DAKWAH MELALUI MEDIA RADIO
(ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RADIO ALAIKASSALAM SEJAHTERA JAKARTA (RASFM)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan Untuk Strata 1
Jurusan Komuniksi dan Penyiaran Islam
Disusun oleh
Rizka Prasti 106051001870
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HAIDAYATULLAH
(ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RADIO ALAIKASSALAM SEJAHTERA JAKARTA (RASFM)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan Untuk Strata 1
Jurusan Komuniksi dan Penyiaran Islam
Disusun oleh
Rizka Prasti 106051001870
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, M.Ag NIP. 19620626 1994031 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HAIDAYATULLAH
i
ABSTRAKSI
Rizka Prasti (106051001870)
Dakwah Melalui Media Elektronik Radio
(Analisis Program Cahaya Pagi di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta {RASfm})
Sebagai media informasi. Radio mengambil peran signifikan dalam menyampaikan nilai-nilai Islam yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang muslim sejati sesuai dengan tuntunan sunah Rasulullah SAW. Keberadaan sebuah radio berbasis Islam dirasakan menjadi sangat penting mengingat Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran merupakan tanggung jawab umat Islam secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Imran: 104.
Dari permasalahan di atas penulis mengambil program Cahaya pagi di Radio Alaikasssalam Sejahtera Jakarta sebagai obyek penelitian karena penulis ingin mengetahui mengapa RASfm tertarik untuk memproduksi program Cahaya Pagi, apa dan bagaimana program Cahaya Pagi serta apa saja faktor pendukung dan kendala dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm.
RASfm mengembangkan sayap dakwahnya pada solusi untuk menemukan jati diri muslim sejati bangsa Indonesia. dengan menspirit dakwah. Dalam program Cahaya Pagi di RASfm terdapat berbagai materi dakwah sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi, baik hari besar Islam, event-event nasional, akhlak, akidah, bencana alam maupun problem kehidupan sehari-hari. Materi disampaikan oleh para ustaz dan ustazah yang berkompeten di bidangnya.
Penelitian ini merujuk kepada buku karya Moh. Ali Aziz yang menjelaskan tentang unsur-unsur dakwah dan buku karya Masduki yang menjelaskan tentang format stasiun radio serta karakteristik radio. Penelitian dalam skripsi ini mengunakan metode penelitian yang bersifat studi kasus dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena melalui teknik pengumpulan data. Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
ii
Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah menganugerahi nikmat terbesar kepada
penulis, yaitu nikmat Islam. Dengan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selawat dan salam semoga Allah curahkan untuk Nabi Muhammad SAW, sebagai
da’i bagi umat yang teguh dan kokoh dalam jalannya. Segenap keluarganya dan para sahabatnya, di mana dengan keikhlasan dan ketabahannya membawa umat kepada
kesempurnaan risalah Islamiyah.
Selama proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dilalui oleh penulis. Namun berkat doa dan motivasi serta kesungguhan hati, maka segala
kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya atas dukungan dan bimbingan berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA dan Drs. H. Mahmud Jalal, M.A. Selaku Pudek
1 dan Pudek 2;
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah M.A. Ketua dan Sekretaris
iii
4. Bapak Drs. H. Sunandar, M.Ag. Pembimbing yang telah memberikan nutrisi
intelektual dan motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi;
5. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis;
6. Segenap karyawan dan karyawati di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah. Terima
kasih atas pelayanannya dalam meminjamkan buku-buku referensi.
7. Bapak Taufiq Ilham, traffic, newdesk, and announcer di RASfm yang bersedia memberikan data-data perusahaan;
8. Penghargaan yang tulus dan ikhlas untuk orang tua yang penulis sayangi, dengan
sepenuh hati dan penuh kesabaran memberikan dukungan moril maupun materil
yang sangat berharga selama study di UIN Ciputat. Semoga selalu dalam naungan dan perlindungan Allah SWT;
9. Teruntuk belahan jiwaku, Rizal Suriandi, ST dan buah hatiku Adzka Prapanca
Surian. Yang menjadi penyejuk rasa hausku dan obat lelah kepenatanku. Tugas
Akhir ini penulis tulis agar kalian tahu betapa penulis sangat mencintai dan
menyambut langkah kalian setiap detik nadiku, di mata kalianlah terukir umurku;
10.Untuk kakak dan adik-adikku terutama M. Agung Setiaji yang senantiasa
memberikan materinya hingga sampailah pada tugas akhir ini;
11.Sahabat penulis : Siti Nurraini, Wahyu Hidayat, S. Hum, Lina Marlina, Zahratul
Mahmudah, Mursidi, S.Pdi dan Khadizah Azzahra, S.Hi yang telah menerima apa
iv memberikan sumbangan idenya;s
12.Teman-teman KPI angkatan 2006, khususnya KPI D yang telah memberikan
kenangan tersendiri sehingga tidak akan pernah terlupakan bagi penulis.
Penulis hanya dapat berdoa semoga bantuan dari berbagai pihak tersebut diterima
oleh Allah SWT sebagai amal saleh dan mudah-mudahan mendapat balasan yang
setimpal di sisi-Nya. Amin.
