THE EFFECTS OF INTERNAL AUDIT FUNCTION, COMPLEXITY AND COMPANY SIZE TO AUDIT FEE
(An Empirical Study on Manufacturing Companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
DITA NURWULANSARI 20130420021
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
kesulitan ada kemudahan” . (QS. Al-Insyiraah: 5-6)
“Dia (Musa) berkata,”Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti
perkataanku”. (QS. Thaahaa: 25-28)
“Janganlah takut akan perubahan yang terjadi, perubahan itu akan membawa
vi Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tua Tercinta, Ayah dan Ibu yang sudah merawat, mendidik dan
mencurahkan kasih sayang kepadaku hingga saat ini. Terimakasih untuk
segala dukungan dan do’a yang tiada henti supaya putrinya dapat
mencapai cita-citanya.
2. Ketiga kakakku tercinta. Alandari Barliana Wachyudin, Deriansyah
Wachyudia dan Lea Andarini serta Kakak iparku Yuni Catur Utami dan
Acep Kurniawan. Terimakasih sudah memberikan semangat adiknya dan
do’a yang tak pernah putus.
3. Keempat Keponakanku tercinta. Muhammad Fathin , Nailah , Muhammad
Fathan dan dede Khay. Terimakasih sudah menjadi penghibur tante disaat
mengerjakan skripsi ini. Mudah-mudahan kalian menjadi anak yang
sholeh dan sholehah.
4. Kepada teman spesialku Ridwan Permadi. Terimakah selalu
menyemangatiku sampai saat ini. Semoga kamu selalu diberi kelancaran
dalam menyelesaikan kuliahnya dan diberikan kesuksesan atas apa yang
kamu usahakan.
5. Kepada Mutiara Dewi, teman sepejuangan asrama, organisasi HIMA,
hingga pendadaran bisa bareng. Terimakasih sudah memberikan cerita dan
vii
A. Terimakasih atas dukungan kalian dan semoga kalian sukses selalu.
7. Semua pihak yang membantu selama kuliah sampai terselesainya skripsi
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.ii HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... viii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ...10
xiii
3. Audit Internal ... 15
4. Kompleksitas ... 20
5. Ukuran Perusahaan ... 21
6. Fee Audit ... 22
B. Hipotesis ... 25
C. Model Penelitian ... 31
BAB III MODEL PENELITIAN ... 32
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 32
B. Jenis Data ... 32
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
F. Uji Kualitas Data ... 36
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 43
B. Uji Kualitas Data ... 44
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)... 49
D. Pembahasan ... 54
xiv
A. Simpulan ... 59
B. Saran ... 60
C. Keterbatasan Penelitian ... 61
DAFTAR PUSTAKA
xv
4. 1. Model Pengambilan Sampel Penelitian ... 43
4. 2. Statistik Deskriptif ... 44
4. 3. Hasil Uji Normalitas ... 46
4. 4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 46
4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) ... 47
4. 6. Hasil Uji Autokorelasi ... 48
4. 7. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 50
4. 8. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Kedudukan Internal Auditor dalam Struktrur Organisasi Perusahaan ... 20
THE EFFECTS OF INTERNAL AUDIT FUNCTION, COMPLEXITY AND COMPANY SIZE TO AUDIT FEE
(An Empirical Study on Manufacturing Companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015)
Oleh:
DITA NURWULANSARI 20130420021
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
vii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan terhadap fee audit dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Fungsi audit internal diukur menggunakan jumlah aktivitas audit internal yang terdapat di perusahaan pada tahun berjalan, kompleksitas diukur menggunakan jumlah anak perusahaan dan ukuran perusahaan diukur dengan total asset kemudian diubah dalam bentuk logaritma natural.
Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak 20 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun dan metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda pada program SPSS versi 22. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit sedangkan fungsi audit internal dan kompleksitas tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit.
viii ABSTRACT
This research was aimed at analyzing the effects of internal audit function, complexity and size of companies toward audit fee in the annual report of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015. The function of internal audit is measured using internal audit activities in companies in the current year, complexity is measured using the number of subsidiary companies and the size of companies is measured with the total asset then it is changed into natural logarithm.
The number of manufacturing companies that becomes the sample of this research consists of 20 companies with observation during 3 years and the sampling method was done using Purposive Sampling. The analysis instrument was using Multiple Regression with SPSS program version 22. Based on the analysis, the result of company size has positive significant effect towards audit fee, while the function of internal audit and complexity does not significantly effect audit fee.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang
didapatkan dari suatu perusahaan. Perusahaan membuat laporan keuangan
guna untuk memberikan informasi bagi pihak internal maupun eksternal
tentang keadaan kondisi perusahaan terhadap laporan neraca, laporan arus
kas, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada
penyampaiannya laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan
harus menunjukkan informasi yang benar, jujur, akurat dan bebas dari
tindakan atau kegiatan pemanipulasian angka-angka akuntansi. Manajer
memiliki informasi menyeluruh terhadap kinerja perusahaan yang
kemudian disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan dilaporkan
kepada pemilik perusahaan serta pihak eksternal seperti investor, kreditur
dan masyarakat umum.
Manajer pada perusahaan berperan sebagai agent yang mempunyai
tanggungjawab untuk mengelola dan melaporkan aktivitas perusahaan
kepada stakeholder. Stakeholder mempunyai peran sebagai principals,
pemilik perusahaan atau yang menunjuk dan memberikan kepercayaan
diawasi oleh stakeholder dalam menjalankan perusahaan, sehingga dapat
terjadi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan.
Stakeholder pun tidak menginginkan terjadinya manipulasi laporan
keuangan yang disengaja untuk keuntungan pribadi bagi manajer, maka
kegiatan audit mempunyai peran penting untuk mengawasi hubungan
antara manajer dan stakeholder. Proses audit pada perusahaan memerlukan
jasa dari akuntan publik guna untuk memeriksa laporan keuangan.
Akuntan publik yang memberikan jasa audit untuk memeriksa
laporan keuangan perusahan adalah auditor eksternal. Menurut Mulyadi
(2010) menyatakan auditor independen adalah auditor profesional yang
menyediakan jasanya kepada masayarakat umum, terutama ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan: kreditur,
investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).
