• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Posyandu Lansia Di Kecamatan Medan Deli Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Posyandu Lansia Di Kecamatan Medan Deli Tahun 2015"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA

DI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

YUNI ANUGERAH

NIM: 111000238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN POSYANDU LANJUT USIA

DI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

YUNI ANUGERAH

NIM: 111000238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul“ANALISIS PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA DI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2015”ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juni 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia dimasyarakat, yang proses pembentukannya dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Jumlah kunjungan lansia di posyandu lansia Kecamatan Medan Deli pada Januari sampai Desember 2014 yaitu hanya berjumlah 4.163 orang dari 14.739 orang lansia atau sekitar 28,24%.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui analisis pelaksanaan posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara terhadap delapan informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Koordinator program posyandu, Camat, Lurah, kader posyandu dan lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya cakupan dikarenakan tenaga pelaksana masih kurang, sarana dan prasarana masih minim karena dana masih kurang sehingga kegiatan tidak semua dilakukan. Kader sudah berperan dengan baik pada hari pelaksanaan posyandu dan setelah hari pelaksanaan posyandu. Pengetahuan dari kader dan lansia masih rendah mengenai posyandu lansia. Pelatihan/pembinaan kader kurang optimal dilakukan. Kerjasama yang dilakukan pihak terkait dalam pelaksanaan posyandu lansia kurang optimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli dinyatakan belum maksimal, maka diharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan melengkapi sarana dan prasarana serta memberikan pelatihan secara rutin bagi para kader. Diharapkan Pihak yang terkait dapat melakukan kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan posyandu lansia. Diharapkan kepada Kepala Puskesmas dapat memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan dan diharapkan tenaga pelaksana dapat lebih aktif menjalankan perannya serta dapat memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat khususnya lansia agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia.

(6)

ABSTRACT

Posyandu (integrated service post) for the elderly is one of the service facilities for old people. The process of its establishment and implementation was performed by the people, Non-Government Organizations, government and non-government cross sectoral, private companies, social organizations, etc., by focusing on promotion and prevention in health service. Of 14,739 old people in Medan Deli Subdistrict, only 4,163 of them (28.24) visited posyandu from January to December, 2014.

The objective of the research was to find out and to analyze the implementation of posyandu for old people in Medan Deli Subdistrict, in 2015.The research used qualitative method, by conducting observation and in-depth interviews with eight informants that consisted of the Head of Puskesmas, the Coordinator of posyandu program, the Subdistrict Head, the Village head, posyandu cadres, and the elderly.

The result of the research showed that there was low coverage because of the lack of cadres, the lack of facility and infrastructure because of the lack of funds so that not all programs could be implemented. Cadres did the activity well during and after posyandu although their knowledge of posyandu for old people was still low. The training/development for them was not optimal, and cooperation with the related agencies was also not optimal.

The result of the research was that posyandu for old people in Medan Deli Subdistrict were considered as not maximal. It is recommended that the management of Medan Health Service complete the facility and infrastructure and provide training for cadres regularly. It is also recommended that collaboration and coordination should be performed in implementing posyandu for old people. The head of Puskesmas should motivate public figures in establishing health cadres and the cadres should actively play their role in providing socialization and counseling for the people, especially for old people, so that old people can participate in the activities of posyandu for old people.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuni Anugerah

Tanggal Lahir : 14 Juni 1993

Tempat Lahir : Medan

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Nurlen Moya

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Fatmawati

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Swasta Pertiwi Medan/2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Pertiwi Medan/2008 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 3 Medan/2011 4. Lama studi di FKM USU : September 2011- Mei 2015

(8)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penulisan ... 1.4 Manfaat Penulisan ...

1

1 8 8 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1 Lanjut Usia ... 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia ... 2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia ... 2.1.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 2.1.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Lainnya ... 2.1.5 Masalah Kesehatan Pada Usia Lanjut ... 2.1.6 Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia ... 2.2 Puskesmas ... 2.3.5 Kegiatan Pelayanan di Posyandu ... 2.4 Posyandu Lansia ... 2.4.1 Pengertian Posyandu Lansia ... 2.4.2 Dasar Hukum ... 2.4.3 Tujuan Posyandu Lansia ... 2.4.4 Sasaran Posyandu Lansia ... 2.4.5 Organisasi Posyandu Lansia ... 2.4.6 Sumber Daya Manusia ...

