• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 menggunakan mixer.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 menggunakan mixer."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN MIXER

Suzan 128114149

INTISARI

Kojic acid dipalmitate (KAD) memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan agen pemutih. KAD memiliki sifat yang sukar larut dalam air sehingga diformulasikan dalam bentuk nanokrim minyak dalam air. Formulasi KAD dalam bentuk nanokrim menggunakan metode emulsifikasi energi rendah atau metode kondensasi cukup rumit untuk dilakukan dan menghasilkan ukuran droplet yang cukup besar yaitu 240 nm sehingga diperlukan formulasi nanokrim KAD dengan menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi yang lebih sederhana untuk menghasilkan ukuran droplet yang lebih kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan nanokrim yang stabil dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 pada perbandingan 8 : 2 menggunakan mixer.

Pengujian sediaan nanokrim KAD dilakukan dengan mengamati sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Parameter sifat fisik yang diuji yaitu organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat. Stabilitas fisik nanokrim diuji dengan accelerated testing pada penyimpan di climatic chamber pada suhu 40±2 °C/RH 75±5 % selama satu bulan.

Hasil penelitian menunjukkan sediaan nanokrim KAD yang dihasilkan stabil karena tidak mengalami perubahan warna, bau, tipe emulsi, dan pemisahan fase. Hasil uji statistika menggunakan uji T dengan software R.3.2.2 pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan pada pH, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat sediaan nanokrim setelah accelerated testing selama satu bulan.

(2)

Kojic acid dipalmitate (KAD) have activity as an antioxidant and bleaching agent. KAD is poorly soluble in water so it can formulated into nanocream oil in water. KAD formulations in the form nanocream using low energy emulsification method or condensation method is quite complicated to do and produce droplets large enough size that is 240 nm so needed preparation nanocream KAD using high energy emulsification methods are much simpler to produce smaller droplet sizes. The aim of this study is produce stable nanocream with surfactant combination of Tween 80 and Span 80 on a ratio of 8:2 by using a mixer.

Testing nano-cream KAD doing by observe physical properties and physical stability of the formulation. Physical properties of the tested parameters are organoleptic, homogeneity, pH, type of cream, droplet size, viscosity, dispersive power, and adhesion. Nano-cream physical stability is tested by accelerated testing in climatic chamber with storage at 40±2 °C/RH 75±5 % for one month.

The results showed that the preparation nano-cream KAD generated stable because it does not change color, smell, type of emulsion and phase separation. Results of statistical using T-test with software R 3.2.2. at 95% confidence level showed that no significant changes in pH, droplet size, viscosity, and adhesion dispersive power after accelerated testing nano-cream for one month.

(3)

PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80

MENGGUNAKAN MIXER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Suzan

NIM : 128114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80

MENGGUNAKAN MIXER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Suzan

NIM : 128114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1 Corinthians 15:57

But we thank God who gives us

the victory through our Lord Jesus Christ

Don’t

lose hope,

When you’re down to nothing,

God is up to something

-Keven P.M-

Ku persembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Mama dan Papa

Kedua kakak tercinta

Kedua adik tersayang

Sahabat

(8)

v

PRAKATA

Pertama-tama, saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat dan pelimpahan kurnia yang dicurahkan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PEMBUATAN NANOKRIM KOJIC ACID DIPALMITATE DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80 MENGGUNAKAN

MIXER”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada

pihak-pihak yang telah mendukung baik dengan sarana maupun prasarana, mendorong

dengan berbagai nasihat, kritikan dan masukan selama proses perkuliahan sampai

pada proses pembuatan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini ditujukan kepada :

1. Papa Ha Cie Liong dan Mama Chin Siat Ngo atas dukungan, doa, kepercayaan,

dan perhatian yang diberikan. Selalu ada bagi penulis baik dalam suka maupun

duka.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dr. Sri. Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang telah bersedia

membimbing, mengarahkan dan menemani selama proses pengerjaan skripsi

(9)

vi

4. Ibu Beti Pudyastuti M. Sc.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

membimbing, mengarahkan dan menemani selama proses pengerjaan skripsi

ini.

5. Ibu Wahyuning Setyani, M. Sc., Apt dan Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo,

M. Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan

untuk perbaikan naskah skripsi ini.

6. Bapak Jeffry Julianus, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang

telah memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

7. Para Laboran, satpam dan segenap karyawan atas seluruh fasilitas yang

diberikan selama proses penelitian.

8. Medaliana Hartini, Agnesia Brilianti, Stephanie, dan Venny Claudia Hermanto

selaku teman seperjuangan dalam proses penelitian ini atas segala dukungan,

masukan, dan saran yang diberikan.

9. Vicky Wijoyo, Jessica, Maria Angelica, Rury dan Cyndi Pasaribu selaku

sahabat yang selalu memberikan semangat dan menemani dikala suka maupun

duka.

10.Ferdinandus Hans yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi

kepada penulis.

11.Keluarga besar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas kebersamaan

yang indah dan pengalaman yang boleh dirasakan penulis.

12.Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

(10)

vii

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas

jasa-jasa besar mereka.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab

itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukan dan kritikan yang dapat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, penulis juga

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu

pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Penulis

(11)
(12)
(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kojic Acid Dipalmitate (KAD) ... 7

B. Nanokrim ... 9

C. Metode Pembuatan Nanokrim ... 10

1. Metode emulsikasi energi tinggi ... 10

a. Pengadukan kecepatan tinggi ... 11

b. Homogenizer bertekanan tinggi... 11

c. Ultrasonik ... 11

2. Metode emulsifikasi energi rendah ... 12

(14)

xi

F. Evaluasi Sediaan Nanokrim ... 18

1. Uji organoleptis ... 18

2. Uji homogenitas ... 18

3. Uji pH... 18

4. Uji tipe krim ... 18

5. Uji ukuran droplet ... 18

6. Uji viskositas dan rheologi... 19

7. Uji daya sebar ... 19

8. Uji daya lekat ... 19

G. Uji Stabilitas Fisik ... 20

H. Pemerian Bahan ... 21

1. Tween 80 ... 21

2. Span 80... 22

3. Virgin coconut oil (VCO) ... 22

4. Akuades... 23

I. Landasan Teori ... 24

J. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 26

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 26

1. Variabel penelitian ... 26

2. Definisi operasional ... 27

C. Bahan Penelitian ... 28

D. Alat Penelitian ... 28

(15)

xii

1. Formula sediaan nanokrim KAD ... 28

2. Pembuatan sediaan nanokrim KAD ... 29

3. Evaluasi sediaan nanokrim KAD ... 30

a. Evaluasi sifat fisik ... 30

b. Evaluasi stabilitas fisik ... 32

F. Analisis Data ... 32

BAB IV PEMBAHASAN HASIL ... 33

A. Formulasi Nanokrim KAD ... 33

B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Nanokrim KAD ... 33

1. Pemeriksaan organoleptis dan pH ... 34

2. Pemeriksaan homogenitas ... 34

3. Pemeriksaan tipe nanokrim ... 35

4. Pemeriksaan ukuran droplet ... 36

5. Pengukuran viskositas ... 37

6. Pemeriksaan daya sebar ... 38

7. Pemeriksaan daya lekat ... 38

C. Stabilitas Fisik Sediaan Nanokrim KAD ... 39

1. Stabilitas organoleptis dan pH sediaan nanokrim KAD ... 40

2. Stabilitas homogenitas sediaan nanokrim KAD ... 41

3. Stabilitas tipe emulsi sediaan nanokrim KAD ... 41

4. Stabilitas ukuran droplet sediaan nanokrim KAD ... 41

5. Stabilitas viskositas sediaan nanokrim KAD ... 42

6. Stabilitas daya sebar sediaan nanokrim KAD ... 44

7. Stabilitas daya lekat sediaan nanokrim KAD ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

LAMPIRAN... 50

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kandungan asam lemak dalam VCO ... 23

