelolaan Perikanan Tuna dengan Pendekatan Ekosistem di Nusa Tenggara Barat (Nurliah Buhari, Sitti Hilyana, Ayu Adhita Damayanti, Rovina Andriani, dan
Muhammad Masyarul Rusdani) ... VI - 1017
Penilaian Indikator EAFM untuk Perikanan Tuna Indonesia (Aris Widagdo, Priyanto
Rahardjo, Toni Ruchimat, Purwito, Luky Adrianto, dan Abdullah Habibi) ... VI - 1025
Pengontrolan Perikanan Tuna di Wilayah Indonesia dengan Metode Linear Program
(Destyariani Liana Putri dan Widi A. Pratikto) ... VI - 1032
Kebijakan Penataan Rumpon dan Armada Pukat Cincin di Indonesia (Arifsyah M.
Nasution) ... VI - 1040
Peringatan Dini Terhadap Status Ikan Tuna Berdasarkan Data Lalu Lintas Pengiriman Tuna Melalui Pintu Bandara dan Pelabuhan di Kendari,
Sulawesi Tenggara (Abdul Rachman) ... VI - 1047
Revitalisasi Perikanan Tangkap Di Sumatera Barat dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Berkelanjutan di Samudera Hindia
(Alfian Zein) ... VI - 1056
Manajemen Adaptif (Adaptive Management): Strategi Pengelolaan Tuna yang
Berkelanjutan (Anwar Syarif) ... VI - 1063
Potensi dan Pemanfaatan Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard) di Perairan Selat Malaka,
Potensi Lahan Untuk Usaha Perikanan Budi Daya Ikan Tuna di Perairan Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara (Edwin L.A. Ngangi, Isrojati J. Paransa dan Indri S.
Manembu) ... VI - 1079
Distribusi dan Jarak Pemasangan Rumpon Laut Dalam dalam Upaya Pengelolaan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Studi Kasus di Kendari, Maumere, Ambon dan Pelabuhan Ratu) (Ignatius Tri Hargiyatno, Regi Fiji Anggawangsa, Andrias S.
Samusamu, dan Agustinus A. Widodo) ... VI - 1085
Permasalahan Pengelolahan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Perairan Pesisir
Utara Provinsi Papua (John D. Kalor) ... VI - 1091
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudra Hindia Bagian Timur (Jonson Lumban
Gaol I Wayan Nurjaya dan Khairul Amri) ... VI - 1099
Analisis Kebijakan Terhadap Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Tuna di Provinsi
Sumatera Barat (Lengga Pradipta) ... VI - 1108
Reorientasi Pengelolaan Perikanan Tuna dalam Pembangunan Nasional
(Muh. Ishaq Hasan) ... VI - 1118
Komposisi Hasil Tangkapan dan Laju Pancing Rawai Tuna yang Berbasis di
Pelabuhan Benoa (Mulyono S. Baskoro, Budi Nugraha dan Budy Wiryawan) ... VI - 1126
Pengelolaan Perikanan Madidihang Studi Kasus Pancing Ulur di Laut Maluku yang
Berbasis di Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Novie Wijaya) ... VI - 1143
Sero Alat Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang Ramah Lingkungan dan
Berkelanjutan serta Kearifan Lokal Suku Bajo (Parman) ... VI - 1149
Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis (Layang, Tongkol dan
Cakalang) pada WPP 716 Nelayan Lokal Soma Pajeko Teluk Labuan Uki, Kabupaten
Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara (Ridwan Lasabuda) ... VI - 1155
Kinerja Alat Tangkap Berdasarkan Kriteria Ramah Lingkungan pada Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil di Perairan Selatan Jawa (Tegoeh Noegroho, Mahiswara dan
Hufiadi) ... VI - 1164
Pemanfaatan Tuna Neritik Dengan Alat Tangkap Payang di Perairan Palabuhanratu
Samudera Hindia (Thomas Hidayat dan Tegoeh Noegroho) ... VI - 1176
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tuna (Mata Besar/Thunus obesus dan Sirip Kuning/Thunus albacares) yang Berkelanjutan di Kota Padang (Tomi
Ramadona) ... VI - 1183
Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tuna (Thunnus spp.) Berkelanjutan Berbasis Penerapan LAC (Limit of Acceptable Change) di Perairan Selatan Sendang Biru,
Hasil Tangkapan Ikan Tuna pada Perikanan Pancing Tonda dengan Menggunakan Alat Bantu Rumpon di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa (Tri Wiji Nurani, Sugeng Hari Wisudo, Prihatin Ika Wahyuningrum, Risti Endriani Arhatin, dan
Didin Komarudin) ... VI - 1200
Profil Perikanan Tuna di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma Pesulima, Ovie Ningsih,
Maria R. Naguit) ... VI - 1209
Clusterisasi Migrasi Ikan Tuna, Tongkol dan Cakalang di Teluk Bone dan Peran
Daerah dalam Pengelolaan Berkelanjutan (Yusli Sandi) ... VI - 1218
Kajian Musim Penangkapan Ikan Tuna di Perairan Laut Bengkulu
(Dede Hartono) ... VI – 1232
Status Keberlanjutan Perikanan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Di
Teluk Tomini Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo (Zulkifli Arsalam MoO) ... VI – 1238
Penutup
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR SUMBER DAYA IKAN – KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas terbitnya ProsidingSimposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan. Prosiding ini merupakan kumpulan tulisan yang terpilih dalam Simposium Nasional, yang telah terlaksana pada tanggal 10-11 Desember 2014. Simposium Nasional tersebut dilaksanakan atas kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan (SDI) – Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WWF-Indonesia. Atas nama jajaran Direktorat SDI-KKP, saya mengucapkan terima kasih kepada WWF-Indonesia atas kerja sama ini.
Kegiatan simposium dan prosiding perikanan tuna ini merupakan salah satu kebutuhan untuk referensi kita dalam melakukan pengelolaan perikanan tuna secara berkelanjutan. Indonesia merupakan salah satu negara penting secara global dalam perikanan tuna. Pada tahun 2010-2013, rata-rata produksi tahunan Indonesia mencakup tuna dan neritik tuna mencapai 1,1 juta ton/tahun. Pasar ekspor yang potensial untuk Indonesia meliputi Jepang, Amerika, dan beberapa negara di Uni Eropa. Hal tersebut menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara utama produsen tuna di dunia.
Jenis-jenis tuna merupakan spesies yang beruaya jauh, yang pengelolaanya merupakan pengelolaan bersama, lintas daerah, provinsi dan bahkan lintas negara. Indonesia dianugerahi perairan yang menjadi habitat penting dan kritis bagi tuna. Untuk itulah Indonesia harus bisa mengemban tanggungjawab tersebut untuk mengelola tuna dengan baik. Terdapat banyak permasalahan yang dihadapi perikanan tuna di Indonesia, seperti aspek pengelolaan, sumber daya, teknologi, hingga aspek data dan informasi. Hal tersebut hendaknya dapat dikelola dengan baik untuk mendukung keberlanjutan stok sumberdaya tuna guna mendukung kelangsungan usaha, serta bisnis tuna Indonesia. Perkembangan dan kecenderungan permintaan pasar akan produk tuna yang ramah lingkungan pun menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.
Prosiding Simposium Nasional Perikanan Tuna ini, diharapkan dapat menghadirkan informasi-informasi ilmiah terkini untuk menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan perikanan tuna di Indonesia. Penelitian yang telah dilaksanakan dan dipublikasikan telah menunjukkan komitmen dan keinginan berbuat sesuatu yang lebih baik untuk pengelolaan perikanan tuna di Indonesia secara bijak, demi keberlanjutan stok sumber daya perikanan tuna di perairan laut Indonesia, untuk kesejahteraan nelayan, dan seluruh masyarakat, serta bangsa Indonesia secara keseluruhan. Saya sebagai Direktur SDI, memberikan apresiasi atas terbitnya prosiding ini yang memuat tulisan mengenai pengelolaan perikanan tuna di Indonesia dari berbagai kalangan peneliti dan praktisi perikanan tuna. Semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari prosiding ini.
Terima kasih kepada WWF-Indonesia yang telah memfasilitasi pelaksanaan Simposium dan penerbitan Prosiding ini, serta semua pihak yang telah terlibat, serta telah mendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia selama ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan selalu berkomitmen dan bertanggung jawab, serta menjadi yang terdepan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Januari 2015
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR CORAL TRIANGLE – WWF-INDONESIA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan bimbingan yang telah diberikan kepada kita semua khususnya yang secara langsung terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan “Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan” dari mulai persiapan, pelaksanaan, hingga tersusunnya prosiding ini. Pada kesempatan ini sekali lagi saya informasikan bahwa kegiatan simposium yang diselenggarakan pada tanggal 10-11 Desember 2014 di Hotel Mercure, Bali ini telah terselenggara dengan baik melalui kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan WWF-Indonesia. Penyelenggaraan simposium ini bertujuan untuk mendapatkan kajian terbaru terkait perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia, serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan kebijakan dan pengelolaan perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia.
Melihat banyaknya para pihak yang tertarik dan terlibat aktif dalam simposium ini, terutama dari para peneliti muda, maka WWF berkeinginan agar simposium tentang tuna ini dapat dilakukan secara reguler minimum 2 tahun sekali agar aspek-aspek yang yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan dalam upaya perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia seperti aspek ekologi, teknologi penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dapat terus diperbaharui (di-update). WWF-Indonesia sangat bangga telah dapat menyelenggarakan simposium ini dalam skala nasional yang bisa menghadirkan lebih dari 200 orang peneliti dengan 141 makalah telah dipresentasikan. Makalah-makalah tersebut disentesis dengan cermat oleh para ahli dibidangnya, yaitu: 1) Dr. Abdul Ghofar, 2) Drs. Agus A. Budhiman,M.Aq 3) Prof. Dr. Indra Jaya, 4) Dr. Purwanto, dan 5) Dr. Luky Adrianto, kemudian dirangkum dalam bentuk Prosiding ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya atas nama WWF-Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tinggi kepada Direktur Sumber Daya Ikan Bapak Dr. Ir. Toni Ruchimat, dan Bapak Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Ikan ZEE Bapak Saut Tampubolon, S.Sos, MM, beserta staf yang telah mendukung sepenuhnya atas penyelenggaraan simposium ini. Ucapan yang sama saya sampaikan pula kepada para Narasumber yang sekaligus juga menjadi Moderator dan Reviewer hasil-hasil simposium hingga menjadi sebuah prosiding yang lengkap. Ucapapan terima kasih juga disampaikan kepada semua Pemakalah dan peserta seluruhnya atas partisipasi aktif dalam simposium ini disertai iringan doa semoga sumbangsih ilmu pengetahuan yang telah dikonstribusikan dalam simposium ini menjadi bukti dharma bakti bagi perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia dan juga sebagai wujud amal Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini pula saya memberikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada seluruh panitia dan staf WWF yang telah bekerja keras dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan simposium ini hingga tersusunnya prosiding ini.
Akhirnya saya ingin menyampaikan semoga Prosiding ini bermanfaat dan menambah pustaka kita semua. Amiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Januari 2015