Dalam SA Seksi 110 (PSA 02) yang mengatur tentang Tanggung
Jawab dan Fungsi Auditor Independen yang berkaitan dengan proses
laporan keuangan perusahaan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh
auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekutitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor eksternal merupakan salah satu pihak eksternal dari
perusahaan. Perusahaan menggunakan jasa dari auditor untuk memberikan
3
menggunakan jasa dari auditor ekstenal akan mengeluarkan biaya untuk
membayar jasa auditor eksternal. Terkait honorarium auditor eksternal
telah dijelaskan dalam Kode Etik Akuntan Publik tahun 1986 Bab VII
pasal 20 yang menyebutkan bahwa seorang akuntan publik berhak
menerima honorarium untuk kemahiran pengetahuan yang ia berikan
kepada pekerjaan profesional. Honorarium kepada akuntan publik atau
auditor eksternal sering dikenal dengan istilah fee. Menurut Rimawati
(2011) dalam Hapsari (2013), semakin besar jasa audit yang dilaksanakan
oleh auditor eksternal, maka semakin besar fee yang akan diberikan oleh
klien, dan indikasi berkurangnya independensi auditor semakin tinggi.
Adapun kasus yang terjadi pada berkurangnya independensi
auditor eksternal yaitu terjadi pada Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen, yang mengaudit laporan keuangan perusahaan Enron. Kasus
tersebut lebih dikenal dengan disebut kasus Enron. Penyebab pada kasus
Enron, yaitu Arthur Andersen selaku auditor eksternal berperan juga
sebagai auditor internal pada perusahaan Enron serta fee yang diberikan
kepada Arthur Endersen melebihi fee yang seharusnya diterima oleh
auditor eksternal.
Pada November 2013 terkait isu fee audit di Indonesia, Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengusulkan kepada Komisi Pemilihan
Umum (KPU) untuk menaikkan fee audit dana kampanye Pemilu 2014.
Audit dana kampanye 2014 mengharuskan akuntan publik melakukan dua
kepatuhan. Dua pekerjaan audit itu membutuhkan waktu dan biaya
operasional akuntan publik meningkat dibandingkan dengan pemilu 2009
yang hanya mengaudit Agreed Upon Prosedur (AUP). Sementara pada
saat itu KPU menetapkan fee audit sama dengan audit Pemilu tahun 2009
(Sumber: akuntanonline.com). Seharusnya dengan bertambahnya
pekerjaan audit atau dengan adanya kompleksitas dalam proses audit maka
akan meningkatkan fee audit yang diterima oleh auditor eksternal.
Menurut Gatot dalam Aryani (2011), pasar audit di Indonesia
sangat ketat dan tidak hanya didominasi oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang terdaftar menjadi big four saja. Pasar audit di Indonesia juga
masih bersifat cost focus dibandingkan brand/quality focus. Hal tersebut
berarti bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia kebanyakan masih
mempertimbangkan pemilihan Kantor Akuntan Publik (KAP) melalui fee
audit daripada kualitas ataupun nama KAP.
Indonesia memiliki Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang
mengeluarkan kebijakan dan aturan terkait akuntan publik. IAPI
mengeluarkan surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2
Juli 2008 tentang kebijakan penentuan fee audit, panduan ini dikeluarkan
sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan
besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan dari
kliennya. Ketentuan tersebut berlaku hingga sekarang, tetapi hingga saat
5
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan Penentuan fee audit belum
dapat dilaksanakan dengan maksimal mungkin dan perlunya revisi
terhadap kebijakan tersebut. Selain dengan adanya kebjikan dalam
penentuan fee audit ada faktor-faktor lain yang ada pada suatu perusahaan
dapat mempengaruhi besar kecilnya pemberian fee kepada akuntan publik.
Fungsi audit internal secara tradisional dirancang untuk melindungi
aset perusahaan dan membantu dalam memberikan informasi akuntansi
yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan pihak manajemen
(Gay dan Simnett dalam Singh dan Newby, 2009). Dalam menjalankan
tugasnya, auditor eksternal dan auditor internal memiliki
pertanggungjawaban, sasaran, dan kualifikasi, serta tugas dalam aktivitas
yang berbeda, tetapi keduanya memiliki kepentingan bersama untuk
menuntut adanya koordinasi untuk kepentingan perusahaan. Jika tidak ada
koordinasi yang baik diantara auditor eksternal dan auditor internal, maka
akan terjadi tumpang tindih dan duplikasi yang tidak perlukan, sehingga
akan mempertinggi fee audit dan membuat rumit pertanggungjawaban
audit (Sawyer et al dalam Hapsari dan Laksito 2013).
Penelitian Hapsari dan Laksito (2013) menunjukkan bahwa fungsi
audit internal memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap fee
auditor eksternal. Fungsi audit internal yang ada pada perusahaan akan
menambah kompleksitas pekerjaan auditor eksternal karena tanggung
jawab auditor eksternal semakin besar dalam hal menilai kompetensi dan
yang berhubungan dengan struktur kontrol internal dan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan atau terhadap potensi salah saji dari laporan
keuangan. Hazmi dan Sudarno (2013) menyatakan bahwa fungsi audit
internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap fee audit. Penelitian
sebelumnya didukung oleh Goodwin-Stewart dan Kent (2006) mengatakan
bahwa penggunaan audit internal mempunyai hubungan dengan fee audit
eksternal yang lebih tinggi. Namun berbeda dengan penelitian Wibowo
dan Rohman (2013), Nugrahani dan Sabeni (2013) serta Widiasari dan
Prabowo (2008) yang mengatakan bahwa fungsi audit internal tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap fee audit.
Kompleksitas menjadi faktor yang dapat mempengaruhi fee audit.
Perusahaan yang memiliki anak perusahaan maka akan mempunyai
kompleksitas yang rumit. Menurut Beams dalam Septianingrum (2014)
menyatakan perusahaan yang memiliki jumlah anak perusahaan yang
banyak di dalam negeri maka transaksi yang dilakukan perusahaan
tersebut akan semakin rumit karena perlu membuat laporan konsolidasi,
sedangkan perusahaan yang memiliki anak perusahaan diluar negeri juga
akan memiliki transaksi yang semakin rumit karena perlu membuat
laporan remeasurement dan atau membuat laporan translasi. Setelah
proses pembuatan lapotan remeasurement dan atau laporan translasi maka
akan dibuat laporan konsolidasi oleh perusahaan yang diaudit. Jumlah
7
Efek Indonesia (BEI) akan mempengaruhi besar dan kecilnya penetapan
fee audit eksternal (Septianingrum, 2014).
