SKRIPSI
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI
TERHADAP PENDAPAT AUDIT ATAS
KELANGSUNGAN USAHA
OLEH:
CHANDRA WIJANARKO
[104082002716]
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI
TERHADAP PENDAPAT AUDIT ATAS
KELANGSUNGAN USAHA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Chandra Wijanarko NIM :104082002716
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Wiwik Utami, Ak., M.Si Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si NIP. 131 664 643 NIP. 150. 377. 440
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Hari Kamis, Tanggal 12 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Chandra Wijanarko, NIM: 104082002716, dengan judul skripsi “PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI TERHADAP PENDAPAT AUDIT ATAS KELANGSUNGAN USAHA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM
Ketua Sekretaris
Hari Jumat, Tanggal 28 Bulan November Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Chandra Wijanarko, NIM: 104082002716, dengan judul Skripsi “PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI TERHADAP PENDAPAT AUDIT ATAS KELANGSUNGAN USAHA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
P
ERSONALD
ATA! " # $
% & $
$$ ' ( ) '* ! ++,- !. + + / 0)
1 , +
+ 2 3443 +
# 0 + 4 4 +3 + 4* 44 *
5 "' $6" '
7 $7 ) +,6% '
E
DUCATIONF
ORMAL++, 8 ++ 1 &$ 9 : $ % 1% ; % )
< ) % 5 $ 1 1 $ # "
) " = ) ">
++* 8 ++, 9 : $ % & $ < ) % ) ) 1 $
# " $ / )
+++ 8 ++* *, 1 ; " 1 1 )
3 8 +++ ) ; " 1 1 )
8 3 + 5 % 1 / 0) 1 )
I
NFORMAL++ 8 ++, / 2/& < . :
O
RGANIZATIONALE
XPERIENCE++4 8 ++3 )0 ! : $ ) "
1 ) 5? ) : 9&
++ 8 ++4 1 : $ ) "
1 ) 5? ) : 9&
++ 8 ++* 1 : $ !@;&1 =!
&$ > *,
ABSTRACT
Audit skills and independence are the characteristics that auditors must have. The objective of this research are to analyze the influences of auditors’ audit skills and independence towards audit opinion about going concern.
This research use convenience sampling method using auditors in DKI Jakarta as population. Research design which is used is quasi-experiment. Experimental design is used and the purpose is to find out auditors’ opinion about a company’s going concern, by every conditions and evidences. Treatments are given by different questionnairs to the respondents that have been chosen randomly. 77 respondents are participated in this research. Questionnairs that used are adopted of Mayangsari (2003) and Suartana (2007). Two Ways ANOVA (Analysis of Variance) and normality data tests are used to analyse data.
The result of this research shows that: (1) audit skills aren’t influenced audit opinion issue, (2) independence influence audit opinion issue, (3) since there is no interaction between skills and independence, skills and independence aren’t influences audit opinion issue. This research can’t be easily generalized in the real condition, since the manipulation of skills and independence are not the same with the real situation. However, auditors must increase their skills and independence to fulfill their job professionalism necessity.
ABSTRAK
Keahlian audit dan independensi adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh auditor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari keahlian audit dan independensi yang dimiliki auditor terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling dengan populasi akuntan publik di DKI Jakarta. Rancangan riset yang digunakan adalah eksperimen semu. Rancangan eksperimen digunakan dengan tujuan mengetahui pendapat auditor tentang kelangsungan usaha sebuah perusahaan dengan berbagai macam kondisi dan bukti yang terjadi. Treatment diberikan dengan cara memberikan kuisioner yang berbeda kepada responden yang telah dipilih secara acak. Sebanyak 77 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuisioner yang digunakan mengacu pada Mayangsari (2003) dan Suartana (2007). Analisis data dilakukan dengan menggunakan Two Ways ANOVA (Analysis of Variance) dan uji normalitas data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keahlian audit tidak berpengaruh terhadap pemberian pendapat audit, (2) independensi berpengaruh terhadap pemberian pendapat audit, (3) tidak ada interaksi antara keahlian dan independensi, sehingga keahlian dan independensi tidak mempengaruhi pemberian pendapat audit. Hasil penelitian ini belum tentu dapat digeneralisasi pada kondisi sesungguhnya, karena manipulasi keahlian dan independensi mungkin tidak sama dengan keadaan sebenarnya yang dihadapi auditor di lapangan. Namun, auditor tetap harus meningkatkan keahlian dan independensi untuk memenuhi tuntutan profesionalisme pekerjaannya.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillahirrobbil’alamin.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas izin, berkah, rahmat dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. beserta para sahabatnya yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, ucapan terima kasih dan doa penulis berikan kepada:
1. Keluarga penulis, khususnya Bapak &Ibu tercinta, yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga doa, cucuran keringat, pengorbanan dan seluruh materi yang diberikan tidak akan sia-sia, sehingga anakmu bisa menjadi sukses dan bisa membahagiakanmu kelak.
2. Kepada adik-adik penulis (Devi&Lucky), thanks for being my best sister&brother. Kita harus membahagiakan & membanggakan orang tua kita, ya... Makasih Pi, udah dikoreksi abstraknya...
3. Ibu Dr. Wiwik Utami, Ak., M.Si, selaku dosen Pembimbing I yang selalu sabar membimbing, memberikan solusi untuk setiap permasalahan yang muncul dan meluangkan waktunya demi terselesaikannya penelitian ini.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si, selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan membantu memecahkan masalah selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA dan Bapak Amilin, SE., Ak., M.Si, selaku Kajur dan Sekjur Akuntansi.
6. Dosen-dosen jurusan Akuntansi; Pak Hepi, Bu Rini, Pak Afif, Bu Rahma, Bu Hari, Pak Fuat (my idol) dll. Terima kasih atas ilmu yang diberikan, semoga ALLAH membalas amal Bapak&Ibu semua.
ALLAH ya... Dan semoga ALLAH selalu menjaga kita hingga saatnya nanti... Maafin aQ ya, dE’... LuV uUu, Beyb... ^_^
8. Kawan-kawan di Akuntansi D 2004. Makasih atas kebersamaannya, saya senang bisa kenal dan bersahabat dengan kalian semua, khususnya Bagus, Ahmed, Rods, Sugin, Anca, Hendri, Uking, Juned, Nofan, Wirdil, Anton dan (Alm.) Andri (semoga ALLAH selalu menjagamu disana, sobat).
9. Kawan-kawan di kelas Auditing 2004. Waktu yang cukup singkat namun cukup berkesan. Terima kasih mau berbagi ilmu dan bikin pengetahuan saya nambah. 10.Untuk Taufik (h@te), Denok, Putri, Nicca, Endah, k’Wulan, Lidya, Baha dll yang
telah membantu mendistribusikan kuesioner dan mengolah data.
11.BEMJ Akuntansi, tahun 2005-2006 dan 2006-2007. Makasih atas kebersamaannya dan ilmunya, sehingga saya ga bosen cuma kuliah aja...
12.Kakak-kakak saya, k’Vera dan k’Tia, yang mengajarkan saya untuk menjadi lebih dewasa.
13.Staf perpustakaan FEIS, Pak Juhro dan Pak Ali, terima kasih atas bantuannya. Maaf kalo kadang-kadang saya telat balikin buku...
14.Seluruh staf akademik, keuangan dan bagian umum FEIS & khususnya Ibu Dewi di jurusan Akuntansi, terima kasih atas bantuan dan kontribusinya.
15.Tim futsal Baliview; Doni, Rama, Parwis, Aris, Opung, Lutfi dll. Makasih udah bikin badan jadi lebih sehat. Tetap kompak selalu, kawan...
16.Kawan-kawan Akuntansi angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menjadi teman kuliah yang baik dan berkesan.
17.My Best Friend, ”Belalang TempurKu”, yang selalu setia menemani saat pergi pulang kuliah atau kemanapun hati ini menentukan. Tak pernah mengeluh saat panas ataupun hujan. Thanks ya, Bro...