Tabel II. Formula acuan nanokrim ... 28

Tabel III. Formula nanokrim KAD ... 29

Tabel IV. Karakterisasi sediaan nanokrim KAD ... 33

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses pembentukan melanin ... 7

Gambar 2. Struktur epidermis kulit ... 8

Gambar 3. Struktur kimia kojic acid dipalmitate ... 9

Gambar 4. Kurva tipe sifat alir newtonian ... 14

Gambar 5. Kurva sifat alir plastik ... 16

Gambar 6. Kurva sifat alir pseudoplastik ... 16

Gambar 7. Pembesaran volume interpartikel (void) ... 17

Gambar 8. Kurva sifat alir dilatan ... 17

Gambar 9. Struktur kimia Tween 80 ... 21

Gambar 10. Struktur kimia Span 80 ... 22

Gambar 11. Nanokrim KAD ... 34

Gambar 12. Hasil uji homogenitas nanokrim KAD ... 35

Gambar 13. Kelarutan sediaan nanokrim KAD (a) dalam air (b) dalam minyak .. 35

Gambar 14. Distribusi droplet nanokrim KAD ... 36

Gambar 15. Kurva rheologi sediaan nanokrim KAD... 37

Gambar 16. Stabilitas sediaan nanokrim KAD setelah accelerated testing ... 40

Gambar 17. Hasil uji homogenitas sediaan nanokrim KAD setelah accelerated testing ... 41

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis kojic acid dipalmitate dari PT. Cortico Mulia

Sejahtera... 51

Lampiran 2. Perhitungan HLB nanokrim KAD ... 52

Lampiran 3. Data pengamatan organoleptis sediaan nanokrim KAD... 52

Lampiran 4. Data pengukuran pH sediaan nanokrim KAD... 52

Lampiran 5. Data pengukuran ukuran droplet sediaan nanokrim KAD ... 53

Lampiran 6. Data pengukuran viskositas dan rheologi sediaan nanokrim KAD 57 Lampiran 7. Data pengukuran daya sebar sediaan nanokrim KAD... 58

Lampiran 8. Data pengukuran daya lekat sediaan nanokrim KAD... 59

Lampiran 9. Data perhitungan statistika uji normalitas sediaan nanokrim KAD 60 Lampiran 10. Data perhitungan statistika uji T berpasangan sediaan nanokrim KAD sebelum dan setelah accelerated testing... 62

(19)

xvi

INTISARI

Kojic acid dipalmitate (KAD) memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan agen pemutih. KAD memiliki sifat yang sukar larut dalam air sehingga diformulasikan dalam bentuk nanokrim minyak dalam air. Formulasi KAD dalam bentuk nanokrim menggunakan metode emulsifikasi energi rendah atau metode kondensasi cukup rumit untuk dilakukan dan menghasilkan ukuran droplet yang cukup besar yaitu 240 nm sehingga diperlukan formulasi nanokrim KAD dengan menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi yang lebih sederhana untuk menghasilkan ukuran droplet yang lebih kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan nanokrim yang stabil dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 pada perbandingan 8 : 2 menggunakan mixer.

Pengujian sediaan nanokrim KAD dilakukan dengan mengamati sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Parameter sifat fisik yang diuji yaitu organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat. Stabilitas fisik nanokrim diuji dengan accelerated testing pada penyimpan di climatic chamber pada suhu 40±2 °C/RH 75±5 % selama satu bulan.

Hasil penelitian menunjukkan sediaan nanokrim KAD yang dihasilkan stabil karena tidak mengalami perubahan warna, bau, tipe emulsi, dan pemisahan fase. Hasil uji statistika menggunakan uji T dengan software R.3.2.2 pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan pada pH, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat sediaan nanokrim setelah accelerated testing selama satu bulan.

(20)

xvii

ABSTRACT

Kojic acid dipalmitate (KAD) have activity as an antioxidant and bleaching agent. KAD is poorly soluble in water so it can formulated into nanocream oil in water. KAD formulations in the form nanocream using low energy emulsification method or condensation method is quite complicated to do and produce droplets large enough size that is 240 nm so needed preparation nanocream KAD using high energy emulsification methods are much simpler to produce smaller droplet sizes. The aim of this study is produce stable nanocream with surfactant combination of Tween 80 and Span 80 on a ratio of 8:2 by using a mixer.

Testing nano-cream KAD doing by observe physical properties and physical stability of the formulation. Physical properties of the tested parameters are organoleptic, homogeneity, pH, type of cream, droplet size, viscosity, dispersive power, and adhesion. Nano-cream physical stability is tested by accelerated testing in climatic chamber with storage at 40±2 °C/RH 75±5 % for one month.

The results showed that the preparation nano-cream KAD generated stable because it does not change color, smell, type of emulsion and phase separation. Results of statistical using T-test with software R 3.2.2. at 95% confidence level showed that no significant changes in pH, droplet size, viscosity, and adhesion dispersive power after accelerated testing nano-cream for one month.

(21)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kojic acid (KA) adalah asam organik yang diproduksi secara biologi

menggunakan tipe fungi yang berbeda dengan fermentasi aerob dan substansi

yang beraneka ragam. KA memiliki aktivitas antioksidan dan berfungsi sebagai

agen pemutih. KA dalam formulasinya di kosmetik mempunyai sifat yang tidak

stabil terhadap panas dan cahaya sehingga digunakan senyawa derivatnya

(Mohamad, Mahamed, Suhaili, Salleh, and Ariff, 2010).

Kojic acid dipalmitate (KAD) merupakan salah satu bentuk derivat dari

senyawa KA. KAD mempunyai aktivitas yang sama seperti KA namun lebih

stabil dari KA yaitu tahan pada suhu tinggi, mempunyai kisaran pH yang lebar,

dan bersifat lipofilik (Goncalez, Marcussi, Calixto, Correa, and Chorilli, 2015).

Sifat KAD yang lipofil menyebabkan KAD sesuai jika diformulasikan dalam

bentuk sediaan krim minyak dalam air. Penelitian Goncalez et al. (2015)

menunjukkan bahwa KAD dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan multiple

emulsi dengan sistem A/M/A. Namun yang menjadi kekurangan sediaan tersebut

yaitu ukuran droplet fase dispers yang dihasilkan berukuran besar sehingga

menyebabkan terjadinya ketidakstabilan secara kinetika yang ditandai dengan

adanya pemisahan secara spontan menjadi tiga fase. Salah satu cara untuk

meningkatkan kestabilan krim adalah memperkecil ukuran droplet menjadi

nanokrim sehingga mencegah terjadinya flokulasi, koalesensi, dan sedimentasi

(22)

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung

satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI,

1995). Nanoemulsi adalah salah satu bentuk dari emulsi yang stabil secara

kinetika, mengandung dispersi yang sangat halus dengan ukuran droplet berkisar

antara 20-500 nm (Porras et al., 2004). Oleh karena itu, nanokrim dapat

didefinisikan sediaan semisolid berupa emulsi yang stabil secara kinetika dan

mempunyai ukuran droplet berkisar antara 20-500 nm.

Salah satu komponen penting dalam formula nanokrim adalah surfaktan

karena surfaktan dapat menentukan stabilitas nanokrim dalam sistem yang

terbentuk (Maestro, Sole, Gonzalez, Solans, and Gutierrez, 2008). Surfaktan

merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan

gugus nonpolar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat menyatukan fase

minyak dan air (Dizaj, 2013). Pada penelitian ini, kombinasi surfaktan yang

digunakan adalah Tween 80 dan Span 80 dengan total HLB dalam sistem sediaan

yaitu 12,86 yang sesuai dengan tipe krim yang diinginkan yaitu minyak dalam air

(M/A). Tween 80 merupakan salah satu ester parsial asam lemak dari polioksilen

sorbitan yang memiliki HLB 15 dan bersifat hidrofilik. Tween 80 telah digunakan

secara luas untuk makanan, kosmetik, dan aplikasi farmasetika karena tidak

bersifat toksik dan tidak menimbulkan iritasi. Span 80 memiliki HLB 4,3

sehingga bersifat lipofilik (Radomska and Wojciechowska, 2005). Tween 80 dan

Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang kompatibel terhadap suasana asam

dan basa, tahan terhadap proses hidrolisis dan degradasi mikroorganisme, serta

(23)

micelle yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan kestabilan sistem yang

terbentuk (Dizaj, 2013).