Jakarta, 20 Agustus 2010
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 7
C. Tinjauan Pustaka ……… 7
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Signifikansi Penelitian ... 9
1 . Signifikansi Akademis ... 9
2. Signifikansi Praktis ... 9
F. Metodologi Penelitian ... 9
1. Tipe Penelitian ... 9
2. Metode Penelitian ... 10
3. Teknik Pengumpulan Data ... 11
a. Data Primer ... 11
b. Data Sekunder ... 12
4. Teknik Analisis Data ... 12
G. Sistematika Kepenulisan ... 12
BAB II : RUANG LINGKUP DAKWAH DAN RADIO A. Pengertian Dakwah dan Tujuan Dakwah …… 14
1. Pengertian Dakwah ……… 14
2. Tujuan Dakwah ……… 16
B. Subyek, Obyek, Materi Dakwah dan Media Dakwah 19 1. Subyek Dakwah ……… 19
2. Obyek Dakwah ……… 21
vi
C. Pengertian Radio dan Sejarah Radio ……… 28
1. Pengertian Radio ……… 28
2. Sejarah Radio ……… 29
D. Perkembangan Radio di Indonesia ……… 33
1. Zaman Penjajahan Belanda ……… 33
2. Masa Penjajahan Jepang ……… 35
3. Zaman Kemerdekaan ` ……… 36
4. Reformasi Radio di Indonesia ...……... 37
E. Karakteristik Radio ………... 40
1. Sifat Radio Siaran ... 40
2. Sifat Pendengar Radio ... 41
3. Kualifikasi SDM Radio ... 44
F. Format Stasiun Radio ………... 45
BAB III : PROFIL STASIUN RADIO DAN ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM A. Gambaran Umum RASfm; Sejarah dan Perkembangannya ... 48
B. Profil RASfm ... 52
1. Logo RASfm ... 53
2. Ras Target dan Segmentasi ... 54
3. Image ... 55
4. Gaya ... 55
C. Visi dan Misi RASfm ……… 56
1. Visi RASfm . ... 56
2. Misi RASfm ... 57
D. Struktur Organisasi RASfm Jakarta ... 57
E. Gambaran Umum Program Dakwah di RASfm .... 59
vii
2. Special Weekly Program ... 61
F. Asal Mula dan Perkembangan program Cahaya Pagi di RASfm ... 61
BAB IV : ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM A. Proses Produksi dan Penayangan Program Cahaya Pagi di RASfm ... 63
1. Proses Produksi ………... 63
2. Pengisi Acara ……… 64
3. Materi Acara ……… 64
4 . Format Acara ……… 65
5. Jadwal Penyiaran ……… 65
B. Faktor Pendukung dan Kendala Program Cahaya Pagi di RASfm ... 65
1. Faktor Pendukung ... 65
2. Faktor Kendala ... 66
D. Analisa Deskriptif Program Cahaya Pagi ... 66
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 73
B. Saran ... 75
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik
sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan
yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman,
penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut
diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam
sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang
kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya.
Sebagai media informasi. Radio mengambil peran signifikan dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian
seorang muslim sejati sesuai dengan tuntunan sunah Rasulullah SAW. Keberadaan
sebuah radio berbasis Islam dirasakan menjadi sangat penting mengingat Islam harus
tersebar luas dan penyampaian kebenaran merupakan tanggung jawab umat Islam secara
keseluruhan. Sebagaimana firman Allah SWT :
2
Sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin”, Islam harus
disampaikan dengan wajah yang menarik supaya umat lain beranggapan dan mempunyai
pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka
melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka. Sekaligus
sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia akhirat.1
Sebagaimana internet, koran, majalah, dan televisi, radio adalah medium
komunikasi massa yang dapat digunakan orang untuk tujuan tertentu. Di Indonesia ada
tiga tujuan dominan penyiaran radio. Pertama, pelayanan kebutuhan pendengar. Pendirian diawali dengan penelitian khalayak untuk mengetahui bagaimana kebutuhan
pendengar terhadap media radio baik isi siaran, waktu siar, maupun kemasan acaranya.
Kedua, aktualisasi kepentingan pengelola. Setiap orang yang berkiprah di bidang keradioan pasti memiliki motivasi pribadi, misalnya ingin popular, memperluas relasi,
atau ingin memperkuat eksistensi dirinya dalam kancah pergulatan politik. Ketiga, perolehan pendapatan ekonomi. Inilah tujuan paling popular.2
Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya radio yang menyandang
nama negara, siarannya ditunjukkan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. RRI didirikan pada tanggal 11
September 1945, mempunyai peran besar dalam perjuangan kemerdekaan dan dalam
perjalanan negeri ini. Setelah selama 32 tahun RRI menjadi corong pemerintahan, maka
berdasarkan UU No. 32 tahun 2002, RRI berubah menjadi lembaga Penyiaran Publik
yang bersifat independent, netral, dan tidak komersial yang tugasnya adalah memberikan
1
Aby, Dakwah Islam, Artikel diakses pada 22 Mei 2010 dari
http://bimaislam.depag.go.id/?mod=article&op=detail&klik=i&id=174.
2
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet.
pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol
sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia internasional. Sebagaimana pasal 14 UU
No. 32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah lembaga Penyiaran Publik yang bersifat
independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat.3
Angin reformasi yang bertiup di Istana Negara Jakarta telah menjatuhkan
kekuasaan rezim otoriter Orde Baru. Soeharto mundur tanggal 21 Mei 1998. Dari sini
angin itu berhembus kencang hingga kantor menteri penerangan, tempat media penyiaran
dikendalikan. Dalam tempo tidak lebih dari enam bulan keluar SK Menpen No. 134/1998
yang menghapus semua aturan ketat materi siaran radio. Pada tahun 1999 Departemen
Penerangan dilikuidasi oleh Presiden Abdurrahman Wahid dengan alasan penerangan
adalah urusan masyarakat. Likuidasi ini otomatis mencabut semua kewenangan yang
dimiliki lembaga itu dalam UU No. 24/1997 tentang Penyiaran..4
Di zaman globalisasi ini harus kita akui bahwa persaingan dalam siaran radio
semakin ketat. Dari fakta ini owners atau pemilik stasiun radio harus jeli dan teliti dalam melihat situasi perkembangan program untuk menyiasati agar stasiun radionya tetap
bertahan dan bisa lebih maju selangkah dari stasiun radio lain. Mendirikan stasiun radio
harus diakui memerlukan investasi yang padat modal, padat karya serta persyaratan
kompetensi manajemen dengan pilihan teknologi yang tepat. Melihat kecenderungan itu
penyelenggaraan stasiun radio tentu perlu melakukan kalkulasi cermat untuk
memproyeksi pengembalian modal investasinya.
3
Krisna Mulawarman, Sejarah RRI, Artikel diakses pada 12 Juni 2010 dari http://www.rri-online.com.
4
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet.
4
95.5 RASfm (Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta), yang bertempat di Graha
Arrasyidiyah jln.KH. Abdullah Syafi’ie No. 21 A, Tebet Jakarta-Selatan. Hadir sebagai
salah satu radio di Jakarta yang mengemas secara khusus keselarasan antara program
dakwah dan informasi tanpa meninggalkan fungsi radio sebagai media hiburan, yang
disajikan dengan kesejukan dalam tutur kata. Keunikan inilah yang telah membuat
RASfm menjadi referensi, barometer, dan cara hidup bagi masyarakat pendengar yang
loyal, yaitu “keluarga muslim yang dinamis, modern namun tetap berpegang kepada
nilai-nilai religius dengan toleransi tinggi”. 5
Program RASfm meningkatkan apresiasi dan turut menumbuh kembangkan nilai
religitas dalam kemasan yang variatif, dinamis, dan modern serta mengembangkan
budaya yang santun dalam penyajiannya. Dikemas dengan gaya dan tutur kata, logat,
dialek sehari-hari, informal dan personal. Program RASfm diperkaya dengan gaya humor
spontan yang tepat.6
Dari sekian program yang ada di RASfm Cahaya Pagi termasuk program yang
menjadi daya tarik pendengar. Program ini merupakan Program Tausiyah harian dengan materi yang khas dan menarik, sebagai bekal diawal aktiftas pagi hari. Karakter program
yang memberikan inspirasi dan wawasan seputar dinamika kehidupan yang dijalani
pendengar sehari-hari.
Materi rekaman Alm. KH. Abdullah Syafi’i dan ustad-ustazah yang berkompeten
dibidangnya serta jam tayang yang tepat merupakan sebuah keistimewaan tersendiri
untuk program Cahaya Pagi sehingga program ini tetap tayang hingga saat ini.
5
Taufiq Ilham, Profil RASfm, Artikel diakses pada 04 Mei 2010 dari http://www.rasfm.com.
6
Istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R. Bittner, program atau kerap disebut pula dengan istilah: acara adalah barang yang dibutuhkan
orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya.
Dalam dunia keradioan, mengerti format stasiun (station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemrograman. Setiap olah produksi program siaran mengacu pada
pilihan format stasiun radio yang makin spesifik (segmented) seiring makin banyaknya jumlah radio dan makin tersegmennya pendengar. Makin modern radio, makin
terspesialisasi formatnya, makin kompetitif sebuah radio maka makin fokus posisi
programnya. Penajaman program siaran adalah konsekuensi dari tajamnya format
stasiun.7
Programmer harus menentukan hal apa yang akan digunakan sebagai senjata untuk menarik perhatian audien karena selera audien adalah sesuatu yang sulit diterka
namun ada satu hal yang pasti tidak ada program yang pernah sukses dengan
mengabaikan tujuannya.
Dengan terjadinya persaingan program siaran, tentu saja harus mendapatkan
perhatian secara khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam media ini, dalam arti
untuk terus menerus berupaya meningkatkan program siarannya, kalau tidak ingin
ditinggalkan pendengarnya.
Sistem pemrograman akan menyentuh juga penggunaan perangkat operasional
siaran, kecanggihan perangkat teknik serta jangkauan siaran. Dari sarana penyiaran
tersebut akan dapat diartikan kejelasan sasaran yang akan dicapai atas program yang
7
Masduki, Menjad Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet. 2, h.
6
disiarkan, yaitu masyarakat terbatas (lokal) atau masyarakat luas
(nasional/internasional).8 Dari pernyataan di atas programmer terlibat kerjasama langsung dengan bagian operasional siaran dan bagian perangkat tekhnik agar tercipta
program yang berkualitas dan disukai pendengar.
Strategi pemrograman yang baik yaitu membuat program atau mengadakan
program sesuai dengan target audiennya serta mengatur penjadwalan siaran yang harus
sesuai dengan momentum atau lifestyle masyarakat yang menjadi coverage area dari radio yang bersangkutan.9
Salah satu strategi agar audien tidak pindah adalah dengan menampilkan cuplikan
atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan,
menggoda dan memancing rasa penasaran yang hanya bisa terjawab atau terpecahkan jika
tetap mengikuti saluran itu. Dengan strategi ini, audien diharapkan tidak akan pindah
saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen yang menimbulkan rasa penasaran
itu.
Sebagaimana sasarannya untuk masyarakat pendengar yang loyal, yaitu “keluarga
muslim yang dinamis, modern namun tetap berpegang kepada nilai-nilai religius dengan
toleransi tinggi”. Dalam siarannya, hadir dengan serangkaian program pilihan, mulai dari
program dakwah unggulan, program dialog interaktif dengan berbagai tema menarik,
poling pendengar dan kuis, dan sebagainya. 95.5 RASfm, juga hadir dengan berbagai
informasi terkini, mulai dari info dakwah, info dunia Islam, dan lain sebagainya.10 Dari
8
R.M Soenarto, Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta: FFTV-IKJ
Press, 2007), h. 1.
9
Andi Fahrudin, Bahan Kuliah Perencanaan Program Televisi, 18/09/ 2007 (Jakarta: Universitas
Mercu Buana).
10
sekian program yang ada di RASfm, Cahaya Pagi termasuk program yang terus berdiri
hingga saat ini.
Berdasarkan dari pemikiran-pemikiran di atas. Penulis mengambil program
Cahaya Pagi di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) sebagai objek penelitian
karena penulis ingin mengetahui mengapa RASfm tertarik untuk memproduksi program
Cahaya Pagi, apa dan bagaimana program Cahaya Pagi serta apa saja faktor pendukung
dan penghambat dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka batasan dan rumusan
masalahnya adalah:
1. Mengapa RASfm tertarik memproduksi dan menyiarkan program
Cahaya Pagi ?
2. Apa dan bagaimana program Cahaya Pagi di RASfm?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses produksi dan
penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm?
C.
Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka secara intensif. Didapatkan beberapa
skripsi yang mengangkat tema tentang dakwah dan program-program siaran, antara lain:
Skripsi Faradillah (103051028577) dengan judul Analisis Isi Materi Siaran
Keagamaan Cahaya Sore di 95,5 FM Radio Alaikassalam (RASFM) tahun 2007 M/1428
8
Keagamaan OASE: Halal dan Thoyib di Radio Alaikassalam Jakarta tahun 2007M/1427
H.
Namun penulis belum menemukan adannya judul yang membahas atau serupa
dengan judul yang penulis ajukan yaitu tentang Dakwah Melalui Media Elektronik Radio
(Analisis Program Cahaya Pagi Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta {RASfm}).
Dalam penulisan skripsi ini didapatkan beberapa buku yang secara khusus
mengangkat tema tentang dakwah dan program-program siaran, antara lain:
Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Buku ini merupakan buah karya Prof.
Onong Uchjana Effendy, M.A. Buku ini memberikan informasi yang cukup lengkap
mengenai radio siaran.
Ilmu Dakwah. Karya Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag dan Da’wah Komunikatif;
Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Karya Dr, M. Bahri Ghazali,
M.A. Buku ini memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai fungsi dan tujuan
dakwah serta sistem dan unsur-unsur dakwah.
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional serta Buku Program Televisi dari
Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran karya R.M Soenarto. Buku ini banyak menjelaskan
tentang program-program siaran.
D.
Tujuan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah di atas. Maka tujuan penelitian tersebut adalah
untuk mengetahui bagaimana Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) dapat
apa faktor pendukung serta penghambat dalam proses produksi dan penyiaran program
Cahaya Pagi di RASfm.
E.
Signifikansi / Manfaat Penelitian
1. Signifikansi Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sedikit
pemikiran dalam kajian ilmu komunikasi khususnya yang menyangkut studi mengenai
analisis program dakwah di media elektronik radio.
2. Signifikansi Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan, informasi, serta pertimbangan bagi SDM radio agar ke depannya dapat
memberikan program yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
F. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitan deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.11 Penulis berharap
11
10
dengan penelitian deskriptif ini pembaca akan lebih mudah mengerti dan mencerna apa
yang akan penulis sampaikan.
Meminjam salah satu definisi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,
Kirk dan Miller (1986:9) yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri, dan
berpartisipasi (berhubungan) dengan orang-orang tersebut, menggunakan bahasa dan
peristilahan mereka. Kemudian Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.12
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode penelitian yang
bersifat studi kasus (case study) yaitu salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti hanya mempunyai
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana
fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontomporer (masa kini) di dalam konteks
kehidupan nyata.13
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu teknik memperoleh data untuk
keperluan penelitian. Data itu sendiri merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa
12
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 7.
13
data tidak akan ada riset. Data yang akan dipakai dalam riset haruslah benar karena
apabila salah akan menghasilkan informasi yang salah juga.14
a. Data Primer
Data primer yang digunakan penulis adalah wawancara mendalam atau indepth interview dan observasi. Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara mendalam, sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).15 Wawancara dilakukan penulis dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci seperti yang dimaksud dengan interviu terstruktur. Narasumber yang
diwawancarai adalah pihak dari Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) serta
berkompeten memberikan pernyataan atau jawaban. Yaitu Bapak Taufiq Ilham selaku
Staff HRD serta Traffic di RASfm.
Sedangkan observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui
gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti melalui pengamatan
dari dekat dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi ini
dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.16 Ada pun
observasi yang penulis lakukan hanya kepada program Cahaya pagi di radio
Alaikassalam Sejahtera Jakarta.
14
Husain Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 22.
15
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 193-194.
16
Syamir Salam, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
12
b. Data Sekunder
Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan dan mempelajari teori yang diperlukan
dari berbagai literatur di perpustakaan. Selain itu juga data diambil dari bahan tertulis
maupun teori yang didapat pada saat kuliah, arsip-arsip serta company profile.17
4. Teknik Analisis Data
Teknik penelitan dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat kualitatif, pengolahan data difokuskan pada penggalian subjek penelitian (key informan) sedangkan proses analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh
melalui wawancara mendalam dengan narasumber (key informan) dan studi literatur. Kemudian dibaca, dipelajari, dan dianalisa secara kualitatif. Hasil analisa tersebut adalah
data yang tidak berbentuk angka-angka melainkan kalimat-kalimat pernyataan dan
disusun secara sistematis.