Kompleksitas pada perusahaan semakin tinggi maka akan
meningkatkan waktu proses audit yang dibutuhkan oleh auditor semakin
lama atau banyak sehingga akan mempengaruhi jumlah fee audit yang
diberikan perusahaan kepada auditor eksternal. Penelitian terkait
kompleksitas perusahaan telah diteliti oleh Hassan dan Naser (2013)
mengatakan bahwa pada faktor penentu fee audit dalam penelitiannya,
kompleksitas usaha menjadi faktor yang paling mempengaruhi fee audit.
Penelitian terkait kompleksitas dilakukan juga oleh penelitian Siregar dan
Lestari (2015) yang mengatakan bahwa kompleksitas entitas mempunyai
pengaruh terhadap fee audit karena kompleksitas entitas berhubungan
dengan banyaknya waktu dan pekerjaan tambahan auditor untuk
memeriksa laporan keuangan yang menyebabkan tingginya fee audit yang
dibayarkan. Namun, penelitian Ardianingsih (2013), Soyemi dan
Kolawole (2013) serta Rusmanto dan Waworuntu (2015) menunjukkan
hasil yang berbeda, penelitian tersebut mengatakan bahwa kompleksitas
tidak mempunyai pengaruh terhadap fee audit.
Faktor selanjutnya yang menyebabkan fee audit dapat dipengaruhi
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahan menjadi salah satu indikator
pengukur dari suatu perusahaan. Auditor eksternal akan memperhatikan
terlebih dahulu ukuran perusahaan yang akan diauditnya guna untuk
ukuran perusahaan maka jumlah bukti yang harus dikumpulkan pun akan
semakin banyak sehingga memerlukan prosedur audit tambahan dan
secara otomatis waktu yang diperlukan untuk melakukan audit akan
semakin banyak yang pada gilirannya akan berpengaruh pada fee audit
yang lebih besar (Wibowo, 2012).
Hassan dan Naser (2013) mengatakan bahwa pada faktor penentu
fee audit dalam penelitiannya, ukuran perusahaan menjadi faktor yang
paling mempengaruhi fee audit. Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga
mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi fee audit. Tetapi
pada penelitian yang dilakukan oleh Ferdiano, dkk (2015) membuktikan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor
yang menyebabkan tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap
biaya audit.
Penelitian ini merupakan relipikasi modifikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Hassan dan Naser (2013) mengenai Determinants of Audit
Fees: Evidence from an Emerging Economy. Persamaan dengan penelitian
Hassan dan Naser (2013) yaitu penggunaan variabel ukuran perusahaan
dan kompleksitas serta variabel dependen fee audit.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hassan dan Naser (2013), yaitu adanya penambahan variabel fungsi audit
internal. Penelitian ini akan menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 sampai
9
terjadinya research gap dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
memberikan hasil yang berbeda-beda pada faktor yang mempengaruhi fee
audit.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh
Fungsi Audit Internal, Kompleksitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Fee Audit”. Motivasi dari penelitian ini dikarenakan tidak ada konsistensi dalam hasil penelitian terkait fee audit dengan menujukkan
yang hasil berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Serta
belum adanya keterbukaan pengungkapan pemberian fee audit oleh
perusahaan dalam laporan keuangan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Fungsi Audit Internal berpengaruh terhadap Fee Audit ?
2. Apakah Kompleksitas berpengaruh terhadap Fee Audit ?
3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Fee Audit ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh dari Fungsi Audit Internal terhadap terhadap Fee
Audit.
2. Mengetahui pengaruh dari Kompleksitas terhadap Fee Audit.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk Bidang Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi
tambahan bagi pengembangan teori perilaku di dalam literatur
akuntansi yang menyangkut faktor- faktor dalam mempengaruhi fee
audit dalam lingkungan Auditing. Penelitian ini pun dapat bermanfaat
sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait Auditing khususnya fee audit.
2. Manfaat untuk Bidang Praktik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan baru,
pengetahuan, pengertian dan pemahaman lebih mendalam bagi para
praktisi akuntansi dan auditor ekstenal maupun akuntan profesional
tentang hubungan antara fungsi audit internal, kompleksitas dan
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa teori
keagenan menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu principal dan
agent, dimana principal mempekerjakan pihak lain yaitu agent untuk
melaksanakan jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian
wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Teori agensi dilandasi
oleh tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu pertama, sifat manusia yang
lebih memilih untuk menghindari risiko (risk averse); kedua, sifat
manusia yang memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality); dan ketiga, sifat manusia yang pada
umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) (Eisenhardt, 1989).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya.
Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada diantara hubungan principl dan
agent. Permasalahan tersebut diantaranya: pertama, masalah keagenan
yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan dari principal
bagi principal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar
dilakukan oleh agent.
Agent yaitu manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan
pengungkapan informasi melalui laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut penting bagi pihak eksternal maupun principal sebagai pemilik
perusahaan karena dengan kondisi yang paling besar ketidakpastiannya,
misalnya kurang dalam penguasaan informasi dalam sebuah perusahaan.
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi
(information asymmetry).
Asimetri informasi (information asymmetries) adalah situasi
dimana tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak dan
sebagai akibatnya, konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak
dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut (Hendriksen, 1992). Manajer
pada perusahaan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan
pemilik serta pemilik tidak dapat mengawasi kegiatan operasional secara
langsung.
Asimetri informasi (information asymmetries) dibagi menjadi dua
jenis yaitu: Adverse selection, dimana salah satu pihak memiliki informasi
yang lebih sedikit dibandingkan dengan pihak lain. Dalam situasi ini
pihak internal perusahaan seperti manajer (agent) memililiki informasi
lebih banyak dengan mengetahui keadaan perusahaan pada saat itu juga
13
saja. Maka apabila manajer (agent) telah mengelola perusahaan lebih baik
dari standar yang telah ditetap oleh pemilik (principal), tetapi pemilik
(principal) hanya menilai sesuai dengan standar umum saja maka hal
tersebut sangatlah merugikan pihak manajer karena seharusnya
mendapatkan nilai yang lebih dari pemilik (principal). Serta, Moral
hazard, dimana pihak manajer (agent) melakukan tindakan dalam
perusahaan tanpa sepengetahuan pemilik (principal) atau bertentangan
dengan keinginan pemilik (principal). Hal tersebut karena pemilik
(principal) tidak dapat mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh
manajer (agent). Maka pemilik (principal) akan memberikan insentif
guna untuk menyelaraskan keinganan atau preferensi dari manajer (agent)
dan pemilik (principal).
