• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Terhadap Mutu Pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Terhadap Mutu Pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ADE MUNAWAR LUTHFI

NIM: 108018200016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok, dan seberapa besar kontribusi PLPG dalam mempengaruhi mutu pembelajaran guru. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2013-2014. Dimulai dari Februari sampai dengan Juli 2014 di SMK Negeri 2 Depok dengan sampel 34 guru yang sudah mengikuti PLPG.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas X (Pendidikan dan latihan profesi guru PLPG), dan variabel terikat Y (Mutu pembelajaran guru). Data penelitian dari dua variabel dikumpulkan melalui instrumen observasi dan angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan korelasi produk moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi yang kemudian disingkronkan dengan distribusi tabel-t pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai t hitung sebesar 4,51 dan t tabel sebesar 2,04 terlihat bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel, dan hasil perhitungan

koefisien determinasi menunjukan besarnya kontribusi atau pengaruh variabel X terhadap Variabel Y adalah sebesar 39 % dan sisanya 61 % (100% - 39%) dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti lingkungan sekolah, pola pengembangan pembelajaran, motivasi kerja, kompensasi dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan selain PLPG.

Dengan demikian, pelatihan yang dilakukan dengan baik dan dilaksanakan sesuai prosedur pelaksanaannya secara tepat dapat berimplikasi pada peningkatan mutu pembelajaran guru di sekolah.

(6)

vi

The aim of this research was to know the Influence of Teacher Education and Professional Training (PLPG) to The Teaching Quality at SMK Negeri 2 Depok and how much the contribution of PLPG in affecting teachers’ learning quality. This research was conducted in the year of learning 2013-2014. Started on February-July 2014 at SMK Negeri 2 Depok this study took 34 teachers who had followed PLPG as the samples.

The research method applied in this study was quantitative method. The independent variable of this research was PLPG and the dependent variable was

teachers’ learning quality. In order to collect the data, this research employed

observation and questionnaire as the instrument. Then, product moment correlative test used as the technique in analyzing the data. The result found in this study as there was a significant influence between PLPG on teachers’ learning quality.

According to the hypotheses test which is done by using correlative test, it is obtained that the value of to was 4,51 and it was synchronized with the value of t-tabel in significant 5% which was 2,04 it can be seen the value of to (4,51) is higher that t-tabel (2,04). The result of the counting of determination coefficient showed the value of the contribution X variable on Y variable is 39% and the balance is 61% (100%-39%). This was affected by others factors like school environment, the pattern of learning development, motivation, compensation, and the espousal of other training.

Therefore, the training which was done well and was carried out appropriately according to the procedure of the implementation can give an

implication in improving teachers’ learning quality.

(7)

vii

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, pembawa cahaya bagi alam, penyempurna akhlak, teladan dan pembimbing

yang baik bagi umat manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa upaya,

kemampuan dan pengetahuan penulis sangatlah terbatas, oleh karena itu dengan

adanya bimbingan, arahan serta dorongan dari berbagai pihak sangat membantu

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka pada kempatan yang berbahagia

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran dan tenaganya dalam

memberikan arahan serta motivasi kepada penulis.

3. Prof. Dr. Armai Arief, MA. Pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian

dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

4. Dra. Manerah, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

banyak kontribusi, inspirasi, konsultasi, bimbingan, nasehat dan motivasi

kepada penulis.

5. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phil, Drs. H. Muarif SAM, M.Pd dan Dr.

Fauzan, MA. Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan yang menjadi

inspirasi dan motivasi penulis selama masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah

(8)

viii

butuhkan.

8. Kepala SMKN 2 Depok, Bapak. Rochmatul Cholil, S.Pd, MM, Waka

Kurikulum, Ibu Nuryati, M.Pd, Kabag SDM, Bapak. Sutarsa, M.Pd, Humas,

Ibu. Dian Kurnia Utami, S.Pd, MM beserta jajaran Guru dan Staff SMKN 2

Depok yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan bantuan

kepada penulis untuk melengkapi data-data penelitian yang dibutuhkan.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku. Bapakku tersayang Rojalih dan Umiku

tercinta Nunung Nurhayati, yang penulis sagat hormati dan sayangi sepanjang

hidup, sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis sehingga dapat

menyelsaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih atas do’a yang selalu

mengiringi penulis sepanjang hidup, terimakasih atas dukungan moril

maupun materil yang diberikan sepanjang hari tiada henti. Mohon maaf

ananda membuat kalian menunggu senyum tulus bahagia itu. ananda

persembahkan skripsi ini untuk tekad dan semangatmu memperjuangkan

pendidikanku Bapak dan Umiku tercinta. Semoga suatu saat nanti ananda

dapat membalas kebaikan Bapak dan Umi serta ananda dapat menjadi

kebanggaan Bapak dan Umi. Amin Ya Robbal Alamin…

10. Adikku tersayang Ibnu Zaki Fikri dan Muhammad Asyraf Shidqi yang

menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kejar terus

pendidikan kalian setinggi mungkin. Semoga kelak menjadi anak yang

cerdas, sholeh serta berbakti kepada orangtua bangsa dan agama.

11. Semua keluarga besar dan saudara-saudaraku yang telah memberikan bantuan

dan motivasi, terkhusus Kakek, Nenek, Ka Asep Kamaludin Nashir, M.Si,

Om Maryanto, Spd, Ka Nurlatifah, S. Hum, Ce Romlah, S.Pd.I, Ce Juju,

S.Pd, Ka Ulfa, S.Sc, Nurhasanah, S.Psi, Ka Azam, S.Pd.I, Ahmedi fathurrozi,

S.Kom, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu

(9)

ix

Madhensia Putri Pratiwi, S.Pd, Nurma Sari, S.Far. Apt, Rahmi Rahayu, S.pd,

Bang Bangkit Erlangga, SH, Teh Lenni, S.Pd, dan semua teman Manajemen

Pendidikan angkatan 2008. Semoga persahabatan ini akan selalu terjalin

hangat.

13. Rumah kost Pondok Jasmine 1, Semanggi 1, Ciputat, tempat nyaman penuh

inspirasi dan keramahan para mahasiswanya.

14. Semua teman dan adik-adik di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Manajemen Pendidikan, HMI Komisariyat Tarbiyah, HMI Cabang Ciputat,

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komfaktar, Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) MP, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FITK,

Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta, Senat Mahasiswa (SEMA) UIN

Jakarta, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa

Depok (IKMD). Selamat berproses dan terus perbanyak pengalaman

organisasinya. Semoga kelak bermanfaat untuk diri dan orang lain.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

dapat membangun untuk memperbaiki berbagai kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan

pendidikan dan pelatihan.

Jakarta, 1 Desember 2014

Penulis

(10)

x

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH . ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI . ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR . ... vii

DAFTAR ISI . ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang masalah ... 1

B.Identifikasi masalah ... 6

C.Pembatasan masalah ... 7

D.Perumusan masalah ... 7

E. Tujuan penelitian ... 8

F. Manfaat penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Kajian teori ... 9

1. Mutu pembelajaran guru ... 9

a. Pengertian Mutu pembelajaran ... 10

b. Pengembangan mutu ... 12

c. Kegiatan pembelajaran ... 13

d. Keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam pembelajaran ... 15

e. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 20

f. Indikator pembelajaran bermutu ... 20

2. Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) ... 23

a. Pengertian pendidikan ... 23

(11)

xi

D.Hipotesis penelitian ... 36

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B.Variabel Penelitian ... 38

1. Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

2. Definisi Konseptual Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

3. Definisi Operasional Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

C.Metode Penelitian ... 38

D.Populasi dan Teknik pengambilan sampel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Pengolahan Data ... 42

G.Teknik Analisis Data ... 43

H.Interpretasi Data ... 43

I. Instrumen Penelitian . ... 45

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian . ... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Hasil Uji Validitas ... 48

3. Uji Reliabilitas ... 51

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

BABIV: HASIL PENELITIAN ... 54

A.Deskripsi Data Penelitian ... 54

1. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) ... 55

2. Mutu Pembelajaran Di SMK Negeri 2 Depok ... 57

B.Analisis Data ... 58

1. Uji Korelasi Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 58

(12)

xii

B.Saran ... 64

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Penelitian ... 35

[image:13.595.155.441.271.567.2]

Gambar 4.1 Proseentase Skor Angket Pelaksanaan PLPG ... 56

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rambu-rambu Struktur Kurikulum PLPG SMK ... 29

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Skor Instrumen Angket dan Observasi ... 42

Tabel 3.3 Interpretasi Terhadap Angka Index Korelasi “r” Product Moment ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Angket dan Observasi ... 45

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 48

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 50

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Instrumen ... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Data PLPG ... 55

Tabel 4.2 Kelompok Skor Data PLPG ... 56

Tabel 4.3 Skor Sekala Data PLPG ... 56

Tabel 4.4 Deskripsi Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57

Tabel 4.5 Kelompok Skor Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57

Tabel 4.6 Skor Sekala Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57

(15)

xv

Lampiran 2 Data Guru ... 72

Lampiran 3 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ... 79

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Angket ... 80

Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Observasi ... 83

Lampiran 6 Uji Validitas ... 86

Lampiran 7 Uji Reliabilitas ... 88

Lampiran 8 Instrumen Angket ... 90

Lampiran 9 Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 10 Perolehan Data Angket ... 96

Lampiran 11 Perolehan Data Observasi ... 97

Lampiran 12 Deskripsi Data SPSS ... 98

Lampiran 13 Data Uji Korelasi SPSS ...101

Lampiran 14 Tabel Nilai-nilai “r” Product Moment (r-tabel) ...103

Lampiran 15 Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi “t” (t-tabel) ...104

Lampiran 16 Biodata Penulis ...105

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...106

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mutu pembelajaran guru di Indonesia masih terbilang jauh dari

pencapaian yang diharapkan. Karena apa yang di cita-citakan dalam

Undang-undang pendidikan jauh dari realisasinya di lapangan dalam berlangsungnya

proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Mutu pembelajaran guru

dapat ditinjau dari kualifikasi dan juga kompetensi yang dimilikinya selama

yang bersangkutan mulai ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran.

Kedudukan guru dalam kancah pendidikan diterangkan lebih lanjut

dalam UU No. 14 Tahun 2005 pada pasal 2, 4 dan 6 yaitu:

(17)

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dalam sudut pandang negara, guru

memiliki kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan

dasar maupun menengah pada satuan pendidikan formal yang bertujuan untuk

meningkatkan martabat serta peran guru sebagai agen pembelajaran yang

pada akhirnya berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Dapat dikatakan pula bahwa untuk menyandang gelar profesional atau

pekerjaannya disebut sebagai sebuah profesi diperlukan keterampilan bahkan

pendidikan profesi yang memenuhi standar mutu untuk menjadi sumber

penghasilan bagi orang yang bersangkutan. Begitu pula dengan guru yang

berkedudukan sebagai professional bidang pendidikan tersebut apalagi bidang

pekerjaan ini manyangkut masa depan orang banyak.