Metode yang digunakan untuk pembuatan nanokrim akan berperan penting

terhadap stabilitas sediaan yang dihasilkan. Secara umum dibutuhkan energi pada

proses pembuatan nanokrim. Berdasarkan energi yang diberikan, ada dua tipe

metode pembuatan nanokrim yaitu metode emulsifikasi energi rendah dan metode

emulsifikasi energi tinggi (Sole et al., 2010).

Penelitian sebelumnya mengenai nanokrim KAD pernah dilakukan oleh

Al-Edresi and Baie (2009) dengan menggunakan metode emulsifikasi energi

rendah atau metode kondensasi menghasilkan ukuran droplet 240 nm. Penelitian

tersebut menyatakan bahwa titik kritis dari metode pembuatannya yaitu jumlah

volume air yang ditambahkan. Pada penelitian tersebut, Al-Edresi tetap

menggunakan suhu tinggi pada proses pembuatannya untuk mendispersikan KAD

sehingga droplet yang terbentuk masih cukup besar karena kecepatan evaporasi

air yang meningkat akibat suhu yang terlalu tinggi. Menurut Sole, Maestro,

Gonzalez, Solans, and Gutierrez (2006) untuk mendapatkan ukuran droplet yang

kecil dibutuhkan jumlah energi mekanik yang besar.

Penelitian Abdulkarim et al. (2010) menunjukkan bahwa sediaan

nanokrim piroksikam dengan ukuran droplet yang kecil yaitu 130-140 nm dapat

dihasilkan dengan menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi dengan

propeller. Propeller merupakan agitator yang memberikan energi tinggi dalam

bentuk pengadukan kecepatan tinggi. Propeller juga dilengkapi dengan blades

(24)

sehingga dapat menghasilkan ukuran droplet yang kecil (Schmidt and Roessling,

2006). Alat lain yang menghasilkan pengadukan kecepatan tinggi selain propeller

yaitu mixer. Mekanisme pemecahan droplet oleh mixer terjadi karena adanya

tumbukan antar droplet sehingga droplet akan pecah menjadi ukuran yang lebih

kecil. Metode dari Abdulkarim et al. (2010) juga lebih sederhana apabila

dibandingkan dengan metode Al-Edresi and Baie (2009). Oleh sebab itu,

dilakukan penelitian mengenai pembuatan nanokrim KAD dengan metode yang

diacu dari Abdulkarim et al. (2010) untuk mengetahui apakah metode yang diacu

dapat memformulasikan sediaan nanokrim KAD yang stabil dengan kombinasi

surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan mixer.

1. Perumusan masalah

Apakah dapat dihasilkan sediaan nanokrim KAD yang memiliki

stabilitas fisik yang baik dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80

menggunakan mixer?

2. Keaslian penelitian

Penelitian terkait KAD dan formulasi nanokrim yang pernah

dilakukan antara lain:

a. Penelitian Al-Edresi and Baie (2009) yang berjudul “Formulation and

Stability of Whitening VCO In Water Nano-cream”. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui stabilitas dari sediaan nanokrim yang

(25)

b. Penelitian Al-Edresi and Baie (2010) yang berjudul “vitro and

In-vivo Evaluation of Photo-Protective Kojic Dipalmitate Loaded Into

Nano-creams”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas

KAD dengan uji kemampuaan penetrasi dari senyawa KAD

menggunakan sel Franz.

c. Penelitian Abdulkarim et al. (2010) yang berjudul “Formulation and

Characterization of Palm Oil Esters Based Nano-cream for Topical

Delivery of Piroxicam”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

karakteristik palm oil esters pada pembuatan nanokrim piroksikam

dengan menggunakan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 20.

d. Penelitian Goncalez et al. (2015) yang berjudul “Structural

Characterization and In Vitro Antioxidant Activity of Kojic Dipalmitate

Loaded W/O/W Multiple Emulsions Intended for Skin Disorders”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakteristik ukuran droplet dan zeta

potensial yang terbentuk dari sediaan multiple emulsi sistem W/O/W

sehingga dapat dianalisis bioadhesi in vitronya.

e. Penelitian Mahdi et al. (2011) yang judul “Formulation and In Vitro

Release Evaluation of Newly Synthesized Palm Kernel Oil Esters-Based

Nanoemulsion Delivery System for 30% Ethanolic Dried Extract

Derived from Local Phyllanthus urinaria for Skin Antiaging”. Penelitian

ini mengenai penggunaan surfaktan Tween 80 dan Span 80 dengan

perbandingan 9:1 pada formulasi nanoemulsi ekstrak Phyllanthus

(26)

Sejauh penelusuran pustaka dari beberapa sumber yang dilakukan,

penelitian mengenai pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan

kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan mixer belum

pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai

formulasi dan metode pembuatan sediaan nanokrim KAD dengan

kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan

nanokrim KAD yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik

dan bermanfaat bagi masyarakat

B. Tujuan Penelitian

Sediaan nanokrim KAD yang memiliki stabilitas fisik yang baik dengan

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kojic Acid Dipalmitate (KAD)

Kojic acid (KA) merupakan asam organik yang diproduksi secara biologi

menggunakan tipe fungi yang berbeda dengan fermentasi aerob dan substansi

yang beraneka ragam (Mohamad et al., 2010). KA memiliki aktivitas antioksidan

melalui mekanisme radical scavenging activity dan berfungsi sebagai agen

pemutih (Niwa and Akamatsu, 1991 ; Mohamad et al., 2010). KA akan menekan

hiperpigmentasi dengan menghambat pembentukan melanin melalui

penghambatan pembentukan enzim tirosinase. Tirosinase merupakan enzim utama

dalam sintesis melanin (Mohamad et al., 2010). Proses pembentukan melanin

dapat dilihat pada gambar 1.

(28)

Melanin merupakan pigmen utama yang menentukan warna kulit. Melanin

disintesis pada melanosom yaitu organela khusus pada melanosit yang terletak

pada lapisan basal epidermis. Melanin yang terbentuk kemudian akan ditransfer

ke keratinosit sehingga akan terjadi pigmentasi kulit (Hindritiani, Dhianawaty,

Sujatno, Sutedja, and Setiawan, 2013).

Gambar 2. Struktur epidermis kulit (Park and Yaar, 2012).

Efek penghambatan dan kondisi penyimpanan dari KA tidak memadai

karena mudah mengalami ketidakstabilan yang dapat dipercepat dengan adanya

panas dan cahaya. Oleh sebab itu, dalam formulasinya di sediaan kosmetik

digunakan senyawa derivat dari KA. Kojic acid dipalmitate (KAD) merupakan

salah satu bentuk derivat dari senyawa KA yang mempunyai stabilitas dan

efektivitas penghambatan enzim tirosinase lebih baik dibanding KA (Mohamad et

al., 2010).

KAD (gambar 3) adalah serbuk berwarna kuning, dengan titik lebur 92 –

(29)

dibandingkan dengan KA. KAD memiliki sifat yang lipofil, stabil terhadap

cahaya, panas, dan pH. Batas penggunaan KAD pada sediaan perawatan kulit

yaitu 0,5-3% (Spec-Chem, 2013). KAD mempunyai aktivitas yang sama seperti

KA yaitu memiliki aktivitas antioksidan dengan melalui mekanisme radical

scavenging activity dan mengkhelat besi serta digunakan juga sebagai agen

pemutih (Al-Edresi and Baie, 2010).

