• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Etanol Biji Kluwak

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan pada sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan pada 48 jam setelah pembuatan dengan tujuan agar organoleptis yang diteliti dari emulsi tidak terpengaruh oleh faktor pengacau pada saat pembuatan, misalnya terdapat gelembung setelah pengadukan dengan mixer. Uji ini meliputi pengamatan terhadap warna, bau, serta bentuk dari sediaan. Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan dapat memenuhi aspek acceptability atau tidak, terkait bahwa sediaan dalam penelitian ini akan diperuntukkan untuk penggunaan secara oral. Tabel IX berisi hasil pengamatan uji organoleptis sediaan yang dihasilkan.

Tabel IX. Data uji organoleptis emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Kriteria Formula 1 Formula A Formula B Formula AB

Warna Coklat Mengkilap Coklat Mengkilap Coklat Mengkilap Coklat Mengkilap

Bau Coklat Coklat Coklat Coklat

Bentuk Cair, kental, homogen Cair, kental, homogen Cair, kental, homogen Cair, kental, homogen Berdasarkan tabel VII dapat dilihat bahwa seluruh emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan memiliki warna, bau, serta bentuk yang seragam, tidak berbau tengik, dan tidak menggumpal. Dengan hasil ini, diharapkan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan dapat memenuhi aspek acceptability. 2. Uji pH

Uji pH dilakukan pada sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan pada 48 jam serta 4 minggu setelah pembuatan menggunakan indikator kertas pH universal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan memiliki pH yang terlalu asam ataupun terlalu basa serta untuk mengetahui apakah terdapat perubahan pH selama penyimpanan. pH sediaan yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah pH netral yaitu 6,5 – 7,5 yang merupakan pH yang acceptable untuk sediaan emulsi oral. Hal ini didasarkan pada kenyamanan penggunaan sediaan, di mana apabila pH sediaan terlalu rendah maka dimungkinkan rasa sediaan menjadi lebih asam ataupun apabila pH sediaan terlalu tinggi maka dimungkinkan rasa sediaan menjadi lebih pahit. Tabel X berisi mengenai hasil pengamatan uji pH sediaan yang dihasilkan pada 48 jam setelah pembuatan.

Tabel X. Data uji pH (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak Formula pH 48 jam 4 minggu 1 7,5 ± 0 7,5 ± 0 A 7,5 ± 0 7,5 ± 0 B 7,5 ± 0 7,5 ± 0 AB 7,5 ± 0 7,5 ± 0

Emulsi yang dihasilkan memiliki pH yang seragam, masuk dalam rentang pH yang diinginkan, serta tidak mengalami perubahan pH untuk semua formula (tabel X). Hasil pengujian pH menunjukkan bahwa pH emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan stabil selama 4 minggu sehingga diharapkan sediaan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.

3. Uji penentuan tipe emulsi

Uji penentuan tipe emulsi dilakukan pada sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan pada 48 jam serta 4 minggu setelah pembuatan. Uji tipe emulsi dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi apakah yang terbentuk pada sediaan yang dihasilkan serta untuk mengetahui apakah terjadi inversi fase emulsi selama penyimpanan. Sediaan emulsi yang dihasilkan diharapkan memiliki tipe minyak dalam air (M/A). Emulsi tipe minyak dalam air memiliki berbagai keuntungan terutama dalam kegunaannya untuk penggunaan secara oral, karena emulsi tipe ini larut dalam air sehingga nyaman untuk digunakan, tidak terasa lengket di mulut. Emulsi tipe M/A secara umum memang diperuntukkan untuk administrasi oral cairan yang tidak larut dalam air, terutama untuk cairan yang memiliki rasa dan bau yang tidak enak. Droplet-droplet minyak akan terlindungi

dalam medium yang larut air, sehingga rasa dan bau dari droplet minyak tersebut akan tertutupi (Durgin dan Hanan, 2005).

Uji ini dilakukan menggunakan metode pewarnaan dengan reagen methylene bluedi mana sediaan yang dihasilkan ditambah dengan methylene blue kemudian diamati kenampakannya secara mikroskopik. Reagen methylene blue merupakan reagen yang larut dalam air. Methylene blue menyebar hampir ke seluruh bagian emulsi kecuali pada droplet-droplet emulsi (lampiran 11.7). Hal ini menunjukan bahwa droplet yang terbentuk merupakan fase minyak sedangkan fase luar emulsi merupakan fase air. Hasil uji tipe emulsi pada 48 jam serta 4 minggu setelah pembuatan dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Data uji tipe emulsi sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Formula Tipe Emulsi 48 jam 4 minggu

1 M/A M/A

A M/A M/A

B M/A M/A

AB M/A M/A

Semua emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan memiliki tipe emulsi minyak dalam air baik pada 48 jam setelah pembuatan, maupun setelah 4 minggu pembuatan (tabel XI). Maka dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan memenuhi spesifikasi dalam penelitian ini (tipe emulsi M/A), serta memiliki stabilitas tipe emulsi yang baik karena tidak terjadi inversi fase.

4. Uji indeks creaming

Uji indeks creamingdilakukan untuk mengetahui serta menghitung tinggi pengendapan fase terdispersi yang terjadi. Creaming merupakan fenomena

terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain (Syamsuni, 2007). Meskipun creaming bersifat reversible namun adanya creaming merupakan tanda terjadinya ketidakstabilan pada sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan. Uji indeks creaming dilakukan pada 48 jam, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu setelah pembuatan pada tabung reaksi berskala. Hasil pengamatan dan perhitungan indeks creaming menunjukkan tidak terjadi pengendapan (creaming) atau indeks creaming sebesar 0% untuk semua formula (lampiran 7.4 dan lampiran 11.8) sampai pada pengamatan terakhir (4 minggu). Maka dapat disimpulkan bahwa sampai pada 4 minggu setelah pembuatan, sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan stabil secara fisis.

5. Uji perhitungan ukuran droplet

Ukuran droplet merupakan salah satu respon yang diteliti pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena ukuran droplet menjadi faktor yang penting dalam stabilitas emulsi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan 8 tentang hukum Stokes, di mana v merupakan kecepatan creaming,

ρ

2dan

ρ

1 merupakan densitas dari fase kontinu dan fase terdispersi, g adalah gaya gravitasi, r adalah jari-jari droplet fase terdispersi emulsi, dan

ƞ

merupakan viskositas dari fase kontinu. V = 2gr22–ρ1)...(8)

(Reineccius, 2005). Creaming akan mudah terjadi apabila terdapat perbedaan densitas yang lebih besar serta apabila ukuran droplet semakin meningkat (Schramm, 2005). Ukuran dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika,

kimia, dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal, dan topikal (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993). Perhitungan ukuran droplet dalam penelitian ini menggunakan metode Mean Droplet Diameter (MDD), di mana pengukuran ini berdasarkan perhitungan rata-rata dari diameter 500 droplet yang diamati. Ukuran droplet untuk emulsi kasar berkisar antara 10 µm sampai 50 µm (Martin dkk., 1993). Pengukuran ukuran droplet dilakukan 48 jam setelah pembuatan emulsi ekstrak etanol biji kluwak. Tujuannya adalah supaya hasil pengukuran ukuran droplet dari sediaan adalah murni menunjukkan ukuran droplet dari sediaan itu sendiri, tidak terpengaruh oleh suhu maupun gaya pengadukan saat pembuatan. Pengukuran ukuran droplet juga dilakukan secara periodik setiap minggunya sampai minggu ke-empat setelah pembuatan untuk melihat profil periodik ukuran droplet serta stabilitas dari sediaan yang dihasilkan. Tabel XII merupakan hasil pengukuran uji ukuran droplet sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan.

Tabel XII. Data uji perhitungan ukuran droplet (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Formula

Ukuran droplet (µm)

48 jam 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 1 24,68 ± 0,63 24,87 ± 0,57 25,42 ± 0,12 25,84 ± 0,40 26,17 ± 0,21 A 26,02 ± 0,13 26,19 ± 0,12 26,50 ± 0,22 26,91 ± 0,32 27,22 ± 0,29 B 24,78 ± 0,09 25,06 ± 0,22 25,28 ± 0,20 25,47 ± 0,15 25,72 ± 0,09 AB 27,60 ± 0,44 27,73 ± 0,25 27,99 ± 0,29 28,15 ± 0,28 28,42 ± 0,28

Gambar 14 merupakan grafik pertumbuhan ukuran droplet sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak tiap minggunya.

Gambar 14. Grafik pertumbuhan ukuran droplet selama penyimpanan Tabel XIII merupakan tabel hasil pengukuran % pergeseran ukuran droplet dari sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak untuk tiap formula.

Tabel XIII. Data uji % pergeseran ukuran droplet (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak Formula Ukuran droplet (µm) % Pergeseran ukuran droplet 48 jam 4 minggu 1 24,68 ± 0,63 26,17 ± 0,21 6,04% A 26,02 ± 0,13 27,22 ± 0,29 4,61% B 24,78 ± 0,09 25,72 ± 0,09 3,79% AB 27,60 ± 0,44 28,42 ± 0,28 2,97%

Data profil signifikansi pertumbuhan ukuran droplet tiap formula pada tiap waktu penyimpanan dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV. Data profil signifikansi pertumbuhan ukuran droplet emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Perbandingan waktu

p value

Formula 1 Formula A Formula B Formula AB minggu 1 - minggu 2 0,2940846 0,2610386 0,2392382 0,6973317 minggu 1 - minggu 3 0,0253533 0,0007169 0,0047039 0,2554294 minggu 1 - minggu 4 0,05791 0,0000071 0,0000219 0,0185051 48 jam - minggu 1 0,9196146 0,7413126 0,0737461 0,9579978 minggu 2 - minggu 3 0,53224 0,0708693 0,3335766 0,9235634 minggu 2 - minggu 4 0,0625 0,0006536 0,0025238 0,2318881 48 jam - minggu 2 0,1038331 0,0256033 0,0006632 0,3120832 minggu 3 - minggu 4 0,0625 0,2445524 0,1494667 0,6617155 48 jam - minggu 3 0,0070628 0,0000486 0,00001 0,0750627 48 jam - minggu 4 0,0625 0,0000006 0,0000001 0,0040667

Ukuran droplet emulsi ekstrak etanol biji kluwak tiap formula mengalami pertumbuhan ukuran dari awal pengukuran pada 48 jam hingga 4 minggu setelah pembuatan (tabel XII, tabel XIII, dan gambar 14). Tabel XIV dapat menunjukkan pada rentang waktu penyimpanan keberapakah emulsi mengalami pertumbuhan ukuran droplet yang signifikan. Uji perhitungan ukuran droplet ini menghasilkan kesimpulan bahwa sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan kurang stabil

Pertumbuhan ukuran droplet disebabkan oleh adanya flokulasi maupun koalesensi. Flokulasi merupakan fenomena droplet-droplet yang terdispersi menjadi saling berdekatan namun tidak bergabung, dan bersifat reversible. Koalesensi merupakan penggabungan dari droplet-droplet yang dapat menyebabkan pemisahan fase dalam sebuah emulsi. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menurunkan koalesensi yaitu dengan penggunaan kombinasi

emulgator maupun dengan meningkatkan viskositas interfacial film dari emulgator (Remington, 2006).

6. Uji viskositas

Viskositas merupakan salah satu sifat fisis yang efeknya dihitung secara statistik dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena viskositas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kestabilan dari emulsi, yang dapat dijelaskan dengan hukun Stokes pada persamaan 8. Creaming akan sulit terjadi, atau terjadi namun dalam waktu yang lama, apabila viskositas dari emulsi semakin tinggi (Schramm, 2005).

Rentang viskositas yang baik untuk emulsi minyak dalam air adalah 0,1 – 40 d.Pa.s (Lansbergen dan Stam, 2011). Viskositas merupakan salah satu respon yang diteliti pada penelitian ini. Pengukuran viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan emulsi ekstrak etanol biji kluwak. Tujuannya adalah supaya hasil pengukuran viskositas dari sediaan adalah murni menunjukkan viskositas dari sediaan itu sendiri, tidak terpengaruh oleh suhu maupun gaya pengadukan saat pembuatan. Pengukuran viskositas juga dilakukan secara periodik setiap minggunya sampai minggu ke-empat setelah pembuatan untuk melihat profil periodik viskositas serta stabilitas dari sediaan yang dihasilkan. Tabel XV merupakan hasil pengukuran uji viskositas sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan.

Tabel XV. Data uji viskositas (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Formula

Viskositas (d.Pa.s)

48 jam 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 1 34 ± 4,64 21 ± 4,69 18,8 ± 4,97 17,2 ± 3,56 16,2 ± 2,68 A 38,4 ± 1,14 22,8 ± 1,79 18,2 ± 2,17 16,4 ± 1,82 15,4 ± 1,67 B 27,8 ± 3,56 14,8 ± 0,45 14,8 ± 0,45 14 ± 0 14 ± 0 AB 36,4 ± 1,52 46 ± 2,92 24,4 ± 3,91 20,8 ± 2,39 18,4 ± 2,41

Gambar 15 merupakan grafik pergeseran viskositas sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak selama penyimpanan.

Gambar 15. Grafik pergeseran viskositas selama penyimpanan

Tabel XVI merupakan tabel hasil pengukuran % pergeseran viskositas dari sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak untuk tiap formula.

Tabel XVI. Data uji % pergeseran viskositas (x ± SD) emulsi ekstrak etanol biji kluwak Formula Viskositas (d.Pa.s) % Pergeseran viskositas 48 jam 4 minggu 1 34 ± 4,64 16,2 ± 2,68 52,35% A 38,4 ± 1,14 15,4 ± 1,67 59,90% B 27,8 ± 3,56 14 ± 0 49,64% AB 36,4 ± 1,52 18,4 ± 2,41 49,45%

Data profil signifikansi perubahan viskositas tiap formula pada tiap waktu penyimpanan dapat dilihat pada tabel XVII.

Tabel XVII. Data profil signifikansi perubahan viskositas emulsi ekstrak etanol biji kluwak

Perbandingan waktu

p value

Formula 1 Formula A Formula B Formula AB

minggu 1 - minggu 2 0,918551 0,05791 100 0 minggu 1 - minggu 3 0,6157108 0,05791 0,07186 0 minggu 1 - minggu 4 0,3965214 0,05676 0,07186 0 48 jam - minggu 1 0,0007438 0,05791 0,05791 0,0001784 minggu 2 - minggu 3 0,9730345 0,3874032 0,07186 0,2685892 minggu 2 - minggu 4 0,8613425 0,0902862 0,07186 0,0186286 48 jam - minggu 2 0,0001173 0 0,05791 0,0000092 minggu 3 - minggu 4 0,9953625 0,8003141 100 0,6444072 48 jam - minggu 3 0,0000318 0 5x10-7 0,0000002 48 jam - minggu 4 0,0000144 0 5x10-7 0

Viskositas pada tiap formula mengalami pergeseran dari awal pengukuran sampai pada minggu ke-empat setelah pembuatan (tabel XV, tabel XVI, dan gambar 15). Tabel XVII dapat menunjukkan pada rentang waktu penyimpanan keberapakah emulsi mengalami pergeseran viskositas yang signifikan. Uji viskositas ini menghasilkan kesimpulan bahwa sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dihasilkan kurang stabil, yaitu terjadi penurunan

viskositas. Nilai viskositas berbanding terbalik dengan jari-jari droplet fase terdispersi emulsi dan kecepatan creaming (persamaan 8). Ukuran droplet fase terdispersi emulsi mempengaruhi viskositas emulsi (Auernhammer, Butt, dan Vollmer, 2008). Meningkatnya ukuran droplet dari fase terdispersi emulsi akan menyebabkan menurunnya tahanan dari laju alir suatu emulsi, maka nilai viskositas akan menurun.

Adanya pergeseran viskositas juga dapat dikarenakan faktor-faktor pengacau, misalnya komposisi formula selain Span 80 dan Tween 80, suhu, dan kelembaban ruangan tempat penyimpanan sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak. Stabilitas dari gom arab dapat dicurigai sebagai faktor yang mempengaruhi pergeseran viskositas, di mana gom arab merupakan emulgator yang terbuat dari bahan alam (polisakarida). Emulsi yang diletakkan pada wadah yang tertutup dapat terpengaruh oleh suhu dan kelembaban karena wadah dari emulsi sendiri bukan merupakan wadah yang dapat menahan perubahan suhu yang terjadi di luar wadah.

E. Uji Signifikansi Faktor Terhadap Respon Uji

1. Respon ukuran droplet

Tabel XVIII. Hasil uji statistik respon ukuran droplet Formula Uji normalitas (uji Shapiro-Wilk) Uji kesamaan varians (uji Levene) Uji signifikansi (uji ANOVA) p value 1 0,2092 0,1884 5,84 x 10-9 A 0,8844 B 0,6327 AB 0,5858

Uji normalitas dilakukan sebagai awal dari prasyarat dilakukannya uji parametrik. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, di mana angka signifikansi >0,05 maka data berdistribusi normal (Santoso, 2010b). Semua formula memiliki p value lebih dari 0,05 untuk uji normalitas (tabel XVIII). Maka dapat disimpulkan bahwa respon ukuran droplet pada tiap formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki distribusi data yang normal.

Kesamaan varians merupakan salah satu syarat agar uji parametrik dapat dilakukan. Uji varians (Levene’s test) digunakan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika uji varians menghasilkan nilai p > 0,05 maka varians dari data yang diuji adalah sama (Dahlan, 2011). Semua formula memiliki p value lebih dari 0,05 untuk uji kesamaan varians (tabel XVIII). Maka dapat disimpulkan bahwa respon ukuran droplet pada tiap formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki kesamaan varians.

Uji ANOVA akan memberikan hasil dalam menentukan apakah ada relasi antara variabel bebas dan terikat dalam suatu analisis regresi linier sederhana maupun apakah terdapat kemiringan atau slope yang signifikan pada garis regresinya (Harinaldi, 2005). Bila H0adalah koefisien regresi tidak signifikan dan H1 adalah koefisien regresi signifikan maka jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, jika probabilitas < 0,05 maka H0ditolak (Santoso, 2010c). Data respon ukuran droplet pada uji signifikansi memiliki p value kurang dari 0,05 (tabel XVIII). Maka dapat disimpulkan bahwa antar formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki perbedaan yang bermakna pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji yang lebih detail untuk melihat perbandingan signifikansi dari tiap formula dilakukan dengan menggunakan uji TukeyHSDyang dapat dilihat pada tabel XIX.

Tabel XIX. Uji TukeyHSDuntuk respon ukuran droplet

Perbandingan Signifikansi Antar Formula p value B - 1 0,9829492 A - 1 0,0003216 AB - 1 0,0000000 A - B 0,0006565 AB - B 0,0000000 AB - A 0,0000480

Perbandingan antar formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang memiliki p value kurang dari 0,05 (tabel XIX) adalah perbandingan antara formula A dengan formula 1, formula AB dengan formula 1, formula A dengan formula B, formula AB dengan formula B, dan formula AB dengan formula A. Maka dapat disimpulkan bahwa antar formula tersebut saling berbeda bermakna

satu dengan yang lainnya pada taraf kepercayaan 95%. Tabel XX merupakan hasil perhitungan nilai efek dari tiap faktor serta interaksi antar kedua faktor menggunakan uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel XX. Efek Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya dalam penentuan respon ukuran droplet

Faktor Nilai Efek p value

Span 80 2,08 0,014172

Tween 80 0,84 0,009027

Interaksi 0,74 0,000602

Span 80, Tween 80, serta interaksi antara Span 80 dengan Tween 80 memiliki nilai efek yang positif, serta memiliki p value kurang dari 0,05 (tabel XX). Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor dapat memberikan kenaikan nilai efek yang signifikan pada respon ukuran droplet sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak dan Span 80 memiliki nilai efek yang paling dominan dalam menaikkan respon ukuran droplet. Persamaan desain faktorial kemudian dibuat untuk pembuatan contour plot respon ukuran droplet sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak, di mana Y menunjukkan nilai respon ukuran droplet, XA menunjukkan faktor Span 80, XB menunjukkan faktor Tween 80, dan XAXB menunjukkan interaksi antar faktor (persamaan 9).

Y=30,19(±2,91)–1,94(±0,71)XA–1,07(±0,36)XB+0,37(±0,09)XAXB...(9) 2. Respon viskositas

Tabel XXI. Hasil uji statistik respon viskositas Formula Uji normalitas (uji Shapiro-Wilk) Uji kesamaan varians (uji Levene) Uji signifikansi (uji ANOVA) p Value 1 0,094 0,3781 0,000331 A 0,814 B 0,159 AB 0,4925

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, di mana angka signifikansi >0,05 maka data berdistribusi normal (Santoso, 2010b). Semua formula memiliki p value lebih dari 0,05 pada uji normalitas (tabel XXI). Maka dapat disimpulkan bahwa respon viskositas pada tiap formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki distribusi data yang normal.

Uji varians (Levene’s test) digunakan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika uji varians menghasilkan nilai p > 0,05 maka varians dari data yang diuji adalah sama (Dahlan, 2011). Data untuk respon viskositas memiliki p value lebih dari 0,05 pada uji kesamaan varians (tabel XXI). Maka dapat disimpulkan bahwa data untuk respon viskositas pada sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki kesamaan varians.

Uji ANOVA akan memberikan hasil dalam menentukan apakah ada relasi antara variabel bebas dan terikat dalam suatu analisis regresi linier sederhana maupun apakah terdapat kemiringan atau slope yang signifikan pada garis

regresinya (Harinaldi, 2005). Data respon viskositas memiliki p valuekurang dari 0,05 pada uji signifikansi (tabel XXI). Maka dapat disimpulkan bahwa antar formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak memiliki perbedaan yang bermakna pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji TukeyHSD untuk respon viskositas dapat dilihat pada tabel XXII.

Tabel XXII. Uji TukeyHSDuntuk respon viskositas

Perbandingan Signifikansi Antar Formula p value B - 1 0,0263613 A - 1 0,1486915 AB - 1 0,6150654 A - B 0,0002811 AB - B 0,0021669 AB - A 0,735521

Perbandingan antar formula emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang memiliki p value kurang dari 0,05 adalah perbandingan antara formula B dengan formula 1, formula A dengan formula B, dan formula AB dengan formula B (tabel XXII). Nilai efek masing-masing faktor serta interaksi antar faktor juga perlu dihitung untuk mengetahui faktor mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi respon viskositas sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak. Tabel XXIII merupakan hasil perhitungan nilai efek dari tiap faktor serta interaksi antar kedua faktor menggunakan uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel XXIII. Efek Span 80, Tween 80, dan interaksi keduanya dalam penentuan respon viskositas

Faktor Nilai Efek p value

Span 80 6,5 0,36655

Tween 80 -4,1 0,04241

Interaksi 2,1 0,14616

Span 80 serta interaksi antara Span 80 dengan Tween 80 memiliki nilai efek yang positif, namun Tween 80 memiliki nilai efek yang negatif. Span 80 dan interaksi antara Span 80 dengan Tween 80 memiliki p value lebih dari 0,05 sedangkan Tween 80 memiliki p value kurang dari 0,05 (tabel XXIII). Maka dapat disimpulkan bahwa hanya faktor Tween 80 yang memberikan penurunan nilai efek pada respon viskositas sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak secara signifikan, namun Span 80 memiliki nilai efek yang paling dominan dalam menaikkan respon viskositas. Persamaan desain faktorial kemudian dibuat untuk pembuatan contour plot respon viskositas sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak, di mana Y menunjukkan nilai respon viskositas, XA menunjukkan faktor Span 80, XB menunjukkan faktor Tween 80, dan XAXB menunjukkan interaksi antar faktor (persamaan 10).

Y=71,15(±22,85)–5,15(±5,54)XA–6,25(±2,83)XB+1,05(±0,69)XAXB...(10)

F. Prediksi Komposisi Optimum Span 80 dan Tween 80

1. Respon ukuran droplet

Berdasarkan persamaan 9, dapat dibuat contour plotuntuk respon ukuran droplet seperti yang tertera pada gambar 16.

Gambar 16. Contour plot untuk respon ukuran droplet

Berdasarkan gambar 16, maka dapat diprediksi komposisi optimum yang menghasilkan ukuran droplet emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang diinginkan, terbatas pada level Span 80 dan Tween 80 yang diteliti. Ukuran droplet yang diinginkan untuk sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak pada penelitian ini adalah antara 25 µm sampai 30 µm. Ukuran droplet dari sediaan emulsi tidak boleh terlalu besar. Hal ini akan memicu terjadinya koalesensi sehingga akan menyebabkan ketidakstabilan dari sediaan (Syamsuni, 2007). Rentang ukuran droplet dari penelitian ini dipilih karena adanya keterbatasan alat dalam proses pembuatan emulsi. Proses pengecilan ukuran droplet dapat dilakukan menggunakan Ultra Thurrax namun karena adanya keterbatasan alat, maka peneliti membatasi ukuran droplet dari emulsi yang dapat dicapai.

2. Respon viskositas

Berdasarkan persamaan 10, dapat dibuat contour plot untuk respon viskositas seperti yang tertera pada gambar 17.

Gambar 17. Contour plot untuk respon viskositas

Berdasarkan gambar 17, maka dapat diprediksi komposisi optimum yang menghasilkan viskositas emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang dinginkan, terbatas pada level Span 80 dan Tween 80 yang diteliti. Viskositas yang diinginkan untuk sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak pada penelitian ini adalah antara 10 d.Pa.s sampai 35 d.Pa.s, di mana rentang yang dipilih dalam penelitian ini didasarkan pada rentang viskositas emulsi minyak dalam air yang baik yaitu 0,1 – 40 d.Pa.s (Lansbergen dan Stam, 2011). Rentang viskositas yang dipilih dalam penelitian juga didasarkan pada faktor kenyamanan dari penggunaan emulsi ini secara teknis. Viskositas yang terlalu tinggi akan menghasilkan emulsi yang sangat kental, hal ini akan mempersulit penuangan emulsi dari wadah terkait dengan laju alirnya.

3. Superimposed contour plot

Superimposed contour plot merupakan gabungan dari contour plot tiap respon yang berfungsi untuk mengetahui prediksi area komposisi optimum faktor yang menghasilkan respon ukuran droplet serta viskositas yang diinginkan,

terbatas pada level yang diteliti. Gambar 18 merupakan superimposed contour plot sediaan emulsi ekstrak etanol biji kluwak yang diperoleh.

Gambar 18. Superimposed contour plotemulsi ekstrak etanol biji kluwak Dapat dilihat bahwa area yang diarsir dalam gambar 18 merupakan prediksi area optimum komposisi emulsi ekstrak etanol biji kluwak. Area yang

Dokumen terkait