Menurut data dari Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK 2009,

guru Indonesia yang belum memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D-IV

masih cukup besar sekitar 1.496.721 atau sekitar 57,4% dari total guru di

seluruh jenjang.2 Tes PNS Puspendik Balitbang Depdiknas 2004

menunnjukan tingkat kemampuan umum dan penguasaan bidang studi pada

sebagian besar guru masih rendah.3

Data diatas menunjukan gambaran kondisi mutu guru secara umum di

Indonesia dari segi kualifikasi akademik dan kompetensi mengajar, namun

tak menutup kemungkinan masih banyak pula guru-guru di sekolah swasta

yang belum terdata. Hal ini menunjukan kondisi mutu pembelajaran guru di

Indonesia masih dalam kategori rendah, karena jika kualifikasi akademik dan

penguasaan bidang studi guru rendah maka kegiatan pembelajaran pun tak

akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

1

Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang

Pendidikan, (Jakarta: DIRJEN Pendidikan Islam, 2006), hal. 86-87

2

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,

(Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet-1 hal. 80

3

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,

(18)

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Sulistiyo, mengatakan bahwa ada beberapa persoalan guru yang menonjol dan tidak kunjung mendapat penyelesaian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. "dari pendidikan guru yang tidak memadai, sistem rekrutmen dan distribusi yang tidak sesuai bahkan masalah kesejahteraan juga masih ada," kata Sulistiyo saat jumpa pers di Kantor PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin (26/11/2012).4

Masalah pertama guru, ungkapnya, adalah pendidikan guru yang jauh

dari memadai tersebut berdampak pada kualitas dan kompetensi guru yang

ada saat ini. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat masa depan anak

Indonesia juga bertumpu pada guru-guru yang memberikan pendidikan.5

Pendidikan guru jauh dari memadai disini hemat penulis dapat dilihat dari

banyak ditemukannya guru-guru kelas bidang studi yang masih belum

memiliki ijazah strata 1 atau memiliki ijazah S1 tetapi pada perguruan tinggi

yang tidak memadai sehingga pembelajaran yang diterima gutu tersebut jelas

sangat jauh berbeda dari perguruan tinggi yang memang sudah terjamin

kualitasnya. Dengan kondisi seperti ini tidak dapat dipungkiri bahwa

siswalah yang menjadi dampak dari ketidaksiapan seorang guru untuk

menjadi seorang pengajar yang diharapkan mampu mentransfer ilmu yang

dia punya demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Masalah kedua adalah sistem pengangkatan guru yang tidak berdasar

kebutuhan dan masih ada nuansa KKN. Sementara untuk distribusi guru

sendiri, masih terjadi banyak masalah yang berakibat pada tidak meratanya

jumlah guru di tiap wilayah terutama daerah yang terpencil.6 Pengankatan

guru yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah sistemik yang

berkepanjangan, disatu sisi daerah tertentu memiliki ketersedian guru

pengajar yang cukup bahkan lebih namun sebaliknya daerah yang lain justru

mungkin sangat terbatas tenaga pengajar yang dimiliki bahkan dirasa masih

kurang. Sehingga beban kerja yang dipikul tidak sebanding dengan

4

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin,

26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

5

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin,

26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

6

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin,

(19)

kemampuan para guru tersebut.

Masalah ketiga adalah pengembangan kompetensi dan karir yang tidak

berjalan sesuai tujuan. Banyak guru yang telah lulus dari Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan justru malah menurun kompetensinya. Untuk itu,

standard kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina.7 Pengembangan

kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan akan berdampak pada

penguasaan materi guru yang kurang memadai serta keterampilan pengelolaan

pembelajaran yang terkesan kuno tak bisa dikembangkan berdasarkan

perkembangan materi dan kebutuhan peserta didik.

Sementara itu, masalah terakhir adalah hak guru yang tidak diterima

sesuai waktu yang ditentukan. Salah satu masalah tunjangan profesi guru yang

nyaris selalu terlambat di tiap daerah. Padahal dalam UU guru dan dosen

Pasal 14 ayat (1) huruf a, tertera jelas guru berhak memperoleh penghasilan di

atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial.8 Guru yang

seharusnya adalah profesi mulia karena terkenal dengan sebutan pahlawan

tanpa tanda jasa kini telah berganti karena telah banyak guru yang

menjadikan profesi mereka sebagai ajang mencari uang semata. Sehingga di

berbagai sekolah tidak jarang ditemukan guru-guru yang mengajar tidak

sesuai skill yang mereka miliki. Dengan alasan gaji yang tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, akhirnya banyak guru yang tidak berminat

mengabdikan dirinya di daerah terpencil sehingga anak-anak yang

seharusnya mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak di daerah lain.

Keempat permasalahan guru diatas sudah sering menjadi topik hangat

perbincangan publik tetapi sampai saat ini tak kunjung muncul langkah

penyelesaian masalahnya, pemerintah pun terkesan lamban dalam

memperhatikan permasalahan tersebut, sehingga upaya yang dilakukan

sampai sejauh ini masih sekedar konsep semata tetapi tidak sampai

memunculkan jalan keluar bagi permasalahan guru tersebut.

7

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin,

26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

8

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin,

(20)

Maka dari itu berbagai upaya dari mulai kebijakan sampai

kagiatan-kegiatan nyata terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia hingga saat

ini terus dilakukan pemerintah indonesia untuk mewujudkan hal tersebut,

seperti halnya kegiatan sertifikasi untuk menjamin mutu serta peningkatan

kompetensi Guru. Kompetensi yang dimaksud meliputi: kompetensi

pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Keempat kompetensi ini

harus dapat dipenuhi guru dan diimplementasikan dalam kegiatan proses

belajar mengajar siswa disekolah. Dibuktikan dengan kemampuan guru

dalam merencanakan sampai mengevaluasi pembelajaran secara aktiv,

inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Menurut mohammad abzar guru ideal dalam sudut pandang siswa yakni

