• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Kumarin dalam ekstrak etanol biji kluwak diketahui dapat berefek

sebagai antikoagulan. Salah satu bentuk sediaan yang sesuai untuk sifat kumarin

yang lipofil adalah emulsi M/A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan serta faktor yang

signifikan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol

biji kluwak (Pangium edule Reinw.), serta menentukan prediksi area komposisi

optimum dari Span 80 dan Tween 80.

Biji kluwak diekstraksi dengan etanol kemudian diformulasikan ke dalam

emulsi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan

rancangan penelitian faktorial dengan dua faktor, yakni Span 80 dan Tween 80

pada level rendah dan level tinggi. Respon yang diuji adalah sifat fisis yaitu

ukuran droplet dan viskositas, serta stabilitas fisis. Analisis statistik dilakukan

untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon sifat fisis

dan stabilitas fisis dengan menggunakan uji ANOVA atau Kruskal-Wallis pada

taraf kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak R-3.1.1. Hasil uji

signifikansi digunakan untuk menentukan prediksi area komposisi optimum

menggunakan superimposed contour plot.

Hasil penelitian menunjukkan emulsi yang terbentuk bertipe M/A,

berwarna coklat mengkilap, kental, dan homogen, dengan pH 7,5. Span 80,

Tween 80, maupun interaksi keduanya memberikan pengaruh signifikan terhadap

ukuran droplet. Tween 80 memberikan pengaruh signifikan terhadap viskositas

emulsi. Area komposisi optimum Span 80 dan Tween 80 dalam emulsi dapat

ditemukan, yaitu pada rentang jumlah Span 80 sebesar 3,34 gram sampai 3,94

gram dan rentang jumlah Tween 80 sebesar 7,5 gram sampai 9 gram.

(2)

ABSTRACT

Coumarin in kluwak seed ethanolic extract could give anticoagulant

effect. The O/W emulsion is suitable for the lipophilic character of coumarin. The

purpose of this study were to identify the effect of Span 80 and Tween 80 as

surfactant and the most significance factor in determining physical properties and

physical stability of kluwak seed (Pangium edule Reinw.) ethanolic extract

emulsion, and to determine optimum composition area of Span 80 and Tween 80.

Kluwak seed has been extracted by ethanol then formulated into

emulsion. This study was an experimental design using a factorial design with two

factors, Span 80 and Tween 80 both in high and low levels, droplet size and

viscosity were evaluated as a response. Statistical analysis was used to determine

the factors influencing in physical properties and the physical stability, using

ANOVA or Kruskal-Wallis test at 95% degree of confidence was used to

determine the significance effect of factors on the responses, by using R-3.1.1

software. A significance test result was used to determine the optimum

composition area using contour plots superimposed.

The results showed that the formulation could produce emulsion with

O/W type, brown and glossy, thick, and homogen. Span 80, Tween 80, and these

interaction had a significant influence on the droplet size. Tween 80 had a

significant influence on the viscosity. Optimum composition area of Span 80 and

Tween 80 could be found at 3,34 gram - 3,94 gram Span 80 and 7,5 gram - 9 gram

Tween 80.

(3)

PENGARUH SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN

TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS FISIS EMULSI EKSTRAK

ETANOL BIJI KLUWAK DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dara Prabandari Sumardi

NIM : 118114073

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS FISIS EMULSI EKSTRAK

ETANOL BIJI KLUWAK DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dara Prabandari Sumardi NIM : 118114073

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tulisan ini seluruhnya saya persembahkan untuk sebuah

keluarga kecil, beranggotakan 3 orang. Sebuah tempat,

sebuah wajah, sebuah hadiah terindah dari Tuhan yang

saya miliki di dunia ini, satu-satunya dan tak tergantikan,

Bapak Sumardi dan Ibu Bekti Handayani Soebardi.

Terimakasih sudah menjadi segalanya untuk saya dan menjadikan

saya segalanya dalam hidup kalian berdua. Saya sangat mencintai

kalian berdua, sepenuh hidup saya. Saya bayi kalian, kucing kalian,

dan akan selalu seperti itu. Terimakasih Plamongan Abadi 149.

(8)
(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Span 80 dan Tween 80

sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Fisis Emulsi Ekstrak Etanol

Biji Kluwak Dengan Aplikasi Desain Faktorial” dapat diselesaikan dengan baik

dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih

kepada semua pihak yang turut membantu penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik. Ungkapan terimakasih tersebut penulis

sampaikan kepada:

1. Orang tua penulis, Bapak Sumardi dan Ibu Bekti Handayani Soebardi

atas segala kasih sayang, semangat, doa, tunjangan finansial dan

material, motivasi, saran, dan segalanya yang telah diberikan kepada

penulis selama ini.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt.. selaku dosen

pembimbing dan dosen penguji skripsi penulis, atas segala bimbingan,

bantuan, motivasi, semangat, kritik, dan juga saran yang diberikan

(11)

viii

4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji skripsi penulis,

atas segala bimbingan, arahan, waktu, kritik, dan juga saran yang telah

diberikan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi

penulis, atas segala bimbingan, arahan, waktu, kritik, dan juga saran

yang telah diberikan kepada penulis.

6. Ibu Agustina Setiawati, M. Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium

Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua

fasilitas laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi

ini.

7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., yang telah memberikan arahan,

motivasi, semangat, bantuan, dan saran yang diberikan kepada penulis

dari awal penyusunan proposal hingga proses pengerjaan skripsi ini

selesai.

8. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph. D., atas segala masukan dan

arahan yang diberikan kepada penulis dalam proses pengolahan data

skripsi ini.

9. Bapak Musrifin, Bapak Agung, Bapak Wagiran, Bapak Heru, Bapak

Pardjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, Bapak Suparlan, dan Bapak

Bimo selaku Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas waktu,

bantuan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam proses

(12)

ix

10. Ega Mantyas, atas segala masukan dan arahan yang diberikan kepada

penulis dalam proses pengolahan data skripsi ini.

11. Bonaventura Sukintoko Pramudyo, atas segala bantuan, dukungan,

waktu, dan arahan yang diberikan kepada penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

12. Valentinus Kelvin Heryanto, atas segala kasih sayang, dukungan,

motivasi, semangat, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

selama ini.

13. Keluarga besar Farmasi 2011 khususnya FSM B 2011 dan FST A 2011

atas dukungan, kerja sama, bantuan, dan saran yang telah diberikan

kepada penulis selama ini.

14. Grup SideEffect, grup Arisan Alamanda, grup Comstaters, grup

Sandiwara, grup Dewi 1, dan teman-teman seperjuangan skripsi

(teman-teman lab lantai 1 dan lantai 3) atas semangat, keceriaan, bantuan, dan

motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

15. Anastasia Arinda, Rose Erita, Lusia Drikti, Yovica Sagina, Fidelia

Yeristha, Maria Verita Vita, Lukas Ingheneng, Yoanna Kristia, Carolina

Dea, Henra, Laurensia Jessie, Regina Sheila, Ardhanareswari, Yoanes

Deni, Elisabeth Indah, Bagas Abiyoga, Eirene Copalcanty, Asrianti

Massau, Yolana Kwartono, Shinta Christia, Niken Arumdati, Yudist

Latubayesian, Vincensius Galih, Irvan Septya, Adi Evaldo, Titus

Hariyanto, dan Ayaga Divadi atas persahabatan, kasih sayang, semangat,

(13)

x

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

ikut membantu penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan masyarakat terutama dalam bidang

kesehatan dan kefarmasian.

