• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus pada SMA PGII 1 Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus pada SMA PGII 1 Bandung)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI

TERHADAP KINERJA GURU (Studi Kasus pada SMA PGII 1 Bandung)

The Influence of Principal’s Transformational Leadership and Organizational Culture to the Teacher’s Performance

(Case study on SMA PGII 1 Bandung)

Oleh:

Rd Bagus Satrya Irawan 6110111025

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU

(Studi Kasus Pada SMA PGII 1 Bandung)

The Influence of Principal’s Transformational Leadership and Organizational Culture to the Teacher’s Performance

(Case study on SMA PGII 1 Bandung) Oleh

Rd Bagus Satrya Irawan NPM. 61.101.11.025

T E S I S

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Manajemen

Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal seperti tertera di bawah ini Bandung, 9 September 2014

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr. Ir. Deden A. Wahab Sya'roni, M.Si NIP. 4127.70.002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Manajemen

(3)
(4)

SURAT KETERANGAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak sekolah tempat

penelitian, menyetujui:

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty

Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 12 September 2014

Penulis,

Rd Bagus Satrya I. NPM. 61.101.11.025

Pihak Sekolah, Wakasek Kurikulum

Dra. Heni Hernawati

Mengetahui, Pembimbing

Dr. Ir. Deden A.Wahab Sya’roni, M.Si. NIP: 4127.34.02.011

Data yang tidak dapat di-online-kan:

(5)
(6)

Data Pribadi

Nama : Rd Bagus Satrya Irawan Tempat / Tanggal Lahir : Jember, 15 Agustus 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Bondoyudo no.48 Rt 01/ Rw 03 Kec. Patrang, Kel. Jember Lor, Kab. Jember, Jawa Timur Pendidikan Formal

1. SD Negeri Jember Lor 1 Jember Tahun 1994-2000

2. SMP Negeri 2 Jember Tahun 2000-2003

3. SMA Negeri 3 Jember Tahun 2003-2006

4. Universitas Komputer Indonesia Tahun 2006-2010 5. Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia Tahun 2012-2014 6. Youngsan University, Busan – South Korea Tahun 2013-2014

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, September 2014

(7)

ix

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ………... i

PERNYATAAN ………... ii

MOTTO ………....……….... iii

ABSTRACT……….... iv

ABSTRAK ……….... v

KATA PENGANTAR ……….. vi

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………….……… 11

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 11

1.4 Manfaat Penelitian ………….………... 12

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ..……. 14

2.1 Kajian Pustaka ...………. 14

2.1.1 Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ………. 14

2.1.1.1 Definisi Kepemimpinan …..………. 14

(8)

x

2.1.1.3 Definisi Kepala Sekolah …..………..…. 17

2.1.1.4 Fungsi dan Peran Kepala Sekolah ….………. 18

2.1.1.5 Indikator Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah…. 25 2.1.2 Budaya Organisasi ....………...…………. 26

2.1.2.1 Definisi Budaya ...……… 26

2.1.2.2 Definisi Organisasi ...………. 27

2.1.2.3 Pengertian Budaya Organisasi………... 28

2.1.2.4 Fungsi Budaya Organisasi………... 29

2.1.2.5 Indikator Budaya Organisasi …...………. 30

2.1.3 Kinerja…...………... 32

2.1.3.1 Definisi Kinerja...……… 32

2.1.3.2 Kinerja Guru...………....… 33

2.1.3.3 Pejabat Penilai Kinerja...……… 35

2.1.3.4 Indikator Kinerja...……… 39

2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ..……….. 40

2.1.4.1 Keterkaitan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru...…...………... 40

2.1.4.2 Keterkaitan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru...…. 41

2.2 Penelitian Terdahulu ………. 42

2.3 Kerangka Pemikiran ………. 43

(9)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 45

3.1 Objek dan Metode Penelitian ………... 45

3.1.1 Objek Penelitian ………... 45

3.1.2 Metode Penelitian ………. 46

3.2 Operasionalisasi Variabel ………. 47

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ……….. 49

3.3.1 Sumber Data ………... 49

3.3.2 Teknik Penentuan Data …...………..……… 50

3.4 Teknik Pengujian Data ………..………... 52

3.4.1 Uji Validitas ……… 52

3.4.2 Uji Reliabilitas ……… 54

3.5 Perancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ………... 55

3.5.1 Rancangan Analisis Data ... 55

3.5.1.1 Analisis Kualitatif (Deskriptif) ………... 56

3.5.1.2 Analisis Kuantitatif (Verifikatif) ……….……… 58

3.5.2 Pengujian Hipotesis ....……….... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 62

4.1 Gambaran Umum Organisasi ……….. 62

4.1.1 Profil Organisasi .………... 62

4.1.2 Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan ....……….. 64

(10)

xii

4.3 Analisis Kualitatif (Deskriptif) ……… 68

4.3.1 Tanggapan Responden Mengenai Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah .……….... 68

4.3.2 Tanggapan Responden Mengenai Budaya Organisasi ...……… 74

4.3.3 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Guru...………. 80

4.4 Analisis Kuantitatif (Verifikatif) ………. 88

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ...……….. 88

4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi ...…………. 90

4.5 Pengujian Hipotesis ...………. 93

4.5.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ...……….. 93

4.5.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ...………... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 98

5.1 Kesimpulan ……… 98

5.2 Saran ………..103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bass, B.M. (1996). A New Paradigm of Leadership: An Inquiry into Transformational Leadership. Alexandria, VA: U.S. Army Research Institute for Behavioral and Social Sciences.

Bernardin, H John. and Russel, Joyce E.A. (1993). Human Resource Management, An Experimental Approach. Singapore: McGraw Hill.

Cahyono, Bambang Tri. (1996), Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: IPWI.

Darsono. (2006). Budaya Organisasi. Jakarta: Diadit Media.

Dessler, Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenhallindo.

Gibson, James L., Ivancevich, John M., Donnelly, James H.,Jr. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Edisi kedelapan. Tangerang: Binarupa Aksara

Gomes, Faustino Cardoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.

Gunawan, Ary H. (2002). Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hasibuan, Malayu. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.

Hofstede, G. (2005). Cultures and Organizations: Software of the mind. New York: McGraw Hill.

Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online). http://kbbi.web.id/organisasi (diakses: 12 Juli 2014)

Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online). http://kbbi.web.id/budaya (diakses: 12 Juli 2014)

Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. (2006). Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

(12)

Mathis, Robert L. & Jackson, John H. (2006). Human Resources Management, Edisi sepuluh. Yogjakarta : Salemba Empat.

Masrukhin dan Waridin. (2006). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 7, No. 2.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional : dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Munawaroh. (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap Kinerja Guru. Jurnal Ekonomi Bisnis, th. 16, No. 2, Juli 2011. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. (Online). http://fe.um.ac.id/2009/10/01/jurnal-ekonomi-bisnis-th-16-no-2-juli-2011/ (diakses: 4 Juli 2014)

Narimawati, Umi. (2007). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.

O’Leary, Elizabeth. (2001). Kepemimpinan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi

Prawirosentono, Suyadi. (1999). Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE

Robbins, Stephen P., Coulter, Mary. (2007). Manajemen, Edisi 8. Jakarta : Indeks Gramedia.

Sarjono, Haryadi dan Julianita, Winda. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat.

Sarwono, Jonathan. (2007). Analisi Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Schein, Edgar H. (2004). Organizational Culture and Leadership, 3rd Edition. San Francisco: Jossey –Bass Publishers.

Sekaran, Uma. (2010). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. New Jersey: John Willey & Son.

Setiawati, Trias., Pratama, Deddy W. (2012). Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Komitmen Karyawan Di Pamella

Swalayan Enam Yogyakarta. Jurnal (Online).

(13)

Shad, Maratib Ali. (2014). Leadership and Management Trainings–an Effective Paradigm (Online). http://maratibalishad.com/category/the-7-habits-of-highly-effective-people/ (diakses: 8 Juli 2014)

Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Timpe, A. Dale. (1999). Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis “Kinerja”. Jakarta: Gramedia Asri Media

Umar, Husein. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Seri Desain Penelitian Bisnis – No 1. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Wahab, Abdul Aziz. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Penerbit: Alfabeta

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Wahyuddin, M., dan Djumino, A. (2006). Analisis Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kenerja Pegawai pada kantor Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat di kabupaten Wonogiri. Jurnal BENEFIT, Vol. 1 No. 2. Surakarta: UMS.

Wear, Ali Sadikin. (2012). Mengawali Penelitian (Online). http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/06/25/mengawali-penelitian/ (diakses: 20 Agustus 2014)

Wibowo. (2010). Budaya Organisasi : Sebuah Kebutuhan untuk meningkatkan Kinerja Jangka Panjang. Edisi pertama. Jakarta : Rajawali Pers.

Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

(14)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha

Pengasih dan Penyayang, atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tesis dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus pada SMA PGII 1 Bandung)” .

Adapun Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar kelulusan di Program Pascasarjana Magister Manajemen di

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dalam proses penelitian dan

penyusunan tesis ini penulis mendapatkan banyak dukungan dan masukan yang

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Sehingga pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan rasa syukur yang

sebesar-besarnya, terutama kepada Allah SWT yang telah Memudahkan dan Melancarkan

segala urusan penulis dalam mengemban tanggung jawab dan menyelesaikan

kewajiban-kewajiban yang harus diselesaikan, juga untuk keluarga besar penulis

yang selalu memberikan dukung baik semangat maupun materi serta senantiasa

mendoakan kebaikan selama penulis menjalani proses penyusunan tesis ini. Serta

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Bapak Dr. Ir. Herman S. Soegoto, MBA., selaku Dekan Fakultas

(15)

vii

3. Bapak Dr. Ir. Deden A. Wahab Sya’roni, M.Si., selaku Ketua Program

Studi Magister Manajemen Fakultas Pascasarjana Universitas Komputer

Indonesia, sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan pikiran untuk berdiskusi dalam membimbing penyusunan dan

penulisan laporan tesis ini.

4. Ibu Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si., selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

5. Bapak Dr. Ir. Herman S. Soegoto, MBA., selaku Penguji II yang telah

memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

6. Seluruh dosen dan staf di Program Studi Magister Manajemen Fakultas

Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia.

7. Sekretariat Program Studi Magister Manajemen Fakultas Pascasarjana

Universitas Komputer Indonesia.

8. Bapak Drs. Lili Asmili selaku Kepala Sekolah SMA PGII 1 Bandung.

9. Ibu Heni Hernawati selaku Wakasek Kurikulum di SMA PGII 1 Bandung

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan

penelitian, meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan telah

memberikan banyak data terkait penelitian.

10.Seluruh guru dan staf di SMA PGII 1 Bandung yang telah bersedia

menyediakan waktunya untuk menjadi objek penelitian dan responden

(16)

viii

11.Teman-teman seperjuangan saya yang sangat luar biasa, Nurjanah, Chitra,

Chandra, Satria, Benazir, Agil, Iffan, Nia, Agnes, Melanie, Jaka, Yuli,

Nisa, Hendri, Utari, Chasty, Farid, Ira, Candra, Rama.

12.Seluruh rekan dan sahabat kelas MM-1 dan MM-2 BU di Universitas

Komputer Indonesia yang telah banyak membantu penulis dalam

menyusun tesis ini.

13.Seluruh teman-teman dan sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu per

satu, yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan tesis ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca sekalian, sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi

penelitian baik di bidang akademik maupun non akedemik.

Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka yang

ditinjau, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan tesis ini dan masih perlu pengembangan lebih lanjut, sehingga penulis

meminta maaf atas segala kekurangan tersebut. Maka untuk memperbaiki segala

kekurangan di masa mendatang, penulis bersedia menerima segala saran dan

kritik yang bersifat membangun secara terbuka. Terima kasih.

Bandung, Agustus 2014

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah, guru merupakan elemen paling penting.

Semua hal yang berkaitan dengan pendidikan, mulai dari kurikulum pendidikan, biaya

pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, serta beberapa hal lain akan menjadi tidak

berarti jika interaksi guru dan peserta didik tidak berjalan dengan baik. Bagaimanapun juga,

interaksi yang baik antara guru dan peserta didik ini merupakan esensi dari sebuah

pendidikan.

Peran dan tugas guru dalam dunia pendidikan sangatlah vital, sehingga

banyak diantara pakar pendidikan yang menilai bahwa perubahan kualitas pendidikan

hanya akan dapat tercapai apabila kualitas gurunya ditingkatkan. Namun sayang, saat

ini masih sangat sulit untuk mengetahui realita tentang seberapa berkualitasnya

kinerja seorang guru.

Untuk mendapatkan data penilaian terkait performa guru di hadapan peserta

didik tidaklah mudah. Bahkan, seorang kepala sekolah dan pengawas yang notebene

kerap melakukan penilaian kinerja pun hampir tidak pernah mendapatkan hasil yang

benar-benar akurat.

Kinerja guru merupakan salah satu penentu tinggi rendahnya kualitas

pendidikan. Pendidikan dinyatakan berkualitas apabila kinerja guru mengacu pada

(18)

2 berbagai persoalan dengan mengerakkan seluruh potensi sumber daya yang ada

dalam lembaga pendidikan.

Untuk dapat menggerakkan dan mengarahkan kinerja sumber daya manusia

mencapai visi, misi, tujuan, sasaran dan target dalam suatu organisasi atau institusi,

faktor kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting, dan itu bukan

merupakan hal yang mudah, sebab pemimpin harus mampu memahami perilaku

bawahan yang berbeda-beda. Menurut Timpe (1999:31) identitas yang akurat tentang

penyebab-penyebab seseorang bekerja adalah sesuatu yang fundamental bagi

pengawasan yang baik, serta pembuatan keputusan yang lebih efektif dalam

strategi-strategi perbaikan kinerja. Sehingga dengan adanya informasi yang akurat tersebut,

bawahan dapat diarahkan sesuai dengan identitasnya sedemikian rupa sehingga bisa

memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif dan

efisien.

Dengan kata lain, dikatakan bahwa sukses atau tidaknya pencapaian tujuan

organisasi, dalam hal ini institusi sekolah, ditentukan juga dari kualitas

kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Covey dalam Shad (2014)

mengatakan bahwa “90 percent of all leadership failures are character failures”.

Sembilan puluh persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada

karakter. Pemimpin bukan hanya seorang manajer, tetapi juga seorang pembangun

mental, moral, dan spirit dari orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin

(19)

3 tindakan, dan keteladanan dalam melakukan agenda transformasi kearah yang lebih

baik.

Gibson, dkk (1996:218) menyatakan kepemimpinan transformasional sebagai

kepemimpinan untuk memberi inspirasi dan motivasi para pengikut untuk mencapai

hasil-hasil yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orisinil dan untuk

imbalan internal. Kepemimpinan tranformasional bukan sekedar mempengaruhi

pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan lebih dari itu

bermaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para pengikutnya melalui

pemberdayaan.

Mengingat bahwa apa yang digerakkan oleh seorang kepala sekolah adalah

manusia yang mempunyai perasaan dan akal, serta beraneka macam karakter dan

sifatnya, maka masalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah untuk

meningkatkan kualitas kinerja guru ini tidak bisa dipandang mudah. Kemauan dan

keteguhan hati seorang kepala sekolah dalam memegang prinsip yang benar

merupakan suatu sarana untuk mencapai prestasi sekolah yang dipimpin. Ini

merupakan tugas bagi seorang pemimpin untuk dapat menilai, memilih,

memanfaatkan dan menempatkan tiap fungsi individu secara tepat. Hal ini berarti

agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai serta berjalan dengan baik, maka para

guru harus diarahkan dengan benar agar kinerjanya dapat meningkat.

Setiap pemimpin pasti memiliki visi dan misi tertentu yang kemudian

disebarkan ke bawahannya lalu menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan dan pada akhirnya

(20)

4 lain yang mempengaruhi kinerja guru dan menarik untuk diteliti adalah budaya

organisasi, yang merupakan mekanisme pembuat makna dan kendali pembentuk

sikap serta perilaku guru. Budaya organisasi diperlukan untuk menyatukan tiap-tiap

individu dalam organisasi. Tanpa adanya budaya organisasi, seorang guru cenderung

merasa segan untuk melaksanakan suatu tugas secara baik dan berkoordinasi dengan

guru lainnya, karena kurang jelasnya kesepakatan dan tidak ada komitmen yang

tegas.

Perbedaan latar belakang sosial akan diikuti oleh perbedaan nilai-nilai yang

dianut tiap-tiap individu. Tanpa adanya faktor penyatu, maka pemimpin akan

mengalami kesulitan untuk mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan. Budaya

organisasi sebagai pendorong kinerja guru merupakan faktor penting agar dapat

menjalankan tugas secara optimal. Budaya organisasi juga dapat membantu

mengarahkan kinerja guru, karena dapat menciptakan suatu koordinasi dan

membangun kepercayaan antar individu serta tingkat motivasi yang luar biasa bagi

guru untuk mengeluarkan potensi kemampuan terbaiknya dalam melaksanakan tugas

dan kewajiban menangani peserta didiknya.

Dalam rangka mewujudkan budaya organisasi yang cocok diterapkan pada

sebuah organisasi di lembaga pendidikan, maka diperlukan adanya dukungan dan

partisipasi dari semua anggota yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para guru

membentuk persepsi keseluruhan berdasarkan karakteristik budaya organisasi yang

antara lain meliputi prinsip, nilai-nilai, kemantapan, kepedulian, orientasi hasil,

(21)

5 tersebut terdapat dalam sebuah organisasi atau institusi mereka. Persepsi guru

terhadap budaya organisasinya menjadi dasar guru dalam berperilaku dan bersikap.

Dari persepsi tersebut kemudian memunculkan suatu tanggapan berupa dukungan

pada karakteristik budaya organisasi yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja

mereka.

Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru apakah telah sesuai dengan

budaya organisasi maka perlu diadakan penilaian kinerja. Penilaian kinerja menurut

Gary Dessler dalam Sedarmayanti (2007:260) mengemukakan bahwa penilaian

kinerja adalah prosedur apa saja yang meliputi penetapan standar kerja, penilaian

kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar kerja, memberi umpan balik

kepada karyawan dengan tujuan memotivasi karyawan untuk menghilangkan

penurunan kinerja atau terus bekerja lebih giat.

Tujuan dari program penilaian kinerja tersebut yaitu mendorong atau

menolong pemimpin untuk mengamati bawahannya secara lebih dekat untuk

melakukan pekerjaan secara lebih baik. Memotivasi para guru dengan memberikan

umpan balik tentang bagaimana cara mereka mengajar. Memberikan dukungan untuk

pembuatan keputusan bagi pimpinan yang berhubungan dengan peningkatan,

pemindahan serta pemecahan masalah.

Sistem penilaian kinerja guru yang baik dapat digunakan sebagai alat untuk

mengungkapkan pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan

budaya organisasi, sehingga dari penilaian tersebut dapat dijadikan dasar

(22)

6

Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju

Adapun penelitian ini diajukan dengan beberapa alasan-alasan. Pertama, dari

survey awal yang dilakukan kepada 30 responden terhadap variabel kinerja guru pada

penelitian ini diukur melalui 8 indikator kinerja. Hasil tanggapan responden dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1.1

Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Guru

No Indikator Sumber: data primer yang diolah

Tanggapan respoden sebagaimana pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari

total 8 pernyataan sesuai indikator kinerja, sebanyak 60,8% responden menyatakan

setuju, 19,2% menyatakan sangat

setuju, 17,9% menyatakan ragu-ragu,

dan hanya 2,1% yang menyatakan

tidak setuju.

Dilihat dari cukup besarnya persentase responden yang menyatakan setuju

terhadap pernyataan, mengindikasikan bahwa guru di SMA PGII 1 Bandung sebagian Gambar 1.1

(23)

7 besar merasa kinerja mereka sudah baik terkait dengan kualitas kerja, kuantitas kerja,

wawasan, kreatifitas, kerjasama tim, kehandalan, inisiatif, dan kepribadian mereka.

Akan tetapi penilaian kinerja terhadap diri sendiri seringkali kurang obyektif.

Dari hasil wawancara dengan Wakasek Kesiswaan di SMA PGII 1 Bandung,

peneliti menemukan informasi bahwa dalam 3 tahun terakhir terjadi penurunan

jumlah siswa yang lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) atau siswa yang diterima di PTN melalui jalur undangan dan diseleksi

berdasarkan prestasi akademik siswa selama proses belajar di sekolah. Hal ini

mengindikasikan bahwa penilaian kerja guru tadi perlu diteliti lagi lebih lanjut.

Gambar 1.2

Jumlah siswa SMA PGII 1 Bandung yang lolos SNMPTN

Sumber: data primer yang diolah

Kedua, penelitian ini dilakukan di lingkungan SMA PGII (Persatuan Guru

Islam Indonesia) 1 Bandung, menarik untuk diteliti, alasannya karena peneliti

menduga adanya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang

memiliki visi dan obsesi untuk membentuk dan melahirkan siswa yang berkarakter

dan berakhlak mulia (Islami) dalam menghadapi tantangan kehidupan ke depan yang

(24)

8 kian dituntut memiliki keteguhan nilai-nilai, ketangguhan mental, karakter unggul

serta pengetahuan dan skill yang mumpuni. Sehingga menuntut para guru untuk

meningkatkan kinerja pendidikan yang ideal dan harus mampu mensinergikan serta

mengembangkan kemampuan IQ, EQ, dan SQ peserta didiknya.

Menurut O’Leary (2001), kepemimpinan transformasional adalah gaya

kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok

melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai

serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. Berdasarkan pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mencakup upaya

perubahan terhadap bawahan agar dapat berpikir lebih positif dan berbuat lebih baik

dari apa yang biasa dikerjakan untuk meningkatkan kinerja.

Dari survey awal yang dilakukan kepada 30 responden terhadap variabel

kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada penelitian ini diukur melalui 4

indikator. Hasil tanggapan responden sebagai berikut:

Tabel 1.2

Tanggapan Responden Mengenai

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

No Indikator

Tanggapan Responden

STS TS RG S SS

1 2 3 4 5

F % f % F % F % f %

(25)

9

Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju

Tanggapan respoden sebagaimana pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari

total 4 pernyataan sesuai indikator kepemimpinan transformasional kepala sekolah,

sebanyak 15% responden menyatakan

tidak setuju, 39,2% menyatakan

ragu-ragu, 32,5% menyatakan setuju, dan

13,3% menyatakan sangat setuju.

Hal ini mengindikasikan bahwa guru di SMA PGII 1 Bandung sebagian besar

masih merasa kurang puas dengan gaya kepemimpinan transformasional yang

diterapkan oleh kepala sekolah terkait dengan pengaruh ideal atau karisma, motivasi

inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian secara personal terhadap tiap

bawahannya.

Ketiga, alasan lain adalah karena peneliti menduga adanya pengaruh budaya

organisasi yang berbasis islami di SMA PGII 1 Bandung terhadap perilaku para guru

dalam kinerjanya untuk mendidik dan mengarahkan peserta didiknya sesuai dengan

minat dan potensinya masing-masing, namun tetap memegang teguh nilai-nilai ajaran

islam dalam interaksi dan kegiatan belajar mengajar sehari-hari.

Dari survey awal yang dilakukan kepada 30 responden terhadap variabel

budaya organisasi pada penelitian ini diukur melalui 4 indikator budaya organisasi.

Hasil tanggapan responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1.3

(26)

10

Tanggapan Responden Mengenai Budaya Organisasi

No Indikator Sumber: data primer yang diolah

Tanggapan respoden sebagaimana pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari

total 4 pernyataan sesuai indikator budaya organisasi, sebanyak 16,7% responden

menyatakan tidak setuju,

35% menyatakan ragu-ragu,

31,6% menyatakan setuju, dan

16,7% menyatakan sangat setuju.

Hal ini mengindikasikan bahwa guru di SMA PGII 1 Bandung belum optimal

dalam menjalankan budaya organisasi yang kondusif di lingkungan sekolah. Dimana

masih adanya beberapa guru yang merasa kurang percaya pada rekan kerja,

kurangnya keteraturan dan integrasi atau kerjasama yang baik antar sesama guru

maupun antar bagian dalam organisasi..

Dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan serta

mengidentifikasi dari berbagai faktor, diharapkan diperoleh gambaran tentang hal-hal Gambar 1.4

(27)

11 yang berhubungan dengan kinerja guru. Penelitian ini mencoba melakukan kajian

faktor-faktor tersebut yaitu dengan menguji seberapa besar kepemimpinan

transformasional kepala sekolah serta budaya organisasi dapat mempengaruhi

peningkatan kinerja guru. Oleh sebab itu, peneliti memilih judul “Pengaruh

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru studi kasus di SMA PGII 1 Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya maka dapat ditarik suatu

permasalahan yaitu:

1. Bagaimana tanggapan responden terhadap Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Kinerja Guru di SMA PGII 1 Bandung.

2. Bagaimana pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan

Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA PGII 1 Bandung secara parsial

dan simultan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,

(28)

12 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA PGII 1

Bandung secara parsial dan simultan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Institusi

Memberikan kontribusi informasi kepada SMA PGII 1 Bandung yaitu berkaitan

tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi, dan

kinerja guru.

2. Bagi Akademisi

Memberikan manfaat teoritis dan tambahan kontribusi informasi sebagai

referensi untuk penelitian lanjutan dibidang sumber daya manusia.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di SMA PGII 1 Bandung, yang berlokasi di Jl.

Panatayuda No. 2, Rt.08 Rw.07 Kel. Lebak Gede, Kec. Coblong, Bandung Jawa

Barat.

Adapun waktu yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah dari

April 2014 sampai dengan Agustus 2014, waktu penelitian dapat dilihat pada table

waktu pelaksanaan kegiatan pelaksanaan, mulai dari pembuatan proposal hingga

(29)

13 Tabel 1.4

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Tahap Prosedur 2014

Apr Mei Juni Juli Agst

I Menentukan tempat penelitian Pembuatan Proposal Tesis

II

Pengajuan Judul Tesis Revisi Judul Tesis

Melanjutkan Penelitian di Perusahaan Penyebaran Kuesioner

Bimbingan Penyusunan Tesis

III

Pendaftaran Sidang Tesis Menyiapkan Draft Tesis Sidang Akhir

(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1.1 Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah 2.1.1.1 Definisi Kepemimpinan

Makna kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan kata “memimpin”.

Menurut Wahab (2008:82) istilah kepemimpinan merupakan terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari leader yang artinya pemimpin, ketua, kepala. Terdapat

beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar sesuai dengan

perspektif individu masing-masing dari aspek yang berbeda dan menarik. Beberapa

pengertian kepemimpinan yang dikutip dari jurnal Setiawati dan Pratama (2012:4)

adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan adalah sikap pribadi yang memimpin pelaksanaan aktivitasnya

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Hemhill & Coons, 1957:7)

b. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi, kepemimpinan adalah

pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses

komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum,

1961:24)

c. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang

diatur untuk mencapai tujuan bersama. (Rauch d& Behling, 1984:46)

d. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya

(31)

15 mempertahankan semangat kerja dan memotivasi bawahan. (Dessler,

1997:249)

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

(leadership) adalah suatu proses kegiatan seseorang yang memiliki seni

berkomunikasi atau kemampuan dan sifat kepribadian untuk mempengaruhi,

mengarahkan, mengkoordinasi, dan menggerakkan individu-individu tanpa ada

paksaan dari pihak manapun agar dapat bekerja sama secara teratur dalam upaya

untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan atau dirumuskan.

Kepemimpinan dalam dunia pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses,

membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya

dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan serta

pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien

dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.

2.1.1.2 Kepemimpinan Transformasional

Burns (1978) dalam Komariah dan Triatna (2006:77) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya “para

pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”. Para pemimpin adalah yang sadar akan prinsip perkembangan

organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi

kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap staf dan meyerukan

(32)

16 kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan,

kecemburuan, atau kebencian.

Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Komariah dan Triatna

(2006:78) adalah sebagai berikut : (1) Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke

depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat

ini tetapi di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat dikatakan

pemimpin visioner. (2) Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai

katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik.

Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia berperan

meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi

yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu

tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.

Berdasarkan karakteristik tersebut, seorang pemimpin transformasional

mempunyai tujuan dan visi misi yang jelas, serta memiliki gambaran yang

menyeluruh terhadap organisasinya di masa depan. Pemimpin dalam hal ini berani

mengambil langkah-langkah yang tegas tetapi tetap mengacu pada tujuan yang telah

ditentukan guna keberhasilan organisasinya, misalnya saja dalam menerapkan metode

dan prosedur kerja, pengembangan staf secara menyeluruh, menjalin kemitraan

dengan berbagai pihak, juga termasuk di dalamnya berani menjamin kesejahteraan

bagi para stafnya. Di samping itu, hubungan kerjasama dan komunikasi dengan

bawahan selalu diperhatikan, memperhatikan perbedaan individual bawahan

(33)

17 mencapai produktivitas tertentu. Pemimpin berani mengambil kebijakan yang

berhubungan dengan peningkatan motivasi bawahan dengan pemberian imbalan dan

penghargaan sesuai dengan taraf kesanggupan bawahan dalam menyelesaikan suatu

tugas yang dibebankan kepadanya.

Komariah dan Triatna (2006:78) juga menyebutkan, seorang pemimpin

transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai nilai-nilai luhur yang

perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf sehingga para staf mempunyai rasa

memiliki dan komitmen dalam pelaksanaannya.

2.1.1.3 Definisi Kepala Sekolah

Kata “kepala sekolah” tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat

diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan “sekolah” yaitu sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi

pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang

tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi

antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepala sekolah dapat digambarkan sebagai orang yang memiliki harapan

tinggi bagi para guru, staf dan para siswa. Kepala sekolah adalah seseorang yang

banyak mengetahui tentang tugas-tugas mereka. Kepala sekolah yang berhasil adalah

seseorang yang mampu menentukan titik pusat dan irama di dalam suatu sekolah.

(34)

18 unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.1.3 Fungsi dan Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat vital dalam menggerakkan

kehidupan sekolah untuk mencapai tujuan. Fungsi kepala sekolah adalah

menanamkan pengaruh kepada guru agar mereka melakukan tugasnya dengan

sepenuh hati dan antusias. Menurut Mulyasa (2004:98-120) kepala sekolah

mempunyai peranan multi fungsi, oleh karena itu kepala sekolah dituntut

menjalankan perannya sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin (Leader)

Kepala sekolah sebagai seorang leader harus mampu memberikan

petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga pendidikan,

membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Menurut

Wahjosumidjo (2003:83), kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang

tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di

mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi

interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima

pelajaran. Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang

mencakup kepribadian serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin

(35)

19 visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan

berkomunikasi. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan

kepribadiannya, dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin menurut

Mulyasa (2004:98) akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut : (1) jujur;

(2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan

keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.

Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi

sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan.

Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang dapat

menumbuhkan kreativitas sekaligus dapat mendorong peningkatan

kompetensi guru dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua

gaya kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan

kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan

kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya

kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi

dan kebutuhan yang ada. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif,

seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah

yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan

pendidikan di sekolah.

2. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

(36)

20 pekerjaan mereka secara efektif. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam

pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan,

tetapi lebih dari itu.

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan

supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk

mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan

dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan

sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat

penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan

solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki

kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam

melaksanakan pembelajaran.

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktifitas sekolah

bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena

itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu,

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika

(37)

21 berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga

kependidikan.

Menurut Mulyasa (2003:112) kepala sekolah sebagai supervisi harus

diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program

supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya.

Lebih rinci, tugas-tugas supervisor menurut Gunawan (2002:198)

adalah :

a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan.

Dengan demikian agar menghilangkan anggapan tentang adanya mata

pelajaran/bidang studi, sehingga setiap guru mata pelajaran dapat

mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswa-siswanya

b. Membina guru-guru guna mengatasi problem-problem siswa demi

kemajuan prestasi belajarnya

c. Membina guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk menjadi

anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis serta religius

d. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi,

mendiagnosa kesulitan belajar dan seterusnya

e. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja

yang demokratis, kooperatif serta kegotong-royong.

f. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari

seluruh tenaga pendidikan.

(38)

22 Menurut Wahjosumidjo (2002:122) pendidik adalah orang yang

mendidik. Sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran,

pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan

dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan.

Setiap kepala sekolah sebagai seorang pendidik, ada dua hal pokok

yang perlu diperhatikan yaitu, sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai

pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua adalah bagaimana peranan

sebagai pendidik itu dilaksanakan.

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus

mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah kondusif, memberi

nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga

kependidikan, serta merancang program pembelajaran yang menarik seperti

mengadakan program akselarasi bagi peserta yang cerdas diatas normal.

4. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Keberadaan seorang manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan,

sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi didalamnya

berkembang berbagai macam pengetahuan serta organisasi yang menjadi

(39)

23 Menurut Mulyasa (2004:103) dalam rangka melakukan perannya

sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi

kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya

dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai

kegiatan yang menunjang program sekolah.

5. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat

erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat

pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.

Secara umum, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk

mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan

prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi

keuangan.

6. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus mampu memiliki strategi yang

tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga pendidik dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui:

a. Pengaturan lingkungan fisik

Lingkungan yang kondusif akan menimbulkan motivasi tenaga

(40)

24 sekolah harus mampu membangkitkan motivasi tenaga kependidikan agar

dapat melaksanakan tugas secara optimal.

b. Pengaturan suasana kerja

Kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang

harmonis dengan para tenaga pendidikan, serta menciptakan lingkungan

sekolah yang aman dan menyenangkan.

c. Disiplin

Profesionalisme tenaga pendidikan di sekolah perlu ditingkatkan,

untuk itu kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada

semua bawahannya. Melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan,

serta dapat meningkatkan produktivitas sekolah.

d. Dorongan / Motivasi

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus yang

berbeda satu sama yang lain, sehingga memerlukan perhatian dan

perlakuan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat

memanfaatkan waktu untuk meningkatkan profesionalismenya.

e. Penghargaan secara efektif

Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme

tenaga kependidikan dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang

produktif melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat

dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif

(41)

25 2.1.1.4 Indikator Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Kehidupan dan tata kelola sekolah sangat bergantung sekali dengan seorang

pemimpin atau kepala sekolah. Kepemimpinan seringkali terkait dengan manajemen,

karena memang seorang kepala sekolah seharusnya adalah orang yang mengerti akan

konsep dan fungsi manajemen. Para ahli manajemen pun banyak yang menyimpulkan

bahwa inti dari manajemen adalah kepemimpinan, dan inti dari kepemimpinan adalah

pengambilan keputusan. Dari hal ini bisa pahami bahwa kepemimpinan seseorang

dalam sebuah lembaga atau organisasi sangat erat kaitannya dengan manajemen dan

kedua-duanya tidak bisa dipisahkan.

Menurut Bass (1996) dalam Yukl (2008:278), terdapat 4 indikator

kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang mengacu pada perilaku gaya

kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

1. Idealized Influence (Pengaruh Ideal/Karisma)

Pemimpin menampilkan keyakinan, menekankan kepercayaan, mengambil

isu-isu yang sulit, menyajikan nilai-nilai mereka yang paling penting, dan

menekankan pentingnya tujuan, komitmen, dan konsekuensi etis dari

keputusan. Pemimpin seperti dikagumi sebagai pembangkit panutan

kebanggaan, loyalitas, kepercayaan, dan keselarasan sekitar tujuan bersama.

2. Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)

Pemimpin mempertanyakan cara lama, tradisi, dan keyakinan, merangsang

perspektif baru dan cara melakukan sesuatu, dan mendorong ekspresi ide dari

(42)

26 3. Inspirasional Motivation (Motivasi Inspirasional)

Pemimpin mengartikulasikan visi menarik dari masa depan, menantang

pengikut dengan standar yang tinggi, berbicara optimis dengan antusias, dan

memberikan dorongan dan makna untuk apa yang perlu dilakukan.

4. Individualized Consideration (Pertimbangan Individual)

Pemimpin berhubungan dengan orang lain (bawahan) secara personal,

mempertimbangkan kebutuhan mereka, kemampuan, dan aspirasi,

mendengarkan dengan penuh perhatian, pengembangan lebih lanjut mereka,

menasihati, mengajar dan melatih.

2.1.2 Budaya dan Organisasi 2.1.2.1 Definisi Budaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online (2014), kata budaya

diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian

kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir

manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal

atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya

fisik sekelompok manusia.

Secara terminologi, budaya artinya suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta,

karya, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat

diterima sebagai suatu perilaku yang beradab. Dikatakan membudaya apabila hal

(43)

27 Menurut Schein dalam Wibowo (2010:15), menyatakan budaya adalah suatu

pola asumsi dasar yang ditemukan dan dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu

karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal

yang telah bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena

itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir, dan

dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebut.

Menurut Cartwright dalam Wibowo (2010:15), menyatakan budaya adalah

sebuah kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan

nilai-nilai yang sama dan dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.

2.1.2.2 Definisi Organisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online (2014), organisasi

adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian bagian orang dalam perkumpulan

untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi terkadang juga menggunakan terminologi

firm, company, corporation, atau organization. Bahkan juga menggunakan

istilah-istilah tersebut secara bergantian dan bersamaan.

Menurut Robbins & Coulter (2007:18), organisasi adalah pengaturan yang

tersusun terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dan Bernard dalam

Robbins & Coulter (2007:34) mendefinsikan organisasi adalah suatu sistem mengenai

(44)

28 2.1.2.3 Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Wibowo (2010:19), budaya organisasi adalah filosofi dasar

organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai bersama yang menjadi

karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi.

Menurut Umar (2008:207), budaya organisasi adalah suatu sistem nilai dan

keyakinan bersama yang diambil dari pola kebiasaan dan falsafah dasar pendiriannya

yang kemudian berinteraksi menjadi norma, dimana norma tersebut dipakai sebagai

pedoman cara berpikir dan bertindak dalam upaya mencapai tujuan bersama.

Pengertian budaya organisasi menurut Wirawan (2007:10), adalah

norma-norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya

yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota

organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan

dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku

organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai

tujuan organisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pada hakikatnya yang dimaksud

dengan budaya organisasi adalah budaya yang menjadi acuan di dalam suatu

organisasi dimana terdapat sekelompok orang yang melakukan interaksi, yang berisi

sekumpulan keyakinan, nilai maupun kebiasaan bersikap yang dipegang bersama oleh

(45)

29 2.1.2.4 Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi menunjukan peranan atau kegunaan dari budaya

organisasi. Menurut Jerald Greenberg dan Robert A.Baron dalam Wibowo (2010:51),

fungsi budaya organisasi adalah:

1. Budaya memberikan rasa identitas

Semakin jelas persepsi dan nilai-nilai bersama organisasi didefinisikan,

semakin kuat orang dapat disatukan dengan misi organisasi dan merasa menjadi

bagian penting darinya.

2. Budaya membangkitkan komitmen pada misi organisasi

Kadang-kadang sulit bagi orang untuk berpikir di luar kepentingannya sendiri,

seberapa besar akan memengaruhi dirinya. Tetapi apabila terdapat strong

culture, orang akan merasa bahwa mereka menjadi bagian dari yang besar, dan

terlibat dalam keseluruhan kerja organisasi. Lebih besar dari setiap kepentingan

individu, budaya mengingatkan orang tentang apa makna sebenarnya dari

organisasi itu.

3. Budaya memperjelas dan memperkuat standar perilaku

Budaya membimbing kata dan perbuatan pekerja, membuat jelas apa yang

harus dilakukan dalam situasi tertentu. Budaya mengusahakan stabilitas bagi

perilaku, keduanya dengan harapan apa yang harus dilakukan pada waktu yang

berbeda dan juga apa yang harus dilakukan individu yang berbeda disaat yang

(46)

30 2.1.2.5 Indikator Budaya Organisasi

Merujuk pada Hofstede (2005:102) dimensi budaya organisasi yang dijadikan

dasar pengukuran diturunkan menjadi 6 (enam) indikator budaya organisasi, yaitu:

1. Profesionalisme, merupakan ukuran kecakapan atau keahlian yang dimiliki oleh pekerja dalam organisasi. Suatu jabatan yang ditempati oleh seorang pekerja

yang profesional atau suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja yang

profesional akan membuahkan hasil yang optimal. Dalam organisasi yang

menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme semua pekerjaan akan

mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan sebagi bentuk dari tanggung jawab

yang harus ditunaikan. Seorang pekerja yang profesional akan menyelesaikan

tugas yang diberikan kepadanya tanpa banyak mengeluh, karena ia yakin bahwa

ia dapat menyelesaikannya walaupun di bawah tekanan (under pressure), seperti

harus memenuhi deadline yang ketat. Untuk keyakinan dan kemampuannya

menyelesaikan tugas, seorang profesional cenderung akan menuntut penghasilan

yang lebih baik atau reward yang berbeda dari pekerja lainnya.

2. Kepemimpinan, yaitu tingkat keterlibatan atasan terhadap masalah-masalah di luar pekerjaan yang dialami oleh bawahan. Hubungan antarpribadi yang terbina

baik akan memungkinkan terciptanya iklim kerja yang cerah. Adanya hubungan

antarpribadi juga dapat mempengaruhi penilaian terhadap pekerja. Dalam hal

melakukan promosi, atau mempertahankan orang-orang yang dinilai baik bagi

suatu divisi juga melibatkan hubungan antarpribadi. Seorang atasan mungkin

(47)

31 penilainnya bertipe loyal dan mudah dibina walaupun mungkin potensinya belum

tentu lebih baik dari pekerja lainnya.

3. Kepercayaan kepada rekan kerja, yaitu interaksi yang terbina antar sesama pekerja dalam organisasi. Sikap yang terbuka, ramah dalam pergaulan dan

perilaku yang menunjukkan rasa persaudaraan yang tinggi diantara sesama

pekerja, karena merasa senasib dan seperjuangan akan menumbuhkan

kepercayaan dan perilaku yang positif. Dengan adanya rasa percaya kepada rekan

sekerja yang tertanam dengan baik, masalah-masalah pekerjaan ataupun masalah

pribadi akan dapat diatasi dengan perhatian dari rekan-rekan sekerja yang rela

membantu memberikan saran.

4. Keteraturan, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menunjukkan adanya aturan-aturan atau ketentuan yang harus dipatuhi oleh anggota organisasi. Tujuannya

adalah untuk menjamin keseragaman dalam pelaksanaan, memudahkan

koordinasi dan pengawasan. Adanya aturan yang ditetapkan oleh organisasi

harus berlaku sama untuk semua orang atau departemen dalam organisasi,

sehingga mencerminkan adanya rasa keadilan.

5. Konflik, yaitu adanya pertentangan dan ketidakharmonisan dalam suatu organisasi yang menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja. Ini berpotensi

pada penurunan motivasi kerja dan berdampak negatif terhadap perilaku pekerja.

Kompetisi yang tidak sehat antar departemen dalam suatu organisasi, dimana

orang-orang mungkin saling merasa curiga yang menyebabkan terhambatnya

(48)

32 karyawan baru mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi,

diterima sebagai anggota organisasi dan merasa nyaman bekerja pada lingkungan

barunya tersebut.

6. Integrasi, yaitu iklim yang terbentuk dalam organisasi dimana pekerja merasa memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi. Dalam kondisi seperti ini, pekerja

akan menunjukkan loyalitas kepada organisasi. Pekerja akan merasa bangga

karena menjadi bagian dari organisasi dan merasa aman dengan pekerjaannya

karena merasa dihargai dan dipenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan kerja

yang menyenangkan ini juga didukung oleh kerja sama yang terjalin baik di

antara sesama pekerja atau sesama departemen.

Untuk mengukur variabel budaya organisasi pada SMA PGII 1 Bandung,

peneliti hanya akan mengambil 4 indikator dari Hofstede. Hal ini dikarenakan adanya

fenomena yang sesuai dengan objek penelitian.

2.1.3 Kinerja

2.1.3.1 Definisi Kinerja

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam

kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal

tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam Mulyasa

(2004:136) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil atau keluaran dari suatu proses.

(49)

33 sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau

unjuk kerja.

Menurut Prawirosentono (1999:2) “Performance” adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral ataupun etika. Hasibuan (2001:34) menyatakan, kinerja

(prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman

dan kesungguhan serta waktu.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau

prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan

seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk

perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila

hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan

melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.

2.1.3.2 Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan

(50)

34 setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah

kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen

menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan

proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar

mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup

kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3)

menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5)

melaksanakan tugas tambahan.

Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru

menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan pembelajaran

yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar pada saat

melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang terdapat

pada indikator keberhasilan pembelajaran.

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep

kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh

(51)

35 meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

2.1.3.3 Pejabat Penilai Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2006:387) Penilaian kinerja dapat dilakukan

oleh siapapun yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual.

Kemungkinannya adalah sebagai berikut:

1. Para Supervisor yang Menilai Karyawan Mereka

Penilaian secara tradisional atas karyawan oleh supervisor didasarkan pada

asumsi bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk

mengevaluasi kinerja karyawan secara realistis dan adil. Untuk mencapai tujuan ini,

beberapa supervisor menyimpan catatan kinerja mengenai pencapaian karyawan

mereka. Catatan ini menyediakan contoh spesifik untuk digunakan ketika menilai

kinerja.

2. Para Karyawan yang Menilai Atasan Mereka

Sejumlah organisasi dimasa sekarang meminta para karyawan atau anggota

kelompok untuk memberi nilai pada kinerja supervisor dan manajer. Satu contoh

utama dari penilaian jenis ini terjadi diperguruan tinggi dan universitas, dimana para

guru dapat memberikan penilaian terhadap kepala sekolahnya, siswa/mahasiswa

mengevaluasi kinerja para pengajarnya. Industri juga menggunakan penilaian

karyawan menilai manajer untuk tujuan pengembangan manajemen. Praktek terbaru

(52)

36 Dengan karyawan menilai para manajer dapat memberikan tiga keuntungan

utama. Pertama, dalam hubungan manajer karyawan yang bersifat kritis, penilaian

karyawan dapat sangat berguna dalam mengidentifikasi manajer yang kompeten.

Penilaian terhadap para pemimpin oleh para tentara tempur adalah salah satu

contohnya. Kedua, program penilaian jenis ini membantu manajer agar lebih

responsif terhadap karyawan, meskipun keuntungan ini dapat dengan cepat berubah

menjadi kerugian jika manajer lebih berfokus untuk bersikap baik daripada

menjalankan tugasnya. Orang-orang yang baik tanpa memiliki kualifikasi lainnya

tidak dapat menjadi manajer yang baik dalam banyak situasi. Ketiga, penilaian

karyawan memberi kontribusi pada perkembangan karier manajer.

Kerugian utama dari menerima penilaian karyawan adalah reaksi negatif yang

ditunjukkan oleh banyak atasan karena harus dievaluasi oleh karyawan. Disamping

itu ketakutan akan adanya pembalasan semakin besar disaat karyawan memberikan

penilaian yang realistis.

3. Anggota Tim yang Menilai Sesamanya

Penggunaan rekan kerja dan anggota tim sebagai penilai adalah jenis penilaian

lainnya yang berpotensi baik untuk membantu ataupun sebaliknya. Sebagai contoh,

ketika kelompok dari tenaga penjualan mengadakan pertemuan sebagai komite untuk

membicarakan mengenai nilai satu sama lain, mereka dapat mencari ide-ide yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dari individu-individu yang memiliki

nilai lebih rendah. Namun kemungkinan lainnya, kritik yang ada dapat

Gambar

Tabel 1.1 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Guru
Gambar 1.2 Jumlah siswa SMA PGII 1 Bandung yang lolos SNMPTN
Tabel 1.2 Tanggapan Responden Mengenai
Gambar 1.3 Tanggapan Responden Mengenai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepa/a Sekolah , Budaya Organisasi, Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru di SD Negeri Kola Medan. Medan:

iklim organisasi, persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, dan. tingkat kinerja guru SMA Negeri 1

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA.. GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN

Pengaruh Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru SMA Swasta di Kabupaten

Anak Agung Nyoman Darma, 2012, Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Kualitas Profesional Guru di SMA Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan budaya organisasi dengan kompetensi kepribadian guru di SMA Negeri kota

Berdasarkan hasil analisa di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Komitmen Organisasi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Kompensasi secara

Jurnal Pendidikan Tambusai 13326 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru pada MTs Nurul Iman Selayang Candra Wijaya1, Liza