• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar hukum yang melandasi Penyusunan RTRW Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun ini antara lain :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar hukum yang melandasi Penyusunan RTRW Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun ini antara lain :"

Copied!
359
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

B

a

a

a

b

b

b

1

1

1

P

P

P

e

e

e

n

n

n

d

d

d

a

a

a

h

h

h

u

u

u

l

l

l

u

u

u

a

a

a

n

n

n

1

1

1.

.

.1

1

1 D

D

Da

a

as

s

sa

a

ar

r

r H

H

Hu

u

uk

k

ku

u

um

m

m P

P

Pe

e

en

n

ny

y

yu

u

us

s

su

u

un

n

na

a

an

n

n R

R

RT

T

TR

R

RW

W

W K

K

Ka

a

ab

b

bu

u

up

p

pa

a

at

t

te

e

en

n

n O

O

Og

g

ga

a

an

n

n K

K

Ko

o

om

m

me

e

er

r

ri

i

in

n

ng

g

g U

U

Ul

l

lu

u

u

Dasar hukum yang melandasi Penyusunan RTRW Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2012 2032 ini antara lain :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

9. Undang undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pertambangan Minyak dan Gas (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara 4152);

10. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);

12. UU No. 37 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir. (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4347);

13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

14. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4421);

17. Undang undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah dirubah dengan

(3)

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5074);

18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

19. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

20. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444);

21. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 33);

22. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

23. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

24. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746 );

25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

26. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

(4)

27. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

28. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5014);

29. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96);

30. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara 5052);

31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

32. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 33. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam

dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

34. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3034);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165; Tambahan Lembaran

(5)

Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 16 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4814);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

43. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan;

44. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar;

45. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28)

47. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29);

(6)

48. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30);

49. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (lembaran Negara RI tahun 2010 Nomor 5160).

50. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138); 51. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung;

52. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2009 tentang Pengembangan Infrastruktur Instana Kepresidenan, Kebun Raya dan Benda Cagar Budaya Tertentu.

53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah 54. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;

56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

57. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009 Nomor 2).

1

1

1.

.

.2

2

2 P

P

Pr

r

ro

o

of

f

fi

i

il

l

l W

W

Wi

i

il

l

la

a

ay

y

ya

a

ah

h

h K

K

Ka

a

ab

b

bu

u

up

p

pa

a

at

t

te

e

en

n

n O

O

Og

g

ga

a

an

n

n K

K

Ko

o

om

m

me

e

er

r

ri

i

in

n

ng

g

g U

U

Ul

l

lu

u

u

1.2.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

1.2.1.1 Letak Geografis dan Administrasi

(7)

tersebut dihubungkan oleh sistem jaringan jalan arteri primer lintas tengah di Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan Jaringan Kereta Api merupakan angkutan Barang dan Penumpang yang menghubungkan Kota Pelembang-Baturaja-Tanjung Karang. Hasil-hasil potensi tambang baik Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya maupun hasil industri pertambangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu menggunakan jasa jaringan kereta api ini serta jaringan jalan arteri primer.

Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu kawasan seluas 99.888,28 kilometer persegi di pulau Sumatra, Indonesia bagian Barat yang terletak di sebelah Selatan garis khatulistiwa pada 10 - 40 derajat lintang Selatan dan 102 - 108 derajat Bujur Timur. Bagian daratan propinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah Utara. Propinsi Lampung di Selatan dan Provinsi Bengkulu di bagian Barat. Sedang di bagian Timur berbatasan dengan pulau Bangka dan Belitung, Sumatera Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini dalam abad 712 Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yang berpengaruh sampai ke Formosa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika. Disamping itu, Sumatra Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batanghari Sembilan karena di kawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke hulu, yakni: Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Rawas, Sungai Batanghari Leko dan Sungai Lalan serta puluhan anak sungai lainnya.

Dalam konstelasi wilayah Provinsi Sumatera Selatan wilayah, maka Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak pada bagian wilayah selatan Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan Langsung dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Muara Enim. Kabupaten Ogan Komering Ulu ini terletak pada wilayah yang strategis karena dilalui oleh jaringan jalan Trans Sumatera (jalur tengah) yang menghubungkan akses kota-kota di Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.

Orientasi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu terhadap Provinsi Sumatera Selatan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1

(8)
(9)

Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu setelah pemekaran wilayah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2003 dimekarkan menjadi tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu setelah pemekaran wilayah tersebut pada awalnya terdiri dari 9 wilayah kecamatan, 3 kelurahan dan 135 desa. Pada tahun 2006 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten No. 12 Tahun 2006 Tentang Pembentukkan Kec. Sinar Peninjauan dan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Kec. Lubuk Raja, sedangkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukkan Kec. Muara Jaya. Dengan demikian jumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu hingga Tahun 2008 berjumlah 12 kecamatan dengan jumlah 14 kelurahan dan 138 Desa.

Secara geografis terletak pada 103 40 Bujur Timur dan 4 55 Lintang Selatan dengan luas wilayah 479.706 Ha, sedangkan secara administasi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir, Kecamatan Rambang dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan Semendo Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim serta Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang, Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Buay Sandang Aji, Kecamatan Buay Runjung dan Kecamatan Kisam Tinggi, Kecamatan Muara Dua Kisam Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Semendawai Barat, Kecamatan Madang Suku II, Kecamatan Madang Suku III, Kecamatan Buay Peliung dan Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Untuk lebih jelasnya batas-batas Kabupaten Ogan Komering Ulu ini dapat Tabel

(10)

Tabel 1.1

Jumlah Kecamatan, Luas Wiayah, Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

Di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2008

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Nama Ibukota Kecamatan (IKK) Jumlah Desa/Kelurahan 1 Baturaja Barat 13,260 Baturaja Barat 1. Batu Putih

2. Sukamaju 3. Laya

4. Kel. Tanjung Agung 5. Kel. Saung Naga 6. Kel. Talang Jawa 7. Pusar

8. Kel. Batu Kuning 9. Karang Agung 10. Karang Endah 11. Kel. Air Gading 12. Tanjung Karang 2. Baturaja Timur 10,969 Baturaja Timur 1. Kel. Baturaja Lama

2. Kel. Pasar Baru 3. Kel. Kemalaraja 4. Kel. Sukaraya 5. Kel. Sukajadi 6. Tanjung Kemala 7. Tanjung Baru

8. Kel. Kemelak Bindung Langit 9. Kel. Sepancar Lawang Kulon 10. Kel. Baturaja Permai

11. Kel. Sekar Jaya 12. Air Paoh 13. Terusan

3 Ulu Ogan 60.000 Mendingan 1. Kelumpang

2. Gunung Tiga 3. Mendingan 4 Ulak Lebar 5. Pendataran 6. Sukajadi 7. Belandang

4. Pengandonan 24,900 Pengandonan 1. Gunung Meraksa

2. Tanjung Pura 3. Tanjung Sari 4. Tangsi Lontar 5. Belambangan 6. Kesambirata 7. Gunung Liwat 8. Pengandonan 9. Semanding 10. Tanjungan 11. Ujan Mas 12. Gunung Kuripan

(11)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Nama Ibukota Kecamatan (IKK) Jumlah Desa/Kelurahan 3. Batang Hari 4. Nyiur Sayak 5. Suka Merindu 6. Padang Bindu 7. Panggal-Panggal 8. Bedegung 9. Ulak Pandan 10. Keban Agung 11. Tubohan 12. Raksa Jiwa 13. Seleman 14. Kebun Jati 15. Singapura 16. Penjaringan 17. Banjar Sari 18. Pandan Dulang 19. Panai Makmur 20. Guna Makmur 21. Tebing Kampung

6. Peninjauan 96,423 Peninjauan 1. Kepayang

2. Kedondong 3. Belimbing 4. Durian 5. Lubuk Kemiling 6. Lubuk Rukam 7. Bindu 8. Mandala 9. Peninjauan 10. Saung Naga 11. Bunglai 12. Kedaton 13. Rantau Panjang 14. Kampai 15. Suka Pindah 16. Makartitama 17. SP III 18. Makarti Jaya 19. Mitra Kencana 20. Penilikan 21. Karang Dapo 22. Kedaton Timur 23. Sinar Kedaton 24. Panci Jaya

7. Lubuk Batang 73.000 Lubuk Batang

Baru 1. Merbau2. Gunung Meraksa 3. Kurup

4. Banu Ayu 5. Tanjung Dalam 6. Lubuk Batang Baru 7. Lubuk Batang Lama

(12)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Nama Ibukota Kecamatan (IKK) Jumlah Desa/Kelurahan 9. Karta Mulya 10. Lunggaian 11. Bandar Agung 12. Tanjung Manggus 13. Markisa 14. Air Wal (SP.1) 8. Sosoh Buay

Rayap 37.500 Penyandingan 1. Negeri Sindang2. Rantau Kumpai 3. Lubuk Baru 4. Kungkilan 5. Penyandingan 6. Bandar 7. Lubuk Leban 8. Tungku Jaya 9. Penantian 10. Mekar Jaya 9. Lengkiti 48.106 Tanjung

Lengkayap 1. Bandar Jaya2. Karang Endah 3. Pajar Bulan 4. Pagar Dewa 5. Bumi Kawa 6. Tanjung Lengkayap 7. Tanjung Agung 8. Lubuk Dalam 9. Negeri Ratu 10. Segara Kembang 11. Simpang Empat 12. Tihang 13. Lubuk Hara 14. Negeri Agung 15. Gedung Pakuon 16. Tualang 17. Sundan 18. Sukuraja 19. Bunga Tanjung 20. Way Keling 21. Umpam 10. Sinar Peninjauan 8.532 Karya Mukti 1. Karya Jaya

2. Karya Mukti 3. Marga Bhakti 4. Sri Mulya 5. Marga Mulya 6. Tanjung Makmur

11. Lubuk Raja 6.871 Batumarta II 1. Batumarta I

2. Batumarta II 3. Lekis Rejo 4. Lubuk Banjar 5. Battuwinangun

(13)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Nama Ibukota Kecamatan (IKK) Jumlah Desa/Kelurahan 4. Lubuk Tupak 5. Beringin 6. Surau 7. Karang Lantang

JUMLAH 479.706 138 Desa, 14 Kelurahan

Sumber : Hasil Penataan Nama dan Kode Wilayah Adm Pemkab OKU dan Data Monografi Tahun 2008

1.2.1.2 Fisik dan Penggunaan Lahan a. Morfologi

Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu keadaan morfologinya menunjukkan bahwa bagian wilayah barat dan selatan merupakan kemiringan lahan tinggi berkisar antara 30-40 % dan diatas 40 %, sedangkan bagian tengah dan timur merupakan dataran rendah hingga bergelombang 0-30 %. Dengan demikian, sebagian daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang termasuk kawasan lindung, dimana kawasan dengan fungsi lindung tersebut memiliki potensi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian Keadaan topografi dan ketinggian wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu berkisar antara 0 1.000 meter lebih di atas permukaan laut. Hal ini dimaklumi karena Kabupaten Ogan Komering Ulu masih terletak di jalur Bukit Barisan wilayah bagian selatan. Keadaan morfologi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dilihat pada Gambar 1.3.

b. Topografi

Keadaan topografi dan ketinggian wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu berkisar antara 0 2000 meter lebih di atas permukaan laut. Hal ini dimaklumi karena Kabupaten Ogan Komering Ulu masih terletak di jalur Bukit Barisan wilayah bagian selatan. Keadaan topografi di wilayah utara dan tengah kabupaten Ogan Komering Ulu relatif datar dengan interval 0-100 dan 100-200 meter dari permukaan laut, kearah selatan interval mulai kisaran 300-600 meter dari permukaan laut dan bagian timur wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan dataran tinggi 600-2000 meter dari permukaan laut, lihat Gambar 1.4.

(14)
(15)
(16)
(17)

c. Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini terlihat bahwa bagian utara dan tengah dengan kelas lereng 0-8 % dan sebagian 8-15 % dan semakin kearah selatan kemiringan akan mencapai 15-25 % dan 25-40 % dan pagian timur serta selatan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini kelas lereng mencapai > 40 %, lihat Gambar 1.5.

d. Jenis Tanah

Sebaran jenis tanah di wilayah Kabupaten Ogan Komerin Ulu ini meliputi jenis tanah :

1. Alluvial

2. Assosiasi Podsolik Coklat 3. Latosol

4. Latosol Kemerahan 5. Latosol dan Podsolik 6. Podsolik

7. Padsolik Asosiasi Latosol 8. Podsolik Coklat

9. Podsolik Merah Kekuningan 10. Rezina

Penyebaran jenis tanah Alluvial terdapat diwilayah Kecamatan Peninjauan, Assosiasi Podsolik Coklat tersebar diwilayah Kecamatan Muara Jaya dan Kecematan Lengkiti, Latosol di Kecamatan Pengandonan, Kecamatan Semidang Aji dan Kecamatan Muara Jaya. Latosol Kemerahan tersebar di wilayah Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kecamatan Lengkiti dan Sebagian di wilayah Kecamatan Muara Jaya. Latosol dan Podsolik tersebar diwilayah Kecamatan Lengkiti, Kecamatan Ulu Ogan, Kecamatan Muara Jaya dan Kecamatan Lubuk Batang. Jenis tanah Podsolik tersebar di wilayah Kecamatan Muara Jaya dan Kecamatan Lengkiti, Podsolik Assosiasi Latosol tersebar di Kecamatan Lubuk Batang, Podsolik Coklat tersebar di wilayah Kecamatan Lengkiti, Kecamatan Sosoh Buay Rayap dan Kecamatan Muara Jaya.

