• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KECERNAAN PAKAN AYAM BROILER YANG

DIBERI TESTOSTERON DENGAN DOSIS BERTINGKAT

R YUFIANDRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

R Yufiandri

(4)

ABSTRAK

R YUFIANDRI. Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat. Dibimbing oleh ARYANI SISMIN S dan ANDRIYANTO.

Testosteron merupakan salah satu hormon anabolik yang dapat memicu pertumbuhan massa otot serta mengembangkan dan memelihara tulang.Hormon testosteron mampu merangsang sekresi hormon lain seperti growth hormone.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan hormon testosteron dengan konsentrasi bertingkat pada ayam broiler terhadap kecernaan pakan melalui analisis feses. Penelitian ini menggunakan dua puluh ayam broiler berumur 14 hariyang dibagi dalam 4 grup (K, T1, T2, dan T3). K adalah kelompok kontrol, T1, T2, dan T3 ayam broiler yang dilakukan pemberian 1, 2, dan 4 mg testosteron. Feses yang merupakan eksresi hasil metabolisme diambil dari setiap perlakuan untuk dilakukan analisa proksimat. Nilai kecernaan pakan didapat dari persentasi selisih nilai analisa proksimat pakan dengan feses dibagi nilai analisa proksimat pakan. Nilai kecernaan paling tinggi pada kadar lemak kasar (79.20%), protein (6.37%), dan BETN (69.79%) ada pada kelompok T3. Oleh karena itu, pemberian 4 mg testosteron dapat meningkatkan bobot badan. Kata kunci:kecernaan, feses, hormon, proksimat, testosteron

ABSTRACT

R YUFIANDRI. Profile of Feed Digestibility in Broiler Chicken by Multilevel Dosing of Testosterone Administration. Supervised by ARYANI SISMIN S dan ANDRIYANTO.

Testosterone is one of the anabolic hormone that can trigger the growth of muscle mass as well as develop and maintain bone. Testosterone hormone can stimulate secretion of other hormones such as growth hormone. This research was conducted to describe the administration of testosterone hormone with multilevel concentration on broiler chicken’s feed digestibility through feces analysis. Fourteen days of twenty broiler chickens were used in this experiment, with 4 groups (K, T1, T2, and T3). K was control groups, T1, T2, and T3 were broiler chicken which given 1, 2, and 4 mg testosteron respectively. Feces is waste of metabolism which can be used for proximate analysis. Feed digestibility values was obtained from the difference percentage between the value of proximate analysis of feed and feces which divided by the value of the proximate analysis of feed. The highest digestibility values of fat (79.20%), protein (65.37%), and carbohydrates (69.79%) was in T3 groups. Therefore administration of 4 mg testosterone could increase the body weight.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

GAMBARAN KECERNAAN PAKAN AYAM BROILER YANG

DIBERI TESTOSTERON DENGAN DOSIS BERTINGKAT

R YUFIANDRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat

Nama : R Yufiandri NIM : B04080113

Disetujui oleh

Dr drh Aryani Sismin S, M.Sc Pembimbing I

Drh Andriyanto, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah Gambaran Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Testosteron dengan Dosis Bertingkat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr drh Aryani Sismin S, M.Sc dan Bapak Drh Andriyanto, M.Si selaku pembimbing skripsi atas ilmu, waktu, dukungan, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, kakak, dedek, dan keluarga besar atas segala doa dan kasih sayangnya.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang-orang yang mendukung dan membantu penulis dalam menyusun skripsi:Teman sepenelitian (Regina, Vinda, dan Santa) Pak Didik, Bu Sri, Bu Ida, Azmi, Rahmat, dan Rini yang sudah membantu dalam penelitian ini. Pak Iyep, Pak Santoso, Kak Ronal dan Kakak-kakak mahasiswa pascasarjana yang sudah memberikan kesempatan untuk melanjutkan penelitiannya. Fifin, Voni, Feni, Diah, Ihsan, dan Ayu yang sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Serta teman-teman yang tidak bisa penulis cantumkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Ayam Broiler 2

Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan 3

Testosteron 4

Analisa Proksimat 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Alat dan Bahan 5

Persiapan Kandang 5

Persiapan Hewan 5

Pelaksanaan Penelitian 6

Metode Analisis Proksimat 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Analisis Proksimat Pakan 7

Kecernaan Pakan 8

Bobot Badan 9

SIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan nilai kandungan nutrisi (%) dari analisis proksimat pakan

dan BSN 7

2 Rata-rata nilai kecernaan pakan (%) ayam broiler dengan pemberian testosteron dosis bertingkat pada pengambilan 1, 2 dan 3 8 3 Bobot badan (g) ayam broiler dengan pemberian testosteron dosis

bertingkat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase peningkatan bobot badan (%) ayam broiler dengan

(11)

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Permintaan konsumen akan komoditi daging sebagai sumber protein hewani saat ini cukup tinggi. Daging unggas merupakan komoditi unggul yang tepat untuk dikembangkan sebagai suatu komoditi strategis, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi, kesehatan, dan taraf hidup masyarakat. Perkembangan industri perunggasan di Indonesia kini tampak sudah maju demikian pesat, namun senantiasa dihadapkan pada berbagai kendala yang juga ikut berkembang dan semakin kompleks. Untuk mencapai kesuksesan dalam usaha peternakan ayam ras, tidak saja diperlukan modal yang besar dan keterampilan khusus yang memadai, tetapi juga pengelolaan maupun pemasaran produksi yang handal (Warsito et al. 2012).

Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan permintaan akan daging unggas juga meningkat. Hal ini karena harganya yang masih dapat dijangkau sebagian masyarakat. Usaha peternakan ayam merupakan pilihan yang paling tepat karena ayam broiler memiliki pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang efisien dan dapat dipotong pada usia relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaan lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Zulfanita et al. 2011). Ayam broiler disebut juga ras pedaging, yang merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi. Broiler merupakan ternak yang penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Peternakan broiler terus mengalami peningkatan di Indonesia. Peningkatan tersebut ditunjang dari segi pengetahuan tentang breeding, feeding, dan manajemen. Daging unggas yang berasal dari ayam broiler diminati oleh masyarakat secara luas karena memiliki nilai nutrisi terutama kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan ternak lain.

(12)

2

Penelitian ini menggunakan testosteron dengan dosis bertingkat sebagai bahan yang diduga dapat memicu pertumbuhan. Parameter yang diukur adalah persentase kandungan nutrisi (kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, dan kadar karbohidrat) yang terdapat pada pakan dan feses, serta bobot badan ayam percobaan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai gambaran terhadap penggunaan herbal yang juga memiliki efek androgenik seperti testosteron. Pemanfaatan testosteron ataupun senyawa herbal tersebut juga bisa digunakan pada ayam hias yang dituntut dalam penampilan fisik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menerangkan pengaruh penambahan hormon testosteron dengan konsentrasi bertingkat pada ayam broiler terhadap persentase kecernaan pakan (kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen atau BETN).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terhadap manfaat penambahan testosteron pada ayam broiler kepada peternak sebagai sumber komoditi utama sumber pangan asal unggas. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan gambaran untuk penggunaan herbal yang mempunyai efek androgenik seperti testosteron.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

(13)

3 Cobb, Hubbard, Indian River, Isa Vedette, Peterson, Pilch, Ross 1,208 PM 3, dan Shaver Starbo.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot badan ayam yaitu konsumsi ransum termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral), kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Hal ini karena adanya perbedaan kebutuhan nutrisi ayam broiler pada umur yang berbeda. Faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno 1994).

Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan

Kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging, dapat dilihat dengan penambahan bobot badan. Penambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan ternak. Kecepatan pertumbuhan dapat dilihat dengan cara melakukan penimbangan bobot badan ternak per individu dengan berulang setiap hari, minggu ataupun bulan. Pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat, tahap cepat terjadi pada saat bibit sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai(Bell dan Weaver 2002).

Ternak mengalami pertumbuhan secara cepat sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Pada periode ini, ternak mengalami pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat. Setelah mencapai dewasa kelamin, ternak akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat setelah pubertas, laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak mulai meningkat.Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh tipe ayam, jenis kelamin, kandungan energi dan protein dalam pakan, suhu lingkungan dan jumlah pakan yang dikonsumsi (Wahju 1997). Menurut Zulfanita et al. (2011), pertumbuhan juga dipengaruhi oleh galur (strain), imbangan energi dan protein pakan, pembatasan waktu makan dan konsumsi pakan.

Energi dalam pakan ternak didapatkan dari bahan makanan makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, sumber energi juga didapat dari bahan makanan mikro seperti vitamin dan mineral. Karbohidrat diperlukan untuk sumber energi utama (Irawan 2007).Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara langsung dan secara potensial bila disimpan dalam jaringan adiposa.Protein dalam pakan berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Vitamin terdiri dari vitamin larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin larut dalam lemak. Vitamin penting untuk fungsi jaringan tubuh secara normal, untuk kesehatan, pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan. Mineral diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. Secara umum, mineral berfungsi memelihara kondisi ionik dalam tubuh dan memelihara keseimbangan asam basa tubuh (Wahju 1997).

(14)

4

dan bobot badan dipengaruhi oleh kadar protein dan strain ayam dan interaksi dari keduanya nyata mempengaruhi bobot badan dan bobot karkas

Testosteron

Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Hormon testosteron dihasilkan pada testis untuk jantan dan ovari untuk betina walaupun sejumlah kecil hormon ini dihasilkan oleh zona retikularis korteks kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormon seks jantan utama dan merupakan steroid anabolik. Menurut Murray et al. (1999), secara umum testosteron berfungsi untuk diferensiasi seks, perkembangan organ seks sekunder dan struktur perlengkapannya, metabolisme anabolik, serta perilaku pola kejantanan. Rudiono (2005) menyatakan bahwa hormon testosteron mampu merangsang peningkatan pengeluaran hormon lain seperti growth hormone(GH) dari hipotalamus dengan optimal. Selanjutnya GH memacu pembentukan jaringan otot melalui peningkatan aktifitas ribosom serta peningkatan produksi DNA oleh inti sel. Menurut Reinecke et al. (2005), GH berpengaruh pada proses fisiologis dalam tubuh termasuk metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat serta pertumbuhan tulang. Peningkatan sekresi GH akan merangsang hati untuk meningkatkan sekresi insulin growth factor 1 (IGF 1). IGF 1 berperan sebagai regulator pertumbuhan postnatal dengan jalan meningkatkan pertumbuhan skeletal dan meningkatkan pertumbuhan jaringan dengan meningkatkan pembelahan sel dan sintesis protein. Penelitian yang dilakukan oleh Soewolo (1996) menunjukkan bahwa pemberian testosteron sebagai efek anabolik dikombinasikan dengan latihan dan pemberian protein yang cukup, dapat menstimulus sintesis protein dan menaikkan isi protein kontraktil otot.

Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan (pakan/pangan). Satu item hasil analisa merupakan kumpulan dari beberapa zat makanan yang mempunyai sifat yang sama.Istilah proksimat mempunyai pengertian bahwa hasil analisis dari metode ini menunjukkan nilai mendekati. Hal ini disebabkan dalam satu fraksi hasil analisis masih terdapat zat lain yang berbeda sifatnya dalam jumlah yang sangat sedikit (Kamal 1998).

Menurut Supardjo (2010), analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya, yaitu : air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), serat kasar (crude fiber) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract). Analisis proksimat menggolongkan vitamin berdasarkan kelarutannya. Vitamin yang larut dalam air dimasukkan ke dalam fraksi air, sedang yang larut dalam lemak dimasukkan ke dalam lemak kasar.

(15)

5 terdiri dari asam amino dan mengandung sekitar 16% nitrogen. Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis kimia, seperti analisis proksimat dan analisis serat. Zat makanan dapat ditentukan dengan analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat analisis proksimat lebih dikembangkan lagi menjadi analisis serat (Supardjo 2010).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hewan percobaan dipelihara di Kandang Hewan Coba Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan penelitian ini dimulai dari Mei hingga Juni 2012. Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler berumur 1 hari/day old chick (DOC) sebanyak 20 ekor. Semua ayam ditempatkan pada kandang (indoor) sistem berkelompok.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain syringe (1 mL dan 3 mL), alat tulis, timbangan 2 kg, dan gelas ukur.Bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain ayam DOC 20 ekor, hormon testosteron, vaksin

Newcastle Disease (ND) strain Hitchner B1, alkohol 70%, NaCl 0.9%, dan pakan ayam komersial.

Persiapan Kandang

Sebelum pelaksanaan penelitian, kandang ayam terlebih dahulu dibersihkan, diberi kapur, kemudian disemprot dengan disinfektan. Untuk menjaga kenyamanan hewan coba, kandang diberi 2 buah lampu untuk pencahayaan dan penghangat suhu ruangan. Selain itu, lantai kandang juga dilapisi sekam kering. Kandang dibagi menjadi 4 bagian dengan tiap bagiannya diisi 5 ekor ayam. Masing-masing bagian adalah bagian kontrol (K), perlakuan 1 (T1), perlakuan 2 (T2), dan perlakuan 3 (T3).

Persiapan Hewan

(16)

6

dan minum diberikan ad libitum. Vaksinasi ND diberikan pada saat ayam berumur 5 hari dengan cara tetes mata. Masa adaptasi dilakukan selama 14 hari. Sebanyak 20 ekor ayam dengan bobot badan yang sama dibagi dalam 4 kelompok perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut ialah K (kelompok ayam yang diberikan perlakuan NaCl fisiologis sebanyak 0.1 mL) dan kelompok ayam yang diberi testosteron dengan dosis bertingkat, yaitu T1 (perlakuan 1 dengan dosis 1 mg per ekor yang disuntikkan sebanyak 0.05 mL), T2 (perlakuan 2 dengan dosis 2 mg per ekor yang disuntikkan sebanyak 0.1 mL), dan T3 (perlakuan 3 dengan dosis 4 mg per ekor yang disuntikkan sebanyak 0.2 mL).

Pelaksanaan Penelitian

Setelah ayam berumur 14 hari, ayam disuntik secara intramuscular (IM) dengan testosteron 2 hari sekali selama 14 hari. Pada penelitian ini dilakukan penambahan testosteron secara injeksi intramuscular dengan dosis bertingkat pada setiap perlakuan. Sampel yang diambil untuk analisis proksimat adalah dari feses. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali selama penelitian, yaitu pada awal, pertengahan, dan akhir. Pada akhir penelitian, sampel pakan dan feses di sekum diambil sebagai pembanding nilai kandungan nutrisi.

Metode Analisis Proksimat Kandungan Nutrisi

Analisis proksimat dilakukan di Pusat Antar Universitas Bioteknologi (PAU), Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat dilakukan pada pakan dan feses. Analisis proksimat pada feses dilakukan 3 kali selama masa penelitian. Sampel feses diambil setiap masing-masing bagian K, T1, T2, dan T3. Analisis proksimat kandungan nutrisi yang dihitung adalah kadar abu, lemak kasar, protein kasar, dan BETN. Metode masing-masing adalah:

Kadar abu: Sebanyak 1 g sampel ditempatkan dalam cawan porselen lalu dibakar sampai tidak berasap, kemudian diabukan dalam tanur suhu 600ºC selama 2 jam, lalu ditimbang.

Kadar abu = bobot abu

bobot sampel x 100%

Kadar lemak kasar: Sebanyak 2 g sampel disebar di atas kapas yang beralas kertas saring dan digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam labu soklet. Kemudian diekstraksi selama 6 jam, dengan pelarut lemak berupa heksan sebanyak 150 mL. Lemak yang terekstrak kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC selama 1 jam.

Kadar lemak kasar = bobot lemak terekstrak

bobot sampel x 100%

Kadar serat kasar: Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dengan 100 mL H2SO4 1.25%, dipanaskan hingga mendidih lalu dilanjutkan dengan destruksi selama 30 menit. Kemudian disaring dengan kertas saring dan dengan bantuan corong

(17)

7 menit, lalu saring sama dengan cara sebelumnya. Residu dan kertas saring dipindahkan ke cawan porselain dan dikeringkan dalam oven 130ºC selama 2 jam. Setelah dingin residu beserta cawan porselain ditimbang (A), lalu dimasukkan dalam tanur 600ºC selama 30 menit, didinginkan dan ditimbang kembali (B). Keterangan: Bobot serat kasar = W – W0

W = bobot residu residu sebelum dibakar dalam tanur = A - (bobot kertas saring + cawan)

W0 = bobot residu setelah dibakar dalam tanur = B – (bobot cawan)

Kadar serat kasar = bobot serat kasar

bobot sampel x 100%

Kadar BETN atau karbohidrat: Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode carbohydrate by difference, yaitu: 100% - (kadar air + abu + protein + lemak). Kadar protein N free menunjukkan besarnya kandungan karbohidrat yang dapat dicerna dari suatu bahan pangan. Ditentukan dengan cara 100% - (kadar air + abu + lemak + protein + serat kasar).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Pakan

Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan dari analisis proksimat dan hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan nilai kandungan nutrisi (%) dari analisis proksimat pakan dan BSN

Kadar Abu Kadar Lemak Kadar Protein Kadar Karbohidrat Hasil BSN Hasil BSN Hasil BSN Hasil BSN Pakan 4.54 Maks 8 6.57 Maks 8 17.54 Min 18 58.99 - Sumber: Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2006

(18)

8

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai kadar protein menurut SNI minimal adalah 18% sedangkan pada pakan nilai kadar protein 17.54%.

Kecernaan Pakan

Konsumsi pakan sangat erat kaitannya dengan laju pertumbuhan yang pada akhirnya akan berhubungan dengan besarnya penyerapan kandungan nutrisi dari pakan oleh tubuh. Nutrien yang tercerna didefinisikan sebagai proporsi yang tidak diekskresikan dalam feses atau diasumsikan dapat diabsorpsi oleh hewan. Menurut Sukaryana et al. (2011), kecernaan dapat diartikan banyaknya atau jumlah proporsional zat-zat makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh. Zat makanan yang terdapat dalam feses dianggap zat makanan yang tidak tercerna dan tidak diperlukan kembali. Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. Apabila kecernaannya rendah maka nilai manfaatnya rendah pula ataupun sebaliknya apabila kecernaannya tinggi maka nilai manfaatnya tinggi pula (Sukaryana et al. 2011).

Kecernaan pakan = nilai analisis proksimat pakan− nilai analisis proksimat feses

nilai analisis proksimat pakan x100 %

Nilai dari analisis proksimat pakan dan feses yang didapat digunakan untuk mendapatkan nilai kecernaan pakan dalam persen (%). Hasil dari penggunaan testosteron terhadap kecernaan pakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rata-rata nilai kecernaan pakan (%) ayam broiler dengan pemberian testosterondosis bertingkat pada pengambilan 1, 2 dan 3.

Testosteron (mg)

0 (kontrol) 1 2 4

Kadar

Abu 18.58±21.39

a

15.20±26.68a 29.44±13.49a 16.08±13.64a Kadar

61.20±14.67a 60.36±14.74a 65.37±12.57a Kadar

Karbohidrat 67.72±10.88 a

69.62±9.52a 69.00±9.49a 69.79±11.60a Keterangan: Superscript huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (p<0.05).

(19)

9 testosteron 4 mg per ekor cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan semua perlakuan

Kadar abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai nutrisi yang penting. Komponen unsur-unsur mineral dalam bahan pakan yang berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting. Apabila kadar abu pakan ayam broiler tinggi maka nilai mineral terutama kalsium juga tinggi (Tillman et al. 2005). Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain-lain. Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus-menerus diperlukan dalam pakan untuk pertumbuhan, produksi ternak, dan perbaikan jaringan yang rusak (Zulfanita et al. 2011). Lemak dalam pakan ayam broiler digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pakan, mempertinggi palatabilitas, mencegah pemisahan bahan baku pakan, menaikkan penyerapan vitamin A dan karoten, mengangkut zat nutrisi non lemak tertentu, seperti vitamin A, D, E, dan K dan membantu penyerapan mineral-mineral tertentu, seperti kalsium. Keberadaan lemak juga dapat menyebabkan pakan menjadi cepat tengik, untuk itu perlu ditambahkan antioksidan ke dalam pakan ayam broiler (Tillman et al. 2005).

Peningkatan kadar testosteron ini merangsang kelenjar hipofise menyekresikan growth hormone (GH) yang berasal dari hipotalamus (Campbell et al. 2004). Sekresi GH akan meningkatkan plasma insulin-like growth factor (IGF 1) yang diproduksi di hati. Induksi IGF 1 menstimulasi pertumbuhan anak ayam. IGF 1 dapat meningkatkan massa otot rangka dan meningkatkan laju sintesis protein, serta menurunkan laju degradasi protein (Tomas et al. 1998). Hal ini dijelaskan juga pada penelitian Rudiono (2005), bahwa hormon testosteron mampu merangsang peningkatan pengeluaran growth hormone (GH) dari hipotalamus dengan optimal. Selanjutnya GH memacu pembentukan jaringan otot melalui peningkatan aktifitas ribosoma serta peningkatan produksi DNA oleh inti sel.

Peningkatan testosteron dapat meningkatkan metabolisme lemak, protein, serta karbohidrat melalui sekresi GH dan IGF 1. Nilai kecernaan lemak, protein, dan karbohidrat yang cenderung meningkat pada penambahan testosteron 3mg per ekor menunjukkan bahwa penambahan testosteron dapat meningkatkan sintesis zat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewolo (1996) bahwa testosteron dapat meningkatkan stimulasi sintesis protein.

Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan sangat dipengaruhi oleh pakan dan

(20)

10 Keterangan: Superscript huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf p<0.05.

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa pemberian testosteron dengan dosis bertingkat tidak menyebabkan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap bobot badan. Hasil tidak berbeda nyata dimungkinkan oleh adanya kandungan nutrisi terutama protein dalam ransum perlakuan masih dalam batas normal kebutuhan, yaitu 18% (Warsito 2012). Pengukuran terakhir bobot badan ayam dilakukan pada minggu ke-4. Pada penimbangan hari pertama, perlakuan 2 dengan penambahan dosis 2 mg per ekor memiliki nilai rataan paling tinggi yang diikuti dengan kontrol, penambahan testosteron 1 mg per ekor, dan 4 mg per ekor. Penambahan testosteron 2 mg per ekor menghasilkan nilai rataan bobot badan paling tinggi, diikuti penambahan 1 mg per ekor, 4 mg per ekor, dan Kontrol.

Perbedaan kenaikan persentase bobot badan dari setiap perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Persentase kenaikan bobot badan = bobot badan akhir− bobot badan awal

bobot badan awal x100 %

Gambar 1 Persentase peningkatan bobot badan (%) ayam broiler dengan pemberian testosteron dosis bertingkat. Kontrol = NaCl 0.9% 0.1 mL per ekor. T1 = testosteron 1 mg per ekor. T2 = testosteron 2 mg per ekor. T3 = testosteron 4 mg per ekor.

(21)

11 Pengukuran bobot badan pada ayam dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan testosteron dengan dosis bertingkat. Berdasarkan Gambar 1, pada hari ke-15 sampai 18 perlakuan dengan 1 mg per ekor memiliki nilai persentase kenaikan bobot badan paling tinggi. Pada hari ke-18 sampai 21 nilai perlakuan yang diberikan testosteron cenderung menurun. Hari ke-21 sampai 24 perlakuan dengan 2 mg per ekor memiliki nilai persentase kenaikan bobot badan paling tinggi. Pada hari ke-24 sampai 27, pemberian dengan dosis 4 mg per ekor memiliki nilai persentase kenaikan bobot badan paling tinggi. Menurut Soewolo (1996), testosteron dapat memicu peningkatan ukuran dan kekuatan otot dengan menstimulasi sintesis protein kontraktil otot. Hal ini sejalan dengan penelitian Griggs et al.(1989), yaitu testosteron meningkatkan massa otot dengan meningkatkan sintesis protein otot.

SIMPULAN

Penambahan testosteron sebagai feed additive tidak memperlihatkan perbedaan nyata antara dosis (1, 2, dan 4 mg per ekor) yang digunakan. Pada perlakuan dengan dosis 4 mg per ekor terlihat bahwa nilai kecernaan lemak, protein, dan karbohidrat cenderung meningkat

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-3931-2006 tentang pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Jakarta (ID): BSN.

Bell D D, Weaver W D J. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. New York(UK): Springer Science and business Media Inc. Budiansyah A. 2010. Performan ayam broiler yang diberi ransum yang

mengandung bungkil kelapa yang difermentasi ragi tape sebagai pengganti sebagian ransum komersial. JIIP. 8(5):1-9.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Ed ke-5. Manalu W, penerjemah. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology. Ensminger M E, Oldfield J E, Heinemann W W. 1992. Feeds and Nutrition. 2nd.

California(USA): Ensminger Publishing Company.

Fethwell R. 1992. Small-Scale Poultry Keeping. London(ENG): 3 Queen Square. Griggs RC, Kingston W, Jozefowicz RF, Herr BE, Forbes G, Halliday D. 1989.

Effect of testosterone on muscle mass and muscle protein synthesis. JAppl Physiol. 66(1):498-503.

Irawan M A. 2007. Karbohidrat. PSSPLab. 1(3): 1-4.

Kamal M. 1998. Nutrisi Ternak 1. Yogyakarta(ID): Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

(22)

12

Murray R K, Granner D K, Mayes P A, andRodwell V W. 1999. Biokimia Harper. Jakarta(ID): EGC.

Reinecke M, Björnsson B T, Dickhoff W W, McCormick S D, Navarro I, PowerD M, Gutiérrez J. 2005. Growth Hormone and Insulin like-Growth Factor:

where we are and where to go. General and Comperative

Endocrinology.142(1): 20-24.

Rudiono D. 2005. Pengaruh hormon testosteron dan umur terhadap perkembangan otot pada kambing kacang betina. Animal Production. 9(2): 59-66.

Smith E R, Pesti G M. 1998. Influnce of Broiler Starin Cross and Dietary Protein on the Performance of Broiler. Poultry Sci. 77(1):276-281.

Soewolo. 1996. Pengaruh anabolik steroid terhadap pembentukan otot dan kesehatan. Chimera. 1(2):1-12.

Sukaryana Y, Atmomarsono U, Yunianto VD, Supriyatna E. 2011. Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP. 1(3):167-172.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press.

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat &Analisis Serat. Jambi(ID): Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Tillman AD, Reksohadiprodjo SS, Prawirokusumo, Lebdosoekojo S. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Tomas FM, Pym RA, McMurtry JP, Francis GL. 1998. Insulin-like growth factor (IGF)-I but not IGF-II promotes lean growth and feed efficiency in broiler chickens. Sci Direct. 110(3):262-275.

Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Yogyakarta(ID): Gajah Mada University Pr.

Warsito SH, Kaloka NG, Setyono H, Mustofa I. 2012. The using of milk powder waste as supplement in commercial feed toward carcass and abdominal fat percentage of male broiler. Agroveteriner. 1(1):1-6.

Zulfanita, Roisu E M, Utami D P. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan.

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tembilahan pada 27 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan R Ristian dan Kaptihas. Penulis mengenyam pendidikan formal di SMA Negeri Plus Riau (2008).

Gambar

Tabel 2 Rata-rata nilai kecernaan pakan (%) ayam broiler dengan pemberian

Referensi

Dokumen terkait

Kembang telang (Clitoria ternatea) sudah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit sehingga dijadikan salah satu tanaman obat

masyarakat keluarga nelayan agar lebih baik lagi dalam kesejahteraan

TAPM yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan 1MB Di Kabupaten Lampung Utara adalah hasil karya

Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu hal,

Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan yang dapat dilihat dari jawaban responden pada kuesioner variabel persepsi dukungan organisasi, yaitu responden banyak

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Untuk mengetahui hubungan peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan Axial Length dan Anterior Chamber Depth pada pasien dengan kelainan refraksi.. Penelitian ini berbentuk

Seperti yang telah kita ketahui bahwa banyak sekali metode-metode pembelajaran Alquran yang digunakan dalam proses pembelajaran di setiap TPQ. Khususnya di daerah