Yogyakarta, Juni 2015

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

1. Rumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian... 6

1. Tujuan umum... 6

2. Tujuan khusus... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kluwak ... 7

1. Keterangan botani... 7

2. Morfologi ... 7

3. Kandungan kimia... 9

4. Kegunaan... 10

B. Kumarin ... 11

(15)

xii

D. Emulsi... 14

E. Proses Emulsifikasi ... 15

F. Emulsifying Agent... 19

G. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile Balance) ... 20

H. Span 80 ... 21

I. Tween 80 ... 22

J. Desain Faktorial ... 22

K. Landasan Teori... 24

L. Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional... 28

D. Bahan Penelitian ... 31

E. Alat Penelitian... 32

F. Tata Cara Penelitian... 32

1. Preparasi serbuk kluwak dari biji kluwak ... 32

2. Ekstraksi serbuk daging biji kluwak... 32

3. Uji kualitatif ekstrak etanol biji kluwak ... 33

4. Orientasi faktor formula... 33

5. Formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 34

6. Pembuatan emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 35

7. Evaluasi emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 36

8. Penentuan area komposisi optimum ... 38

9. Validasi formula... 38

G. Tata Cara Analisis Hasil ... 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Kluwak ... 40

B. Uji Kualitatif Kandungan Senyawa Kumarin... 42

C. Pembuatan Emulsi Ekstrak Etanol Biji Kluwak ... 44

(16)

xiii

1. Uji organoleptis ... 51

2. Uji pH... 52

3. Uji penentuan tipe emulsi ... 53

4. Uji indeks creaming ... 54

5. Uji perhitungan ukuran droplet ... 55

6. Uji viskositas ... 59

E. Uji Signifikansi Faktor Terhadap Respon Uji... 62

1. Respon ukuran droplet ... 62

2. Respon viskositas ... 65

F. Prediksi Area Komposisi Optimum Span 80 dan Tween 80... 68

1. Respon ukuran droplet ... 68

2. Respon viskositas ... 69

3. Superimposed contour plot ...70

G. Validasi Area Komposisi Optimum... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA... 77

LAMPIRAN ... 81

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nutrition factdari biji kluwak ... 10

Tabel II. Anti-nutritional factorsdari biji kluwak ... 10

Tabel III. Kegunaan emulgator dan harga HLB... 20

Tabel IV. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level... 23

Tabel V. Formula acuan pembuatan emulsi... 34

Tabel VI. Formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 34

Tabel VII. Desain penelitian... 35

Tabel VIII. Optimasi formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 35

Tabel IX. Data uji organoleptis emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 52

Tabel X. Data uji pH (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 53

Tabel XI. Data uji tipe emulsi sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 54

Tabel XII. Data uji perhitungan ukuran droplet (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 56

Tabel XIII. Data uji % pergeseran ukuran droplet (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 57

Tabel XIV. Data profil signifikansi perubahan ukuran droplet emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 58

Tabel XV. Data uji viskositas (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak... 60

Tabel XVI. Data uji % pergeseran viskositas (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 61

Tabel XVII. Data profil signifikansi perubahan viskositas emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 61

Tabel XVIII. Hasil uji statistik respon ukuran droplet... 63

Tabel XIX. Uji TukeyHSD untuk respon ukuran droplet ... 64

Tabel XX. Efek Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya dalam penentuan respon ukuran droplet ... 65

Tabel XXI. Hasil uji statistik respon viskositas ... 66

(18)

xv

Tabel XXIII. Efek Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya dalam penentuan

respon viskositas ... 68

Tabel XXIV. Uji validasi ukuran droplet emulsi ekstrak etanol biji kluwak

formula X... 73

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biji kluwak yang sudah difermentasi... 8

Gambar 2. Struktur kimia Kumarin... 11

Gambar 3. Struktur kimia Span 80... 21

Gambar 4. Struktur kimia Tween 80 ... 22

Gambar 5. Uji kualitatif kandungan senyawa kumarin dalam ekstrak etanol biji kluwak ... 43

Gambar 6. Grafik hasil orientasi pengaruh Span 80 rentang 1% - 10% terhadap ukuran droplet ... 46

Gambar 7. Grafik hasil orientasi pengaruh Span 80 rentang 3% - 5% terhadap ukuran droplet ... 46

Gambar 8. Grafik hasil orientasi pengaruh Span 80 rentang 1% - 10% terhadap viskositas ... 47

Gambar 9. Grafik hasil orientasi pengaruh Span 80 rentang 3% - 5% terhadap viskositas ... 47

Gambar 10. Grafik hasil orientasi pengaruh Tween 80 rentang 4% - 10% terhadap ukuran droplet... 49

Gambar 11. Grafik hasil orientasi pengaruh Tween 80 rentang 7% - 9% terhadap ukuran droplet ... 49

Gambar 12. Grafik hasil orientasi pengaruh Tween 80 rentang 4% - 10% terhadap viskositas ... 50

Gambar 13. Grafik hasil orientasi pengaruh Tween 80 rentang 7% - 9% terhadap viskositas ... 50

Gambar 14. Grafik pertumbuhan ukuran droplet selama penyimpanan ... 57

Gambar 15. Grafik pergeseran viskositas selama penyimpanan ... 60

Gambar 16. Contour plot untuk respon ukuran droplet ... 69

Gambar 17. Contour plot untuk respon viskositas ... 70

Gambar 18. Superimposed contour plot emulsi ekstrak etanol biji kluwak ... 71

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran determinasi biji kluwak... 82

Lampiran 2. Hasil ekstraksi daging biji kluwak... 83

Lampiran 3. Kalibrasi skala mikromeritik ... 84

Lampiran 4. Perhitungan dosis untuk penentuan komposisi ekstrak... 85

Lampiran 5. Hasil orientasi penentuan level Span 80 ... 86

Lampiran 6. Hasil orientasi penentuan level Tween 80 ... 87

Lampiran 7. Hasil uji sifat fisis dan stabilitas fisis sedian emulsi... 88

Lampiran 8. Perhitungan nilai efek faktor ... 93

Lampiran 9. Validasi area komposisi optimum ... 94

Lampiran 10. Analisis data menggunakan R-3.1.1 ... 95

(21)

xviii INTISARI

Kumarin dalam ekstrak etanol biji kluwak diketahui dapat berefek sebagai antikoagulan. Salah satu bentuk sediaan yang sesuai untuk sifat kumarin yang lipofil adalah emulsi M/A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan serta faktor yang signifikan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak (Pangium edule Reinw.), serta menentukan prediksi area komposisi optimum dari Span 80 dan Tween 80.

Biji kluwak diekstraksi dengan etanol kemudian diformulasikan ke dalam emulsi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan penelitian faktorial dengan dua faktor, yakni Span 80 dan Tween 80 pada level rendah dan level tinggi. Respon yang diuji adalah sifat fisis yaitu ukuran droplet dan viskositas, serta stabilitas fisis. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon sifat fisis dan stabilitas fisis dengan menggunakan uji ANOVA atau Kruskal-Wallis pada taraf kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak R-3.1.1. Hasil uji signifikansi digunakan untuk menentukan prediksi area komposisi optimum menggunakan superimposed contour plot.

Hasil penelitian menunjukkan emulsi yang terbentuk bertipe M/A, berwarna coklat mengkilap, kental, dan homogen, dengan pH 7,5. Span 80, Tween 80, maupun interaksi keduanya memberikan pengaruh signifikan terhadap ukuran droplet. Tween 80 memberikan pengaruh signifikan terhadap viskositas emulsi. Area komposisi optimum Span 80 dan Tween 80 dalam emulsi dapat ditemukan, yaitu pada rentang jumlah Span 80 sebesar 3,34 gram sampai 3,94 gram dan rentang jumlah Tween 80 sebesar 7,5 gram sampai 9 gram.