Gambar 3. Struktur kimia kojic acid dipalmitate (Balaguer, Salvador, and Chisvert, 2008).

B. Nanokrim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung

satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI,

1995). Nanoemulsi adalah salah satu bentuk dari emulsi yang stabil secara

kinetika, mengandung dispersi yang sangat halus dengan ukuran droplet berkisar

antara 20-500 nm (Porras et al., 2004). Oleh karena itu, nanokrim dapat

didefinisikan nanokrim sebagai sediaan semisolid berupa emulsi yang stabil

secara kinetika dan mempunyai ukuran droplet berkisar antara 20-500 nm.

Sistem penghantaran nanokrim terdiri dari dua jenis yaitu nanokrim

minyak dalam air (M/A) dengan sistem fase minyak sebagai fase internal dan fase

(30)

fase minyak sebagai fase eksternal dan fase air sebagai fase internal (Al-Edresi

and Baie, 2010).

Tipe nanokrim dapat diuji dengan tiga cara yaitu uji pengenceran, uji

kelarutan warna dan uji konduktivitas. Uji pengenceran didasarkan pada prinsip

bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan fase luarnya. Misalnya suatu emulsi

M/A akan mudah diencerkan dengan penambahan air dan tipe emulsi A/M akan

mudah diencerkan dengan penambahan minyak. Uji kelarutan warna dilakukan

dengan menggunakan zat warna larut air seperti metilen biru atau biru brillian

CFC yang diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi

homogen pada fase eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi adalah M/A. Uji

Konduktivitas didasarkan pada prinsip bahwa air mampu untuk menghantarkan

listrik dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda

diletakkan pada suatu sistem emulsi dan terlihat adanya konduktivitas elektrik

maka tipe emulsi tersebut adalah M/A namun apabila tidak ada kondiktivitas

elektrik yang terjadi maka tipe emulsi tersebut adalah A/M (Martin, 2008).

C. Metode Pembuatan Nanokrim

Berdasarkan besarnya energi yang diberikan pada sistem, terdapat dua

metode pembuatan nanokrim, yaitu:

1. Metode emulsikasi energi tinggi

Emulsifikasi energi tinggi membutuhkan energi mekanik dari luar

misalnya dengan instrumen seperti stirrer, homogenizers, microfluidizers,

(31)

yang diberikan dapat dalam bentuk pengadukan kecepatan tinggi,

homogenizer bertekanan tinggi, dan ultrasonikator. Mixer, agitator, dan mill

termasuk dalam pengadukan kecepatan tinggi. Homogenizers, jet dispersers,

dan microfluidizers termasuk dalam homogenizer bertekanan tinggi.

Sonikator termasuk dalam ultrasonikator (Gupta, Pandit, Kumar, Swaroop,

and Gupta, 2010).

a. Pengadukan kecepatan tinggi

Mixer, agitator, dan colloid mills merupakan alat yang mempunyai

sistem rotor-stator dengan pengadukan kecepatan tinggi. Pengadukan

kecepatan tinggi yang dihasilkan rotor akan mengakibatkan emulsi

terlempar ke sekeliling rotor sehingga terjadi dispersi yang intens pada

ruang antara rotor dan dinding dalam stator (Koroleva and Yurtove,

2012).

b. Homogenizer bertekanan tinggi

Umumnya homogenizer bertekanan tinggi bekeja pada tekanan

antara 50 sampai 100 Mpa dan cocok untuk sistem emulsi yang memiliki

viskositas rendah hingga sedang (Koroleva and Yurtove, 2012).

Homogenizer akan memperkecil ukuran droplet dengan adanya shear

stress pada cairan (Gupta et al., 2010).

c. Ultrasonik

Pembentukan nanoemulsi dengan ultrasonikasi merupakan cara

yang efisien untuk memperkecil ukuran droplet namun kelemahannya

(32)

yang diperoleh dari ultrasonifikasi berasal dari sonotrodes (sonicator

probes). Sonotrodes akan kontak dengan cairan dan memberikan getaran

sehingga terbentuk rongga yang mengakibatkan getaran selanjutnya akan

meradiasi langsung pada cairan sehingga droplet dispersi menjadi pecah.

Efisiensi pembuatan dengan ultrasonik sangat tergantung pada waktu

ultrasonifikasi di amplitudo yang berbeda dan untuk monomer yang

bersifat hidrofob membutuhkan waktu ultrasonifikasi yang lebih lama

(Gupta et al., 2010).

2. Metode emulsifikasi energi rendah

Metode emulsifikasi energi rendah terbentuk secara spontan

(spontaneous emulsification) saat air ditambahkan pada campuran minyak dan

surfaktan (Villers et al., 2009). Terjadinya spontaneous emulsification

tergantung dari perbandingan fase minyak dan surfaktan, konsentrasi

surfaktan, konsentrasi surfaktan dan ko-solven, serta suhu. Metode

emulsifikasi spontan ini membutuhkan surfaktan dengan nilai HLB lebih dari

12, sering digunakan karena mudah dibuat dalam skala laboratorium, tidak

membutuhkan peralatan yang rumit atau temperatur yang tinggi, serta secara

umum dapat menghasilkan ukuran droplet yang kecil (Kelmann, Kuminek,

Teixeira, and Koester, 2007).

Contoh dari metode emulsifikasi energi rendah yaitu PIT (Phase

Inversion Temperature) dan EIP (Emulsion Inversion Phase). Pada metode

(33)

Surfaktan akan menjadi lipofilik dengan penambahan suhu karena dehidrasi

pada rantai polimer dan akan bersifat hidrofil pada suhu rendah karena adanya

hidrasi pada rantai polimer sedangkan pada metode EIP, perubahan fase A/M

menuju ke M/A dipengaruhi oleh banyaknya air. Semakin banyak air yang

ditambahkan maka ukuran droplet yang terbentuk akan semakin kecil karena

droplet air akan bergabung dengan droplet air lainnya untuk membentuk fase

eksternal (Al-Edresi and Baie, 2009 ; Koroleva and Yurtove, 2012).

D. Komponen Nanokrim

Sediaan nanokrim umumnya memiliki beberapa komponen yang

digunakan seperti fase minyak, fase air, dan surfaktan. Pemilihan komponen

dalam nanokrim tidak boleh mengiritasi dan bersifat sensitif terhadap kulit (Gupta

et al., 2010).

Minyak merupakan komponen penting dalam formulasi nanokrim karena

dapat melarutkan bahan aktif yang bersifat lipofil (Gupta et al., 2010). Kriteria

utama pemilihan minyak yaitu minyak yang digunakan harus memiliki

kemampuan yang tinggi untuk melarutkan obat yang akan diformulasi (Pathan,

Zikriya, and Quazi, 2012).

Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar dan gugus

nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan dalam sistem yang terdiri dari air dan

minyak, maka gugus polar akan mengarah ke fase air sedangkan gugus nonpolar

(34)

Surfaktan yang dipilih harus dapat menurunkan tegangan antarmuka untuk

membantu proses penyatuan fase minyak dan fase air, menghasilkan film fleksibel

yang dapat ditembus oleh kedua fase sehingga dapat bercampur, dan memiliki

sifat hidrofil-lipofil untuk memberikan lingkungan yang tepat pada daerah

antarmuka agar dapat terlihat tipe sistem yang diinginkan yaitu M/A, A/M, atau

bicontinuous (Swarbrick, 2007).

