• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pemasaran UKM Penghasil Produk Kerajinan Akar Wangi (Studi Kasus pada KUB Zocha Graha Kriya, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pemasaran UKM Penghasil Produk Kerajinan Akar Wangi (Studi Kasus pada KUB Zocha Graha Kriya, Kabupaten Garut, Jawa Barat)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS PADA KUB ZOCHA GRAHA KRIYA,

KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT)

Oleh

NURAVIVA MUTIA RIZKY

H24070094

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

NURAVIVA MUTIA RIZKY. H24070094. Analisis Strategi Pemasaran UKM Penghasil Produk Kerajinan Akar Wangi (Studi Kasus pada KUB Zocha Graha Kriya, Kabupaten Garut, Jawa Barat). Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH.

Kabupaten Garut yang sejak lama dikenal sebagai sentra kulit dan dodol, ternyata memiiki produk unggulan lainnya, yaitu akar wangi (Vetivera Zizanioides). Hasil produksi akar wangi asal Kabupaten Garut termasuk nominatif di dunia, tetapi budidaya akar wangi sejak tahun 1920-an sebagian besar dilakukan untuk menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan dasar wewangian atau kosmetik. Potensi ini kemudian dikembangkan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Graha Kriya dengan memanfaatkan akar wangi sebagai bahan baku dari berbagai produk kerajinan yang dihasilkan sejak tahun 1999.

Walaupun pangsa pasar serta produktivitas usaha KUB Zocha Graha Kriya terus meningkat, berdasarkan hasil penelitian awal diketahui bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) ini belum memiliki fokus dalam merancang, memformulasikan serta mengimplementasikan strategi pemasaran dalam mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi unsur penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya, dan (2) merekomendasikan strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada KUB Zocha Graha Kriya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak internal UKM untuk mengetahui aktivitas pemasaran yang telah dilaksanakan serta pengisian kuesioner oleh para pakar yang meliputi jajaran pimpinan KUB Zocha Graha Kriya, Kepala Bidang Industri dan Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, Kepala Divisi Marketing Asgar muda Garut. Data sekunder diperoleh dari studi literatur di perpustakaan, internet, skripsi terdahulu dan beberapa literatur yang terkait. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHP (Analytical Hierarchy Process).

(3)

(STUDI KASUS PADA KUB ZOCHA GRAHA KRIYA,

KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NURAVIVA MUTIA RIZKY

H24070094

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Nama : Nuraviva Mutia Rizky

NIM : H24070094

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Hj. Mimin Aminah, MM NIP. 19660907 199103 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1 002

(5)

iii

Penulis dilahirkan di Jakarta, 23 September 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ma’mur dan Reni Budiawati. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyiyah Pondok Pinang pada tahun 1993-1995. Pada tahun 1995-2001, penulis meneruskan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah 12 Pamulang dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2001-2004 di SLTPI Al Syukro, Ciputat. Kemudian, penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2004-2007 di SMA Negeri 1 Cisauk.

Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) pada tahun 2007 dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan minor Komunikasi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan antara lain sebagai Staff Departemen Infokom BEM TPB IPB periode 2007/2008, Staff

Public Relation di Centre of Management (COM@) periode 2008/2009, dan Direktur Public Relation di Centre of Management (COM@) pada periode 2009/2010.

(6)

iv

Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini berjudul

Analisis Strategi Pemasaran UKM Penghasil Produk Kerajinan Akar Wangi

(Studi Kasus pada KUB Zocha Graha Kriya, Kabupaten Garut, Jawa Barat).

Skripsi ini membahas tentang penyusunan strategi pemasaran pada KUB Zocha Graha Kriya yang memproduksi produk kerajinan akar wangi berdasarkan hasil analisis terhadap Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) serta bauran pemasaran perusahaan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran dan merekomendasikan strategi pemasaran yang tepat untuk dilaksanakan oleh KUB Zocha Graha Kriya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ini masih mengandung kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk bahan perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, September 2011

(7)

v

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua tercinta, Ma’mur dan Reni Budiawati atas segala cinta, doa, semangat dan dukungan bagi penulis yang tak pernah lekang oleh waktu. 2. Aa Irwan, Dede Dian dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, dan dukungan yang tak terhingga kepada penulis.

3. Firdaus, SP atas cinta, doa, kesabaran serta semangat yang selalu diberikan dan menghiasi hari-hari penulis.

4. Ibu Ir. Hj. Mimin Aminah, MM sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi serta berbagai pelajaran hidup kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM; Bapak Dedy Cahyadi Sutarman, S.TP, MM; Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM atas segala arahan, masukan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS dan Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, MSi

sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Franz Limiart, Ibu Joanna, Bapak Mega Kosasih serta seluruh pihak KUB Zocha Graha Kriya yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian.

8. Bapak H. Tjutju Ruhiyat, M.Si; Bapak Teddy Kusnadi; dan Bapak Dasep Badrusalam yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam pengisian kuisioner penulis.

9. Seluruh Dosen dan staf tata usaha Departemen Manajemen FEM IPB yang sangat membantu penulis dalam memperoleh ilmu dan penelitian.

(8)

vi

2009/2010 atas segala dukungan, semangat, dan motivasi bagi penulis.

12. Teman-teman sebimbingan (Intan, Anne, Putri, Astriana, Ima) yang telah bersama-sama menghadapi semua rintangan dan saling menguatkan.

13. Devi, Mevi, Annes, Elis, Arif, Gery, Dini dan seluruh teman-teman Manajemen 44 yang telah memberikan banyak inspirasi dan kenangan indah dalam kebersamaan bagi penulis.