18.Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam menyelesaikan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Harapan penulis, semoga segores tinta yang terdapat dalam karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 6 November 2008 Wassalam,
Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
ABSTRACT ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Perumusan Masalah ……… 5
C. Tujuan Penelitian ……… 6
D. Manfaat Penelitian ……….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keahlian Audit ……… 8
B. Independensi ………... 12
C. Pendapat Audit Atas Kelangsungan Usaha ………. 18
D. Keahlian Audit, Independensi dan Pendapat Audit ……… 20
E. Penelitian Terdahulu ………... 23
F. Hipotesis ………. 26
G. Model Penelitian ………. 27
A. Ruang Lingkup Penelitian……… 28
1. Populasi……….. 28
2. Sampel……… 28
B. Metode Penentuan Sampel……….. 28
C. Metode Pengumpulan Data……….. 29
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya………. 30
E. Instrumen Penelitian ………... 32
1. Manipulasi Independensi ...………... 33
2. Manipulasi Keahlian Audit ... 34
F. Teknik Analisis……… 34
Analysis of Variance (ANOVA) ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian………. 38
1. Tempat dan Waktu Penelitian……… 38
2. Response Rate... 39
3. Profil Responden……… 41
B. Analysis of Variance (ANOVA) ... 50
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...……….. 55
B. Implikasi ...……… 55
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terkait ... 25
Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian ... 31
Tabel 4.1. Daftar Nama-Nama KAP yang Menjadi Responden ... 39
Tabel 4.2. Data Distribusi Kuesioner Penelitian ... 40
Tabel 4.3. Demografi Responden untuk Kuesioner Berwarna Merah ... 42
Tabel 4.4. Demografi Responden untuk Kuesioner Berwarna Biru ... 46
Tabel 4.5. Pengukuran Data ... 50
Tabel 4.6. Uji Levene’s Test ... 50
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1. Model Penelitian ... 27
Gambar 4.1. Persentase Pengembalian Kuesioner Warna Merah ... 41
Gambar 4.2. Persentase Pengembalian Kuesioner Warna Biru ... 41
Gambar 4.3. Persentase Jenis Kelamin Responden Kuesioner Merah ... 43
Gambar 4.4. Persentase Usia Responden Kuesioner Merah ... 43
Gambar 4.5. Persentase Jabatan Responden Kuesioner Merah ... 44
Gambar 4.6. Persentase Pengalaman Kerja Responden Kuesioner Merah ... 44
Gambar 4.7. Persentase Pendidikan Terakhir Responden Kuesioner Merah .. 45
Gambar 4.8. Persentase Keahlian Khusus Lain Responden Kuesioner Merah 45 Gambar 4.9. Persentase Jenis Kelamin Responden Kuesioner Biru ... 47
Gambar 4.10. Persentase Usia Responden Kuesioner Biru ... 47
Gambar 4.11. Persentase Jabatan Responden Kuesioner Biru ... 48
Gambar 4.12. Persentase Pengalaman Kerja Responden Kuesioner Biru ... 48
Gambar 4.13. Persentase Pendidikan Terakhir Responden Kuesioner Biru ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang
dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui asumsi going concern. Sebuah perusahaan didirikan tentunya diharapkan agar bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama dan panjang, tidak untuk waktu sesaat saja. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar terus dapat bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor tentu mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007). Oleh karena itu, evaluasi mengenai going concern perusahaan merupakan pekerjaan krusial bagi seorang auditor (Suartana, 2007).
Seorang auditor harus mampu menilai kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif tentang kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Auditor akan berhadapan dengan bukti-bukti yang kompleks dan bisa saja satu dengan yang lainnya saling berhubungan atau bahkan bertentangan. Bukti-bukti tersebut akan sangat menentukan opini audit atas laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit tersebut menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Sebelum melakukan investasi, investor tentunya ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh karena itulah, keberadaan
auditor sangat diandalkan.
kelangsungan hidupnya, tergantung dari kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah klien dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak. Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat auditor menyangkut going concern perusahaan (Mayangsari, 2003).
Kondisi tersebut dapat terjadi karena pemberian pendapat tentang sesuatu yang bersifat prediktif sangat kompleks dan bukan hal yang mudah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan pendapat terhadap kelangsungan hidup
sebuah perusahaan, diantaranya kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor (Barnes dan Huan, 1991 dalam Mayangsari, 2003). Sedangkan menurut Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003), faktor pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit dan kemampuan prediksi auditor. Selain itu, integritas dan kompetensi juga merupakan faktor yang mendukung kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan (Pincus, 1990 dalam Mayangsari, 2003).
Berdasarkan beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa keahlian dan independensi yang dimiliki auditor sangat mempengaruhi kinerja auditor dalam memberikan pendapat audit dan kualitas audit secara keseluruhan. Dua faktor tersebut merupakan faktor utama yang harus dipenuhi seorang auditor dalam melakukan tugas audit berkaitan dengan kualifikasi dan mutu pekerjaan auditor sesuai dengan Standar Audit yang Berlaku Umum (Boynton et. al., 2003).
Selain keahlian, faktor lain yang sangat penting dalam memberikan pendapat audit adalah independensi auditor. Menurut Knapp (1985) dalam Mayangsari (2003), kemampuan auditor untuk tetap bersikap independen akan mempengaruhi pemberian pendapat audit, meskipun ada tekanan dan intervensi dari pihak manajemen. Faktor independensi ini merupakan salah satu faktor yang sangat sensitif terhadap profesi akuntan publik karena banyak kasus manipulasi bisnis yang melibatkan profesi akuntan publik. Hal tersebut membuat kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik menjadi luntur. Beberapa faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan lama hubungan audit (Shockley, 1981 dalam Ariesanti,
2001).