(9)

2.4.7 Mekanisme Kerja ... 2.4.7.1 Perencanaan ... 2.4.7.2 Pelaksanaan ... 2.4.7.3 Pengendalian ... 2.4.8 Pembiayaan ... 2.4.9 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia ... 2.4.10 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lansia ... 2.5 Kerangka Pikir ...

BAB III METODE PENELITIAN...

3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi dan waktu Penelitian ... 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.3 Informan ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1 Data Primer ... 3.4.2 Data Sekunder ... 3.5 Instrumen Pengambilan Data ... 3.6 Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 4.1.1 Letak Geografis ... 4.1.2 Demografi ... 4.2 Karakteristik Informan ... 4.3 Wawancara Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kecamatan Medan Deli tahun

2015 ... 4.3.1 Pernyataan Informan tentang Pengetahuan mengenai Posyandu Lansia ... 4.3.2 Pernyataan Informan tentang Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan

Posyandu Lansia ... 4.3.3 Pernyataan Informan tentang Pelatihan/Pembinaan Kader dalam Pelaksanaan

Posyandu lansia ... 4.3.4 Pernyataan Informan tentang Sumber Dana dalam Pelaksanaan Posyandu

Lansia ... 4.3.5 Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan

Posyandu Lansia ... 4.3.6 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang dilakukan dalam Pelaksanaan

Posyandu Lansia ... 4.3.7 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 4.3.8 Pernyataan Informan tentang Peran atau Keterlibatan dalam Pelaksanaan

Posyandu Lansia ... 4.3.9 Pernyataan Informan tentang Kerjasama dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia 4.3.10 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia.

(10)

4.4 Hasil Observasi Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kecamatan Medan Deli ... 59

BAB V PEMBAHASAN ...

5.1 Analisis Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kecamatan Medan Deli ... 5.1.1 Pengetahuan mengenai Posyandu Lansia ... 5.1.2 Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.3 Pelatihan/Pembinaan Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.4 Sumber Dana dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.5 Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.6 Kegiatan yang dilakukan dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.7 Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.8 Peran atau Keterlibatan dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.9 Kerjasama dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.1.10 Hambatan dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 5.2 Analisis Hasil Observasi Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kecamatan Medan

Deli ...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...

(11)

DAFTAR TABEL

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 ... Jumlah Posyandu Lansia dan Lansia yang Datang ke

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan Singkatan dari

AKABA : Angka Kematian Balita

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

BKB : Bina Keluarga Balita

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BKL : Bina Kelurga Lansia

BPS : Biro Pusat Statistik Depkes : Departemen Kesehatan Dinkes : Dinas Kesehatan

IMT : Indeks Massa Tubuh

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KMS : Kartu Menuju Sehat

Komnas : Komisi Nasional

Lansia : Lanjut Usia

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

NFCSP : National Family Caregiver Support Program

OA : Osteo Artritis

PAUD : Pos Pendidikan Anak Usia Dini

Pemko : Pemerintah Kota

PJK : Penyakit Jantung Koroner

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PKMD : Pembangunan Kesehatan Masyarakat Daerah

PMT : Pemberian Makanan Tambahan

POKSILA : Kelompok Usia Lanjut

Pokja : Kelompok Kerja

Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu PTM : Penyakit Tidak Menular

PUS : Pasangan Usia Subur

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

SDM : Sumber Daya Manusia

TOGA : Tanaman Obat Keluarga

UHH : Umur Harapan Hidup

(15)

ABSTRAK

Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia dimasyarakat, yang proses pembentukannya dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Jumlah kunjungan lansia di posyandu lansia Kecamatan Medan Deli pada Januari sampai Desember 2014 yaitu hanya berjumlah 4.163 orang dari 14.739 orang lansia atau sekitar 28,24%.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui analisis pelaksanaan posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara terhadap delapan informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Koordinator program posyandu, Camat, Lurah, kader posyandu dan lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya cakupan dikarenakan tenaga pelaksana masih kurang, sarana dan prasarana masih minim karena dana masih kurang sehingga kegiatan tidak semua dilakukan. Kader sudah berperan dengan baik pada hari pelaksanaan posyandu dan setelah hari pelaksanaan posyandu. Pengetahuan dari kader dan lansia masih rendah mengenai posyandu lansia. Pelatihan/pembinaan kader kurang optimal dilakukan. Kerjasama yang dilakukan pihak terkait dalam pelaksanaan posyandu lansia kurang optimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli dinyatakan belum maksimal, maka diharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan melengkapi sarana dan prasarana serta memberikan pelatihan secara rutin bagi para kader. Diharapkan Pihak yang terkait dapat melakukan kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan posyandu lansia. Diharapkan kepada Kepala Puskesmas dapat memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan dan diharapkan tenaga pelaksana dapat lebih aktif menjalankan perannya serta dapat memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat khususnya lansia agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia.