(9)

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP... . iii

KATA PENGANTAR……… . iv

UCAPAN TERIMAKASIH……… v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1.Definisi UMKM... 7

2.2.Pemasaran…………... . 9

2.3.Strategi Pemasaran……... 10

2.4.Segmentation, Targeting, Positioning... 13

2.5.Konsep Bauran Pemasaran……….. 14

2.5.1 Product/ Produk……… 14

2.5.2 Price/ Harga……….. 14

2.5.3 Place/ Tempat……… 15

2.5.4 Promotion/ Promosi……….. 15

2.6. Akar Wangi………. 16

2.7.Proses Hirarki Analitik………. 16

2.7.1 Konsep Dasar AHP……….. 16

2.7.2 Langkah-langkah Penggunaan AHP……… 18

2.7.3 Keuntungan AHP……… 24

2.8.Penelitian Terdahulu……… 25

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27

3.2. Tahapan Proses Penelitian………. 28

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian…..……….. 30

(10)

viii

3.5. Metode Pengambilan Sample……… 30

3.6. Pengolahan dan Analisis Data………... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 34

4.1. Gambaran Umum Perusahaan……….. 34

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan KUB Zocha Graha Kriya….. 34

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan KUB Zocha Graha Kriya……….. 35

4.1.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan……….… 36

4.2. Segmentation, Targeting dan Positioning…………….. 39

4.3. Bauran Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya………. 40

4.3.1 Produk……….. 40

4.3.2 Harga……… 41

4.3.3 Tempat……….. 42

4.3.4 Promosi………. 42

4.4. Analisis Elemen Penyusun Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya………... 44

4.4.1 Identifikasi Faktor-faktor Penyusun Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya………. 45

4.4.2 Aktor yang Berperan dalam Penyusunan Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya...……… 47

4.4.3 Tujuan Penyusunan Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya……….. 48

4.4.4 Alternatif Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya…… 49

4.5 Analisis Penyusunan Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya Menggunakan Metode AHP……… 51

4.5.1 Hasil Pengolahan Data dengan AHP secara Horizontal.…… 53

A. Hasil Pengolahan pada Level Aktor………. 53

B. Hasil Pengolahan pada Level Tujuan……… 56

C. Hasil Pengolahan pada Level Alternatif……… 58

4.5.2 Hasil Pengolahan Data dengan AHP secara Vertikal………. 60

A. Hasil Pengolahan pada Level Faktor………. 60

B. Hasil Pengolahan pada Level Aktor……….. 62

C. Hasil Pengolahan pada Level Tujuan……… 63

D. Hasil Pengolahan pada Level Alternatif……… 64

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan jumlah dan volume usaha UKM di Kabupaten Garut,

Jawa Barat tahun 2008-2009………... 3

2. Nilai skala banding berpasangan……… 20

3. Matriks pendapat individu……… 21

4. Matriks pendapat gabungan………... 22

5. Indeks acak……….. 23

6. Bobot dan prioritas elemen aktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya…………. 54

7. Bobot dan prioritas elemen tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya………….. 56

8. Bobot dan prioritas elemen alternatif strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya ………. 58

9. Bobot dan prioritas faktor-faktor penyusun strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya ……… 60

10. Bobot dan prioritas aktor yang berperan dalam penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya……… 63

11. Bobot dan prioritas tujuan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya……… 64

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Model sederhana proses pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2008)… 10 2. Struktur hirarki lengkap (Mulyono dalam Eldianson, 2008)………. 19 3. Alur kerangka pemikiran konseptual..………... 28 4. Struktur hirarki penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha

Kriya………. 32

5. Struktur organisasi KUB Zocha Graha Kriya……….... 36 6. Grafik penjualan produk KUB Zocha Graha Kriya 2008-2009……. 41 7. Struktur hirarki penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha

Kriya……….. 44

8. Hasil pengolahan horizontal penyusunan strategi pemasaran KUB

Zocha Graha Kriya……… 52

9. Hasil pengolahan vertikal penyusunan strategi pemasaran KUB

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tahapan proses penelitian………... 74

2. Kuisioner penelitian………. 76

3. Daftar pertanyaan wawancara awal kepada KUB Zocha Graha Kriya………. 87

4. Hasil perhitungan horizontal………. 88

5. Hasil perhitungan vertikal………. 96

6. Rangkaian proses pembuatan kerajinan akar wangi……… 97

(14)

1.1. Latar Belakang

Perhatian pada pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan makna tersendiri pada usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi serta dalam usaha menekan angka kemiskinan suatu negara. Pertumbuhan dan pengembangan sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki income perkapita yang rendah. Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, tiga tahun pasca krisis (tahun 1997) saja sektor UMKM telah mampu memberikan kontribusi yang mengesankan, yaitu dalam total pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional tahun 2000 sebesar 4,9 persen, sebanyak 2,8 persen berasal dari pertumbuhan sektor UMKM (Primiana, 2009).

Kontribusi sektor UMKM yang besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional tersebut membuat sektor UMKM memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian bangsa. Pengembangan UMKM dapat dijadikan sebagai suatu stimulus pertumbuhan ekonomi maupun penciptaan sebagian besar lapangan kerja. Sektor UMKM ini juga mampu berperan dalam memperkenalkan atau menerapkan berbagai ide lokal (bahkan global), produk atau metode berusaha yang relevan dan inovatif disamping mampu mendorong restrukturisasi ekonomi dan modernisasi usaha-usaha yang bersifat tidak saling berkompetisi, serta mampu mendorong terciptanya sektor swasta sebagai sektor ekonomi yang efisien.

(15)

Industri kecil kerajinan memiliki kemampuan besar dalam penyerapan tenaga kerja. Industri kecil kerajinan ini tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia dengan basis potensi produksi di berbagai wilayah, salah satunya di Jawa Barat. Kinerja para pelaku industri kerajinan di Jawa Barat saat ini menunjukkan pencapaian yang mengesankan. Berdasarkan data yang dirilis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, disebutkan bahwa realisasi nilai ekspor produk industri kerajinan pada tahun 2010 mencapai Rp. 2,87 triliun lebih. Selain itu, industri kerajinan ini pun mampu menggerakan sekitar 40 persen industri kecil menengah (kategori industri rumah tangga).

Salah satu daerah di Jawa Barat yang terkenal dengan keunggulan sektor industri kerajinannya adalah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kabupaten Garut yang sejak lama dikenal dengan kerajinan kulit juga memiliki sumber daya khas lain yang dapat dikembangkan menjadi produk kerajinan yang unik yaitu akar wangi. Akar wangi (Vetiveria Zizanioides) merupakan tanaman yang tergolong ke dalam famili Graminae (rumput-rumputan).

Akar wangi menjadi salah satu komoditas khas unggulan Kabupaten Garut karena hanya di Kabupaten Garut, Jawa Barat tanaman ini dikembangkan secara besar-besaran yaitu sekitar 2.800 ha. Sehingga, Indonesia menjadi produsen akar wangi terbesar di dunia bersama dengan Bourbon serta Haiti. Hasil produksi akar wangi asal Kabupaten Garut termasuk nominatif dunia, tetapi budidaya akar wangi sejak tahun 1920 sebagian besar dilakukan untuk menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan dasar wewangian atau kosmetik.

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya lokal yang unik dan prospek pertumbuhan UMKM yang baik untuk dikembangkan dalam tujuan membangun kemandirian ekonomi daerah melalui pengembangan sektor kerajinannya. Hal ini ditunjukkan dalam tabel perkembangan UMKM di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Tabel 1. Perkembangan jumlah dan volume usaha UKM di Kabupaten Garut, Jawa Barat tahun 2008-2009

No Uraian Satuan 2008 2009 Perkembangan

1 Jumlah UKM Unit 12.078 12.433 1,45%

2 Jumlah Modal

Sendiri

Rp

346.900.150.187 360.776.156.194 1,96%

3 Volume Usaha Rp 822.715.108.077 855.661.152.400 1,96%

4 Asset Rp 407.976.289.160 424.295.340.726 1,96%

5 Modal Luar Rp 83.441.715 86.779.421 1,96%

6 Tenaga Kerja Orang 26.699 27.767 1,96%

Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut (www.garutkab.go.id) Kabupaten Garut yang sejak lama identik dengan kulit dan dodol sebagai produk unggulan daerahnya, ternyata memiliki potensi sumber daya unggulan lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan, yaitu akar wangi. Sejak tahun 1920-an akar wangi yang diproduksi secara besar-besaran di Kabupaten Garut, Jawa Barat hanya dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan minyak atsiri dan kosmetik. Kemudian, baru pada tahun 1960-an mulai dikembangkan usaha kerajinan akar wangi oleh petani setempat. Namun, kualitas dan kontinitas usaha masih belum berkembang dengan baik karena para petani masih berfokus pada usaha minyak atsiri.

(17)

KUB Zocha Graha Kriya menghasilkan produk-produk kerajinan yang memiliki nilai estetika dan kualitas tinggi dengan memanfaatkan akar wangi sebagai material utama dari seluruh produk kerajinannya. Keseluruhan produk yang dihasilkan oleh UKM penerima penghargaan “Pengabdi Pariwisata Tingkat Jawa Barat” pada tahun 2002 ini berupa tenunan plus menggunakan alat tenun bukan mesin dengan sentuhan gambar inovatif, kreatif dan dengan desain yang dapat dipesan sesuai selera pelanggan.

Produk-produk yang dihasilkan UKM ini memadukan akar wangi sebagai bahan utama dengan batok kelapa, bambu cendani serta bulu itik yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok produk, yaitu: produk fashionable, fungsional, dan dekoratif. Produk-produk kerajinan akar wangi yang dihasilkan oleh delapan kelompok usaha ini, antara lain: ragam aneka taplak meja, tas, lampion, tudung saji, tutup kulkas, boneka, sarung bantal, hingga sekat ruangan.

Walaupun pangsa pasar serta produktivitas usaha KUB Zocha Graha Kriya terus meningkat, berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh pihak internal perusahaan, KUB Zocha Graha Kriya belum memiliki fokus dalam merancang, memformulasikan serta mengimplementasikan strategi pemasaran dalam mengembangkan usahanya. Padahal, strategi pemasaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan serta sasaran suatu usaha dengan cara mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Dengan adanya perumusan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan, trend, serta perubahan lingkungan, suatu perusahaan akan mampu mengembangkan keunggulan bersaingnya serta mampu membuat perusahaan mempertahankan eksistensi usahanya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya?

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi unsur penyusunan strategi pemasaran KUB Zocha Graha Kriya.

2. Menyusun dan merekomendasikan strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan KUB Zocha Graha Kriya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Graha Kriya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbang saran yang positif bagi pelaku usaha agar dapat menjadi bahan masukan maupun pertimbangan dalam menyusun strategi pemasaran bagi produk yang dihasilkan.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran serta pengetahuan penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menyusun strategi pemasaran serta sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut. 3. Bagi Lembaga Pemerintah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang terkait dengan kebijakan pemasaran bagi pengembangan usaha kecil berbasiskan pertanian dengan komoditi unggulan akar wangi.

4. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan masyarakat dan menjadi salah satu referensi alternatif penyusunan strategi bidang pemasaran bagi UMKM.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(19)

Zocha Graha Kriya, gambaran umum usaha produk kerajinan akar wangi, analisis terhadap Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) dan bauran pemasaran KUB Zocha Graha Kriya.

(20)

2.1. Definisi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM yang dikutip dari www.bi.go.id, ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU No. 20 tahun 2008 ini digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha seperti yang diuraikan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

(21)

ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah); atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan pasal 2 UU No. 20 tahun 2008, UMKM berasaskan: (1) kekeluargaan; (2) demokrasi ekonomi; (3) kebersamaan; (4) efisiensi berkeadilan; (5) berkelanjutan; (6) berwawasan lingkungan; (7) kemandirian; (8) keseimbangan kemajuan; dan (9) kesatuan ekonomi nasional. Sedangkan tujuan UMKM adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

(22)

2.2. Pemasaran

Selama ini istilah pemasaran sering kali dibiaskan dengan „penjualan‟ dan „periklanan‟. Sebagai contoh: ditemukannya departemen pemasaran di banyak

perusahaan yang kinerjanya hanya berfokus pada perancangan iklan dan aktivitas penjualan. Kinerja para manajer dan staff pemasaran pun hanya diukur dari pencapaian target penjualan semata. Padahal sesungguhnya, istilah pemasaran jauh lebih luas dibandingkan dengan penjualan maupun periklanan. Oleh karena itu, hadirnya definisi formal pemasaran ditujukan agar mampu mengungkapkan secara jelas makna pemasaran.

Perbedaan yang kontras antara konsep penjualan dan pemasaran, yaitu: penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sementara pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai, sementara pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan dan akhirnya mengonsumsinya (Levitt dalam Kotler, 2007).

Menurut McKenna dalam Tjiptono (2008) adalah “marketing is everything and everything is marketing”. Dengan kata lain, pemasaran bukan lagi sekedar departemen atau fungsi manajerial dalam sebuah organisasi. Pemasaran telah menjelma menjadi filosofi dan cara berbisnis yang berorientasi pada pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan secara efektif, efisien, dan etis sedemikian rupa sehingga lebih unggul dibandingkan para pesaing dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum.

(23)

Proses pemasaran secara sederhana digambarkan dalam lima langkah, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 1. Dalam empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk memahami pelanggan, menciptakan nilai bagi pelanggan, dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan. Dalam langkah akhir, perusahaan menuai hasil dari menciptakan nilai unggul bagi pelanggan. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, sebagai imbalannya mereka menangkap nilai dari pelanggannya dalam bentuk penjualan, laba, dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang (Kotler dan Armstrong, 2008).

Menciptakan nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan pelanggan

Menangkap kembali nilai pelanggan

Gambar 1. Model sederhana proses pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2008)

Fokus utama proses pemasaran adalah untuk menciptakan serta menangkap kembali nilai pelanggan. Hal ini sejalan dengan konsep pemasaran yang berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan (customer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing. Definisi nilai pelanggan adalah rasio antara apa yang diperoleh pelanggan dan apa yang ia berikan (Tjiptono, 2008).

2.3. Strategi Pemasaran

Berdasarkan asal-usul kata, istilah startegi berasal dari bahasa Yunani

startegia (stratos = militer; dan ig = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman

(24)

untuk mengalokasikan sumber daya dan usaha organisasi (Tjiptono dan Diana, 2000).

Menurut Jain dalam Tjiptono dan Diana (2000) pada umumnya, suatu organisasi bisnis membutuhkan strategi apabila berada dalam beberapa situasi berikut:

1. Sumber daya (manusia, modal, bahan baku, teknologi, waktu, dan lain-lain) yang dimiliki terbatas.

2. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi. 3. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi.

4. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu. 5. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.

Menurut Ohmae dalam Dirgantoro (2001), perbedaan strategi bisnis

dengan perencanaan bisnis terletak pada kata “keunggulan bersaing”. Tanpa

pesaing, tidak diperlukan adanya strategi. Oleh karena itu, lahirlah gagasan manajemen starategis yang berarti mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Istilah keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan (David, 2009).

Menurut Umar (2001) dalam sisi tingkatan manajemen, terdapat dua jenis perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan Strategis

Merupakan bagian dari manajemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan di masa datang. Jadi, perencanaan strategis lebih terfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang.

2. Perencanaan operasional

(25)

Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanya saja, melainkan juga dengan strategi di bidang fungsional lainnya.

Berdasarkan uraian yang ada, identifikasi dan penentuan strategi berbagai bidang fungsional sangat penting karena dapat lebih memperjelas strategi utama. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manajemen kecuali mengembangkan berbagai strategi bidang fungsional dengan memberikan perhatian utama pada bidang-bidang fungsional yang penting, salah satunya adalah bidang pemasaran.

Terdapat beberapa macam pengertian strategi pemasaran dari para ahli. Menurut Marrus dalam Umar (2001) strategi pemasaran didefiniskan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi pemasaran didefinikan secara khusus sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan (Prahalad dalam Umar, 2001).

Menurut David (2006) strategi pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap, yaitu: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Implementasi strategi atau sering kali disebut tahap pelaksanaan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Sedangkan evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis.

(26)

sasaran tertentu. Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya dalam hal mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan pilihan saluran distribusi, dan sebagainya.

2.4. Segmentation, Targeting dan Positioning

Dalam dunia bisnis, ada banyak jenis konsumen dengan banyak ragam kebutuhan. Sebagian perusahaan berada dalam posisi untuk melayani beberapa segmen dengan lebih baik daripada segmen lainnya. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan harus membagi keseluruhan pasar, memilih segmen terbaik, dan merancang strategi untuk melayani segmen terpilih dengan baik (Kotler dan Armstrong, 2007). Proses pemilihan segmen pasar terbaik dan perancangan strategi untuk melayani segmen pasar yang dipilih tersebut melibatkan segmentasi

pasar, penetapan target pasar, diferensiasi, dan “positioning” pasar. Menurut Kotler dan Armstrong (2007), pengertian istilah-istilah tersebut, yaitu:

1. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi kelompok pembeli berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda dan yang mungkin memerlukan produk atau program pemasaran terpisah. Segmen pasar sendiri terdiri dari sekelompok konsumen yang merespon dengan cara yang sama terhadap sejumlah usaha pemasaran tertentu.

2. Target Pasar

Penetapan target pasar adalah proses mengevaluasi daya tarik masing masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih jumlah segmen yang dimasuki. 3. Diferensiasi pasar dan Positioning

(27)

2.5. Konsep Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Manajemen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang sering dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat

kelompok variabel yang disebut “empat P”,yaitu:

2.5.1 Product/ Produk

Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Elemen-elemn yang termasuk dalam bauran produk antara lain ragam produk, kualitas, design, fitur, nama merek, kemasan, serta layanan. Menurut Kotler (2005) produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya, yaitu:

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mengenakan marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak dari penjual.

3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Produk jenis ini, memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Produk-produk jasa oleh perusahaan haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perusahaan, sehingga produk jasa yang ditawarkan dapat memuaskan konsumen.

2.5.2 Price/ Harga

(28)

distribusi, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga memposisikan nilai yang dimaksudkan perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya (Kotler, 2005).

2.5.3 Place/ Tempat

Tempat atau saluran pemasaran meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Saluran pemasaran adalah rangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran dapat didefinisikan sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen (Kotler, 2005).

2.5.4 Promotion/ Promosi

Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Definisi promosi menurut Kotler (2005) adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Secara rinci tujuan promosi menurut Tjiptono (2008) adalah sebagai berikut:

1. Menginformasikan, dapat berupa:

a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru suatu produk

c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar

d. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan e. Meluruskan kesan yang keliru

f. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli g. Membangun citra perusahaan

2. Membujuk pelanggan sasaran untuk: a. Membentuk pilihan merek

b. Mengalihkan pilihan merek ke merek tertentu

(29)

e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga 3. Mengingatkan, dapat terdiri dari:

a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat

b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan

c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan, menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan

2.6. Akar Wangi

Akar wangi (Vetiveria Zizanioides) merupakan tanaman yang tergolong ke dalam famili Graminae (rumput-rumputan). Secara fisik, tanaman ini terlihat seperti rumput yang lebat, tumbuhnya tegak ke atas dan tingginya mencapai 1,5 meter. Akar tanaman ini berupa akar bercabang banyak, berwarna kuning pucat atau abu-abu hingga merah tua (Rusli, 2010).

Akar wangi tumbuh subur di dataran tinggi pada ketinggian 700 m dpl, suhu 17-270 C dengan curah hujan 200-2.000 mm/tahun. Tetapi, tanaman ini juga dapat tumbuh di tanah miskin hara dan di tempat panas. Tanah yang cocok untuk budidaya akar wangi adalah tanah yang berpasir atau tanah abu vulkanik. Penanaman akar wangi dapat dilakukan secara monokultur ataupun tumpang sari. Tanaman ini juga dapat ditanam di lahan miring, seperti yang dikembangkan di Garut dengan kemiringan lahan mencapai 15 persen. Umur panen tanaman akar wangi berkisar 12-18 bulan (Rusli, 2010).

Menurut Gunawan (2010), manfaat lain budidaya akar wangi yang dikembangkan oleh petani di Garut sejak tahun 1960-an berupa kerajinan akar wangi. Produksi akar wangi dan sentra produksi kerajinan akar wangi dikembangkan di Kecamatan Leles, Samarang, Bayombong dan Cilawu.

2.7. Proses Hirarki Analitik

2.7.1 Konsep Dasar AHP

(30)

Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dan merupakan sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks, dengan cara menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan untuk memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau peubah ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang pentingnya tiap peubah dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan peubah mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil sesuai dengan perkiraan secara intuitif, sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty, 1991).

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan dalam penelitan ini mencoba menstrukturkan permasalahan yang kompleks dan menunjukkan prioritas untuk suatu kriteria dan alternatif yang diturunkan dari hasil komparasi berpasangan dengan cara menentukan dan menginterpretasikan konsistensi dari penilaian pendapat kualitatif ke kuantitatif. Kerangka ini akan mempermudah dalam menstratifikasikan permasalahan dan informasi yang tersedia.

(31)

Ma‟arif dan Tanjung (2003) menerangkan dasar dari prinsip kerja AHP tersebut, yaitu:

1. Decompotition

Tahap ini memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut.

2. Comparative judgement

Tahap ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur pada satu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat atasnya. Hasil dari penilaian ini dapat disajikan dalam matriks pairwise comparison (komparasi berpasangan). Dalam penyusunan skala kepentingan digunakan skala dasar kepentingan pendapat.

3. Synthesis of priority

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vector-nya untuk mendapat local priority dan global priority. Tahap ini merupakan pengurutan unsur-unsur menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa.

4. Logical Consistency

Konsistensi logis memiliki dua makna yaitu pertama, bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.7.2 Langkah-Langkah Penggunaan AHP

Saaty (1991) menjelaskan terdapat beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti

(32)

Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang dapat terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tak lengkap. Dalam struktur hirarki yang lengkap seperti pada Gambar 2, semua elemen pada satu tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya.

Gambar 2. Struktur Hirarki Lengkap (Mulyono dalam Eldianson, 2008)

3. Menyusun matriks banding berpasangan

(33)

menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya.

Tabel 2. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas

pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemenyang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty, 1991

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.

(34)

Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh

fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 4. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila Fi lebih mendominasi atau

mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun

bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan

Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal

utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki

nilai 7, maka elemen F42 adalah 1/7.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). 1. Matriks Pendapat Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij , yaitu elemen matriks pada

baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Pendapat Individu

X A1 A2 A3 … An

A1 a11 a12 a13 … a1n

A2 a21 a22 a23 … a2n

A3 a31 a32 a33 … a3n

… … … …

(35)

2. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata

geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik (Tabel 4).