guru yang dapat menjadi sumber keteladanan, bersikap ramah, penyabar dan

penuh kasih sayang, mmenguasai materi ajar, mampu mengajar dengan

suasana yang menyenangkan. Dalam sudut pandang orang tua murid, guru

ideal yakniguru yang dapat menjadi mitra pendidik bagi anak anak yang

dititipkan, dapat melengkapi, menambah, memperbaiki pola-pola pendidikan

dalam keluarga. Dalam sudut pandang pemerintah, guru ideal yakni guru

yang mampu berperan professional dalam menunjang kebijakan pendidikan

pemerintah. Dalam sudut pandang masyarakat guru ideal adalah yang mampu

menjadi wakil masyarakat di lembaga pendidikan dan menjadi anggota

masyarakat yang terbaik. Sementara dalam sudut pandang budaya guru ideal

merupakan guru yang berperan sebagai subjek dalam pewarisan nilai-nilai

budaya. Sedangkan dari sudut pandang guru sendiri, guru ideal adalah guru

yang diakui keberadaan dirinya sebagai insan pendidikan dan diberikan

peluang untuk mewujudkan otonomi pedagogisnya secara professional,

memperoleh kesempatan untuk mewujudkan kinerja pribadi dan professional

melalui pemberdayaan diri secara kreatif.9

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa setiap orang memiliki

kriteria ideal terhadap kondisi guru yang diharapkan masing-masing, dan

9

Mohammad Abzar, Jurnal Ilmiah MANAHIJ Profesionalisme Guru di Era Globalisasi,

(21)

harapan tersebut seharusnya dapat direalisasikan oleh para guru yang

bersangkutan agar tidak mengecewakan banyak pihak yang sudah menaruh

harapan yang begitu besar. Namun upaya tersebut tentunya perlu

mendapatkan dukungan dari setiap komponen yang memiliki sudut pandang

terhadap kondisi ideal guru itu, karena guru tak akan mampu untuk

merealisasikan kondisi idealnya sendiri tanpa dikunngan berbagai pihak.

Untuk memenuhi semua kriteria tersebut nampaknya sangat kontras

jika guru yang mengikuti kegiatan sertifikasi di bekali dengan pelatihan

kompetensi guru yang menunjang mutu pembelajarannya. Dengan kata lain

pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Kompetensi Guru (PLPG) sangat efektif

dalam meningkatkan mutu pembelajarn guru sebagai mana yang

diungkapkan Baedhowi bahwa kompetensi guru yang lulus melalui jalur

PLPG meningkat, hal ini karena metode, pendekatan dan karakteristik

sertifikasi melalui PLPG lebih menekankan pada proses pembelajaran.10

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai masalah pendidikan dan

latihan profesi guru (PLPG) pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran di

SMK Negeri 2 Depok yang berlokasi di JL. Abdul Wahab Pintu 2 Telaga

Golf Sawangan Lama Depok yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah

skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PROFESI GURU (PLPG) TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN DI

SMK NEGERI 2 DEPOK”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah

antara lain sebagai berikut:

1. Masih banyaknya guru yang memiliki pendidikan dan kualifikasi

akademik dibawah S1.

2. Masih kurangnya kompetensi dan kualifikasi Guru sebagai tenaga

10

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,

(22)

pendidik profesional.

3. Sistem pengangkatan guru masih ada ketidak sesuaian dan bernuansa

KKN.

4. Pengembangan kompetensi dan karir guru masih jauh dari tujuan yang

diharapkan.

5. Masih adanya guru yang memiliki penghasilan di bawah rata-rata

sehingga jauh dari kata sejahtera.

6. Masih banyaknya Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik

profesional.

7. Masih banyaknya Guru yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti

kegiatan sertifikasi.

8. Kurangnya dampak kegiatan PLPG yang dirasakan para guru dalam

meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar bahasan penelitian ini

tidak terlalu luas dan sulit untuk di ukur, maka penulis membatasi masalah

pada Pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu

pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) untuk

guru SMK Negeri 2 Depok?

2. Bagaimana mutu pembelajaran guru SMK negeri 2 Depok yang sudah

mengikuti kegiatan PLPG?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan latihan

profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2

(23)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG)

untuk guru SMK Negeri 2 Depok.

2. Mendeskripsikan mutu pembelajaran guru SMK negeri 2 Depok yang

sudah mengikuti kegiatan PLPG.

3. Mendeskripsikan pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG)

terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dunia

pendidikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis, untuk menambah pengetahuan dan memberikan

informasi kepada pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

terkait pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap

mutu pembelajaran guru di lembaga pendidikan.

2. Manfaat Praktis, Memberi masukan yang berarti bagi guru-guru SMK

Negeri 2 Depok yang sedang mengikuti proses sertifikasi, serta dapat

dijadikan alat evaluasi terhadap penjaminan mutu pembelajaran guru di

(24)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Mutu Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur

dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan

baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Menurut wina sanjaya

pembelajaran adalah proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang

kompleks, dan proses memanfaatkan berbagai sumber belajar.1

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaianan kegiatan yang mengarahkan siswa kepada tujuan yang

diharapkan, kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan adanya kerjasama antar

guru dan siswa dalam segala hal kompleks dalam lingkungan lembaga

pendidikan, penggunaan media pembelajaran yang sesuai dapat membantu

guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut. Maka dari itu mutu

pembelajaran tak bisa dipisahkan dari komponen diatas seperti, siswa, guru,

sarana-prasarana dan sumber belajar. Jika pembelajaran merupakan proses

maka mutu merupakan hasil capaian yang di harapkan dari proses tersebut,

dalam penelitian ini mutu pembelajaran yang dimaksud adalah kemampuan

guru dalam proses memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

1

(25)

terhadap siswa dengan dengan keterampilan yang dimiliki guru untuk

tercapainya tujuan pembelajran yang diharapkan.