(16)

ABSTRACT

Posyandu (integrated service post) for the elderly is one of the service facilities for old people. The process of its establishment and implementation was performed by the people, Non-Government Organizations, government and non-government cross sectoral, private companies, social organizations, etc., by focusing on promotion and prevention in health service. Of 14,739 old people in Medan Deli Subdistrict, only 4,163 of them (28.24) visited posyandu from January to December, 2014.

The objective of the research was to find out and to analyze the implementation of posyandu for old people in Medan Deli Subdistrict, in 2015.The research used qualitative method, by conducting observation and in-depth interviews with eight informants that consisted of the Head of Puskesmas, the Coordinator of posyandu program, the Subdistrict Head, the Village head, posyandu cadres, and the elderly.

The result of the research showed that there was low coverage because of the lack of cadres, the lack of facility and infrastructure because of the lack of funds so that not all programs could be implemented. Cadres did the activity well during and after posyandu although their knowledge of posyandu for old people was still low. The training/development for them was not optimal, and cooperation with the related agencies was also not optimal.

The result of the research was that posyandu for old people in Medan Deli Subdistrict were considered as not maximal. It is recommended that the management of Medan Health Service complete the facility and infrastructure and provide training for cadres regularly. It is also recommended that collaboration and coordination should be performed in implementing posyandu for old people. The head of Puskesmas should motivate public figures in establishing health cadres and the cadres should actively play their role in providing socialization and counseling for the people, especially for old people, so that old people can participate in the activities of posyandu for old people.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) yang berdampak terhadap meningkatnya populasi lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan dampak keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

Peningkatan UHH sangat terkait dengan pembinaan penduduk lanjut usia. Dengan masuknya seseorang pada umur lanjut usia akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi. Kualitas hidup penduduk lanjut usia umumnya masih rendah. Sebagian besar penduduk lanjut usia tidak atau belum pernah sekolah dan tidak tamat Sekolah Dasar (SD), perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 17,32% berbanding 42,07% (Darmojo, 2007).

Selain pendidikan penduduk lanjut usia juga mengalami masalah kesehatan. Kondisi ini tentunya harus mendapat perhatian dari berbagai pihak. Lanjut usia yang mengalami masalah dengan kesehatannya akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah sehingga akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh karena itu, kita harus menjadikan masa lanjut usia menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri.

(18)

berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mulai tahun 2010 terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sebanyak 23.992.553 juta jiwa (9,77%) dari total jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa, dan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa atau 11,34% (Biro Pusat Statistik, 2010).

Mengingat kondisi dan permasalahan lanjut usia seperti yang diuraikan sebelumnya, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia ini, pemerintah telah mengupayakan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lanjut usia. Posyandu lanjut usia ini merupakan salah satu program pengembangan dari Puskesmas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

(19)

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Komnas Lansia, 2010).

Posyandu lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI N0. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Selain di Indonesia, pelayanan lanjut usia telah diselenggarakan dibeberapa negara, salah satunya adalah Amerika Serikat. Pelayanan lanjut usia yang diselenggarakan dalam bentuk pelayanan sosial yaitu The National Family

Caregiver Support Program (NFCSP). Program ini bertujuan untuk memberikan

bantuan kepada anggota keluarga yang menjalankan peran perawatan kepada seseorang lanjut usia dirumahnya dan memberikan perawatan gratis kepada anggota keluarganya. Sasaran langsungnya adalah pihak keluarga yang memberikan perawatan.

(20)

inisiatif dan kebutuhan lanjut usia. Program Posbindu ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah satu kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah Posbindu PTM. Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan tempat kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM yang dilaksanakan terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga Posyandu lansia dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011).

Dasar pembentukan posyandu ini yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Adapun tujuan diadakan posyandu lanjut usia adalah untuk meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam mengatasi kesehatan lanjut usia, meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia (Departemen Kesehatan RI, 2005).

(21)

melayanani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2013, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 64.210 (49,95%) dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya 128.558 jiwa (Profil Kesehatan Kota Medan, 2013).

Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Deli terdiri dari 6 kelurahan dan memiliki 2 wilayah kerja Puskesmas yaitu Puskesmas Medan Deli dan Puskesmas Titipapan. Kecamatan Medan Deli juga mempunyai 10 kelompok posyandu lansia dengan jumlah lansia yang terdaftar sebanyak 14.739 jiwa.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilaksanakan, dari 14.739 orang lansia yang terdaftar, jumlah lanjut usia yang datang ke posyandu dalam setahun hanya sebanyak 4.163 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya partisipasi lansia dan kurangnya sosialisasi oleh kader dalam pemanfaatan posyandu lansia, sehingga pemanfaatannya sangat minim.

(22)

Pelaksanaan kegiatan posyandu ini juga diperlukan peran serta dari pihak terkait seperti puskesmas, camat dan lurah untuk memperlancar kegiatan tersebut. Peran puskesmas dalam kegiatan ini adalah memfasilitasi dari segi tenaga kesehatan dan alat-alat yang digunakan untuk posyandu. Camat berperan sebagai penanggung jawab kelompok kerja pembinaan lansia di tingkat kecamatan, sedangkan lurah terlibat sebagai penanggung jawab tim pelaksana pembinaan lansia di tingkat kelurahan/desa.

Kegiatan di posyandu lansia juga didukung dengan sarana dan prasarana penunjang, antara lain: tempat kegiatan, meja, kursi, alat tulis, buku pencatat kegiatan, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, tensi meter dan stetoskop, peralatan laboratorium sederhana, termometer dan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. Dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di posyandu terdiri dari 3 meja. Meja pertama yaitu pendaftaran, lansia mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pelayanan. Di meja kedua, lansia melakukan penimbangan berat badan. Pada meja ketiga, tekanan darah lansia diukur dengan tensimeter oleh tenaga kesehatan yang ada diposyandu, apabila tekanan darah lansia tersebut tinggi maka lansia tersebut diberi obat.

(23)

(PMT), kegiatan olahraga dan program kunjungan lanjut usia. Pelaksanaan kegiatan yang ada disalah satu posyandu Kecamatan Medan Deli kurang sesuai dengan standar. Kegiatan yang dilakukan hanya ada pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan saja dan pengukuran tekanan darah. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan peralatan untuk pemeriksaan kesehatan yang lainnya. Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu lanjut usia tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Menurut penelitian dari Efnileli (2013) yaitu tentang analisis implementasi program posyandu Lansia di Kota Cirebon mengatakan bahwa Rendahnya cakupan dikarenakan petugasnya kurang aktif, komunikasi dengan lintas program maupun dengan masyarakat kurang, lanjut usianya rata-rata berpendidikan rendah, kurang dukungan pejabat setempat, kader posyandu hanya 2 orang. Ukuran dasar dan tujuan kebijakan belum tertulis di Puskesmas, sumber daya petugas khusus posyandu lansia saat ini belum ada, anggaran untuk posyandu lansia kurang, belum memilki tempat untuk pelaksanaan posyandu, peralatan untuk pemeriksaan kesehatan tidak memenuhi kualitas.

(24)

dalam daftar penerima PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, serta anggaran yang minim.

Hasil penelitian Siahaan (2014) dalam Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi menunjukkan bahwa pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 68,9%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana Pelaksanaan Posyandu lanjut usia di Kecamatan Medan Deli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang ditemukan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

(25)

2. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi

empat yaitu:

1. usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun 2. lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

3. lanjut usia tua (old) 75-90 tahun

4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

(27)

kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (BKKBN, 2011).

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia

1. Pra Lansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia Potensial

Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia Tidak Potensial

(28)

2.1.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya. Upaya tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat baik didalam gedung maupun diluar gedung Puskesmas. Adapun upaya pelayanan kesehatan lanjut usia, yaitu:

1. Pelayanan promotif

Upaya promotif bertujuan untuk membantu orang-orang merubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku mereka dan secara tidak langsung merupakan tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit.

2. Pelayanan preventif

(29)

3. Pelayanan rehabilitatif

Pelayanan rehabilitatif berupa upaya pengobatan bagi lanjut usia yang sudah menderita penyakit agar mengembalikan fungsi organ yang sudah menurun.