Tabel 4. Matriks Pendapat Gabungan

X G1 G2 G3 … Gn

G1 g11 g12 g13 … g1n

G2 g21 g22 g23 … g2n

G3 g31 g32 g33 … g3n

… … … …

Gn gn1 gn2 gn3 … gnn

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

Gij= √∏ ...(1)

dengan : n = jumlah responden (pakar)

aij(k) = sel penilaian setiap pakar

7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus :

VP (vektor Prioritas) = ∑ √∏

……….(2)

dimana : VE (Vector Eigen) = √∏ …………..………..(3) dengan :

aij = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j

n = jumlah elemen yang diperbandingkan 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

(36)

bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus kurang dari sama dengan 10 persen. Jiak tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.

Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut :

 CI (Indeks Konsistensi)

CI=

….………..(4)

dengan : CI = Indeks Konsistensi �max = eigen value maksimum

n = jumlah elemen yang dibandingkan dimana:

�max= ∑ ………..…(5)

VB (Nilai Eigen) =

………...……….(6)

VA (Vektor Antara) = aijX VP …..………...…(7)

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) yaitu:

 CR (Rasio Konsistensi)

CR =

..….……….(8)

Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR≤0,1. RI adalah indeks acak yang

dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matriks berorde 1 sampai 15 dengan menggunakan sampel berukuran 100. Tabel RI tersebut seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Indeks Acak

N 1 2 3 4 5 6 7

(37)

N 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57

Sumber : Fewidarto, 1996 9. Merevisi judgement

Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij dan merevisi judgement pada baris yang

mempunyai nilai terbesar.

Maxi∑ | |……….………(9)

Dari hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks yang memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan bobotnya dan elemen aij tersebut

diganti dengan wi/wj. Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas,

mengingat akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.

2.7.3 Keuntungan AHP

Secara umum, keuntungan penggunaan metode AHP dapat diikhtisarkan

sebagai berikut (Ma‟arif dan Tanjung, 2003) :

a. Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstuktur.

b. Kompleksitas: AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan.

c. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.

d. Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen–elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

e. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur objek dalam wujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.

f. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas

(38)

h. Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih skenario terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

i. Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.

j. Pengulangan proses: AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaikinya.

2.8. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Krislianto (2009) melakukan analisis mengenai strategi pemasaran Wisata Kampung Cendawasari, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Penelitian yang menggunakan metode PHA ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Wisata Kampung Cendawasari, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pemasaran yang ada pada Kampung Wisata Cendawasari dan merumuskan strategi pemasaran yang sesuai untuk Kampung Wisata Cendawasari. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diketahui bahwa alternatif strategi pemasaran bagi Kampung wisata Cendawasari adalah menawarkan paket kampung wisata bagi anak-anak sekolah dan untuk family gathering bagi perusahaan (0,259). Selanjutnya alternatif dengan prioritas kedua adalah menambah sarana dan prasarana, menambah paket wisata serta pengaturan layout dan landskap agar kawasan wisata menjadi lebih indah (0,238). Kemudian, alternatif prioritas ketiga dan keempat adalah bekerjasama dengan AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia) dan biro perjalanan agar kegiatan kampung wisata dapat menjadi bagian dari perjalanan (0,222) dan melakukan kerjasama dengan tempat-tempat wisata lain yang ada di Bogor untuk melakukan paket wisata bersama (0,157). Prioritas kelima adalah penggunaan teknologi sebagai sarana promosi yang optimal (0,124).

Sembiring (2010) melakukan analisis terhadap strategi pemasaran teh botol sosro pada PT. Sinar Sosro di kantor penjualan Bogor. Hasil pengolahan dengan menggunakan metode PHA dan bantuan program Expert Choice 2000

(39)

melakukan promosi secara intensif dengan bobot (0,251). Prioritas kedua yaitu strategi mempertahankan saluran distribusi yang ada dengan cara menjalin kerjasama yang baik dengan semua pihak yang terkait dengan bobot (0,236). Prioritas ketiga yaitu strategi mengoptimalkan biaya operasional guna mempertahankan harga produk tetap stabil dengan bobot (0,179). Prioritas keempat adalah meningkatkan kapasitas persediaan produk dengan bobot (0,167). Prioritas kelima yaitu meningkatkan kualitas produk untuk mempertahankan pelanggan lama dan memperoleh pelanggan baru dengan bobot (0,118). Strategi yang menjadi prioritas terakhir adalah aktif melakukan kegiatan pengembangan produk yang berbeda dengan pesaing dengan bobot (0,049).

(40)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kabupaten Garut, Jawa Barat yang telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan kulit, kini dikenal pula melalui potensi sumber daya lokal lainnya yang unik, yaitu tanaman akar wangi (Vetiveria Zizanioides). Berdasarkan fakta yang ada, saat ini hanya Haiti dan Borbon di Pasifik yang mengembangkan jenis komoditi yang sama. Sehingga, akar wangi menjadi komoditi khas Kabupaten Garut yang memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi banyak jenis produk selain produk minyak atsiri yang telah dikembangkan sejak tahun 1920.

KUB Zocha Graha Kriya adalah salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Garut yang mampu menangkap prospek produk kerajinan berbahan dasar akar wangi ini untuk terus dikembangkan karena mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif serta masih terbukanya pangsa pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Sebagai UKM penghasil produk kerajinan akar wangi sejak tahun 1999, KUB Zocha Graha Kriya diharuskan mampu merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pemasaran yang diinginkan.

Langkah pertama yang dilakukan untuk merumuskan strategi pemasaran pada KUB Zocha Graha Kriya adalah dengan mengetahui secara rinci tentang profil KUB Zocha Graha Kriya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kemudian dilakukan identifikasi tujuan KUB Zocha Graha Kriya karena kelompok usaha ini tidak memiliki visi dan misi tertulis.