Surfaktan digolongkan menjadi surfaktan tipe ionik, non-ionik, dan

amfoterik (Sinko, 2011). Surfaktan non ionik umumnya lebih sering digunakan

karena memiliki toksisitas yang rendah dibanding dengan surfaktan ionik. Nilai

HLB yang sesuai sulit dicapai pada penggunaan surfaktan secara tunggal. Oleh

sebab itu, digunakan kombinasi dua surfaktan non ionik untuk mendapatkan nilai

HLB yang sesuai (Gupta et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Dizaj

(2013) menunjukkan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 banyak

digunakan untuk sediaan topikal karena sifatnya yang aman, non-toksik,

kompatibel terhadap media asam dan basa, tahan terhadap hidrolisis dan degradasi

mikroorganisme, serta memiliki critical micelle concentration (CMC) rendah

yang dapat menghasilkan micelle yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan

kestabilan sistem yang terbentuk.

E. Rheologi

Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan

deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang

(35)

emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi

digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai

penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi dari suatu zat

tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat oleh pasien, stabilitas fisika obat,

bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability) (Allen, Popovich, and

Ansel, 2011). Terdapat dua jenis sifat aliran bahan, yaitu:

1. Newtonian

Aliran newtonian mempunyai karakteristik viskositas yang konstan

dengan peningkatan shear rate (Allen et al., 2011).

Gambar 4. Kurva tipe sifat alir newtonian (Allen et al., 2011).

2. Non-newtonian

Aliran non-newtonian mempunyai karakteristik viskositas yang selalu

berubah dengan penambahan shear rate. Dispersi heterogen cairan dan

padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, dan salep termasuk

dalam tipe aliran newtonian (Sinko and Singh, 2011). Aliran

non-newtonian dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Aliran plastik

Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum

(36)

Adanya yield value diakibatkan adanya interaksi van der Waals antar

droplet yang berdekatan. Pada tekanan di bawah yield value, cairan

tersebut bertindak sebagai bahan elastik sedangkan di atas yield value,

aliran mengikuti hukum newton (Allen et al., 2011).

Gambar 5. Kurva sifat alir plastik (Allen et al., 2011).

b. Aliran pseudoplastik

Viskositas cairan pseudoplastik akan berkurang dengan naiknya

shear rate dan tidak ada yield value. Viskositas yang menurun terjadi

karena adanya peningkatan shear rate yang menyebabkan rantai polimer

tersusun menjadi rantai panjang yang lurus sehingga akan terjadi

penurunan resistensi sistem (Sinko and Singh, 2011).

(37)

c. Aliran dilatan

Viskositas cairan akan naik dengan naiknya shear rate karena

volume interpartikel (void) akan naik bila ia bergeser.

Gambar 7. Pembesaran volume interpartikel (void) (Aulton, 2002).

Partikel dalam larutan memiliki volume interpartikel (void) yang

kecil pada saat zero shear karena jumlah pembawa cukup untuk mengisi

void tersebut. Tetapi adanya shear rate akan menyebabkan terjadinya

pergerakan partikel yang cepat memperbesar void. Akibatnya, pembawa

dengan jumlah yang tetap tidak cukup untuk mengisi void antar partikel

yang melebar. Maka dari itu, viskositas sistem akan meningkat (Aulton,

2002).

(38)

F. Evaluasi Sediaan Nanokrim 1. Uji organoleptis

Pengujian organoleptis didasarkan pada proses pengindraan. Pengujian

ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan fase,

timbulnya bau, perubahan warna, dan perubahan konsistensi krim (Lawrence

and Rees, 2000).

2. Uji homogenitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi partikel fase

dispers dalam sediaan nanokrim (Voight, 1994).

3. Uji pH

Sediaan farmasetik untuk tujuan penggunaan topikal sebaiknya

memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 7,0 (Yadav et al., 2014).

pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi bersisik, sedangkan

pH yang terlalu asam akan menimbulkan iritasi kulit (Ali and Yosipovitch,

2013).

4. Uji tipe krim

Uji ini dilakukan untuk mengetahui tipe nanokrim yang terbentuk. Tipe

nanokrim dapat berupa tipe minyak dalam air (M/A), air dalam minyak

(A/M), dan bikontinu (Firoz, Afzal, and Imran, 2012).

5. Uji ukuran droplet

Pengujian ukuran droplet dilakukan dengan particle size analyzer

(PSA) tipe dynamic light scattering (DLS). Prinsip PSA adalah sampel

(39)

hamburan sudut � yang dikenal oleh detektor foton secara cepat (Volker, 2009).

6. Uji viskositas dan rheologi

Viskositas merupakan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir.

Viskositas dipengaruhi zat pengental, surfaktan, jumlah fase terdispersi, dan

ukuran partikel (Martin et al., 2008).

Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan

deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Rheologi dari

suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas

fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability) (Allen et

al., 2011).

7. Uji daya sebar

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya sebar krim pada

kulit. Caranya yaitu volume tertentu diletakkan pada bagian tengah lempeng

gelas, kemudian ditutup dengan lempeng gelas lainnya. Pada bagian lempeng

sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh anak timbang.

Diameter penyebaran yang dihasilkan dengan penambahan pembebanan

menggambarkan daya sebar sediaan (Parchuri, Kumar, Goli, and Karki,

2013).

8. Uji daya lekat

Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh krim

(40)

obat. Semakin lama waktu yang dibutuhan, maka semakin lama durasi kerja

obat (Voight, 1994).

G. Uji Stabilitas Fisik

Stabilitas merupakan kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk

bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan

dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian

produk. Sediaan yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas

yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, di mana

memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan yang dimiliki ketika dibuat

(ACCSQ-PPWG, 2005).

Ketidakstabilan fisik sediaan ditandai dengan adanya warna yang

memudar atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase,

pecahnya sistem, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi,

pertumbuhan kristal, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya (Martin et al.,

2008).

Uji stabilitas dipercepat (accelerated testing) dirancang untuk

meningkatkan laju degradasi kimia dan perubahan fisik sediaan dengan

menggunakan kondisi penyimpanan berlebih dengan tujuan pemantauan reaksi

degradasi dan memprediksi masa simpan dibawah kondisi penyimpanan normal.

Desain uji stabilitas dipercepat meliputi suhu tinggi atau rendah, kelembaban

(41)

Uji stabilitas dipercepat untuk sediaan krim dapat dilakukan dengan

menyimpan sediaan pada suhu 40°C dan RH 75% selama satu bulan. Efek dari

suhu, kelembapan dan waktu terhadap karakteristik fisik krim akan diamati

sebagai bentuk stabilitas dari formulasi. Dengan melakukan uji stabilitas

dipercepat, kondisi kestabilan sediaan farmasetika atau kosmetik dapat diperoleh

dalam waktu singkat. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan dalam waktu singkat dengan menyimpan sediaan pada kondisi yang

dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan. Jika hasil pengujian pada

accelerated testing diperoleh hasil yang stabil, maka sediaan yang dibuat dapat

dinyatakan stabil selama dua tahun pada masa simpannya (Kumar, Sasikanth,

Sabareesh, and Dorarabu, 2011).

H. Pemerian Bahan 1. Tween 80

Polyoxyethylene 80 sorbitan monolaurate atau biasa disebut Tween 80

(gambar 9) mempunyai rumus molekul C64H124O26 dan berat molekul 1310

gram/mol. Tween 80 larut dalam air, etanol, serta tidak larut dalam minyak

mineral dan minyak sayur (Rowe, Shesky, and Quinn, 2009).

Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik yang pemeriannya berupa

cairan berwarna kuning dan memiliki nilai HLB 15. Tween 80 stabil pada

keberadaan elektrolit, asam lemah, dan basa. Tween 80 sering digunakan

(42)

merupakan eksipien yang tidak toksik dan tidak mengiritasi (American

Pharmaceutical Association, 1994).

Konsentrasi Tween 80 sebagai kombinasi surfaktan dalam suatu

sediaan berkisar antara 1-10% (Rowe et al., 2009).

Gambar 9. Struktur kimia Tween 80 (Rowe et al., 2009).

