i
RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN
PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM SANG
PENCERAH
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
IRVAN FACHMI AKBAR NIM: 107051001532
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukaj hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 21 August 2011
iii ABSTRAK
IrvanFachmi Akbar
107051001532
RESPONS MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM“SANG
PENCERAH”
Film merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, karena film dapat memberikan efek baik dari aspek afektif, kognitif, maupun konatifdengan mudah kepada penonton. Dalam penyampaian pesannya media film tidak hanya sekedar bercerita akan tetapi juga memberikan gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Film Sang Pencerah mengisahkan tentang sejarah perjuangan K.H Ahmad Dahlan baik ia sebagai pendakwah dan Pendidik dalam merubah pemikiran masyarakat Kauman yang masih percaya kepada selain Allah, dan juga sejarah Awal mulanya pendirian organisasi Muhammadiyah.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana respons kognitif, afektif dan respons konatifMahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film “Sang Pencerah”?
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang tepat, dan desain penelitian yang digunakan adalah survey, metode survey merupakan metode data yang ada pada saat penelitian dilakukan, data dapat dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti penyebaran angket dan pengamatan. Dan teori yang di ambil dalam penelitian ini adalah S-O-R atau stimulus, organism dan respon teori ini ditemukan oleh Wat Son, aliran behavioristik yang artinya bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrohiim.
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridho dan
hidayah-Nya pula skripsi yang berjudul Repons Mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
terhadap Film “ Sang Pencerah” ini dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) program
studi S 1 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umatnyadari zaman kegelapan menjadi zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran
selalu penulis harapkan demi kemajuan saya di masa depan.
Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima
v
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Suparman Supandji. SH dan Ibunda tercinta
LilisPrihatini Wijaya serta KakakkuAlex Noorman Habibie, SE. dan
adikku Muhammad Adam Amiruddin atas inspirasi dan dorongan motivasi
yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di
UIN Jakarta hingga penulisan skripsi ini.
2. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Pembantu Dekan. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A
selaku Pudek 1, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan
Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si dan Dra. UmiMusyarofah, MA, selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan sejumlah berkas-berkas
perkuliahan.
4. Bapak Zakaria M,Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak
memberikan masukan dan ilmunya demi perbaikan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakhti, MA, selaku dosen penasehat akademik yang
sejak awal penulis kuliah di FIDIKOM dengan jurusan KPI serta sebelum
penyusunan skripsi ini telah banyak memberikan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik sesuai
vi
6. Seluruh Dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal,
terutama ilmu dan pengalaman.
7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi ini.
8. Bapak IndraGunawan, selaku ketua tim produksi film “Sang Pencerah”
yang telah memberikan waktunya untuk memberikan informasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-temn KPI Angkatan 2007khusunya kelas D yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan masukan,
inspirasi, motivasi, dan kenangan indah selama penulis kuliah.
10.Teman-teman kost, NanangSyahroni S.E.I, FuadFaidzinS.Sos.I,
IndraHadinata S.E.I, Taufan Arfianto, Muhajir S.E.I, IrfanWahyudi S.E.I,
SyafeiHazami, AzharFirmansyah S.E.I
11.Sahabat-sahabat tersayang, AyuFarahdisaS.Sos.I,Shalahudin Al-ayubi,
Ahmad Ghauzi, Abdul Muzjib, Abi Sakti, Riva NurmustofaS.Sos.I ,
Sofyan, IrfanMaulanaS.Sos.I, Maulana Yusuf, Rafki Ismail,
DisyaRamasariRahayuS.Sos.Iyang selalu memberikan semangat dan
dorongan bagi penulis.
12.Teman-teman Blacklist, Fajar EriksaS.Kom, Abdul Mannan Akbar Kaban,
ZulfikarHeryansyah, Rama Ferdian, HeruGunawan SE, Fajar Zulkarnaen
satu-vii
persatu yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan
pembelajaran di luar Universitas.
13.Teman-teman seperjuangan, MD, BPI, PMI, Kessos dan Jurnalistik, serta
seluruh senior yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan
motivasi dan informasi kepada penulis.
Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, namun tak mengurangi Respect penulis kepada mereka
semua.Terimakasih atas bantuan, dorongan dan motivasi untuk penulis sampai
penulisan skripsi ini selesai.Besar harapan penulis adanya Saran dan Kritik dari
pembaca sehingga menjadi pijakan keberhasilan.Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini bisa membawa manfaat.Amin ya RobbalAlamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2011
viii
mbatasan dan Perumusan Masalah ... 4
ix
ktor-faktor Terbentuknya Respons ... 19
B. ... Ru
ofil Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
SyarifHidayatullahJakarta ... 28
1. ... Se
jarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi .... 28
2. ... Vi
x
3. ... Pr
ofil Mahasiswa Jurusan KPI angkatan 2009 ... 31
B. ... Pr ofil Film Sang Pencerah ... 32
1. ... Si nopsis Film Sang Pencerah ... 32
2. ... Ka rakter Pemain Film Sang Pencerah ... 38
BAB IV RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Karakteristik Responden ... 42
1. Jenis Kelamin ... 42
2. Latar Belakang Pendidikan ... 43
B. Pernyataan ... 44
C. Analisa Data ... 47
1. Respons Kognitif ( pengetahuan) ... 47
2. Respons Afektif (perasaan) ... 52
3. Respons Behavioral (tingkah laku)... 58
BAB VPENUTUP A.... Ke simpulan ... 64
B.... Sa ran-saran ... 65
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film adalah satu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan
dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas, dan tetap.
Penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata.
Juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas
ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk alternatif yang
banyak diminati oleh masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa
yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik
ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film merupakan ekspresi atau pertanyaan
dari sebuah kebudayaan ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang
kadang kurang terlihat jelas terlihat dalam masyarakat.1
Film berbeda dengan cerita buku, dalam cerita buku hanya bisa membaca
tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya serta memainkan imajinasi akan cerita
tersebut tanpa ada latar audio visual serta alat-alat seperti kamera dan latar
belakang tempat, lain dengan film yang mempunyai ciri khas sendiri, seperti asas
ekonomi contohnya bila kita melihatnya dari kaca mata industri sebagai lahan
komersialisasi, dan yang membedakan film dengan lainnya adalah asas
sinematografi, sinematografi tidak dapat digabungkan dengan lainnya karena ini
berkaitan dengan pembuatan film,
1
2
asas sinematografi berisikan tentang bagaimana tata letak kamera sebagai alat
pengambil gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan
sebagai pengatur pembuat film.2
Perkembangan perfilman di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Saat ini perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukan keberhasilannya
untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Kerja
keras yang sudah dilakukan oleh sinematografi, agar bisa menampilkan film yang
lebih berkualitas kini sudah bisa dinikmati oleh penontonnya dilayar lebar.
Akan tetapi perfilman Indonesia saat ini tidak selalu mengalami
kesuksesan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya film berunsur pornografi atau
kekerasan yang beredar di masyarakat. Sedikit sekali adanya film yang memiliki
kualitas yang baik dan memiliki nilai-nilai yang bisa didapatkan secara positif,
karena film adalah media massa komunikasi yang tepat, bukan saja untuk hiburan,
tetapi juga cerminan bagi para penonton yang menyaksikan, dan sebagai media
pembelajaran yang lengkap.
Film “Sang Pencerah” menceritakan tentang seorang pemuda berusia 21
tahun bernama Darwis (Lukman Sardi). Pemuda itu gelisah dengan
lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat.
Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah. Sepulangnya
dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Ia mendirikan
sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat
yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang
2
3
kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat yang
mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan
aliran sesat. Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat
Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen
hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan
dirinya disebut kafir.3
Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama isteri
tercinta, Siti Walidah dan lima murid-murid setianya: Sudja, Sangidu, Fahrudin,
Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia
membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar
berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Ada beberapa pesan yang terkandung dalam film “Sang Pencerah” di
antaranya; menjelaskan kepada penonton bahwa Islam bukanlah agama yang
sangat rumit. Film ini juga berusaha menyampaikan pesan bahwa takhayul,
bid’ah, dan khurafat itu tidak benar. Dan tak hanya itu, film ini juga memotivasi
kita agar tidak pernah menyerah dalam mendidik dan berdakwah di jalan Allah
Swt.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti menyusun
skripsi dengan judul “Respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Sang Pencerah.
3
4
B. Pembatasan dan perumusan masalah 1. Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah yang penulis
teliti yaitu mengenai bagaimana respons mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terhadap film “Sang Pencerah” yang diangkat
berdasarkan kisah nyata dari sejarah perjuangan dan pembentukan organisasi
keagamaan Muhammadiyah.
2. Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana respons kognitif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”
b. Bagaimana responsafektif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”
c. Bagaimana responskonatif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”
C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respons Mahasiswa
komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah yang
5
2. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan
dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru, khususnya bagi
peneliti dan masyarakat pada umumnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi.
D. Metodologi penelitian 1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan
kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk
menghasilkan hasil kuantitatif yang tepat4. Selain itu, pendekatan kuantitatif
memiliki objektifitas yang dapat diketahui dan diamati. Sedangkan desain
penelitian ini adalah surve. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mensurvei dan
mengetahui respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap film Sang Pencerah. Metode survey merupakan metode data yang ada
4
6
pada saat penelitian dilakukan. Dan data yang dikumpulkan melalui teknik
penyebaran angket5.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
dilakukan dari tanggal 22 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011.
3. Populasi dan sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
metode penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama.
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sebagai data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian, dan sampel merupakan himpunan
bagian dari populasi yang menjadi objek sesungguhnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komuniksi Penyiaran Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, yang mana pada setiap
kelasnya masing-masing terdiri dari, kelas A berjumlah 33 orang, kelas B
berjumlah 32 orang, kelas C berjumlah 32 orang, kelas D berjumlah 34 orang,
kelas E berjumlah 35 orang, kelas F berjumlah 33 orang, dan kelas G berjumlah
5
7
37 orang. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari total populasi, maka penulis
menggunakan rumus Slovin6
n =
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Standar deviasi
Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar 10%
(biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:
n =
n =
70,2 = 70 MahasiswaHasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili
populasi yaitu sebesar 70 mahasiswa, selanjutnya dalam penarikan sampel
dilakukan dengan metode random sampling yaitu penarikan sampel yang
dilakukan secara acak dari jumlah populasi. Dalam memudahkan dan pemerataan
penarikan jumlah sampel yang dilakukan pembagian porsi sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi Porsi Penarikan Sampel
No. Kelas Jumlah
Populasi Jumlah Sampel
1 A 33 10
2 B 32 9
3 C 32 9
6
8
4 D 34 10
5 E 35 11
6 F 33 10
7 G 37 11
TOTAL 70 orang
4. Sumber Data
Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian
lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah daftar
pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden penelitian.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk
mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data
pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Angket (kuesioner)
Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan
lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal
yang diketahuinya. Pertanyaan yang diberikan kepada responden bersifat
9
disediakan dan responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
disediakan dengan memberi tanda.
b. Studi Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan
kepada subyek penelitian, yang didapatkan melalui buku, artikel, dan internet
seperti sinopsis film dan foto-foto yang di dapat dari rumah produksi film
Sang Pencerah.
6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui angket kemudian di proses melalui tahap-tahap:
a) Editing,yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti dan kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya.
b) Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban
selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat
diketahui kecendrungan tiap-tiap alternatif jawaban.
c) Analisis dan interpretasi data yakni mendeskripsikan data kuantitatif hasil perolehan angket menjadi bentuk kata-kata, sehingga
pernyataan tersebut menjadi bermakna.
Penarikan kesimpulan pada setiap variabel ditentukan dengan rata-rata dari
setiap indikator. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan hasil kali total
responden pada masing-masing skor dengan bobot skornya. Kemudian dibagi
dengan jumlah responden keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk mencari
10
Dimana:
X = Rata-rata
n1=Responden yang memilih skor tertentu
s1=bobot skor
N=Jumlah total responden
Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mencari nilai skor rata-rata.Nilai
skor rata-rata dapat diperoleh dengan rumus7 :
Dalam penelitian ini digunakan skala Likert dari 1 sampai dengan 5,
sehingga nilai rata-rata yang diperoleh menjadi :
Berdasarkan nilai skor rata-rata tersebut, maka posisi kesimpulan memiliki
rentang skala seperti Tabel 2 berikut8:
Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Kesimpulan
Kriteria Jawaban Skor/ Bobot
Nilai Rentang Skala
Sangat Tidak Setuju 1 1.00- 1.80
Tidak Setuju 2 1.81- 2.60
Ragu 3 2.61- 3.40
7
Nazir, Metode Penelitian, h.122. 8
11
STS TS R S SS
Setuju 4 3.41- 4.20
Sangat Setuju 5 4.21- 5.00
Sumber : Nazir, Metode Penelitian, h. 125
Gambar 1Rentang Nilai Skoring
7. Definisi Opersional
Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang
harus dialakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep
yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi
ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.9
Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian
yaitu, variabel independen dan dependen, variabel yang mempengaruhi disebut
variabel penyebab, variabel bebas atau independen variabel (x), sedangkan
variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependen variabel (y).10
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang sedang
dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat, dalam hal ini variabel
bebasnya yaitu film Sang Pencerah yang dilambangkan X.
2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang sedang
dianalisis tingkat pengaruhnya oleh variabel bebas dalam hal ini
9 Irawan Soehartono, “
MetodePenelitian Sosial” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h.29. 10
12
Respons Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan
2009 UN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai variabel dependen
(terikat) yang dilambangkan dengan Y.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis terlebih
dahulu melakukan tinjauan pustaka untuk melihat pembahasan skripsi yang sama
membahas mengenai respons dan film, dan setelah itu penulis menjadikan skripsi
terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan penulis, seperti “ Respon
Jamaah Majlis Taklim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap Film Ayat-ayat
Cinta yang dibuat oleh Sri Mulyati dengan NIM 104051002827 pada tahun 2008,
Respon siswa SMK Islamiyah Ciputat Terhadap Film Naga Bonar jadi 2 yang
dibuat oleh Ela Nurlaila dengan NIM 104051001749 pada tahun 2008. Dalam hal
ini yang berbeda yaitu film yang diambil, penulis mengambil film yang
bertemakan organisasi keagamaan dan skripsi yang terdahulu lebih kepada tema
pendidikan, serta responden yang diambil oleh penulis adalah Mahasiswa Jurusan
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respons
Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian respons, teori stimulus-
respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus respons.
1. Pengertian respons
Dalam kamus lengkap psikologi disebut bahwa “Respons adalah sebarang
proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti
suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuisioner,
atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang
lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.11
Respons dari kata responseyang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan.12Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer di jelaskan bahwa
respons adalah tanggapan atau reaksi.13Dalam Kamus Bahasa Indonesia, respons
adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi.14
Dan menurut pendapat beberapa tokoh, seperti Abu Ahmadi mengenai
definisi respons atau tanggapan yaitu “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa
11J.P. Chaplin,”Kamus lengkap psikologi”, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, Persada, 2004), Cet ke-9, h. 432.
12
John,Echols dan hasanShadily.Kamus Bahasa Inggris Indonesia.Jakarta:gramedia.2003. 13
Peter Salim dan YennySalim, kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:English Modern Press,1991),h. 1268.
14
14
pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, sudah
berhenti, hanya kesannya saja.15
Respons merupakan timbal balik dari apa yang di komunikasikan terhadap
orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakan jalinan
sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan
secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terhadap keteraturan.
Respons akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi
serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respons dengan
istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam
menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi, dengan adanya respons yang
disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikan kepada
komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses
dakwah dan komunikasi.16
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi
komunikasi respons adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu
gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu
perangsang dapat juga disebut respons. Secara umum respons atau tangapan dapat
diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun dalam
hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
15
Abu Ahmadi. Psikologi Belajar.(JakartaRieneka Cipta,1992),h.64. 16
15
informasi dan menafsirkan pesan, lalu respons terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
kognitif, afektif dan konatif.
a. Respons kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan
informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.
b. Respons afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai sesorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila ada perubahan pada apa
yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Respons konatif berhubungan dengan prilaku nyata meliputi tindakan,
kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.17
2. Teori Stimulus― respons
Pada pasca Perang Dunia I, ketakutan terhadap propaganda telah
mendramatisasikan efek media massa. Harold Laswell membuat desertasinya
tentang teknik-teknik propaganda analisis menganalisa teknik-teknik propaganda
pada Perang dunia I. the Institude for propaganda analysis menganalisa teknik-teknik propaganda yang dipergunakan oleh pendeta radio Father Coughlin. Pada
saat yang sama, behaviorisme dan psikologi instink sedang popular di kalangan ilmuwan. Dalam hubungan dengan media massa, keduanya melahirkan apa yang
disebut Melvin De Fleur (1975) sebagai “ Instinctive S-R theory”.18
17
JalaludinRakhmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1991),h.128.
18
16
Teori stimulus-respons, atau biasa disebut teori S-O-R singkatan dari
Stimulus-Organism-Response, semula berasal dari psikologi, yang muncul antara
tahun 1930 dan 1940. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, hal ini
dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, prilaku,
kognisi, afeksi, dan konasi.19
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi
terhadap situasi tertentu. Teori ini memiliki tiga elemen utama, yakni (a) pesan
(stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek (respon).20
Teori stimulus respons, menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada
pihak pertama (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut teori ini
dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima pada dasarnya
merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan
demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut
terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.21
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek
“ how” bukan “what” dan “why”. Dalam hal ini how to change the attitude,
bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak
bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar
melebihi semula.
19
OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet Ke-3, h.254.
20
Muhammad Mufid, Komunikasi dan regulasi Penyiaran,(Jakarta:Kencana,2005) Cet.ke-1, h.22.
21
17
Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”,
sebagaimana yang diungkapkan Hovland, Janis dan Alley dalam bukunya
OnongUchjanaEffendy, menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada
tiga variable penting, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Gambar 1. TEORI S-O-R
Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.22 Proses berikutnya adalah
komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
selanjutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap.23
Kelemahan teori stimulus-respons adalah penyamarataan individu.
Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu
22
OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filasat Komunikasi,(Bandung:PT. Citra aditya Bakti,2003), Cet.Ke-3, h.255.
23
18
dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin De
fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang
dikenal sebagai individualdifference theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik pribadi individu.
3. Macam-macam Respons
Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan
dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun
ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima
macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan
tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan
pendengar, tanggapan peraba,” “menurut ikatannya, tanggapan dibagi menjadi dua
macam yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.24
Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Umum,
disebut ada beberapa jenis tanggapan, yaitu :
a. menurut indera yang mengamati, yaitu:
1) Tanggapan auditif, ialah tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.
2) Tanggapan visual, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.
3) Tanggapan perasa, ialah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:
24
19
1) Tanggapan ingatan, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya
di masa lalu.
2) Tanggapan fantasi, ialah tanggapan masa kini atau tanggapan terhadap
sesuatu yang akan terjadi.
3) Tanggapan fikiran, ialah tanggapan masa datang atau tanggapan
terhadap sesuatu yang akan terjadi.
c. Tanggapan menuju lingkungannya, yaitu:
1) Tanggapan benda, ialah tanggapan terhadap benda yang
menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada disekitarnya.
2) Tanggapan kata-kata, ialah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau
dilontarkan oleh lawan bicara.25
4. Faktor terbentuknya Respons
Sejak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus
sekaligus dituntun untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh.Manusia
dalam pertumbuhannya menjawab dan mengatasi semua pengaruh dirinya, untuk
mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus memperhatikan,
menggali semua yang ada di sekitarnya.
Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha
menggunakan alat inderanya dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek
eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia) seperti dikatakan
25
20
BimoWalgito “alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia
luarnya”26
.
Tanggapan dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi faktor
penyebabnya, hal itu perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat
menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan tidak hanya
dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu
mendapat respons individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada
persesuaian atau yang menerima dirinya. Stimulus mendapat pemilihan dan
individu akan tergantung pada dua faktor:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam dirinya.
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Maka
seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap
dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada pada lingkungannya
Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang yang
menyebutnya dengan faktor stimulus.
Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima
bersama-sama stimulus dapat didasari oleh individu, stimulus harus cukup kuat,
apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimana besarnya perhatian dari
individu, stimulus tidak akan di tanggapi oleh yang bersangkutan,
dengan demikian ada batasan kekuatan stimulus, agar stimulus dapat
26
21
memindahkan kesadaran paada individu. Batas kekuatan individu
disebut ambang absolute setelah dibawah atau juga disebut ambang
stimulus. Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.27
B. Ruang Lingkup Film 1. Pengertian Film
Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup, dan bioskop.28Selain itu film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media
pembujuk.
Pada dasarnya tontonan bergerak sudah lama ada.Banyak tempat memiliki
seni pertunjukan boneka. Namun tidak urung ketika film layar lebar mulai di
tayangkan pada tahun 1894, tanggapan publik begitu besar.
Namun yang jelas film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi
yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa
sebenarnya film sangat berpengaruh.
Menurut Onong Uchyana Efendi film merupakan medium komunikasi
yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan
pendidikan. Menurut Alex Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang
diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang
menyebabkan selalu ada kecendrungan untuk mencari relevansi antara film
dengan realitas kehidupan. Bahkan, Jakob Sumardjo, dari pusat pendidikan film
27
Elizabeth B Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Erlangga,1991), h.185. 28
22
dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.29
Efek dari film adalah peniruan yang di akibatkan oleh anggapan bahwa apa yang
dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang.
Bila dilihat lebih mendalam, film adalah dokumen kehidupan sosial
sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya
itu, baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya.
Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara
menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang.
Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan
“Citra Bergerak” (Moving Images). Namun juga telah diikuti oleh muatan-muatan
kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya
hidup.30
Film dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap
memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat.
Upaya menyatukan pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan
dalam kesusastraan dan drama.Namun, unsur-unsur baru dalam film memiliki
kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam
waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak
dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas.31 Secara teknis, film
29
AepKusnawan. Et al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah press, 2004, Cet. Ke-1,h. 94.
30 Victor C. Mambor, satu abad “Gambar Idoep” di Indonesia, http://kunci.co.id/teks/victor .
31
23
mengkombinasikan fotografi, stereo, grafik digital, komputer dan teknologi
perfilman sendiri.32
Film hadir dalam bentuk audio visual. Melalui audio visual inilah, film dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada para penontonnya,
pengalaman itu menyampaikan berbagai nuansa perasaan (afektif), dan pemikiran
(kognitif) kepada penontonnya, akan tetapi efek yang paling signifikan dari film
adalah efek terhadap kognitifnya dibandingkan dengan afektifnya.33Maka dari
sinilah film bisa dijadikan sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai
media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali
menginjakan kakinya di jalan Allah SWT.
Karena film memerlukan khalayak yang besar, karena pasar merupakan
sumber pendapatan utama dan juga kontrol pemerintah selalu mengancam para
produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapapun.
Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal
asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental, namun mereka
berusaha tidak menyinggung kepentingan siapapun.34
2. Jenis-jenis Film
Film-film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat
diklarifikasikan sebagai berikut:
32
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi ke-2, Jakarta:Erlangga, 1987, h. 15.
33
Achmad Mubarok,PsikologiDakwah, Jakarta: Pustaka firdaus, 1999,Cet. Ke-1,h.158 34
24
1) Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, clash benturan antara dua orang atau
lebih. Sifat drama :romance, tragedy, dan komedi.
2) Realism, adalah sebuah film yang mengandung relevansi dengan
kehidupan keseharian.
3) Film, Sejarah, menuliskan tokoh tersohor dan peristiwa.
4) Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau
setelahnya.
5) Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali.
6) Film anak, mengupas kehidupan anak.
7) Cartoon, cerita bergambar yang mulanya lahir di media cetak, yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board, melainkan
gambar yang selalu bergerak dengan teknik animation atau singles stroke operation.
8) Adventure, film pertarungan, tergolong film klasik.
9) Crime story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. 10)Film Religi, berisikan mengenai ajaran-ajaran suatu agama.
11)Film seks, menampikan erotisme.
12)Film misteri/horror,mengupas terjadinya fenomena supranatural yang
menimbulkan rasa wonder, heran,takjub dan takut.35
35
25
Adapun unsur-unsur yang sangat erat kaitannya dalam produksi sebuah
film, yaitu sebagai berikut:
1. Title (judul)
2. Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis, dan lain-lain.
3. Tema film
4. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan
5. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan.
6. Plot (alur cerita)
7. Suspense atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung
8. Million setting, yaitu latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu,
bagian kota, perlengkapan, aksesoris dan fashion yang disesuaikan.
9. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat
kepada orang yang berkepentingan.
10.Trailer, yaitu bagian film yang menarik
11.Character, yaitu karakteristik pelaku-pelakunya.
Adapun struktur-struktur sebuah film adalah sebagai berikut:
1. Pembagian cerita (Scene)
2. Pembagian adegan (Sequence)
3. Jenis pengambilan gambar (Shoot)
4. Pemilihan adegan pembuka (Opening)
5. Alur cerita dan continuity
6. Intrigue meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat,
26
7. Anti klimaks, penyelesaian masalah.
8. Ending, pemilihan adegan penutup.
3. Karakteristik Film
Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan
kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.
Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel,
drama panggung, dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu
saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya. Oleh
karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film, yaitu sebagai
berikut:
a. Film menggunakan unsur gambar sebagai sarana utama untuk
menyampaikan informasi.
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam sejarahnya film adalah
kesinambungan dari fotografi.Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian
unsur suara melengkapi unsur gambar.Gambar dan suara, keduanya secara
bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung
apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara,
bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberikan kepada
kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur
menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan
27
berpikir visual. Artinya, berpikir bagaimana suatu informasi akan
disampaikan dalam bentuk gambar.
Unsur suara (dialog, musik, dan efek) merupakan sarana penunjang.
Unsur suara dipergunakan apabila:
1) Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan.
2) Gambar tidak efektif dan efisien.
3) Suara digunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan.
4) Suara dipergunakan sebagai realitas.
b. Film memiliki keterbatasan waktu
Pengarang novel, misalnya, bisa menentukan sendiri kapan
mengakhiri novelnya.Tetapi film memiliki panjang tertentu, antara 80
sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam sekalipun
maka batasan waktu telah kita tetapkan.
c. Layar yang luas/ lebar
Film televisi sama menggunakan layar, namun kelebihan media film
adalah layarnya yang berukuran besar.
d. Pengambilan gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar dalam
film bioskop memungkinkan dari jarak jauh, atau extreme long shoot, yakni
28
e. Konsentrasi penuh
Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton film di bioskop,
bila tempat duduk sudah penuh, kemudian film di putar, maka konsentrasi kita
penuh terhadap film tersebut.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah fakultas setelah terjadi perubahan nama
dari Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI. Nomor : 31 tahun
2002 sebagai perwujudan dari gagasan dan hasrat umat Islam, yang merupakan
mayoritas bangsa Indonesia, untuk mencetak kader pemimpin Islam bagi
keperluan perjuangan bangsa Indonesia. Dan tambahan kata “Komunikasi” sejalan dengan visi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu integrasi keilmuan, keislaman,
kemanusiaan dan keindonesiaan.36
Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah fakultas yang merupakan
pengembangan dari Jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif
36
29
Hidayatullah, yang secara resmi dibuka pada tahun akademik 1990/1991 ( pada
waktu itu masih bernama Fakultas Dakwah), 37
Diawali dengan membuka satu jurusan yaitu Penyiaran dan Penerangan
Agama (PPA) dengan 2 kelas dan jumlah mahasiswa sekitar 80 orang.
Akhirnya perkembangan Fakultas Dakwah pada tahun 1992-1995 memiliki 2
jurusan yaitu : PPA dan BPA38.
Seiring perkembangan Fakultas Dakwah tersebut, akhirnya pada tahun
1994/1995 terjadi perubahan nama jurusan BPA menjadi BPI yaitu Bimbingan
Penyuluhan Islam dan pada tahun 1996/1997 terjadi perubahan nama kembali,
yaitu Jurusan Penyiaran dan Penerangan Agama (PPA) berganti nama menjadi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sampai sekarang. Perubahan
tersebut didasarkan kepada surat keputusan Dirjen Binbaga Islam Departemen
Agama tahun 199939.
Seiring dengan kemajuan yang pesat di era globalisasi, jurusan KPI
senantiasa menghasilkan perubahan sesuai dengan tantangan zaman. Kurikulum
yang ada sekarang tidak kalah jauh dari jurusan komunikasi di kampus lain. pada
prinsipnya sama, yang membedakan KPI mempunyai Penyiaran Islam. Untuk ke
depan, KPI akan difokuskan kepada hal-hal umum. Terbukti sekarang ada
program studi Jurnalistik.
37
Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.
38
Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.
39
30
Dengan kemajuan tersebut, KPI dan Jurnalistik sekarang mempunyai
praktikum mata kuliah sendiri, antara lain computer. Isi materinya berbeda dengan
jurusan lain, lebih kepada desaign grafis, layout majalah, tabloid,bulletin dan Koran. Sedangkan dalam pelaksanaan prakteknya sarana dan prasarana KPI juga
mulai membaik dengan adanya laboraturium Radio, TV dan
Fotografi.Mahasiswanya pun di didik sebagai konseptor acara keagamaan di
televisi.40
2. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI
Visi dari Jurusan KPI adalah” Menjadikan Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sebagai pusat keunggulan dalam bidang keilmuan Komunikasi
dan Penyiaran Islam”. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah :
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang Ilmu
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Melakukan penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.
c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan
Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.
d. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
e. Melakukan pembinaan akhlak mulia.
Tujuan dari Jurusan KPI adalah;
40
31
a. Menyiapkan peserta didik mempunyai kemampuan komunikasi dan
dakwah secara professional baik lisan ataupun tulisan juga di media massa
atau elektronik.
b. BerkepribadianIslami yang dapat menjadi teladan bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Menguasai dasar-dasar metodologi Ilmu komunikasi dan Penyiaran Islam
sehingga mampu mengembangkan dan bertindak sebagai sarjana
Komunikasi dan Penyiaran Islam
d. Memahami asas-asas pengolahan KPI melalui media tradisional/ modern
serta mampu bekerja sesuai keahliannya.41
Sedangkan kompetensi dari Jurusan KPI adalah;
Menjadikan mahasiswa terampil dalam bidang Ilmu Komunikasi dan
Penyiaran Islam
Menjadikan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam berkepribadian
dan berakhlak mulia, dinamis, kreatif dan inovativ.42
3. Profil Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2009
Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis, yang
memiliki daya intelektual dan daya kreatif tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa
jurusan KPI angkatan 2009 termasuk salah satunya, ini terbukti dengan
keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit Kegiatan Mahasiswa
41
Praktikum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Jakarta: Dakwah Press Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007)h.3-4.
42
32
(UKM) Jurusan atau bisa disebut juga LSO (Lembaga Semi Otonom). LSO yang
ada di jurusan KPI antara lain, yaitu Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual
( KOMKA) dan Paduan Suara Voice Of Communication (VOC). Sebenarnya
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BEMJ KPI maupun LSO-LSO yang
ada di jurusan KPI sama saja. Seperti, seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik,
workshop film, public speaking, pelatihan penyiar radio atau pembaca berita TV,
dan lain sebagainya.
Hanya saja LSO-LSO di jurusan KPI seperti KOMKA dan VOC hanya
focus kepada satu kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang lebih fokus
kepada kegiatan audio visual seperti yang berhubungan dengan film dan televisi.
Sedangkan Paduan Suara VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam
bidang tarik suara, tentunya paduan suara VOC diiringi oleh musik, dalam hal ini
Paduan Suara VOC juga memilik band, jadi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan paduan suara
dan musik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI
angkatan 2009 adalah mahasiswa yang benar-benar memiliki sifat kritis, daya
kreativitas tinggi diimbangi dengan moral serta akhlak yang baik, dalam
mengembangkan ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentunya hal ini dapat
menambah pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti.
B. Profil Film Sang Pencerah
33
Lahir pada tanggal 1-Agustus-1869 di kampung Kauman Jogjakarta,
Muhammad Darwis tumbuh menjadi anak yang cerdas, kritis dan selalu menjadi
panutan teman-temannya. Pada usia 8 tahun, Darwis sudah khatam baca Al’quran. Semakin dewasa, Darwis menjadi semakin kritis. Tradisi yang berjalan di
lingkungan tempat tinggalnya selalu menjadi bahan pertanyaan di dalam hatinya.
“Kenapa setiap mengaji Yasin selalu ada kopi,apem,makanan dan rokok
untuk orang yang sudah meninggal?”…
“Kenapa harus ada acara nujuh hari,empatpuluh hari,seratus hari
memperingati wafatnya seseorang?”… “Kenapa selalu ada kemenyan?”..
“Ziarah kubur…Ruwatan..Padusan..Grebegan..dst..dst
Jawaban para Alim ulama dan orang yang di tuakan cuma satu dan singkat.”Sudah tradisi”
Jawaban semacam itu jelas sangat tidak memuaskan dan malah menimbulkan
pertanyaan baru di dalam hatinya.
“Kenapa tradisi seperti menjadi wajib di dalam Islam?”.
Hari-hari menjadi bulan, bulan menjadi tahun.Kiai Abubakar merasa
anaknya sudah cukup umur untuk berumah tangga.Muhammad Darwis di
nikahkan dengan SitiWalidah putri dari Kiai Muhammad Fadlil yang tidak lain
adalah paman dari Muhammad Darwis sendiri. Berselang beberapa bulan dari
pernikahannya, kebahagiaan sebagai mempelai harus di tingalkan karena desakan
34
ibadah Haji sekaligus menambah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang
agama Islam. Siti Walidah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya.
“Anak pertamaku tidak akan di Adzani oleh bapaknya”…
“Aku Adzani anak kita di hadapan Masjidil Haram”.Darwis mencoba
meyakinkan istrinya.
Siti Walidah menghela nafas dan tersenyum. Darwis pun tersenyum lega dan
mengecup kening istrinya dengan lembut.
Selama di Mekkah selain menunaikan Haji, Darwis menambah
pengetahuan tentang Islam dari beberapa Alim Ulama yang berasal dari Indonesia
juga Ulama dari tanah Arab. Pengetahuan ini semakin menambah keberaniannya
untuk mempertanyakan dan merubah tradisi di kampungnya.
Setelah enam bulan di Mekkah,Darwis yang sudah mengganti namanya
menjadi Ahmad Dahlan kembali ke Tanah Air dengan niat ingin merubah semua
tradisi yang di anggapnya telah mengakar dan menyimpang dari inti ajaran Islam.
Setahun sepulangnya dari Mekkah, Kiai Abu Bakar wafat. Secara adat
istiadat Kraton Yogyakarta bilamana salah seorang abdinya yang meninggal
dunia, maka anak lelaki yang sulung diangkat sebagai gantinya. Jadilah Ahmad
Dahlan seorang Khatib Amin,yang di sahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono
VII.
Permasalahan yang paling ingin di selesaikannya adalah masalah arah
sholat atau Kiblat. Selama perjalanannya menyebarkan Syiar agama Islam di
sekitar Jogja, Kiai Dahlan beberapa kali menemukan keanehan di dalam arah
35
dan barat daya. Menurut Kiai Dahlan hanya Masjid Demak dan Masjid
Panembahan Senopati di Kota Gede yang arah kiblatnya benar. Selain itu tidak
ada yang benar arah Kiblatnya termasuk Masjid Gede Kauman.
Niat Kiai Dahlan untuk membetulkan arah Kiblat Masjid Gede Kauman
mendapat tentangan dari mayoritas pengurus Masjid. Kiai Penghulu
Kamaludiningrat adalah orang yang sangat menentang niat itu.Kiai Dahlan terus
berusaha dengan memberi pengertian secara ilmiah dan logika kepada
kolega-koleganya terlebih dahulu. Akhirnya Kiai Dahlan merasa perlu mengumpulkan
para Alim Ulama dari dalam dan luar kota Jogja untuk memecahkan masalah
Kiblat tersebut. Bertempat di Surau miliknya,di hadapan enam belas Ulama dan
beberapa pemuda, Kiai Dahlan menjelaskan secara ilmiah tentang arah Kiblat
yang benar. Walaupun Tidak ada kata sepakat dalam Musyawarah ini, Kiai
Dahlan merasa cukup puas karena sudah menumbuhkan sedikit kesadaran di
kalangan Ulama.
Tidak lama dari Musyawarah itu, kampung Kauman geger. Masjid Besar
yang menjadi simbol dan panutan warga Jogja, lantainya di garis dengan kapur.
Ini di anggap sebagai penistaan. Kiai Penghulu merasa di ganggu dan
kewibawaannya di lecehkan.
Kiai Penghulu menduga bahwa peristiwa ini adalah kelanjutan dari
musyawarah yang di adakan oleh Kiai Dahlan beberapa waktu yang lalu. Di
hadapannya, Kiai Dahlan di paksa untuk memberi tahu siapa yang telah berani
36
Peristiwa dan tekanan yang di lakukan Kiai Penghulu terhadapnya tidak
menyurutkan niatnya membetulkan arah Kiblat. Kiai Dahlan memperbaiki arah
Kiblat di Suaraunya menghadap arah yang di yakininya tepat menghadap Masjidil
Haram. Langkah inilah yang semakin membuat Kiai Penghulu bertambah murka
dan benci kepada Kiai Dahlan.Melalui utusannya Kiai Penghulu memerintahkan
agar Kiai Dahlan segera merobohkan suarunya. Berlinanglah air mata Kiai
Dahlan, beliau merasa terpukul.
Pada 15 Ramadhan setelah sholat Tarawih, surau Kiai Dahlan di
hancurkan oleh kuli-kuli dari Kawedanan Pangulon yang berjumlah 15 orang.
Para jamaah yang sedang melaksanakan Tadarus berhamburan. Penghancuran ini
di laksanakan dengan semangat dan riang gembira oleh para kuli. Tidak ada
perlawanan yang berarti dari para jamaah surau.
Pagi buta Kiai Dahlan menatap lirih suraunya yang sudah hancur dengan
tanah.sejak senja beliau meninggalkan rumahnya karena merasa tidak akan kuat
menyaksikan penghancuran itu. Dengan hati yang gundah beliau mengajak
istrinya untuk meninggalkan kampung Kauman, bergegas mereka menuju stasiun
Tugu.
Niat untuk meninggalkan kota Jogja dapat di cegah oleh Kiai M.Saleh dan
istrinya.
“Seorang pemimpin yang baik tidak akan meninggalkan keluarga dan
umatnya ”istri Kiai Saleh coba membujuk.
Setelah peristiwa tersebut Kiai Dahlan memperbaiki dan berangkat Haji
37
Sekembalinya dari Makkah, beliau mendengar adanya pergerakan nasional
yang berisikan para periyayi Jawa. Kiai dahlan sangat tertarik dan ingin
mengetahuinya lebih dalam. Lewat Mas Joyosumarto yang kebetulan mempunyai
family di Kauman, Kiai Dahlan di perkenalkan dengan Dr.Wahidin Sudirohusodo
yang tak lain adalah pendiri organisasi Budi Utomo.Pada kesempatan ini Kiai
Dahlan mengutarakan niatnya untuk menjadi anggota Budi Utomo. Niat mulia ini
di sambut gembira oleh Dr.Wahidin dan para pengurus Budi Utomo yang lain.
Tetapi Sujak, Hisyam, Tamim dan Fahrudin yang notabene para murid Kiai
Dahlan mempunyai perasaan sebaliknya. Mereka khawatir Kiai Dahlan akan
menyimpang dari ajaran Islam.
Semenjak menjadi anggota Budi Utomo, tingkah laku Kiai Dahlan di
anggap aneh oleh beberapa murid dan jamaahnya, beliau mengajarkan
murid-muridnya bernyanyi menggunakan biola, menggunakan kursi dan bangku yang di
anggap buatan orang kafir.
“Jangan-jangan Kiai sudah terpengaruh oleh orang-orang Budi Utomo
yang kebanyakan kejawen”.
Karena sikapnya ini, perlahan-lahan banyak murid dan jamaahnya
meninggalkan Kiai Dahlan dan tidak lagi mengikuti pengajian di Surau beliau.
Situasi seperti ini memaksa Kiai Dahlan mengungkapkan dan menjelaskan
maksudnya menjadi anggota Budi Utomo dan bersikap sedikit agak nyeleneh.
“Aku sedang belajar cara berorganisasi,cara membuat sekolah, cara
mengajar murid-murid secara efektif, semua itu untuk mewujudkan cita-citaku
38
Keinginan Kiai Dahlan mendirikan organisasi ternyata kembali membuat
Kiai Penghulu menjadi marah, beliau menganggap Kiai Dahlan hendak menjadi
presiden.
“Kiai Dahlan seorang Khatib,dia memohon menjadi Residen perkumpulan
muhammadiyah yang nantinya akan menguasai orang-orang Islam
Muhammadiyah lalu menguasai Kauman lalu mereka tidak akan mematuhi
perintah-perintah kami dan Sultan”..
Sontak Rykbestuur tertawa mendengar penjelasan Kiai Penghulu tersebut.
Rupanya Kiai Penghulu salah dalam menafsirkan kata Presiden dan Residen,
setelah di jelaskan oleh Rykbestuur perbedaannya, Kiai Penghulu mencabut
penolakannya terhadap permohonan izin Kiai Dahlan untuk mendirikan
Muhammadiyah.
Pada hari Sabtu malam Minggu terakhir dalam bulan Desember 1912
Miladiyah, Muhammadiyah mengadakan rapat Undangan Terbuka untuk
memproklamirkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, bertempat di
Gedung LoodgeGebouwMalioboro.
“Dan adakanlah di antara kamu segolongan umat yang menyerukan
kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran..(Al-Imron ayat 104)
Ayat inilah yang mengilhami Kiai Dahlan untuk membuat organisasi
Muhammadiyah.
39
a.Kiai Ahmad Dahlan: Seorang Khatib di Masjid Besar Kauman, dengan
gelar Khatib Amin. Budi pekertinya halus, sabar dan suka mengalah
asalkan tidak menyinggung hukum agama yang merugikan, selalu
menghindari konflik tetapi tegas dalam berkeyakinan apa yang di
anggapnya benar.Kritis dalam menyikapi keadaan di sekitarnya.
Keinginannya adalah menghapuskan tradisi-tradisi Bid’ah yang sudah mengakar dalam kehidupan umat Islam, walaupun akan merugikan
dirinya sendiri.Ingin mengembalikan Islam yang berdasarkan Al’quran
dan Hadist Rosul.
b.Muhammad Darwis: Tidak lain adalah nama lahir dari Kiai Dahlan. Kritis,
sangat ingin tahu,Seorang anak yang banyak akal, ulet dan pandai
memanfaatkan sesuatu,sangat cerdas dalam pergaulan anak-anak sebaya
dia selalu di sukai dan di turuti.Pada usia delapan tahun sudah khatam
Al’Quran.
c.NyaiWalidah : Istri dari Kiai Ahmad Dahlan. Budi pekertinya baik,halus
dan sabar dalam menyikapi dan melayani Kiai Dahlan. Beliau adalah
putri dari Kiai Penghulu Hakim M.Fadlil,
d.Kiai Abubakar :Ayah dari Kiai Ahmad Dahlan. Salah satu Khatib yang
sangat di segani di sekitar Jogja. Kharismanya tinggi, halus budi
pekertinya, Sangat sayang kepada keluarga, khususnya kepada Kiai
Dahlan.
e.Kiai Penghulu Kamaludiningrat: Khatib yang paling di tuakan di
40
segani. Sangat bangga akan kekuasaan yang di embannya. Sangat
menjunjung tinggi tradisi di lingkungan dan agama Islam. Sangat
menentang ide-ide pembaharuan yang di lontarkan Kiai Dahlan.
f. Kiai Lurah H.M Noor: Seorang alim yang terkemuka di Jogja, berwibawa,
mempunyai kedudukan sebagai Imam Rhatib di Masjid Besar, beliau
adalah kakak ipar dari Kiai Dahlan.
g.Kiai M Fadlil: Seorang alim yang di segani di Jogja, jabatannya adalah
Kiai Penghulu, berwibawa dan berkharisma, beliau adalah ayahanda dari
Siti Walidah.
h.Sri Sultan Hamengkubuwono VII: Beliau adalah raja yang sangat di
segani oleh rakyatnya. Kharismanya sangat tinggi dan berwibawa.
i. Dr.Wahidin Sudirohusodo: Seorang priyayi. Dokter lulusan STOVIA,
beliau adalah salah satu pendiri organisasi Budi Utomo. Berkharisma dan
sangat disegani, nasionalismenya tinggi.Kepada beliaulah Kiai Dahlan
belajar berorganisasi dan mendirikan sekolah yang benar.
j. Mas Joyosumarto: Asisten Dr.Wahidin Sudirohusodo, mempunyai banyak
family di Kauman. Beliaulah yang menjadi perantara pertemuan anatara
Kiai Dahlan dan Dr.Wahidin Sudirohusodo. Memiliki rasa nasionalisme
yang cukup tinggi, sangat mendukung cita-cita Kiai Dahlan dalam
mendirikan sebuah Organisasi.
k.Kiai M Saleh: Kakak ipar sekaligus guru bagi Kiai Dahlan. Beliau adalah
lawan diskusi dan panutan bagi Kiai Dahlan. Budi pekertinya baik, salah
41
l. Nyai M Saleh:I stri dari Kiai M Saleh,s eorang ibu rumah tangga
biasa,t elaten, lembut, sangat menyayangi keluarganya, beliau adalah
kakak kandung dari Kiai Dahlan
m. Sudja: Murid dan kader langsung dari Kiai Dahlan. Salah satu
pengurus pertama Muhammadiyah. Selalu mendukung setiap langkah
Kiai Dahlan. Wataknya agak sedikit keras, jiwa sosialnya sangat
tinggi.
n. Fakhrudin: Salah satu murid dan kader langsung Kiai Dahlan. Adik
42
BAB IV
RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH TERHDAP FILM SANG
PENCERAH A. Karakteristik Responden
Setelah melakukan penelitian di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ditemukan
beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam angkatan 2009. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui sejauh
mana respons mahasiswa dan mahasiswi terhadap film Sang Pencerah. Maka pada
penelitian ini yang menjadi sample populasi sebanyak 70 orang yang pernah
menonton film tersebut.
Dari 70 kuesioner yang terkumpul valid, peneliti mendapatkan data
mengenai karakteristik responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi
dua bagian, yaitu: jenis kelamin dan latar belakang pendidikan.
1. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari
jumlah responden sebanyak 70 orang terdapat 52.8% responden mahasiswa
laki-laki dan 47.2% responden mahasiswa perempuan.Hal ini menunjukkan bahwa