(22)

xix ABSTRACT

Coumarin in kluwak seed ethanolic extract could give anticoagulant effect. The O/W emulsion is suitable for the lipophilic character of coumarin. The purpose of this study were to identify the effect of Span 80 and Tween 80 as surfactant and the most significance factor in determining physical properties and physical stability of kluwak seed (Pangium edule Reinw.) ethanolic extract emulsion, and to determine optimum composition area of Span 80 and Tween 80.

Kluwak seed has been extracted by ethanol then formulated into emulsion. This study was an experimental design using a factorial design with two factors, Span 80 and Tween 80 both in high and low levels, droplet size and viscosity were evaluated as a response. Statistical analysis was used to determine the factors influencing in physical properties and the physical stability, using ANOVA or Kruskal-Wallis test at 95% degree of confidence was used to determine the significance effect of factors on the responses, by using R-3.1.1 software. A significance test result was used to determine the optimum composition area using contour plots superimposed.

The results showed that the formulation could produce emulsion with O/W type, brown and glossy, thick, and homogen. Span 80, Tween 80, and these interaction had a significant influence on the droplet size. Tween 80 had a significant influence on the viscosity. Optimum composition area of Span 80 and Tween 80 could be found at 3,34 gram - 3,94 gram Span 80 and 7,5 gram - 9 gram Tween 80.

(23)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat baik untuk peningkatan

kesehatan maupun pengobatan penyakit, cenderung meningkat di negara

berkembang, termasuk Indonesia. Kluwak (Pangium edule Reinw.) adalah

tumbuhan tinggi tropis yang secara primer tumbuh di Micronesia, termasuk di

Indonesia (Suyanto, 2012). Kluwak memiliki berbagai kandungan kimia di

antaranya golongan flavonoid (Sunanto, 1993), alkaloid, saponin, triterpenoid,

(Pasaribu, Marliana, Magdalena, dan Simaremare, 2011), dan kumarin (Sumiar,

Ruslan, dan Fidrianny, 2006).

Salah satu kegunaan kluwak yang belum mendapat perhatian dari

masyarakat luas adalah sebagai antikoagulan darah. Kandungan kumarin dalam

ekstrak etanol biji kluwak sebesar 974,274 µg/mL (Sumardi dan Dwiatmaka,

2014b) menyebabkan perpanjangan Prothrombin Time hewan uji (Sumardi dan

Dwiatmaka, 2014a), di mana perpanjangan Prothrombin Time merupakan suatu

indikator adanya inhibitor faktor pembekuan darah (Kamal, Tefferi, dan Pruthi,

2007). Antikoagulan darah sendiri merupakan suatu terapi yang digunakan untuk

mengobati berbagai penyakit kardiovaskular seperti stroke dan trombositosis.

Salah satu bagian dari kluwak yang mempunyai kegunaan sebagai

antikoagulan adalah biji kluwak. Ekstraksi daging biji kluwak menggunakan

etanol menghasilkan senyawa kumarin yang berkhasiat sebagai antikoagulan.

(24)

Etanol dipilih sebagai pelarut ekstraksi karena kelarutannya yang tinggi terhadap

kumarin (Chemtex, 2015).

Ekstrak etanol dari biji kluwak kemudian diformulasikan menjadi emulsi

dengan tipe fase minyak terdispersi dalam air (M/A) dikarenakan sifat kumarin

yang lipofil. Emulsi merupakan sistem dua fase di mana larutan sebagai fase

terdispersi akan didispersikan ke dalam larutan lainnya yang berperan sebagai fase

luar (Niazi, 2009). Emulsi tipe M/A dipilih untuk kenyamanan penggunaan

pasien di mana fase luarnya berupa fase air sehingga mudah untuk ditelan. Selain

itu, rasa pahit dari senyawa kumarin dalam ekstrak etanol biji kluwak yang larut

dalam fase minyak akan terlindung dalam fase air sehingga rasa pahit dapat

berkurang.

Emulgator atau zat pengemulsi (emulsifying agent) ditambahkan ke

emulsi untuk menjaga agar emulsi stabil. Surfaktan sebagai salah satu emulsifying

agent berfungsi mencegah terjadinya koalesensi yaitu bersatunya droplet-droplet

kecil menjadi droplet yang lebih besar yang dapat menyebabkan pemisahan fase

dengan cara menurunkan tegangan antarmuka kedua fase emulsi (Niazi, 2009).

Span 80 atau Sorbitan monooleate serta Tween 80 atau Polysorbate 80,

merupakan emulsifying agent yang merupakan golongan surfaktan non-ionik.

Kelebihan Span 80 dan Tween 80 adalah lebih tidak toksik dibanding surfaktan

lain. Kombinasi kedua emulsi ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil pada

nilai HLB yang diinginkan.

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi komposisi optimum dari

(25)

menghasilkan sifat fisis dan stabilitas fisis yang baik. Komposisi optimum

didapatkan dari irisan area optimum pada superimposed contour plot. Sifat fisis

yang diuji adalah ukuran droplet dan viskositas, sedangkan stabilitas fisis yang

diuji adalah pertumbuhan ukuran droplet dan pergeseran viskositas. Selain itu,

penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh mana yang signifikan

antara Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya dalam menentukan respon sifat

fisis dan stabilitas fisis sediaan. Sejauh ini, penelitian mengenai pengaruh Span

80 dan Tween 80 terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji

kluwak dengan aplikasi desain faktorial belum pernah dilakukan. Pendekatan

formulasi dilakukan dengan desain faktorial dan dilihat pengaruhnya terhadap

sifat fisis dan stabilitas fisis sediaan emulsi yang dihasilkan.

1. Rumusan masalah

a. Bagaimanakah pengaruh variasi jumlah Span 80, Tween 80, dan

kombinasi Span 80-Tween 80 pada level yang diteliti terhadap sifat fisis

dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak?

b. Faktor apakah yang signifikan di antara Span 80, Tween 80, atau

interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis

emulsi ekstrak etanol biji kluwak?

c. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum Span 80 dengan

Tween 80 pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai

(26)

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan pencarian pustaka terkait penelitian – penelitian sejenis

mengenai biji kluwak yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan beberapa

penelitian antara lain:

a. “Telaah Fitokimia Kluwak (Pangium edule Reinw.)” (Sumiar dkk., 2006).

Penelitian ini mengenai skrinningfitokimia biji kluwak.

b. “Antioxidative and Antibacterial Activities of Pangium edule Seed Extracts”

(Chye dan Sim, 2009). Penelitian ini mengenai aktivitas antioksidatif dan

antibakterial dari ekstrak biji kluwak.

c. “Mempelajari Formulasi Bumbu Rempah Bubuk Berbahan Dasar Biji Picung

(Pangium edule Reinw.) dengan Udang Rebon (Mysis sp.)” (Suarnaya, 2012).

Penelitian ini mengenai formulasi bumbu rempah dan penyedap untuk

makanan dengan bahan dasar biji kluwak dan udang rebon.

d. “The Antioxidant Activity of the Extract of Pangium edule Reinw. (Keluak)

Seed in Cooked Ground Turkey” (Suyanto, 2012). Penelitian ini mengenai

aktivitas antioksidan dari biji kluwak.

e. “Characteristic of Pangium edule Reinw. as Food Preservative from Different

Geographical Sites” (Kasim dan David, 2013). Penelitian ini merupakan

deskripsi kluwak yang digunakan sebagai pengawet makanan pada berbagai

daerah.

f. “Formulasi Bumbu Penyedap Berbahan Dasar Ikan Teri (StolephorusSpp.) dan

(27)

(Tahir dan Mulyati, 2014). Penelitian ini mengenai formulasi bumbu rempah

dan penyedap untuk makanan dengan bahan dasar biji kluwak dan ikan teri.

g. “Anticoagulant Activity of Coumarin from Kluwak (Pangium edule Reinw.)

Seeds Based on Prothrombin Time in Rat” (Sumardi dan Dwiatmaka, 2014a).

Penelitian ini mengenai aktivitas antikoagulan dalam hewan uji oleh ekstrak

etanol biji kluwak.

h. “Coumarin Formation During Boiling and Ripening Processes of Kluwak

(Pangium edule Reinw.) Seeds” (Sumardi dan Dwiatmaka, 2014b). Penelitian

ini mengenai ekstraksi biji kluwak dan identifikasi kumarin dalam ekstrak

etanol biji kluwak pada beberapa tahap pematangan biji kluwak.

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, belum pernah

dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan emulsi ekstrak etanol biji

kluwak dengan optimasi variasi jumlah emulgator Span 80 dan Tween 80

menggunakan desain faktorial.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian dalam bidang formulasi

sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini akan menghasilkan sediaan emulsi

ekstrak etanol biji kluwak dengan variasi jumlah Span 80 dan Tween 80

(28)

c. Manfaat untuk masyarakat. Sediaan yang dihasilkan dalam penelitian ini

dapat bermanfaat sebagai tindakan preventif bagi penyakit – penyakit

kardiovaskular seperti stroke dan trombositosis.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Membuat sediaan emulsi dengan bahan aktif dari ekstrak etanol biji

kluwak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui apakah variasi jumlah Span 80, Tween 80, dan kombinasi

Span 80-Tween 80 pada level yang diteliti dapat memberikan efek

signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji

kluwak atau tidak.

b. Mengetahui faktor yang signifikan di antara Span 80, Tween 80, atau

interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis

emulsi ekstrak etanol biji kluwak.

c. Mengetahui area komposisi optimum Span 80 dengan Tween 80 pada

superimposed contour plotyang diprediksikan sebagai formula optimum

(29)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kluwak

1. Keterangan botani

Taksonomi dari kluwak (pangi, picung, kluwek) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Parietales

Famili : Flacouritaceae

Genus : Pangium

Spesies : Pangium edule Reinw

(Arini, 2012)

2. Morfologi

Kluwak (Pangium edule Reinw) merupakan salah satu jenis tumbuhan

berhabitus pohon yang tersebar sangat luas di wilayah Indonesia, Malaysia,

Filipina, Papua Nugini, Mikronesia, dan Melanisia. Pohon kluwak dengan tajuk

lebat bisa mencapai tinggi 40 meter dan diameter 100 cm. Pohon kluwak dapat

mencapai umur 100 tahun, tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 10-1000

mdpl., baik pada tanah berbatu, tanah liat, bahkan tanah yang miskin unsur hara.

Di Pulau Jawa, kluwak umumnya tumbuh di daerah-daerah pada ketinggian di

(30)

Daun kluwak berbentuk tunggal dan mengumpul pada ujung ranting serta

bertangkai panjang. Helaian daun dari pohon muda berlekuk tiga, pada pohon tua

daun berbentuk bulat telur melebar ke pangkal berbentuk jantung dengan ujung

yang meruncing. Daun memiliki permukaan atas licin dan berwarna hijau

mengkilap. Permukaan bawah daun terdapat bulu-bulu halus berwarna coklat

dengan tulang daun menonjol. Panjang daun berkisar 20 hingga 60 cm dan lebar

15-40 cm. Bunga kluwak memiliki warna coklat kehijauan yang muncul pada

ketiak daun atau di ujung ranting (Arini, 2012).

Buahnya berbentuk bulat telur sampai lonjong dengan diameter 10-25

cm, daging buah berwarna putih sampai kuning pucat, memiliki tekstur lunak

(Arini, 2012). Tiap buah berisi sampai 18 biji atau lebih, kulit biji sangat tebal

dan keras (Heriyanto dan Subiandono, 2008). Setiap biji buah kluwak terbalut

daging buah berwarna kuning (Rahmadani, 2012). Biji kluwak yang telah masak

atau jatuh dari pohon (kulitnya hitam) kemudian dijemur (dikeringkan) yang

dikenal dengan nama kluwak (Yuningsih, 2004). Hasil fermentasi biji kluwak

[image:30.612.108.509.178.673.2]

dapat dilihat pada gambar 1.

(31)

3. Kandungan kimia

Biji kluwak mengandung asam lemak linoleat dan oleat yang cukup

tinggi, selain itu terdapat pula golongan flavonoid (Sunanto, 1993), saponin, dan

triterpenoid, (Pasaribu dkk., 2011). Daging biji kluwak yang difermentasi

mengandung kumarin (Sumiar dkk., 2006). Kandungan kumarin dalam ekstrak

etanol biji kluwak yaitu sebesar 974,274 µg/mL (Sumardi dan Dwiatmaka,

2014b). Biji merupakan bagian dari kluwak yang mengandung sianida paling

tinggi. Kandungan tertinggi sianida terdapat dalam biji, diikuti oleh buah, daun,

batang dan akar. Kandungan sianida dalam biji kluwak cukup tinggi maka perlu

dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum pemakaiannya. Sianida merupakan

bahan beracun yang dihasilkan dari proses hidrolisis glikosida sianogen oleh

enzim yang terdapat dalam tumbuhan itu sendiri (Yuningsih, 2004).

Di Indonesia, daging biji pohon ini dapat dimakan setelah dilakukan

penghilangan dari sianogen glukosida. Kluwak difermentasi dengan cara tertentu;

bijinya dipanen dan ditempatkan di lahan terbuka selama 10 hari. Biji-biji

tersebut kemudian diangkat, dicuci, dan direbus selama 3 jam untuk

menghilangkan sianida. Setelah pendinginan, biji dikuburkan (dalam ruangan) ke

dalam abu, daun pisang, maupun dipendam dalam tanah selama 40 hari. Biji

kemudian akan berubah warna dari warna putih krem sampai coklat gelap atau

hitam. Biji yang difermentasi ini kemudian dibersihkan dan siap untuk digunakan

sebagai rempah-rempah (Suyanto, 2012). Kandungan biji kluwak tersaji dalam

(32)
[image:32.612.103.511.119.513.2]

Tabel I. Nutrition factdari biji kluwak

Nutrition Fact Berat per 100 gram (atau 100 mL)

Energi 2428 kj

Protein 15 g

Lemak (Total) 50 g

Karbohidrat (Total) 17 g

Gula 4 g

Serat 10 g

Sodium

-Potassium 680 mg

Kalsium 0

Vitamin A 0

Vitamin C 0

Zat Besi 0

(Suyanto, 2012)

Tabel II. Anti-nutritional factors dari biji kluwak

Anti-Nutritional Factors Konsentrasi (µg/g)

Arsen

-Sianida 1834

Timah 1.8

Asam Fitat

-Tanin 0.46

Alkaloid

-(Suyanto, 2012)

4. Kegunaan

Kluwak (nama lain pangi, pakem, kluwek) memiliki berbagai khasiat

baik yaitu sebagai bahan rempah, sayur, atau obat-obatan (Arini, 2012). Biji

kluwak dapat dipakai sebagai antioksidan, bahan baku pembuatan minyak goreng

alternatif (Yuningsih, 2004). Kumarin pada ekstrak etanol biji kluwak dapat

menyebabkan perpanjangan Prothrombin Time hewan uji (Sumardi dan

Dwiatmaka, 2014a), di mana perpanjangan Prothrombin Time merupakan suatu

(33)

B. Kumarin

Kumarin (1, 2 – Benzopyrone) (Chemtex, 2015), termasuk ke dalam

golongan senyawa fenil propanoid yang merupakan senyawa fenol alam bercincin

[image:33.612.104.507.207.566.2]

dengan rantai samping tiga atom karbon (Budiman, 2001).

Gambar 2. Struktur kimia kumarin (Seigler, 1998)

Kumarin (gambar 2) mempunyai bioaktivitas yang bervariasi di

antaranya sebagai antikoagulan, antimikroba, anticacing, obat penenang, hipnotis,

pengurang rasa sakit, dan penurun panas (Budiman, 2001). Kelompok kumarin

dari antikoagulan oral terdiri dari warfarin (Coumadin) dan dikumarol.

Antikoagulan menghambat sintesis vitamin K pada hati, sehingga mempengaruhi

faktor-faktor pembekuan II, VII, IX, dan X. Obat-obat ini terutama dipakai untuk

mencegah keadaan tromboembolik, seperti tromboflebitis, emboli paru-paru, dan

pembentukan emboli akibat fibrilasi atrial. Antikoagulan oral memperpanjang

masa pembekuan dan dipantau dengan masa protrombin (PT) (Kee dan Hayes,

1996). Kumarin memiliki LD50680 mg/kg BB pada tikus (Chemtex, 2015).

Kumarin dapat larut dalam etanol (Chemicalland21, 2013). Kelarutan

kumarin dalam air sebesar <0,1 mg/mL sedangkan pada etanol sebesar ≥100

mg/mL (Keith dan Walters, 1992). Kumarin bersifat stabil, apabila disimpan pada

kondisi normal yang telah ditentukan. Kumarin disimpan pada keadaan dingin,

(34)

sederhana dapat dideteksi dengan menambahkan larutan FeCl31% dalam air atau

etanol ke dalam larutan cuplikan, sehingga menimbulkan warna hijau, merah,

ungu, biru, atau hitam yang kuat (Budiman, 2001).

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu

(Simanjuntak, 2008). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang terisi diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan. Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana

adalah ekstraksi dalam labu besar berisi biomasa yang diagitasi menggunakan

stirer, dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar

secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolarannya makin tinggi.

Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak

tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai

(Istiqomah, 2013).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan

pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi

(35)

keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Istiqomah, 2013).

Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan

berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi

yang lebih cepat didalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan

turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak

memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan

simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang

diperoleh (Istiqomah, 2013).

Maserasi dipilih karena dalam proses tersebut akan terjadi pemecahan

dinding sel dan membran sel dalam tumbuhan sehingga senyawa metabolit

sekunder yang berada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik

(Pasaribu dkk., 2011). Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu,

prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana, metode eskraksi maserasi tidak

dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin

memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa

memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Istiqomah,

2013).

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut (senyawa terlarut)

dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak hanya

menjadi kental/pekat (Istiqomah, 2013). Pompa vakum digunakan agar dalam alat

akan terjadi pengurangan tekanan dan pelarut akan menguap dibawah titik

(36)

proses pemekatan (Pasaribu dkk., 2011). Prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi

efek sediaan obat herbal yang dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis

pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif

yang terlarut berbeda (Dewoto, 2007).

D. Emulsi

Emulsi merupakan sistem dua fase di mana larutan sebagai fase

terdispersi akan didispersikan ke dalam larutan lainnya yang berperan sebagai fase

luar. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase

pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau

larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak

merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak (Niazi,

2009).

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan

akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Konsistensi emulsi sangat

beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat

(Depkes RI, 1995). Kebanyakan emulsi farmasetis untuk administrasi oral

didesain dengan tipe M/A, sedangkan untuk lotion dan krim bisa menggunakan

tipe M/A atau A/M, tergantung dari penggunaannya (Remington, 2006).

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam

(37)

a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinu / fase terdispersi / fase dalam

Zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.

b. Fase eksternal / fase kontinu / fase pendispersi / fase luar

Zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan

pendukung) emulsi tersebut.

c. Emulgator

Bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi, contohnya

Span 80 dan Tween 80.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke

dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen

saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan antioksidan. Pengawet

yang sering digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan

butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium kuartener (Syamsuni,

2007).

E. Proses Emulsifikasi

Pada proses terbentuknya emulsi, dikenal beberapa macam teori yang

melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.

1. Teori tegangan permukaan (surface tension)

Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat

cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya

kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan

permukaan (surface tension). Sedangkan perbedaan tegangan bidang batas dua

(38)

batas (interfacial tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di

bidang batas, semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Penambahan

emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan yang terjadi pada

bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur

(Syamsuni, 2007).

2. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge)

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya

kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka

air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut

dalam minyak. Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Kelompok hidrofilik. Bagian emulgator yang suka air.

b. Kelompok lipofilik. Bagian emulgator yang suka minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya.

Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air

dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu

keseimbangan (Syamsuni, 2007).

3. Teori film plastik (interfacial film)

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air

dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase

dispers atau fase internal. Usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung

menjadi terhalang dengan terbungkusnya partikel tersebut. Dengan kata lain, fase

(39)

Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator

yang dipakai adalah :

a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak

b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers

c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua

partikel dengan segera (Syamsuni, 2007).

4. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung

berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan

lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di

depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2

benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak

setiap usaha partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu

molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel

minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel

akan tolak menolak, dan stabilitas emulsi akan bertambah.

Terjadinya muatan listrik di sekeliling fase dispers disebabkan oleh salah

satu dari ketiga cara ini :

a. Terjadinya ionisasi pada permukaan partikel oleh molekul partikel itu

sendiri

b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya

(40)

5. Teori pasak

Perbandingan hipnotik pada batas antar permukaan dapat dibayangkan

dengan teori pasak. Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator

dan menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi

M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal emulgatornya larut air, bagian hidrofilnya

akan menebal dan memenuhi ruang melalui keteraturan steriknya atau akibat

proses hidratasinya. Pada emulgator lipofil, efek pasak menyebabkan

melengkungnya batas antar permukaan mengelilingi tetesan air. Teori pasak

bukan teori yang bersifat mutlak dan berlaku umum (Voigt, 1994).

6. Metode phase inversion temperature (PIT)

Metode ini menggunakan kenyataan bahwa stabilitas emulsi minyak

dalam air (M/A) yang mengandung emulgator non-ionik berhubungan erat dengan

tingkat hidrasi pada permukaan film. Stabilitas emulsi menurun dengan adanya

peningkatan suhu atau penambahan garam karena suhu dan garam akan

menurunkan tingkat hidrasi pada permukaan film. Inversi fase terjadi karena

adanya perubahan dari film emulgator lebih larut di air pada suhu rendah menjadi

lebih larut pada minyak pada suhu tinggi, yang akan terjadi pada suhu yang

spesifik untuk masing-masing emulsi dan dapat dideterminasi secara

eksperimental. Emulsi M/A relatif stabil bila disimpan dan digunakan pada suhu

20oC dan 65oC di bawah PIT, karena film yang terbentuk cukup hidrasi.

Campuran emulgator dengan Hydrophile – Lipophile Balance (HLB) yang sama

menghasilkan emulsi dengan PIT yang berbeda karena aditif dan interaksi di

(41)

F. Emulsifying Agent

Emulsifying agent merupakan agen yang membantu untuk menstabilkan

emulsi dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan menjaga perpisahan

dari droplet-droplet dengan membentuk lapisan pelindung pada permukaan.

Klasifikasi dari emulsifying agentadalah sebagai berikut:

1. Emulsifying agent alam

Emulsifying agent alam merupakan emulsifying agent yang berasal dari

tumbuhan maupun hewan. Terdapat tiga macam yaitu polisakarida (misalnya

Acacia), semi polisakarida sintetis (misalnya metilselulosa,

karboksimetilselulosa), dan yang mengandung substansi sterol (misalnya

beeswax).

2. Emulsifying agent sintetis (surfaktan)

Emulsifying agent sintetis (surfaktan) terdiri dari 3 macam yaitu

surfaktan anionik (misalnya sodium stearat, trietanolamin oleat), surfaktan

kationik (misalnya cetrimidedan benzalkonium klorida), dan surfaktan non-ionik

(misalnya bahan-bahan tipe ester gliserol, sorbitan ester, dan polisorbat)

3. Emulsifying agent solid

Contoh dari emulsifying agent solid misalnya bentonit, dan aluminium

magnisium silikat (Rees, Smith, dan Jennie, 2014).

Emulsifying agents biasanya digunakan secara kombinasi dengan

emulsifying agents lainnya karena dapat menghasilkan emulsi yang lebih baik.

(42)

a. Penggunaan kombinasi emulsifying agents dapat menghasilkan HLB

yang seimbang dan sesuai.

b. Penggunaan kombinasi emulsifying agents dapat meningkatkan stabilitas

dan cohesivenessdari interfacial film.

c. Penggunaan kombinasi emulsifying agents dapat mempengaruhi

konsistensi dari emulsi (Remington, 2006).

Kriteria emulsifying agent yang ideal adalah tidak berwarna, tidak

berbau, tidak berasa, tidak beracun, tidak menimbulkan iritasi, dan dapat

menghasilkan emulsi yang stabil (Rees dkk., 2014).

G. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile Balance)

Setiap jenis emulgator memiliki nilai keseimbangan yang besarnya tidak

sama. Nilai keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl-Lipophyl

Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil

dengan kelompok lipofil. Semakin besar nilai HLB, berarti semakin banyak

kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air

dan demikian sebaliknya. Nilai HLB dan kegunaan emulgator dapat dilihat dalam

[image:42.612.101.512.150.678.2]

tabel III.

Tabel III. Nilai HLB dan kegunaan emulgator

Nilai HLB Kegunaan

1-3 Anti foaming agent

4-6 Emulgator tipe w/o

7-9 Bahan pembasah (Wetting agent)

8-10 Emulgator tipe o/w

13-15 Bahan pembersih (Detergent)

(43)
[image:43.612.105.508.187.534.2]

H. Span 80

Gambar 3. Struktur kimia Span 80 (Sigma-Aldrich, 2015)

Span 80 atau Sorbitan monooleate (gambar 3) merupakan surfaktan

nonionik yang berfungsi sebagai emulsifying agent, solubilizing agent, maupun

wetting dan suspending agent. Span 80 termasuk golongan sorbitan ester. Span

80 memiliki kenampakan berbentuk cairan yang kental berwarna kuning. Span 80

secara umum larut atau terdispersi dalam minyak maupun dalam pelarut organik.

Span 80 digunakan dalam formulasi kosmetik, produk makanan, dan

pharmaceutical formulations untuk penggunaan oral dan topikal. Span 80

termasuk material non-toksik dan tidak menyebabkan iritasi. Ketentuan WHO

mengenai batas aman Span 80 yang dapat dikonsumsi per-harinya sampai 25

mg/kg BB (Rowe, 2006).

Span 80 memiliki nilai HLB 4,3. Ketika digunakan sendirian, sorbitan

ester menghasilkan emulsi tipe air dalam minyak dan mikroemulsi. Sorbitan ester

juga biasa digunakan dalam kombinasi dengan golongan polisorbat untuk

menghasilkan emulsi ataupun krim tipe air dalam minyak ataupun minyak dalam

air. Span 80 dapat digunakan dengan konsentrasi sebesar 1-10%. dalam

penggunaannya sebagai kombinasi dengan emulsifiers hidrofilik dalam

(44)
[image:44.612.130.503.111.198.2]

I. Tween 80

Gambar 4. Struktur kimia Tween 80 (Sigma-Aldrich, 2015)

Tween 80 (gambar 4) merupakan golongan polisorbat. Tween 80

berbentuk cairan berwarna kuning dan berminyak. Tween 80 atau Polysorbate 80

merupakan emulsifying agent, surfaktan nonionik, solubilizing agent, serta wetting

dan suspending agent. Secara luas, penggunaan Tween 80 adalah untuk formulasi

kosmetik, produk makanan, dan pharmaceutical formulations untuk penggunaan

oral, parenteral, dan topikal (Rowe, 2006).

Tween 80 mempunyai nilai HLB sebesar 15. Tween 80 adalah surfaktan

hidrofilik yang biasa digunakan sebagai emulsifying agents dalam pembuatan

emulsi tipe minyak dalam air. Tween 80 merupakan material non-toksik dan tidak

menyebabkan iritasi. LD50 dari Tween 80 pada tikus untuk penggunaan oral

sebesar 25 g/kg BB (Rowe, 2006).

J. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain eksperimen dengan adanya dua atau lebih

variabel independen yang dimanipulasi. Istilah “variabel independen” pada

desain faktorial diganti dengan “faktor”. Desain faktorial yang paling sederhana

tentu hanya melibatkan dua variabel independen, yang disebut dengan two factor

(45)

Desain faktorial yang paling sederhana adalah desain faktorial 2 x 2

dengan menyertakan hanya dua variabel independen, dan masing-masing variabel

independen mempunyai jumlah level yang minimal, yakni dua level. Karena

melibatkan lebih dari satu variabel independen, uji menjadi lebih kompleks,

karena yang menjadi tujuan eksperimen tidak sekadar menguji ada tidaknya

kausalitas variabel dependen dan variabel independen, namun juga perlu diketahui

ada tidaknya interaksi di antara variabel independen itu sendiri. Hal ini

memunculkan upaya pengukuran main effectdan interaction(Santoso, 2010a).

Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

[image:45.612.106.514.225.660.2]

yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

A + -

-B - +

-AB + + +

(Bolton, 1997)

Keterangan :

a. Formula 1 = formula dengan faktor A pada level rendah dan faktor B pada

level rendah

b. Formula A = formula dengan faktor A pada level tinggi dan faktor B pada

level rendah

c. Formula B = formula dengan faktor A pada level rendah dan faktor B pada

level tinggi

d. Formula AB = formula dengan faktor A pada level tinggi dan faktor B pada

(46)

Rumus yang digunakan dalam desain faktorial untuk menentukan

persamaan desain faktorial yaitu, Y = b0+ b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB)...(1)

Keterangan:

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA, XB = level faktor A, level faktor B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Contour plot suatu respon tertentu dapat dibuat dari persamaan (1) dan

data yang diperoleh, hasilnya akan sangat berguna dalam memilih komposisi

campuran yang optimum (Bolton, 1997). Perhitungan selisih antara rata-rata

respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah dapat dilakukan

untuk mengetahui besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya.

Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut:

Efek faktor A = ...(2)

Efek faktor B = ...(3)

Efek interaksi = ...(4)

K. Landasan Teori

Kluwak memiliki berbagai kandungan kimia, salah satunya adalah

kumarin (Sumiar dkk., 2006). Ekstraksi biji kluwak untuk mengambil senyawa

kumarin dilakukan dengan metode maserasi untuk menghindari degradasi

senyawa aktif dalam biji kluwak. Pelarut yang digunakan adalah etanol 99%

dengan dasar kelarutan kumarin yang besar pada etanol (Keith dan Walters, 1992).

(47)

µg/mL (Sumardi dan Dwiatmaka, 2014b). Kumarin mempunyai bioaktivitas

diantaranya sebagai antikoagulan (Budiman, 2001). Ekstrak etanol biji kluwak

dapat menyebabkan perpanjangan Prothrombin Time hewan uji (Sumardi dan

Dwiatmaka, 2014a), di mana perpanjangan Prothrombin Time merupakan suatu

indikator adanya inhibitor faktor pembekuan darah (Kamal dkk., 2007).

Emulsi merupakan sistem dua fase di mana larutan sebagai fase

terdispersi akan didispersikan ke dalam larutan lainnya yang berperan sebagai fase

luar. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan

akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah (Depkes RI, 1995).

Kebanyakan emulsi farmasetis untuk administrasi oral didesain dengan tipe M/A

(Remington, 2006).

Span 80 atau Sorbitan monooleatemerupakan surfaktan nonionik. Span

80 memiliki nilai HLB 4,3. Ketentuan WHO mengenai batas aman Span 80 yang

dapat dikonsumsi per-harinya sampai 25 mg/kg BB. Span 80 dapat digunakan

dengan konsentrasi sebesar 1-10% dalam penggunaannya sebagai kombinasi

dengan emulsifiers hidrofilik dalam pembuatan emulsi tipe minyak dalam air,

(Rowe, 2006). Tween 80 atau Polysorbate 80 merupakan surfaktan nonionik.

Tween 80 mempunyai nilai HLB sebesar 15. LD50 dari Tween 80 pada tikus

untuk penggunaan oral sebesar 25 g/kg BB (Rowe, 2006).

Desain faktorial adalah desain eksperimen dengan adanya dua atau lebih

variabel independen (faktor) yang dimanipulasi (Santoso, 2010a). Desain

(48)

hubungan antara Span 80 dan Tween 80 sebagai faktor dengan ukuran droplet,

viskositas, pertumbuhan ukuran droplet, dan pergeseran viskositas sebagai respon

dari penelitian, serta ada tidaknya interaksi di antara faktor-faktor. Penggunaan

kombinasi Span 80 dan Tween 80 didasarkan pada nilai HLB dari Span 80 dan

Tween 80, kemudahan pencampuran terkait dengan bentuk cair dari Span 80 dan

Tween 80, kelarutannya dalam fase pendispersi, serta keamanannya untuk

penggunaan oral.

L. Hipotesis

1. Variasi jumlah Span 80, Tween 80, dan kombinasi Span 80-Tween 80 pada

level yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap sifat fisis (ukuran droplet

dan viskositas) dan stabilitas fisis (pertumbuhan ukuran droplet dan pergeseran

viskositas) emulsi ekstrak etanol biji kluwak.

2. Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya bersifat dominan dalam

menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak.

3. Dapat ditemukan area komposisi optimum Span 80 dengan Tween 80 pada

(49)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan

rancangan penelitian faktorial dengan tujuan untuk mengetahui jumlah optimum

dari Span 80 dan Tween 80 sebagai emulgator pada formula yang menghasilkan

sediaan emulsi dengan sifat basis dan stabilitas fisis yang dikehendaki.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Komposisi Span 80 dengan level rendah sebesar 3 gram

dan level tinggi sebesar 5 gram, serta komposisi Tween 80 dengan level

rendah sebesar 7 gram dan level tinggi sebesar 9 gram.

b. Variabel tergantung. Sifat fisis emulsi dan stabilitas fisis emulsi. Sifat

fisis emulsi meliputi organoleptis, pH, tipe emulsi, indeks creaming,

ukuran droplet, dan viskositas. Stabilitas fisis emulsi meliputi perubahan

pH, perubahan tipe emulsi, indeks creaming, pertumbuhan ukuran

droplet dan pergeseran viskositas selama 4 minggu penyimpanan.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Kecepatan putar mixer, kondisi

bahan-bahan, alat-alat yang digunakan, serta komposisi emulsi selain Span 80

(50)

b. Variabel pengacau tak terkendali. Suhu dan kelembaban ruangan

pembuatan serta ruangan penyimpanan.

C. Definisi Operasional

1. Biji kluwak

Biji kluwak adalah biji dari buah kluwak yang sudah difermentasi

didapatkan dari perkebunan kluwak Desa Sentul Salak, Kecamatan Cluwak,

Kabupaten Pati, Indonesia.

2. Ekstrak etanol biji kluwak

Ekstrak etanol biji kluwak adalah ekstrak cair berwarna hitam dengan

kekentalan seperti madu, diperoleh dari daging biji kluwak yang diekstraksi

menggunakan pelarut etanol dengan maserasi, kemudian pelarut diuapkan

sehingga tidak ada etanol dalam ekstrak, serta dipekatkan untuk mendapatkan

massa bobot tetap dari ekstrak.

3. Emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Emulsi ekstrak etanol biji kluwak adalah suatu sediaan setengah padat

dengan tipe fase minyak terdispersi dalam air (M/A) untuk penggunaan secara

oral yang mengandung ekstrak etanol biji kluwak, dibuat sesuai formula dan

prosedur yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

4. Surfaktan

Surfaktan adalah suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan

gugus lipofilik sehingga dapat menyatukan campuran yang terdiri dari air dan

(51)

5. Sifat fisis

Sifat fisis adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas

fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak, meliputi organoleptis (bau, warna, bentuk),

pH, tipe emulsi, dan indeks creaming. Sifat fisis yang diuji nilai efeknya secara

statistik yaitu ukuran droplet dan viskositas. Hasil yang diharapkan dari

organoleptis emulsi yang dihasilkan adalah tidak berbau tengik, warna dari

keseluruhan sediaan yang dihasilkan sama, dan bentuk homogen. Hasil yang

diharapkan dari pH, tipe emulsi, dan indeks creaming emulsi yang dihasilkan

adalah pH netral (6,5-7,5), tipe emulsi M/A, dan tidak terjadi creaming. Hasil

yang diharapkan dari ukuran droplet dan viskositas emulsi yang dihasilkan adalah

ukuran droplet 25 µm – 30 µm dan viskositas 10 d.Pa.s – 35 d.Pa.s.

6. Stabilitas fisis

Stabilitas fisis adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui

tingkat kestabilan fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak, meliputi perubahan pH,

perubahan tipe emulsi, dan indeks creaming, selama 4 minggu penyimpanan.

Stabilitas fisis yang diuji nilai efeknya secara statistik yaitu pertumbuhan ukuran

droplet dan pergeseran viskositas. Hasil dari stabilitas fisis yang diharapkan

adalah tidak ada perbedaan yang signifikan selama masa penyimpanan.

7. Faktor

Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon. Dalam penelitian ini,

(52)

8. Level

Level adalah tingkatan jumlah atau besarnya faktor, dalam penelitian ini

terdapat 2 level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah untuk Span 80

adalah 3 gram dan level tinggi untuk Span 80 adalah 5 gram. Level rendah untuk

Tween 80 adalah 7 gram dan level tinggi untuk Tween 80 adalah 9 gram.

9. Respon

Respon adalah besaran yang akan diamati perubahannya secara

kuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah ukuran droplet dan viskositas di

mana ukuran droplet dan viskositas merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap stabilitas fisis emulsi yang dihasilkan.

10. Efek

Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.

11. Desain faktorial

Desain faktorial adalah metode rasional untuk menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap

kualitas produk (emulsi ekstrak etanol biji kluwak).

12. Contour plot

Contour plotadalah garis-garis respon dari ukuran droplet dan viskositas

yang dibuat melalui persamaan desain faktorial.

13. Area optimum

Area optimum adalah area yang menghasilkan emulsi ekstrak etanol biji

(53)

14. Superimposed contour plot

Superimposed contour plotadalah penggabungan garis-garis contour plot

pada area optimum yang telah dipilih pada uji ukuran droplet dan viskositas.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kluwak (Pangium

edule Reinw.) (diperoleh dari perkebunan kluwak Desa Sentul Salak, Kecamatan

Cluwak, Kabupaten Pati), Olive Oil pharmaceutical grade (Brataco Chemica,

Yogyakarta), gliserin pharmaceutical grade (Brataco Chemica, Yogyakarta),

sukrosa (PG Madukismo, Yogyakarta), Span 80 pharmaceutical grade (Brataco

Chemica, Yogyakarta), Tween 80 pharmaceutical grade (Brataco Chemica,

Yogyakarta), Gom arab pharmaceutical grade (Brataco Chemica, Yogyakarta),

perisa coklat (Goldbagde, Toko Roti Indo Baru, Yogyakarta), sodium bikarbonat

(Toko Roti Indo Baru, Yogyakarta), etanol 99% pro analysis (CV Genera Labora,

Yogyakarta), indikator pH universal (Merck, CV Genera Labora, Yogyakarta),

aquadest (Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta), reagen methylene blue dan metil paraben pharmaceutical

grade (Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Padat, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta), standar kumarin, kalium hidroksida,

n-hexana pro analysis, etil asetat pharmaceutical grade, dan diklorometan pro

analysis (Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas

(54)

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Iwaki Pirex®, Japan), mortir, stamper, timbangan, cawan porselin, plat tetes,

pipet tetes, waterbath, mixer (AirLux), mikroskop (Olympus CH2, Japan), object

glass, micrometer objective, Viscotester (seri VT 04, Rion™, Japan), tabung

reaksi berskala (Fortuna® W-Germany), detektor sinar UV, chamber, silica gel

GF 254, pipa kapiler, dan penyemprot.

F. Tata Cara Penelitian

1. Preparasi serbuk kluwak dari biji kluwak

Biji kluwak yang sudah matang dipendam dalam abu selama 1 bulan

untuk difermentasi. Biji kluwak yang sudah difermentasi dipecah kulitnya

kemudian diambil dagingnya. Daging biji kluwak diratakan di atas nampan

kemudian dimasukkan ke dalam dehumidifier kemudian ditutup. Dehumidifier

diset dengan suhu 50oC selama 24 jam. Daging biji kluwak yang sudah kering

kemudian dikeluarkan dari dehumidifier kemudian diblender sampai

menghasilkan serbuk. Serbuk disimpan dalam wadah tertutup.

2. Ekstraksi serbuk daging biji kluwak

Serbuk yang didapatkan dari preparasi serbuk biji kluwak diekstraksi

dengan maserator menggunakan pelarut etanol 99% pro analysis dengan

penggantian pelarut (remaserasi) setiap 24 jam selama 3 hari. Ekstrak yang

didapat kemudian dipekatkan dengan mengunakan vacuum rotary evaporator

(55)

waterbath pada suhu 40o-45°C sampai didapat ekstrak dengan masa kental

(ditunjukkan dengan bobot tetap), dihitung rendemennya.

3. Uji kualitatif ekstrak etanol biji kluwak dengan metode pewarnaan

Sebanyak 0,14 gram ekstrak etanol biji kluwak dilarutkan dalam 10 mL

aquadest hangat, kemudian difraksinasi dengan 10 mL diklorometan. Fraksi

diklorometan diambil kemudian ditotolkan pada silica gel GF 254 bersebelahan

dengan penotolan standar kumarin dengan konsentrasi 1600 ppm dan fraksi

etanol-air. Hasil penotolan dielusikan dengan menggunakan fase gerak campuran

n-hexana dengan etil asetat dengan perbandingan 2:2, kemudian disemprot dengan

menggunakan KOH etanolis 5%. Hasil spot dideteksi pada detektor sinar UV

dengan panjang gelombang 366 nm.

4. Orientasi formula

Emulsi dibuat sesuai formula yang telah ditentukan dengan variasi

jumlah Span 80 berturut-turut 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, 7

gram, 8 gram, 9 gram, dan 10 gram masing-masing sebanyak 3 replikasi. Emulsi

dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setelah 48 jam. Irisan dari jumlah

terkecil dan terbesar Span 80 dari kedua respon yang memberikan perubahan yang

paling linear menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

Emulsi dibuat sesuai formula yang telah ditentukan dengan variasi

jumlah Tween 80 berturut-turut 4 gram, 5 gram, 6 gram, 7 gram, 8 gram, 9 gram,

dan 10 gram masing-masing sebanyak 3 replikasi. Emulsi dilihat respon viskositas

(56)

Tween 80 dari kedua respon yang memberikan perubahan yang paling linear

menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

5. Formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Formula yang dipilih sebagai dasar pembuatan emulsi ekstrak etanol biji

[image:56.612.101.512.248.710.2]

kluwak memiliki komposisi formula yang dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Formula acuan pembuatan emulsi (Yusvita, 2010)

Bahan Jumlah (g) Fungsi

Ekstrak etanol pare 14 senyawa aktif

Aquadest 10 pelarut senyawa aktif

Gliserin 7,9 peningkat viskositas fase air

Sukrosa 50% b/v 5 menurunkan perbedaan densitas fase air dan fase minyak

Span 80 12,6 surfaktan fase minyak

Tween 80 2,4 surfaktan fase air

VCO 48 pelarut f

Gambar

Gambar 1.  Biji kluwak yang sudah difermentasi (Sufi, 2009)
Tabel I.  Nutrition fact dari biji kluwak
Gambar 2. Struktur kimia kumarin (Seigler, 1998)
Tabel III.  Nilai HLB dan kegunaan emulgator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tween 80, span 80 dan interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan kestabilan sediaan emulgel serta

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui faktor yang dominan di antara Texapon ® N70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis dalam menentukan respon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi tween 80 dan span 80, serta menentukan formula optimum terhadap karakteristik fisik dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tween 80, span 80 dan interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan kestabilan sediaan emulgel serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi tween 80 dan span 80, serta menentukan formula optimum terhadap karakteristik fisik dan

Optimasi formula nanoemulgel bahan aktif kuersetin dilakukan untuk bisa menemukan area kombinasi surfaktan tween-80 dan span-80 yang optimum agar bisa didapatkan

Hasil analisis ANOVA dari nilai ukuran partikel memiliki model dengan p- value &lt; 0,05 yakni kurang dari 0,0001, yang menunjukkan bahwa faktor variasi surfaktan

Penentuan nilai CMC dengan metode indeks bias diteliti dengan cara membuat larutan surfaktan Span 80 dengan cara menimbang Span 80 sebanyak 100 mg,kemudian dilarutkan