2. Span 80

Sifik fisik Span 80 (gambar 10) yaitu cairan berwarna kuning,

mempunyai HLB 4,3, densitas 1,01, viskositas 970-1080 mPa.s pada suhu

25ºC, titik lebur 43-48ºC dan larut dalam minyak serta pelarut organik.

Konsentrasi Span 80 sebagai kombinasi surfaktan dalam suatu sediaan

berkisar antara 1-10% (Rowe et al., 2009).

Gambar 10. Struktur kimia Span 80 (Rowe et al., 2009).

3. Virgin coconut oil (VCO)

VCO merupakan minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. VCO

(43)

tinggi (Timoti and Hana, 2005). Virgin coconut oil (VCO) diperoleh melalui

wet process santan kelapa yaitu dimulai dari proses creaming, flokulasi, dan

kemudian coalescence. Proses yang dilakukan tidak menggunakan pelarut

organik sehingga hemat biaya, hemat energi, dan sederhana (Marina, Man,

and Amin, 2009).

VCO mengandung banyak asam lemak rantai menengah (medium chain

fatty acid). Kandungan asam lemak rantai menengah yang paling banyak

terkandung dalam VCO yaitu asam laurat (Timoti and Hana, 2005).

Kandungan asam lemak dalam VCO tertera pada tabel I.

Tabel I. Kandungan asam lemak dalam VCO

Nama Asam lemak Konsentrasi (%)

Asam kaproat C6 0,52-0,69 Asam kaprilat C8 7,19-8,81 Asam kaprat C10 5,65-6,59 Asam laurat C12 46,64-48,03 Asam miristat C14 16,23-18,90 Asam palmitat C16 7,41-9,55

Asam stearat C18 2,81-3,57 Asam oleat C18:1 5,72-6,70 Asam linoleat C18:2 0,90-1,72

(Marina, Man, Nazimah, and Amin, 2009)

4. Akuades

Akuades digunakan sebagai pelarut dan pembawa pada formulasi

farmasetika. Untuk aplikasi farmasi, air dimurnikan dengan cara destilasi,

pertukaran ion, reverse osmosis (RO), atau beberapa proses lain yang sesuai

untuk menghasilkan akuades. Karakteristik akuades adalah cairan bening,

(44)

I. Landasan Teori

Kojic acid dipalmitate (KAD) merupakan senyawa ester dari kojic acid

(KA) yang mempunyai stabilitas yang lebih baik dibanding KA (Mohamad et al.,

2010). KAD memiliki sifat lipofil, stabil terhadap pH, suhu, dan cahaya. Sifat

lipofilik dari KAD ini menjadikan KAD cocok untuk diformulasikan dalam

bentuk nanokrim M/A (Goncalez et al., 2015). Nanokrim adalah sediaan

semisolid berupa emulsi yang stabil secara kinetika dan mempunyai ukuran

droplet berkisar antara 20-500 nm.

Komponen penting pada pembuatan nanokrim yaitu surfaktan (Maestro et

al., 2008). Surfaktan merupakan kopolimer amfifilik yang akan secara efektif

membentuk nanokrim yang stabil karena surfaktan membantu penggabungan fase

air dan fase minyak dan memperkecil ukuran droplet yang terbentuk dengan shear

yang sesuai (Martin et al., 2008). HLB yang sesuai dapat diperoleh dengan

menggunakan kombinasi antar surfaktan. Pada penelitian ini, surfaktan yang

digunakan yaitu Tween 80 dan Span 80. Penelitian yang dilakukan oleh Dizaj

(2013) menunjukkan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 banyak

digunakan untuk sediaan topikal karena sifatnya yang aman, non-toksik,

kompatibel terhadap media asam dan basa, tahan terhadap hidrolisis dan degradasi

mikroorganisme, serta memiliki critical micelle concentration (CMC) rendah

yang dapat menghasilkan micelle yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan

kestabilan sistem yang terbentuk.

Penelitian Abdulkarim et al. (2010) menggunakan kombinasi surfaktan

(45)

digunakan yaitu 38% dengan perbandingan Tween 80 dan Span 20 sebesar 8 : 2.

Pada penelitian tersebut, ukuran droplet yang dihasilkan dalam rentang 130-140

nm.

Selain komponen formula, metode pembuatan nanokrim harus sesuai

karena metode pembuatan berperan dalam proses pembentukan ukuran droplet

dalam rentang nanometer. Metode yang digunakan untuk pembuatan nanokrim

KAD yaitu emulsifikasi energi tinggi menggunakan mixer. Energi tinggi yang

dihasilkan mixer diperoleh dari pengadukan kecepatan yang tinggi. Pengadukan

kecepatan tinggi yang dihasilkan rotor mixer akan mengakibatkan emulsi

terlempar ke sekeliling rotor sehingga terjadi dispersi yang intens pada ruang

antara rotor dan dinding dalam stator yang menyebabkan droplet yang terbentuk

berukuran kecil.

J. Hipotesis Penelitian

Sediaan nanokrim KAD yang memiliki stabilitas fisik yang baik dapat

dihasilkan dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan

(46)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate (KAD)

dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan mixer

termasuk jenis penelitian pra-eksperimental.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode

pembuatan nanokrim KAD.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat

fisik dan stabilitas fisik dari sediaan nanokrim KAD yang dihasilkan.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada

penelitian ini adalah lama pengadukan, kecepatan pengadukan, suhu dan

kelembapan penyimpanan sediaan.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada

penelitian ini adalah suhu dan kelembapan saat pembuatan dan pengujian

(47)

2. Definisi operasional

a. Kojic acid dipalmitate. KAD merupakan senyawa ester dari kojic acid

yang mempunyai stabilitas lebih baik terhadap pH, cahaya, dan panas.

b. Nanokrim. Nanokrim merupakan salah satu bentuk emulsi berbentuk yang

stabil secara kinetika, mengandung dispersi yang sangat halus dengan

ukuran droplet berkisar antara 20-500 nm. Nanokrim yang dibuat pada

penelitian ini adalah nanokrim minyak dalam air.

c. Surfaktan. Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik

dan gugus lipofilik sehingga dapat menyatukan fase minyak dan air.

Surfaktan yang digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi Tween 80

dan Span 80 dengan perbandingan 8 : 2.

d. Mixer. Mixer adalah alat yang dapat mencampurkan liquid-liquid atau

liquid-solid dengan pengadukan kecepatan tinggi. Mixer yang digunakan

yaitu mixer miyako SM-625 dengan kecepatan level 1.

e. Sifat fisik. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk melihat

karakteristik fisik sediaan nanokrim yang terbentuk, mencakup

organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya

sebar, dan daya lekat. pH sediaan nanokrim yang baik yaitu mendekati pH

kulit 4,5 – 7. Viskositas nanokrim yang diharapkan yaitu dalam rentang

7,5 – 45 Pa.s.

f. Stabilitas fisik. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk

(48)

evaluasi sifat fisik nanokrim setelah melalui accelerated testing pada suhu

40 ± 2 °C dan RH 75 ± 5 % selama satu bulan.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAD (Kualitas

Farmasetik, PT. Cortico Mulia Sejahtera), Tween 80 (Kualitas Farmasetik,

Bratachem), Span 80 (Kualitas Farmasetik, Laboratorium Farmasi dan Teknologi

UGM), VCO (Kualitas teknis, Tekun Jaya), dan akuades.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),

neraca analitik (OHAUS), mixer (Miyako SM-625), anak timbang, kaca

ekstensometer, gelas objek, stopwatch, particle size analyzer tipe dinamic light

scattering (Horiba SZ-100), pH meter (SI Analytics), climatic chamber

(Memmert), dan viskometer Merlin VR.

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula sediaan nanokrim KAD

Formula acuan yang digunakan untuk membuat nanokrim tercantum

dalam tabel II.