a. Pengertian Mutu

Pertama kali mutu diperkenalkan Arcaro tahun 1978 saat bekerja

disebuah lembaga pemasyarakatan New Hampshire di Concord Amerika

Serikat. Dalam pelatihan keterampilan beliau mengembangkan program

pendidikan berbasis komputer, dengan harapan untuk sebuah pembekalan

bagi para narapidana agar mereka mampu berinvestasi dimasa depan dengan

meninggalkan segala kejahatan yang dahulu pernah mereka lakukan ini

merupakan suatu yang ingin dicapai untuk mengalihkan profesi narapidana

kearah yang lebih baik.2 Jika ditinjau dan dianalisa dari konsep pelatihan dan

mutu, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Jika pelatihan

memberikan sumbangsihnya dalam proses maka mutu terletak pada hasil

suatu proses tersebut. Dengan adanya pelatihan yang baik maka mutu yang

dihasilkanpun akan semakin baik pula begitupun halnya dalam sebuah

lembaga atau perusahaan. Jika terus mengembangkan SDM mereka dengan

melakukan berbagai bentuk pelatihan maka mutu organisasi itu pun akan

semakin meningkat seiring dengan upaya yang dilakukan.

Dalam kamus bahasa indonesia, mutu atau kualitas dipahami sebagai

tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat, serta taraf.3 Sedangkan dalam

konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses dan hasil

pendidikan. proses melibatkan berbagai input seperti bahan ajar, metodologi,

sarana, administrasi dan prasarana lainnya. Sedangkan hasil pendidikan

mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu

tertentu.4

Deming mengartikan mutu sebagai kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar, Juran mendefinisikan mutu sebagai kecocokan terhadap

2

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet IV 2007) hal. vii

3

Agus Zaenal, Manajemen Mutu Pembelajaran Di Sekolah/Madrasah, Jurnal Pendidikan

Ta’alum, Vol 21 No. 01 Juni 2011 hal. 3

4

Suparno Eko Widodo, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta:Ardadizya Jaya, 2011), hal.

(26)

penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan,

sedangkan Feigenbaum mendefinisikan mutu sebagai kepuasan pelanggan sepenuhnya.5 Ini yang nampaknya cukup menarik dari ketiga definisi yang

dikemukakan tiga pakar mutu terdapat masing-masing definisi yang berbeda

satu sama lainnya. Namun pada intinya mutu merujuk kepada kesesuaian

hasil dan kebutuhan serta kepuasan pelanggan.

Perbaikan mutu pendidikan tidak akan datang dengan sendirinya,

melainkan harus ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.

Hal itu sebagaimana yang di Firmankan Allah SWT dalam QS: Al baqarah:

148











.

Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.6

Ayat di atas mengandung pesan Allah SWT yang dapat kita petik yakni

hendaklah kita selalu berlomba-lomba dalam membuat kebaikan,

meningkatkan mutu dalam konteks ini maka hendaknya kita dapat

melengkapi segala potensi baik keilmuan maupun keterampilan secara

berkesinambungan dengan berbagai cara yang tak lain tujuannya untuk

bersaing dalam mencatatkan prestasi bagi output pendidikan baik dalam

lingkup nasional maupun global tanpa mengesampingkan nilai estetika moral

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

5

Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2011) hal. 44

6

(27)

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa mutu berkaitan erat dengan

proses dan hasil dari suatu kegiatan yang pada akhirnya akan berimplikasi

pada peninkatan pengetahuan dan keterampilan serta kepuasan orang-orang

yang secara langsung merasakan dampak dari mutu tersebut. Begitu pula

dalam pendidikan mutu terkait erat dengan proses pembelajaran dan hasil

lulusan yang sesuai dengan harapan yang nantinya akan menimbulkan rasa

puas baik pada diri pribadi peserta didik maupun lingkungan sekitarnya yang

ikut merasakan dampak dari mutu yang dihasilkan oleh pendidikan tersebut.

b. Pengembangan Mutu

Dalam mendeskripsikan pengembangan mutu, Andi Suhandi dalam

Skripsinya mengemukakan elemen-elemen yang dapat digunakan dalam

mengembangkan mutu, diantaranya yaitu: Visi/tujuan, Menghilangkan

hambatan yang ada, Komunikasi, Evaluasi terus menerus, Perbaikan terus

menerus, Hubungan dengan pelanggan, Pemberdayaan karyawan, Pendidikan

dan pelatihan, Fokus pelanggan.7

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sembilan elemen diatas

menggambarkan suatu karakteristik yang harus dipenuhi untuk mencapai

kategori bermutu atau memiliki keunggulan dalam hal kaulitas yang dicapai

baik dalam menciptakan suatu produk pencapaian dalam menciptakan

kepuasan bagi pengguna atau konsumen yang merasakan hal yang dibuat atau

disajikan suatu organisasi yang bersangkutan.

Sembilan elemen diatas harus dipenuhi tanpa terkecuali secara

berkesinambungan. Karena mutu itu sendiri bersifat dinamis dan adapif

dengan segala perubahan serta perkembangan zaman, maka kesembilan

elemen diatas dipenuhi organisasi berdasarkan kebutuhan perubahan serta

perkembangan zaman dan tentunya mengacu pada prinsip-prinsip dan disiplin

organisasi yang bersangkutan.

7

Andi Suhandi, Implementasi TQM di SMA Islam Al-azhar Bumi Serpong Damai Tangsel,

(28)

c. Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses tempat prilaku diubah, dibentuk,

atau dikendalikan.8 Belajar dan mengajar juga merupakan dua aktivitas yang

berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami

bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang

bersifat permanent, yaitu terjadinya perubahan pada anak didik.9

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaian kegiatan terencana yang dilakukan antara seorang guru dan siswa

secara bersamaan, berkaitan dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan

yang di harapkan, yakni terjadinya suatu perubahan, pembentukan, dan

pengendalian prilaku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan

maupun sikap yang melekat pada diri siswa tersebut.