2.1.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Lainnya

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

Selain posyandu, pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan melalui Posbindu. Posbindu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) berbeda dengan posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

(30)

Pada prinsipnya pembentukan posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan Posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan lanjut usia dan lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat juga menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu. Langkah-langkahnya meliputi:

1. Pertemuan tingkat desa 2. Survei mawas diri

3. Musyawarah Masyarakat Desa 4. Pelatihan kader

5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat

(31)

mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga posyandu lansia dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011). Sasaran kegiatan Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat berusia di atas 10 tahun sampai lanjut usia. Kegiatan Posbindu PTM ini dibina oleh Puskesmas.

2.1.5 Masalah Kesehatan pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 I yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu:

a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor

lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi, otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.

b. Instability (mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor instrinsik (yang

(32)

yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh.

c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan

frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.

d. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), merupakan

kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting

pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

f. Impairment of vision dan hearing taste, smell, communication, convalencence,

skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),

merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

g. Impaction (sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan,

(33)

h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain.

i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan

maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan dan gangguan panca indera. Sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan dan lainnya.

j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka

kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.

k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang

mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.

l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka

(34)

m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat daripenyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.

n. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan

atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.

2.1.6 Penyakit yang sering terjadi pada Lanjut usia

Menurut The National Old People’s Welf are Council di Inggris

mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni:

1. Depresi mental

2. Gangguan pendengaran 3. Bronchitis kronis

4. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan 5. Gangguan pada koksa atau sendi panggul 6. Anemia

7. Demensia

8. Gangguan penglihatan 9. Ansiesta atau kecemasan 10.Dekompensasi kordis

(35)

12.Gangguan pada defekasi

Sekarang ini, penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia adalah penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh seiring dengan usia ataupun gaya hidup yang tidak sehat. Di Indonesia, penyakit-penyakit degeneratif mulai menjadi perhatian karena meningkatnya angka kejadian dan angka kematian.

Beberapa penyakit degeneratif yang terjadi pada lansia, yaitu: 1. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang.

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung dan gagal ginjal.

3. Diabetes Melitus

(36)

4. Dimensia

Dimensia merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis dimensia yang paling sering terjadi pada lansia.

5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

6. Osteo Artritis (OA)

Osteo Artritis adalah peradangan sendi yang tejadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi dan perkapuran.

2.2 Puskesmas

(37)

Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggarakan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

(38)

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

(39)

puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara meyeluruh (comprehensive health care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat esensial dan Upaya Kesehatan Masyarakat pengembangan.

a. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: 1) Pelayanan promosi kesehatan

2) Pelayanan kesehatan lingkungan

3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana 4) Pelayanan gizi

5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

1) Pelayanan kesehatan jiwa

2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

(40)

5) Pelayanan kesehatan indera 6) Pelayanan keseahatan lansia 7) Pelayanan kesehatan kerja 8) Pelayanan kesehatan lainnya

2. Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat c. Pelayanan satu hari

d. Home care

e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

2.3 Posyandu

2.3.1 Pengertian Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dananak balita.

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari tenaga kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).

(41)

masyarakat serta dibimbing petugas kesehatan terkait dalam hal ini petugas dari puskesmas.

2.3.2 Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: 1. Bayi

2. Anak balita

3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui 4. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.3.3 Fungsi Posyandu

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2.3.4 Pengelola Posyandu

Pengelola posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.

(42)

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi

masyarakat

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

2.3.5 Kegiatan Pelayanan di Posyandu

A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup:

1. Gizi

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 3. Keluarga Berencana

4. Imunisasi

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya:

1. Bina Keluarga Balita (BKB) 2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 3. Bina Keluarga Lansia (BKL)

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

(43)

2.4 Posyandu Lansia

2.4.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Komnas Lansia, 2010). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lanjut usia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial (Kementerian Kesehatan, 2010).

(44)

2.4.2 Dasar Hukum

Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum atau ketentuan perundang-undangan dan peraturan dimaksud adalah:

1. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan 2. UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tentang kesehatan usia lanjut 3. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia 4. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah

5. UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah

6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi.

2.4.3 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri dalam masyarakat.

Tujuan khususnya, meliputi:

1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.

2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.

(45)

2.4.4 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran Posyandu lansia adalah:

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) dan kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, oraganisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2003).

2.4.5 Organisasi Posyandu Lanjut Usia

Organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh:

1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Majelis Ta’lim, Warga usia lanjut, kelompok gereja, dan lain-lain

2. Organisasi profesi

3. Institusi pemerintah atau swasta 4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

2.4.6 Sumber Daya Manusia (SDM)

(46)

1. Ketua Posyandu 2. Sekretaris 3. Bendahara

4. Kader sekitar 5 orang:

a. Meja 1: pendaftaran anggota kelompok lanjut usia sebagai pelaksanaan pelayanan

b. Meja 2: penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

c. Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi dan berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS

d. Meja 4: penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

e. Meja 5: mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatannya

Adapun tugas dan fungsi masing-masing SDM diuraikan sebagai berikut: 1. Ketua Posyandu

a) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu b) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stakeholder dalam

rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu 2. Sekretaris

(47)

3. Bendahara

Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu 4. Kader

Kader posyandu lanjut usia adalah kader yang bertugas di posyandu lanjut usia dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu tenaga kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lanjut usia.

2.4.7 Mekanisme Kerja

Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat waktu serta pengendalian yang akurat.

2.4.7.1 Perencanaan

Dalam menyusun perencanaan dibutuhkan data-data: 1) Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan

2) Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan 3) Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur) 4) Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan 5) Jumlah lanjut usia yang mandiri

6) Jumlah lanjut usia yang cacat

7) Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar 8) Jumlah lanjut usia yang produktif

(48)

Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui PKK dengan kegiatan Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga. Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran) rencana yang harus disusun adalah:

a. Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia

Frekuensi kegiatan posyandu tergantung dari banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan posyandu tersebut. Untuk pencapaian lanjut usia sejahtera dibutuhkan kegiatan sebagai berikut:

a) Olahraga/senam minimal 1 minggu sekali b) Pengajian 1 minggu sekali

c) Pengukuran IMT dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan

d) Pemberantasan buta aksara tergantung kondisi (peserta, pengajar, waktu dan tempat)

e) Konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi serta masalah sosial, karya atau usaha ekonomi produktif dan pendidikan

f) Peningkatan pendapatan

g) Dan lain-lain sesuai kesepakatan

(49)

b. Jenis kegiatan Posyandu

Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Adapun jenis kegiatannya yaitu:

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, mandi, berjalan, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar dan kecil dan sebagainya.

2) Pemeriksaan status mental.

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan hasilnya dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). 4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

perhitungan denyut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).

(50)

8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan diatas.

9) Penyuluhan kesehatan.

10)Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia.

11)Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

12)Program kunjungan lanjut usia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan setempat.

c. Tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing seusai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan banyak manfaat antara lain:

1. Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka 2. Para lanjut usia merasa dihargai atau dihormati

3. Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan mencegah kepikunan

(51)

5. Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya

d. Biaya kegiatan posyandu

Perencanaan biaya kegiatan posyandu harus di hitung dengan seksama agar kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Yang harus di hitung adalah biaya sebagai berikut:

1) Alat tulis kantor (pulpen, pensil, kertas) 2) Makanan (PMT)

3) Transport narasumber dan pelatih senam 4) Obat diluar bantuan puskesmas

5) Pemeriksaan Laboratorium diluar bantuan puskesmas 6) Dokumentasi

7) Biaya tak terduga

2.4.7.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Pelaksana dari posyandu lanjut usia adalah kader dan dibantu dengan tenaga kesehatan. Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:

1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu

(52)

1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu alat penimbangan, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur, bahan atau materi penyuluhan

2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu lansia untuk datang ke posyandu

3. Menghubungi pokja posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari posyandu

4. Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan

b. Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu

Tugas kader pada hari pembukaan posyandu disebut juga sebagai tugas pelayanan 3 meja atau 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang digunakan)

c. Setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi:

1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register atau buku bantu kader

(53)

3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan posyandu

a. Langsung ke tengah masyarakat

b. Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat

3) Membantu tugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan dan berbagai usaha kesehatan masyarakat lainnya termasuk pelaksanaan senam lansia

2.4.7.3 Pengendalian

Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi. Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun perkembangan, serta hambatan dan peluang. Demikian juga halnya dengan posyandu lanjut usia, pengendalian dapat di kelompokkan menjadi pengendalian internal dan pengendalian eksternal. Pengendalian internal adalah pengendalian yang dilakukan oleh tenaga posyandu, sedangkan pengendalian eksternal adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar seperti lanjut usia, masyarakat sekitarnya, atau pihak luar lainnya. Pengendalian eksternal ini penting dilakukan karena memberikan hasil yang lebih objektif. Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa indikator. Indikator yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut usia adalah:

(54)

2. Kehadiran kader 3. Pelayanan kesehatan

- Cakupan penimbangan

- Cakupan pemeriksaan laboratorium - Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan - Cakupan penyuluhan kesehatan 4. Frekuensi pelaksanaan senam

5. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan

2.4.8 Pembiayaan

Secara umum biaya berasal dari masyarakat itu sendiri melalui berbagai cara antara lain:

a. Iuran dari para warga

b. Donator tidak tetap atau tetap c. Usaha mandiri dari posyandu d. Bantuan dari dunia usaha e. Bantuan dari kelurahan f. Subsidi pemerintah g. Dan lain-lain sebagainya

2.4.9 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia

(55)

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu

pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadari kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi menghadiri posyandu lansia.

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu

(56)

mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki suatu respon.

5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, dibutuhkan saran dan prasarana penunjang, yaitu tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer dan KMS lansia.

2.4.10 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lanjut Usia

(57)

pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lanjut usia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lanjut usia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.

b. Berkembanganya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia.

c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.

d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia.

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lanjut usia.

2.5 Kerangka Pikir

Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan posyandu lansia dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process) dan luaran (output). Oleh karena itu kerangka pikir dapat disusun sebagai berikut:

(58)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi kerangka pikir sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu lanjut usia agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: ketersediaan SDM , pendanaan, sarana dan prasarana.

a. SDM adalah tenaga kesehatan maupun kader dari masyarakat yang melaksanakan posyandu lanjut usia.

b. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu lanjut usia.

c. Sarana dan prasarana termasuk didalamnya yaitu obat, peralatan untuk pemeriksaan, KMS lansia dan tempat untuk pelaksanaan posyandu lansia. 2. Proses (Process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi sebelum hari pelaksanaan kegiatan posyandu, pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu dengan membuka sistem 3 atau 5 meja, setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu.

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan Posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli.

Menurut Hamidi (2010), penelitian kualitatif adalah jika data yang disajikan berupa cerita dan para responden atau informan tentang pertimbangan, pengalaman, pengetahuan, atau pandangan hidup mereka.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi, Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu daerah yang menjalankan kebijakan atau program posyandu lansia yaitu sebanyak 10 posyandu lansia dan memiliki jumlah lanjut usia terbanyak.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah antara bulan Februari sampai dengan April tahun 2015.

3.3 Informan Penelitian

(60)

2. Camat Medan Deli atau bagian Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Kantor Camat.

3. Lurah di Kecamatan Medan Deli 4. Kader Posyandu

5. Lanjut usia

Berdasarkan uraian di atas, penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Teknik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan informan di pandu dengan pedoman wawancara dan direkam dengan menggunakan alat perekam dan observasi langsung. Pedoman wawancara mendalam terdiri atas daftar pertanyaan mengenai pelaksanaan posyandu lansia yang dilihat dari variabel-variabel yang terdapat dalam kerangka pikir.

3.4.2 Data Sekunder

(61)

seperti data jumlah lansia dan dokumen lain yang digunakan terkait dengan pelaksanaan posyandu lansia.

3.5 Instrumen Pengambilan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa alat tulis, buku catatan dan alat perekam.

3.6 Teknik Analisis data

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi

Kecamatan Medan Deli secara geografi merupakan kawasan pemukiman dengan mayoritas kawasan perindustrian dan pergudangan. Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian utara Wilayah Kota Medan memiliki luas ± 2.300 Ha. Kecamatan Medan Deli terletak di jalan Rumah Potong Hewan No. 21 Mabar. Adapun yang menjadi batas wilayah Kecamatan Medan Deli adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Medan Labuhan Sebelah selatan : Kecamatan Medan Barat Sebelah timur : Kecamatan Percut Sei Tuan

Sebelah barat : Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Medan Deli terdiri dari 6 kelurahan yaitu: Kelurahan Titipapan, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Mabar dan Kelurahan Mabar Hilir. Jumlah lingkungan sebanyak 105 lingkungan.

4.1.2 Demografi

(63)

Tabel 4.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Deli

Kelurahan

Jenis Kelamin

Jumlah (jiwa) Laki-laki

(jiwa)

Perempuan (jiwa)

1. Tanjung Mulia 17424 17375 34799

2. Tanjung Mulia Hilir 17439 17033 34472

3. Mabar Hilir 13764 13224 26988

4. Mabar 16931 16428 33359

5. Kota Bangun 5546 5358 10904

6. Titi Papan 15378 15031 30409

Medan Deli 86482 84449 170931

Sumber: Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2014

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk menurut jenis kelamin terbanyak ada di Kelurahan Tanjung Mulia yaitu 34.799 jiwa dan Kelurahan Kota Bangun memiliki jumlah penduduk terendah yakni sebanyak 10.904 jiwa.

(64)

Tabel 4.2 Jumlah Posyandu Lansia dan lansia yang datang ke posyandu dalam tahun 2014 di Kecamatan Medan Deli

No Nama Posyandu

Jumlah lansia yang datang ke posyandu Total

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des 1 Husada 36 45 40 34 40 50 50 42 32 29 25 50 473 2 Mandiri 36 50 60 35 45 52 50 44 23 40 30 50 515 3 Pratiwi 27 18 15 24 30 27 27 20 29 29 43 35 324 4 Tol 22 33 15 18 32 19 19 16 20 20 47 39 300 5 Kawat 23 17 18 24 27 25 14 10 13 23 61 50 305 6 Alpaka 23 20 20 18 29 28 20 18 29 29 45 40 319 7 Bringin 25 27 27 21 29 32 20 41 41 31 25 25 344 8 Mulia

Lestari

65 27 50 13 28 27 56 66 66 63 67 65 593

9 Kamboja 40 42 25 34 37 56 56 40 23 25 27 70 475 10 Kartini 40 50 30 35 40 54 56 44 45 31 34 56 515

4163

Sumber: Laporan Profil Puskesmas Medan Deli 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah lansia terbanyak yang datang ke posyandu dalam tahun 2014 adalah posyandu mulia lestari yaitu sebnayak 593 orang lansia.

Tabel 4.3 Jumlah Kader Posyandu lansia di Kecamatan Medan Deli tahun 2014

No Kelurahan Kader Posyandu (orang)

1 Tanjung Mulia 3

2 Tanjung Mulia Hilir 9

(65)

4 Mabar Hilir 12

5 Kota Bangun 0

6 Titi Papan 0

Total 30

Sumber: Laporan Profil Puskesmas Medan Deli 2014

Tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah kader posyandu di Kecamatan Medan Deli sebanyak 30 kader, yang terdiri dari 3 kader di Kelurahan Tanjung Mulia, 9 kader di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, 6 kader di Kelurahan Mabar dan 12 kader di Kelurahan Mabar Hilir.

4.2 Karakteristik Informan Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No Informan Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Jabatan

1 dr. Nurlelin Sinaga P S1 Kepala Puskesmas

2 Nurlianita M.S, AM.Keb P D3 Koordinator Program

3 Ummi Kalsum, AM.Keb P D3 Bagian PPKBD

4 Dani P SMA Sekretaris PKK M. Hilir

5 Faridah Hanum P SMP Sekretaris PKK Mabar

6 Listia Mawarni P SMEA Kader Posyandu

7 Siti Aminah P SD Lansia

8 Samin P SD Lansia

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Deli
Tabel 4.2 Jumlah Posyandu Lansia dan lansia yang datang ke posyandu
Tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah kader posyandu di Kecamatan
Tabel 4.13
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan kepada Kepala Puskesmas dapat memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan dan diharapkan

Pada pelaksanaan posyandu lansia di Kecamatan Kolang ditemukan setiap bulannya rata- rata angka kunjungan lansia ke Posyandu Lansia Kecamatan Kolang Kabupaten

3 Selama Ibu menjadi kader, bagaimana frekuensi pelaksanaan pelayanan posyandu lansia dengan melakukan kerjasama antara kader dengan petugas kesehatan dari puskesmas 4

Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Dukungan keluarga tentang Informasional Keluarga Pada Lansia dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli...

2 Ketika lansia takut mengikuti pemeriksaan rutin yang diadakan di posyandu lansia, keluarga mendampingi agar dapat memberikan perasaan nyaman pada lansia.. 3 Keluarga

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

5.2.3 Gambaran Mutu Pelayanan Petugas Kesehatan di Posyandu Lansia Desa Gunung Ronggo Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang Berdasarkan Parametet Dan Kriteria

Dari hasil penelitian dan observasi di lapangan diketahui bahwa lansia yang mempunyai sikap baik namun tidak melakukan pemanfaatan posyandu lansia disebabkan karena