Tabel II. Formula acuan nanokrim

Bahan Fungsi Formula (% b/b)

Palm Oil Esters (POEs) Fase minyak 25

Tween 80 Surfaktan 30,4 Span 20 Surfaktan 7,6 Akuades Fase air 37

(49)

Berdasarkan formula diatas, dilakukan modifikasi pada konsentrasi

minyak dan air, serta penambahan KAD sebagai zat aktif sediaan nanokrim.

Tabel III. Formula nanokrim KAD

2. Pembuatan sediaan nanokrim KAD

Metode pembuatan nanokrim KAD mengacu pada penelitian

Abdulkarim et al. (2010) mengenai formulasi dan karakteristik palm oil ester

pada pembuatan nanokrim piroksikam. Pada penelitian tersebut, pembuatan

piroksikam dilakukan dengan cara mencampurkan fase minyak dan surfaktan

selama 15 menit pada kecepatan 750 rpm menggunakan mixer yang

mempunyai tiga mata pisau. Piroksikam ditambahkan dan dilanjutkan

pengadukan selama 30 menit. Air ditambahkan dan diaduk selama 30 menit.

Perbedaan dengan pembuatan nanokrim KAD yaitu pada alat yang

digunakan. Mixer yang digunakan pada pembuatan nanokrim KAD adalah

mixer tanpa menggunakan mata pisau. Pembuatan dilakukan dengan cara

VCO, Tween 80, dan Span 80 di aduk dengan menggunakan mixer selama 15

menit. KAD ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan dilanjutkan

pengadukan selama 30 menit. Akuades ditambahkan dan diaduk kembali

(50)

3. Evaluasi sediaan nanokrim KAD

a. Evaluasi sifat fisik

1) Uji organoleptis

Pengamatan visual dilakukan terhadap warna, bau, konsistensi

dan ada tidaknya pemisahan fase pada sediaan nanokrim KAD.

2) Uji homogenitas

Sediaan diletakkan pada gelas objek, tutup dengan cover glass,

dan diamati pendispersian partikelnya apakah terdispersi homogen

atau tidak.

3) Pengukuran pH

Nilai pH diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi

dengan menggunakan buffer pH 4 dan 7. Elektroda pH meter

dicelupkan ke dalam sediaan nanokrim kemudian nilai pH sediaan

akan terbaca pada monitor alat.

4) Uji tipe krim

Sampel nanokrim didispersikan dalam akuades (1:100) dan

dalam VCO (1:100) dengan tujuan untuk mengetahui tipe sediaan

nanokrim yang dihasilkan. Jika nanokrim terdispersi sempurna dalam

akuades, maka tipe nanokrim adalah minyak dalam air, sedangkan jika

nanokrim terdispersi sempurna dalam fase minyak, maka tipe

(51)

5) Pengukuran ukuran droplet

Distribusi ukuran droplet diukur menggunakan particle size

analyzer (PSA) tipe dynamic light scattering. Sampel dimasukkan ke

dalam kuvet kaca yang dimasukkan ke dalam particle size analyzer.

Kemudian cahaya ditembakkan pada sudut 90°. Jumlah partikel pada

ukuran tertentu akan terbaca pada monitor komputer yang terhubung

dengan alat menggunakan software Horiba SZ-100.

6) Pengukuran viskositas dan rheologi

Pengukuran viskositas dan rheologi menggunakan alat

viskometer Merlin VR. Sampel nanokrim diletakkan di atas plate

kemudian plate viskometer diturunkan, dan diukur rheologi sediaan

pada range kecepatan 1 - 50 rpm dengan 10 titik yang berbeda untuk

mendapat bentuk kurva rheologinya. Nilai viskositas diambil pada

satu titik di antara rentang kecepatan 1 - 50 rpm di mana nilai

viskositas dan bentuk rheologi sediaan akan langsung terbaca pada

layar komputer menggunakan software MICRA.

7) Pengukuran daya sebar

Sampel nanokrim ditimbang sebanyak satu gram, lalu diletakkan

di atas kaca ekstensometer bagian tengah. Tutup kaca ekstensometer

ditimbang dan ditambahkan beban hingga 125 gram. Penutup kaca

dan beban diletakkan di atas massa sediaan selama satu menit.

Diameter sediaan yang menyebar diukur dengan mengambil rata-rata

(52)

8) Pengukuran daya lekat

Sampel nanokrim ditimbang sebanyak 0,03 gram, diratakan

pada gelas objek dan ditutup dengan gelas objek lainnya. Beban

seberat satu kg ditambahkan dan didiamkan selama satu menit.

Setelah satu menit, beban diturunkan. Gelas objek ditempatkan pada

alat uji dan ditarik dengan beban 80 gram. Waktu yang dibutuhkan

untuk melepaskan kedua gelas objek dicatat.

b. Evaluasi stabilitas fisik

Metode evaluasi stabilitas fisik nanokrim yang digunakan adalah

accelerated testing. Sediaan nanokrim disimpan pada climatic chamber

dengan suhu 40 ± 2 ºC dengan RH 75 ± 5 % selama satu bulan. Setelah

waktu uji, perubahan warna, bau, konsistensi dan terjadinya pemisahan

fase nanokrim diamati. Apabila sampel tetap stabil maka dilakukan uji

organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya

sebar, dan daya lekat.

F. Analisis Data

Aplikasi program R-3.2.2 digunakan untuk melakukan uji statistika

dengan membandingkan data sifat fisik dan stabilitas fisik. Pada tingkat

kepercayaan 95% maka dilihat apakah nilai p-value menunjukkan distrubusi data

normal atau tidak normal. Data yang terdistribusi normal diolah dengan uji T

sedangkan untuk data yang tidak normal diolah dengan Wilcoxon untuk

mendapatkan p-value. Jika nilai p-value kurang dari 0,05 dapat disimpulkan

(53)

33

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

A. Formulasi Nanokrim KAD

Pada penelitian ini, dibuat formulasi nanokrim kojic acid dipalmitate

(KAD) dengan fase minyak virgin coconut oil (VCO) dan kombinasi surfaktan

antara Tween 80 dan Span 80. Metode pembuatan yang digunakan adalah metode

emulsifikasi energi tinggi dengan pengadukan kecepatan tinggi mengunakan

mixer. Metode ini diacu dari metode hasil penelitian Abdulkarim et al. (2010)

dengan menggunakan alat berupa propeller dengan prinsip yang sama yaitu

pengadukan kecepatan tinggi.

B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Nanokrim KAD

Sediaan nanokrim KAD yang baik yaitu memiliki kriteria ukuran droplet

kurang dari 500 nm, tidak mengalami pemisahan fase, memiliki pH sesuai dengan

pH kulit yaitu antara 4,5 – 7, serta mempunyai viskositas antara 7,5 – 45 Pa.s.

Karakterisasi sediaan nanokrim KAD tersaji dalam tabel IV.

Tabel IV. Karakterisasi sediaan nanokrim KAD

Spesifikasi Hasil

Bentuk Krim Warna Putih kekuningan

Bau Minyak kelapa Pemisahan fase Tidak terjadi

(54)

1. Pemeriksaan organoleptis dan pH

Gambar 11. Nanokrim KAD

Ketiga replikasi nanokrim masing-masing dilakukan evaluasi awal

terhadap organoleptisnya. Uji organoleptis meliputi warna, bau dan

pemisahan fase. Nanokrim KAD yang dihasilkan berwarna putih kekuningan.

Warna tersebut terbentuk dari perpaduan kojic acid dipalmitate yang

berwarna putih dan Tween 80-Span 80 yang berwarna kuning. Bau khas kojic

acid dipalmitate tidak tercium karena tertutup oleh bau dari virgin coconut oil

dalam sediaan. Ketiga replikasi formula tidak mengalami pemisahan fase.

Secara umum, pH ketiga formula cenderung bersifat netral yaitu dengan

pH rata-rata 6,395 ± 0,298 yang menunjukkan bahwa pH sediaan sesuai

dengan persyaratan pH untuk sediaan kulit yaitu 4,5-7. Hal ini akan

menurunkan resiko terjadinya iritasi saat pengaplikasian sediaan pada kulit.

2. Pemeriksaan homogenitas

Sediaan dikatakan homogen apabila susunan partikelnya terdistribusi

merata. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa

(55)

yang baik dan menunjukkan pendistribusian partikel yang merata. Hasil

pengamatan homogenitas ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12. Hasil uji homogenitas nanokrim KAD

3. Pemeriksaan tipe nanokrim

Tipe nanokrim diperiksa dengan mendispersikan sampel nanokrim pada

fase minyak dan fase air yang digunakan. Fase di mana sampel dapat

terdispersi homogen menunjukkan tipe emulsi tersebut. Berdasarkan hasil

yang dilakukan, diketahui sediaan nanokrim KAD memiliki tipe minyak

dalam air. Sampel dapat terdispersi dalam fase air dengan baik, sedangkan

tidak terlarut (membentuk droplet) pada fase minyak (gambar 13).

Gambar 13. Kelarutan sediaan nanokrim KAD (a) dalam air (b) dalam minyak

Tipe sediaan juga dapat diketahui dari nilai HLB sistem yang

digunakan. Apabila nilai HLB campuran lebih dari 8 menunjukkan tipe

minyak dalam air dan apabila kurang dari 8 menunjukkan tipe air dalam

(56)

minyak. Nilai HLB campuraan sediaan nanokrim KAD yaitu 12,86 sehingga

diklasifikasikan dalam tipe minyak dalam air. Perhitungan nilai HLB tertera

pada lampiran 2.

4. Pemeriksaan ukuran droplet

Gambar 14. Distribusi droplet nanokrim KAD

Pemeriksaan ukuran droplet dari sediaan nanokrim KAD dengan

menggunakan mixer menghasilkan ukuran sebesar 80,78 nm. Dari hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa nanokrim KAD yang dibuat menggunakan

mixer termasuk dalam kategori sediaan nanokrim. Namun simpangan baku

yang diperoleh masih cukup besar yaitu 79,99 nm. Hal ini disebabkan karena

pengecilan ukuran droplet dengan menggunakan emulsifikasi energi tinggi

akan menyebabkan ukuran yang terbentuk tidak seragam dan memiliki

puncak yang banyak (Affandi, Julianto, and Majeed, 2011). Untuk mendapat

ukuran droplet yang seragam maka diperlukan energi yang lebih tinggi serta

pembuatan nanokrim dilakukan dengan beberapa siklus di mana sistem

(57)

5. Pengukuran viskositas

Viskositas adalah tahanan untuk mengalir. Viskositas, elastisitas, dan

rheologi adalah karakteristik yang penting dalam produk sediaan semisolid.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sediaan nanokrim KAD memiliki

viskositas sebesar 22,345±6,546 Pa.s dengan rheologi yang bersifat

pseudoplastis.

Gambar 15. Kurva rheologi sediaan nanokrim KAD

Sediaan dengan sifat aliran pseudoplastis menunjukkan semakin besar

gaya atau shearing stress yang diberikan mengakibatkan penurunan

viskositas sediaan (Martin et al., 2008). Rheologi yang ideal untuk sediaan

nanokrim yaitu pseudoplastis karena saat dioleskan pada wajah maka

viskositas sediaan akan menurun yang berakibat daya sebar akan meningkat

sehingga memudahkan saat pemakaian sediaan.

(58)

Rheogram lengkung pada gambar 15 disebabkan karena kerja (aksi)

shearing terhadap molekul-molekul bahan yang berantai panjang seperti

Tween 80. Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang

secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam

arah aliran. Akibatnya, tahanan dalam dari bahan tersebut akan berkurang dan

mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress

berikutnya. Selain itu, beberapa dari pelarut yang berikatan dengan molekul

dapat terlepas, sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi efektif dan

penurunan ukuran molekul-molekul yang terdispers (Martin et al., 2008).

6. Pemeriksaan daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan

menyebar pada permukaan kulit ketika diaplikasikan. Daya sebar

berhubungan dengan viskositas sediaan. Sampel dengan viskositas kecil akan

mempunyai daya sebar yang besar. Hasil uji daya sebar sediaan nanokrim

yaitu 2,51 ± 0,05 cm. Untuk krim dengan daya sebar < 5 cm termasuk tipe

krim semistiff.

7. Pemeriksaan daya lekat

Kemampuan atau daya lekat nanokrim dilihat dengan menghitung

waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua gelas objek uji. Daya lekat

ini berhubungan dengan konsistensi sampel uji. Konsistensi sampel semakin

(59)

akan semakin lama. Sebaliknya, semakin encer konsistensi sampel maka

waktu yang diperlukan untuk memisah akan semakin cepat (Susanti, 2012).

Daya lekat sediaan nanokrim KAD yaitu 0,49±0,02 detik.

C. Stabilitas Fisik Sediaan Nanokrim KAD

Pengamatan stabilitas dilakukan dengan accelerated testing yaitu

penyimpanan di climatic chamber pada suhu 40±2 °C dengan RH 75±5 % selama

satu bulan. Sediaan dikatakan stabil apabila tidak terdapat perubahan sifat fisik

sediaan antara sebelum dan sesudah pengujian. Parameter sediaan yang stabil

secara umum yaitu tidak mengalami pemisahan, tidak terbentuk endapan atau

gumpalan, serta tidak mengalami perubahan warna dan bau (Faizatun,

Kartiningsih, and Liliyana, 2008).

Sediaan yang stabil setelah melewati accelerated testing dapat dinyatakan

stabil selama dua tahun pada masa simpannya (Kumar et al., 2011).

Tabel V. Stabilitas sediaan nanokrim KAD setelah accelerated testing

Karakteristik Sebelum Sesudah p-value Keterangan

Bentuk Krim Krim - -

pH 6,395±0,298 5,948±0,0130 0,1199 Tidak berbeda signifikan

Homogenitas Homogen Tidak homogen - -

Tipe krim M/A M/A - -

Ukuran 80,78±79,99 nm 305,90±308,53 nm - -

Viskositas 22,345±6,546 Pa.s 9,876±4,223 Pa.s 0,177 Tidak berbeda signifikan

Rheologi Pseudoplastis Pseudoplastis - -

Daya sebar 2,51±0,05 cm 2,53±0,02 cm 0,8219 Tidak berbeda signifikan Daya lekat 0,49±0,02 s 0,40±0,07 s 0,1786 Tidak berbeda

Gambar

Tabel I.  Kandungan asam lemak dalam VCO .................................................
Gambar 1. Proses pembentukan melanin (Junquiera, Carneiro, and Kelly, 2003).
Gambar 2. Struktur epidermis kulit (Park and Yaar, 2012).
Gambar 3. Struktur kimia kojic acid dipalmitate  (Balaguer, Salvador, and Chisvert, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan serta faktor yang signifikan dalam menentukan sifat fisis dan

 Atas dasar kelebihan emulsi yang dapat mencegah penguapan air dari kulit dan gel yang dapat memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit sehingga dibuat sediaan emulgel

Keterangan: Hasil uji T berpasangan yang dilakukan pada data normal formula A sebelum dan sesudah freeze-thaw menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada

Hasil uji statistika menggunakan Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

Formula SNEDDS asam mefenamat menggunakan rasio komposisi surfaktan dan kosurfaktan yang berbeda dengan tujuan untuk melihat rasio komposisi yang tepat yang dapat

 Atas dasar kelebihan emulsi yang dapat mencegah penguapan air dari kulit dan gel yang dapat memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit sehingga dibuat sediaan emulgel

terhadap sifat fisik krim A/M yaitu dapat menurunkan pH, meningkatkan daya sebar, menurunkan daya lekat, menurunkan viskositas dan berpengaruh pada stabilitas

Hasil uji statistika menggunakan Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna