• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2010 – 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2010 – 2014)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

Oleh

WAFIYULLOH MUBARROK

20120430094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

WAFIYULLOH MUBARROK

20120430094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

Diajukan oleh

WAFIYULLOH MUBARROK

20120430094

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Nano Prawoto, SE.,M.Si. Tanggal 17 Juni 2016

(4)

iii

(Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)

LEADING SECTOR BASED ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT AND ITS SRATEGY

(Case Study of Ogan Komering Ulu Regency, Period 2010 – 2014)

Diajukan oleh

WAFIYULLOH MUBARROK

20120430094

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 26 Juli 2016

Yang terdiri dari

Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec Ketua Tim Penguji

Dr. Imamudin Yuliadi, SE.,M.Si. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv Nama : Wafiyulloh Mubarrok

Nomor Mahasiswa : 20120430094

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS

PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN

STRATEGI PENGEMBANGANNYA ( Studi Kasus Kabupaten Ogan

Komering Ulu Tahun 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 17 Juni 2016

(6)

v

baik, mereka itu adalah sebaik – baik makhluk. (QS Al-Bayyinah:7)

Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan yang tak mudah, kita bukan tokoh dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan. Kita yang bukan tokoh mitos, yang punya anak, istri, dan keluarga mengenal rasa takut. Meskipun takut, kita jalan terus, berani melompati pagar batas ketakutan tadi, mungkin disitu harga diri kita ditetapkan. (Gus Dur)

(7)

vi 1. Ibunda dan Alm. Ayahanda tercinta.

2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Ekonomi UMY.

(8)

vii

Ulu pada tahun 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient, analisis Overlay, analisis Klassen Typology dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

(9)

viii

Constant Prices of South Sumatra Province in 2010. The used model is the Analysis Model of the Growth Ratio (MRP), analysis of Shift Share, analysis of Location Quotient (LQ), analysis of Overlay, analysis of Klassen Typology and SWOT analysis.

Based on the result of the SWOT analysis, the policy strategy of sector development which needs to be taken is to increase the economy of the region throght potential sector base, improve the quality of education and health services, improve the quality of public facilities and infrastructure and increase the competitiveness of the economy of the region.

(10)

ix

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan dan Strategi Pengembangannya (Studi kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 –

2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Dr. Nano Prawoto, SE.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan kemudahan dalam penulisan.

(11)

x

HMI Komisariat FE UMY Periode 1436-1437 H / 2015-2016 M. (Gilang, Luki, Rica, Dian, Anggi, Adiba, Donna, Junando, Bayu, Shiddiqi, Teguh. Jeje), dkk dan senior sekaligus mentor Muhibbuddin Ahmad AM, yang telah menemani dan berjuang bersama – sama.

5. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY, (Fadly, Endah, Malik, Adilah, Nadia, Fitra, Weni, Haryadi, Yusuf Jr, Diyah, Ida, Wida, Thomi, Adin), dkk.

6. Keluarga Besar Generasi Bakti Negeri yang luar biasa. 7. Keluarga Besar BEM FE UMY 2012-2013 M.

8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 17 Juni 2016

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pembangunan Ekonomi ... 10

(13)

xii

Daerah ... 20

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Model Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Obyek Penelitian ... 32

B. Jenis Data ... 32

C. Sumber Data ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

F. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 49

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 49

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 53

C. Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 55

D. Pendidikan dan Kesehatan ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan ... 62

B. Analisis Shift Share ... 65

C. Analisis Location Quotient ... 91

(14)

xiii

A. Simpulan ... 108 B. Saran ... 111 C. Keterbatasan Penelitian ... 112 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

3.1 Klasifikasi sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 46

3.2 Matrik SWOT ... 48

4.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama ... 54

4.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 55

4.3 Indikator Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 58

4.4 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu 59 4.5 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu ... 60

5.1 Hasil Penghitungan MRP ... 63

5.2 Hasil Penghitungan Shift Share ... 66

5.3 Hasil Penghitungan Indeks Location Quotient ... 92

5.4 Hasil Penghitungan Overlay ... 95

5.5 Klasifikasi Sektor PDRB Berdasarkan Klassen Typology ... 98

(16)

xv

1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Ogan Komering Ulu ... 5

1.3 Perbandingan PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan ... 6

2.1 Kurva Productiont Possibility Frontier ... 11

2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 31

4.1 Peta Wilayah Provinsi Sumatera Selatan ... 49

(17)
(18)

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient, analisis Overlay, analisis Klassen Typology dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

(19)

used model is the Analysis Model of the Growth Ratio (MRP), analysis of Shift Share, analysis of Location Quotient (LQ), analysis of Overlay, analysis of Klassen Typology and SWOT analysis.

Based on the result of the SWOT analysis, the policy strategy of sector development which needs to be taken is to increase the economy of the region throght potential sector base, improve the quality of education and health services, improve the quality of public facilities and infrastructure and increase the competitiveness of the economy of the region.

(20)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional (daerah). Pembangunan nasional memiliki tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata termasuk pemerataan hasil pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki masing – masing daerah, namun untuk mencapai sasaran yang diinginkan bukanlah pekerjaan yang mudah.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah salah satu tujuan dari pembangunan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus disertai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Ukuran ekonomi di daerah (provinsi atau kabupaten) menggunakan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu.

(21)

Pada dasarnya upaya pembangunan daerah memiliki tujuan meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang dapat diakses oleh masyarakat di daerah. Dalam menempuh upaya tersebut, pemerintah dan masyarakat secara bersama – sama harus memiliki inisiatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemerintah daerah harus mampu meningkatkan partisipasi masyarakat serta dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki mampu merancang sebuah strategi pembangunan perekonomian daerah.

Menurut Lincolin Arsyad (1999), penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan. Perbedaan yang terdapat pada masing – masing daerah akan membawa dampak pembangunan dengan corak yang berbeda pula. Selain itu, pembangunan yang berhasil pada suatu daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama pada daerah lain. Kebijakan dalam pembangunan suatu daerah harus memperhatikan kondisi yang berkaitan dengan masalah, kebutuhan, dan potensi dari daerah yang bersangkutan.

(22)

Undang – Undang tersebut merupakan landasan bagi daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan potensi yang dimiliki daerah. Undang – Undang ini juga memberikan peranan yang lebih luas kepada pemerintah daerah untuk merancang pembangunan daerah yang sesuai dengan keinginan masyarakat sekitar.

Peranan pemerintah daerah semenjak diberlakukannya otonomi daerah menjadi semakin besar. Peranan tersebut diikuti pula dengan tantangan dan tuntutan untuk dapat membangunan daerah sesuai dengan corak daerah. Konsekuensi dari diberlakukannya otonomi daerah tersebut adalah pemerintah daerah harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus menjalankan roda pemerintahan untuk mencapai pembangunan yang diinginkan.

(23)

sebagai alat ukur kontribusi yang menunjukkan kemampuan sumber daya yang dihasilkan oleh daerah.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki karakteristik spesifikasi perekonomian yang dibangun dengan mengandalkan sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sektor. Hal tersebut tercermin dari besarnya sumbangan sektor pertambangan dan penggalian yang diwakili oleh pertambangan minyak, gas, dan panas bumi terhadap PDRB Sumatera Selatan.

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Tahun 2011 – 2014 (persen)

Gambar 1.1 diatas menunjukkan selama tahun 2011 hingga 2014, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan sebesar 6,36 persen, kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar 6,83 persen.

(24)

Selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 5,4 persen dan tercatat pada tahun 2014 menjadi sebesar 4,68 persen.

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, memiliki luas wilayah 2.772,56 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 344.932 jiwa pada tahun 2014. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan, dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Sumber : BPS Kab. Ogan Komering Ulu

GAMBAR 1.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2011 – 2014 (persen)

Jika diperhatikan selama periode 2011 hingga 2014, siklus ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu secara agregat cenderung mengalami penurunan. Perekonomian Ogan Komering Ulu pada tahun 2014 mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun – tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2014 mencapai

0 2 4 6

2011 2012 2013 2014

(25)

3,57 persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 4,34 persen. Menurunnya pertumbuhan tersebut disebabkan menurunnya sumbangan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian.

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

GAMBAR 1.3

Perbandingan PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan Tahun 2014 (miliar rupiah)

(26)

Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang potensial untuk lebih dikembangkan dengan sektor – sektor unggulan yang menunjang, sangat diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini akan tercapai otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik pemerintah daerah dengan masyarakat untuk menggali potensi dan pengelolaan sumber – sumber pendapatan yang ada agar dapat meningkatkan perekonomian wilayah tersebut.

Selain penjelasan diatas, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga membutuhkan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pemenuhan ekonomi yang ingin dicapai harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Konsekuensi dari penambahan pendapatan tersebut adalah pemerintah daerah harus mampu memfokuskan pengembangan pada sektor – sektor potensial yang memiliki dampak pengganda yang besar terhadap sektor – sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai “Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor

Unggulan dan Strategi Pengembangannya : Studi Kasus Kabupaten

(27)

B. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, mengingat ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah yang luas maka penelitian ini mengkaji sektor – sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2010 sampai dengan 2014.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :

1. Sektor apakah yang memiliki potensi sebagai sektor basis serta yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesifikasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift Share, Overlay serta Model Ratio Pertumbuhan (MRP)?

2. Sektor manakah yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology? 3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan

untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal – hal sebagai berikut :

(28)

spesifikasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift Share, Overlay serta Model Ratio Pertumbuhan (MRP).

2. Untuk mengetahui sektor yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology.

3. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan implementasi teori – teori yang diterima pada saat kuliah di lapangan. 2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai kondisi perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu.

3. Bagi Pemerintah Daerah

(29)

10

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Definisi Pembangunan ekonomi menurut Sajogyo (1985) adalah sebagai proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth) ataupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum masyarakat luas (society). Sedangkan menurut Sukirno (1981), pembangunan ekonomi adalah perkembangan GDP yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional.

(30)

kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Todaro dalam penjelasannya tentang pembangunan ekonomi mengklasifikasikan tiga nilai pokok dari pembangunan yaitu :

1) Masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs). 2) Masyarakat semakin variatif dalam memilih.

3) Meningkatkan harga diri masyarakat.

Dalam penelitian Imamudin Yuliadi (2014), pembangunan ekonomi bisa digambarkan melalui pergeseran kurva PPF ke kanan artinya kapasitas perekonomian semakin meningkat sehingga kemampuan memenuhi kebutuhan bagi masyarakat semakin meningkat. Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa digambarkan dalam suatu kurva PPF (Production Possibility Frontier) seperti dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kurva Production Possibility Frontier

Sumbu horisontal menunjukkan kemampuan memproduksi barang-barang industri sedangkan sumbu vertikal menunjukkan kemampuan memproduksi barang-barang pertanian. Kurva PPF menunjukkan kemampuan maksimal perekonomian dalam memproduksi berbagai kombinasi barang-barang

Pertanian

PPF

(31)

industri dan pertanian dengan sumber daya ekonomi yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin tinggi kemampuan tingkat produksinya dan semakin besar kekayaan negara tersebut. Dengan kemajuan teknologi kurva PPF dapat digeser ke kanan sehingga kapasitas produksinya menjadi semakin besar dan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat bertambah baik (Gordon, 1993).

2. Pertumbuhan Ekonomi

Definisi pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet (1871) adalah kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Sementara menurut Suryana (2000), kemampuan masyarakat dalam jangka panjang berdasarkan kemajuan teknologi, institusional, dan ideologis yang diperlukan. Terdapat tiga keomponen dalam definisi menurut Suryana tersebut. Pertama adalah kemampuan dalam penyediaan barang, meningkatnya kemampuan tersebut merupakan output dari manivestasi pertumbuhan ekonomi. Kedua, kemajuan teknologi merupakan faktor pertumbuhan ekonomi yang turut menyumbang kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga, penggunaan teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(32)

1) Tanah dan kekayaan lain

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa – masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.

2) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor – faktor produksi yang tersedia.

3) Barang – barang modal dan tingkat teknologi

Barang – barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang – barang modal yang bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.

4) Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi.

(33)

1) Akumulasi Modal

Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisikal dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Pabrik – pabrik, mesin – mesin, peralatan – peralatan, dan barang – barang baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal suatu negara (yaitu jumlah nilai riil bersih dari semua barang – barang modal produktif secara fisikal) sehingga pada gilirannya akan memungkinkan negara tersebut untuk mencapai tingkat output yang lebih besar. Investasi jenis ini diklasifikasikan sebagai investasi di sektor produktif.

(34)

2) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal – hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor Force) secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja berarti semakin banyak faktor produksi tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.

3) Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara – cara baru dan cara – cara lama yang diperbaiki dalam melakukan perkerjaan – pekerjaan tradisional, seperti cara menanam padi, membuat pakaian, atau membangun rumah. Ada tiga macam klasifikasi kemajuan teknologi yaitu : netral, hemat tenaga kerja (labor saving) dan hemat modal (capital saving).

3. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Terdapat beberapa teori tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, antara lain sebagai berikut :

1. Teori Ekonomi Klasik

(35)

penawaran yang tinggi sehingga meningkatkan permintaan yang tinggi. Namun dalam praktiknya, penawaran tinggi tersebut tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi sehingga menyebabkan kelebihan produksi, pengangguran, dan deflasi.

2. Teori Basis Ekonomi

Teori ini dapat memperhitungkan adanya kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat kelompok industri yang menghasilkan barang – barang yang sebagian diekspor dan sebagian lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini juga dapat digunakan sebagai indikasi dampak pengganda (multiplier effect) bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah (Ambardi dan Socia, 2002).

Menurut Budhiharsono (2001) ada beberapa metode untuk memilih antara kegiatan basis dan nonbasis, yaitu :

1) Metode Pengukuran Langsung

Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan – bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras biaya, waktu, dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelemahan tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung.

2) Metode Pengukuran Tidak Langsung

(36)

a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan nonbasis.

b. Motode Location Quotient dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata – rata/konsumsi rata – rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang – barang antara, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.

c. Metode campuran merupakan penggabungan antara metode asumsi dengan metode Location Quotient.

d. Metode kebutuhan minimum melibatkan sejumlah wilayah yang sama dengan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga regional dan bukan distrribusi rata – rata.

3. Teori Lokasi

(37)

kelemahan yaitu pengaruh teknologi dan komunikasi modern yang turut mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu.

4. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat yang didukung oleh sejumlah tempat yang menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Teori tempat sentral biasanya diterapkan pada pembangunan daerah, baik daerah pedesaan maupun perkotaan.

5. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah – daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar mirip teori kausasi kumulatif. Dengan kata lain, kekuatan – kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan daerah – daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah – daerah lainnya.

6. Teori Model Daya Tarik (Attraction)

Teori model daya tarik adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat atau teori ini disebut juga teori daya tarik industri. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasar terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif.

4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

(38)

proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan – keputusan atau pilihan – pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan ekonomi terdiri atas sederetan fungsi kewenangan masyarakat dalam menggunakan sumber daya ekonomi secara optimal untuk mencapai suatu tatanan yang lebih baik.

(39)

5. Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan

Daerah

Menurut Sambodo dalam Usya (2006), sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor unggulan tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya :

a. Sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi.

b. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.

c. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang.

(40)

Sektor unggulan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dibanding sektor – sektor yang lain karena terdapat faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi. Selain itu, pengembangan dalam peluang investasi juga dapat dilakukan dalam pengembangan sektor unggulan.

B. Penelitian Terdahulu

(41)

Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik; gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan maupun dari kontribusi.

Afrendi Hari Tristanto pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sektor Ekonomi Unggulan dalam Pengembangan Potensi Perekonomian di Kota Blitar. Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), dan Shift Share. Hasil dari penelitian tersebut adalah berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) yang termasuk kedalam sektor basis (LQ>1) yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa – jasa. Berdasarkan hasil perhitungan Shift Share yang termasuk kedalam sektor kompetitif yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan Shift Share yang termasuk sektor ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/kontruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif.

(42)

Quotient, Shift Share, Klassen Typology. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan analisis Klassesn Typology menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa merupakan sektor basis. Berdasarkan analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang kompetitif. Berdasarkan analisis Overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ, Shift Share, dan Klassen Typology dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor bangunan merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif.

(43)

perdagangan hotel restoran menduduki prioritas pertama secara global dengan bobot 33,1%, disusul sektor industri pengolahan 32,4%, sektor bangunan dan kontruksi 11,7%, sektor jasa – jasa menduduki prioritas terakhir dengan bobot 3,1%. Hasil analisis shift share untuk kontribusi PDRB di Kota Malang tahun analisis 2009 – 2010. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan nilai positif pada 6 sektor yang diteliti. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB di Kota Malang sebesar 38,18%, sektor pengolahan 8,82%, sektor jasa – jasa 12,58%, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan 8,82%, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,80%, dan yang terakhir sektor bangunan dan kontruksi sebesar 2,61%. Struktur ekonomi Kota Malang mulai bergeser dari struktur industri ke struktur ekonomi yang bersifat pelayanan seperti perdagangan, hotel restoran, jasa – jasa, serta pengangkutan dan komunikasi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan Kota Malang sebagai pusat bisnis, kota pendidikan, dan pariwisata. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB dari sektor industri pengolahan ke sektor perdagangan, hotel, restoran, jasa – jasa di Kota Malang.

(44)

LQ terdapat tiga sektor unggulan Kabupaten Lamongan yang menjadi basis ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, sektor jasa – jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan enam sektor lainnya termasuk ke dalam sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada efek pengganda pendapatan sektor basis yang dihasilkan menunjukkan bahwa koefisien pengganda pendapatan selama tahun 2002 – 2006 lebih besar daripada efek pengganda pendapatan di sektor non basis. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap aktifitas ekonomi di sektor basis lebih besar. Hasil analisis shift share menunjukkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu juga pada sektor jasa – jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Inti dari strategi kebijakan pembangunan adalah untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah dengan memberdayakan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sektor unggulan daerah dan mengikutsertakan sektor non basis sebagai penunjang sektor unggulan.

(45)

berdasarkan analisis MRP menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat Kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Berdasarkan analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi Bali. Berdasarkan analisis LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi dan sektor real estate. Berdasarkan analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan. Berdasarkan analisis Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju. Berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.

(46)

TABEL 2.1 unggulan dan sangat dominan. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa

– jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik; gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan maupun dari kontribusi.

Dari hasil analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan Shift

Share yang termasuk sektor

ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni (1) sektor listrik, gas, dan air bersih, (2) sektor bangunan/kontruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif

1. Hasil analisis Klassesn Typology menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 2. Hasil analisis Location

Quotient menunjukkan bahwa

(47)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

merupakan sektor basis.

3. Hasil Shift Share menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang kompetitif.

4. Hasil Overlay dari analisis gabungan tiga analisis yaitu LQ, Shift Share, dan Klassen Typology dari semua sektor ternyata didapat bahwa sektor bangunan merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka yang positif. Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan kriteria sektor unggulan perekonomian, sektor perdagangan hotel restoran menduduki prioritas pertama, disusul sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan kontruksi, sektor jasa – jasa menduduki prioritas terakhir.

(48)

No Penulis, Tahun, pendapatan sektor basis yang dihasilkan menunjukkan bahwa koefisien pengganda pendapatan selama tahun 2002 – 2006 lebih besar daripada efek pengganda pendapatan di sektor non basis. 3. Hasil analisis shift share menunjukkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu

1. Hasil penelitian analisis MRP menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang menonjol.

2. Hasil penelitian analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan.

3. Hasil penelitian analisis LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi dan sektor real estate. 4. Hasil penelitian analisis

Overlay yang memiliki

pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan.

5. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.

(49)

No Penulis, Tahun, dan Judul

Metode Analisis Kesimpulan

basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.

C. Model Penelitian

Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat menunjukkan bahwa suatu daerah memiliki potensi ekonomi yang dilihat berdasarkan besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita. Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan daerah digunakan pengaruh variabel keunggulan kompetitif, spesialisasi dan pertumbuhan ekonomi persektor terhadap sektor basis yang signifikan dan disesuaikan dengan tipologi daerah yang bersangkutan.

(50)
(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang merupakan salah satu kabupaten dari 17 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang dijadikan objek penelitian karena potensi yang dimiliki. Berdasarkan letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk, menjadikan wilayah ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data – data pendukung yang diperoleh dari buku – buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap kompeten berupa data PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan selama lima tahun.

C. Sumber Data

(52)

kepustakaan. Obyek penelitian ini adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 – 2014. Data yang digunakan terbatas pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan harga konstan 2010 dari tahun 2010 – 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

(53)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi

Jumlah kontribusi yang diberikan masing – masing sektor terhadap pendapatan daerah masing – masing kabupaten. Kontribusi ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terpakai dalam penelitian ini adalah atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing – masing kabupaten/kota. Adapun sektor – sektor perekonomian dimaksud yakni:

- Pertanian, kehutanan dan perikanan - Pertambangan dan penggalian - Industri pengolahan

- Pengadaan listrik dan gas

- Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang - Konstruksi

- Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor - Transportasi dan pergudangan

(54)

- Jasa keuangan dan asuransi - Real estate

- Jasa perusahaan

- Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan - Jasa pendidikan

- Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang – barang dan jasa – jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri dan sektor ini tidak dapat mengeskpor barang diluar daerah.Sektor non basis ini bila nilai LQ<1. 5. Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang memilki peranan relatif besar dibandingkan sektor – sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah.

6. Keunggulan Kompetitif

Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju pertumbuhan sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi (rij – rin) > 0.

7. Spesialisasi

(55)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP merupakan alat analisis untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal (Yusuf, 1999).

Model analisis ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama dalam analisis Shift and Share yaitu Differential Shift dan Proportionality Shift. Secara matematis Differential Shift dapat ditulis sebagai berikut:

Dij

=

[

∆�ij

� �

���

��� �

] � �

... (1)

Dan Proportionality Shift dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

Pij =

[

∆���

��� �

∆��

�� �

] � �

... (2)

Sehingga dari persamaan di atas diperoleh rumus – rumus perhitungan sebagai berikut:

∆EIR = ��� � + � − ��� � ... (3)

∆�� = �� � + � − �� � ... (4)

Keterangan :

∆Eij : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah studi pada periode waktu t

(56)

∆ER : perubahan PDRB di wilayah referensi Eij : pendapatan kegiatan I di wilayah studi EIR : pendapatan kegiatan I di wilayah referensi ER : PDRB di wilayah referensi

t+n : tahun antara dua periode

Pendekatan analisis MRP ini dibagi menjadi dua rasio, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPS).

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)

(RPR) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan I di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi.

RPR

=

∆� � � � �⁄

∆�� �� �⁄

...

(5)

Keterangan :

∆EiR : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah referensi EiR : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah

referensi

∆ER : perubahan PDRB di wilayah referensi

ER(t) : PDRB pada awal penelitian wilayah referensi

(57)

Jika nilai RPR < 1 ϸ negatif (-), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih kecil dari pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS)

RPS adalah perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan I wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan I di wilayah referensi.

RPS =∆� ⁄� �

∆ � � � �⁄

...

(6)

Keterangan :

∆Eij : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah studi,

Eij(t) : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah studi,

∆EiR : perubahan pendapatan kegiatan I di wilayah referensi, EiR(t) : pendapatan kegiatan I awal periode penelitian di wilayah

referensi.

Jika nilai RPS > 1 ϸ positif (+), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Jika nilai RPS < 1 ϸ negatif (-), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

(58)

Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR (+) dan RPS (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol dan demikian pula pada tingkat kabupaten. Kegiatan ini selanjutnya disebut dominan pertumbuhan.

Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan RPS (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol namun pada tingkat kabupaten belum menonjol.

Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan RPS (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan tidak menonjol sementara pada tingkat kabupaten termasuk menonjol.

Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan RPS (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten mempunyai pertumbuhan rendah.

2. Analisis Shift Share

(59)

penyebab pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional (Robinson Tarigan, 2004).

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu samalain (Lincolin Arsyad, 1999):

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. 3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian di tingkat regional atau nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor

(60)

perbandingan yang dilakukan. Bila penyimpangannya positif, maka suatu sektor dalam daerah memiliki keunggulan kompetitif.

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share sebagai berikut:

Dij = Nij + Mij + Cij ... (7) Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

Dij = E*ij – Eij ... (8) Nij = Eij .rn ... (9) Mij = Eij (rin – rn) ... (10) Cij = Eij (rij – rn) ... (11) Dimana: rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing – masing didefinisikan sebagai berikut:

rij = �∗ −�

� ... (12)

rin = �∗ �−� �

� � ... (13)

rn = �∗�−��

�� ... (14)

Keterangan :

Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (kabupaten) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (provinsi) En : pendapatan wilayah n (provinsi)

E*ij : pendapatan tahun terakhir

(61)

Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ... (15) Keterangan :

Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional

Mij : bauran industri sektor I di wilayah j

Cij : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j Eij : pendapatan sektor I di wilayah j

Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:

Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu juga sebaliknya.

Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.

3. Analisis Location Quotient (LQ)

(62)

kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB wilayah atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung LQ ( Lincolin Arsyad, 1999) adalah:

LQ

=

� /��

� /�� ... (16)

Keterangan :

LQ : koefisien Location Quotient vi : pendapatan sektor I di suatu daerah vt : pendapatan total daerah tersebut

Vi : pendapatan sektor I secara regional/nasional Vt : pendapatan total regional/nasional

Dari rumus di atas ada 3 kategori hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah, yaitu:

Jika nilai LQ>1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Artinya, sektor tersebut dalam perekonomian daerah di wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

(63)

Jika nilai LQ=1, maka sektor yang bersangkutan baik di wilayah studi maupun wilayah referensi memiliki peningkatan.

Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja disetiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumberdaya

4. Analisis Overlay

Analisis Overlay ini dimaksudkan untuk menentukan sektor atau kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi dengan menggabungkan hasil dari Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Location Quotient (LQ). Metode ini mempunyai 4 (empat) penilaian atau kemungkinan, yaitu:

Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusi.

(64)

perlu lebih ditingkatkan kontribusinya untuk menjadi kegiatan yang dominan.

Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Kegiatan ini sangat memungkinkan bahwa kegiatan sedang mengalami penurunan.

Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), menunjukkan suatu kegiatan yang tidak potensial baik dari kriteria pertumbuhan maupun kontribusi.

5. Analisis Klassen Typology

Analisis Klassen Typology digunakan untuk melihat gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan masing – masing sektor ekonomi. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah ini, dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi daerah pada masa mendatang. Selain itu, hal tersebut juga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan daerah.

Menurut tipologi daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu:

(65)

Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata – rata.

Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata – rata.

Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah.

TABEL 3.1

Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology

y

r

yi > y yi < y

ri > r Sektor maju dan tumbuh cepat

Sektor berkembang cepat

ri < r Sektor maju tetapi tertekan

Sektor relatif tertinggal

Sumber : Sjafrizal, 1997

Keterangan: ri adalah laju pertumbuhan sektor I, r adalah laju pertumbuhan PDRB, yi adalah kontribusi sektor I terhadap PDRB, y adalah kontribusi rata – rata sektor terhadap PDRB.

6. Analisis SWOT

(66)

dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Perce dan Robinson dalam Muhammad Ghufron, 2008).

Unsur – unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berarti mengacu kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T.

Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:

a. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah. b. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah. c. Membuat daftar peluang ekternal wilayah.

d. Membuat daftar ancaman ekternal wilayah.

(67)

f. Menyesuaikan kelemahan – kelemahan internal dengan peluang – peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O. g. Menyesuaikan kekuatan – kekuatan internal dengan ancaman –

ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T. h. Menyesuaikan kelemahan – kelemahan internal dengan ancaman –

ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.

(68)

49

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam

1. Letak dan Batas Wilayah

Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 10 – 40 Lintang Selatan dan 1020 - 1060 Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017,41 kilometer persegi. Batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi bengkulu.

GAMBAR 4.1

(69)

Sementara Kabupaten Ogan Komering Ulu secara geografis terletak antara 103040’ Bujur Timur sampai dengan 104033’ Bujur Timur dan antara 3045’ sampai dengan 4055’ Lintang Selatan, atau terletak pada jalur Lintas Tengah Trans Sumatera.

Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu sebagian besar terdiri dari daerah beriklim tropis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 220C – 310C. Selain itu, Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak dengan jarak pada ketinggian laut berkisar 70 meter.

GAMBAR 4.2

Peta Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

(70)

kilometer persegi. Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebalah Utara : Kabupaten Muara Enim - Sebelah Selatan : Kabupaten OKU Selatan - Sebelah Barat : Kabupaten Muara Enim - Sebelah Timur : kabupaten OKU Timur

2. Keadaan Alam dan Wilayah

Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki bentuk wilayah bervariasi dari datar sampai bergunung – gunung atau dari 0 – 2% hingga diatas 40%. Keadaan lereng 0 – 2% (luas 61.781 Ha), lereng 2 – 15% (luas 142.968 Ha), lereng 15 – 40% (luas 71.564 Ha). Secara geologis wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk pada zaman tersier dan kwarter oleh batuan granit, tufa andesit dan formasi andesit tua. Dari susunan batuan – batuan tersebut terkandung berbagai macam kekayaan alam yang potensial antara lain batubara, batu marmer, minyak bumi, batu kapur, emas, nikel, besi, intan, pasir, koral, dan lain – lainnya.

(71)

wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini tersedia cukup besar, baik untuk keperluan rumah tangga, irigasi pertanian, maupun untuk pengembangan perikanan darat.

Kondisi iklim daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu sebesar 220C – 310C dengan curah hujan terendah 3.038 mm dijumpai di Kecamatan Lengkiti dan curah hujan tertinggi di Kecamatan Pengandonan sebesar 4.881 mm, atau antara 260 mm – 448 mm setiap bulannya.

3. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Kabupaten Ogan Komering Ulu terdiri dari 12 kecamatan, 14 kelurahan, dan 143 desa dengan wilayah meliputi :

1) Kecamatan Lengkiti, yang membawahi 22 Desa.

2) Kecamatan Sosoh Buay Rayap, yang membawahi 11 Desa. 3) Kecamatan Pengandonan, yang membawahi 12 Desa. 4) Kecamatan Semidang Aji, yang membawahi 21 Desa. 5) Kecamatan Ulu Ogan, yang membawahi 7 Desa. 6) Kecamatan Muara Jaya, yang membawahi 7 Desa. 7) Kecamatan Peninjauan, yang membawahi 24 Desa. 8) Kecamatan Lubuk Batang, yang membawahi 15 Desa. 9) Kecamatan Sinar Peninjauan, yang membawahi 6 Desa.

10) Kecamatan Baturaja Timur, yang membawahi 4 Desa dan 9 Kelurahan.

11) Kecamatan Lubuk Raja, yang membawahi 7 Desa.

(72)

Kota Baturaja merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian.

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu pada dasarnya adalah pengendalian kepadatan penduduk yang bertujuan meningkatkan kualitas manusia. Program pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, perpanjangan angka harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu berjumlah 344.932 jiwa dengan komposisi laki – laki 176.226 jiwa dan perempuan 168.706 jiwa. Ditinjau dari jumlah komposisi penduduk, jumlah laki – laki lebih banyak dari jumlah perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu Baturaja Timur dengan komposisi laki – laki 48.857 jiwa dan perempuan 48.345 jiwa, sementara jumlah penduduk terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Muara Jaya dengan komposisi jumlah laki – laki 3.603 jiwa dan perempuan 3.341 jiwa. Kecamatan – kecamatan yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu terdiri dari campuran masyarakat Suku Ogan, Suku Komering, Suku Dayak, Suku Jawa, Suku Bali, dan Suku Lampung.