Langkah selanjutnya setelah mengetahui profil dan tujuan KUB Zocha Graha Kriya adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyusunan strategi pemasaran perusahaan berdasarkan analisis terhadap Segmentation, Targeting, Positioning

(41)

menggunakan metode AHP sehingga diperoleh alternatif strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

3.2. Tahapan Proses Penelitian

Proses penelitian diawali dengan tahap pengumpulan dan pembelajaran terhadap literatur tentang pemasaran, pengembangan sektor UMKM Indonesia, ekonomi kreatif, akar wangi dan metode AHP. Fokus pembelajaran ditujukan pada pengembangan strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM untuk produk kerajinan (khususnya akar wangi) yang akan dianalisis dengan teknik AHP.

Identifikasi Faktor-faktor Penyusun Strategi Pemasaran KUB Zocha

Graha Kriya

Marketing Mix: Product, Price, Place, Promotion Segmentation

Targeting Positioning

KUB. Zocha Graha

Tujuan Perusahaan

Identifikasi Strategi Pemasaran KUB Zocha

Alternatif Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya

Rekomendasi Strategi Pemasaran bagi KUB Zocha Graha Kriya

(42)

Penelitian yang dilakukan kemudian diawali dengan mengkaji permasalahan yang dihadapi KUB Zocha Graha Kriya (fokus dalam bidang pemasaran) serta tujuan yang akan diteliti. Pengkajian permasalahan dan tujuan yang akan diteliti ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak internal KUB Zocha Graha Kriya serta pakar akademisi.

Kemudian, setelah pengkajian masalah dan tujuan dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data gambaran umum perusahaan, identifikasi kegiatan pemasaran yang telah dilakukan perusahaan serta penyusunan struktur awal berdasarkan hasil kaji pustaka. Setelah tahap penyusunan struktur awal melalui kaji pustaka, maka dilanjutkan dengan pengolahan data untuk menyusun struktur berdasarkan masukan dari pakar. Tahap selanjutnya adalah tahap penilaian struktur yang dilakukan dengan menyusun kuisioner dari struktur yang ditetapkan, kemudian dilakukan penilaian kuisioner oleh pakar.

Tahap selanjutnya setelah penilaian kuisioner oleh para pakar dilakukan pengolahan horizontal yang meliputi perkalian elemen baris (VE=Vektor Eigen), perhitungan vektor prioritas (VP), vektor antara (VA), nilai eigen (VB), indeks konsistensi (CI) dan rasio konsistensi (CR). Pemenuhan konsistensi menguatkan terkendalinya jawaban yang diberikan responden dalam pengisian kuesioner. Apabila hasil perhitungan belum konsisten maka akan dilakukan revisi pendapat dengan mencari deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) kemudian direvisi sampai memenuhi CI dan CR.

(43)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUB Zocha Graha Kriya yang sekretariat pusatnya berada di Jalan Pakuwon No. 10, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KUB Zocha Graha Kriya merupakan kelompok usaha yang khusus mengembangkan akar wangi yang merupakan salah satu komditas unggulan Kabupaten Garut, Jawa Barat sebagai bahan utama produk kerajinan yang dihasilkannya. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2011.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berasal dari pihak internal KUB Zocha Graha Kriya yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam serta diskusi kelompok bersama pihak internal KUB Zocha Graha Kriya. Data tersebut meliputi profil kelompok usaha, tujuan, sistem ketenagakerjaan kelompok usaha,

segmentation, targeting dan positioning (STP), bauran pemasaran yang telah ditetapkan kelompok usaha, pasar yang dituju serta kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan kelompok usaha tersebut.

Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari literatur-literatur tentang masalah yang akan diteliti, seperti literatur dari Pemerintah Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dan Pusat, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Desperindagkop) Kabupaten Garut, serta literatur-literatur lainnya berupa jurnal, makalah, dan hasil penelitian terdahulu.

3.5. Metode Pengambilan Sample

(44)

atau pakar dalam bidangnya yang berasal dari pihak internal maupun pihak eksternal kelompok usaha.

Responden dalam penelitian ini berjumlah enam orang yang terdiri dari Pimpinan Umum (pendiri), Kepala Operasional (pendiri), General Manager KUB Zocha Graha Kriya, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Garut, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, dan Kepala Divisi Marketing Asgar Muda.

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah melalui tahap awal yaitu mempelajari literatur yang berkaitan dengan strategi pemasaran, akar wangi, KUB Zocha Graha Kriya dan metode AHP untuk pengolahan data selanjutnya. Setelah mempelajari hal-hal tersebut, dilakukan identifikasi bentuk kegiatan pemasaran yang telah dilakukan KUB Zocha Graha Kriya melalui wawancara mendalam dengan pihak internal UKM yang memiliki wewenang dalam penyusunan kebijakan pemasaran perusahaan. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi pemasaran yang juga dilakukan melalui wawancara dengan pihak penyusun strategi pemasaran.

(45)

Gambar 4. Struktur Hirarki Penyusunan Strategi Pemasaran KUB Zocha Graha Kriya

Keterangan:

A.Faktor

KFP : Kondisi Finansial Perusahaan KP : Kapasitas Perusahaan

Prod : Produk

SK : Sikap Konsumen KO : Kapasitas Outlet KPr : Kondisi Persaingan

B.Aktor

PU :Pimpinan Umum KOpr : Kepala Operasional

GM : General Manager Goal

Faktor

Aktor

Tujuan

Alternatif

Alternatif Strategi Pemasaran pada KUB Zocha Graha Kriya

KP Prod KO

PU KOpr GM

T1 T2 T3

A3 A5

A2 A4

KPr KFP

(46)

C.Tujuan

T1 : Meningkatkan Omzet Perusahaan

T2 :Memantapkan Posisi Merek yang Kuat bagi Konsumen dan Mitra Dagang T3 : Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

D.Alternatif

A1 : Positioning Produk Berdasarkan Kualitas dan Harga

A2 : Pengembangan Program ”Factory and Galery Visit” dengan Outlet A3 : Memanfaatkan Media Promosi secara Optimal

A4 : Penerapan Customer Intimacy

Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen hirarkinya. Hasil dari pengolahan tersebut adalah konsistensi dari jawaban responden yang dilakukan menggunakan

software AHP dengan batas inkonsitensi ditetapkan 10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean Square). Setelah Matriks Pendapat Individu (MPI) dinyatakan konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan vertikal sesuai dengan mekanisme AHP.