G. Sistematika Kepenulisan
Untuk penyajian penelitian dan penulisan, sekaligus memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang materi yang terkandung di dalam skripsi ini. Penulis menyusun
sistematika penulisan skripsi ini ke dalam lima bab. Dengan urutan sebagai berikut :
Bab pendahuluan, pembahasan materi yang terdiri dari tiga bab, dan diakhiri
dengan bab kesimpulan.
Bab pertama : pendahuluan berisi latar belakang masalah yang merupakan
dasar-dasar pemikiran terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, perumusan
17
masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Pada bab dua : penulis mencoba memaparkan tentang ruang lingkup dakwah dan
radio yang terdiri dari pengertian dan tujuan dakwah, subyek, obyek, materi, dan media
dakwah, pengertian radio, sejarah radio, serta perkembangan radio di Indonesia,
karakteristik, dan format stasiun radio.
Bab ketiga : penulis memperkenalkan lebih jauh profil RASfm serta program
Cahaya Pagi di radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta.
Bab keempat : merupakan inti dari penulisan skripsi. Penulis menganalisa
program Cahaya Pagi yang disiarkan radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm).
Bagian terakhir, bab lima merupakan kesimpulan dan saran-saran disertai dengan
14
BAB II
RUANG LINGKUP DAKWAH DAN RADIO
A. Pengertian Dakwah dan Tujuan Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab ”da’wah”. Da’wah
mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ’ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil,
mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menanamkan, menyuruh datang,
mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi.1 Kata
dakwah juga berarti doa (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah dan mengesahkan-Nya (tauhid).2
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan
tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.3
Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar antara lain:
1. Syekh Ali Makhfudh
Dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti
petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari
perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.4
1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2009), cet. Ke-2, h. 6.
2
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 144.
3
Anang Hermawan, Pengertian Dakwah, Artikel ini diakses pada tanggal 22 Mei 2010 dari
http://tri 1405.blogsome.com/2007/05/07/pengertian-dakwah/trackback/.
4
2. Endang S. Anshari
Dalam arti terbatas ialah:menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan,
tulisan, ataupun lukisan. Sedangkan pengertian luas adalah penjabaran,
penterjemahan, dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan
manusia termasuk di dalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan,ilmu
pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan sebagainya.5
3. A.Hasjmy
Dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah
dan syariat yang telah terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah sendiri6
4. Barmawie Umary
Dakwah adalah Penyebaran agama Islam secara luas dan massal. Dakwah
menurut bahasa: mengajak atau mendorong kepada sesuatu tujuan seperti dengan
di’aayah. Dakwah menurut istilah mengajak ke arah kebenaran, amar ma’ruf nahi munkaragar memperoleh sa’adah sekarang dan yang akan datang. Dakwah Islam
adalah ajakan yang berisi amar ma’ruf nahi munkar. Ajakan tersebut tidak cukup
dengan lisan saja, melainkan juga dengan bahasa, perbuatan, dan kepribadian
mulia secara nyata.7
5. M. Quraish Shihab mendefinisikannya
Sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah sesuatu yang
5
S. Anshari, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Interprises, 1976) , h. 87.
6
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 17.
7
Thohir Luth, dan M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) h.
16
tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat.8
2. Tujuan Dakwah
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya
dakwah adalah proses penyampaian mengajak, menyerukan, serta menarik perhatian
manusia ke jalan Allah SWT. Untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan
larangan-Nya dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dan bahwasanya dakwah dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan, dan sudah
termasuk dalam pengertian dakwah itu sendiri, dan tujuan dakwah merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam proses dakwah. Oleh karena itu di bawah ini akan
dijelaskan tujuan dakwah itu sendiri.
1. Tujuan Jangka Pendek
Dalam jangka pendek tujuan kegiatan dakwah itu adalah untuk memberikan
pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya
pemahaman masyarakat tentang Islam maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan
perbuatan yang mungkar dan jahat.9
2. Tujuan Jangka Panjang
Adanya dakwah itu adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat
dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku yang tidak terpuji bagi
masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya membawa kepada
8
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), cet. Ke-22, h. 194.
9
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu komunikasi Da’wah,
kemudaratan dan mengganggu ketentraman masyarakat lingkungannya. Kedua tujuan di
atas secara jelas telah tergambar di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 104.10
M. Natsir menulis dakwah dan tujuannya, beliau memberikan beberapa ulasan
tentang dakwah, terutama tujuannya. Menurut M. Natsir tujuannya adalah:11
a. Memanggil kita kepada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup perorangan
dan persoalan berumah tangga, berjamaah-bermasyarakat, berbangsa-bersuku
bangsa, bernegara, dan berantar negara;
b. Memanggil kita kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang
terbentang luas ini, berisikan berbagai jenis manusia, bermacam pola pendirian
dan kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhadâ `ala an-nâs menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia;
c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.
Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi dan tujuan yang tertentu.
Secara umum tujuan dakwah dalam Alquran adalah :12
a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati. Allah SWT berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
10
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Da’wah, h. 7.
11
Thohir Luth, dan M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 70.
12
18
dan hatinya[606] dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
(QS al-Anfal: 24)13
b. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah (QS
an-Nuh: 7)
“Dan sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS an-Nuh: 7)
c. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
“Orang-orang yang telah kami berikan Kitab kepada mereka[775] bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya Aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya Aku kembali." (QS ar-Rad: 36)14
d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah
13[605] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. Juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk jihad, dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[606] Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia.
14
“Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun[1076].” (QS as-Syura: 13)15
e. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus (QS al-Mukminun: 73)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang
lurus.” (QS al-Mukminun: 73)
f. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam
lubuk hati masyarakat (QS al-Qashshas: 87)
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS al-Qashshas: 87)
B. Subyek, Obyek, Materi Dakwah, dan Media Dakwah
1. Subyek Dakwah
Dai pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah SWT, pengibar panji-panji
Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam
realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah SWT, dai tidak bisa
tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat
menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus
memilki semangat dan ghirah ke-Islaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat
15
20
dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun
untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.16
Secara ideal pendakwah (dai) adalah orang mukmin yang menjadikan Islam
sebagai agamanya, Alquran sebagai pedomannya, Nabi Muhammad SAW sebagai
pemimpim dan teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan
perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikan Islam yang meliputi akidah, syariah,
dan akhlak kepada seluruh manusia.17
Di antara sifat daiyang disebutkan dalam Alquran adalah :18
1. Perintah agar dai istikamah, tidak memperturutkan hawa nafsu, menjelaskan
tentang ketegarannya dalam iman, berbuat adil, dan berusaha berdakwah
sampai pada non-muslim. Allah SWT berfirman : (QS as-Syuraa: 15)
2. Bertawakal dalam berdakwah dari meyakini kebenaran dakwah yang
disampaikan. Allah SWT berfirman: (QS an-Naml: 79-80)
Untuk mewujudkan seorang dai yang profesional yang mampu memecahkan
kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh obyek
16
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 311.
17
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2009), cet. Ke-2, h. 217.
18
dakwah, ada beberapa kriteria. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh
seorang dai secara umum, yaitu :19
a. Mendalami Alquran dan sunah dan sejarah kehidupan Rasulullah serta
khulafaurrasyidin;
b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi;
c. Berani mengungkapkan kebenaran kapan pun dan di mana pun;
d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang
hanya sementara;
e. Satu kata dengan perbuatan;
f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.
2. Obyek Dakwah
Obyek dakwah (mad’u, communicant, audience). Obyek dakwah yaitu
masyarakat sebagai penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok.
Sebagai obyek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hal ini
seorang dai dalam aktivitas dakwahnya, hendaklah memahami karakter dan siapa yang
akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Dai dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, perlu mengetahui klasifikasi dan karakter obyek
19
Sifat-sifat tersebut berpedoman dari para ahli di antaranya adalah yang dikemukakan oleh Syekh Ali Mahfuz menurutnya ada beberapa yang harus dimiliki oleh dai di antaranya adalah:
a. Dai harus berilmu dengan ilmu Alquran;
b. Mengamalkan ilmunya, serta selaras antara perkataan dan perbuatan;
c. Penyantun dan berlapang dada dari sinilah merupakan alat pembuka hati yang akan memberikan daya
untuk menghilangkan penyakit-penyakit hati;
d. Keberanian dalam bertindak dalam membela kebenaran;
e. Bersih dan tidak silau terhadap apa pun yang ada di depan atau di tangan orang lain;
22
dakwah, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima dengan baik oleh
mad’u.20
Mad’u terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu,
menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi,
ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:21
1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta
masyarakat di daerah marjinal dari kota besar;
2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan, dan santri, terutama
pada masyarakat jawa;
3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan orang
tua;
4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai
negeri;
5. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita;
6. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana,
dan sebagainya.
Di samping semua golongan mad’u di atas, ada lagi penggolongan yang
berdasarkan responsi mereka. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah, mereka
dapat digolongkan :22
20
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Amzah, 2009), h. 15.
21
H.M. Arifin, Psikologi dakwah (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 13-14.
22
a. Golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara aktif
memberi dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan dakwah. Mereka juga
berusaha mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya dakwah dan
bahkan mereka bersedia berkorban segalanya untuk kepentingan Allah SWT;
b. Golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi
dakwah;
c. Golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya
dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi atau
meninggalkan dakwah.
3. Materi Dakwah (Maddah)
Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai pada
mad’u yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab
semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam.23
Menurut Dr. Quraish Shihab, mengatakan bahwa pokok-pokok materi dakwah itu
tercermin dalam tiga hal, yaitu :24
1. Memaparkan ide-ide agama sehingga dapat mengembangnkan gairah generasi
muda untuk mengetahui hakikatnya melalui partisipasi positif mereka;
2. Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun,
khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan budaya;
23
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71.
24
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
24
3. Studi tentang pokok-pokok agama yang menjadikan landasan bersama demi
mewujudkan kerjasama antar agama tanpa mengabaikan identitas masing-masing.
Pada saat sekarang, materi-materi yang disajikan cenderung dikaitkan dengan
kehidupan kemasyarakatan. Pada dasarnya materi-materi tersebut dapat tercermin dalam
tiga hal, yaitu :
1. Bagaimana ide-ide agama dipaparkan sehingga dapat mengembangkan gairah
generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya melalui partisipasi positif
mereka;
2. Sehubungan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun,
khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan budaya;
3. Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang menjadi sumber pokok
sebagai agama yang dapat menjadi landasan bersama demi mewujudkan
kerjasama antar-pemeluk tanpa mengabaikan identitas masing-masing.
Karena luasnya ajaran Islam maka setiap dai harus selalu berusaha dan
terus-menerus mempelajari dan menggali ajaran agama Islam serta mencermati tentang situasi
dan kondisi sosial masyarakat, sehingga materi dakwah dapat diterima oleh obyek
dakwah dengan baik. Namun pada dasarnya materi dakwah itu tergantung dengan
dakwah yang hendak dicapai. Materi dakwah sudah tentu prinsip-prinsip ajaran itu
sendiri mencakup ibadah, akidah, syariah, dan muamalah yang meliputi seluruh aspek
kehidupan di dunia ini.
Karena itu materi dakwah harus dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan
rohaninya, akal dan jiwanya. Artinya, materi dakwah yang disampaikan harus dapat
menggugah aspek akal dan aspek emosi penerimanya, serta berkaitan dengan kebutuhan
jasmaninya.25
4. Media Dakwah
Kepentingan dakwah terhadap adanya alat atau media yang tepat dalam
berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan media dakwah akan
lebih mudah diterima oleh komunikan (mad’u)nya. Pemanfaatan media dalam kegiatan
dakwah mengakibatkan komunikasi antara dai dan mad’u atau sasaran dakwahnya akan
lebih dekat dan mudah diterima. Media dakwah juga memerlukan kesesuain dengan bakat
dan kemampuan dainya, artinya penerapan media dakwah harus didukung oleh potensi
dai sebab alat atau media dakwah pada dasarnya sebagai menyampaikan pesan-pesan
dakwah terhadap mad’unya.26
Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan,
tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.27
1. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan
suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya;
2. Tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk,
flash-card, dan sebagainya;
3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya;
25
Ali aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 107.
26
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12.
27
26
4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera pendengar atau
penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap, internet, dan
sebagainya;
5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat
dinikmati serta didengarkan oleh mad’u.
Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh
komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, yang
apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau kedua-duanya.28 Demikian
juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas
sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapat menunjang proses kegiatan dakwah
Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang Islami dapat
terwujud. Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif
menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu
elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.29
Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus benar-benar
dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya apabila media
dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad`u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi.
Dalam abad informasi sekarang ini, dakwah tidak bisa tidak harus semaksimal
mungkin menggunakan media massa modern seperti : radio, televisi, film, pers, internet,
28
Onong Ujana Efendi, Kamus Komunikasi (Bandung: CV Mandar Maju, 1989), h. 220.
29
Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung: CV Diponogoro,
dan sebagainya. Tak ada yang dapat membatah kemampuan media massa ini dalam
penyebaran suatu agama.
Media massa yang mutlak harus dipergunakan dalam pelaksanaan dakwah Islam,
yang memiliki efektivitas yang tinggi, antara lain adalah radio. Kelebihan-kelebihan radio
sebagai media dakwah adalah :30
a. Bersifat langsung
Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang
kompleks sebagaimana penyampaian materi dakwah lewat pers atau majalah
umpamanya. Dengan mempersiapkan secarik kertas, dai dapat secara langsung
menyampaikan dakwah di depan mikrofon.
b. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan
Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa
siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan selain waktu, ruang pun bagi
radio siaran tidak merupakan masalah, bagaimana pun jauhnya sasaran yang
dituju. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain
dapat diatasi dengan media radio ini.
c. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat
Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang
ada padanya, yakni: musik, kata-kata, dan efek suara.
30
28
d. Biaya yang relatif murah
Di banyak negara di dunia ketiga Asia, Afrika, dan Amerika Latin, radio
umumnya telah menjadi media utama yang kaya maupun yang miskin. Bedanya
hanya kecanggihan dari radio itu sendiri.
e. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis
Di samping keuntungan-keuntungan di atas radio juga memiliki keuntungan lain.
Siaran radio tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis khalayak. Di
beberapa Negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis populasinya labih dari
60% jutaan orang tersebut tidak disentuh oleh media massa lain kecuali bahasa
radio dalam bahasa mereka.
C. Pengertian Radio dan Sejarah Radio
1. Pengertian Radio
Radio sebagai media massa elektronik muncul setelah adanya beberapa penemuan
teknologi telepon, fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak), dan rekaman suara.31
Radio adalah teknologi yang mampu melakukan pengiriman sinyal melalui modulasi
gelombang elegtromagnetik. Gelombang ini melintas lewat udara dan ruang hampa.32
Radio secara etimologi adalah pengiriman suara atau bunyi melalui udara.33
Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio ialah medium untuk bercerita yang dalam
31
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga, 1984), cet.
Ke-2, h. 15.
32
Ario, Pengertian Radio, Artikel diakses pada 06 Juli 2010 dari
http://www.total.or.id/info.php?kk=radio%20frequency.
33
permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita, namun di dalam
bercerita itu diikuti faktor lain yang membedakannya dengan surat kabar yaitu efek suara,
musik, dan dialog.34
Sebagai media, radio merupakan alat atau sarana yang di dalamnya terkandung
arti penerangan, ajakan, pendidikan, dan hiburan yang mampu menggugah manusia untuk
berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran. Dalam arti dari segi manfaatnya khalayak
akan mendapatkan hiburan yang dapat dijadikan suatu kegiatan yang bersifat positif.
Dengan radio khalayak dapat memperoleh informasi tentang kemajuan zaman, terlebih
lagi radio bisa berfungsi dalam mengadakan perubahan persepsi dan perilaku seseorang
atau masyarakat. Hal ini terjadi karena radio mempunyai sifat-sifat khas yang dapat
dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya yaitu menyampaikan pesan dan informasi
kepada masyarakat.
Dengan sifat auditif, radio terbatas kepada rangkaian suara atau bunyi yang hanya menerpa indera telinga saja, karena radio tidak menuntut khalayak untuk memiliki
kemampuan membaca, juga melihat melainkan cukup dengan sekedar mengandalkan
kemampuan mendengar.35
2. Sejarah Radio
Radio telah menjalani proses perkembangan yang cukup lama sebelum menjadi
media komunikasi massa seperti dewasa ini.
Donald McNicol dalam bukunya “Radio Conquest of Space” menyatakan, bahwa
“terkalahkannya ruangan angkasa oleh radio” (the Conquest of space of radio) dimulai
34
Ton kertapati, Dasar-Dasar Publistik (Jakarta: Soeroengan, 1996), vol. 3, h. 3.
35
Muryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h.
30
pada tahun 1802 oleh Dane, yakni ditemukannya suatu penerima pesan (message) dengan jarak pendek menggunakan kawat peraliran listrik.
Di dalam buku “Instruction to Radio and Television” yang ditulis oleh David C.
Philips, John M. Grogan dan Earl H Ryan, dijelaskan, bahwa penemuan bagi kemajuan
radio adalah ketekunan tiga orang cendekiawan muda. Di antaranya seorang ahli teori
ilmu alam berkebangsaan Inggris bernama James Maxwell yang mendapat julukan
“Scientific Father of Wireless” berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis. Rumus ini ditemukannya pada tahun 1865.
berdasarkan teorinya itu, ia mengatakan bahwa gerakan magnetis dapat mengarungi
ruang angkasa secara bergelombang dengan kecepatan tertentu yang diperkirakan sama
dengan kecepatan cahaya, yakni 186.000 mil per detik.
Adanya gelombang elegtromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan
jalan eksperimen. Selain membuktikan bahwa rumus Maxwell adalah benar, Hertz juga
dapat membuktikan bahwa dengan suatu permukaan dari logam yang cocok.
Gelombang-gelombang elegtromagnetis itu bisa direfleksikan kepada suatu cahaya. Ini terjadi pada
tahun 1884.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, guglielmo Marconi yang terkenal
sebagai penemu telegrap tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk
tujuan yang praktis. William Albig dalam bukunya “Modern Public Opinion”
memberikan penjelasan, bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa
Di Amerika Serikat, adalah Dr. Lee De Forest yang mengembangkan penemuan
Marconi itu, yakni tahun 1906, dengan memperkenalkan lampu vakumnya (vakum tube), yang memungkinkan suara dapat disiarkan.
Dr. Lee De Forest dianggap sebagai pelopor radio, dan karena itu dijuluki “the father of radio”. Itu terjadi pada tahun 1916. Untuk beberapa tahun lamanya percobaan -percobaan untuk mengembangkan radio siaran ini agak terlambat karena pecahnya
Perang Dunia I. Alat-alat radio pun dikerahkan untuk kepentingan peperangan. Sampai
tahun 1919 siapa pun tidak diizinkan untuk mengusahakan radio siaran.
Dr. Lee De Forest juga yang mula-mula menyiarkan berita radio, sedang yang
melakukan eksperimen menyiarkan musik ialah Dr. Frank Conrad seorang ahli pada
Westinghouse Company di Pittsburg Amerika Serikat (tahun 1919).
Mulai pada tahun 1920 masyarakat Amerika telah dapat menikmati radio siaran
secara teratur berbagai programnya dan pada tanggal 20 November 1920 stasiun radio
KDKA menyiarkan kegiatan pemilihan umum untuk memilih presiden (Harding-Cox
Presidential Election) yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan
teratur kepada masyarakat.
Sejak saat itu, radio mengalami kemajuan yang sangat pesat. Apabila pada bulan
Januari 1922 hanya ada 30 stasiun radio, pada bulan Maret 1923 meningkat menjadi 556
buah. Jumlah pesawat penerima dari 50.000 buah pada tahun 1921 menjadi 600.000 lebih
pada tahun 1922.
Di bidang teknologi, usaha untuk menyempurnakan radio siaran itu telah
32
Frequency Modulation (F.M) sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (A.M)
yang biasa digunakan radio siaran.
Keuntungnan FM dari AM ialah :
1. Dapat menghilangkan Interference (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau listrik);
2. Dapat menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama;
3. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga manusia yang sensitif.
Pada bulan Desember 1922 di Inggris didirikan badan radio siaran yang diberi
nama British Broadcasting Company. Perkembangannya tidak sepesat di Amerika. Pada
bulan Januari 1923 delapan buah stasiun dioprasikan, dan baru bulan Januari 1925 dapat
mengadakan siaran setiap hari secara teratur, itu pun dengan syarat bahwa programnya
harus memuaskan pihak direktur jendral pos.
Dewasa ini radio siaran di Inggris merupakan kedua terbesar di dunia sesudah
Amerika Serikat. Di bidang siaran luar negeri Inggris adalah satu-satunya yang
menyiarkan programa 24 jam non stop dalam hampir semua bahasa nasional di dunia. 36
D.
Perkembangan Radio Di Indonesia
1. Zaman Penjajahan Belanda
Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederland Indie –
Hindia Belanda), ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya
didirikan pada tanggal 16 Juni 1925.
36
Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Radio siaran di Indonesia semasa penjajahan Belanda dahulu mempunyai status
swasta. Karena sejak adanya BRV, maka muncullah badan-badan radio siaran lainnya
Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan,
Solesche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse Vereniging voor Radio
Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, Vereniging voor Oosterse Radio Luisteraars (VORL)
di Bandung, Vereniging voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chineese en
Inheemse radio Luisteraars Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse
Radio Omroep (EMRO) di Madiun, Radio Semarang di Semarang dan lain-lain.
Munculnya perkumpulan-perkumpulan radio siaran di kalangan bangsa Indonesia
disebabkan kenyataan, bahwa NIROM yang mendapat bantuan dari pemerintah Hindia
Belanda itu lebih bersifat perusahaan yang mencari keuntungan finansial dan membantu
kukuhnya penjajahan Belanda menghadapi semangat kebangsaan di kalangan penduduk
pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah tahun 1928.
Sebagai pelopor timbulnya radi