PERSENTASE KARKAS, POTONGAN KOMERSIAL, DAN
LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER YANG DIBERI
PAKAN MENGANDUNG TEPUNG INTI SAWIT
DITAMBAH
POLLARD
ATAU DEDAK
ALDRIAN ARIFIN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persentase karkas, Potongan Komersial, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit Ditambah Pollard atau Dedak adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ALDRIAN ARIFIN. Persentase karkas, Potongan Komersial, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit Ditambah Pollard atau Dedak. Dibimbing oleh NAHROWI dan I KOMANG GEDE WIRYAWAN.
Industri kelapa sawit memiliki hasil samping maupun produk utama yang dapat dijadikan bahan pakan yang sangat potensial, salah satu yang belum banyak diteliti adalah tepung inti sawit. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji persentase karkas, potongan komersial, dan lemak abdominal ayam broiler yang diberi pakan mengandung tepung inti sawit. Terdapat 3 perlakuan yaitu; P1 (kontrol), P2 (pakan mengandung tepung inti sawit dan pollard), P3 (pakan mengandung tepung inti sawit dan dedak) dengan 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot akhir dan persentase karkas ayam broiler yang diberi pakan mengandung tepung inti sawit (P2 dan P3) lebih rendah dari kontrol, namun meningkatkan potongan komersial (paha atas, paha bawah, sayap, dan punggung). Lemak abdominal pada pakan P2 lebih tinggi dibandingkan P1 dan P3. Pemberian tepung inti sawit dalam pakan dapat menurunkan persentase karkas dan meningkatkan persentase potongan komersial kecuali dada, serta meningkatkan lemak abdominal.
Kata kunci: Broiler, Lemak Abdominal, Persentase Karkas, Potongan Komersial, Tepung Inti Sawit
ABSTRACT
ALDRIAN ARIFIN. Percentge of Carcass, Commercial Parts and Broiler Abdominal Fat been Feed Contains Palm Kernel Powder Plus Pollard or Rice Bran. Supervised by NAHROWI and I KOMANG GEDE WIRYAWAN.
The palm oil industry has a main product and a byproduct that can be used as a feeding. One of the product that has not been widely studied is the palm kernel powder. The purpose of this study was to evaluate the effect offeeding ration containing palm kernel powder on carcass percentage, commercial cut, and abdominal fat of broilers. There treatments were; P1 (control), P2 (ration contained palm kernel powder and pollard), P3 (ration contained palm karnel powder and rice bran) with 6 replications. The results showed that the percentage of carcass and commercial cut of broiler fed palm kernel powder (P2 and P3) was lower than control, but increased commercial cuts (thighs, upper thigh, wings, and back). Abdominal fat of P2 was higher compared to P1 and P3.Feeding palm kernel powder in the diet decreasedcarcass percentage and increased commercial cuts except the breast and abdominal fat.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
PERSENTASE KARKAS, POTONGAN KOMERSIAL, DAN
LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER YANG DIBERI
PAKAN MENGANDUNG TEPUNG INTI SAWIT
DITAMBAH
POLLARD
ATAU DEDAK
ALDRIAN ARIFIN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Persentase Karkas, Potongan Komersial, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit Ditambah Pollard atau Dedak
Nama : Aldrian Arifin
NIM : D24080346
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. I Komang Gede Wiryawan Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti S. M. Si Ketua Departemen
PRAKATA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahhi Rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persentase Karkas, Potongan Komersial, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang diberi Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit Ditambah Pollard atau Dedak” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Peternakan Institut pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Oktober 2012. Lokasi penelitian dilakukan di peternakan ayam Laladon Indah, Bogor. Penelitian dilakukan bersama saudara Vippasana, Nandini Widyadhari, dan Siti Rosyani selaku rekan satu angkatan se-Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP).
Bogor, April 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ii
LEMBAR PENGESAHAN v
PRAKATA vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Alat 2 Bahan 2 Prosedur 3
Persiapan Tepung Inti Sawit 3
Persiapan dan Pemeliharaan 3
Pelaksanaan Panen 4
Peubah yang Diamati 4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Bobot Akhir 6
Persentase Karkas 7
Persentase Potongan Komersial Dada 7
Persentase Potongan Komersial Paha Bawah dan Paha Atas 8
Persentase Potongan Komersial Punggung 9
Persentase Potongan Komersial Sayap 9
Persentase Lemak Abdominal 9
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 12
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Komposisi pakan A dan pakan B 2
2 Komposisi nutrien pakan A dan pakan B 3
3 Komposisi nutrien pakan komersial 3
4 Rataan bobot akhir, bobot potong, bobot kosong, bulu, dan karkas 5
5 Bobot Akhir dan Pesentase Karkas. 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam bobot hidup pada ayam broiler 13 2 Uji lanjut duncan bobot hidup ayam broiler 13 3 Analisis ragam persentase karkas pada ayam broiler 13 4 Uji lanjut duncan persentase karkas ayam broiler 13 5 Analisis ragam persentase potongan komersial dada pada ayam broiler 13 6 Uji duncan persentase potongan komersial dada pada ayam broiler 14 7 Analisis ragam persentase potongan komersial sayap pada ayam broiler 14 8 Uji duncan persentase potongan komersial sayap pada ayam broiler 14 9 Analisis ragam persentase potongan komersial punggung pada ayam
broiler 14
10 Uji duncan persentase potongan komersial punggung pada ayam broiler 14 11 Analisis ragam persentase potongan komersial paha atas pada ayam
broiler 15
12 Uji duncan persentase potongan komersial paha atas pada ayam broiler 15 13 Analisis ragam persentase potongan komersial paha bawah pada ayam
broiler 15
14 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial paha bawah pada
ayam broiler 15
PENDAHULUAN
Industri ayam mempunyai prospek ekonomi yang cukup cerah, karena usaha peternakan ayam relatif mudah dikembangkan, cepat menghasilkan, serta usaha pemotongannya yang sederhana. Permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap karkas ayam broiler maka produsen diharapkan dapat menyediakan karkas dengan kualitas yang baik.
Karkas yang baik mempunyai persentase yang tinggi terhadap bobot hidupnya.Persentase menjadi perhitungan untuk menentukan kualitas daging ayam broiler. Potongan komersial yang sering dijumpai yaitu dada, paha bawah, paha atas, sayap dan punggung. Persentase dada yang diharapkan mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi dari persentase potongan komersial lainnya menjadikannya indikator kualitas karkas pada ayam broiler, karena bagian ini dikenal lebih lunak dagingnya dan mempunyai kandungan lemak yang rendah.
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas karkas, sehingga pemilihan bahan pakan yang tepat sangat diperlukan. Salah satu hasil samping industri kelapa sawit yang belum banyak diteliti yaitu tepung inti sawit. Tepung inti sawit berbeda dengan bungkil inti sawit.Bungkil inti sawit merupakan hasil turunan dari buah inti kelapa sawit yang telah diambil minyak sawitnya, sedangkan tepung inti sawit diambil langsung dari buah inti sawit yang sudah dipisahkan dari serabut dan telah dipisahkan dari kulit arinya. Hasil analisis tepung inti sawit menunjukan kandungan bahankering 94.35 %, protein kasar 9.56 %, serat kasar 29.41 %, lemak kasar 46.51 % dan energi metebolis 4 460 kkalkg-1 (Saputra2012). Kandungan energi yang tinggi pada tepung inti sawit menjadikan bahan baku ini sangat potensial, namun ada faktor pembatas yang harus diperhatikan seperti kandungan serat dan lemak yang tinggi. Kandungan serat dan lemak yang tinggi tentunya akan menjadi faktor pembatas dan menurunkan persentase nutrisi bahan makanan lainnya. Serat dan lemak yang tinggi harus diperhatikan, terutama bila diberikan kepada ternak nonrumansia khususnya ayam karena dapat mempengaruhi performa ternak tersebut. Penambahan pollard dan dedak padi dalam pakan berguna untuk menguragi persentase penggunaan tepung inti sawit dalam menyumbang energi.
Penelitian terdahulu terhadap sifat fisik tepung inti sawit sudah dilakukan oleh Syamfitri (2012) dan kimia oleh Saputra (2012), namun untuk penerapannya pada ternak belum dilakukan.Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian pakan yang ditambahkan tepung inti sawit terhadap bobot akhir, persentase karkas, potongan komersial, dan lemak abdominal pada ayam broiler yang ditambah pollard atau dedak.
2
METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2012 hingga Oktober 2012. Lokasi pemeliharaan dilakukan di Kandang Penelitian Laladon Indah, Bogor. Pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, dan pengukuran organ dalam dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Alat
Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan ayam broiler berupa tempat pakan, tempat air minum, timbangan digital, termometer, hygrothermometer, kertas koran, sekam, sapu lidi, karung, dan tirai. Penerangan kandang menggunakan lampu pijar 75 watt.
Bahan
Penelitian ini menggunakan day old chick (DOC) strain Cobb, CP 707 dari perusahaan breeder PT. Charoen Pokphand Jaya Farm sebanyak 180 ekor. Terdapat 18 petak kandang dengan luasan 1 m2, masing-masing kandang berisikan 10 ekor.
Pakan P2 terdiri atas konsentrat yang disusun dari inti sawit, jagung, bungkil kedelai, corn gulten meal (CGM), meat bone meal (MBM), dicalcium phosphat (DCP), garam, metionin, premix, dan anti oksidan yang dicampur dengan pollard. Komposisi pakan P2 sama seperti pakan P3, namun pada pakan P3 dicampur dengan bahan tambahan berupa dedak padi. Sedangkan untuk kontrol, digunakan pakan komersial yang terdiri atas jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, MBM, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun canola, kalsium, fospor, vitamin, trace mineral, dan anti oksidan. Komposisi pakan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1, komposisi nutrien pada pakan buatan disajikan pada Tabel 2, dan komposisi nutrien pakan komersil disajikan pada Tabel 3.
Prosedur
Persiapan Tepung Inti Sawit
Kelapa sawit dibuang serabutnya kemudian buah sawit yang diperoleh dijemur untuk mempermudah proses pemisahan antara inti dengan batoknya. Setelah terpisah dari batoknya, inti sawit dijemur kembali hingga kering.Inti sawit yang sudah kering kemudian digiling menjadi tepung.
Persiapan dan Pemeliharaan
3 Sebanyak 180 ekor DOC ayam broiler dibagi menjadi 18 petak kandang, masing-masing kandang terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Ternak dipelihara dalam petak kandang yang berbeda-beda selama empat minggu. Pada minggu pertama dan kedua, pemberian pakan dilakukan lima kali sehari, yaitu pagi hari pukul 06.00, pukul 10.00, siang hari pukul 12.00, sore hari pukul 17.00 dan malam hari pukul 20.00, sedangkan pada minggu ketiga dan keempat pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00, siang hari pukul 12.00, dan malam hari pukul 20.00. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Penimbangan bobot badan dan perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu.
Tabel 1. Komposisi pakan P2 dan pakan P3
Bahan Baku Penggunaan (%)
Pakan P2 Pakan P3
Inti Sawit 7.650 7.650
Jagung 53.35 53.35
Bungkil Kedelai 18.00 18.00
CGM 8.000 8.000
MBM 5.900 5.900
DCP 0.400 0.400
Garam 0.400 0.400
Metionin 0.300 0.300
Pollard 6.000 -
Dedak Padi - 6.000
Ket : P2 = pakan perlakuan 2, P3 = pakan perlakuan 3,CGM : corn gluten meal, MBM : meat bone meal, DCP : dicalcium phosphat.
Tabel 2. Komposisi nutrien pakan (as fed)
Ket : P1= pakan kontrol (CP BR1 & BR2), P2 = jagung dan pollard sebagai bahan utama ditambah konsentrat super, P3 = jagung dan dedak padi sebagai bahan utama ditambah konsentrat super, (a) data kandungan nutrisi pakan komersial pada label, (b) hasil analisis laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, IPB (2012); Nutrien pakan
Perlakuan P1a
P2b P3b BR1 (0-14 hari) BR2 (15-28 hari)
EM (Kkal kg-1) 2820 – 2920 2920 – 3020 3150 3007 PK (%) 21.00 – 23.00 19.00 – 21.00 21.46 20.96
LK (%) 5.000 5.000 7.840 7.050
SK (%) 5.000 5.000 5.970 6.130
Ca (%) 0.900 0.900 0.740 0.460
4
Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen dilakukan pada hari ke-28.Sebanyak 36 ekor ayam (dua ekor yang bobot badannya masuk ke dalam rata-rata bobot badan dari masing-masing kandang setiap perlakuan ulangan) diambil dan dilakukan penimbangan bobot hidup akhir kemudian dipotong. Pemotongan dilakukan pada bagian leher dengan cara memotong esofagus, pembuluh darah venajugularis, trakea dan arteri karotidae. Setelah dipotong ayam dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah selama 2 sampai 3 menit yang bertujuan agar darah dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam dalam air panas selama ± 2 menit kemudian dilakukan pencabutan bulu. Perendaman dengan air panas bertujuan untuk mempermudah proses pencabutan bulu. Setelah itu dilakukan penimbangan karkas, potongan komersial (dada, sayap, punggung, paha bawah, dan paha atas), dan lemak abdominal.
Peubah yang Diamati
Berat hidup (g ekor-1) diperoleh dari penimbangan bobot badan pada minggu terakhir penelitian.
Bobot karkas (g ekor -1) diperoleh dari penimbangan tubuh tanpa bulu, kepala, leher, kaki, dan jeroan.
Persentase bobot karkas (%) diperoleh dari bobot hidup dibagi dengan bobot karkas dikali seratus persen.
Persentase bobot dada (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah scapula sampai bagian tulang dada (g).
Persentase bobot dada (%) = bobot dada
bobot karkas×100%
Persentase paha atas (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian tulang paha bawah hingga pinggul (g).
Persentase paha atas (%) =bobot paha atas
bobot karkas ×100%
Persentase paha bawah (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian paha bawah hingga lutut (g).
Persentase paha bawah (%) =bobot paha bawah
bobot karkas ×100%
Persentase punggung (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada tulang belakang hingga tulang panggul (g).
Persentase punggung (%) =bobot punggung
bobot karkas ×100%
Persentase sayap (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada bagian daerah persendian antara lengan atas dengan scapula (g).
Persentase sayap (%) =bobot sayap
5 Persentase lemak abdominal (%) diperoleh dengan cara menimbang bagian bobot hidup bagian lemak yang terletak diantara proventiculus, gizzard, duodenum, dan disekitar kloaka (g).
Persentase lemak abdominal (%) =bobot lemak abdominal
bobot hidup ×100% Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
Yij = µ + τi + ij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum
τi = Efek perlakuan
ij = Galat perlakuan ke-i dan ke-j
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Akhir
Tabel 4.Rataan bobot akhir, bobot potong, bobot kosong, bulu, dan karkas
Peubah yang diamati P1 P2 P3
Konsumsi 2 508 ± 106.13a 1 719 ± 145.43b 1 656± 134.10b FCR 1.550 ± 0.1300b 1.750 ± 0.2600a 1.840 ± 0.2900a Bobot akhir 1615 ± 88.540a 981 ± 129.180b 899 ± 119.650b Bobot potong 1535 ± 85.600a 930 ± 124.990b 844 ± 106.320b Bobot kosong 1326 ± 76.310a 765.0 ± 96.430b 692.0 ± 88.310b Bulu dan organ dalam
(g) 209.0 ± 11.530a 165.0 ± 30.150b 152.0 ± 18.94b % (bobot hidup) 12.940 ± 0.420b 16.810 ± 0.960a 16.85 ± 0.630a Karkas
(g) 1108 ± 71.520a 621 ± 81.530b 565 ± 71.290b % (bobot hidup) 68.560 ± 1.400a 63.31 ± 1.380b 62.89 ± 1.920b Keterangan : P1= kontrol, P2 =Pakan A (94% konsentrat + 6% pollard), P3 =Pakan B (94%
konsentrat + 6% dedak padi).
Bobot akhir pada ayam broiler merupakan indikator keberhasilan dalam pemeliharaan, karena dari bobot akhir persentase karkas akan mengikuti juga. Penambahan tepung inti sawit pada pakan sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi bobot akhir ayam broiler (Tabel4). Rataan bobot akhir ayam broiler yang diberi penambahan tepung inti sawit (P2 dan P3) lebih rendah dibandingkan ayam broiler yang tidak diberi penambahan tepung inti sawit (P1). Lemak pada tepung inti sawit yang tinggi menyebabkan kandungan lemak P2 dan P3 menjadi tinggi (Tabel 2). Diduga bahwa ayam broiler mempunyai keterbatasan untuk mencerna lemak. Daya cerna minyak sawit pada anak ayam dibawah umur 21 hari hanya 77%, sedangkan diatas umur 21 hari 86% (Leeson dan Zubair 2005).
Penurunan bobot karkas karena pemberian tepung inti sawit mungkin juga disebabkan kandungan serat kasar yang tinggi (Tabel 2). Serat kasar yang tinggi juga dapat mengurangi persentase zat makanan yang lain. Menurut Sundu (2006) terdapat kandungan serat (polisakarida non pati yang tidak dapat larut) yang sangat dominan di dalam bungkil inti sawit, serat itu adalah mannose. Dapat diperkirakan bahwa tepung inti sawit mengandung serat tersebut, karena berasal dari dinding sel tanaman yang sama. Mannose dalam pakanakan menyebabkan digesta menjadi kental pada saluran pencernaan, ini dapat mengakibatkan respon terhadap pertumbuhan dan konversi pakan kurang baik (Lee et al. 2003).
7 penyerapan air yang tinggi.Selain itu menurut Cadogan et al. (1999) konsumsi pakan memiliki korelasi negatif dengan persentase kandungan polisakarida bukan pati dalam pakan. Dapat diartikan bahwa penggunaan tepung inti sawit dalam pakan akan mengurangi konsumsi. Komponen polisakarida non pati dalam bahan akan menghalangi proses penyerapan karbohidrat, asam amino, dan mineral dalam usus yang mempunyai efek penghalang (protective box effect) (Vranjes dan Wenk 1995).
Selain sebagai anti nutrisi dalam pakan, mannose yang terdapat dalam tepung inti sawit dapat menekan nilai mortalitas pada ayam broiler. Pada saat penelitiaan ayam pada perlakuan P2 dan P3 jumlah mortalitasnya adalah 0, sedangkan pada pakan kontrol (P1) jumlah mortalitasnya adalah 1. Menurut Syahruddin et al. (2008) penambahan komponen mannosa dalam pakan akan mencegah terjadinya penempelan pada saluran pencernaan, sehingga proses kolonisasi bakteri tidak terjadi. Penggunaan tepung inti sawit dalam pakan ayam memiliki keterbatasan karena terdapat kandungan mannose dalam pakan yang tergolong polisakarida non pati. Namun disisi lain polisakarida non pati ini berpotensi sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan kesehatan ternak. Polisakarida mannan dari bungkil inti sawit sebagai pengendali Eschericia coli (Syahruddin et al. 2008)
Persentase Karkas
Penambahan tepung inti sawit pada pakan memberikan pengaruh nyata (P<0.01) terhadap persentase bobot karkas ayam broiler umur 4 minggu (Tabel 5). Rataan persentase yang didapatkan dalam penelitian adalah 62.89%-68.56%. Rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan P3, yaitu 62.89%, sedangkan persentase karkas yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1, yaitu 68.56%. Nilai ini tidak telalu jauh dibandingkan dengan yang diperoleh Sinurat et al. (2006) dalam penelitian penggunaan (SHP) Solid Heavy Phase yang merupakan limbah minyak sawit kasar, persentase karkas dari hasil perlakuan terbaik sebesar 66.36 %.
Pada unggas khususnya ayam tidak mempunyai enzim mannanase yang dapat mendegradasi mannose, oleh karena itu ayam tidak dapat mencerna serat polisarida non pati tersebut. Menurut Jaelani (2007) ayam pedaging tidak mampu untuk mendegradasi mannan pada bungkil inti sawit sehingga penggunaannya pada ayam pedaging jumlahnya sedikit karena keterbatasan nilai kecernaan mannan nya. Dalam perkembangannya, penelitian untuk menekan kandungan mannose dalam kelapa sawit sudah banyak dilakukan. Salah satunya dengan Trichodema reesei yang dapat menghasilkan enzim β-mannanase yang mampu mendegradasi mannan (Sabini et al. 2000).
8
berat organ dalam meningkat pada ayam yang diberi penambahan tepung inti sawit, hal ini dikarenakan pada organ pencernaan mempunyai kerja lebih untuk mencerna serat. Faktor lain yang mempengaruhi persentase karkas yaitu usia dan jenis kelamin ayam broiler (Young et al. 2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah kualitas pakan.Lemak pada tepung inti sawit menjadi bagian penting dalam pertumbuhan bobot akhir dan persentase karkas. Kandungan lemak yang tinggi pada P2 dan P3 bisa menjadi salah satu faktor penentu jumlah konsumsi, selain itu kandungan lemak yang tinggi dapat menurunkan persentase zat makanan yang lain. Pada pemeliharan, pakan disimpan dalam jangka waktu 4 minggu sesuai pemberian, dalam selang waktu tersebut dimungkinkan proses ketengikan terjadi, kandungan lemak yang tinggi pada pakan menyebabkan proses ketengikan dalam pakan menjadi lebih cepat. Menurut Wallace et al. (2010) pada kondisi suhu ruangan pakan yang mempunyai kandungan lemak tinggi akan mudah tengik. Hal ini menjadikan palatabilitas pakan tersebut menjadi turun, yang pada akhirnya menurunkan konsumsi pada ayam broiler. Seharusnya kandungan lemak yang tinggi dalam pakan dapat ditekan dengan pemberian antioksidan yang telah diberikan, dimungkinkan pemberian antioksidan dalam pakan pada saat formulasi kurang sehingga tidak dapat menekan tingginya kadar lemak yang terkandung dalam pakan.
Persentase Potongan Komersial Dada
Potongan komersial dada pada umumnya mempunyai tekstur daging yang lebih empuk dibandingkan dengan bagian lain, selain itu bagian dada mempunyai kandungan lemak yang rendah. Kelebihan lainnya potongan komersil dada merupakan produk yang paling ekonomis dalam industri karkas peternakan broiler, namun bila membicarakan pasar dan selera konsumen tentu berbeda. Masyarakat Amerika dan Eropa misalnya, lebih menyukai daging bagian dada dibandingkan dengan bagian lainnya. Daging paha misalnya, harganya jauh lebih murah karena kurang diminati dan dianggap produk kualitas kedua.
Pemberian tepung inti sawit dalam perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<0.01) terhadap potongan komersial dada (Tabel 5). Rataan persentase dada tertinggi diperoleh pada P1 dan rataan persentase terendah diperoleh pada P2.Dalam keadaan normal, dengan kondisi lingkungan yang baik persentase dada berkisar 35 % (Tatli et al. 2007).
9 Persentase Potongan Komersial Paha Bawah dan Paha Atas
Terdapat dua bagian pada paha, yaitu paha bawah dan paha atas. Bagian paha bawah diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian paha bawah hingga lutut. Dalam dunia kuliner sering disebut drumstick, karena bentuknya seperti stik drum. Bila dilihat dari bobot paha bawah P1 lebih tinggi dibandingkan P2 dan P3 namun hasil persentase memperlihatkan bahwa perbandingan persentase P1 lebih rendah (P<0.01) di bandingkan P2 dan P3. Nilai rataan persentase paha bawah P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 13.89%; 15.16%; dan 14.94%. Hasil ini menunjukkan protein dari pakan yang diberi penambahan tepung inti sawit (P2 dan P3) lebih banyak mengalokasikan pertumbuhan daging pada daerah ini. Menurut Young et al. (2001) persentase karkas paha bawah berkisar 15.4 %.
Hasil persentase paha atas menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap peubah.Rataan persentase paha bawah dari yang terkecil hingga tertinggi adalah P2 18.43%; P3 18.09%; P1 16.37%. Yulia (2004) menyatakan bahwa persentase potongan komersil paha atas ayam broiler berumur 5 minggu 11.96%.
Tabel 5. Persentase potongan komersial dan lemak abdominal Peubah yang
Diamati P1 P2 P3
Dada
Bobot (g ekor-1) 401.33 ± 28.35a 174.17± 25.35b 160.83 ± 17.18b Persentase (%) 36.190± 0.930a 27.990± 1.390b 28.490± 0.820b Paha bawah
Bobot (g ekor-1) 154.00 ± 9.850a 94.67 ± 14.100b 84.67 ±12.680b Persentase (%) 13.890± 0.520b 15.160± 0.520a 14.940± 0.540a Paha atas
Bobot (g ekor-1) 181.50 ± 14.89a 114.83 ± 16.30b 102.50 ± 14.72b Persentase (%) 16.370± 1.100b 18.430± 0.890a 18.090± 0.470a punggung
Bobot (g ekor-1) 247.50 ± 27.89a 160.00 ± 23.17b 147.67 ± 20.51b Persentase (%) 22.260± 1.490b 25.710± 0.450a 26,060± 1.060a sayap
Bobot (g ekor-1) 121.17 ± 4.160a 75.33 ± 7.310b 68.17 ± 8.350b Persentase (%) 10.930± 0.400b 12.13 ± 0.830a 12.07 ± 0.590a Lemak
abdominal
Bobot (g ekor-1) 16.18 ± 1.550a 14.13 ± 4.130a 10.20 ± 3.270b Persentase (%) 1.000± 0.120b 1.410± 0.220a 1.120± 0.280b Keterangan : P1 = kontrol, P2 =Pakan A (94% konsentrat + 6% pollard), P3 =Pakan B (94%
konsentrat + 6% dedak padi).
Persentase Potongan Komersial Punggung
10
ditambahkan tepung inti sawit (P2 dan P3). Bila dibandingkan antara pakan konsentrat yang mengandung tepung inti sawit ditambah pollard (P2) dan pakan konsentrat yang mengandung tepung inti sawit ditambah dedak, pakan P2 mempunyai berat punggung yang lebih tinggi dibandingkan P3. Rataan persentase punggung P1, P2 dan P3 berturut- turut adalah 22.26%; 25.71%; dan 26.06%. Menurut Bintang dan Natamijaya (2003), rataan persentase punggung ayam broiler 22.46%-23.43%.
Persentase Potongan Komersial Sayap
Hasil penelitian ini menunjukan rataan persentase sayap berkisar 10.93% - 12.13%, dengan persentase terkecil P1 sebesar 10,93% dan persentase terbesar P2 sebesar 12.13%. Tatli et al. (2007), menyatakan bahwa tanpa keadaan heat stress dan pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, persentase sayap ayam broiler berkisar 10%.
Persentase potongan komersial sayap yang tinggi pada pakan yang mengandung tepung inti sawit (P2 dan P3) dikarenakan persentase bagian komersial yang paling dominan yaitu dada lebih kecil persentasenya dibandingkan pakan kontrol (P1). Sebaliknya, pada persentase potongan komersial sayap yang rendah pada kontrol disebabkan oleh potongan komersial dada yang tinggi. Selain itu dapat dilihat juga selama pemeliharaan ayam yang diberi pakan perlakuan P2 dan P3 terlihat sangat lincah dimana pegerakan sayap dan paha yang sangat dominan, faktor ini juga yang menentukan persentase sayap P2 dan P3 menjadi lebih besar.
Persentase Lemak Abdominal
Lemak abdominal merupakan bagian lemak yang terletak di antara proventikulus, gizzard, duodenum, dan disekitar kloaka. Persentase lemak abdominal pada P2 lebih tinggi (P<0.01) jika dibandingkan dengan P1 dan P3.Persentase lemak abdominal biasa dipengaruhi kandungan energi yang terdapat dalam pakan (Tabel 2), karena pembentukan lemak pada ayam broiler dipengaruhi oleh konsumsi energi yang berlebih. Bila di lihat dari hasil analisis proksimat (tabel 2) kandungan energi pada pakan P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P1 dan P3. Persentase lemak abdominal pada perlakuan terhitung normal, sesuai pendapat Lesson (2000) bahwa persentase lemak abdominal dalam keadaan normal berkisar 1% - 2.5% dari bobot badan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
11 abdominal pada pakan perlakuan yang ditambahkan inti sawit dan pollard lebih tinggi dibandingkan pakan perlakuan lainnya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak pemberian tepung inti sawit kedalam pakan ayam broiler dengan persentase inti sawit yang berbeda serta pengupasan kulit ari inti sawit sebelum digiling.
DAFTAR PUSTAKA
Acar N, Patterson NH, Barbato GF. 2001. Appetite suppressant activity of supplemental dietary amino acids and subsequent compensatory growth of broilers. Poult Sci. 80:1215-1222.
Bahij A. 1991. Tumbuh Kembang Potongan Karkas Komersial Ayam Broiler Akibat Penurunan Tingkat Protein Pakan pada Minggu Ketiga – Keempat.Karya Ilmiah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bell D, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Production Meat and Egg Production.5th Ed. Springer Science and Business Media, (US).
Bintang IAK, Natajiama. 2003. Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan Terhadap Persentase Karkas, Bagian Karkas, Penyusutan, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor(ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Cadogan DJ, Choct M, Campbell RG, Kershaw S. 1999. Effects new season
wheats on the growth performance of young male pigs. In: Manipulating pig production VII. Werribe : Australian Pig Science Association.
Kumar A, Dingle JG, Wiryawan KG, Cressweell DC. 1997. Enzym for improved nutritional value of layer diets In: Queendsland Poultry Science Sympoosium. The University of Queendsland, Gatton (AT).
Lee JT, Bailey CA, Cartwright AL. 2003. β-Mannase ameliorates viscousity-associated depression of growth in broiler chickens fed guar germ and hull fractions. Poult Sci. 82: 1925-1931.
Leeson S, Zubair AK. 2005. Digestion in Poultry I: Proteins and Fats. http://www.novusint.com/Public/Library/DocViewers.asp?ID=361 di akses pada tanggal [3 Desember 2012].
Perry TW, Cullison AE, Lowrey RS. 2003. Feeds and Feeding. 6th Ed. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey (US).
Sabini E, Wilson KS, Siika-aho M,Boisset C, Chanzy H. 2000.Digestion of single crystals of mannan l by an endo-mannanase from trichoderma reesei. Eur J Biochem. 267: 2340-2344
Saputra AA. 2012. Kajian Kandungan Nutrien dan Tingkat Kerusakan Tepung Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Baru Bernutrien Tinggi Selama Penyimpanan.Skripsi.Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
12
Steel GD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi kedua. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sundu B, Kumar A, Dingle J. 2006. Palm kernel meal in broiler diets : Effect on chicken performance and health. World’s Poult Sci. 62(2):316-325. Syahruddin, Yatno, Ramli N, Wiryawan KG. 2008. Mannan Polysaccharides in
Byproducts of Protein Concentrate from Palm Kernels as Eschericia coli Control. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syamfitri IE. 2012. Evaluasi Kualitas Fisik Tepung Inti Sawit dengan Bahan Pengisi Onggok dan Gaplek selama Penyimpanan. Skripsi. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tatli P, Seven I, Yilmaz M, Simsek UG. 2007. The Effect of Turkish propolis on growth and carcass characteristics in broiler under heat stress. Anim Feed Sci Technol. 146: 137-148.
Vranjes V, Wenk C. !995. The Influence of extruded vs untreated barley in the feed, whit or without dietary enzyme supplement on broiler performance. J Anim Feed Sci and Tech 54:21-32
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-4. Yogyakarta(ID): Universitas Gajah Mada Press.
Wallace PA, Adu EK, Rhule SWA. 2010. Optimal storage conditions for cocoacake with shell, palm kernel cake and copra cake as poultry and livestockfeed in Ghana. J AnimLivestock Res Rur Development.22:32 Yulia.2004. Pengaruh sumplementasi kolin klorida terhadap potongan karkas
komersial ayam broiler umur 6 minggu.Skripsi. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
13
14
Lampiran 1 Analisis ragam bobot hidup pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 1,844 0,922 71,255 3,682 6,359 **
Eror 15 0,194 0,013
Total 17 2,038
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah, F = analisis, ** = berbeda nyata
Lampiran 2 Uji lanjut duncan bobot hidup ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 Konsentrat + Jagung + Dedak 6 899.0000
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 981.5000
Kontrol 6 1.6155E3
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 3 Analisis ragam persentase karkas pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 120,569 60,285 24,097 3,682 6,359 **
Eror 15 37,526 2,502
Total 17 158,095
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah, F = analisis, ** = berbeda nyata
Lampiran 4 Uji lanjut duncan persentase karkas ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 Konsentrat + Jagung + Dedak 6 564.8333
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 621.5000
Kontrol 6 1.1080E3
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 5 Analisis ragam persentase potongan komersial dada pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 253,568 126,784 109,275 3,682 6,359 **
Eror 15 17,403 1,160
Total 17 270,971
15
Lampiran 6 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial dada pada ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 27.9950 Konsentrat + Jagung + Dedak 6 28.4900
Kontrol 6 36.1933
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 7 Analisis ragam persentase potongan komersial sayap pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 5,574 2,787 7,061 3,682 6,359 **
Eror 15 5,921 0,395
Total 17 11,495
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah, F = analisis.
Lampiran 8 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial sayap pada ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 6 10.9267
Konsentrat + Jagung + Dedak 6 12.0783
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 12.1350
Sig. 1.000 .878
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 9 Analisis ragam persentase potongan komersial punggung pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 52,880 26,440 22,198 3,682 6,359 **
Eror 15 17,866 1,191
Total 17 70,746
16
Lampiran 10 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial punggung pada ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 6 22.2650
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 25.7117
Konsentrat + Jagung + Dedak 6 26.0650
Sig. 1.000 .583
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 11 Analisis ragam persentase potongan komersial paha atas pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 14,681 7,341 9,814 3,682 6,359 **
Eror 15 11,219 0,748
Total 17 25,900
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah, F = analisis, ** = berbeda nyata.
Lampiran 12 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial paha atas pada ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 6 16.3700
Konsentrat + Jagung + Dedak 6 18.0867
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 18.4367
Sig. 1.000 .494
Keterangan : N = ulangan
Lampiran 13 Analisis ragam persentase potongan komersial paha bawah pada ayam broiler
db JK KT F F0,05 F0,01
Perlakuan 2 5,518 2,759 9,688 3,682 6,359 **
Eror 15 4,272 0,285
Total 17 9,790
17 Lampiran 14 Uji lanjut duncan persentase potongan komersial paha bawah pada
ayam broiler
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 6 13.8967
Konsentrat + Jagung + Dedak 6 14.9483
Konsentrat + Jagung + Pollard 6 15.1617
Sig. 1.000 .499