(47)

4.1.Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan KUB Zocha Graha Kriya

KUB Zocha Graha Kriya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan dan seni yang berbentuk kelompok usaha bersama, gabungan dari pengrajin, pekerja dan penggiat seni serta penggiat pariwisata. UKM ini didirikan pada tanggal 9 September 1999 di Garut oleh Bapak Franz Limiart dan Ibu Joanna. Latar belakang didirikannya UKM ini didasarkan atas keprihatinan pendiri bahwa selama ini produk kerajinan cenderung menjadi komoditas di pasar luas. Oleh karena itu, lahir keinginan yang kuat untuk mengembangkan produk kerajinan yang tidak hanya mampu memberi suatu nilai estetika yang dapat dinikmati indera, tetapi juga mampu memberikan prestise tersendiri bagi para konsumen yang memilikinya.

Berdasarkan statusnya sebagai Kelompok Usaha Bersama (KUB), KUB Zocha Graha Kriya terdiri dari delapan kelompok usaha yang saling terkait dan dikategorikan ke dalam fungsi kerja yang berbeda. Kedelapan kelompok tersebut, yaitu: kelompok petani akar wangi, kelompok tenun, kelompok jahit, kelompok bordir, kelompok pengrajin batok, kelompok pengrajin bambu, kelompok pengrajin hiasan kupu-kupu dari bulu itik, dan kelompok pengrajin box. Kedelapan kelompok tersebut secara intensif dibina langsung oleh pendiri/pemilik beserta General Manager agar memiliki teknik dan keterampilan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga mampu menghasilkan produk kerajinan yang berkualitas dan bernilai estetika tinggi.

(48)

Seiring dengan berjalannya usaha, keberadaan KUB Zocha Graha Kriya kemudian diperkuat dengan diterbitkannya beberapa izin usaha yang dikeluarkan oleh dinas terkait seperti:

1. SIUP (Surat Izin Usaha Perorangan): No. 530/0124/PM/IZ/VI/2008.B 2. TDP (Tanda Daftar Perusahaan): No. 101355214548

3. Izin Tempat Usaha: No. 503/605-ITU/PPTSP/201

KUB Zocha Graha Kriya telah dua belas tahun mengembangkan usaha kerajinan yang mengeksplorasi potensi lokal Kabupaten Garut. Selama kurun waktu tersebut, KUB Zocha Graha Kriya berhasil menunjukan kinerja yang baik sehingga mampu menjadi salah satu UKM berprestasi baik di tingkat lokal maupun nasional. Beberapa prestasi yang pernah diraih KUB Zocha Graha Kriya, antara lain:

1. Adhy Karya Pariwisata dari MPI (Masyarakat Pariwisata Indonesia) Jawa Barat sebagai Pengabdi dan Pengembang Kepariwisataan Jawa Barat tahun 2002.

2. Pengrajin Inovatif Kabupaten Garut tahun 2007. 3. PJI Award 2009 dari Persatuan Jurnalis Indonesia. 4. Garut Award 2010.

5. Penghargaan Pro-Mutu dari Kementrian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia tahun 2011 atas keberhasilannya dalam menerapkan teknologi produksi secara kreatif dan inovatif.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan KUB Zocha Graha Kriya

KUB Zocha Graha Kriya tidak memiliki pernyataan visi dan misi secara tertulis, namun KUB Zocha Graha Kriya tetap merepresentasikannya ke dalam beberapa tujuan yang jelas untuk dicapai. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada pihak pendiri/ pemilik, tujuan pendirian KUB Zocha Graha Kriya adalah:

1. Menghasilkan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan potensi lokal (akar wangi) yang memiliki keunikan, nilai estetika tinggi serta kepuasan/

(49)

2. Memakmurkan kehidupan orang banyak melalui penyerapan tenaga kerja lokal yang dibina secara intensif dan konsisten sehingga mampu memiliki kompetensi yang tinggi di bidang teknik kerajinan.

3. Mempromosikan Kabupaten Garut (khususnya) dan Indonesia kepada masyarakat luas melalui keunggulan produk dan layanan yang diberikan. 4. Menghasilkan produk berkualitas tinggi bagi pasar dalam negeri.

4.1.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi yang digunakan oleh KUB Zocha Graha Kriya adalah sistem fungsional yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Organisasi KUB Zocha Graha Kriya

Keterangan :

A:Kelompok Petani di Samarang dan Cilawu B:Kelompok Jahit di Muara Sanding

C:Kelompok Tenun di Bayombong D:Kelompok Bordir di Bayombong E:Kelompok Pengrajin Batok di Cilawu F: Kelompok Pengrajin Bambu di Cilawu G:Kelompok Pengrajin Bulu Itik di Leles H:Kelompok Pengrajin Box di Copong I: Pengepakan

Pimpinan

Kepala Produksi Kepala Toko

Kepala Operasional

General Manager

A B

C D E F

J K L

Gambar

Tabel 1. Perkembangan jumlah dan volume usaha UKM di Kabupaten
Gambar 2. Struktur Hirarki Lengkap (Mulyono dalam Eldianson, 2008)
Tabel 2. Nilai Skala Banding Berpasangan
Tabel 4.  Matriks Pendapat Gabungan
+7

Referensi

Dokumen terkait