(73)

diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran.

TABEL 4.1

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut kegiatan Utama di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2012 – 2014 (persen)

Uraian Tahun

2012 2013 2014

Angkatan Kerja 62,50 57,88 63,33 Bukan Angkatan

Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, Lainnya)

37,50 42,12 36,67

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab. Ogan Komering Ulu

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat perbandingan penduduk dalam ketegori angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja pada tahun 2012 sebesar 62,50 persen, mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 57,88 persen, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar 63,33 persen. Sementara kategori bukan angkatan kerja pada tahun 2012 sebesar 37,50 persen, mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi sebesar 42,12 persen, dan mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi sebesar 36,67 persen.

(74)

menggeser kegiatan perdagangan pada tahun 2010. Pilihan pekerjaan lain sebagai pedagang adalah yang paling banyak dilakukan. Pilihan perdagangan ini dikarenakan lokasi Kabupaten Ogan Komering Ulu yang cukup jauh dari ibukota provinsi yakni Palembang memungkinkan menjadi pusat pedagangan bagi daerah sekitarnya.

C. Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu

Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh besarnya peranan sektor – sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Semakin besar nilai tambah yang diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan dalam perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha, maka sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Tabel 4.2

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010 – 2014 (persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian, kehutanan, dan perikanan 28,7 28,6 28,9 29,2 29,3

Pertambangan dan penggalian 21,6 20,7 18,9 17,1 15,6

Industri Pengolahan 12,3 12,6 12,9 13,4 13,9

Pengadaan listrik dan gas 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06

Pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah, dan daur ulang 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13

(75)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Perdagangan besar dan eceran ;

reparasi mobil dan sepeda motor 11,5 11,7 11,9 12,1 12,3

Transportasi dan pergudangan 1,32 1,34 1,37 1,41 1,46

Penyediaan akomodasi dan

makan/minum 1,42 1,47 1,51 1,49 1,52

Informasi dan komunikasi 0,77 0,78 0,8 0,81 0,85

Jasa keuangan dan asuransi 2,37 2,41 2,54 2,63 2,64

Administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib 2,31 2,27 2,2 2,12 2,16

Jasa pendidikan 2,37 2,42 2,44 2,55 2,92

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,09 1,09 1,04 1,02 1,02

Jasa lainnya 1,11 1,09 1,04 1,02 1,02

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab. Ogan Komering Ulu

(76)

Kontribusi terbesar kedua adalah berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan peranan yang cenderung menurun yakni pada tahun 2010 sebesar 21,64 persen menjadi sebesar 15,61 persen pada tahun 2014. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Tercatat pada tahun 2010 sektor tersebut memberikan peranan sebesar 12,25 persen dan pada tahun 2014 sebesar 13,89 persen. Sementara kontribusi terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas yakni pada tahun 2010 sebesar 0,05 persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,06 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan yang cenderung menurun setiap tahun yakni pada tahun 2011 sebesar 6,36 persen menjadi sebesar 4,68 persen pada tahun 2014 dikarenakan menurunnya sumbangan dari sebagian besar sektor yang ada. Penurunan tersebut membawa dampak negatif terhadap perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu yang turut mengalami penurunan setiap tahun. Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,70 persen dan mengalami penurunan setiap tahun hingga menjadi sebesar 3,57 persen pada tahun 2014.

D. Pendidikan dan Kesehatan

Gambar

GAMBAR 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
GAMBAR 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu
GAMBAR 1.3 Perbandingan PDRB Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan Tahun 2014
Gambar 2.1 Kurva Production Possibility Frontier
+7

Referensi

Dokumen terkait

huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kabupaten

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 51 BAB XII Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 12 Tahun

Menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan renstra sesuai amanat Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Nomor 22 Tahun 2011 tentang RPJMD

Berdasarkan program kegiatan promosi wisata Danau Ranau yang telah dilakukan, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan pada dasarnya memiliki potensi dan peluang

Sampai dengan tahun 2009, jumlah rumah sakit yang ada di Kabupaten Ogan. Komering Ulu berjumlah 3 unit, yaitu 1 rumah sakit umum, 1 rumah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu tentang Pembentukan

1 Juni 2017 32 ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN Ririn Utari1, Nyimas Arnita Aprilia2 Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Dari ulasan tersebut dapat disimpulkan bahwa rencana kolaborasi yang akan dilakukan dalam pembangunan pariwisata alam di Kecamatan Ulu Ogan akan dimulai dengan mengembangkan wisata