Konflik keagenan diantara manajer (agent) dan pemilik (principal)
diperlukannya pihak independen sebagai mediator untuk menjebatani
kepentingan ataupun keinginan antara manajer (agent) dan pemilik
(principal). Pihak independen tersebut bertugas untuk mengawasi manajer
(agent) dengan memberikan penilaian kinerja dalam bertindak di
perusahaan apakah telah sesuai dengan kepentingan dari pemilik
(principal). Penilaian tersebut akan disampaikan dengan saran melalui
laporan keuangan. Pihak independen tersebut yaitu auditor eksternal.
Auditor eksternal tidak mempunyai keterikatan secara langsung dengan
perusahaan yang diauditnya. Auditor eksternal akan diberikan fee sebagai
tersebut termasuk dalam professional fee untuk tenaga ahli yang telah
bekerja bagi perusahaan.
2. Agency Cost
Konflik kepentingan antara agent dengan principal terjadi karena
kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga memicu munculnya biaya keagenan (agency cost)
(Immanuel, 2014). Manajer melakukan tindakan yang hanya sesuai
dengan kepentingan pribadi bukan untuk memaksimalkan kepentingan
perusahaan, hal tersebut akan menjadi penyebab munculnya biaya
keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai
jumlah dari biaya yang dikeluarkan principal untuk melakukan
pengawasan agent. Agency cost didefinisikan sebagai penjumlahan dari
monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
a. Monitoring Cost
Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principals
untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer.
Dalam hal ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif
dan biaya untuk memberhentikan manajer.
b. Bonding Cost
Bonding Cost adalah biaya pengikatan agent agar agent
bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para
15
bertindak sesuai dengan keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak
akan diberikan.
c. Residual Loss
Adanya monitoring dan bonding, kadang kepentingan
shareholders dan agents masih sulit diselaraskan karena itu muncul
agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini disebut
residual loss. Residual loss menunjukkan trade off antara membatasi
manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang didesain untuk
mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada perusahaan
yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi perusahaan yang
dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.
3. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Hapsari
(2013) audit internal adalah aktivitas assurance yang objektif dan
konsultasi yang independen, yang dirancang untuk memberi nilai
tambah dan memperbaiki operasi suatu perusahaan. Aktivitas
tersebut membantu perusahaan mencapai tujuan dengan melalui
pendekatan yang sistematis dan displin untuk mengevaluasi dan
memperbaiki efektivitas proses tata kelola perusahaan, kontrol serta
b. Tujuan dan Fungsi Audit Internal
Menurut Mulyadi (2010), fungsi audit internal merupakan
kegiatan penilaian yang terdapat dalam organisasi, dilaksanakan
dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan
operasional, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka.
Fungsi audit internal dilaksanakan oleh auditor internal. Menurut
Mulyadi (2010), auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam
perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen telah
dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan kualitas informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi.
Menurut Nasution (2003), menyimpulkan dari beberapa ahli
bahwa tujuan dari adanya audit internal dalam suatu perusahaan
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan
keefektifan dari prosedur intern.
2) Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi
perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan
operasi kerja perusahaan.
17
4) Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari
kebijaksanaan manajemen.
5) Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan
pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap
penyelewengan.
6) Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam
beberapa fase kerja.
c. Tugas Audit Internal
Audit internal mempunyai tugas dan berkewajiban untuk
memberikan pendapat dan saran kepada direksi atas operasional
perusahaan yang sedang terlaksana ataupun sudah dilaksanakan oleh
perusahaan. Menurut Mulyadi (2010), tugas yang dilaksanakan oleh
auditor internal meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalian
internal dan mendorong penggunaan pengendalian internal
yang efektif dengan biaya yang minimum.
2) Menentukan seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen
puncak dipatuhi.
3) Menentukan seberapa jauh kekayaan perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam
kerugian.
4) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
5) Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap kegiatan
-kegiatan perusahaan.
d. Posisi Audit Internal dalam Struktur Organisasi
Audit internal merupakan bagian penting suatu perusahaan,
karena dapat membantu pihak manajemen untuk memberikan saran
atas evaluasi dalam aktivitas yang ada pada perusahaan guna untuk
membantu mencapai tujuan. Audit internal pun mempunyai posisi
yang penting karena dapat secara langsung memberikan
pertanggungjawabannya kepada pimpinan perusahaan.
Menurut Nasution (2003), Secara garis besar ada tiga alternatif
posisi dari Internal Auditor dalam struktur organisasi perusahaan
yaitu:
1) Berada dibawah Dewan Komisaris
Dalam hal ini star internal auditing bertanggung jawab pada
Dewan Komisaris. lni disebabkan karena bentuk perusahaan
membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk
direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara ini,
bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali
terhadap performance manajemen yang dimonitor oleh komisiaris
perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern
19
2) Berada dibawah Direktur Utama
Menurut sistem ini internal auditor bertanggung jawab pada
direktur utama. Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat
direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang berat. Jadi
kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang
dibuat internal auditor.
3) Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan
Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam
struktur organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi kepala
bagian keuangan. Bagian Internal auditor bertanggung jawab
sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya
sebagai Controller. Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya
kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada
Sumber : USU digital library, 2003, hal 5
Gambar 2.1.
Kedudukan Internal Auditor dalam Struktur Organisasi Perusahaan
4. Kompleksitas
Komplesitas terkait pada kerumitan transaksi-transaksi yang ada
pada perusahaan. Kompleksitas sebagian besar berada pada perusahaan
menengah besar yang hampir memiliki masalah kerumitan
transaksi-transaksi. Kompleksitas pada perusahaan audit menjadi faktor penting
dalam menentukan besaran fee audit. Semakin tinggi kompleksitas entitas
maka semakin banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan oleh auditor
untuk menyelesaikan jasa auditnya maka hal ini akan mempengaruhi
jumlah fee audit yang dibayarkan oleh entitas (Siregar dan Lestari, 2015).
Beberapa proksi yang mengukur kompleksitas pada perusahaan yaitu
jumlah anak perusahaan, komposisi aset terdiri piutang dan persediaan,
aktivitas ekspor dan impor, serta industri dimana perusahaan tersebut
21
Beberapa penelitian terdahulu banyak menggunakan jumlah anak
perusahaan untuk mengukur kompleksitas pada perusahaan (Simunic,
1980; Xu, 2011; El-Gammal 2012; Siregar dan Lestari 2015). Hal tersebut
disebabkan karena adanya globalisasi maka perusahaan-perusahaan mulai
melebarkan usahanya dengan mendirikan anak perusahan di dalam negeri
maupun luar negeri maka akan berhubungan dengan waktu dan perkerjaan
tambahan auditor yang mengaudit perusahaan untuk memeriksa laporan
keuangan konsolidasi. Semakin banyak laporan keuangan konsolidasi
yang diperiksa maka pekerjaan tambahan auditor akan semakin
bertambah dan akan mempengaruhi banyaknya fee audit yang dibayarkan
(Siregar dan Lestari, 2015).
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan keadaan dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
menunjukkan kondisi dan karakteristik dari perusahaan, dimana
parameter mengukur besar atau kecilnya perusahaan dapat dilihat dari
berbagai segi seperti jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan, total
penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode, jumlah
saham yang beredar selama perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
serta jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan
menjadi salah satu pertimbangan auditor eksternal sebelum melakukan
Menurut Iskak (1999) dalam Attya (2013), Ukuran perusahaan
dengan pendapatan 5 miliyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan
kecil. Sedangkan perusahaan dengan jumlah pendapatan diatas 5 miliyar
rupiah per tahun dikategorikan perusahaan sedang. Perusahaan dengan
jumlah pendapatan atau penjualan lebih dari 50 mliyar rupiah per tahun
dikategorikan perusahaan besar. Ukuran perusahaan pun dapat dilihat dari
total aset yang dimiliki perusahaan, hal tersebut yang mendasari
hubungan antara ukuran perusahaan dengan fee audit (Attya, 2013).
Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin panjang waktu
proses audit yang dilaksanakan oleh auditor. Hal ini disebabkan oleh
kompleksitas transaksi perusahaan yang juga semakin tinggi. Oleh karena
itu, auditor membutuhkan durasi audit yang lebih panjang dibandingkan
ketika auditor melakukan audit pada perusahaan dengan ukuran
perusahaan yang kecil dengan kompleksitas transaksi yang rendah juga
(Immanuel, 2014). Pada penelitian Hasan dan Naser (2013), mengatakan
ukuran perusahaan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi fee audit,
meraka pun menyimpulkan bahwa semakin besar perusahaan, semakin
rumit transaksi dan kegiatan pada perusahaan.
6. Fee Audit
Fee audit dikemukakan pertama kali oleh Simunic (1980) dalam
penelitian menyatakan bahwa fee audit dapat di pengaruhi oleh besar
23
(subsidiaries, foriegn listed) dan risiko audit (atas dasar current ratio,
quick ratio, D/E, litigation risk).
Iskak (1999) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mendefinisikan
fee audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik atau
auditor eksternal kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang
dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Penetapan biaya
audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik berdasarkan perhitungan
dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak
langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manager,
superpiser, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak
langsung seperti biaya percetakan, biaya penyusutan computer, gedung
dan asuransi. Setelah menentukan biaya pokok pemeriksaan bagi
perusahaan auditee maka akan dilakukannya perikatan serta tawar
menawar antara klien dengan kantor akuntan publik.
Mulyadi (2010), menjelaskan bahwa besarnya fee profesional
akuntan publik dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menerbitkan Surat
Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 terkait
Kebijakan Penentuan Fee Audit. Pedoman ini diperuntukkan bagi semua
kepada klien. Dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit, yang
harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan klien;
b. Independensi.
c. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum.
d. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada
pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan
oleh akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.
f. Basis penetapan fee yang disepakati.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya fee audit
yang terdapat pada perusahaan auditee yaitu bergantung pada profit yang
miliki perusahaan. Professional fee terbagi atas dua yaitu: (1) besaran fee
dan (2) fee kontinjen (Halim, 2008). Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1) Besaran fee
Audit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien karena
telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Audit fee
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan
penugasan. Besarnya fee dapat bervariasi tergantung antara lain
risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan, struktur biaya KAP yang bersangkutan
25
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee
yang dapat merusak citra profesi.
2. Fee kontijen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan
suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan,
kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap
tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan
pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah
hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota
KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.
B. Hipotesis
1. Fungsi audit internal pada fee audit
Fungsi audit internal pada perusahaan yang dilaksanakan oleh
auditor internal membantu manajemen untuk pengawasan dan tata kelola
perusahaan. Dalam SA Seksi 322 menjelaskan Pertimbangan Auditor
mengenai Fungsi Audit Internal dalam Audit Laporan Keuangan,
memberikan panduan bagi auditor eksternal dalam mempertimbangkan
pekerjaan auditor internal dan dalam menggunakan pekerjaan auditor
internal untuk membantu pelaksanaan audit atas laporan keuangan klien.
Secara tidak langsung auditor eksternal mempunyai hubungan ikatan
membantu auditor eksternal dalam menjalankan proses audit suatu
perusahaan sehingga dapat berjalan dengan tepat waktu dan auditor
eksternal dapat memberikan opini terhadap laporan keuangan.
Dalam SAS 65, menjelaskan bahwa beberapa pekerjaan audit
internal dapat mempengaruhi pekerjaan auditor eksternal seperti dalam
pemahaman tentang struktur kontrol internal, penentuan risiko dalam
bidang-bidang yang terdapat salah saji material, serta kinerja pengujian
substantif. Sehingga, auditor ekternal harus menilai objektivitas dan
kompetensi dari fungsi audit internal.
