• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam angkatan 2009 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film sang pencerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam angkatan 2009 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film sang pencerah"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i

RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN

PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU

DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM SANG

PENCERAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

IRVAN FACHMI AKBAR NIM: 107051001532

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayyatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukaj hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 August 2011

(3)

iii ABSTRAK

IrvanFachmi Akbar

107051001532

RESPONS MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM“SANG

PENCERAH”

Film merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, karena film dapat memberikan efek baik dari aspek afektif, kognitif, maupun konatifdengan mudah kepada penonton. Dalam penyampaian pesannya media film tidak hanya sekedar bercerita akan tetapi juga memberikan gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Film Sang Pencerah mengisahkan tentang sejarah perjuangan K.H Ahmad Dahlan baik ia sebagai pendakwah dan Pendidik dalam merubah pemikiran masyarakat Kauman yang masih percaya kepada selain Allah, dan juga sejarah Awal mulanya pendirian organisasi Muhammadiyah.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana respons kognitif, afektif dan respons konatifMahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film “Sang Pencerah”?

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang tepat, dan desain penelitian yang digunakan adalah survey, metode survey merupakan metode data yang ada pada saat penelitian dilakukan, data dapat dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti penyebaran angket dan pengamatan. Dan teori yang di ambil dalam penelitian ini adalah S-O-R atau stimulus, organism dan respon teori ini ditemukan oleh Wat Son, aliran behavioristik yang artinya bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrohiim.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridho dan

hidayah-Nya pula skripsi yang berjudul Repons Mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

terhadap Film “ Sang Pencerah” ini dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) program

studi S 1 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa umatnyadari zaman kegelapan menjadi zaman yang

terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran

selalu penulis harapkan demi kemajuan saya di masa depan.

Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima

(5)

v

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Suparman Supandji. SH dan Ibunda tercinta

LilisPrihatini Wijaya serta KakakkuAlex Noorman Habibie, SE. dan

adikku Muhammad Adam Amiruddin atas inspirasi dan dorongan motivasi

yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di

UIN Jakarta hingga penulisan skripsi ini.

2. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi beserta Pembantu Dekan. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A

selaku Pudek 1, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan

Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si dan Dra. UmiMusyarofah, MA, selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan sejumlah berkas-berkas

perkuliahan.

4. Bapak Zakaria M,Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak

memberikan masukan dan ilmunya demi perbaikan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakhti, MA, selaku dosen penasehat akademik yang

sejak awal penulis kuliah di FIDIKOM dengan jurusan KPI serta sebelum

penyusunan skripsi ini telah banyak memberikan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik sesuai

(6)

vi

6. Seluruh Dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal,

terutama ilmu dan pengalaman.

7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan

fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi ini.

8. Bapak IndraGunawan, selaku ketua tim produksi film “Sang Pencerah”

yang telah memberikan waktunya untuk memberikan informasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temn KPI Angkatan 2007khusunya kelas D yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan masukan,

inspirasi, motivasi, dan kenangan indah selama penulis kuliah.

10.Teman-teman kost, NanangSyahroni S.E.I, FuadFaidzinS.Sos.I,

IndraHadinata S.E.I, Taufan Arfianto, Muhajir S.E.I, IrfanWahyudi S.E.I,

SyafeiHazami, AzharFirmansyah S.E.I

11.Sahabat-sahabat tersayang, AyuFarahdisaS.Sos.I,Shalahudin Al-ayubi,

Ahmad Ghauzi, Abdul Muzjib, Abi Sakti, Riva NurmustofaS.Sos.I ,

Sofyan, IrfanMaulanaS.Sos.I, Maulana Yusuf, Rafki Ismail,

DisyaRamasariRahayuS.Sos.Iyang selalu memberikan semangat dan

dorongan bagi penulis.

12.Teman-teman Blacklist, Fajar EriksaS.Kom, Abdul Mannan Akbar Kaban,

ZulfikarHeryansyah, Rama Ferdian, HeruGunawan SE, Fajar Zulkarnaen

(7)

satu-vii

persatu yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan

pembelajaran di luar Universitas.

13.Teman-teman seperjuangan, MD, BPI, PMI, Kessos dan Jurnalistik, serta

seluruh senior yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan

motivasi dan informasi kepada penulis.

Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, namun tak mengurangi Respect penulis kepada mereka

semua.Terimakasih atas bantuan, dorongan dan motivasi untuk penulis sampai

penulisan skripsi ini selesai.Besar harapan penulis adanya Saran dan Kritik dari

pembaca sehingga menjadi pijakan keberhasilan.Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini bisa membawa manfaat.Amin ya RobbalAlamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juli 2011

(8)

viii

mbatasan dan Perumusan Masalah ... 4

(9)

ix

ktor-faktor Terbentuknya Respons ... 19

B. ... Ru

ofil Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

SyarifHidayatullahJakarta ... 28

1. ... Se

jarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi .... 28

2. ... Vi

(10)

x

3. ... Pr

ofil Mahasiswa Jurusan KPI angkatan 2009 ... 31

B. ... Pr ofil Film Sang Pencerah ... 32

1. ... Si nopsis Film Sang Pencerah ... 32

2. ... Ka rakter Pemain Film Sang Pencerah ... 38

BAB IV RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Karakteristik Responden ... 42

1. Jenis Kelamin ... 42

2. Latar Belakang Pendidikan ... 43

B. Pernyataan ... 44

C. Analisa Data ... 47

1. Respons Kognitif ( pengetahuan) ... 47

2. Respons Afektif (perasaan) ... 52

3. Respons Behavioral (tingkah laku)... 58

BAB VPENUTUP A.... Ke simpulan ... 64

B.... Sa ran-saran ... 65

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film adalah satu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan

dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas, dan tetap.

Penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata.

Juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas

ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk alternatif yang

banyak diminati oleh masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa

yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik

ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film merupakan ekspresi atau pertanyaan

dari sebuah kebudayaan ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang

kadang kurang terlihat jelas terlihat dalam masyarakat.1

Film berbeda dengan cerita buku, dalam cerita buku hanya bisa membaca

tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya serta memainkan imajinasi akan cerita

tersebut tanpa ada latar audio visual serta alat-alat seperti kamera dan latar

belakang tempat, lain dengan film yang mempunyai ciri khas sendiri, seperti asas

ekonomi contohnya bila kita melihatnya dari kaca mata industri sebagai lahan

komersialisasi, dan yang membedakan film dengan lainnya adalah asas

sinematografi, sinematografi tidak dapat digabungkan dengan lainnya karena ini

berkaitan dengan pembuatan film,

1

(12)

2

asas sinematografi berisikan tentang bagaimana tata letak kamera sebagai alat

pengambil gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan

sebagai pengatur pembuat film.2

Perkembangan perfilman di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Saat ini perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukan keberhasilannya

untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Kerja

keras yang sudah dilakukan oleh sinematografi, agar bisa menampilkan film yang

lebih berkualitas kini sudah bisa dinikmati oleh penontonnya dilayar lebar.

Akan tetapi perfilman Indonesia saat ini tidak selalu mengalami

kesuksesan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya film berunsur pornografi atau

kekerasan yang beredar di masyarakat. Sedikit sekali adanya film yang memiliki

kualitas yang baik dan memiliki nilai-nilai yang bisa didapatkan secara positif,

karena film adalah media massa komunikasi yang tepat, bukan saja untuk hiburan,

tetapi juga cerminan bagi para penonton yang menyaksikan, dan sebagai media

pembelajaran yang lengkap.

Film “Sang Pencerah” menceritakan tentang seorang pemuda berusia 21

tahun bernama Darwis (Lukman Sardi). Pemuda itu gelisah dengan

lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat.

Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah. Sepulangnya

dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Ia mendirikan

sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat

yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang

2

(13)

3

kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat yang

mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan

aliran sesat. Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat

Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen

hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan

dirinya disebut kafir.3

Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama isteri

tercinta, Siti Walidah dan lima murid-murid setianya: Sudja, Sangidu, Fahrudin,

Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia

membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar

berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Ada beberapa pesan yang terkandung dalam film “Sang Pencerah” di

antaranya; menjelaskan kepada penonton bahwa Islam bukanlah agama yang

sangat rumit. Film ini juga berusaha menyampaikan pesan bahwa takhayul,

bid’ah, dan khurafat itu tidak benar. Dan tak hanya itu, film ini juga memotivasi

kita agar tidak pernah menyerah dalam mendidik dan berdakwah di jalan Allah

Swt.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti menyusun

skripsi dengan judul “Respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Sang Pencerah.

3

(14)

4

B. Pembatasan dan perumusan masalah 1. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah yang penulis

teliti yaitu mengenai bagaimana respons mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terhadap film “Sang Pencerah” yang diangkat

berdasarkan kisah nyata dari sejarah perjuangan dan pembentukan organisasi

keagamaan Muhammadiyah.

2. Perumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana respons kognitif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

b. Bagaimana responsafektif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

c. Bagaimana responskonatif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respons Mahasiswa

komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah yang

(15)

5

2. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan

dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam

bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru, khususnya bagi

peneliti dan masyarakat pada umumnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi.

D. Metodologi penelitian 1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan

kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk

menghasilkan hasil kuantitatif yang tepat4. Selain itu, pendekatan kuantitatif

memiliki objektifitas yang dapat diketahui dan diamati. Sedangkan desain

penelitian ini adalah surve. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mensurvei dan

mengetahui respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap film Sang Pencerah. Metode survey merupakan metode data yang ada

4

(16)

6

pada saat penelitian dilakukan. Dan data yang dikumpulkan melalui teknik

penyebaran angket5.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini

dilakukan dari tanggal 22 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011.

3. Populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan

metode penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama.

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sebagai data yang memiliki

karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian, dan sampel merupakan himpunan

bagian dari populasi yang menjadi objek sesungguhnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komuniksi Penyiaran Islam Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, yang mana pada setiap

kelasnya masing-masing terdiri dari, kelas A berjumlah 33 orang, kelas B

berjumlah 32 orang, kelas C berjumlah 32 orang, kelas D berjumlah 34 orang,

kelas E berjumlah 35 orang, kelas F berjumlah 33 orang, dan kelas G berjumlah

5

(17)

7

37 orang. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari total populasi, maka penulis

menggunakan rumus Slovin6

n =

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Standar deviasi

Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar 10%

(biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:

n =

n =

70,2 = 70 Mahasiswa

Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili

populasi yaitu sebesar 70 mahasiswa, selanjutnya dalam penarikan sampel

dilakukan dengan metode random sampling yaitu penarikan sampel yang

dilakukan secara acak dari jumlah populasi. Dalam memudahkan dan pemerataan

penarikan jumlah sampel yang dilakukan pembagian porsi sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Porsi Penarikan Sampel

No. Kelas Jumlah

Populasi Jumlah Sampel

1 A 33 10

2 B 32 9

3 C 32 9

6

(18)

8

4 D 34 10

5 E 35 11

6 F 33 10

7 G 37 11

TOTAL 70 orang

4. Sumber Data

Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian

lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah daftar

pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk

mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data

pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Angket (kuesioner)

Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan

lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal

yang diketahuinya. Pertanyaan yang diberikan kepada responden bersifat

(19)

9

disediakan dan responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah

disediakan dengan memberi tanda.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan

kepada subyek penelitian, yang didapatkan melalui buku, artikel, dan internet

seperti sinopsis film dan foto-foto yang di dapat dari rumah produksi film

Sang Pencerah.

6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui angket kemudian di proses melalui tahap-tahap:

a) Editing,yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti dan kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya.

b) Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban

selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat

diketahui kecendrungan tiap-tiap alternatif jawaban.

c) Analisis dan interpretasi data yakni mendeskripsikan data kuantitatif hasil perolehan angket menjadi bentuk kata-kata, sehingga

pernyataan tersebut menjadi bermakna.

Penarikan kesimpulan pada setiap variabel ditentukan dengan rata-rata dari

setiap indikator. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan hasil kali total

responden pada masing-masing skor dengan bobot skornya. Kemudian dibagi

dengan jumlah responden keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk mencari

(20)

10

Dimana:

X = Rata-rata

n1=Responden yang memilih skor tertentu

s1=bobot skor

N=Jumlah total responden

Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mencari nilai skor rata-rata.Nilai

skor rata-rata dapat diperoleh dengan rumus7 :

Dalam penelitian ini digunakan skala Likert dari 1 sampai dengan 5,

sehingga nilai rata-rata yang diperoleh menjadi :

Berdasarkan nilai skor rata-rata tersebut, maka posisi kesimpulan memiliki

rentang skala seperti Tabel 2 berikut8:

Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Kesimpulan

Kriteria Jawaban Skor/ Bobot

Nilai Rentang Skala

Sangat Tidak Setuju 1 1.00- 1.80

Tidak Setuju 2 1.81- 2.60

Ragu 3 2.61- 3.40

7

Nazir, Metode Penelitian, h.122. 8

(21)

11

STS TS R S SS

Setuju 4 3.41- 4.20

Sangat Setuju 5 4.21- 5.00

Sumber : Nazir, Metode Penelitian, h. 125

Gambar 1Rentang Nilai Skoring

7. Definisi Opersional

Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang

harus dialakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep

yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi

ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.9

Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian

yaitu, variabel independen dan dependen, variabel yang mempengaruhi disebut

variabel penyebab, variabel bebas atau independen variabel (x), sedangkan

variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependen variabel (y).10

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang sedang

dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat, dalam hal ini variabel

bebasnya yaitu film Sang Pencerah yang dilambangkan X.

2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang sedang

dianalisis tingkat pengaruhnya oleh variabel bebas dalam hal ini

9 Irawan Soehartono, “

MetodePenelitian Sosial” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h.29. 10

(22)

12

Respons Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan

2009 UN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai variabel dependen

(terikat) yang dilambangkan dengan Y.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis terlebih

dahulu melakukan tinjauan pustaka untuk melihat pembahasan skripsi yang sama

membahas mengenai respons dan film, dan setelah itu penulis menjadikan skripsi

terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan penulis, seperti “ Respon

Jamaah Majlis Taklim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap Film Ayat-ayat

Cinta yang dibuat oleh Sri Mulyati dengan NIM 104051002827 pada tahun 2008,

Respon siswa SMK Islamiyah Ciputat Terhadap Film Naga Bonar jadi 2 yang

dibuat oleh Ela Nurlaila dengan NIM 104051001749 pada tahun 2008. Dalam hal

ini yang berbeda yaitu film yang diambil, penulis mengambil film yang

bertemakan organisasi keagamaan dan skripsi yang terdahulu lebih kepada tema

pendidikan, serta responden yang diambil oleh penulis adalah Mahasiswa Jurusan

(23)

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respons

Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian respons, teori stimulus-

respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus respons.

1. Pengertian respons

Dalam kamus lengkap psikologi disebut bahwa “Respons adalah sebarang

proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti

suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuisioner,

atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang

lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.11

Respons dari kata responseyang berarti jawaban, balasan atau

tanggapan.12Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer di jelaskan bahwa

respons adalah tanggapan atau reaksi.13Dalam Kamus Bahasa Indonesia, respons

adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang

terjadi.14

Dan menurut pendapat beberapa tokoh, seperti Abu Ahmadi mengenai

definisi respons atau tanggapan yaitu “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa

11J.P. Chaplin,”Kamus lengkap psikologi”, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, Persada, 2004), Cet ke-9, h. 432.

12

John,Echols dan hasanShadily.Kamus Bahasa Inggris Indonesia.Jakarta:gramedia.2003. 13

Peter Salim dan YennySalim, kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:English Modern Press,1991),h. 1268.

14

(24)

14

pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, sudah

berhenti, hanya kesannya saja.15

Respons merupakan timbal balik dari apa yang di komunikasikan terhadap

orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakan jalinan

sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan

secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terhadap keteraturan.

Respons akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi

serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respons dengan

istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam

menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi, dengan adanya respons yang

disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikan kepada

komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses

dakwah dan komunikasi.16

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi

komunikasi respons adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu

gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu

perangsang dapat juga disebut respons. Secara umum respons atau tangapan dapat

diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun dalam

hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

15

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar.(JakartaRieneka Cipta,1992),h.64. 16

(25)

15

informasi dan menafsirkan pesan, lalu respons terbagi menjadi tiga bagian, yaitu

kognitif, afektif dan konatif.

a. Respons kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan

informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.

b. Respons afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai sesorang

terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila ada perubahan pada apa

yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respons konatif berhubungan dengan prilaku nyata meliputi tindakan,

kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.17

2. Teori Stimulus― respons

Pada pasca Perang Dunia I, ketakutan terhadap propaganda telah

mendramatisasikan efek media massa. Harold Laswell membuat desertasinya

tentang teknik-teknik propaganda analisis menganalisa teknik-teknik propaganda

pada Perang dunia I. the Institude for propaganda analysis menganalisa teknik-teknik propaganda yang dipergunakan oleh pendeta radio Father Coughlin. Pada

saat yang sama, behaviorisme dan psikologi instink sedang popular di kalangan ilmuwan. Dalam hubungan dengan media massa, keduanya melahirkan apa yang

disebut Melvin De Fleur (1975) sebagai “ Instinctive S-R theory”.18

17

JalaludinRakhmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1991),h.128.

18

(26)

16

Teori stimulus-respons, atau biasa disebut teori S-O-R singkatan dari

Stimulus-Organism-Response, semula berasal dari psikologi, yang muncul antara

tahun 1930 dan 1940. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, hal ini

dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu

manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, prilaku,

kognisi, afeksi, dan konasi.19

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi

terhadap situasi tertentu. Teori ini memiliki tiga elemen utama, yakni (a) pesan

(stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek (respon).20

Teori stimulus respons, menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada

pihak pertama (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut teori ini

dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima pada dasarnya

merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan

demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut

terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.21

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek

“ how” bukan “what” dan “why”. Dalam hal ini how to change the attitude,

bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak

bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar

melebihi semula.

19

OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet Ke-3, h.254.

20

Muhammad Mufid, Komunikasi dan regulasi Penyiaran,(Jakarta:Kencana,2005) Cet.ke-1, h.22.

21

(27)

17

Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”,

sebagaimana yang diungkapkan Hovland, Janis dan Alley dalam bukunya

OnongUchjanaEffendy, menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada

tiga variable penting, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan.

Gambar 1. TEORI S-O-R

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada

komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.22 Proses berikutnya adalah

komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses

selanjutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah

kesediaan untuk mengubah sikap.23

Kelemahan teori stimulus-respons adalah penyamarataan individu.

Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu

22

OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filasat Komunikasi,(Bandung:PT. Citra aditya Bakti,2003), Cet.Ke-3, h.255.

23

(28)

18

dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin De

fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang

dikenal sebagai individualdifference theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbeda-beda sesuai dengan

karakteristik pribadi individu.

3. Macam-macam Respons

Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan

dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun

ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima

macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan

tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan

pendengar, tanggapan peraba,” “menurut ikatannya, tanggapan dibagi menjadi dua

macam yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.24

Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Umum,

disebut ada beberapa jenis tanggapan, yaitu :

a. menurut indera yang mengamati, yaitu:

1) Tanggapan auditif, ialah tanggapan terhadap apa-apa yang telah

didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

2) Tanggapan visual, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.

3) Tanggapan perasa, ialah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.

b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

24

(29)

19

1) Tanggapan ingatan, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya

di masa lalu.

2) Tanggapan fantasi, ialah tanggapan masa kini atau tanggapan terhadap

sesuatu yang akan terjadi.

3) Tanggapan fikiran, ialah tanggapan masa datang atau tanggapan

terhadap sesuatu yang akan terjadi.

c. Tanggapan menuju lingkungannya, yaitu:

1) Tanggapan benda, ialah tanggapan terhadap benda yang

menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada disekitarnya.

2) Tanggapan kata-kata, ialah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau

dilontarkan oleh lawan bicara.25

4. Faktor terbentuknya Respons

Sejak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus

sekaligus dituntun untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh.Manusia

dalam pertumbuhannya menjawab dan mengatasi semua pengaruh dirinya, untuk

mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus memperhatikan,

menggali semua yang ada di sekitarnya.

Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha

menggunakan alat inderanya dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek

eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia) seperti dikatakan

25

(30)

20

BimoWalgito “alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia

luarnya”26

.

Tanggapan dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi faktor

penyebabnya, hal itu perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat

menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan tidak hanya

dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu

mendapat respons individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada

persesuaian atau yang menerima dirinya. Stimulus mendapat pemilihan dan

individu akan tergantung pada dua faktor:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam dirinya.

Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Maka

seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap

dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada pada lingkungannya

Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang yang

menyebutnya dengan faktor stimulus.

Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima

bersama-sama stimulus dapat didasari oleh individu, stimulus harus cukup kuat,

apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimana besarnya perhatian dari

individu, stimulus tidak akan di tanggapi oleh yang bersangkutan,

dengan demikian ada batasan kekuatan stimulus, agar stimulus dapat

26

(31)

21

memindahkan kesadaran paada individu. Batas kekuatan individu

disebut ambang absolute setelah dibawah atau juga disebut ambang

stimulus. Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.27

B. Ruang Lingkup Film 1. Pengertian Film

Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup, dan bioskop.28Selain itu film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media

pembujuk.

Pada dasarnya tontonan bergerak sudah lama ada.Banyak tempat memiliki

seni pertunjukan boneka. Namun tidak urung ketika film layar lebar mulai di

tayangkan pada tahun 1894, tanggapan publik begitu besar.

Namun yang jelas film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi

yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa

sebenarnya film sangat berpengaruh.

Menurut Onong Uchyana Efendi film merupakan medium komunikasi

yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan

pendidikan. Menurut Alex Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang

diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang

menyebabkan selalu ada kecendrungan untuk mencari relevansi antara film

dengan realitas kehidupan. Bahkan, Jakob Sumardjo, dari pusat pendidikan film

27

Elizabeth B Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Erlangga,1991), h.185. 28

(32)

22

dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.29

Efek dari film adalah peniruan yang di akibatkan oleh anggapan bahwa apa yang

dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang.

Bila dilihat lebih mendalam, film adalah dokumen kehidupan sosial

sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya

itu, baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya.

Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara

menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang.

Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan

“Citra Bergerak” (Moving Images). Namun juga telah diikuti oleh muatan-muatan

kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya

hidup.30

Film dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap

memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat.

Upaya menyatukan pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan

dalam kesusastraan dan drama.Namun, unsur-unsur baru dalam film memiliki

kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam

waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak

dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas.31 Secara teknis, film

29

AepKusnawan. Et al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah press, 2004, Cet. Ke-1,h. 94.

30 Victor C. Mambor, satu abad “Gambar Idoep” di Indonesia, http://kunci.co.id/teks/victor .

31

(33)

23

mengkombinasikan fotografi, stereo, grafik digital, komputer dan teknologi

perfilman sendiri.32

Film hadir dalam bentuk audio visual. Melalui audio visual inilah, film dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada para penontonnya,

pengalaman itu menyampaikan berbagai nuansa perasaan (afektif), dan pemikiran

(kognitif) kepada penontonnya, akan tetapi efek yang paling signifikan dari film

adalah efek terhadap kognitifnya dibandingkan dengan afektifnya.33Maka dari

sinilah film bisa dijadikan sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai

media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali

menginjakan kakinya di jalan Allah SWT.

Karena film memerlukan khalayak yang besar, karena pasar merupakan

sumber pendapatan utama dan juga kontrol pemerintah selalu mengancam para

produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapapun.

Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal

asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental, namun mereka

berusaha tidak menyinggung kepentingan siapapun.34

2. Jenis-jenis Film

Film-film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat

diklarifikasikan sebagai berikut:

32

Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi ke-2, Jakarta:Erlangga, 1987, h. 15.

33

Achmad Mubarok,PsikologiDakwah, Jakarta: Pustaka firdaus, 1999,Cet. Ke-1,h.158 34

(34)

24

1) Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, clash benturan antara dua orang atau

lebih. Sifat drama :romance, tragedy, dan komedi.

2) Realism, adalah sebuah film yang mengandung relevansi dengan

kehidupan keseharian.

3) Film, Sejarah, menuliskan tokoh tersohor dan peristiwa.

4) Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau

setelahnya.

5) Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali.

6) Film anak, mengupas kehidupan anak.

7) Cartoon, cerita bergambar yang mulanya lahir di media cetak, yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board, melainkan

gambar yang selalu bergerak dengan teknik animation atau singles stroke operation.

8) Adventure, film pertarungan, tergolong film klasik.

9) Crime story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. 10)Film Religi, berisikan mengenai ajaran-ajaran suatu agama.

11)Film seks, menampikan erotisme.

12)Film misteri/horror,mengupas terjadinya fenomena supranatural yang

menimbulkan rasa wonder, heran,takjub dan takut.35

35

(35)

25

Adapun unsur-unsur yang sangat erat kaitannya dalam produksi sebuah

film, yaitu sebagai berikut:

1. Title (judul)

2. Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis, dan lain-lain.

3. Tema film

4. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan

5. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan.

6. Plot (alur cerita)

7. Suspense atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung

8. Million setting, yaitu latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu,

bagian kota, perlengkapan, aksesoris dan fashion yang disesuaikan.

9. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat

kepada orang yang berkepentingan.

10.Trailer, yaitu bagian film yang menarik

11.Character, yaitu karakteristik pelaku-pelakunya.

Adapun struktur-struktur sebuah film adalah sebagai berikut:

1. Pembagian cerita (Scene)

2. Pembagian adegan (Sequence)

3. Jenis pengambilan gambar (Shoot)

4. Pemilihan adegan pembuka (Opening)

5. Alur cerita dan continuity

6. Intrigue meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat,

(36)

26

7. Anti klimaks, penyelesaian masalah.

8. Ending, pemilihan adegan penutup.

3. Karakteristik Film

Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan

kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.

Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel,

drama panggung, dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu

saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya. Oleh

karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film, yaitu sebagai

berikut:

a. Film menggunakan unsur gambar sebagai sarana utama untuk

menyampaikan informasi.

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam sejarahnya film adalah

kesinambungan dari fotografi.Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian

unsur suara melengkapi unsur gambar.Gambar dan suara, keduanya secara

bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung

apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara,

bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberikan kepada

kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur

menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan

(37)

27

berpikir visual. Artinya, berpikir bagaimana suatu informasi akan

disampaikan dalam bentuk gambar.

Unsur suara (dialog, musik, dan efek) merupakan sarana penunjang.

Unsur suara dipergunakan apabila:

1) Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan.

2) Gambar tidak efektif dan efisien.

3) Suara digunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan.

4) Suara dipergunakan sebagai realitas.

b. Film memiliki keterbatasan waktu

Pengarang novel, misalnya, bisa menentukan sendiri kapan

mengakhiri novelnya.Tetapi film memiliki panjang tertentu, antara 80

sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam sekalipun

maka batasan waktu telah kita tetapkan.

c. Layar yang luas/ lebar

Film televisi sama menggunakan layar, namun kelebihan media film

adalah layarnya yang berukuran besar.

d. Pengambilan gambar

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar dalam

film bioskop memungkinkan dari jarak jauh, atau extreme long shoot, yakni

(38)

28

e. Konsentrasi penuh

Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton film di bioskop,

bila tempat duduk sudah penuh, kemudian film di putar, maka konsentrasi kita

penuh terhadap film tersebut.

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah fakultas setelah terjadi perubahan nama

dari Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI. Nomor : 31 tahun

2002 sebagai perwujudan dari gagasan dan hasrat umat Islam, yang merupakan

mayoritas bangsa Indonesia, untuk mencetak kader pemimpin Islam bagi

keperluan perjuangan bangsa Indonesia. Dan tambahan kata “Komunikasi” sejalan dengan visi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu integrasi keilmuan, keislaman,

kemanusiaan dan keindonesiaan.36

Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah fakultas yang merupakan

pengembangan dari Jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif

36

(39)

29

Hidayatullah, yang secara resmi dibuka pada tahun akademik 1990/1991 ( pada

waktu itu masih bernama Fakultas Dakwah), 37

Diawali dengan membuka satu jurusan yaitu Penyiaran dan Penerangan

Agama (PPA) dengan 2 kelas dan jumlah mahasiswa sekitar 80 orang.

Akhirnya perkembangan Fakultas Dakwah pada tahun 1992-1995 memiliki 2

jurusan yaitu : PPA dan BPA38.

Seiring perkembangan Fakultas Dakwah tersebut, akhirnya pada tahun

1994/1995 terjadi perubahan nama jurusan BPA menjadi BPI yaitu Bimbingan

Penyuluhan Islam dan pada tahun 1996/1997 terjadi perubahan nama kembali,

yaitu Jurusan Penyiaran dan Penerangan Agama (PPA) berganti nama menjadi

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sampai sekarang. Perubahan

tersebut didasarkan kepada surat keputusan Dirjen Binbaga Islam Departemen

Agama tahun 199939.

Seiring dengan kemajuan yang pesat di era globalisasi, jurusan KPI

senantiasa menghasilkan perubahan sesuai dengan tantangan zaman. Kurikulum

yang ada sekarang tidak kalah jauh dari jurusan komunikasi di kampus lain. pada

prinsipnya sama, yang membedakan KPI mempunyai Penyiaran Islam. Untuk ke

depan, KPI akan difokuskan kepada hal-hal umum. Terbukti sekarang ada

program studi Jurnalistik.

37

Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.

38

Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.

39

(40)

30

Dengan kemajuan tersebut, KPI dan Jurnalistik sekarang mempunyai

praktikum mata kuliah sendiri, antara lain computer. Isi materinya berbeda dengan

jurusan lain, lebih kepada desaign grafis, layout majalah, tabloid,bulletin dan Koran. Sedangkan dalam pelaksanaan prakteknya sarana dan prasarana KPI juga

mulai membaik dengan adanya laboraturium Radio, TV dan

Fotografi.Mahasiswanya pun di didik sebagai konseptor acara keagamaan di

televisi.40

2. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI

Visi dari Jurusan KPI adalah” Menjadikan Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam sebagai pusat keunggulan dalam bidang keilmuan Komunikasi

dan Penyiaran Islam”. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang Ilmu

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Melakukan penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan

Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

d. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

e. Melakukan pembinaan akhlak mulia.

Tujuan dari Jurusan KPI adalah;

40

(41)

31

a. Menyiapkan peserta didik mempunyai kemampuan komunikasi dan

dakwah secara professional baik lisan ataupun tulisan juga di media massa

atau elektronik.

b. BerkepribadianIslami yang dapat menjadi teladan bagi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Menguasai dasar-dasar metodologi Ilmu komunikasi dan Penyiaran Islam

sehingga mampu mengembangkan dan bertindak sebagai sarjana

Komunikasi dan Penyiaran Islam

d. Memahami asas-asas pengolahan KPI melalui media tradisional/ modern

serta mampu bekerja sesuai keahliannya.41

Sedangkan kompetensi dari Jurusan KPI adalah;

Menjadikan mahasiswa terampil dalam bidang Ilmu Komunikasi dan

Penyiaran Islam

Menjadikan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam berkepribadian

dan berakhlak mulia, dinamis, kreatif dan inovativ.42

3. Profil Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2009

Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis, yang

memiliki daya intelektual dan daya kreatif tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa

jurusan KPI angkatan 2009 termasuk salah satunya, ini terbukti dengan

keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan

oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit Kegiatan Mahasiswa

41

Praktikum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Jakarta: Dakwah Press Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007)h.3-4.

42

(42)

32

(UKM) Jurusan atau bisa disebut juga LSO (Lembaga Semi Otonom). LSO yang

ada di jurusan KPI antara lain, yaitu Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual

( KOMKA) dan Paduan Suara Voice Of Communication (VOC). Sebenarnya

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BEMJ KPI maupun LSO-LSO yang

ada di jurusan KPI sama saja. Seperti, seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik,

workshop film, public speaking, pelatihan penyiar radio atau pembaca berita TV,

dan lain sebagainya.

Hanya saja LSO-LSO di jurusan KPI seperti KOMKA dan VOC hanya

focus kepada satu kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang lebih fokus

kepada kegiatan audio visual seperti yang berhubungan dengan film dan televisi.

Sedangkan Paduan Suara VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam

bidang tarik suara, tentunya paduan suara VOC diiringi oleh musik, dalam hal ini

Paduan Suara VOC juga memilik band, jadi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan paduan suara

dan musik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI

angkatan 2009 adalah mahasiswa yang benar-benar memiliki sifat kritis, daya

kreativitas tinggi diimbangi dengan moral serta akhlak yang baik, dalam

mengembangkan ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentunya hal ini dapat

menambah pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti.

B. Profil Film Sang Pencerah

(43)

33

Lahir pada tanggal 1-Agustus-1869 di kampung Kauman Jogjakarta,

Muhammad Darwis tumbuh menjadi anak yang cerdas, kritis dan selalu menjadi

panutan teman-temannya. Pada usia 8 tahun, Darwis sudah khatam baca Al’quran. Semakin dewasa, Darwis menjadi semakin kritis. Tradisi yang berjalan di

lingkungan tempat tinggalnya selalu menjadi bahan pertanyaan di dalam hatinya.

“Kenapa setiap mengaji Yasin selalu ada kopi,apem,makanan dan rokok

untuk orang yang sudah meninggal?”…

“Kenapa harus ada acara nujuh hari,empatpuluh hari,seratus hari

memperingati wafatnya seseorang?”… “Kenapa selalu ada kemenyan?”..

“Ziarah kubur…Ruwatan..Padusan..Grebegan..dst..dst

Jawaban para Alim ulama dan orang yang di tuakan cuma satu dan singkat.”Sudah tradisi”

Jawaban semacam itu jelas sangat tidak memuaskan dan malah menimbulkan

pertanyaan baru di dalam hatinya.

“Kenapa tradisi seperti menjadi wajib di dalam Islam?”.

Hari-hari menjadi bulan, bulan menjadi tahun.Kiai Abubakar merasa

anaknya sudah cukup umur untuk berumah tangga.Muhammad Darwis di

nikahkan dengan SitiWalidah putri dari Kiai Muhammad Fadlil yang tidak lain

adalah paman dari Muhammad Darwis sendiri. Berselang beberapa bulan dari

pernikahannya, kebahagiaan sebagai mempelai harus di tingalkan karena desakan

(44)

34

ibadah Haji sekaligus menambah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang

agama Islam. Siti Walidah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya.

“Anak pertamaku tidak akan di Adzani oleh bapaknya”…

“Aku Adzani anak kita di hadapan Masjidil Haram”.Darwis mencoba

meyakinkan istrinya.

Siti Walidah menghela nafas dan tersenyum. Darwis pun tersenyum lega dan

mengecup kening istrinya dengan lembut.

Selama di Mekkah selain menunaikan Haji, Darwis menambah

pengetahuan tentang Islam dari beberapa Alim Ulama yang berasal dari Indonesia

juga Ulama dari tanah Arab. Pengetahuan ini semakin menambah keberaniannya

untuk mempertanyakan dan merubah tradisi di kampungnya.

Setelah enam bulan di Mekkah,Darwis yang sudah mengganti namanya

menjadi Ahmad Dahlan kembali ke Tanah Air dengan niat ingin merubah semua

tradisi yang di anggapnya telah mengakar dan menyimpang dari inti ajaran Islam.

Setahun sepulangnya dari Mekkah, Kiai Abu Bakar wafat. Secara adat

istiadat Kraton Yogyakarta bilamana salah seorang abdinya yang meninggal

dunia, maka anak lelaki yang sulung diangkat sebagai gantinya. Jadilah Ahmad

Dahlan seorang Khatib Amin,yang di sahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono

VII.

Permasalahan yang paling ingin di selesaikannya adalah masalah arah

sholat atau Kiblat. Selama perjalanannya menyebarkan Syiar agama Islam di

sekitar Jogja, Kiai Dahlan beberapa kali menemukan keanehan di dalam arah

(45)

35

dan barat daya. Menurut Kiai Dahlan hanya Masjid Demak dan Masjid

Panembahan Senopati di Kota Gede yang arah kiblatnya benar. Selain itu tidak

ada yang benar arah Kiblatnya termasuk Masjid Gede Kauman.

Niat Kiai Dahlan untuk membetulkan arah Kiblat Masjid Gede Kauman

mendapat tentangan dari mayoritas pengurus Masjid. Kiai Penghulu

Kamaludiningrat adalah orang yang sangat menentang niat itu.Kiai Dahlan terus

berusaha dengan memberi pengertian secara ilmiah dan logika kepada

kolega-koleganya terlebih dahulu. Akhirnya Kiai Dahlan merasa perlu mengumpulkan

para Alim Ulama dari dalam dan luar kota Jogja untuk memecahkan masalah

Kiblat tersebut. Bertempat di Surau miliknya,di hadapan enam belas Ulama dan

beberapa pemuda, Kiai Dahlan menjelaskan secara ilmiah tentang arah Kiblat

yang benar. Walaupun Tidak ada kata sepakat dalam Musyawarah ini, Kiai

Dahlan merasa cukup puas karena sudah menumbuhkan sedikit kesadaran di

kalangan Ulama.

Tidak lama dari Musyawarah itu, kampung Kauman geger. Masjid Besar

yang menjadi simbol dan panutan warga Jogja, lantainya di garis dengan kapur.

Ini di anggap sebagai penistaan. Kiai Penghulu merasa di ganggu dan

kewibawaannya di lecehkan.

Kiai Penghulu menduga bahwa peristiwa ini adalah kelanjutan dari

musyawarah yang di adakan oleh Kiai Dahlan beberapa waktu yang lalu. Di

hadapannya, Kiai Dahlan di paksa untuk memberi tahu siapa yang telah berani

(46)

36

Peristiwa dan tekanan yang di lakukan Kiai Penghulu terhadapnya tidak

menyurutkan niatnya membetulkan arah Kiblat. Kiai Dahlan memperbaiki arah

Kiblat di Suaraunya menghadap arah yang di yakininya tepat menghadap Masjidil

Haram. Langkah inilah yang semakin membuat Kiai Penghulu bertambah murka

dan benci kepada Kiai Dahlan.Melalui utusannya Kiai Penghulu memerintahkan

agar Kiai Dahlan segera merobohkan suarunya. Berlinanglah air mata Kiai

Dahlan, beliau merasa terpukul.

Pada 15 Ramadhan setelah sholat Tarawih, surau Kiai Dahlan di

hancurkan oleh kuli-kuli dari Kawedanan Pangulon yang berjumlah 15 orang.

Para jamaah yang sedang melaksanakan Tadarus berhamburan. Penghancuran ini

di laksanakan dengan semangat dan riang gembira oleh para kuli. Tidak ada

perlawanan yang berarti dari para jamaah surau.

Pagi buta Kiai Dahlan menatap lirih suraunya yang sudah hancur dengan

tanah.sejak senja beliau meninggalkan rumahnya karena merasa tidak akan kuat

menyaksikan penghancuran itu. Dengan hati yang gundah beliau mengajak

istrinya untuk meninggalkan kampung Kauman, bergegas mereka menuju stasiun

Tugu.

Niat untuk meninggalkan kota Jogja dapat di cegah oleh Kiai M.Saleh dan

istrinya.

“Seorang pemimpin yang baik tidak akan meninggalkan keluarga dan

umatnya ”istri Kiai Saleh coba membujuk.

Setelah peristiwa tersebut Kiai Dahlan memperbaiki dan berangkat Haji

(47)

37

Sekembalinya dari Makkah, beliau mendengar adanya pergerakan nasional

yang berisikan para periyayi Jawa. Kiai dahlan sangat tertarik dan ingin

mengetahuinya lebih dalam. Lewat Mas Joyosumarto yang kebetulan mempunyai

family di Kauman, Kiai Dahlan di perkenalkan dengan Dr.Wahidin Sudirohusodo

yang tak lain adalah pendiri organisasi Budi Utomo.Pada kesempatan ini Kiai

Dahlan mengutarakan niatnya untuk menjadi anggota Budi Utomo. Niat mulia ini

di sambut gembira oleh Dr.Wahidin dan para pengurus Budi Utomo yang lain.

Tetapi Sujak, Hisyam, Tamim dan Fahrudin yang notabene para murid Kiai

Dahlan mempunyai perasaan sebaliknya. Mereka khawatir Kiai Dahlan akan

menyimpang dari ajaran Islam.

Semenjak menjadi anggota Budi Utomo, tingkah laku Kiai Dahlan di

anggap aneh oleh beberapa murid dan jamaahnya, beliau mengajarkan

murid-muridnya bernyanyi menggunakan biola, menggunakan kursi dan bangku yang di

anggap buatan orang kafir.

“Jangan-jangan Kiai sudah terpengaruh oleh orang-orang Budi Utomo

yang kebanyakan kejawen”.

Karena sikapnya ini, perlahan-lahan banyak murid dan jamaahnya

meninggalkan Kiai Dahlan dan tidak lagi mengikuti pengajian di Surau beliau.

Situasi seperti ini memaksa Kiai Dahlan mengungkapkan dan menjelaskan

maksudnya menjadi anggota Budi Utomo dan bersikap sedikit agak nyeleneh.

“Aku sedang belajar cara berorganisasi,cara membuat sekolah, cara

mengajar murid-murid secara efektif, semua itu untuk mewujudkan cita-citaku

(48)

38

Keinginan Kiai Dahlan mendirikan organisasi ternyata kembali membuat

Kiai Penghulu menjadi marah, beliau menganggap Kiai Dahlan hendak menjadi

presiden.

“Kiai Dahlan seorang Khatib,dia memohon menjadi Residen perkumpulan

muhammadiyah yang nantinya akan menguasai orang-orang Islam

Muhammadiyah lalu menguasai Kauman lalu mereka tidak akan mematuhi

perintah-perintah kami dan Sultan”..

Sontak Rykbestuur tertawa mendengar penjelasan Kiai Penghulu tersebut.

Rupanya Kiai Penghulu salah dalam menafsirkan kata Presiden dan Residen,

setelah di jelaskan oleh Rykbestuur perbedaannya, Kiai Penghulu mencabut

penolakannya terhadap permohonan izin Kiai Dahlan untuk mendirikan

Muhammadiyah.

Pada hari Sabtu malam Minggu terakhir dalam bulan Desember 1912

Miladiyah, Muhammadiyah mengadakan rapat Undangan Terbuka untuk

memproklamirkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, bertempat di

Gedung LoodgeGebouwMalioboro.

“Dan adakanlah di antara kamu segolongan umat yang menyerukan

kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran..(Al-Imron ayat 104)

Ayat inilah yang mengilhami Kiai Dahlan untuk membuat organisasi

Muhammadiyah.

(49)

39

a.Kiai Ahmad Dahlan: Seorang Khatib di Masjid Besar Kauman, dengan

gelar Khatib Amin. Budi pekertinya halus, sabar dan suka mengalah

asalkan tidak menyinggung hukum agama yang merugikan, selalu

menghindari konflik tetapi tegas dalam berkeyakinan apa yang di

anggapnya benar.Kritis dalam menyikapi keadaan di sekitarnya.

Keinginannya adalah menghapuskan tradisi-tradisi Bid’ah yang sudah mengakar dalam kehidupan umat Islam, walaupun akan merugikan

dirinya sendiri.Ingin mengembalikan Islam yang berdasarkan Al’quran

dan Hadist Rosul.

b.Muhammad Darwis: Tidak lain adalah nama lahir dari Kiai Dahlan. Kritis,

sangat ingin tahu,Seorang anak yang banyak akal, ulet dan pandai

memanfaatkan sesuatu,sangat cerdas dalam pergaulan anak-anak sebaya

dia selalu di sukai dan di turuti.Pada usia delapan tahun sudah khatam

Al’Quran.

c.NyaiWalidah : Istri dari Kiai Ahmad Dahlan. Budi pekertinya baik,halus

dan sabar dalam menyikapi dan melayani Kiai Dahlan. Beliau adalah

putri dari Kiai Penghulu Hakim M.Fadlil,

d.Kiai Abubakar :Ayah dari Kiai Ahmad Dahlan. Salah satu Khatib yang

sangat di segani di sekitar Jogja. Kharismanya tinggi, halus budi

pekertinya, Sangat sayang kepada keluarga, khususnya kepada Kiai

Dahlan.

e.Kiai Penghulu Kamaludiningrat: Khatib yang paling di tuakan di

(50)

40

segani. Sangat bangga akan kekuasaan yang di embannya. Sangat

menjunjung tinggi tradisi di lingkungan dan agama Islam. Sangat

menentang ide-ide pembaharuan yang di lontarkan Kiai Dahlan.

f. Kiai Lurah H.M Noor: Seorang alim yang terkemuka di Jogja, berwibawa,

mempunyai kedudukan sebagai Imam Rhatib di Masjid Besar, beliau

adalah kakak ipar dari Kiai Dahlan.

g.Kiai M Fadlil: Seorang alim yang di segani di Jogja, jabatannya adalah

Kiai Penghulu, berwibawa dan berkharisma, beliau adalah ayahanda dari

Siti Walidah.

h.Sri Sultan Hamengkubuwono VII: Beliau adalah raja yang sangat di

segani oleh rakyatnya. Kharismanya sangat tinggi dan berwibawa.

i. Dr.Wahidin Sudirohusodo: Seorang priyayi. Dokter lulusan STOVIA,

beliau adalah salah satu pendiri organisasi Budi Utomo. Berkharisma dan

sangat disegani, nasionalismenya tinggi.Kepada beliaulah Kiai Dahlan

belajar berorganisasi dan mendirikan sekolah yang benar.

j. Mas Joyosumarto: Asisten Dr.Wahidin Sudirohusodo, mempunyai banyak

family di Kauman. Beliaulah yang menjadi perantara pertemuan anatara

Kiai Dahlan dan Dr.Wahidin Sudirohusodo. Memiliki rasa nasionalisme

yang cukup tinggi, sangat mendukung cita-cita Kiai Dahlan dalam

mendirikan sebuah Organisasi.

k.Kiai M Saleh: Kakak ipar sekaligus guru bagi Kiai Dahlan. Beliau adalah

lawan diskusi dan panutan bagi Kiai Dahlan. Budi pekertinya baik, salah

(51)

41

l. Nyai M Saleh:I stri dari Kiai M Saleh,s eorang ibu rumah tangga

biasa,t elaten, lembut, sangat menyayangi keluarganya, beliau adalah

kakak kandung dari Kiai Dahlan

m. Sudja: Murid dan kader langsung dari Kiai Dahlan. Salah satu

pengurus pertama Muhammadiyah. Selalu mendukung setiap langkah

Kiai Dahlan. Wataknya agak sedikit keras, jiwa sosialnya sangat

tinggi.

n. Fakhrudin: Salah satu murid dan kader langsung Kiai Dahlan. Adik

(52)

42

BAB IV

RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH TERHDAP FILM SANG

PENCERAH A. Karakteristik Responden

Setelah melakukan penelitian di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ditemukan

beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam angkatan 2009. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui sejauh

mana respons mahasiswa dan mahasiswi terhadap film Sang Pencerah. Maka pada

penelitian ini yang menjadi sample populasi sebanyak 70 orang yang pernah

menonton film tersebut.

Dari 70 kuesioner yang terkumpul valid, peneliti mendapatkan data

mengenai karakteristik responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi

dua bagian, yaitu: jenis kelamin dan latar belakang pendidikan.

1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari

jumlah responden sebanyak 70 orang terdapat 52.8% responden mahasiswa

laki-laki dan 47.2% responden mahasiswa perempuan.Hal ini menunjukkan bahwa

Gambar

Tabel 1. Komposisi Porsi Penarikan Sampel
Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Kesimpulan
Gambar 1Rentang Nilai Skoring
Gambar 1. TEORI S-O-R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada mahasiswa fakltas dakwah jurusan kpi mata kuliah jurnalistik sangat dianjurkan marena di tekankan pada mahasiswa lulusan komunikasi dan penyiaran islam

Dari data tabel diatas, diketahui bahwa pengaruh yang dirasakan rnahasiswa Komunikasi Dan Penyiaran Islam setelah mengetahui fatwa.. Banyak atau sedikitnya pengaruh

Pembimbing penulisan skripsi saudara Muhammad Ukbah , NIM: 50100109016, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Alauddin Makassar, setelah dengan saksama

Sebagai seorang penyeru di jalan Allah SWT, seorang da’i dituntut memiliki kompetensi tertentu seperti, memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran

Upaya yang dilakukan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam guna mengasah kesiapan dan kemampuan mahasiswa dalam penerapan dakwah bil lisan. Upaya mengatasi

Setelah melakukan penelitian mengenai eksistensi aktivitas dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) pada Fakultas Dakwah Institut Agama Islam (IAI)

Kalo ke adik-adik sebenarnya dari awal biasaya pengenalan dulu ya bagaimana program kader suraunya, kemudian peran ama nilainya sih, peran sama nilainya ngga yang

Sehubungan dengan akan diselenggarakannya Pembuatan Buku Bunga Rampai Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi DEMA FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta