• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RAGAM JENIS LALAT DI SEKITAR KAMPUS INSTITUT

PERTANIAN BOGOR DRAMAGA

YULIA FITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YULIA FITRIANI. Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan SUPRIYONO.

Lalat merupakan jenis serangga yang hidup dekat dengan lingkungan manusia. Kelompok lalat yang sering datang ke permukiman manusia adalah dari famili Calliphoridae (Chrysomya megacephala (lalat hijau)) dan Muscidae (Musca domestica (lalat rumah)). Lalat merupakan serangga yang penting karena berhubungan dengan kesehatan masyarakat. M. domestica dapat menjadi vektor berbagai penyakit yang diakibatkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Jenis lalat yang berada di sekitar permukiman sangat banyak dan membawa berbagai jenis penyakit yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ragam jenis dan dominasi lalat di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga. Koleksi lalat dilakukan pada tempat sampah di perumahan, gedung perkantoran, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Koleksi lalat menggunakan sweep net dengan cara mengayunkannya di sekitar tempat sampah. Lalat yang telah dikoleksi kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi. Hasil menunjukkan jenis lalat yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga adalah M. domestica dan C. megacephala. Lalat M. domestica mendominasi pada perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Lalat C. megacephala mendominasi di gedung perkantoran.

Kata kunci: Chrysomya megacephala, lalat, Musca domestica

ABSTRACT

YULIA FITRIANI. Fly Species In and Around Bogor Agricultural University Campus Dramaga. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUPRIYONO.

Flies are insects that live close to the human environment. Group of flies that often comes to human settlements are mainly from the family Calliphoridae (Chrysomya megacephala (bluebottle)) and Muscidae (Musca domestica (house fly)). Flies are important insects because they are related to public health. M. domestica can be a vector of various diseases caused by viruses, bacteria, protozoa, and worms. Flies around the settlement were many and carry a variety of diseases that can danger the public health. The aims of this study were to determine species diversity and dominance of flies at various locations around disposal garbages in around Bogor Agricultural University Campus Dramaga. Flies collections were performed on the landfills around the residensces, office buildings, schools, cafes, and markets. Flies were collected using a sweep net by swinging it around the landfills. The collected flies were then identified using identification keys. The result showed that the species of flies that found in various locations around the Bogor Agricultural University Campus Dramaga were M. domestica and C. megacephala. M. domestica was dominant in the areas around of residences, schools, cafes, and markets. C. megacephala was dominant in area around the office buildings.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

RAGAM JENIS LALAT DI SEKITAR KAMPUS INSTITUT

PERTANIAN BOGOR DRAMAGA

YULIA FITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga Nama : Yulia Fitriani

NIM : B04090057

Disetujui oleh

Prof drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD Pembimbing 1

drh Supriyono, MSi Pembimbing 2

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD dan drh Supriyono, Msi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, koreksi, saran, dan masukan dalam penelitian hingga skripsi ini selesai. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Alfinatri dan Elvawati), adik (Yudi, Yuda, dan Yanda) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk Bapak Heri dan Bu Juju atas bantuan yang telah diberikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih untuk Edgina Burton yang telah membantu selama pengumpulan data dan selalu sabar membantu sampai skripsi ini selesai serta telah memberikan dukungan dan semangat. Terima kasih untuk teman-teman Geochelone FKH-46 dan teman Kost As-sakinah untuk kebersamaan dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Klasifikasi dan Morfologi Lalat 2

Siklus Hidup dan Bioekolog 3

Gangguan yang Diakibatkan oleh Lalat pada Manusia 4

METODOLOGI 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Metode Penelitian 6

Koleksi dan Prosesing Spesimen 6

Identifikasi Lalat 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Jenis Lalat yang Ditemukan 7

Jumlah Rata-Rata Lalat yang Tertangkap 8

Kelimpahan Nisbi Rata-Rata Lalat 10

Frekuensi Penangkapan Rata-Rata Lalat 11

Dominasi Lalat 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah rata-rata dan persentase spesies lalat yang tertangkap setiap penangkapan di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga

(Juli 2013) 9

DAFTAR GAMBAR

1 Lalat M. domestica dengan karakter morfologi yang menciri: (a) empat garis hitam longitudinal di bagian dorsal toraks, (b) abdomen berwarna kuning, (c) sayap transparan dan venasi sayap M1+2 membentuk lengkung sudut yang tajam dan sel R5

agak tertutup di distal 7

2 Lalat C. megacephala dengan karakter morfologi yang menciri: (a) warna tubuh hijau metalik, (b) lower squama warna abu-abu,

(c) spirakel anterior berwarna hitam 8

3 Kelimpahan nisbi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor

Dramaga (Juli 2013) 10

4 Frekuensi penangkapan rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor

Dramaga (Juli 2013) 11

5 Dominasi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lalat merupakan jenis serangga yang termasuk ordo Diptera dan hidupnya dekat dengan lingkungan manusia. Kelompok lalat yang berdekatan dengan manusia adalah dari famili Calliphoridae yaitu jenis Chrysomya megacephala (lalat hijau), dari famili Muscidae yaitu jenis Musca domestica (lalat rumah), dan famili Sarcophagidae yaitu jenis Sarcophaga spp (lalat daging) (Hadi dan Koesharto 2006).

Lalat rumah (Musca domestica) merupakan ordo Diptera yang sering berada di sekitar permukiman manusia. M. domestica merupakan serangga yang penting karena berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Lalat ini dapat mengganggu kenyamanan dan ketentraman hidup manusia, serta menimbulkan kesan kotor dan tidak sehat. M. domestica berperan penting sebagai vektor berbagai penyakit yang diakibatkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Bagian tubuh lalat rumah terdiri atas pulvili, labela, dan sejumlah bulu-bulu halus yang memungkinkan lalat rumah berperan sebagai penyebar penyakit. Hal ini ditunjang oleh perilaku lalat rumah yang suka berpindah-pindah antara makanan dan feses untuk makan serta bertelur (Levine 1990). M. domestica memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga memudahkan untuk kontak dengan bahan-bahan yang merupakan sumber penyakit seperti feses, sampah, dan bahan yang membusuk lainnya dan kemudian hinggap di berbagai bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyakit pada manusia (Banjo et al. 2005).

Tubuh M. domestica memiliki banyak rambut-rambut halus dan terdapat cairan perekat pada kakinya sehingga juga memungkinkan banyaknya jenis jamur yang dapat terbawa ketika lalat kontak langsung dengan habitatnya. Banjo et al. (2005) menyatakan bahwa di negara Iran dan Nigeria didapatkan Fusarium oxysporum, Aspergillus tamari, dan Penicillum axalicum yang diperoleh dari permukaan tubuh M. domestica, sedangkan jamur Alternaria sp., Fusarium oxysporum, dan Cladosporium sp. ditemukan pada usus M. domestica. Jamur tersebut dapat bersifat parasitik maupun saprofit.

Mikroorganisme patogen yang terbawa oleh M. domestica dapat mengakibatkan penyakit pada manusia di antaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan. Patogen biasanya terbawa oleh lalat dari berbagai sumber seperti sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan kotoran manusia, dan sumber-sumber kotoran yang lain. Patogen yang melekat pada mulut dan bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia (Sembel 2009).

(12)

2

menyebabkan kematian sehingga case fatality rate (CFR) diperkirakan sebesar 2.5%.

Lalat rumah cepat beradaptasi dengan lingkungan dan tingkat reproduksinya sangat tinggi sehingga sangat mudah berkembang biak. Dampak negatif akibat populasi lalat yang cukup besar dapat menimbulkan masalah baik di bidang sanitasi, estetika, serta kesehatan masyarakat. Penelitian yang berkaitan dengan ragam jenis lalat di sekitar permukiman belum banyak dilakukan di Indonesia. Jenis lalat yang berada di sekitar permukiman sangat banyak dan membawa berbagai jenis penyakit yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu perlu diteliti keragaman jenis dan dominasi lalat yang ada di permukiman, sehingga dapat ditentukan cara pengendalian yang tepat. Data ini sangat diperlukan dalam usaha pengendalian wabah penyakit menular terutama penyakit yang ditularkan oleh lalat pada manusia.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keragaman jenis, frekuensi, dan dominasi lalat di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi tentang keberadaan lalat di sekitar permukiman, potensi, dan bahaya yang mungkin dapat diakibatkannya. Data ini juga dapat digunakan oleh masyarakat dalam menentukan strategi pengendalian terhadap lalat yang tepat, terutama di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Lalat

Lalat merupakan jenis seranggga yang termasuk ordo Diptera dan hidupnya dekat dengan lingkungan manusia. Kelompok lalat yang berdekatan dengan manusia adalah lalat rumah, lalat hijau, dan lalat daging. Lalat memiliki metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat dewasa mengisap cairan yang mengandung gula atau makanan yang telah busuk (Hadi dan Koesharto 2006).

(13)

3 sepasang antena. Mulut lalat berfungsi untuk menusuk dan menghisap atau untuk menjilat dan menyerap (Hadi dan Koesharto 2006).

M. domestica hidup di sekitar permukiman manusia dan cepat beradaptasi dengan lingkungan. Tingkat reproduksinya sangat tinggi sehingga sangat mudah berkembang biak. Tumrasvin dan Satoshi (1978) menyatakan bahwa M. domestica memiliki thoraks dan abdomen berwarna hitam atau kuning dan mempunyai pita gelap yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks. Klasifikasi lalat rumah (M. domestica) menurut West (1951) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia lebih kurang 1.5 kali lalat rumah, warna tubuh hijau metalik dengan banyak bulu-bulu pendek menutupi tubuh yang diselingi bulu-bulu kasar (Hadi dan Soviana 2010). Lalat jantan memiliki sepasang mata yang cenderung bersatu (holoptik) sedangkan lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah antara satu dan lainnya (dioptik). Klasifikasi C. megacephala menurut Kurahashi (1989) adalah sebagai berikut:

(14)

4

bentuk elips, berwarna krem atau putih, serta ujung anterior meruncing. Jumlah telur yang dihasilkan lalat betina setiap bertelur adalah 100-150 butir.

Larva tumbuh menjadi 12-13 mm setelah 4-5 hari pada suhu 30 °C dan melewati tiga kali fase instar. Larva instar I dan II berwarna putih serta instar III berwarna putih kekuningan (Hadi dan Koesharto 2006). Larva berbentuk silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan lapis dalam (epitelium). Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan namun mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan (Axtell 1986). Kulit larva kemudian akan mengkerut dan membentuk puparium yang silinder. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka

hidup pada kelembaban rendah daripada larva (West 1951). Kantong pupa kemudian kontraksi dan memanjang, lalat muda akan keluar, dan mengangkat terbang badannya keluar dari tempat perindukannya. Lalat muda mulai mencari makan setelah sayapnya mengembang dalam waktu 2-24 jam. Perkawinan terjadi setelah 24 jam pada lalat jantan dan 30 jam pada lalat betina. Proses perkawinan melibatkan atraksi visual dan feromon kelamin (Hadi dan Koesharto 2006).

C. megacephala juga mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat dewasa betina menyebabkan miasis fakultatif yang meletakkan telurnya pada tepi luka yang terbuka sejumlah 95-245 butir dalam satu kelompok. Telur C. megacephala berwarna putih transparan dengan panjang 1.25 mm dan diameter 0.26 mm, berbentuk silindris serta tumpul pada kedua ujungnya. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu sepuluh jam pada suhu 30°C dan masuk ke dalam jaringan serta memakan jaringan tersebut. Pada fase ini larva banyak makan dengan tujuan mengumpulkan energi (Spradbery 2002).

Stadium larva terdiri atas tiga stadium yaitu stadium larva instar I (L1), stadium larva instar II (L2), dan stadium larva instar III (L3). Perkembangan L1 sampai dengan L3 memerlukan waktu enam hingga tujuh hari, selanjutnya L3 akan membentuk pupa dalam waktu tujuh sampai delapan hari. Pupa kemudian menjadi lalat yang akan bertelur setelah enam hingga tujuh hari (Spradbery 2002). Ketiga instar dapat dibedakan dari panjang tubuh dan warnanya. Panjang L1 adalah 1.6 mm dengan diameter 0.25 mm dan berwarna putih, L2 mempunyai panjang 3.5-5.5 mm dengan diameter 0.5-0.75 mm dan berwarna putih sampai krem, L3 mempunyai panjang sekitar 6.1-15.7 mm dengan diameter 1.1-3.6 mm dan berwarna krem atau merah muda. Larva kemudian menjatuhkan diri dari jaringan dan berkembang menjadi pupa dalam waktu 24 jam pada suhu 28°C (Esser 1990). Pupa akan menetas menjadi lalat dewasa dalam waktu seminggu pada suhu 25-30°C, sedangkan pada suhu yang lebih rendah akan lebih lama (Spradbery 2002).

Gangguan yang Diakibatkan oleh Lalat pada Manusia

(15)

5 lalat rumah yang suka berpindah dari tempat-tempat seperti kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai, dan tumpukan sampah memungkinkan lalat rumah untuk memindahkan penyakit seperti kolera, sigellosis, dan salmonellosis (Nazni et al. 2005).

M. domestica mengandung bakteri diantaranya, Staphylococcus, Bacillus, Enterobacter, Escherichia, Klebsiella, Corynebacterium, Acinetobacter, Proteus, dan Vibrioaceae (Nazni et al. 2005). Lalat C. megacephala dilaporkan membawa cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Di wilayah kumuh didapatkan larva cacing kait Necator americanus pada saluran pencernaan lalat ini (Soulsby 1982). Lalat memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga memudahkan untuk kontak dengan bahan-bahan yang merupakan sumber penyakit seperti feses, sampah, dan bahan yang membusuk lainnya dan kemudian hinggap di berbagai bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyakit pada manusia (Banjo et al. 2005).

Tubuh M. domestica memiliki banyak rambut-rambut halus dan terdapat cairan perekat pada kakinya sehingga juga memungkinkan banyaknya jenis jamur yang dapat terbawa ketika lalat kontak langsung dengan habitatnya. Banjo et al. (2005) menyatakan bahwa di negara Iran dan Nigeria didapatkan Fusarium oxysporum, Aspergillus tamari, dan Penicillum axalicum yang diperoleh dari permukaan tubuh M. domestica, sedangkan jamur Alternaria sp., Fusarium oxysporum, dan Cladosporium sp. ditemukan pada usus M. domestica. Jamur tersebut dapat bersifat parasitik maupun saprofit. Melsilawati et al. (2012) menyatakan bahwa genus jamur yang terdapat pada tubuh M. domestica yaitu, Acremonium, Aspergillus, Debaryomyces, Hanseniaspora, Fusarium, Penicillium, dan Geotrichum.

Sukontason et al. (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 260 lalat yang dikoleksi dari lima pasar di Chiang Mai, M. domestica yang positif mengandung bakteri adalah 66.2% dan C. megacephala 87.7%. Mikroorganisme patogen yang terbawa oleh M. domestica dapat mengakibatkan penyakit pada manusia diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan. Patogen biasanya terbawa oleh lalat dari berbagai sumber seperti sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan kotoran manusia, dan sumber-sumber kotoran yang lain. Patogen yang melekat pada mulut dan bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia (Sembel 2009).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

6

gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2), dan gedung Student Centre IPB (3). Koleksi di sekitar sekolah dilakukan di Sekolah Dasar Babakan Tengah (1), Sekolah Menengah Pertama Babakan Tengah (2), dan Sekolah Menengah Atas Kornita (3). Koleksi di sekitar warung makan dilakukan di warung makan Babakan Raya (1), warung makan Babakan Tengah (2), dan warung makan Cibanteng (3). Koleksi di sekitar Pasar tradisional dilakukan di Pasar tradisional Babakan Raya (1), Pasar tradisional laladon (2), dan Pasar tradisional Ciampea (3). Tahap kedua, yaitu identifikasi lalat hasil koleksi yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 di Laboratorium Entomologi Kesehatan, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian Koleksi dan Prosesing Spesimen

Koleksi lalat dilakukan di lima jenis tempat sampah yaitu di warung makan, perumahan, gedung perkantoran, sekolah, dan pasar tradisional. Setiap jenis tempat sampah diambil tiga titik yang berbeda. Setiap lokasi dilakukan sepuluh kali penangkapan selama lima sampai sepuluh menit. Koleksi dilakukan setiap hari selama lima belas hari berturut-turut dari pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.

Koleksi lalat menggunakan sweep net dengan cara mengayunkannya di sekitar tempat sampah. Lalat hasil koleksi kemudian dimatikan dengan botol pembunuh serangga (killing jar) selama tiga sampai lima menit. Lalat kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda setiap kali penangkapan.

Lalat yang telah dimatikan kemudian segera di-pinning dengan menggunakan jarum. Lalat di-pinning dengan cara menusuk satu sisi toraks sedikit ke kanan dari garis tengah secara tegak lurus (Hadi dan Soviana 2010). Spesimen lalat yang telah di-pinning kemudian dikeringkan dan diberi label. Lalat kemudian dimasukkan ke dalam kotak penyimpan serangga. Setiap bagian pojok kotak diberi camphora untuk mencegah kerusakan spesimen.

Identifikasi Lalat

Identifikasi lalat dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi (Tumrasvin dan Satoshi 1978; Spradbery 2002).

Analisis Data

Data lalat dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisis data tentang jumlah, jenis spesies, distribusi lalat menurut lokasi, dan dominasi spesies kemudian dijelaskan dengan menggunakan gambar dan grafik serta dijabarkan dalam bentuk narasi.

(17)

7 Kelimpahan Nisbi = Jumlah lalat berbagai spesies yang tertangkap x 100%Jumlah spesies lalat tertentu

Frekuensi = Jumlah penangkapan yang berisi spesies tertentu Jumlah seluruh penangkapan dengan cara yang sama

Angka Dominasi = Frekuensi Tertangkap x Kelimpahan Nisbi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Lalat yang Ditemukan

Hasil identifikasi lalat yang dikoleksi di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga selama waktu penelitian (Juli 2013), didapatkan dua jenis lalat yaitu M. domestica dan C. megacephala. Lalat M. domestica dan C. megacephala bersifat sinantropik yaitu mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan keberadaan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia.

Jumlah total lalat yang tertangkap adalah 1 387 lalat. Lalat M. domestica lebih banyak ditemukan dengan jumlah 910 ekor dibandingkan dengan lalat C. megacephala dengan jumlah 477 ekor. Jenis lalat yang tertangkap dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi dengan cara melihat ciri-ciri morfologinya. Lalat M. domestica ditandai dengan adanya empat garis hitam longitudinal pada bagian dorsal toraks, warna tubuh abu-abu kehitaman, abdomen berwarna kuning atau orange, antenanya pendek dengan arista bagian dorsal dan ventral berambut, sayap transparan dengan venasi sayap M1+2 membentuk lengkungan sudut yang tajam dan

sel R5 agak tertutup di distal (Gambar 1). Tumrasvin dan Satoshi (1978)

menyatakan bahwa M. domestica memiliki thoraks dan abdomen berwarna hitam atau kuning dan mempunyai pita gelap yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks.

a b c Gambar 1 Lalat M. domestica dengan karakter morfologi yang menciri: (a) empat

garis hitam longitudinal di bagian dorsal toraks, (b) abdomen berwarna kuning, (c) sayap transparan dan venasi sayap M1+2 membentuk

lengkung sudut yang tajam dan sel R5 agak tertutup di distal

(18)

8

Ciri morfologi lalat C. megacephala adalah ukuran tubuh lebih kurang 1.5 kali lalat rumah, warna tubuh hijau metalik dengan banyak bulu-bulu pendek menutupi tubuh yang diselingi bulu kasar (Hadi dan Soviana 2010).

a b c Gambar 2 Lalat C. megacephala dengan karakter morfologi yang menciri: (a)

warna tubuh hijau metalik, (b) lower squama warna abu-abu, (c) spirakel anterior berwarna hitam

Simanjuntak (2001) menyatakan bahwa kelompok lalat yang sering datang ke permukiman manusia dan sering kontak dengan manusia adalah C. megacephala (lalat hijau) dan M. domestica (lalat rumah). Suraini (2011) menyatakan bahwa jenis lalat yang ditemukan pada tempat pembuangan akhir sampah (TPA) kota Padang

adalah lalat M. domestica dan C. megacephala.

Jumlah Rata-Rata Lalat yang Tertangkap

(19)

9 domestica (233 lalat) yang tertangkap lebih banyak dibandingkan C. megacephala (70 lalat) di sekitar pasar tradisional karena jenis sampah yang ditemukan adalah sayur yang telah busuk dan sisa makanan.

Tabel 1 Jumlah rata-rata dan persentase spesies lalat yang tertangkap setiap penangkapan di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

Lokasi M. domestica C. megacephala

Rata-rata Persentase Rata-rata Persentase

Persentase jenis lalat M. domestica yang tertangkap lebih banyak dibandingkan lalat C. megacephala di tempat sampah dekat perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional (Tabel 1). Hal tersebut disebabkan karena jenis sampah yang ditemukan di dekat perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional adalah sayuran yang telah busuk dan sisa makanan. Lalat rumah menyukai sampah rumah tangga dan bahan organik asal tanaman yang telah membusuk seperti sayuran dan karbohidrat (Hadi dan Soviana 2010).

Lalat C. megacephala lebih banyak dibandingkan M. domestica di tempat sampah dekat gedung perkantoran (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena jenis sampah yang ditemukan adalah sisa makanan berupa daging dan ikan yang telah busuk, serta feses kucing. Menurut Hadi dan Koesharto (2006) lalat C. megacephala meletakkan telurnya dalam daging yang telah busuk, ikan, tempat pembuangan sampah, kotoran, dan hewan yang sudah mati. Banyaknya sampah yang berupa daging dan ikan busuk di tempat sampah dekat gedung perkantoran mengundang banyak lalat C. megacephala untuk mengisap sisa makanan dan meletakkan telurnya.

(20)

10

lalat M. domestica dan tiga puluh lalat C. megacephala, dan di dekat pasar tradisional adalah seratus satu lalat yang terdiri dari tujuh puluh delapan lalat M. domestica dan dua puluh tiga lalat C. megacephala (Tabel 1).

Kelimpahan Nisbi Rata-Rata Lalat

Kelimpahan nisbi adalah perbandingan lalat suatu spesies dengan jumlah semua lalat dari berbagai spesies yang tertangkap dan dinyatakan dalam persen. Kelimpahan nisbi rata- rata lalat M. domestica dari yang paling tinggi berturut-turut adalah di tempat pembuangan sampah pasar tradisional, kemudian diikuti oleh sekolah, warung makan, perumahan, dan paling rendah di gedung perkantoran. Kelimpahan nisbi rata-rata lalat C. megacephala dari yang paling tinggi berturut-turut adalah di tempat pembuangan sampah gedung perkantoran, kemudian diikuti oleh perumahan, warung makan, sekolah, dan paling rendah di pasar tradisional (Gambar 3). Doda (1980) dalam Buono (1987) menyatakan bahwa persentase kelimpahan nisbi dibagi dalam lima kategori yaitu, kelimpahan nisbi sangat rendah kurang dari 1%, kelimpahan nisbi rendah 1-5%, kelimpahan nisbi sedang 5.1-10%, kelimpahan nisbi tinggi 10.1-15%, dan kelimpahan nisbi sangat tinggi besar dari 15%. Kelimpahan nisbi lalat M. domestica dan C. megacephala di semua lokasi penangkapan termasuk sangat tinggi karena lebih besar dari 15%.

Gambar 3 Kelimpahan nisbi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

Kelimpahan nisbi dan jumlah lalat sangat tinggi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung seperti tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur, kelembaban, tekstur, dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Tempat perindukan lalat biasanya pada kotoran ternak, sampah, material organik, dan saluran pembuangan. Suhu

(21)

11 optimum perkembangan lalat adalah 33-35 oC yang terjadi selama delapan hari.

Perkembangan lalat semakin lama jika suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi. Populasi lalat menurun apabila suhu besar dari 45 oC atau kecil dari 10 oC (Smith 1973). Sukarsih (1986) menyatakan bahwa perkembangan maksimum lalat yaitu pada suhu 35 oC.

Frekuensi Penangkapan Rata-Rata Lalat

Angka frekuensi lalat tertangkap adalah perbandingan antara banyaknya suatu spesies lalat yang tertangkap dengan banyaknya penangkapan. Frekuensi tertangkapnya lalat M. domestica dan C. megacephala berbeda-beda setiap lokasi. Frekuensi rata-rata lalat M. domestica di tempat sampah perumahan adalah 0.97, gedung perkantoran 0.9, sekolah 1, warung makan 1, dan pasar tradisional juga 1. Frekuensi rata-rata lalat C. megacephala di tempat sampah perumahan adalah 0.73, gedung perkantoran 1, sekolah 0.8, warung makan 0.9, dan pasar tradisional 0.7 (Gambar 4). Tingginya nilai frekuensi lalat di semua lokasi penangkapan disebabkan karena semua lokasi penangkapan mendukung kelangsungan hidup lalat tersebut, sehingga kedua jenis lalat tertarik untuk makan dan meletakan telurnya.

Gambar 4 Frekuensi penangkapan rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

Dominasi Lalat

Angka dominasi spesies lalat adalah hasil perkalian kelimpahan nisbi dan frekuensi lalat tertangkap spesies tertentu. Dominasi rata-rata lalat M. domestica lebih tinggi dibandingkan C. megacephala di perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Angka dominasi rata-rata lalat C. megacephala lebih tinggi dibandingkan M. domestica di gedung perkantoran. Hal ini karena sampah di dekat

(22)

12

gedung perkantoran terdiri dari sisa makanan berupa daging dan ikan yang telah busuk, serta feses kucing. Sampah seperti ini sangat disukai lalat C. megacephala untuk makanan dan tempat meletakkan telur. Menurut Hadi dan Koesharto (2006) lalat C. megacephala meletakkan telurnya dalam daging yang telah busuk, ikan, tempat pembuangan sampah, dan hewan yang sudah mati.

Keberadaan spesies lalat dengan angka dominasi yang tinggi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga harus mendapatkan perhatian. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat. Angka dominasi lalat yang tinggi dapat dijadikan acuan untuk pengendalian lalat yang tepat sebagai vektor penyakit di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.

Faktor dominasi spesies sangat penting untuk menentukan potensi lalat sebagai vektor penularan penyakit. Lalat pembawa agen penyakit yang memiliki angka dominasi yang tinggi sangat penting maknanya. Tingginya angka dominasi spesies menunjukkan bahwa spesies tersebut sangat berpotensi dalam menularkan penyakit. Berdasarkan angka dominasi spesies, penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh lalat kepada masyarakat di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan. Makanan yang dihinggapi lalat dan tercemar oleh mikroorganisme seperti bakteri, telur atau larva cacing, protozoa, dan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat juga dapat menyebabkan penyakit diare bila dimakan oleh manusia (Andriani 2007).

Gambar 5 Dominasi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

(23)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jenis lalat yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga adalah M. domestica dan C. megacephala. Kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkapnya lalat M. domestica lebih tinggi dibandingkan dengan lalat C. megacephala pada perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkapnya lalat C. megacephala lebih tinggi dibandingkan dengan lalat M. domestica pada gedung perkantoran. Jenis lalat yang mendominasi perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional adalah M. domestica. Lalat C. megacephala mendominasi di gedung perkantoran.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis bakteri dan patogen yang terdapat pada tubuh lalat.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Penyakit Tanaman Liar dan Penggunaan Pestisida. Dalam: Manalu M, Irnawati M, Taufik A. 2012. Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca domestica) dengan kejadian diare pada anak balita di permukiman sekitar tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2012. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.

Axtell RC.1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. CIBA-GEIGY: USA.

Banjo AD, Lawal OA, Adeduji OO. 2005. Bacteria and fungi isolated from housefly (Musca domestica) larvae. Afri J Biotech. 4(8):780-784.

Doda J. 1980. Studi kelimpahan dan keragaman jenis serangga di daerah pertanian desa transmigrasi Mopuya Kabupaten Bolang Mongondow Sulawesi Utara. Dalam: Buono E. 1987. Fauna nyamuk di daerah transmigrasi Purwajaya dan sekitarnya, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur serta hubungannya dalam penularan penyakit malaria & filariasis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Statistik Rumah Sakit di Indonesia Seri 3: Morbiditas dan Mortalitas. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.

Esser JR. 1990. Factors influencing oviposition, larva growth and mortality of Chrysomya megacephala (Diptera: Calliphoridae), a pest of salted dried fish in south East Asia. Bull. Ent Res. 80: 369-376.

(24)

14

Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit Pengenalan, Diagnosa, dan Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press.

Kadarsan SA, Purwaningsih E, Munaf HB, Budiarti I, Hartini S. 1983. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional. LIPI. Pp 30-31.

Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Universitas Press.

Manalu M, Irnawati M, Taufik A.2012. Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca domestica) dengan kejadian diare pada anak balita di permukiman sekitar tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang [skripsi]. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.

Melsilawati W, Siti K, Rizalinda. 2012. Jamur yang terdapat pada tubuh lalat rumah (Musca domestica L. 1758). Protobiont. 1 (1): 12-19.

Nazni WA, Seleena B, Lee HL, Jeffery JT, Rogayah TAR, Sofian MA. 2005. Bacteria fauna from the house fly, Musca domestica. Trop Biomed. 22(2): 225–231.

Sanit S, Sribanditmongkol P, Sukontason KL, Moophayak K, Klong KT, Yasanga T, Sukontason K. 2013. Morphology and identification of fly eggs: application in forensic entomology. Trop Biomed 30(2): 325–337.

Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Edisi I. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Sigit SH. 2006. Masalah hama permukiman dan falsafah dasar pengendaliannya.

Dalam: Sigit SH, Hadi UK, editor. Hama Permukiman Indonesia, Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak NCE. 2001. Potensi lalat sebagai vektor mekanik cacing parasit

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Smith EJL. 1973. Textbook of Veterinary Clinical Parasitology. Oxford (GB):

Black Well Scientific Publication: 1120.

Soulsby EJL. 1982. Helminth, Artropods, and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed. Bailliere Tindall. London.

Spradbery JP. 2002. A Manual for the Diagnosis of Screw–Worm Fly. Canberra (AU): Agriculture, Fisheries, & Forestry.

Sukarsih. 1986. The effect of temperature on growth and development of M. domestica, F. Cannicularis, and Ophyra aenescens. Vet. Med. J. 20 (36). Sukontason KL, Manasanant B, Banyong K, Somsak P, Yupha R, Kom S. 2007.

Comparison between Musca domestica and Chrysomya megacephala as carriers of bacteria in northern Thailand. South Asian J Trop Med Public Health. 38 (1).

Suraini. 2011. Jenis-jenis lalat (diptera) dan bakteri enterobacteriaceae yang terdapat di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) kota Padang [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.

Tumrasvin W, Satoshi S. 1978. Studies on medically important flies in Thailand V. on 32 species belonging to the subfamilies Muscinae and Stomoxyinae including the taxonomic keys (Diptera: Muscidae). Bull Tokyo Med Dent Univ. 25(4): 201-207.

(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yulia Fitriani dilahirkan pada tanggal 15 juli 1990 di Nagari Gadang, Sumatera Barat. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alfinatri dan Ibu Elvawati. Pendidikan formal Penulis dimulai dari SD N 15 Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 1997 hingga 2003. Pendidikan menengah pertama ditempuh Penulis di SMP N 1 Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2003 hingga 2006. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Kecamatan Akabiluru, Kabupaten 50 Kota pada tahun 2006 hingga 2009.

Gambar

Gambar 1  Lalat M. domestica dengan karakter morfologi yang menciri: (a) empat
Gambar  3  Kelimpahan nisbi rata-rata lalat  M. domestica dan C. megacephala yang
Gambar 4  Frekuensi penangkapan rata-rata lalat  M. domestica dan C. megacephala
Gambar 5  Dominasi rata-rata lalat  M. domestica dan C. megacephala yang

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi Upah Minimum Kota Medan Tahun 2010 adalah proses perumusan alternatif- alternatif atau pilihan tindakan oleh serikat pekerja/serikat buruh, pengusaha dan pemerintah

Gambar 8 menunjukkan laju infiltrasi rata-rata 4 tutupan lahan di DAS Siak Provinsi Riau, infiltrasi pada interval 15 menit pertama menunjukkan nilai yang

Hasil yang didapatkan adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation dengan strategi reading quiz berpengaruh terhadap prestasi belajar

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat reseach gap pada penelitian yang mengindikasikan bahwa perlu melakukan penelitian lebih lanjut, maka

Oleh karena itulah dari analogi Sauvy tersebut, kita bisa melihat bahwa konstruksi miskin dan masih berkembang melekat pada kondisi negara dunia ketiga dalam

tenaga surya saat muatan yang diangkut terlalu berat... 2) Proyek Superbus Beralih ke transportasi umum. Sebuah inovasi baru telah diciptakan dengan nama proyek

Pada Gambar 4 terlihat bahwa pengaruh inokulan alami terhadap rata-rata pertambahan cabang baru semakin meningkat dengan bertambahnya dosis inokulan dari P0 sampai

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Pada saat ini pencatatan data yang ada pada Toko Mon Delice Boulangerie ini