Penelitian sebelumnya oleh Hapsari dan Laksito (2013)
mengatakan hubungan fungsi audit internal dan fee auditor eksternal
adalah dalam kaitannya untuk memperkuat kontrol operasi lingkungan
secara keseluruhan. Hal tersebut dapat meningkatkan keterlibatan auditor
eksternal dalam fungsi audit internal. Keberadaan fungsi audit internal
dalam suatu perusahaan akan membayar fee audit yang lebih tinggi
kepada auditor eksternal karena permintaan kualitas audit yang lebih
tinggi. Dengan adanya permintaan kuliatas audit yang lebih tinggi, tentu
akan semakin tinggi tanggungjawab dan risiko seorang auditor ekstenal
yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan jumlah fee yang akan
diberikan kepada auditor ekstenal. Hasil penelitian Hapsari dan Laksito
pun menunjukkan bahwa fungsi audit internal mempunyai pengaruh
terhadap fee audit. Penelitian Hazmi dan Sudarno (2013) serta Putri dan
27
positif dan signifikan terhadap fee audit. Penelitian tersebut didukung pula
oleh Goodwin-Steward dan Kent (2006) menyatakan bahwa hubungan
yang positif antara keberadaan fungsi audit internal dan peningkatan
permintaan terhadap audit eksternal yang menyebabkan peningkatan
terhadap fee audit.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Rohman
(2013) menunjukkan bahwa fungsi audit internal tidak berpengaruh
terhadap fee audit. Penelitian serupa yang menunjukkan tidak adanya
pengaruh fungsi audit internal terhadap fee audit diungkapkan oleh
Nugrahani dan Sabeni (2013) serta Widiasari dan Prabowo (2008)
Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap fee audit.
2. Kompleksitas pada fee audit
Kompleksitas merupakan salah satu variabel penting dalam
menentukan fee audit. Kerumitan dan banyaknya transaksi pada
perusahaan merupakan contoh berhubungan dengan kompleksitas. Ada
banyak proksi untuk mengukur kompleksitas pada perusahaan, dalam
penelitian ini akan menggunakan jumlah anak perusahaan yang ada di
dalam negeri maupun di luar negeri untuk mengukur kompleksitas pada
perusahaan. Semakin banyak jumlah anak perusahaan maka hal ini
memeriksa laporan keuangan konsolidasi yang menyebabkan tingginya
fee audit yang dibayarkan kepada auditor (Vu, 2012).
Penelitian sebelumnya oleh Hasan dan Naser (2013) menunjukkan
bahwa adanya hubungan langsung antara fee audit dengan kompleksitas.
Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga menunjukkan bahwa
kompleksitas memiliki pengaruh signifikan terhadap fee audit. Penelitian
oleh Ulfasari dan Marsono (2014) menyatakan bahwa kompleksitas
perusahaan yang meningkat dengan adanya penerapan IFRS, hal tersebut
akan berkaitan dengan jumlah dan level kesulitan yang tinggi dari jasa
audit sehingga fee audit yang akan diberikan semakin tinggi. Semakin
tinggi kompleksitas entitas maka semakin banyak waktu dan usaha yang
dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan jasa auditnya maka hal ini
akan mempengaruhi jumlah fee audit yang dibayarkan oleh entitas
(Siregar dan Lestari, 2015).
Namun penelitian oleh Soyemi dan Kolawole (2013) menunjukkan
hasil yang berbeda yaitu menyatakan bahwa kompleksitas tidak
berpengaruh terhadap fee audit. Penelitian serupa oleh Ardianingsih
(2013) serta Rusmantoa dan Waworuntu (2015) yang menyatakan bahwa
kompleksitas yang ada perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap
fee audit.
Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka
29
H2: Kompleksitas pada perusahaan berpengaruh positif terhadap fee audit.
3. Ukuran perusahaan pada fee audit
Ukuran perusahaan merupakan salah satu tolak ukur penilaian
suatu perusahaan oleh pihak eksternal. Ukuran perusahaan sangat penting
bagi perusahaan yang maju guna membuktikan kinerja dalam
menjalankan proses kegiatannya yang telah mencapai tujuan.
Ukuran perusahaan yang besar akan mempunyai banyak kegiatan
dalam operasionalnya dibandingkan dengan ukuran perusahaan yang lebih
kecil. Ukuran perusahaan yang besar biasanya lebih terlihat oleh publik
dan cenderung mengungkapkan informasi lebih dari
perusahaan-perusahaan kecil. Akibatnya, jasa audit membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mengaudit ukuran perusahaan yang besar. Perusahaan tersebut
juga memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk merekrut
perusahaan audit internasional yang terkenal (Hasan dan Naser, 2013).
Ukuran perusahaan yang besar dengan jumlah asset yang tinggi akan
membuat proses audit yang dilakukan auditor eksternal akan semakin
rumit (Immanuel, 2014). Oleh karena itu, perusahaan ukuran besar akan
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang lebih kecil untuk auditor eksternal atas jasa yang diberikannya
dalam mengaudit perusahaan.
Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh Hasan dan Naser (2013)
mempengaruhi fee audit. Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap fee audit. Maka semakin besar ukuran perusahaan, maka
semakin banyak usaha dan waktu yang akan dibutuhkan oleh auditor
dalam menyelesaikan jasanya, sehingga fee audit yang dibayarkan akan
semakin tinggi.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan
Kusharyanti (2013) serta Rusmanto dan Waworuntu (2015) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap fee
audit. Namun berbeda dengan penelitian oleh Ferdiano, dkk (2015)
membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pergantian auditor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh ukuran
perusahaan terhadap fee audit.
Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:
31
H2 (+) H1 (+)
H3 (+) C. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu fee audit dan
variabel independen dalam penelitian yaitu fungsi audit internal,
kompleksitas dan ukuran perusahaan.
Variabel Independen
[image:46.595.157.504.227.474.2]
Variabel Dependen
Gambar 2.2. Model Penelitian Fungsi Audit
Internal
Kompleksitas
Ukuran Perusahaan
32
Penelitian ini membahas mengenai variabel dependen yaitu fee audit
yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu fungsi audit internal,
kompleksitas dan ukuran perusahaan. Adapun obyek yang menjadi penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2013 sampai dengan 2015.
B. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber dengan secara tidak
langsung atau data yang didapatkan dari data yang telah diolah terlebih
dahulu contohnya seperti laporan keuangan pada perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder karena data mudah
didapatkan serta penggunaan laporan keuangan yang didalamnya telah diaudit
oleh akuntan publik sehingga data terpercaya keabsahannya.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Purposive sampling dimana adanya penentuan dalam pengambilan
33
Adapun kriteria-ktiteria tersebut sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara berturut-turut di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015.
2. Tidak mengalami delisting selama periode pengamatan dan
perusahaan menyajikan laporan keuangan secara berkelanjutan
selama periode penelitian.
3. Perusahaan yang menyertakan laporan tahunan (annual report)
beserta laporan keuangan dan telah diaudit oleh auditor eksternal.
4. Data yang dibutuhkan tersedia dalam laporan keuangan perusahaan
tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
dokumenter. Data dokumenter adalah data yang memberikan informasi
mengenai suatu obyek atau kejadian yang telah lampau dan data tersebut
dikumpulkan, dicatat, serta disusun dalam suatu arsip. Data pada penelitian
ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, website
perusahaan yang diteliti dan berbagai macam literatur yang ada.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen untuk penelitian ini adalah fee audit. Fee audit
adalah honorarium yang diberikan oleh perusahaan auditee kepada
akuntan publik sebagai ganti atas jasa audit yang telah dilakukan oleh
professional fees yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2013-2015.
Data untuk fee audit menggunakan professional fees, karena pada
saat ini perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih
belum banyak yang mengungkapkan tentang fee audit dalam laporan
keuangan karena pengungkapannya masih bersifat sukarela (voluntary
disclosure) (Hapsari dan Laksito, 2013). Pemberian fee audit yang
diberikan kepada auditor eksternal merupakan pemberian fee atas
pekerjaaan professional sehingga fee audit termasuk dalam professional
fees. Fee audit di ukur menggunakan logaritma natural dari professional
fees. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LNAUFEE di
dalam persamaan.
2. Variabel Independen
a. Fungsi Audit Internal
Audit internal adalah kegiatan yang dilakukan oleh auditor
internal dalam perusahaan yang memberikan nilai tambah serta
memperbaiki operasi pada perusahaan. Sehingga, audit internal
mempunyai fungsi yang penting bagi suatu perusahaan guna
membantu mewujudkan pencapaian tujuan dengan baik.
Alat pengukuran audit internal biasanya menggunakan faktor
ada tidaknya audit internal pada perusahaan. Namun, pada saat ini alat
35
mengeluarkan Peraturan Nomor: KEP-496/BL/2008 pada 28
November 2008 mengenai Pembentukan dan Pedoman Penyusunan
Piagam Unit Audit Internal, yang mewajibkan perusahaan publik
membentuk unit audit internal.
Pada penelitian ini fungsi audit internal akan diukur dengan
menggunakan jumlah aktivitas/kegiatan audit, yaitu dengan berapa
banyak jumlah aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh unit audit
internal selama satu periode. Variabel ini selanjutnya akan
disimbolkan dengan FAI di dalam persamaan.
b. Kompleksitas
Kompleksitas pada perusahaan merupakan bagian penting bagi
auditor eksternal untuk mengukur rumit atau tidaknya transaksi yang
dimiliki oleh perusahaan yang diaudit. Jumlah anak perusahaan
mewakili kompleksitas pada perusahaan. Semakin banyak jumlah
anak perusahaan maka akan semakin banyak laporan konsolidasi
maka akan semakin rumit transaksi yang dimiliki oleh perusahaan
yang diaudit.
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan jumlah anak
perusahaan. Selanjutnya variabel ini disimbolkan dengan
KOMPLEKS di dalam persamaan.
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu tolak ukur untuk
total aktiva besar menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih
stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
dengan total aktiva yang kecil (Nugrahani, 2013).
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan logaritma natural
dari total aset perusahaan. Selanjutnya variabel ini disimbolkan
dengan LNASSET di dalam persamaan.
F. Uji Kualitas Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Sugiyono (2010), mendefinisikan statistik deskriptif sebagai
statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif dapat dilakukan
guna mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi,
regresi, atau membandingkan dua rata-rata data sampel atau populasi
(Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk
mengetahui fungsi audit internal, kompleksitas, ukuran perusahaan dan
fee audit. Pengukuran yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai
37
Maksimum-minimum dalam analisis deskriptif digunakan untuk
melihat nilai maksimum dan nilai minimum dari populasi pada penelitian
ini . Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang
diperkirakan menjadi sampel penelitian. Standar deviasi digunakan untuk
menilai dispersi rata-rata dari sampel pada penelitian ini.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data diperlukan dalam penelitian ini guna untuk
menguji model regresi antara variabel dependen dan variabel
independen dapatkah berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian
ini proses uji normalitas data menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov (K-S) tidak signifikan,
maka data yang ada pada penelitian berdistribusi secara normal.
Tetapi, jika nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) signifikan, maka data
yang ada pada penelitian tidak berdistribusi secara normal. Adapun
kriteria pengujian dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah
(Nazaruddin dan Basuki, 2015) :
1) Jika Nilai Signifikan pada Kolmogorov-Smirnov (K-S) < 0.05,
maka data tidak menyebar normal.
2) Jika Nilai Signifikan pada Kolmogorov-Smirnov (K-S) > 0.05,
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas pada penelitian ini untuk menunjukkan
adanya hubungan linear antara variabel independen sebagai peubah
dalam model regresi ganda. Multikolinearitas terjadi apabila antar
variabel-variabel independen terdapat hubungan yang signifikan dapat
saling mempengaruhi satu sama lain. Seharusnya dalam model regresi
yang baik diantara variabel independen tidak terjadi korelasi.
Menurut Nazaruddin dan Basuki (2015), pendeteksian
multikolinearitas dapat dinilai Variance Inflation Factors (VIF) dan
nilai Tolerance. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10
dan nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terdapat multikolinearitas
diantara variabel independen dan sebaliknya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini untuk menunjukkan
ketidaksamaan varians pada residual variabel independen yang
berbeda. Model persamaan regresi yang memenuhi persyaratan adalah
terdapatnya kesamaan varians dari residual variabel independen yang
berbeda atau dapat disebut homoskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji statistik dengan
uji Glejser. Uji Glejser digunakan untuk meregresikan antara variabel
bebas dengan variabel residual absolute, dimana apabila nilai p > 0,05
maka variabel bersangkutan dinyatakan bebas heteroskedastisitas atau
39
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi pada penelitian ini di gunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual yang ada pada
model regresi. Model regresi yang baik tidak adanya autokorelasi
pada penelitian ini.