(18)
(19)

Podsolik Merah Kekuningan tersebar di wilayah Kecamatan Lengkiti, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Lubuk Raja, Kecamatan Sinar Peninjauan, Kecamatan Peninjauan, Kecamatan Lubuk Batang, Kecamatan Semidang Aji, Kecamatan Muara Jaya. Jenis tanah renzina tersebar di wilayah Kecamatan Baturaja Barat dan Kecamatan Semidang Aji dan Muara Jaya. Dari jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini maka jenis tanah yang dominan adalah Podsolik Merah Kekuningan, lihat Gambar 1.6.

e. Geologi

Jenis formasi geologi diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini secara dominan terdiri dari formasi alluvial dan pantai serta gunung api muda serta formasi kikim. Formasi aluvial dan pantai tersebar diwilayah Kecamatan Peninjauan, Kecamatan Lubuk Batang, Kecamatan Baturaja Barat dan Timur, Kecamatan Semidang Aji, Kecamatan Lubuk Raja, Kecamatan Sinar Pennjauan dan Kecamatan Sosoh Buay Rayap. Formasi Gunung Api Muda tersebar di wilayah Kecamatan Ulu Ogan, Kecamatan Muara Jaya, Kecamatan Lengkiti dan sebagian di wilayah Kecamatan Semidang Aji. Formasi lainnya seperti formasi Muara Enim terdapat di wilayah Kecamatan Lubuk Batang, Kecamatan Lubuk Raja, Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Sosoh Buay Rayap. Formasi Granit Kapur, Aral dan Garba di wilayah kecamatan Lengkiti. Aluvial sepnajang daerah aliran sungai Ogan, Formasi Air Benakat tersebar di wilayah Kecamatan Semidang Aji, Kecamatan Baturaja Barat dan Timur, Kecamatan Sosoj Buay Rayap, Kecamatan Lubuk Raja. Formasi Telangkar terdapat di Kecamatan Lengkiti dan Kecamatan Sosoh Buay Rayap. Untuk lebih jelasnya penyebaran formasi geologi diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini dapat dilihat pada Gambar 1.7.

f. Iklim dan Cuacah

Kabupaten Ogan Komering Ulu mempunyai iklim trofis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22 C 31 C, daerah mempunyai temperatur rendah adalah Kecamatan Peninjauan. Kabupaten Ogan Komering Ulu termasuk daerah yang menerima curah hujan cukup tinggi yaitu > 3500 mm/tahun.

(20)
(21)
(22)

Sebaran curah hujan terendah terdapat diwilayah Kecamatan Lengkiti < 2500 mm/tahun, curah hujan sedang mncapai 2500-3000 mm/tahun terdapat diwilayah Kecamatan Lengkiti, curah hujan mulai tinggi 3000-3500 mm terdapat diwilayah Kecamatan Kecamatan Ulu Ogan, Kecamatan Muara Jaya dan Kecamatan Lengkiti. Dan rata hujan > 3500 mm / tahun terdapat di wilayah Kecamatan Pengandonan, Semidang Aji, Baturaja Barat dan Timur, Lubuk Batang, Lubuk Raja, Sinar Peninjau dan Peninjauan, lihat Gambar 1.8.

g. Daerah Aliran Sungai/Hidrologi

Wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah aliran sungai (DAS) dengan Sub Das Ogan dan Komering. Selain Sub DAS besar tersebut diatas, terdapat juga 61 anak sungai yang termasuk ke dalam kawasan perlindungan setempat. Daerah Aliran Sungai yaitu Sub Das Ogan yang mendominasi / mengaliri wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu mengalir dari hulu-hilir yaitu Kecamatan Ulu Ogan-Kecamatan Semidang Aji-Kecamatan Baturaja Barat dan Baturaja Timur-Kecamatan Lubuk Batang-Kecamatan Peninjauan yang nantinya semakin kehilir akan bermuara ke Sungai Musi. Sedang Sub Das Komering, Sungai Lengkayap merupakan anak sungai dari aliran sungai Komering dari hulu - hilir yaitu dari Kecamatan Lengkiti-Kecamatan Baturaja Timur dan kehilir masuk/mengalir ke Sungai Ogan. Pembagian wilayah Sub Das Sungai Ogan dan Komering ini dapat dilihat pada Gambar 1.9.

h. Penutupan Lahan

Secara keseluruhan jenis penutupan lahan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu didominasi oleh penutupan lahan pertanian lahan kering campur semak, perkebunan, hutan lahan kering sekunder dan semak belukar serta terdapanya lahan-lahan yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya semak belukar dan tanah terbuka.

Pada Tahun 2010 luas penutupan lahan lahan terbesar terdapat pada penutup lahan pertanian lahan kering campu semak sebesar 47.54 % dari luas wilayah kabupaten, selanjutnya penutupan lahan perkebunan mencapai 18,06 % dan

(23)
(24)
(25)

yaitu penutup lahan semak belukar rawan sebesar 0.03 % dari luas Kabupaten Ogan Komering Ulu. Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan jenis penutupan di Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dilihat pada Tabel 1.2, dan Gambar 1.10.

Tabel 1.2

Luas Dan Jenis Penutupan Lahan Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2010

No. Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase(%)

1 Badan Air 2.354 0.49

2 Hutan Lahan Kering Primer 5.574 1.16

3 Hutan Lahan Kering Sekunder 59.784 12.46

4 Hutan Tanaman 21.790 4.54

5 Perkebunan 86.632 18.06

6 Permukiman/Transmigrasi 12.912 2.69

7 Pertambangan 4.484 0.93

8 Pertanian Lahan Kering 8.919 1.86

9 Pertanian Lahan KeringCampur Semak 228.048 47.54

10 Savana 500 0.10

11 Sawah 1.678 0.35

12 Semak Belukar 42.053 8.77

13 Semak Belukar Rawa 120 0.03

14 Tanah Terbuka 4.858 1.01

Jumlah 479.706 100.00

(26)
(27)

1.2.2. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

1.2.2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Perencanaan diarahkan untuk manusia, sehingga kegiatan perencanaan harus didasarkan pada manusia atau penduduk di wilayah perencanaan. Perencanaan dimaksudkan untuk permasalahan yang ada dan untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Untuk itu pengetahuan tentang kondisi sekarang maupun kondisi yang akan datang diperlukan sebagai dasar menentukan tindakan yang direncanakan.

Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup jumlah, komposisi, distribusi dan kepadatan serta struktur penduduk. Jumlah struktur yang besar dapat menjadi modal bila kualitasnya baik, namun sebaliknya penduduk yang besar juga dapat menjadi beban pembangunan bila kualitasnya rendah. Aspek-aspek kependudukan mempunyai pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial-ekonomi suatu wilayah.

Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tahun 2008 berjumlah 303.259 jiwa yang terdiri dari 12 (dua belas) wilayah kecamatan. Dari kedua belas wilayah kecamatan tersebut jumlah penduduk terbanyak terkonsentrasi di Kecamatan Baturaja Timur mencapai 71.086 jiwa dan kecamatan ini merupakan ibu kota kabupaten, disusul Kecamatan Peninjauan berjumlah 37.434 jiwa. Jumlah penduduk terkecil dijumpai di wilayah Kecamatan Muara Jaya berjumlah 7.217 jiwa. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Pengadonan pada tahun 2008. Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dilihat pada Tabel 1.3. dan Grafik 1.1.

(28)

Tabel 1.3

Perkembangan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2004-2008

No. Kecamatan (Km2)Luas 2004 Perkembangan Penduduk (jiwa)2005 2006 2007 2008

1. Baturja Barat 132.60 30.153 30.964 24.127 32.424 29.664 2. Baturaja Timur 109.69 98.356 105.822 77.747 78.664 71.086 3. Ulu Ogan 600.00 8.332 8.110 8.795 8.899 8.802 4. Pengandonan 249.00 17.355 17.180 16.427 16.621 10.826 5. Semidang Aji 714.00 29.487 33.566 24.256 24.542 27.210 6. Peninjauan 964.23 56.334 60.393 35.371 35.788 37.434 7. Lubuk Batang 730.00 41.386 52.886 24.079 24.363 30.758

8. Sosoh Buay Rayap 375.00 12.398 13.770 12.398 12.544 11.603

9. Lengkiti 481.06 31.065 34.240 27.100 27.420 29.222

10 Sinar Peninjauan 85.32 - - 32.046 16.183 16.546

11 Lubuk Raja 68.71 - - 15.994 24.412 22.891

12 Muara Jaya 213.20 - - - - 7.217

Jumlah 4.797,06 324.866 356.931 298.340 301.860 303.259

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka. Grafik 1.1

Perkembangan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2004-2008

Sumber : Tabel 1.3

Berdasarkan data statistik, rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu periode 1999-2003 (sebelum pemekaran wilayah kabupaten) mencapai 2,22% pertahunnya. Sedangkan berdasarkan pengolahan data

(29)

tahun 2004-2008, lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan mencapai 1,21 % pertahun. Karena dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini terjadi beberapa kali pemekaran wilayah di Kabupaten Ogan Komering Ulu maka kecenderungan pertumbuhan penduduk pertahunnya adalah menurun hingga mencapai angka prosentase 1,21% pertahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi dijumpai di wilayah Kecamatan Lubuk Raja 9,28 % dan terdapat pertumbuhan negatif di wilayah Kecamatan Sinar Peninjauan mencapai -9,45% dan Kecamatan Pengandonan mencapai -8,01 %, serta Kecamatan Peninjauan sebesar -4,14 %. Berdasarkan data jumlah penduduk dari tahun 2004-2008, berikut ini disajikan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu seperti yang terlihat pada

Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2003-2008

No. Kecamatan 2003-Perkembangan Jumlah Penduduk (jiwa) r (%) 2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-rata 1. Baturaja Barat 2,76 2,69 -22,08 34,39 -8,51 1,85 2. Baturaja Timur 8,21 7,59 -28,08 1,18 -9,63 -4,15 3. Ulu Ogan -2,59 -2,66 8,44 1,18 -1,09 0,66 4. Pengandonan -1,00 -1,01 -4,38 1,18 -34,87 -8,01 5. Semidang Aji 16,05 13,83 -27,74 1,18 10,87 2,84 6. Peninjauan 7,76 7,20 -41,43 1,18 4,60 -4,14 7. Lubuk Batang 38,48 27,79 -54,47 1,18 26,25 7,85

8. Sosoh Buay Rayap 12,45 11,07 -9,96 1,18 -7,50 1,45

9. Lengkiti 11,38 10,22 -20,85 1,18 6,57 1,70

10 Sinar Peninjauan -49,50 2,24 -9,45

11 Lubuk Raja 52,63 -6,23 9,28

12 Muara Jaya *)

-Jumlah 10,95 9,87 -16,42 1,18 0,46 1,21

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka.

*) Kecamatan Muara Jaya tidak dapat terlihat angka pertumbuhan penduduknya karena baru pemekaran tahun 2008.

1.2.2.2 Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tahun 2008 jumlah penduduk dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Baturaja Timur mencapai 648 jiwa/Km2, disusul oleh Kecamatan Lubuk Raja sebesar 333 jiwa/Km2 dan kemudian Kecamatan Baturaja Barat sebesar 224

(30)

menempati urutan pertama tingkat kepadatan penduduknya karena luas wilayah kecamatan yang relatif kecil dan juga merupakan ibukota kabupaten yang mengindikasikan pesatnya pertumbuhan penduduk di wilayah ini sebagai wilayah perkotaan. Kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Ulu Ogan 15 jiwa/Km2.

Jumlah dan penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini dapat dilihat pada Tabel 1.5 dan Gambar 1.11.

Tabel 1.5

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2004-2008

No. Kecamatan Luas (Km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)2004 2005 2006 2007 2008

1. Baturaja Barat 132,6 227 234 182 245 224 2. Baturaja Timur 109,69 897 965 292 717 648 3. Ulu Ogan 600 14 14 15 15 15 4. Pengandonan 249 70 69 66 67 43 5. Semidang Aji 714 41 47 34 34 38 6. Peninjauan 964,23 58 63 37 37 39 7. Lubuk Batang 730 57 72 33 33 42

8. Sosoh Buay Rayap 375 33 37 33 33 31

9. Lengkiti 481,06 65 71 56 57 61

10 Sinar Peninjauan 85,32 0 0 911 190 194

11 Lubuk Raja 68,71 0 0 233 355 333

12 Muara Jaya 213,2 0 0 0 0 34

Jumlah 4.797,06 68 74 62 63 63

Sumber: BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka.

1.2.2.3 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki atau yang disebut dengan sex ratio di Kabupaten Ogan Komering Ulu sebesar 99,77 %, hal ini berarti 100 laki-laki terdapat kurang lebih 99 perempuan, namun keadaan ini tidak merata diseluruh wilayah kecamatan. Terdapat beberapa kecamatan yang memiliki jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu salah satunya di Kecamatan Baturaja Timur. Struktur penduduk menurut jenis kelamin di wilayah Kecamatan Ogan Komering Ulu ini dapat dilihat pada

(31)
(32)

Tabel 1.6

Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2008

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan PendudukJumlah (Jiwa) Sex Rasio (%) 1. Baturaja Barat 14.703 14.961 29.664 98,28 2. Baturaja Timur 35.228 35.858 71.086 98,24 3. Ulu Ogan 4.423 4.380 8.802 100,98 4. Pengandonan 5.302 5.525 10.826 95,96 5. Semidang Aji 13.420 13.790 27.210 97,32 6. Peninjauan 18.804 18.630 37.434 100,93 7. Lubuk Batang 15.408 15.351 30.758 100,37

8. Sosoh Buay Rayap 5.818 5.786 11.603 100,55

9. Lengkiti 14.757 14.465 29.222 102,02

10 Sinar Peninjauan 8.442 8.105 16.546 104,16

11 Lubuk Raja 11.490 11.402 22.891 100,77

12 Muara Jaya 3.567 3.650 7.217 97,73

Jumlah 151.401 151.859 303.259 99,70

Sumber: BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka.

1.2.2.4 Sruktur Penduduk Menurut Umur

Struktur umur penduduk menggambar struktur penduduk berdasarkan usia balita (0-5), usia sekolah (6-19), usia produktif (2 -64) dan usia lanjut diatas 65 tahun serta rasio laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2008 jumlah kelompok usia terbanyak adalah 10-14 tahun dengan jumlah penduduk sebesar 39.496 jiwa dengan perbandingan rasio antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 100,24%, disusul oleh kelompok usia 15-19 tahun dengan jumlah 37,607 jiwa dengan perbandingan rasio antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 99,19%, sedangkan jumlah terkecil pada kelompok usia 70 tahun keatas yaitu berjumlah 3.679 jiwa dengan perbandingan rasio antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 98,76%,.

Untuk lebih jelasnya struktur umur penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ulu ini dapat dilihat pada Tabel 1.7 dan Grafik 1.2.

(33)

Struktur Penduduk Menurut Struktur Umur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2008

No. Kelompok Umur Laki-lakiJumlah (Jiwa) Jumlah Perempuan (Jiwa) Rasio Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) 1. 0 - 4 17.074 17.651 96,73 34.724 2. 5 - 9 18.229 18.468 98,71 36.696 3. 10 - 14 19.772 19.724 100,24 39.496 4. 15 - 19 18.727 18.880 99,19 37.607 5. 20 - 24 13.807 13.946 99,00 27.752 6. 25 - 29 11.670 11.406 102,31 23.075 7. 30 - 34 10.569 10.511 100,55 21.080 8. 35 - 39 10.195 10.030 101,65 20.224 9. 40 - 44 8.572 8.520 100,61 17.091 10. 45 - 49 6.803 6.680 101,84 13.483 11. 50 - 54 4.810 4.749 101,28 9.559 12. 55 - 59 3.805 3.797 100,21 7.602 13. 60 - 64 3.529 3.574 98,74 7.102 14. 65 - 69 2.086 2.000 104,30 4.086 15. 70+ 1.828 1.851 98,76 3.679 Jumlah 155.593 147.666 105,37 303.259

Sumber: BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka Grafik 1.2

Struktur Penduduk Menurut Struktur Umur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2008

(34)

1.2.2.5 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar sehingga minat untuk meningkatkan pendidikan terus diupayakan oleh pemerintah. Bagi pemerintah keuntungan yang diperoleh dari investasi di bidang pendidikan antara lain bahwa pendidikan merupakan salah satu cara dalam memerangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan peningkatan produktifitas tenaga kerja. Sedangkan bagi masyarakat pendidikan yang semakin baik merupakan modal dalam merebutkan kesempatan kerja, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Di Kabupaten Ogan Komering Ulu perkembangan pendidikan cukup menggembirakan karena sudah ada fasilitas tingkat pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, begitupun pendidikan agama khususnya agama Islam berkembang dengan pesat di wilayah ini. Perkembangan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8

Proporsi Jumlah Penduduk Menurut Struktur Pendidikan Di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah(Jiwa) %

1. Tidak Tamat/Tidak pernah Sekolah 18.853 6,22

2. Tidak Tamat/Belum Tamat SD 107.308 35,38

3. SD/MI 120.894 39,86 4. SLTP 32.147 10,60 5. SLTA 16.013 5,28 6. Akademi 3.510 1,16 7. Perguruan Tinggi 4.536 1,50 Jumlah 303.259 100

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka. 1.2.2.6 Struktur Penduduk Menurut Agama

Pemeluk agama di Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah mayoritas agama Islam hal ini terlihat dari banyak sarana ibadah yang terdapat hampir merata di tiap wilayah kecamatan-kecamatan. Dan sisanya adalah pemeluk agama

(35)

hidup antar agama dan perecahan kepada Tuhan Yang Maha Esa secara umum berlangsung damai dan saling menghargai, sehingga kondisi aman dan terpeliharanya kerukunan dapat terjaga di wilayah Kabupaten Ogan komerinh Ulu.

1.2.2.7 Sosial Budaya

Penduduk di wilayah Ogan Komering Ulu mempunyai mobilitas yang tinggi. Hubungan yang dekat dengan Palembang dan Bandar Lampung serta didukung oleh sarana dan prasarana transportasi cukup baik, merupakan salah satu penyebab dari tingginya mobilitas pergerakan penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu. Secara tradisional penduduk di wilayah ini mempunyai mata pencaharian disektor pertanian. Karakteristik penduduk di wilayah ini banyak dominan di wilayah pedesaan dengan kondisi sosial penduduk tingkat pendidikan yang belum merata, pertumbuhan penduduk tinggi, terdapat kemajemukan etnis, sarana dan prasarana sosial terbatas.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu hal yang menarik adalah keaneka ragam budaya yaitu adat istiadat dan suku bangsa di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Masyarakat yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu terdiri dari beberapa suku bangsa yaitu; Komering, Ogan, Semendo, Daya dan Aji. Suku bangsa ini disebut suku bangsa penduduk asli/lama.

Perkembangan selanjutnya karena pengembangan wilayah transmigrasi dan mobilitas penduduk (urbanisasi) terdapat suku bangsa lainnya seperti; Melayu, Jawa dan Bali serta Tionghoa. Penduduk suku bangsa asli/lama tersebar dimasing-masing wilayah kecamatan, sedangkan penduduk suku bangsa Jawa-Bali menyebar dikawasan-kawasan transmigrasi dengan mata pencaharian sebagai petani, sedangkan penduduk tionghoa menyebar dikawasan perkotaan dengan mata pencaharian sebagai pedagang.

Dari berbagai suku bangsa tersebut diatas mempunyai keanekaragaman bahasa yang berbeda, namun diantara mereka hidup dengan rukun dan damai. Selain

(36)

itu mereka mempunyai agama yang kuat yaitu Islam. Mobilitas penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu tinggi, sehingga mereka banyak berkomunikasi antar etnis dan kontak sosial budaya pun terjadi. Kebudayaan yang masih dilakukan sampai saat ini di Kabupaten Ogan Komering Ulu diantaranya; rewahan, mauled dan selamatan.

Permasalahan sosial di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dibukanya agro-industri seperti perkebunan besar kelapa sawit dan karet serta kegiatan industri semen, yang memungkinkan mempunyai pengaruh terhadap pola penggunaan lahan serta polusi industri yang mengakibatkan banyak konfik kepentingan penggunaan lahan dan polusi udara/limbah yang mengakibatkan berbagai masalah kepentingan serta kesehatan masyarakat sekitarnya.

1.2.3. Potensi Kerawanan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini meliputi rawan bencana banjir diakibatkan karena kondisi hidrologi Sungai Ogan dan Lengkayap pada musim penghujan. Kabupaten Ogan Komering Ulu termasuk daerah rawan banjir dan tanah longsor dan kekeringan. Banjir disebabkan oleh DAS Ogan dan Lenkayap yang terjadi secara periodik terutama musim hujan. Kawasan rawan longsor dengan kerentatan tinggi disenpanjang DAS Ogan dan Lengkayap, lereng-lereng bukit untuk terkena bencana tanah longsor, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng kawasan dan sempadan sungai. Kekeringan tertutama terjadi pada saat musin kemarau.

1.2.3.1

Bencana Tanah Longsor

A. Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan

(37)

yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

B. Jenis Tanah Longsor

Ada 4 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

. 2. Longsoran Rotasi

3. Pergerakan Blok 4. Runtuhan Batu

C. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor

- Hujan

- Lereng Terjal

- Tanah yang kurang padat dan tebal - Batuan yang kurang kuat

- Jenis tata lahan - Getaran

- Susut muka air danau atau bendungan

- Adanya beban tambahan

- Pengikisan/erosi

- Adanya material timbunan pada tebing - Bekas longsoran lama

- Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung) - Penggundulan hutan

(38)

- Daerah pembuangan sampah

D. Tipologi Wilayah Rawan Tanah Longsor Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap zona akan berbeda dalam penentuan pengendalian struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan intensitas kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan dengan persyaratan, atau yang dilarangnya. Zona berpotensi longsor adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap bencana longsor dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas manusia sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi tiga tipe zona (sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.12) sebagai berikut :

a. Zona Tipe A

Zona berpotensi longsor pada daerah lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.

b. Zona Tipe B

Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.

c. Zona Tipe C

Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut.

(39)

Tipologi Potensi Kerawanan Bencana Longsor Di Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tabel 1.9

Tipologi Potensi Kerawanan Bencana Longsor Di Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Zona

Tipe KemiringanLahan Lokasi

Tingkat Kerawanan Longsor Pengengdalian Pemanfaatan Ruang Tipe A > 40 % Perbukitan dan Lereng Tebing Sungai Kecamatan Ulu Ogan Kecamatan Pengandonan Kecamatan Muara Jaya Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kecamatan Lengkiti DAS Ogan dan Lengkayap

Tinggi Reboisasi/Mempertahankan kawasan lindung

Disinsentif pembangunan fisik dan penambangan dikawasan hutan lindung dan perlindungan setempat (Sempadan Sungai) Relokasi bangunan Tipe B 20-40 % Daerah kaki gunung/ pegunungan, kaki bukit/perbukitan, dan tebing sungai Kecamatan Ulu Ogan Kecamatan Pengandonan Kecamatan Lengkiti Kecamatan Semidang Aji Kecamatan Lubuk Batang Kecamatan Sosoh

Sedang Reboisasi lahan kritis

Penataan sempadan sungai dan mata air.

Disinsentif penambangan bahan galian C pada gigir tebing (sungai dan perbukitan) yang berpotensi longsor

Relokasi bangunan pada sempadan sungai dan mata air

(40)

Zona

Tipe KemiringanLahan Lokasi

Tingkat Kerawanan Longsor Pengengdalian Pemanfaatan Ruang Kecamatan Muara Jaya Tipe C 0-20 % Daerah dataran rendah, dataran tebing sungai, dan lembah sungai. Kecamatan Lngkiti Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kecamatan Lubuk Batang Kecamatan Baturaja Barat Kecamatan Baturaja Timur Kecamatan Lubuk Raja Kecamatan Sinar Peninjauan Kecamatan Peninjauan

Rendah Penataan sempadan sungai dan mata air, pengembangan vegetasi (ruang terbuka hijau) Disinsentif penambangan bahan galian C pada gigir tebing sungai yang menyebabkan longsor dan sedimentasi

Relokasi bangunan pada sempadan sungai dan sumber mata air.

Sanksi penggunaan lahan pertanian dan kawasan resapan air

Sumber : Hasil Analisis

Foto-foto Kejadian Tanah Longsor di Indonesia

Gambaran Sebuah rumah Kecamatan Kadungora,

Garut, porak-poranda akibat tanah longsor yang

melanda wilayah di Jawa Barat

Masyarakat melihat bis yang terperosok keluar dari jalan

raya akibat terjangan longsoran tanah di Cilacap,

Jawa Tengah

Longsor yang terjadi di Padang tahun 2005 mengakibatkan sejumlah ruas

jalan terputus

1.2.3.2. Bencana Banjir

A. Mekanisme kerusakan

Genangan air dan aliran air dengan tekanan-tekanan mekanis air yang mengalir secara cepat. Arus air yang bergerak atau air yang bergejolak dapat meruntuhkan dan menghanyutkan orang-orang dan binatang di ke dalaman air yang relatif dangkal saja. Puing-puing yang terbawa oleh air juga merusak dan melukai. Bangunan-bangunan rusak oleh karena pondasi-pondasi yang

(41)

B. Penyebab

Kondisi penyebab banjir dikawasan perkotaan Baturaja disebabkan oleh pengaruh DAS Ogan dari hulu sungai, terjadi pengundulan hutan atau juga disebabkan kepadatan penduduk sekitar sempadan sungai sehingga pola aliran air mulai terganggu.

C. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Banjir

Zona tipologi kawasan rawan bencana banjir diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu berdasarkan intensitas kawasan rawan banjir dan kondisi fisik morfologi wilayah wilayah kabupaten dapat dilihat pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10

Tipologi Potensi Kerawanan Bencana Banjir Di Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Zona Tipe Kemiringan dan Ketinggian Lahan Lokasi Tingkat Kerawanan Banjir Pengengdalian Pemanfaatan Ruang Tipe A 0-2 % < 25 M dpl Datar rendah Sepanjang Sempadan Sungai Ogan (Raius 200 meter kiri dan kanan sungai) dan Sungai Lengkayap

Tinggi Reboisasi lahan kritis

Pengembangan vegetasi penahan banjir dan penataan ruang sempadan sungai

Rekayasa teknik penahan banjir, pembangunan tanggul, kolam retensi dan resapan air

Pengerukan kanal-kanal sungai secara periodik Pembangunan sistem drainase terpadu.

Rekayasan lantai bangunan perumahan

Relokasi bangunan fisik

Tipe B 0-2 %, < 25 M dpl dan 25-100 M dpl Daerah rawan tergenang Sebagian wilayah Kecamatan Baturaja Timur dan Baturaja Barat, sekitar sempadan sungai

Sedang Reboisasi lahan kritis

Pengembangan vegetasi penahan banjir dan penataan ruang sempadan sungai

Rekayasa teknik penahan banjir, pembangunan tanggul, kolam retensi dan resapan air

Pengerukan kanal-kanal sungai secara periodik

(42)

Zona Tipe Kemiringan dan Ketinggian Lahan Lokasi Tingkat Kerawanan Banjir Pengengdalian Pemanfaatan Ruang Pembangunan sistem drainase terpadu

Rekayasan lantai bangunan perumahan

Relokasi bangunan fisik

Tipe C 0-2 % 25 -100 M dpl Daerahrawan tergenanng Daerah rawan tergenang periodik

Rendah Reboisasi lahan kritis

Disinsentif pembangunan fisik perumahan disempadan sungai.

Sumber : Hasil Analisis

1.2.3.3 Bencana Kekeringan

Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan, berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dll). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak bisa dielakkan yakni merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami. Variasi alam dapat dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad.

Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya : bulan basah bulan kering, tahun basah tahun kering, dekade basah dan dekade kering dll. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia yang mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air telah menurunkan daya dukung lingkungan, sehingga kekeringan ini cenderung semakin sering terjadi dan meluas. Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan ouflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air.

(43)

Untuk memudahkan Pemerintah dan masyarakat dalam memahami masalah kekeringan, berikut diuraikan klasifikasi kekeringan yang terjadi secara alamiah dan atau ulah manusia, sebagai berikut:

1. Kekeringan Alamiah

a. Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.

b. Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

c. Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.

d. Kekeringan Sosial ekonomi berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.

e. Kekeringan Hidrotopografi berkaitan dengan perubahan tinggi muka air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan

2. Kekeringan Akibat Perbuatan Manusia

Kekeringan Tidak Taat Aturan terjadi karena:

a. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.

b. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.

(44)

Dari klasifikasi kekeringan sebagaimana diuarikan diatas maka penanganan penanggulangan kekeringan disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing. Khusus untuk kekeringan yang disebabkan ketidaktaatan para pengguna air dan pengelola prasarana air, perlu komitmen dari semua pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah ditetapkan.

Mekanisme kerusakan

Kekurangan air mempengaruhi kesehatan tanaman pangan, pohon, ternak, dan manusia: tanah menjadi subyek erosi dan banjir; pengaruh-pengaruhnya bersifat bertahap tetapi jika tidak dicek, tanaman pangan dan pohon- pohon dan juga ternak akan mati, orang-orang kehilangan mata pencaharian, dipaksa untuk pindah , dan mungkin saja mengalami kelaparan jika bantuan tidak disediakan: kemudian bangunan-bangunan dan infrastruktur ditinggalkan dan menjadi rusak dan peninggalan-peninggalan budaya menjadi hilang.

Parameter kedahsyatan

Tingkat curah hujan, kekurangan curah hujan (mm), masa kekeringan; tingkat hilangnya lapisan tanah bagian atas, tingkat zona iklim..

Penyebab

Kekeringan terutama disebabkan oleh fluktuasi-fluktuasi berkala jangka pendek dalam tingkat curah hujan; mungkin oleh perubahan-perubahan iklim jangka panjang; desertifikasi disebabkan oleh hilangnya vegetasi dan diikuti oleh erosi tanah yang disebabkan oleh kombinasi kekeringan, terlalu banyaknya lahan penggembalaan dan manajemen tanah yang jelek, lihat diagram Gambar 1.13.

(45)

Gambar 1.13

Diagram Alir Analisis Wilayah Rawan Kekeringan

Sumber : Artikel IPTEK dalam INOVASI oleh Haris Syahbuddin (kandidat doktor bidang meteorologi tropikal di Kobe University, Jepang), November 2004

1.2.3.4

Bencana Kebakaran

Bencana kebaran yang sering terjadi diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah kebakaran pada kawasan semak-semak belukar pada saat musim kemarau/kering. Disamping itu adanya pola peladang berpindah yang membuka hutan/lahan dengan cara membakar bekas tebangan kayu yang berdampak pada kebakaran hutan sekitar pembukaan pembukaan lahan tersebut.

Intensitas pembukaan lahan pada wilayah ini pada umumnya terjadi pada musim kemarau, sehingga pola seperti ini perlu dikendalikan sehingga tidak menyebabkan kebakaran hutan, dan juga pengembangan sistem reboisasi pada lahan-lahan kritis yang mudah terbakar. Untuk kawasan permukiman, terutama pada kawasan permukiman padat dan kumuh terutama pada kawasan pusat-pusat kota.

(46)

1.2.3.5. Bencana Gempa Bumi

Belum ada catatan mengenai bencana gempa bumi di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini dengan melihat kondisi yang ada, bahwa wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu sebagian besar merupakan wilayah bergelombang hingga berbukit perbukitan dengan ketinggian wilayah semakin ke selatan semakin tinggi antara 100-500 m dari permukaan laut, dan sebagian diatas 500 1000 m dan semakin ke selatan diatas 1000 m dari permukaan laut meliputi kecamatan Ulu Ogan, Pengandonan dan Kecamatan Lengkiti. Wilayah dengan ketinggian 0-100 m dari permukaan laut meliputi wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Komering Ulu. Wilayah bagian selatan ini merupakan wilayah yang terletak di kaki kawasan pengunungan Bukit Barisan yang tentu mendapat pengaruh kawasan rawan bencana gempa bumi (vulkanik) dan pengaruh potensi gempa tektonik pantai barat Sumatera.

Wilayah sesar aktif dan sebaran pusat gempa bumi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.14 dan Peta Kerawanan Bencana Alam dapat dilihat pada

Gambar 1.15 dan Gambar 1.16.

Gambar 1.14

(47)

Peta Kerawanan Bencana Alam di Indonesia

Gambar 1.16

Lokasi Efisenter Gempa Yang Terjadi di Indonesia, 1900-2000

Berdasarkan potensi kerawanan bencana alam diwilayah Kabupaten Ogan Komering ulu tersebut diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.17.

(48)
(49)

1.2.4. Potensi Sumberdaya Alam

1.2.4.1. Potensi Pertanian Tanaman Pangan

Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini relatif kecil, karena kesesuaian lahan yang tersedia untuk tanaman pangan relatif sangat kecil untuk kegiatan persawahan baik sawah lahan basah maupun sawah lebak. Potensi pengembangan kegiatan persawahan mencapai luas 7.296 Ha terdiri dari lahan basah 4.026 Ha dan pengembangan lahan sawah lebak 3.270 Ha. Usaha pengembangan dimasa yang akan datang diupayakan dengan memkasimalkan lahan yang ada (intensifikasi lahan pertanian) baik lahan basah, sedangkan untuk sawah lebak perlu dikembangkan pengembangan pencentakan lahan-lahan sawah baru pada areal lahan lebak-lebak.

1.2.4.2. Potensi Perkebunan

Bersadarkan kesesuaian lahan maka kawasan perkebunan ini merupakan kawasan potensial untuk dikembangkan sebagai lahan perkebunan dengan komoditas unggulan karet, sawit, kelapa, kopi, lada serta buah-buahan seperti durian, duku, jeruk, rambutan, manggis.

Sektor perkebunan rakyat dengan komoditi karet dan kopi merupakan komoditi unggulan yang ada diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu telah diusahakan sejak dari dahulu secara turun temerun. Sedangkan komoditi kelapa, lada, kayu manis, dan jenis komoditi lainnya merupakan komoditi pendukung setelah komoditi unggulan tersebut diatas.

1.2.4.3. Potensi Kehutanan

Luas kawasan hutan diwilayah Kabupaten Ogan Komering mencapai 119.125 Ha atau 32.93 % dari luas wilayah kabupaten, meliputi kawasan hutan lindung 55.698 ha atau sekitar 15.40 % dan hutan produksi (HP) mencapai luas 55.267 Ha atau sekitar 11,51 %.

(50)

Hutan produksi yang ada diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah hutan produksi (HP). Adapun hasil utama dari produksi tersebut adalah kayu bulat (batangan), kayu junjung, kayu olahan dalam bentuk tiang dan papan. Lahan produksi ini dimasa yang akan datang akan terus menerus turun luasnya seiring dengan kecepatan produksi kayu. Dengan demikian penanaman hutan kembali sangat diperlukan selain untuk menjaga kelestarian untuk menjaga kelangsungan produksi kayu juga menjaga keseimbangan alam.

Kawasan hutan lindung dimasa yang akan dapat dikembangkan lagi, karana lahan dengan kriteria kemiringan lahan diatas 40 % disarankan sebagai kawasan hutan lindung, begitupun untuk kawasan-kawasan sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat. Hutan lindung mempunyai ciri khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, lonsor dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

1.2.4.4. Potensi Pertambangan dan Energi

Sektor pertambangan dan energi menjadi sektor andalan dan asset Kabupaten Ogan Komering Ulu. Untuk itu perlu dimanfaatkan secara optimal agar dimasa yang akan datang dapat memberikan kontribusinya dalam pembangunan dan pengembangan wilayah. Kekayaan bahan galian alam dan energi yang cukup besar di Kabupaten Ogan Komering Ulu sangatlah potensial untuk dikembangkan, mengingat baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan/dikelola. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu, bahwa potensi kekayaan alam yang ada diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu meliputi :

1. Minyak bumi yang pernah disurvey oleh geologi Jerman pada tahun 1940, 1942, 1956, 1958 dan sumber ini terdapat di Kecamatan Peninjauan dan Pengandonan.

(51)

2. Batu Gamping yang merupakan bahan baku utama PT. Semen Baturaja terdapat diwilayah Kecamatan Baturaja Timur, Baturaja Barat, Sosoh Buay Rayap, Pengandonan, Semidang Aji.

3. Granit terdapat di Kecamatan Pengandonan dan Ulu Ogan 4. Bentonit terdapat di Kecamatan Semidang Aji dan Baturaja Barat 5. Obsidian dan Trass terdapat di Kecamatan Pengadonan

6. Andesit terdapatdi Kecamatan Baturaja Barat, Baturaja Timur, Pengandonan dan Ulu Ogan

7. Pasir Kuarsa terdapat di Kecamatan Baturaja Barat dan Timur 8. Zeolit terdapat di Kecamatan Semidang Aji

9. Batu Mulia terdapat di Kecamatan Sosoh Buay Rayap

10. Lempung/Tanah Liat terdapat di Kecamatan Baturaja Barat dan Baturaja Timur

11. Fospat terdapat di Kecamatan Pengandonan dan Baturaja Timur.

12. Batubara terdapat di Kecamatan Peninjauan, Lubuk Batang, Pengandonan, Baturaja Timur, Baturaja Barat, Semidang Aji.

Konstribudi sector pertambangan ini terhadap perekonomian daerah berdasarkan PDRB adalah atas harga berlaku mencapai 23,34 % dan atas harga konstan 24,77 % menempati rangking kedua terbesar setelah sector pertanian. Dengan potensi tersebut diatas, maka pemerintah daerah dapat membuat perencanaan yang matang dan konfrehensif dalam menata kegiatan pemanfaatan potensi pertambangan. Pemanfaatan yang tidak terkendali akan menimbulkan persoalan lingkungan, sehingga dibutuhkan penanganan dan koordinasi dengan sektor lain supaya tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Begitupun pengembangan kawasan pertambangan di kawasan lindung perlu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dikemudian hari. Potensi pengembangan pertambang ini dapat dilihat pada Tabel 1.11.

(52)

Tabel 1.11

Potensi Pengembangan Sumber Daya Mineral Dalam Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

No. Jenis bahan galian Kecamatan Cadangan Keterangan

1 Batubara Peninjuan 195.000.000 ton Indikasi

Lubuk Batang 143.000.000 ton Indikasi

Pengandonan 28.000.000 ton Indikasi

Baturaja Timur 195.000.000 ton Indikasi Semidang Aji 60.371.495 ton Indikasi

Sosoh Buay Rayap - Indikasi

Baturaja Barat - Indikasi

2 Batu kapur/ gamping Baturaja 131.138.604 ton Terukur

Sosoh Buay Rayap 170.000.000 ton Indikasi

Pengandonan 75.000.000 ton Indikasi

Baturaja Barat 16.000.000 ton indikasi

Baturaja Timur - Indikasi

Sosoh Buay Rayap - Prospeksi

Semidang Aji - Prospeksi

3 Granit Pengandonan - Indikasi

Ulu Ogan - Indikasi

4 Bentonit Semidang Aji - Prospeksi

Baturaja Barat ± 100 Ha Prospeksi

5 Obsidian Pengandonan - Prospeksi

6 Trass Pengandonan - Prospeksi

7 Andesit Baturaja Barat - Prospeksi

Baturaja Timur - Prospeksi

Pengandonan - Prospeksi

Ulu Ogan - Prospeksi

8 Pasir kuarsa Baturaja Barat - Prospeksi

Baturaja Timur - Prospeksi

9 Zeolit Semidang Aji - Prospeksi

10 Batu mulia Sosoh Buay Rayap - Prospeksi

11 Tanah liat/lempung Baturaja Barat - Prospeksi

Baturaja Timur - Prospeksi

12 Fospat Pengandonan - Prospeksi

Baturaja Timur - Prospeksi

13 Sirtu Sungai Ogan - Prospeksi

Sungai Komering - Prospeksi

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ogan Komering Ulu, Tahun 2008.

Batu gamping ; lokasi penyebaran batu gamping di Kabupaten Ogan Komering

Ulu terdapat di beberapa tempat, yaitu di tanjung lengkayap, pusar, padang bindu dan kota karang. Secara umum kadar CaO rata-rata berkisar antara 40-50%, dan total cadangan batu gamping di tempat-tempat tersebut mencapai ratusan juta ton. Dalam goa-goa batu gamping, dijumpai pula endapan fospat yang belum diketahui jumlah cadangannya.

Referensi

Dokumen terkait

DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN. KABUPATEN OGAN

Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kabupaten

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Kepada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta

Untuk itu Komponen sumberdaya pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Ulu yang meliputi Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kasubag Tu, Kasi

3. Bupati adalah Bupati Ogan Komering Ulu Timur. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Panti Rehabilitasi Sosial adalah tempat pemulihan kembali

Berdasarkan program kegiatan promosi wisata Danau Ranau yang telah dilakukan, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan pada dasarnya memiliki potensi dan peluang

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Kecamatan Buana Pemaca, Kecamatan Tiga Dihaji, Kecamatan Buay Rawan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan...