• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reoptimasi Formula Nanoemulgel Dengan Senyawa Aktif Kuersetin Dan Fase Minyak Soybean Oil: Tinjauan Sistem Surfaktan Tween-80 dan Span-80

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Reoptimasi Formula Nanoemulgel Dengan Senyawa Aktif Kuersetin Dan Fase Minyak Soybean Oil: Tinjauan Sistem Surfaktan Tween-80 dan Span-80"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

REOPTIMASI FORMULA NANOEMULGEL DENGAN SENYAWA AKTIF KUERSETIN DAN FASE MINYAK SOYBEAN OIL: TINJAUAN

SISTEM SURFAKTAN TWEEN-80 DAN SPAN-80

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Amabel Satria Cahya Adi NIM: 198114032

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

REOPTIMASI FORMULA NANOEMULGEL DENGAN SENYAWA AKTIF KUERSETIN DAN FASE MINYAK SOYBEAN OIL:

TINJAUAN SISTEM SURFAKTAN TWEEN-80 DAN SPAN-80

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Amabel Satria Cahya Adi NIM: 198114032

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

REOPTIMASI FORMULA NANOEMULGEL DENGAN SENYAWA AKTIF KUERSETIN DAN FASE MINYAK SOYBEAN OIL: TINJAUAN

SISTEM SURFAKTAN TWEEN-80 DAN SPAN-80

Skripsi yang diajukan oleh:

Amabel Satria Cahya Adi NIM: 198114032

telah disetujui oleh

Pembimbing

apt. Christofori MRR Nastiti, Ph.D Tanggal, 14 Desember 2022

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

REOPTIMASI FORMULA NANOEMULGEL DENGAN SENYAWA AKTIF KUERSETIN DAN FASE MINYAK SOYBEAN OIL: TINJAUAN

SISTEM SURFAKTAN TWEEN-80 DAN SPAN-80

Oleh:

Amabel Satria Cahya Adi NIM: 198114032

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal:10 Januari 2023

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Dewi Setyaningsih

Panitia Penguji: Tanda Tangan

1. apt. Christofori MRR Nastiti, Ph.D. ………

2. Dr. apt. Yustina Sri Hartini ………

3. Dr. apt. Rini Dwiastuti ………

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat, kesehatan, kedamaian memberikan semangat, dan menjadi teladan dalam menjejaki hidup, serta sumber jawaban dari setiap doa yang kupanjatkan disetiap hidupku. Keluarga dan teman- teman yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat. Tidak lupa juga dengan

almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah saya, maka saya bersedia menanggung segala saksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 13 Desember 2022 Penulis

Amabel Satria Cahya Adi

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Amabel Satria Cahya Adi Nomor Mahasiswa : 198114032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

REOPTIMASI FORMULA NANOEMULGEL DENGAN SENYAWA AKTIF KUERSETIN DAN FASE MINYAK SOYBEAN OIL: TINJAUAN

SISTEM SURFAKTAN TWEEN-80 DAN SPAN-80

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 13 Desember 2022 Yang menyatakan

Amabel Satria Cahya Adi

(8)

viii PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan atas kasih dan saying-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian dosen yang berjudul

“Reoptimasi Formula Nanoemulgel dengan Senyawa Aktif Kuersetin dan Fase Minyak Soybean oil”: Tinjauan Sistem Surfaktan Tween-80 dan Span-80”.

Ucapan banyak terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang membantu. Memberikan dukungan, serta bimbingan dalam proses pengerjaan skripsi ini, Penulis sampaikan kepada:

1. alm Eyang Margareta Sri Nyukupi yang telah memberikan doa dan dukungan, serta semangat.

2. Kedua orang tua penulis tercinta, dr. Yudi Susanto Sp.B-KBD dan Maria Ratih Cahyani, SE.

3. Ibu Dr. apt. Dewi Setyaningsih, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Ibu Dr. apt. Rini Dwiastuti, selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) FSMA’19 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang membantu memberi saran,kritik dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

6. Ibu apt.Christofori MRR Nastiti, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar membantu dan memberikan bimbingan maupun saran selama proses penyusunan skripsi.

7. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini. Selaku Dosen Penguji yang membantu memberi saran, kritik dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Saudara kandung penulis, Antonius Pradika Cahya Perdana dan Giovani Mulya Cahya Putra Susanto yang memberikan dukungan, doa, dan memberi semangat kepada penulis.

9. Teman seperjuangan skripsi nanoemulgel, Kalyana dan Adinda atas segala dinamika, selama perkuliahan serta penulisan skripsi ini dan teman-teman

(9)

ix

bimbingan bu Rini, Andika, Boni, Safri, Nadya, Embun, Emil, Elula dan teman-teman penelitian bu Iin, kak Rosa dan Yudith atas segala dinamika, kerja sama dan dukungannya.

10. Para sahabat 5 Sekawan, Dimas, Jovan Tri, Richardo, dan Satrio yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dukungan selama masa perkuliahan.

11. Teman-teman kelas FSMA 2019 dan Angkatan 2019 atas kebersamaannya selama kuliah.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam proses penelitian, penyusunan skripsi, semoga segala niat dan amalan baik yang telah diberikan akan mendapatkan balasan oleh Tuhan YME.

Penulis menyadari bahwa pasti adanya kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Besar harapan mendapatkan masukkan dan kritik agar hasil penelitian ini menjadi suatu kebermanfaatan yang nyata bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 13 Desember 2022 Penulis

(Amabel Satria Cahya Adi)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Kuersetin ... 5

B. Nanoemulsi ... 6

C. Nanoemulgel ... 6

D. Tween 80 dan Span 80 ... 7

E. Soybean oil... 8

F. Tragakan ... 9

G. Landasan Teori... 9

H. Hipotesis ... 11

BAB III METODE PENELITIAN... 12

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 12

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

C. Bahan ... 13

D. Alat ... 14

E. Tata Cara Penelitian ... 14

1. Formula Nanoemulsi ... 14

2. Pembuatan Nanoemulsi ... 16

3. Uji Sifat Fisik Nanoemulsi ... 16

4. Formulasi Nanoemulgel ... 17

5. Karakterisasi Sifat Fisis Sediaan Nanoemulgel ... 17

6. Uji Stabilitas Fisik Nanoemulgel... 18

F. Analisis Hasil dan Optimasi... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Pembuatan Sediaan Nanoemulsi Bahan Aktif Kuersetin... 20

(11)

xi

B. Pengujian Sifat Fisik Nanoemulsi Bahan Aktif Kuersetin ... 21

1. Uji Tipe Nanoemulsi ... 21

2. Uji Persen Transmitan (%T) Nanoemulsi ... 21

3. Uji Ukuran Droplet Nanoemulsi ... 22

C. Formulasi Nanoemulgel ... 24

1. Uji Organoleptis dan Homogenitas ... 24

2. Uji pH ... 24

3. Uji Daya Lekat ... 25

4. Uji Daya Sebar ... 26

5. Uji Viskositas ... 26

6. Uji Stabilitas Fisik ... 27

D. Optimasi Formula Nanoemulgel Kuersetin ... 29

a. Respon Persen Transmitan ... 29

b. Respon Ukuran Droplet ... 31

c. Respon pH ... 34

d. Respon Daya Sebar... 36

e. Respon Viskositas ... 38

f. Respon Daya Lekat... 40

E. Penentuan Komposisi Optimum ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 66

BIOGRAFI PENULIS ... 75

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Acuan Nanoemulgel Bahan Aktif Kuersetin... 14

Tabel II. Faktor dan Level Optimasi ... 14

Tabel III. Rancangan Formula Optimasi Surfaktan Tween-80 dan Span-80 ... 15

Tabel IV. Pengaruh Kombinasi Dua Faktor masing-masing dengan dua level ... 15

Tabel V. Formula Nanoemulgel Bahan aktif Kuersetin... 15

Tabel VI. Persen Transmitan Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin... 22

Tabel VII. Ukuran Droplet Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin ... 22

Tabel VIII. Indek Polidispersitas Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin .. 23

Tabel IX. Hasil uji pH ... 25

Tabel X. Hasil Uji Daya Lekat ... 25

Tabel XI. Hasil Uji Daya Sebar ... 26

Tabel XII. Hasil Uji Viskositas ... 27

Tabel XIII. Pergeseran Viskositas ... 28

Tabel XIV. Nilai Efek Tween-80, Span-80, dan Interaksinya terhadap Respon Persen Transmitan ... 30

Tabel XV. Nilai Efek Tween-80, Span-80, dan Interaksinya terhadap Respon Ukuran Droplet... 32