Menurut Nazaruddin dan Basuki (2015), metode pengujian yang
sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka
hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol
diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara dU) dan
(4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin
Watson yang bergantung banyaknya obseravasi dan banyaknya
variabel yang menjelaskan.
G. Uji Hipotesis dan Analisa Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Multiple
Regression atau regresi berganda dikarenakan variabel independen yang ada
pada penelitian ini lebih dari satu. Analisis ini digunakan untuk menentukan
independen yaitu fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan.
Persamaan regresi pada penelitian ini sebagai berikut:
LNAUFEE = + 1 (FAI) + 2 (KOMPLEKS) + 3 (LNASSET) +
Dimana:
LNAUFEE = Fee audit
α = Konstanta
1,2,3 = Koefisien
FAI = Fungsi Audit Internal
KOMPLEKS = Komplesitas pada perusahaan
LNASSET = Ukuran Perusahaan
= Error
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel
independen dengan fee audit maka dilakukan pengujian-pengujian hipotesis
pada penelitian terhadap variabel-variabel dengan beberapa pengujian sebagai
berikut:
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Koefisien Determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R2 . Nilai adjusted
R2 adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Jika nilai adjusted R2 kecil berarti
kemampuan dari variabel independen pada penelitian ini menjelaskan
41
adjusted R2 mendekati satu maka variabel independen pada penelitian ini
menjelaskan variasi dalam variabel dependen dengan hampir sempurna.
2. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji signifikansi simultan atau lebih dikenal dengan Uji F dilakukan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara
bersama-sama dapat mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5 % (α = 0,05).
Penerimaan atau penolakan hipotesis mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan kurang dari atau sama dengan 5 % (α = 0,05)
maka hipotesis diterima yang berarti secara bersama-sama variabel
FAI, KOMPLEKS dan LNASSET berpengaruh terhadap fee audit.
b. Jika nilai signifikan lebih dari 5 % (α = 0,05) maka hipotesis ditolak
yang berarti secara bersama-sama variabel FAI, KOMPLEKS dan
LNASSET tidak berpengaruh terhadap fee audit.
3. Uji Siginifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji signifikan parameter individual atau dikenal dengan Uji t
digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen secara individu (partial) dapat menjelaskan perilaku
dalam variabel dependen. Uji t dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi 5% (α = 0,05). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan
a. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 5% (α = 0,05) maka
hipotesis diterima yang berarti secara partial variabel FAI,
KOMPLEKS dan LNASSET berpengaruh terhadap fee audit.
b. Jika nilai signifikansi lebih dari 5% (α = 0,05) maka hipotesis ditolak
yang berarti secara partial variabel FAI, KOMPLEKS dan LNASSET
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel dalam penelitian
ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI)
selama periode 2013 sampai dengan 2015. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya pada bab 3.
Tabel 4.1. menyajikan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
[image:58.595.144.517.466.717.2]ditetapkan.
Tabel 4.1.
Prodedur Pengambilan Sampel Penelitian
NO KETERANGAN JUMLAH
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI selama periode 2013-2015
151
2. Perusahaan yang tidak terdaftar
berturut-turut di BEI selama periode 2013-2015
(19)
3. Data laporan tahunan tidak lengkap (112)
4. Data perusahaan yang dapat dianalisis 20
5 Perusahaan yang menjadi sampel
penelitian selama periode 2013-2015
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2013-2015 berjumlah 151 perusahaan. Pada periode tersebut
ada sebanyak 19 perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut selama
periode 2013-2015, sebanyak 112 perusahaan yang tidak memiliki data yang
lengkap pada laporan tahunan. Sehingga perusahaan manufaktur yang
dijadikan sampel sebanyak 20 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang
dijadikan sampel penelitian sebanyak 60 perusahaan.
B. Uji Kualitas Data 1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan membandingkan nilai
minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari sampel. Analisis
statistik deskriptif dalam Tabel 4.2 merupakan analisis deskriptif untuk
variabel dependen yaitu fee audit serta variabel independen dari fungsi audit
[image:59.595.75.587.557.684.2]internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan.
TABEL 4. 2. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FAI 60 2 35 8,52 7,072
KOMPLEKS 60 0 20 5,42 5,247
ASSET 60 291.489.240.000 91.831.526.000.000 10.571.053.018.310,09 19.414.490.479.278,434
AUFEE 60 232.505.000 196.128.000.000 19.167.477.993,88 33.950.358.390,145
Valid N
45
Berdasarkan Tabel 4.2 dari 60 sampel perusahaan, variabel dependen
fee audit yang diukur berdasarkan nilai professional fees. Pada tabel 4.2
menunjukkan bahwa nilai rara-rata AUFEE adalah 19.167.477.993,88 dengan
nilai minimum 232.505.000 dan nilai maksimum 196.128.000.000 serta nilai
standar deviasi 33.950.358.390,145. Variabel Fungsi Audit Internal yang
diukur berdasarkan jumlah aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh auditor
internal dalam satu periode. FAI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 8,52
dengan nilai minimum 2, nilai maksimum 35 dan nilai standar deviasi sebesar
7,072. Variabel kompleksits yang diukur berdasarkan jumlah ank perushaan.
KOMPLEKS memiliki nilai rata-rata sebesar 5,42, nilai minimum 0 dan nilai
maksimum 20 serta nilai standar deviasi sebesar 5,247. Variabel Ukuran
perusahaan yang di ukur berdasarkan total asset. Pada tabel 4.2 ASSET
memiliki nilai rata-rata sebesar 10.571.053.018.310,09, nilai minimum
291.489.240.000 dan nilai maksimum 91.831.526.000.000 serta nilai standar
deviasi sebesar 19.414.490.479.278,434.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data diperlukan untuk menguji apakah dalam model
regresi antara variabel dependen dan variabel independen dapat berdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik harus memiliki data yang
berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
data residual dengan syarat nilai Sig > 0,05 maka data dapat dikatakan
berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai Sig < 0,05 maka data dapat
dikatakan tidak berdistribusi dengan normal. Adapun hasil uji normalit