Menurut Rusman, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya

meliputi tiga kegiatan, yaitu: Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.10

1) Kegiatan pendahuluan

Menurut ahmad sabri membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat

pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan

efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian

siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.11 Menurut Uzer

8

Anisah & Syamsu, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 13

9

Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, cet. Ke-2, 2007) hal 10.

10

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 179

11

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

(29)

Usman, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka pelajaran, yaitu:

menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan appersepsi.12

Dari kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan

pendahuluan merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam membuka atau

mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan dapat berupa

kegiatan pra pembelajaran seperti menyiapkan ruang, alat, media

pembelajaran, serta memeriksa kesiapan belajar siswa atau dapat juga berupa

kegiatan membuka pelajaran seperti melakukan apersepsi serta

menyampaikan indikator pencapaian kompetensi. Semuanya bertujuan untuk

menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi dan gambaran awal bagi

siswa terhadap pembelajaran yang akan dihadapinya.

2) Kegiatan inti (penyampaian materi pelajaran)

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta menberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis

melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.13 Haltersebut merupakan

kondisi ideal pembelajaran yang harus diimplementasikan guru kepada

peserta didik dalam proses KBM. Untuk terlaksananya semua hal tersebut

secara optimal maka seorang guru paling tidak harus mampu menguasai

materi pelajaran, menguasai berbagai strategi dan metode pembelajaran,

memanfaatkan media dan sumber belajar secara efektif, memotivasi siswa

untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, menggunakan bahasa

yang baik serta melakukan penilaian proses dan hasil belajar secara tepat. Jika

semua hal ini telah dimiliki guru maka pembelajaran dapat menimbulkan

berkembangnya kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dengan baik.

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal 92

13

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

(30)

3) Kegiatan penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau

kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.14 Menutup

pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa

yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan

tingkat keberhasilan guru dalam proses-belajar mengajar.15 Menurut Uzer

Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran yaitu:

meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.16

Dari semua pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa langkah kegiatan

pembelajaran pembelajaran yang terakhir adalah penutup. Hal ini

dimaksudkan agar guru dapat mengetahui capaian pembelajaran yang

dilaksanakan, dalam menutup pelajaran guru dapat memberikan refleksi, dan

arahan remedial untuk materi pelajaran yang dirasa belum tuntas di kuasai

oleh peserta didik. Tujuannya untuk menuntaskan pembelejaran yang

dilakukan agar semua peserta didik tidak ada yang tertinggal atau belum

memahami materi yang telah dipelajari.

d. Keterampilan-keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam

pembelajaran

Menurut Moh. User Usman keteraampilan mengajar yang perlu dimiliki

guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan

mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberi penguatan, keteraampilan mengadakan variasi, dan

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.17

14

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 179

15

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal 92

16

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal 93

17

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

(31)

1) Keterampilan Membuka pelajaran.

Menurut Uzer Usman, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk

menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat

pada apa yang akan dipelajarinya.18 Hal ini menegaskan bahwa sebelum

memulai penyampaian materi ajar hendaknya seorang guru melakukan

apersepsi dan menciptakan kodisi dimana mental dan perhatiaan peserta didik

telah siap dan terpusat pada materi yang akan disampaikan. Karena jika siswa

telah fokus maka akan mempermudahnya dalam menerima pelajaran yang

disampaikan guru.

Menurut Uzer Usman, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan pelajaran dan apersepsi.

a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengajar guru, penguatan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi beljar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru mewujudkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa igin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.19

2) Keterampilan Menutup pelajaran

Menurut moh user usman, menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar

mengajar.20

18

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 91

19

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 92-93

20

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

(32)

Menurut moh user usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluuasi.

a) Meninjau penguasaan inti pelajaran

Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran dapat dilakukan dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. b) Evaluasi pembelajaran

Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain ialah: mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa senndiri, dan memberikan soal-soal tertulis. 21

Menurut Abu Ahmadi, evaluasi memiliki tujuan yang lebih spesifik,

antara lain sebagai berikut: Merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab

kemajuan atau kegagalan belajar, memberikan bimbingan sesuai dengan

kebutuhan perkembangan dan bakat, memperoleh bahan laporan

perkembangan siswa, untuk memperbaiki mutu pembelajaran.22

Maka dari itu kegiatan evaaluasi wajib dilakukan setiap guru seiring

berlangsungnya kegiatan pembelajaaran secara berkala, hal ini akan menjadi

tolak ukur guru untuk mengetahui keadaan masing-masing siswa sekaligus

mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk menyapaikan

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daan bakat masing-masing siswa nya.

Menurut ngalim purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.23

a) Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau sudah dilaksanakan. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, evaluasi formatif juga dilakukan untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga

21

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 93

22

Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, cet. Ke-2, 2007) hal 17

23

(33)

informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.24

b) Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukannya.25

3) Keterampilan Pengelolaan kelas

Menurut Uzer Usman, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru

untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.26

Menurut Uzer Usman, yang termasik kedalam kegiatan pengelolaan kelas

antara lain: penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian

kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelsaian tugas oleh siswa,

atau penetapan norma kelompok yang produktif.27

Pengelolaan kelas merupakan salah-satu tantangan yang harus

diselesaikan guru dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana pendapat diatas

mengatakan diantara kegiatan pengelolaan kelas adalah menghentikan

tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian pembelajaran, pemberian

ganjaran serta penetapan norma kelompok, sehingga menimbulkan kodisi

belajar yang optimal, tenang dan menyenangkan. Jika guru sudah dapat

melakukan pengelolaan kelas secara optimal sudah dipastikan efektifitas dan

efisiensi kegiatan pembelajaraan akan semakin terasa meningkat, dampaknya

bagi siswa akan membuat mereka fokus dalam kegiatan pembelajaran dan

24

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-15, 2009) hal.26

25

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-15, 2009) hal.26

26

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 97

27

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

(34)

lebih mudah memahami apa yang disampaikan guru. Namun sebaliknya jika

guru tidak mampu melakukan pengelolaan kelas maka ada indikasi

ketidaksiapan guru dalam mengajar, kurangnya kompetensi atau tidak disukai

cara nya mengajar oleh siswa. Oleh karena itu seorang guru harus

benar-benar memahami kondisi siswa secara menyeluruh untuk dapat melakukan

penanganan dan pengelolaan kelas secara tepat.

4) Keterampilan menyampaikan/menjelaskan materi pelajaran

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian

informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan

adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara

sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.28

Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: merencanakan dan penyajian suatu penjelasan.29

1) Merencanakan

Menurut Uzer Usman, kegiatan perencanaan tersebut antara lain yang berkaitan dengan isi pesan seperti penganalisaan masalah secara keseluruhan. dan yang berkaitan dengan penerimaan pesan seperti memperhatikan perbedaan, minat dan bakat yang ada pada diri siswa.30

2) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kejelasan, penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh anak didik. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan

hendaknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian anak didik pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.

28

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal 88-89

29

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 90

30

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

(35)

d) Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menunjukan pemahaman, keraguan atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.31

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan dalam

membuat persiapan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembeajaran

dijabarkan dari Silabus untuk mengarahkan kegiatan belajara siswa dalam

upaya mencapaikompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran

disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu

kali pertemuan atau lebih.32

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sekurang-kurangnya guru harus mencantumkan sebelas komponen RPP berikut:

1) Identitas mata pelajaran 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar

4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran

6) Materi dan sumber belajar 7) Alokasi waktu

8) Metode pembelajaran 9) Kegiatan pembelajaran 10) Penilaian hasil belajar.33

f. Indikator Pembelajaran Bermutu.

Mutu pembelajaran menjadi aspek pertimbangan paling utama dalam

peningkatan kualitas pendidikan nasional, berbagai upaya terus dilakukan

dalam penjaminan mutu pendidikan nasional baik dari individu guru sendiri,

lembaga pendidikan, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan yang konsen

dengan pendidikan turut ikut menyoroti pengembangan mutu pembelajaran

ini.

Berbicara mengenai indikator mutu menurut T.R. Mitchel ukuran mutu

adalah quality of work dan Ivancevich menjelaskan bahwa mutu pembelajaran

31

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet.

Ke-25, 2011) hal. 90

32

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 5

33

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

(36)

guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai

menyangkut output siswa yang dihasilkan.34 Dari kedua pandangan tersebut

dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran guru

yang memiliki kualitas kerja yang baik dan menciptakan pendidikan yang

produktif sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan kepada peserta didik

dapat meghasilkan siswa sebagai output pendidikan yang baik pula dengan

memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efiisien.

Menurut Glasser, berkenaan dengan kompetensi guru, ada empat hal

yang harus dikuasai guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu

mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran,

dan mampu mengevaluasi hasil belajar.35

Dalam Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud mengemukakan ada sepuluh indikator guru dinyatakan kompeten atau bermutu, yakni mampu: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber belajar, mengusai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar, mengenal fungsi BK/BP, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami serta menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.36

Selain itu dari sepuluh indikator diatas Depdikbud juga mengemukakan

indikator mutu pembelajaran guru dengan mengembangkan Alat Penilaian

Kompetensi Guru (APKG) dengan menyoroti tiga aspek utama yaitu:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Prosedur pembelajaran dan

hubungan antar pribadi dan Penilaian penbelajaran (evaluasi).37

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, pembelajaran

dikatakan bermutu jika guru mampu menguasai materi, menguasai kelas serta

menjalankan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud meliputi kegiatan

34

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 52

35

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 53

36

Ali Mudlofir, Pendidik Professional Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Dalam Peningkatan

Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) hal. 77

37

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta:

(37)

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran

yang telah dijalankan.

Secara teknis stretegi dan teknik peningkatan mutu pembelajaran guru dapat di tempuh melalui kegiatan-kegiatan berikut:

1) In House Training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.

2) Program magang. Magang adalah pelatihan yang di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru.

3) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi.

4) Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaan bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP dan sebagainya.38

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu

pembalajaran guru dapat dilakukan melalui kegiatan kegiatan teknis yang

sifatnya menambah pengetahuan guru serta melatih keterampilannya dalam

menjalankan proses pembelajaran, diantara dengan pelatihan atau workshop

yang dilakukan oleh lembaga pelatihan yang ditunjuk langsung oleh

pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran guru

dari mulai perencanaan sampai evaluasi pembelajaran seperti hal nya

pelatihan dalam program sertifikasi yaitu pendidikan dan latihan profesi guru

(PLPG). Semakin efektifnya PLPG yang dilakukan dengan mengikuti

prosedur-prosedur pelatihan yang telah ditentukan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran guru disekolah.

38

Ali Mudlofir, Pendidik Professional Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Dalam Peningkatan

(38)

2. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)

a. Pengertian pendidikan

Secara etimologik, pendidikan atau pedagogi berasal dari bahasa

Yunani kuno, yaitu “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing.39 Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan

kegiatan membimbing atau membina anak didik untuk mencapai suatu tujuan

yang diharapkan. Namun pada umumnya pendidikan merupakan sebuah

proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh

kemampuan (Potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk-bentuk

prilaku yang bernilai positif dimasyarakat tempat individu yang bersangkutan

berada.40

Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.41

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membentuk suatu

pengetahuan, keterampilan serta sikap bagi individu yang bersangkutan

kearah yang lebih positif dalam kehidupannya sehari-hari. Dari sini kita dapat

pahami betapa pentingnya sebuah proses pendidikan bagi individu yang

bersangkutan, karena untuk bertahan hidup serta menjalankan kehidupan

secara layak dan positif dibutuhkan suatu pengetahuan yang mamadai,

keterampilan yang dapat di gunakan untuk bersaing dengan individu lainnya

serta sikap dalam bermasyarakat dilingkungan tempat tinggalnya.

39

M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan konsep dan aplikasinya,

(Jakarta: Rajawali Pers 2009) hal. 8

40

M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan konsep dan aplikasinya,

(Jakarta: Rajawali Pers 2009) hal. 9

41

Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang

(39)

b. Pengertian pelatihan

Pelatihan atau training merupakan sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan dalam

organisasinya.42 Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan berbagai

keterampilan khusus bagi para karyawan atau membantu mereka mengoreksi

kelemahan-kelemahan dalam kinerja mereka. Bagi karyawan atau guru baru,

training atau pelatihan ini diberikan untuk membantu dalam mendapatkan dan

menguasai kecakapan dan keterampilan dalam bidang kerjanya atau ketika

mengajar, misalnya mempergunakan media dan strategi pembelajaran secara

baik. Bagi karyawan atau guru lama, training atau pelatihan ini di berikan bila

ada perubahan tata kerja atau penggantian alat kerja, misalnya perubahan

sistem pendidikan atau penggantian media-media pembelajaran. Untuk itu

pelatihan sangat penting di berikan kepada guru atau tenaga pendidik agar

dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Dalam pengertian terbatas, pelatihan memberikan karyawan sebuah

pengetahuan dan ketarampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi untuk

digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.43 Oleh karena itu Program

pelatihan SDM dirancang dalam upaya membatasi kemungkinan

respon-respon tenaga pendidik hanya pada perilaku-perilaku yang dikehendaki oteh

lembaga. Sebagai contoh, jika berkembang situasi yang kurang efektif seperti

ketidakmampuan pendidik menggunakan perangkat komputer, seorang

pendidik dapat dilatih dalam cara-cara yang paling tepat untuk menggunakan

komputer tersebut dengan baik. Tujuannya adalah membuat pendidik bereaksi

dalarn cara tertentu tanpa ragu-ragu.

Pelatihan juga dapat didefinisikan dengan usaha-usaha berencana, yang

diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan

sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.44 Jika dilihat dari definisi tersebut

42

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia,

(Jakarta:Salemba Empat, edisi 10, 2006) hal. 301

43

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia,

(Jakarta:Salemba Empat, edisi 10, 2006) hal. 301

44

Anwar Prabu, Perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:

(40)

maka ada kesamaan tujuan antara pendidikan dan pelatihan, yakni sama-sama

dilakukan untuk mencapai penguasaan pengetahuan, skil dan juga sikap.

Namun Adrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu mengemukakan bahwa

terdapapt perbedaan sifat antara pendidikan dan pelatihan. Pelatihan lebih

kepada proses pendidikan jangka pendek, menggunakan prosedur sistematis

dan terorganisasi, serta tujuan yang ingin dicapai terbatas, sedangkan

pendidikan sifatnya tiada batas, cenderung menghabiskan waktu yang cukup

panjang, serta tujuan yang ingin dicapainya terbilang luas.

Pendidikan pelatihan bagi guru sudah menjadi suatu keharusan mutlak

yang harus dilakukan sebuah lembaga, karena penempatan seseorang secara

langsung dalam suatu pekerjaan tidak menjamin mereka dapat melakukan

pekerjaan tersebut dengan baik. Tanpa adanya pelatihan keterampilan bagi

mereka biasanya mereka merasakan ketidakpastian mengenai peran dan

tanggung jawab seperti apa yang mereka harus lakukan dalam suatu lembaga.

Pelatihan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektifitas

sebuah sekolah. Karena pelatihan memberi kesempatan kepada guru untuk

mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap baru yang mengubah

prilakunya, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.45

Pelatihan sering kali tidak memenuhi hasil sebagaimana yang diharapkan oleh

penyelenggaranya. Karena itu, penyelenggaraan pelatihan profesional harus

mencanangkan secara matang kegiatan pelatihan mulai dari pemilihan materi,

waktu, tempat, metode, hingga kualitas instruktur.46 Karena semakin matang

kesiapan penyelenggaraan pelatihan maka hasil yang diperoleh pun akan

semakin memuaskan.

Perbaikan mutu pendidikan tidak akan datang dengan sendirinya,

melainkan harus ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Hal itu sebagaimana yang di Firmankan Allah SWT dalam QS: Ar ra’du: 11

45

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan Dan Sumber Belajar

Teori Dan Praktik, (Jakarta:Kencana, 2011) hal. 61

46

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan Dan Sumber Belajar

(41)

















.

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.47

Dari ayat tersebut Allah SWT mengingatkan kepada seluruh umat

manusia bahwa sesuatu yang diharapkan tidak dapat diperoleh dengan cara

yang instan melainkan melalui sebuah proses dan usaha-usaha yang dilakukan

Gambar

Gambar 4.2 Prosentase Skor Observasi Mutu Pembelajaran    ............................
Tabel 2.1 Rambu-rambu struktur kurikulum
Gambar 2.1 Skema Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Materi pelatihan yang saya ikuti diberikan sesuai dengan kebutuhan sebagai fungsi pengelola keuangan.. Saya memiliki pengalaman untuk menjalankan tugas di

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak puas dengan 3 program Jamsostek yang diterapkan PT Biotis Nusantara yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja,

[r]

Berdasarkan pada apa yang dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang masalah, penelitian ini akan difokuskan pada masalah yang perumusan jawabannya adalah sebagai

Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang

Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.. Sugandi,

[r]

Saran-saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini masih merupakan tahap awal dalam penyusunan model integratif bahan ajar bahasa Indonesia bagi