Tabel XVI. Nilai Efek Tween-80, Span-80, dan Interaksinya terhadap Respon pH ... 34

Tabel XVII.Nilai Efek Tween-80, Span-80, dan Interaksinya terhadap Respon Daya Sebar ... 36

Tabel XVIII. Nilai Efek Tween-80, Span-80, dan Interaksinya terhadap Respon Viskositas ... 38

Tabel XIX. Nilai Efek Tween-80, Span-80 dan Interaksinya terhadap Respon Daya Lekat ... 40

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kuersetin ... 5

Gambar 2. Struktur Tween 80 ... 7

Gambar 3. Struktur Span 80 ... 7

Gambar 4. Struktur Soybean Oil ... 8

Gambar 5. Interaksi Tween-80 terhadap Span-80 pada respon Persen Transmitan ... 30

Gambar 6. Contour Plot Respon Persen Transmitan ... 31

Gambar 7. Interaksi Tween-80 terhadap Span-80 pada Respon Ukuran Droplet . 33 Gambar 8. Contour Plot Respon Ukuran Droplet ... 33

Gambar 9.Interaksi Tween-80 terhadap Span-80 pada respon pH ... 35

Gambar 10. Contour Plot Respon pH ... 35

Gambar 11. Interaksi Tween-80 terhadap Span-80 pada Respon Daya Sebar ... 37

Gambar 12. Contour Plot Respon Daya Sebar ... 37

Gambar 13. Interaksi Tween-80 terhadap Span-80 pada Respon Viskositas ... 39

Gambar 14. Contour Plot Respon Daya Sebar ... 39

Gambar 15.Contour Plot Superimposed Respon Nanoemulgel Bahan Aktif Kuersetin ... 41

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis CoA Kuersetin ... 66

Lampiran 2. Hasil Pembuatan Sediaan Nanoemulsi ... 67

Lampiran 3. Hasil Uji Tipe Nanoemulsi ... 67

Lampiran 4. Perhitungan Nilai HLB Campuran ... 68

Lampiran 5. Hasil Analisis Ukuran Droplet ... 69

Lampiran 6. Hasil Pembuatan Nanoemulgel ... 70

Lampiran 7. Hasil uji Organoleptis Sediaan Nanoemulgel ... 70

Lampiran 8. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Nanoemulgel ... 71

Lampiran 9. Hasil uji pH sediaan Nanoemulgel ... 71

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Pergeseran pH ... 71

Lampiran 11. Hasil Uji Viskositas Sediaan Nanoemulgel ... 72

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Pergeseran Viskositas ... 72

Lampiran 13. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Nanoemulgel ... 72

Lampiran 14. Hasil Uji Daya Lekat Sediaan Nanoemulgel ... 73

Lampiran 15. Dokumentasi Alat dan Bahan ... 74

(15)

xv ABSTRAK

Nanoemulgel digunakan sebagai sediaan topikal karena memiliki berbagai macam keuntungan yaitu meningkatkan penetrasi zat aktif dalam kulit, lebih mudah menyebar dan waktu kontak yang lebih lama. Tween-80 dan Span-80 merupakan surfaktan golongan non-ionik, berperan dalam menurunkan tegangan permukaan yang dapat berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi, interaksi dan kombinasi tween-80 dan span-80 pada sediaan nanoemulgel dengan bahan aktif kuersetin.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan variasi konsentrasi Tween-80 dan Span-80 sebagai variabel bebas serta variabel tergantung dalam penelitian ini adalah persen transmitan, ukuran droplet, tipe nanoemulsi, organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, daya lekat nanoemulgel.

Rancangan optimasi penelitian ini menggunakan desain faktorial software Design Expert Version 12 free trial untuk mendapatkan model regresi dan melihat pengaruh faktor terhadap respon. Dilakukan juga uji stabilitas fisik dengan metode freeze and thaw sebanyak 3 siklus pada sediaan nanoemulgel. Analisis statistik menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi komposisi tween-80 dan span- 80 memberikan kondisi respon optimum yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik. Komposisi optimum yang didapatkan yaitu tween-80 dengan komposisi 11,36-gram dan span-80 dengan komposisi 3-gram. Tween-80 dan span- 80 memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap ukuran droplet, daya sebar, daya lekat dan viskositas dikarenakan didapatkan nilai p-value <0,05.

Kata Kunci: Nanoemulsi, Nanoemulgel, Tween-80, Span-80, Soybean oil.

(16)

xvi ABSTRACT

Nanoemulgel is used as a topical preparation because it has various advantages, namely increasing the penetration of active substances into the skin, easier to spread, and longer contact time. Tween-80 and Span-80 are non-ionic classes of surfactants that play a role in reducing surface tension which can affect the physical properties and stability of the preparation. The purpose of this study was to determine the composition, interactions, and combinations of tween-80 and span-80 in nanoemulgel preparations with the active ingredient quercetin.

This study was a quasi-experimental study with concentration variations of Tween-80 and Span-80 as independent variables and the dependent variables in this study were percent transmittance, droplet size, nanoemulsion type, organoleptic, homogeneity, pH, viscosity, spreadability. The optimization design of this study uses the Design Expert Version 12 free trial to obtain a regression model and see the effect of factors on responses. Physical stability tests were also carried out for 3 cycles on Nanoemulgel preparations. Statistical analysis using ANOVA with a confidence level of 95%.

The results showed that variations in the composition of tween-80 and span- 80 provided optimum response conditions that met the requirements for physical properties and physical stability. The optimum compositions obtained were tween- 80 with a composition of 11.36 grams and span-80 with a composition of 3 grams.

Tween-80 and span-80 had the most significant effect on droplet size, spreadability, adhesion and viscosity because a p-value <0.05 was obtained.

Keywords: Nanoemulsion, Nanoemulgel, Tween-80, Span-80, soybean oil.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Nanoemulsi merupakan sistem penghantaran emulsi berupa dispersi minyak dalam air atau air dalam minyak yang distabilkan dengan lapisan film dari penambahan surfaktan. Nanoemulsi memiliki sifat transparan dan tembus cahaya (Choradiya dan Patil, 2021). Nanoemulsi memiliki beberapa kekurangan yaitu kurang efektif dalam menghantarkan obat karena viskositas dan daya sebar yang rendah sehingga tidak nyaman bila digunakan pada kulit. Untuk mengatasi kekurangan tersebut dilakukan pendekatan dengan menambahkan basis gel ke dalam nanoemulsi. Interaksi matriks hidrogel dengan nanoemulsi akan membentuk sediaan nanoemulgel, terjadi peningkatan viskositas yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas nanoemulsi (Chellappa et al., 2015). Matriks hidrogel dapat meningkatkan penetrasi zat aktif melalui stratum kulit dan memungkinkan waktu penyerapan yang lebih lama dan konstan (Ahmad et al., 2019).

Kuersetin merupakan metabolit sekunder dari golongan polifenol yang sering dijumpai pada berbagai macam tanaman, kuersetin memiliki berbagai macam efek bioaktif salah satunya antibakteri, anti-inflamasi, dan antifungi (Qinghu Wang et al., 2016). Mekanisme kerja dari kuersetin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan menghambat sintesis dari peptidoglikan bakteri menghambat biosintesis nukleotida dan aktivitas ATP dari bakteri (ABody et al., 2020). Kuersetin juga berperan sebagai agen antiinflamasi, kuersetin mengganggu proses transkripsi enzim COX-2 yang meningkat selama adanya inflamasi dengan menghambat pengikatan NF-kB dan pemblokiran koaktivator p300 (Yang et al., 2020). Peran kuersetin dalam menghambat pertumbuhan fungi adalah dengan mengganggu membran plasma, menginduksi disfungsi mitokondria dan menghambat pembentukan dinding sel, pembelahan sel dan sintesis RNA dan protein dari fungi (Anggraini et al., 2018). Kuersetin memiliki kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi oleh karena itu kuersetin dikategorikan dalam BCS tipe II (Cai et al., 2013). Oleh karena itu, diperlukan sediaan yang dapat

(18)

meningkatkan kelarutan senyawa kuersetin tanpa mengubah efek terapi dari kuersetin itu sendiri yaitu dengan pembuatan sediaan menjadi sediaan nanopartikel dalam bentuk nanoemulgel. Pemilihan fase minyak soybean oil pada sediaan nanoemulgel memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas dan ukuran droplet.

Soybean oil mempunyai beberapa kandungan zat aktif seperti lesitin, sepalin, lipostol, dan asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak linolenat (Erickson, 2015).

Semakin panjang rantai hidrokarbon yang terbentuk dalam asam lemak maka akan meningkatkan lipofilisitasnya, artinya fase minyak soybean oil lebih mudah untuk melarutkan bahan aktif kuersetin yang bersifat lipofilik (Tarigan, 2016).

Pembuatan nanoemulsi membutuhkan penambahan surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan antara dua senyawa yang tidak dapat bercampur.

Tween-80 dan Span-80 dipilih dikarenakan kedua surfaktan tersebut tidak bersifat karsinogenik dan tidak mengiritasi kulit saat digunakan. Tween-80 dan Span-80 bekerja dengan membentuk lapisan film pada bagian antar muka dua senyawa yaitu minyak dan air, membentuk selaput dengan globula-globula, pembentuk lapisan film tersebut menyebabkan tegangan permukaan air dan minyak turun dan kedua senyawa tersebut dapat bercampur (Husniati dan Oktarina., 2014). Pemilihan surfaktan dalam sediaan nanoemulsi memiliki peran penting terutama terhadap ukuran droplet nanoemulsi, semakin tinggi konsentrasi surfaktan semakin besar pula ukuran droplet yang dihasilkan. Penentuan konsentrasi Tween-80 dan Span- 80 pada sediaan nanoemulsi harus mempertimbangkan nilai HLB, untuk membuat nanoemulsi diperlukan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB tinggi (Tween-80

=15) dan rendah (span= 4,3) agar bisa didapatkan nilai HLB sediaan nanoemulsi yang tepat untuk W/O (HLB =3-8) atau O/W (HLB = 8-16). Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2021) adalah mencari area optimum dari hasil sifat fisis sediaan nanoemulgel kuersetin, dari hasil analisis ANOVA yang ditunjukkan ternyata beberapa hasil analisis telah menunjukkan hasil yang signifikan (<0,05) namun ternyata masih terdapat hasil analisis yang tidak berbeda signifikan (P-value

>0.05) sehingga perlu dilakukan reoptimasi kembali untuk dapat menemukan area optimum dari hasil sifat fisik sediaan. Pada penelitian yang terdahulu nilai persen transmitan yang didapatkan masih dibawah 90%. Oleh karena itu, dalam penelitian

(19)

ini akan dilakukan tinjauan ulang terkait metode optimasi formula nanoemulsi menggunakan desain faktorial 2x2 dengan perbandingan konsentrasi Tween-80 dan Span-80 dan dianalisis dengan metode two-way Analysis of Variance (ANOVA), yang diharapkan dapat menghasilkan formula yang optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah variasi variasi komposisi Tween-80 dan Span-80 pada penelitian ini dapat memberikan kondisi respon optimum yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik nanoemulgel kuersetin dalam penelitian ini?

2. Apakah ditemukan area atau komposisi optimum Tween-80 dan Span-80 dalam memberikan respon yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik nanoemulgel kuersetin dalam penelitian ini?

C. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian didasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu:

1. Penelitian oleh Tarigan (2016) yang melaporkan bahwa fase minyak soybean oil dapat melarutkan senyawa aktif yang bersifat lipofilik seperti kuersetin.

2. Sengupta dan Bappaditya (2017) yang melaporkan bahwa sediaan nanoemulgel dengan fase minyak yang bersifat lipofilik memiliki sifat permeasi yang lebih baik, profil farmakokinetik yang lebih baik.

3. Putri (2021) yang melaporkan bahwa masih terdapat formula sediaan nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dan fase minyak soybean oil yang belum optimal karena proporsi Span-80 yang tinggi.

Sejauh Penelusuran pustaka yang saya lakukan mengenai uji sifat fisis sediaan nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dengan soybean oil sebagai fase minyak untuk mengetahui karakterisasi sifat fisis sediaan nanoemulgel belum pernah dilakukan.

(20)

D. Tujuan Penelitian

1. Memastikan bahwa variasi komposisi Tween-80 dan Span-80 menghasilkan nanoemulgel kuersetin dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang memenuhi kriteria penerimaan dalam penelitian ini

2. Memperoleh komposisi optimum Tween-80 dan Span-80 dari sediaan nanoemulgel kuersetin yang berkualitas sesuai kriteria penerimaan dalam penelitian ini.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu kefarmasian mengenai formula optimum sediaan farmasi teknologi nanopartikel khususnya nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dan fase minyak soybean oil.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia kefarmasian terkait pengaruh konsentrasi surfaktan terhadap sifat fisis nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dan soybean oil sebagai fase minyak.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dan soybean oil sebagai fase minyak yang nyaman dan memiliki kualitas mutu yang baik.

(21)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kuersetin

Gambar 1. Struktur Kuersetin (Pubchem, 2022)

Kuersetin merupakan metabolit sekunder dari golongan polifenol yang dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman, kuersetin memiliki berbagai macam efek bioaktif salah satunya antibakteri, anti-inflamasi, dan antifungi (Qinghu Wang et al., 2016). Kelarutan kuersetin dalam air adalah sukar larut, tetapi sangat larut dalam eter, metanol, alkohol. Mekanisme kerja dari kuersetin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan menghambat sintesis dari peptidoglikan bakteri, menghambat biosintesis nukleotida dan aktivitas ATP dari bakteri (ABody et al, 2020). Kuersetin juga berperan sebagai agen antiinflamasi, kuersetin bekerja dengan mengganggu proses transkripsi enzim COX-2 yang meningkat selama adanya inflamasi dengan menghambat pengikatan NF-kB dan pemblokiran koaktivator p300 (Yang et al., 2020). Peran kuersetin dalam menghambat pertumbuhan fungi adalah dengan mengganggu membran plasma mengganggu membran plasma, menginduksi disfungsi mitokondria dan menghambat pembentukan dinding sel, pembelahan sel dan sintesis RNA dan protein dari fungi (Anggraini et al., 2018). Interaksi intramolekular yang terjadi pada ikatan hidrogen pada struktur senyawa kuersetin dan interaksi intramolekul antara tiap molekul kuersetin, yang menjadi penyebab kuersetin memiliki kelarutan

(22)

yang rendah dan permeabilitas yang tinggi oleh karena itu kuersetin dikategorikan dalam BCS tipe II (Cai et al., 2013).

B. Nanoemulsi

Nanoemulsi adalah suatu dispersi isotropik yang terdiri dari 2 senyawa yang tidak dapat bercampur, seperti minyak dalam air atau air dalam minyak yang distabilkan dengan penambahan surfaktan dan kosurfaktan yang nantinya akan membentuk lapisan antarmuka yang homogen. Ukuran partikel atau droplet sediaan nanoemulsi yang baik adalah kurang dari 100 nm, nanoemulsi memiliki nilai viskositas yang rendah, keadaan tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat pemakaian (Abdulbaqi et al., 2019; Chellappa et al., 2015). Nanoemulsi dengan tipe M/A menunjukkan hasil yang baik dalam penghantaran obat yang bersifat lipofilik ke lapisan kulit yang lebih dalam karena bisa dikembangkan sebagai sistem pembawa yang sangat menjanjikan untuk meningkatkan penetrasi zat aktif. Tetesan nanoemulsi tidak menyebabkan penyumbatan pori-pori dan bisa membantu manfaat terapeutik dengan meningkatkan hidrasi kulit dan viskoelastisitas. (Aithal et al., 2018).

C. Nanoemulgel

Nanoemulgel menjadi salah satu pengembangan teknologi nano dengan sistem penghantaran obat secara topikal untuk terapi berbagai bentuk masalah pada kulit yang dapat disebabkan karena infeksi bakteri, jamur atau virus. Nanoemulgel terbentuk dengan penambahan agen pembentuk gel dalam sistem nanoemulsi yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas dari sediaan nanoemulsi. Sistem nanoemulgel terdiri dari dua sistem yang terpisah yaitu nanoemulsi yang mengandung tetesan berukuran nano dan matrik gel untuk meningkatkan sistem penghantaran nanoemulsi yang memiliki nilai viskositas rendah, penyebaran dan retensi yang rendah pada kulit. Nanoemulgel memiliki sifat mukoadhesif karena penambahan matriks hidrogel memberikan pelepasan senyawa lebih terkontrol dan meningkatkan periode kontak obat dimana obat dan polimer bioadhesif yang dirancang untuk dapat lebih lama berkontak sehingga penyerapan obat dapat lebih lama. Sediaan nanoemulgel memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak berminyak,

(23)

mudah dioleskan, cepat menyebar, emolien (melembabkan) ,larut dalam air, memiliki umur simpan yang lama, ramah lingkungan, tampilan transparan dan memiliki tampilan yang menarik (Chellappa et al., 2015; Ahmad et al., 2019).

D. Tween 80 dan Span 80

Gambar 2. Struktur Tween 80 (Pubchem, 2022)

Gambar 3. Struktur Span 80 (Pubchem, 2022)

Tween 80 (Polysorbate 80) memiliki rumus molekul C64H124026 dan Span 80 (Sorbitan monooleate) memiliki rumus molekul C24H44O6 merupakan surfaktan golongan non-ionik yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan antara dua senyawa yang tidak dapat bercampur. Surfaktan golongan non-ionik lebih aman digunakan karena bersifat tidak toksik, tidak mengiritasi kulit serta serta efektif dalam konsentrasi yang rendah. Stabilitas emulsi dianggap tercapai jika molekul surfaktan menutupi seluruh antarmuka fase minyak atau air, dapat menghambat koalesensi dan flokulasi dari emulsi. Pemilihan surfaktan juga dilihat dari nilai

(24)

HLB, untuk membuat nanoemulsi harus mendekati nilai HLB dari nanoemulsi yaitu untuk sistem W/O (HLB = 3-8) atau O/W (HLB = 8-16). Surfaktan memiliki nilai HLB yang berbeda oleh karena itu diperlukan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB tinggi (Tween 80 =15) dan rendah (Span 80 = 4,3) agar bisa mendapatkan nilai HLB sesuai dengan nanoemulsi yang sesuai. (Choudhury et al., 2017; Singh et al., 2017).

Tween 80 dan Span 80 dikombinasikan saat pembuatan emulsi yang diharapkan mampu menjaga kesetimbangan antara gugus hidrofil dan lipofil sehingga stabilitas nanoemulsi bisa terjaga. Struktur surfaktan terbagi menjadi dua bagian, bagian kepala yang bersifat hidrofilik dan ekor yang bersifat hidrofobik.

Tween 80 dan span 80 memiliki sifat amfifilik, yang artinya pada saat dicampurkan pada fase air atau minyak kepala yang bersifat hidrofilik akan mengikat molekul air dan ekor yang bersifat hidrofobik akan mengikat minyak, surfaktan akan membentuk lapisan film pada bagian antarmuka dua senyawa yang berbeda fase, dengan adanya dua gugus tersebut membentuk selaput tipis yang dikelilingi dengan globula-globula fase terdispersi, pembentukan film tersebut mengakibatkan tegangan permukaan kedua zat menjadi turun sehingga minyak dan air dalam nanoemulsi dapat bercampur dengan baik (Husniati dan Oktarina, 2014).

E. Soybean oil

Gambar 4. Struktur Soybean Oil (ChemSrc, 2022)

Soybean oil atau sering disebut dengan minyak kedelai merupakan minyak nabati yang berasal dari ekstrak biji kedelai. soybean oil terdiri dari 5 asam lemak yaitu lesitin, sepalin, lipositol, asam lemak tak jenuh linoleat dan asam lemak linolenat. Soybean oil termasuk long-chain Triacylglycerols (LCT), rantai hidrokarbon yang semakin panjang lebih memudahkan proses pelarutan senyawa lipofilik seperti kuersetin karena lipofilisitasnya juga semakin meningkat, minyak

(25)

kedelai memiliki kandungan asam lemak lesitin, lesitin dapat berfungsi sebagai zat emulgator yang dapat membantu terbentuknya nanoemulsi (Fitriani et al., 2016;

Tarigan, 2016).

F. Tragakan

Penambahan gelling agent merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembuatan gel, karena dengan ada nya gelling agent berperan besar terhadap karakteristik dari sediaan. Tragakan merupakan gelling agent polimer alam, kental, tidak berbau, tidak berasa. Tragakan praktis tidak larut dalam air, etanol 95% dan larutan organik lainnya, tetapi walaupun tragakan tidak larut dalam air, tragakan dapat mengembang sepuluh kali lebih cepat pada air panas atau air dingin (Sheskey et al., 2017) Tragakan stabil dalam pH 4-8, tragakan dapat berperan sebagai zat pengental, pengemulsi dan penstabil sediaan, Tragakan bekerja dengan membentuk jaringan 3 dimensi pada polimernya yang kemudian akan terjadi proses hidrasi molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen, molekul air akan terikat pada jaringan, semakin banyak molekul air yang terikat semakin kental gel yang terbentuk dan viskositas akan meningkat (Forestryana et al., 2020; Kulkarni dan Shaw, 2015).

G. Landasan Teori

Kuersetin merupakan metabolit sekunder dari golongan polifenol yang dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman, kuersetin memiliki berbagai macam efek bioaktif seperti antibakteri, anti-inflamasi, dan antifungi (Qinghu Wang et al., 2016). Kuersetin tidak larut dalam air tetapi sangat larut dalam eter, metanol, alkohol. Mekanisme kerja dari kuersetin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan menghambat sintesis dari peptidoglikan bakteri, menghambat biosintesis nukleotida dan aktivitas ATP dari bakteri, selain sebagai antibakteri kuersetin juga berperan sebagai antiinflamasi, kuersetin mengganggu proses transkripsi enzim COX-2 yang meningkat selama adanya inflamasi dengan menghambat pengikatan NF-kB dan pemblokiran koaktivator p300, peran kuersetin dalam menghambat pertumbuhan fungi adalah dengan mengganggu membran plasma, menginduksi disfungsi mitokondria dan menghambat pembentukan

(26)

dinding sel, pembelahan sel dan sintesis RNA dan protein dari fungi (Fitriani et al., 2016; Tarigan, 2016).

Nanoemulgel merupakan sistem penghantaran obat dengan daya adhesi yang baik pada permukaan kulit dan memiliki kelarutan yang tinggi sehingga penetrasi dalam kulit bisa lebih baik, ditambah dengan penambahan basis gel ke dalam formulasi memberikan banyak keuntungan antara lain tidak berminyak, lebih mudah menyebar, dan waktu kontak yang lebih lama sehingga waktu penyerapan obat dapat lebih lama dan konstan Pembuatan nanoemulgel membutuhkan sediaan nanoemulsi yang dibuat dari beberapa bahan seperti tween dan Span-80, serta fase minyak, fase minyak yang digunakan adalah soybean oil dan terakhir diberikan matrik hidrogel berupa tragakan sebagai gelling agent (Basera et al., 2015).

Penambahan fase minyak dalam pembuatan nanoemulsi merupakan hal yang penting, fase minyak berpengaruh terhadap stabilitas dan ukuran droplet sediaan, Pemilihan soybean oil sebagai fase minyak dikarenakan soybean oil termasuk long-chain Triacylglycerols (LCT), rantai hidrokarbon yang semakin panjang lebih memudahkan proses pelarutan senyawa lipofilik seperti kuersetin karena lipofilisitasnya juga semakin meningkat, minyak kedelai memiliki kandungan asam lemak lesitin, lesitin dapat berfungsi sebagai zat emulgator yang dapat membantu terbentuknya nanoemulsi (Fitriani et al., 2016; Tarigan., 2016).

Tween-80 dan Span-80 merupakan surfaktan golongan non-ionik dengan gugus alkohol yang berperan dalam menurunkan tegangan permukaan. Air dan minyak jika digabungkan akan membentuk lapisan permukaan diantara kedua zat tersebut karena perbedaan densitas antara air dan minyak, fungsi surfaktan dengan gugus hidrofilik dan hidrofobiknya akan membentuk lapisan film pada bagian antarmuka dua senyawa yang berbeda fase tersebut, dengan adanya dua gugus tersebut membentuk selaput tipis yang dikelilingi dengan globula-globula terdispersi, pembentukan film tersebut mengakibatkan tegangan permukaan kedua zat menjadi turun sehingga minyak dan air dalam nanoemulsi dapat bercampur dengan baik. Tween-80 dan Span-80 tidak bersifat karsinogenik dan tidak mengiritasi kulit pada saat digunakan (Husniati dan Oktarina, 2014).

(27)

Penambahan matriks gel pada nanoemulsi akan mengakibatkan perubahan karakteristik dari sediaan, Tragakan digunakan sebagai gelling agent karena tragakan merupakan bahan yang tidak berbau, larut dalam air stabil dalam pH 4-8 aman digunakan karena tidak bersifat karsinogenik (Forestryana et al., 2020;

Kulkarni dan Shaw, 2015).

H. Hipotesis

1. Variasi komposisi surfaktan Tween-80 dan Span-80 memberikan kondisi respon optimum yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik nanoemulgel kuersetin.

2. Ditemukan area atau komposisi optimum Tween-80 dan Span-80 dalam memberikan respon yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik nanoemulgel kuersetin.

(28)

12 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian reoptimasi formula nanoemulgel dengan senyawa aktif kuersetin dan fase minyak soybean oil: tinjauan pengaruh sistem surfaktan Tween-80 dan Span-80 termasuk kedalam jenis penelitian kuasi eksperimental dengan desain faktorial 2 faktor dan 2 level untuk mengetahui komposisi optimum Tween-80 dan Span-80 dari sediaan nanoemulgel sehingga diperoleh sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Utama

a. Variabel Bebas: Variasi konsentrasi Tween-80 dan Span-80

b. Variabel Tergantung: Persen transmitan, ukuran droplet, tipe nanoemulsi, organoleptis, homogenitas, pH, Viskositas, daya sebar, daya lekat dan stabilitas fisik sediaan.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel Pengacau Terkendali: Alat dan bahan yang digunakan, wadah dan kondisi penyimpanan

b. Variabel Pengacau Tak Terkendali: Suhu ketika pembuatan dan penyimpanan formulasi nanoemulgel

3. Definisi Operasional

a. Kuersetin merupakan senyawa aktif golongan flavonoid yang memiliki efek anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, dan lain-lain.

b. Nanoemulgel kuersetin dalam penelitian ini adalah sediaan yang mengandung metabolit sekunder kuersetin sebagai senyawa aktif dengan soybean oil sebagai fase minyak dan tragakan sebagai basis gel dengan prosedur pembuatan seperti yang tertera dalam penelitian ini.

c. Tween-80 dan Span-80 adalah surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dari kedua senyawa yang tidak

(29)

dapat bercampur dan kedua surfaktan tersebut aman untuk digunakan karena tidak bersifat toksik dan tidak mengiritasi kulit.

d. Sifat fisika kimia nanoemulgel meliputi: pengamatan organoleptik, pH larutan sediaan, ukuran partikel, daya lekat, daya sebar, homogenitas, viskositas, stabilitas, dan persen transmitan.

e. Pengamatan organoleptis adalah pengamatan yang melibatkan panca indera, pengujian terdiri dari: warna, bentuk, kejernihan, kehalusan yang dapat dilihat secara fisik yang dimana sifat organoleptis yang baik dari sediaan nanoemulgel ditunjukkan dengan warna yang seragam, jernih, dan halus.

f. Daya sebar adalah kemampuan sediaan untuk menyebar pada membran mukosa atau kulit. Dilakukan pengujian daya sebar dengan meletakkan sediaan pada tengah-tengah di atas plat kaca grafik dan ditutup dengan plat kaca transparan dan diberikan tambahan beban.

g. Daya lekat adalah kemampuan sediaan untuk melekat pada membran mukosa atau kulit. Dilakukan pengujian daya lekat dengan menggunakan alat uji daya lekat yaitu meletakkan sediaan pada tengah-tengah atas object glass dan ditutup dengan object glass dan dipasangkan pada alat uji daya lekat.

h. Stabilitas fisik merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kestabilan sediaan nanoemulgel. Metode yang digunakan adalah pengukuran sifat fisik setelah mengalami 3 kali siklus penyimpanan pada suhu dingin (4°C) dan suhu ruangan (25°C).

C. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quercetin (sigma Merck Singapore), Etanol 70%, Aquadest, Soybean oil, Tragakan, Tween-80, Span-80 (pharmaceutical grade).

(30)

D. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat gelas (PYREX,USA), ultra-turrax (Ystral GmbH D-7801, Germany), sonicator bath (Elmasonic,China), Hot plate (IKA C-MAG HS5, Malaysia), pH meter (OHAUS ST-10,USA), Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu, Japan), Viskometer RION VT-04 (RION, Japan), anak timbang (50g-100g), particle size analyzer tipe dynamic light scattering (Horiba SZ-100, Polandia), Cawan porselen grafik, object glass, alat uji daya lekat, batang pengaduk, plat kaca, oven (Memmert UF 260, Germany), neraca analitik (OHAUS,USA), milimeter blok, Stopwatch, Kulkas, kuvet.

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula Nanoemulsi

Formula acuan sediaan nanoemulsi yang digunakan mengacu pada penelitian Putri (2021) yang tersaji dalam Tabel I.

Tabel I. Formula Acuan Nanoemulgel Bahan Aktif Kuersetin

Bahan Komposisi (g)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Formulasi Nanoemulsi

Kuersetin 0,2 0,2 0,2 0,2

Soybean oil 3 3 3 3

Tween-80 11 12 11 12

Span-80 3 3 3,5 3,5

Akuades 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL

Formulasi Nanoemulgel

Tragakan 4 4 4 4

Pada penelitian ini dilakukan modifikasi formula yaitu mengubah komposisi variasi dari tween-80 dan span-80 dengan menggunakan metode desain factorial 2 faktor dan 2 level seperti yang ditunjukan pada Tabel II dan Tabel III.

Tabel II. Faktor dan Level Optimasi

Faktor Level rendah Level tinggi

Tween-80 11gram 11,4gram

Span-80 3gram 3,3gram

(31)

Tabel III. Rancangan Formula Optimasi Surfaktan Tween-80 dan Span-80

Formula Faktor

a (Tween-80) b (Span-80)

1 - -

a + -

b - +

ab + +

Keterangan:

(-) = level rendah (+) = level tinggi

Setelah dilakukan rancangan formula optimasi surfaktan Tween-80 dan Span-80 menggunakan desain factorial maka dapat dilakukan perencanaan formula nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin yang ditunjukkan pada Tabel IV.

Tabel IV. Pengaruh Kombinasi Dua Faktor masing-masing dengan dua level

Faktor dan level A

Pengaruh Faktor B

A1 A2

B B1 a1b1 a2b1 b1

B2 a1b2 a2b2 b2

Pengaruh faktor A a1 a2 -

Tabel V. Formula Nanoemulgel Bahan aktif Kuersetin Bahan

Komposisi (g)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Formulasi Nanoemulsi

Kuersetin 0,2 0,2 0,2 0,2

Soybean oil 3 3 3 3

Tween-80 11 11,4 11 11,4

Span-80 3 3 3,3 3,3

Akuades 80 80 80 80

Formulasi Nanoemulgel

Tragakan 4 4 4 4

(32)

2. Pembuatan Nanoemulsi

Formula nanoemulsi yang terdiri dari kuersetin, soybean oil, Tween- 80 dan Span-80 dimasukkan kedalam gelas beker sesuai dengan rancangan formula pada Tabel IV. Bahan-bahan tersebut dicampurkan dengan menggunakan Hot plate (IKA C-MAG HS 5, Malaysia) selama 10 menit dengan kecepatan 650 rpm pada suhu 90℃. Setelah 10 menit ditambahkan aquades sedikit demi sedikit melalui dinding dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1000 rpm selama 10 menit, setelah itu dihomogenkan kembali dengan ultra-turrax (Ystral GmbH D-7801, Jerman) selama 2 menit dan dilanjutkan dengan sonikasi dengan Sonicator bath (Elmasonic, China) selama 40 menit dengan dilakukan pengadukan sesekali (Yuliani et al., 2016) dan setiap formula dilakukan replikasi sebanyak 4 kali.

3. Uji Sifat Fisik Nanoemulsi

Pengamatan sifat fisik nanoemulsi dilakukan dengan uji tipe nanoemulsi, uji ukuran partikel dan uji persen transmitan. Uji tipe nanoemulsi merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat tipe nanoemulsi yang terbentuk apakah nanoemulsi tipe minyak dalam air atau air dalam minyak. Uji tipe nanoemulsi dilakukan dengan melarutkan sampel pada fase air dengan perbandingan 1:100 dan pada fase minyak dengan perbandingan 1:100. Jika sampel larut sempurna dalam fase air maka nanoemulsi termasuk dalam tipe minyak dalam air, tetapi jika larut dalam fase minyak maka termasuk dalam nanoemulsi tipe air dalam minyak (Yuliani et al., 2016).

Uji pengukuran partikel dilakukan dengan menggunakan instrument particle size analyzer tipe dynamic light scattering (Horiziba SZ-100, Polandia). Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 mL, setelah itu sampel dimasukkan kedalam kuvet yang telah dibersihkan, setelah itu kuvet dimasukkan kedalam holder dan dianalisis dengan instrument, ukuran partikel yang baik untuk sediaan nanoemulsi adalah kurang dari 100 nm (Nisa et al., 2021; Yuliani et al., 2016).

(33)

Uji persen transmitan dilakukan menggunakan instrumen spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu, Japan). Pengujian dilakukan dengan melarutkan 1 mL sampel dalam labu takar 100 mL dengan menggunakan aquades, setelah larut sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan dianalisis dengan instrumen pada panjang gelombang 650 nm, digunakan aquades sebagai blanko. Nilai persen transmitan yang baik sediaan nanoemulsi yang baik adalah pada rentang 90%-100% (Nisa et al., 2021; Yuliani et al., 2016).

4. Formulasi Nanoemulgel

Gelling agent yang digunakan adalah tragakan. Tragakan ditimbang sebanyak 4-gram dan dikembangkan dalam 96 mL nanoemulsi dan dilakukan pengadukan secara konstan menggunakan mixer hingga terbentuk massa yang homogen, jernih dan transparan (Soliman et al., 2021).

5. Karakterisasi Sifat Fisis Sediaan Nanoemulgel

Pengamatan sifat fisis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, dan uji daya lekat. Uji organoleptis meliputi pengamatan secara visual mulai dari bentuk, warna, bau dan rasa. Spesifikasi nanoemulgel kuersetin yang harus dipenuhi antara lain warna kuning yang jernih, berbau khas dan tidak mengalami perubahan atau inkompatibilitas sediaan selama masa penyimpanan.

Uji pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (OHAUS ST-10, USA). Pengujian dilakukan dengan melakukan pengenceran sampel nanoemulgel kuersetin terlebih dahulu sebesar 1:10, kemudian bagian katoda pH meter dicelupkan kedalam sampel dan diamati nilai pH yang tertera pada alat hingga nilai pH yang didapatkan konstan.

Syarat pH sediaan topikal adalah sesuai dengan pH alami kulit yaitu 5,5-7,9 (Megawati et al., 2019).

Uji Viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer RION VT-04 (RION, Japan). Spindel yang digunakan spindle nomor 2 dengan kecepatan rotor nomor 2. Sediaan nanoemulgel kuersetin diletakkan dalam gelas beker 100 ml. Dipasangkan spindle pada alat, kemudian alat

(34)

diturunkan hingga batas tanda, kemudian alat dihidupkan dan dibiarkan spindle berputar sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan. Syarat viskositas untuk sediaan topikal semisolid yang baik adalah pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021).

Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 g nanoemulgel kuersetin pada tengah-tengah plat kaca grafik dan ditutup dengan plat kaca transparan dan didiamkan selama 1 menit. Diamati dan dihitung diameter penyebaran gel pada 4 sisi cawan petri dan dilakukan pengukuran ulang dengan penambahan beban seberat 50 gram setiap 1 menit sehingga beban total yang diberikan sebesar 300 gram. Syarat diameter daya sebar untuk sediaan topikal semisolid adalah 5-7 cm (Mukhlishah et al., 2016)

Uji daya lekat dilakukan dengan dilakukan dengan menimbang 0,25 gram nanoemulgel kuersetin pada tengah-tengah atas object glass dan ditutup dengan object glass dan diberikan tekanan beban sebesar 1 Kg selama 5 menit. Cara pengujiannya adalah object glass tadi dipasangkan pada alat uji daya lekat, diamati dan waktu yang dibutuhkan bagi object glass untuk terlepas menggunakan stopwatch. Syarat waktu daya lekat yang baik untuk sediaan topikal semisolid adalah >4 detik (Utari et al., 2019).

6. Uji Stabilitas Fisik Nanoemulgel

Uji stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan untuk melihat seberapa stabil gel selama penyimpanan, gel yang baik tidak akan mengalami perubahan selama proses atau waktu penyimpanan. Pengujian sifat fisik sediaan gel dan uji stabilitas selama 3 siklus. Satu siklus terdiri dari penyimpanan pada suhu -24°C±2°C selama 24 jam dan suhu 25°C±2°C selama 24 jam. Pengujian sifat fisik diuji ulang setelah selesai 1 siklus uji stabilitas, pengujian meliputi organoleptis, pH, viskositas, daya sebar, dan daya lekat (Dwiastuti dan Ardiyati, 2020).

F. Analisis Hasil dan Optimasi

Hasil yang didapat dari penelitian ini berupa karakteristik nanoemulsi meliputi uji ukuran partikel, uji persen transmitan dan sifat fisis dari nanoemulgel meliputi nilai pH, daya sebar dan daya lekat. Hasil tersebut akan dianalisis dengan

(35)

menggunakan metode two-away Analysis of Variance ANOVA) jika data terdistribusi normal. Area optimum didapat dengan menggunakan superimposed contour plots yang diperoleh dari aplikasi software minitab-20 (free trial).

Rancangan analisis data yang didapat digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara formula dengan metode ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil p-value <0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada sifat fisik sediaan yang diuji.

(36)

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Sediaan Nanoemulsi Bahan Aktif Kuersetin

Bahan-bahan yang digunakan selama proses pembuatan nanoemulsi yaitu kuersetin sebagai bahan aktif, soybean oil, etanol 70%, Tween-80, Span-80 dan akuades. Pada penelitian ini kuersetin sebagai bahan aktif utama dalam sediaan nanoemulsi yang diharapkan dapat memberikan efek terapi terhadap penggunanya, dikarenakan kuersetin memiliki berbagai macam efek bioaktif seperti antibakteri, antifungi, antiinflamasi. Digunakan fase minyak soybean oil dikarenakan memiliki rantai hidrokarbon yang panjang yang dapat membantu melarutkan bahan aktif kuersetin dengan meningkatkan lipofilisitasnya (Daniel, 2016). Tween-80 dan Span-80 sebagai surfaktan yang dapat membantu menyatukan fase minyak dan fase air dengan membentuk lapisan film di sekitar droplet, selain itu terdapat juga etanol 70% untuk membantu melarutkan kuersetin dan akuades sebagai fase air.

Proses pencampuran bahan yang digunakan untuk membuat sediaan nanoemulsi diawali dengan diteteskan kuersetin dengan etanol 70% sebanyak 2-3 tetes sebelum dicampurkan dengan fase minyak soybean oil dan surfaktan Tween- 80 dan Span-80. Hal tersebut dilakukan untuk membantu kuersetin terdispersi, setelah kuersetin dapat dicampur dengan fase minyak soybean oil dan Tween-80 dan Span-80, kemudian kedua campuran tersebut dicampurkan dengan magnetic stirrer. Proses pembuatan nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin menggunakan kombinasi metode energi rendah dan energi tinggi. Pembuatan nanoemulsi dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer merupakan pembuatan nanoemulsi energi rendah yang menyebabkan ukuran droplet menjadi tidak seragam. Oleh sebab itu dilakukan metode energi tinggi dengan menggunakan homogenizer (Ultraturax) dan sonicator bath yang mekanisme kerjanya memberikan gelombang ultrasonic yang dapat mengubah energi listrik menjadi getaran listrik menjadi getaran fisik sehingga dapat membantu mengecilkan ukuran droplet.

Pencampuran menggunakan magnetic stirrer dengan suhu sebesar 90°C untuk membantu proses penguapan etanol 70%, yang dimana etanol 70% memiliki

(37)

titik didih pada suhu 78°C, sehingga lebih cepat untuk menguap dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit pada saat sediaan digunakan. Proses homogenisasi dilanjutkan dengan homogenizer dan sonicator bath. Sediaan nanoemulsi yang sudah terbentuk dimasukkan kedalam botol kaca berukuran 100 mL (Lampiran 2).

B. Pengujian Sifat Fisik Nanoemulsi Bahan Aktif Kuersetin

Uji sifat fisik nanoemulsi dilakukan untuk melihat sediaan nanoemulsi yang terbentuk sudah memenuhi kriteria dan parameter yang telah ditetapkan. Uji sifat fisik sediaan nanoemulsi terdiri dari uji tipe nanoemulsi, persen transmitan dan ukuran droplet.

1. Uji Tipe Nanoemulsi

Uji tipe nanoemulsi dilakukan untuk melihat tipe nanoemulsi yang terbentuk. Pengujian dilakukan dengan melarutkan sampel nanoemulsi kedalam fase air dan fase minyak dengan perbandingan 1:100. Berdasarkan hasil uji tipe nanoemulsi yang dihasilkan dari formula 1 (F1), formula a (Fa), formula b (Fb), dan formula ab (Fab) yang didapatkan termasuk kedalam nanoemulsi tipe minyak dalam air (M/A). Hal tersebut dikarenakan pada saat melarutkan sampel nanoemulsi kedalam fase air (aquadest) sampel dapat terdispersi sedangkan ketika sampel dilarutkan ke dalam fase minyak (soybean oil) sampel tidak terdispersi dan terbentuk droplet-droplet di dalamnya (lampiran 3). Hasil tersebut sudah sesuai dengan harapan yaitu sediaan nanoemulsi dengan nilai HLB campuran berkisar 12-13 dapat menghasilkan tipe nanoemulsi minyak dalam air (M/A).

2. Uji Persen Transmitan (%T) Nanoemulsi

Uji persen transmitan (%T) dilakukan untuk memastikan ukuran nanoemulsi yang dibuat berada pada ukuran nanometer. Persen transmitan (%T) dapat diukur dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV- Vis dengan Panjang gelombang 650 nm. Nilai persen transmitan yang baik adalah berkisar pada rentang 90%-100% yang menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki tampilan yang jernih dan transparan (Nisa et al., 2021). Hasil uji persen transmitan nanoemulsi dapat dilihat pada Tabel VI.

(38)

Tabel VI. Persen Transmitan Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin

Formula Persen transmitan

x̄ ± SD CV

R1 R2 R3 R4

F1 98,2% 98,4% 98,5% 98,2% 98,3% ± 0,15 0,15%

Fa 99,7% 99,1% 99,6% 99,5% 99,5% ± 0,26 0,26%

Fb 95,6% 96,1% 96,2% 96,4% 96,1% ± 0,34 0,35%

Fab 97,2% 97,4% 96,8% 97,3% 97,2% ± 0,26 0,27%

Uji Persen transmitan digunakan untuk menentukan kejernihan dari suatu sediaan, kejernihan yang mendekati 100% menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat sudah jernih dan transparan serta ukuran globul yang berukuran nanometer. Penambahan kombinasi surfaktan Tween-80 dan Span-80 dapat membantu sediaan nanoemulsi yang terbentuk semakin stabil. Berdasarkan hasil pengukuran persen transmitan (Tabel VI) untuk seluruh formula berada pada rentang 96,1%-99,5% yang berarti menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat sudah jernih dan transparan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Uji Ukuran Droplet Nanoemulsi

Pengujian ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan instrument Particle Size Analyzer (PSA) (Horiba Sz-100) dengan prinsp kerja Dynamic Light Scattering (DLS) yaitu penghamburan sinar laser terhadap suatu sampel yang dideteksi oleh detektor foton (Zulfa et al., 2019). Hasil pengujian ukuran droplet nanoemulsi dapat dilihat pada Tabel (VII)

Tabel VII. Ukuran Droplet Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin

Formula Ukuran Droplet (nm)

R1 R2 R3 x̄ ± SD CV

F1 57,9 56,1 54,7 56,2 ± 1,6 2,85%

Fa 58,2 57 54,3 56,5 ± 2,0 3,54%

Fb 140.8 139.1 140.1 140 ±0,85 0,61%

Fab 67.7 67,8 67,8 67,8± 0,00 0%

(39)

Tabel VIII. Indek Polidispersitas Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin

Formula Indek Polidispersitas (PI)

R1 R2 R3 x̄ ± SD CV

F1

0301 0,384 0,340

0,342 ± 0,042

12,15%

Fa

0,358 0,303 0,383

0,342 ± 0,041

11,76%

Fb

0,418 0,431 0,409

0,342 ± 0,011

2,64%

Fab

0,200 0,175 0,156

0,342 ± 0,022

12,47%

Berdasarkan hasil pengukuran droplet nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin, keempat formula sudah berada pada rentang ukuran nano yang baik yaitu antara 20-200 nm (Nugroho et al., 2017). Kombinasi Tween-80 dan Span-80 berpengaruh terhadap ukuran partikel nanoemulsi yang dimana penambahan surfaktan, tegangan permukaan nanoemulsi akan semakin rendah, hal tersebut membantu proses pemecahan partikel menjadi semakin kecil (Taurina et al., 2017). Penurunan ukuran partikel dapat juga dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan pengadukan. Peningkatan kecepatan menyebabkan intensitas molekul pelarut akan semakin mengecil dan penambahan metode sonikasi membantu memperkecil ukuran partikel dengan memanfaatkan gelombang amplitudo dari ultrasonikator (Rusdiana et al., 2018).

Distribusi ukuran partikel atau indeks polidispersitas merupakan parameter yang menggambarkan keseragaman ukuran globul pada sediaan dan dapat memperkirakan distribusi ukuran partikel dalam sediaan. Nilai indeks polidispersitas yang baik berkisar pada range 0,01-0,7. Dari keempat formula yang dibuat, semua formula masuk dalam range nilai indeks polidispersitas yang baik berarti menunjukkan sediaan yang homogen dan seragam. Semakin kecil nilai indeks polidispersitas maka distribusi ukuran partikel yang dihasilkan akan semakin homogen (Zulia et al., 2019).

(40)

C. Formulasi Nanoemulgel

Pembuatan nanoemulgel dilakukan dengan mengembangkan 4-gram tragakan dalam sediaan nanoemulsi. Proses pengembangan sediaan nanoemulgel dilakukan dengan menggunakan mixer untuk mempercepat terbentuknya basis gel.

Sediaan nanoemulgel yang telah terbentuk dipindahkan kedalam wadah pot dan dilakukan pengujian sifat fisik dan stabilitas sediaan.

1. Uji Organoleptis dan Homogenitas

Uji organoleptis adalah salah satu uji kualitas fisik sediaan semisolid yang meliputi pengamatan secara visual mulai dari bentuk, warna, dan bau (USP, 2019). Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah seluruh komponen sediaan tercampur dengan merata dan tidak ada gumpalan dan butiran kasar (Lumetut et al., 2020; Hanan dan Puji, 2018). Hasil uji organoleptis dan homogenitas dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8.

Keempat formula yang dibuat memiliki konsistensi semi padat, basis gel yang awalnya berwarna bening menjadi kuning dengan ada penambahan kuersetin.berbau khas minyak, dan homogen, sehingga dapat dibuktikan bahwa keempat formula memenuhi kriteria sediaan gel yang baik dari aspek organoleptis dan homogenitas (Anggun dan Pambudi, 2020).

2. Uji pH

Pengukuran nilai pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasamaan dari sediaan agar sesuai dengan pH sediaan topikal, pH sediaan topikal baik dan tidak mengiritasi kulit adalah 5,5-7,9 (Lumentut et al., 2020; Megawati et al., 2019). pH nanoemulgel yang terlalu basa bisa menyebabkan kulit bersisik, sedangkan jika pH terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Elcistia dan Zurkarnain, 2018). Hasil pengujian pH dapat dilihat pada Tabel IX.

(41)

Tabel IX. Hasil uji pH Formula

Replikasi 1 A B AB

1 6,5 6,6 6,6 6,6

2 6,5 6,6 6,6 6,7

3 6,5 6,5 6,6 6,6

4 6,5 6,6 6,6 6,7

x̄ ± SD 6,5 ± 0,00 6,6 ± 0,05 6,6 ± 0,00 6,7 ± 0,058

CV 0,00% 0,76% 0,00% 0,87%

Berdasarkan hasil uji pH di atas, keempat formula berada pada rentang pH 6,5-6,7 (Lampiran 9). Rentang pH sediaan yang dibuat masuk dalam range pH gel yang baik.

3. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan gel untuk melekat di kulit. Waktu yang baik sediaan dapat melekat pada kulit adalah > 4 detik (Forestryana et al., 2020).

Tabel X. Hasil Uji Daya Lekat Formula

Replikasi

1 (detik) A (detik) B (detik) AB (detik)

1 5,38 5,82 5,6 5,83

2 5,63 5,42 5,78 5,84

3 5,45 5,36 5,39 5,82

4 5,48 5,54 5,59 5,83

x̄ ± SD 5,49±0,11 5,54±0,20 5,59 ± 0,16 5,83±0,01

CV 1,92% 3,69% 2,85% 0,14%

Berdasarkan data hasil daya lekat di atas, keempat formula berada pada rentang waktu daya lekat yang sesuai dengan range yaitu > 4 detik. Hasil pengujian tersebut sudah sesuai menurut Wikantyasning dan Nabila (2021) yaitu semakin tinggi konsentrasi Span-80 akan meningkatkan daya lekat, Span- 80 akan meningkatkan kelembapan basis gel sehingga daya lekat semakin besar, semakin besar daya lekat maka semakin lama waktu melekat pada kulit.

Hasil daya lekat sudah sesuai dengan nilai viskositas yang didapatkan yaitu semakin tinggi nilai viskositas maka semakin tinggi pula waktu melekat pada

(42)

kulit. Hubungan viskositas terhadap daya lekat adalah berbanding lurus (Utari et al., 2019, Wikantyasning dan Nabila, 2021).

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kecepatan penyebaran dan mengetahui kelunakan dari sediaan gel pada kulit. Penyebaran gel yang baik berada pada range 5-7 cm (Anggun dan Pambudi, 2020). Hasil uji daya sebar (Lampiran 13) sediaan nanoemulgel kuersetin dapat dilihat pada Tabel XI.

Tabel XI. Hasil Uji Daya Sebar

Berdasarkan hasil pengujian daya sebar, keempat formula masuk dalam rentang 6,3-6,9 cm. Rentang daya sebar sediaan yang dibuat masuk dalam range daya sebar sediaan gel yang baik.

5. Uji Viskositas

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui besarnya kekentalan suatu sediaan gel, yang dimana nilai viskositas menyatakan bahwa tahanan suatu cairan untuk mengalir. Syarat viskositas untuk sediaan topikal semisolid yang baik adalah pada rentang 50-200 d.Pa.s (Anggun dan Pambudi, 2020; Maulina, 2021). Hasil pengujian viskositas (Lampiran 11) dapat dilihat pada Tabel (XII).

Formula

Replikasi

1 (cm) A (cm) B (cm) AB (cm)

1 6,6 6,8 6,2 6,4

2 6,5 6,9 6,5 6,5

3 6,5 6,5 6,3 6,3

4 6,6 6,7 6,4 6,4

x̄ ± SD 6,6 x̄ ± 0,06 6,7 x̄ ± 0,17 6,4 x̄ ± 0,13 6,4 x̄ ± 0,08

CV 0,88% 2,54% 2,03% 1,28%

(43)

Tabel XII. Hasil Uji Viskositas

Berdasarkan hasil pengukuran viskositas yang didapatkan, keempat formula, memiliki range viskositas 120-130 d.Pa.s. Menurut Anggun dan Pambudi (2022) hasil tersebut masuk dalam range viskositas yang baik untuk sediaan gel yaitu 50-200 d.Pa.s. Viskositas untuk formula B dan AB memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan formula lain, hal tersebut sesuai menurut Wikantyasning dan Indianie (2021) yang menyatakan bahwa semakin tinggi komposisi Span-80 yang ditambahkan pada komposisi Tween-80 dapat meningkatkan viskositas, hal tersebut terjadi karena kandungan air yang diserap oleh Span-80. Penyerapan molekul air tersebut menyebabkan molekul Span-80 menjadi besar sehingga viskositas semakin tinggi. Hasil viskositas sudah sesuai dengan nilai daya sebar yang didapatkan yaitu semakin rendah viskositas maka daya sebar yang dihasilkan semakin tinggi. Hubungan viskositas terhadap daya sebar adalah berbanding terbalik (Maulina, 2021).

6. Uji Stabilitas Fisik

Uji stabilitas bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan nanoemulgel yang telah dibuat dengan uji stabilitas selama 3 siklus. Satu siklus terdiri dari penyimpanan pada suhu -24°C±2°C selama 24 jam dan suhu 25°C±2°C selama 24 jam. Pengujian sifat fisik diuji ulang setelah selesai 3 siklus uji stabilitas, pengujian meliputi organoleptis, pH, viskositas, daya sebar, dan daya lekat (Dwiastuti dan Ardiyati, 2020).

Formula

Replikasi

1 (d.Pa.s) A (d.Pa.s) B (d.Pa.s) AB (d.Pa.s)

1 110 120 120 130

2 110 120 130 120

3 120 120 130 130

4 120 130 120 120

x̄ ± SD 115 ± 5,00 122,5 ± 5,77

125 ± 5,77 125 ± 5,77

(44)

Tabel XIII. Pergeseran Viskositas

% Pergeseran Viskositas

Replikasi Formula

1 (%) a (%) b (%) ab (%)

1 8,33 9,09 16,67 7,69

2 16,67 13,64 11,54 0,00

3 8,33 0,00 7,69 3,85

4 15,38 0,00 16,67 0,00

x̄ ± SD 12,18 ± 0,04 5,68 ± 0,07 13,14 ± 0,04 2,88 ± 0,04 Menurut Nurdianti et al (2018) sediaan semisolid dapat dikatakan memiliki stabilitas yang baik apabila persentase pergeseran viskositas kurang dari 10%. Dari hasil data yang didapatkan (Lampiran 12) masih terdapat beberapa formula yang nilai pergeserannya di atas 10%, setelah dilakukan pengujian stabilitas selama 3 siklus. Perubahan nilai viskositas menyebabkan perubahan fisik dari sediaan, kenaikkan nilai viskositas dapat disebabkan karena masih adanya keberadaan gelembung yang terperangkap ketika pembuatan gel. Gelembung tersebut berpengaruh terhadap nilai viskositas (Anggun dan Pambudi, 2020). Kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan sediaan, karena dengan meningkatnya viskositas dapat mengurangi kemungkinan terjadi pengendapan dan membuat fase air lebih sulit untuk bergerak (Dina et al., 2017; Elfiyani et al., 2015).

Penilaian terhadap sifat fisik meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat yang didapatkan bahwa semua formula masih masuk dalam kriteria penerimaan masing-masing uji untuk sediaan nanoemulgel yang baik. Hasil pengujian organoleptis mulai dari hari pertama hingga akhir siklus ke-3, keempat formula tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, keempat formula masih memiliki konsistensi bentuk gel, bau yang tidak tengik,dan untuk warna menjadi agak kuning pucat (Lampiran 7). Hasil pengujian terhadap homogenitas sediaan dari hari pertama hingga akhir siklus ke-3 menunjukkan bahwa keempat formula memiliki homogenitas yang baik. Hal tersebut dapat dibuktikan tidak

(45)

adanya partikel kasar dan penyebaran warna yang merata (Anggun dan Pambudi, 2020) (Lampiran 8). Berdasarkan hasil pengujian pH yang dilakukan dari hari pertama hingga hari terakhir didapatkan range nilai pH 6,5-6,9 (Lampiran 10). Hasil yang didapatkan masuk dalam rentang pH kulit yang baik yaitu 5,5-7,9 (Lumentut et al., 2020; Megawati et al., 2019). Hasil pengujian terhadap daya sebar didapatkan rentang 6,2-6,7 cm (Lampiran 13). Berdasarkan hasil pengujian daya sebar yang didapatkan keempat formula sudah masuk dalam rentang nilai daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm (Anggun dan Pambudi, 2020). Hasil pengujian terhadap daya lekat didapatkan rentang 5-6 detik (Lampiran 14). Berdasarkan hasil pengujian terhadap daya lekat yang didapatkan keempat formula sudah masuk dalam rentang nilai daya lekat yang baik yaitu > 4 detik (Forestryana et al., 2020).

Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik yang dilakukan mulai dari hari pertama hingga akhir siklus ke-3 dapat dinyatakan bahwa seluruh formula memiliki kestabilan sifat fisik yang meliputi :organoleptis, homogenitas,pH, daya sebar dan daya lekat yang baik.

D. Optimasi Formula Nanoemulgel Kuersetin

Optimasi Formula Nanoemulgel kuersetin dengan konsentrasi Tween-80 dan Span-80 pada level yang berbeda ditentukan dengan aplikasi Design Expert Version 13 free trial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh signifikansi faktor Tween-80 dan Span-80 dan interaksi yang terjadi antara kedua faktor terhadap respon yang ditentukan. Hasil tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode two-away Analysis of Variance ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%. Signifikansi efek masing-masing faktor serta kombinasi dikatakan berpengaruh apabila didapatkan nilai p-value < 0,05.

a. Respon Persen Transmitan

Respon persen transmitan dapat dilihat dengan melihat persamaan desain faktorial terhadap respon persen transmitan adalah sebagai berikut : Y = 110,45000 + 1,08333X1 – 14.11111X2 + 0,555556X1X2

Variabel Y adalah respon dari persen trasmitan, X1 sebagai Tween-80 dan X2 sebagai Span-80 dan X1X2 merupakan interaksi antara Tween-80 dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan serta faktor yang signifikan dalam menentukan sifat fisis dan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi minyak kelapa paling stabil adalah mikroemulsi yang menggunakan kombinasi surfaktan Tween 80 dengan lesitin,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi tween 80 dan span 80, serta menentukan formula optimum terhadap karakteristik fisik dan

Manfaat dari penelitian penelitian ini adalah didapatkan formula sediaan obat kumur yang mengandung minyak cengkeh dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada

Untuk mengetahui range komposisi Span 80 dan Tween 80 dalam formula cold cream obat luka ekstrak daun binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) yang menghasilkan

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibuat formulasi niosom yang mengandung senyawa aktif kuersetin dengan berbagai konsentrasi surfaktan nonionik span 60, selain itu sediaan

Penelitian optimasi komposisi emulgator Tween 80 dan Span 80 dalam krim kefir susu kambing menggunakan metode Simplex Lattice Design bertujuan untuk mengetahui kadar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum Tween 80 dan Span 80 yang digunakan sebagai emulgator dalam krim repelan minyak atsiri daun sere pada basis Vanishing