Menurut Mayangsari (2003), antara keahlian atau kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik yang saling bergantung dan terkait. Auditor diasumsikan memiliki independensi baik secara mental maupun fisik untuk melaksanakan tugas audit serta memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat memberikan pendapat secara obyektif. Schandl (1978) dalam Mayangsari (2003) juga menyatakan bahwa keindependenan auditor berhubungan dengan obyektivitas dan kompetensi. Kedua faktor tersebut mungkin akan mempengaruhi opini auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
lain disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi prediksi tentang going concern perusahaan. Penelitian Rahayu (2007) menyebutkan opini audit sebelumnya dan reputasi auditor akan mempengaruhi prediksi tentang going concern perusahaan. Penelitian Setyarno dkk (2006) juga menyebutkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian dari Mayangsari (2003). Penelitian ini bermaksud menunjukkan keterkaitan antara keahlian dan independensi sebagai dua karakter auditor yang tidak terpisahkan dalam memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Pendapat kelangsungan hidup perusahaan sengaja dipilih oleh peneliti karena banyaknya kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut hal ini.
Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah keahlian audit dan independensi mempunyai pengaruh terhadap auditor dalam memberikan pendapat audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mayangsari (2003) adalah penelitian ini hanya menggunakan auditor sebagai sampel dan tidak menggunakan sampel mahasiswa. Selain itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yang diadopsi dari penelitian Mayangsari (2003) dan Suartana (2007), akan disederhanakan untuk memudahkan responden untuk mengisinya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah keahlian audit yang dimiliki auditor akan mempengaruhi pendapat audit atas kelangsungan usaha?
2. Apakah independensi yang dimiliki auditor akan mempengaruhi pendapat audit atas kelangsungan usaha?
3. Apakah keahlian audit dan independensi yang dimiliki auditor akan mempengaruhi pendapat audit atas kelangsungan usaha?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh dari keahlian audit yang dimiliki auditor terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
2. Menguji pengaruh dari independensi yang dimiliki auditor terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
3. Menguji pengaruh dari keahlian audit dan independensi yang dimiliki auditor terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapat audit atas kelangsungan usaha.
2. Menjadi masukan untuk profesi akuntan publik untuk lebih meningkatkan keahlian dan independensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keahlian Audit
Keahlian dan kemahiran profesional merupakan standar umum yang harus
dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya (Boynton et. al., 2003). Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam melaksanakan audit serta menerbitkan laporan atas temuan. Dalam memenuhi standar ini, seorang auditor yang berpengalaman harus secara kritis melakukan review atas pekerjaan yang dikerjakan dan pertimbangan yang digunakan oleh personil kurang berpengalaman yang turut ambil bagian dalam audit. Standar penggunaan keahlian ini mengharuskan seorang auditor berlaku jujur dan tidak ceroboh dalam melakukan audit.
Secara umum, belum terdapat kesepakatan mengenai definisi keahlian di antara peneliti. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman (Murtanto dan Gudono, 1999). Troter (1986) dalam Murtanto dan Gudono (1999), mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan, sedangkan Hayes-Roth, dkk (1983) dalam Murtanto dan Gudono (1999), mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Dalam beberapa studi auditing, masih belum terdapat definisi yang jelas
dengan pengalaman. Namun menurut Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003), ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Bedard (1989) dalam Mayangsari (2003) menggunakan kombinasi variabel yang berkaitan dengan pengalaman praktis dan pendidikan ke dalam suatu ukuran dari keahlian dengan menggunakan pendekatan analisis faktor, kemudian mengatakan bahwa orang yang ahli dalam bidang audit adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian prosedural yang luas, yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Mohammadi dan Wright (1987) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa
staf yang berpengalaman akan memberikan pendapat yang berbeda dengan staf junior untuk tugas-tugas yang sifatnya tidak terstruktur. Karakteristik tugas yang tidak terstruktur adalah tugas tersebut unik, tidak ada petunjuk pasti untuk dijadikan acuan, lebih cenderung berupa prediksi dan banyak membutuhkan intuisi dalam membuat keputusan. Karakteristik tugas terstruktur adalah tugas tersebut rutin, biasa terjadi dan tidak memberikan pendapat. Pengaruh pengalaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Libby dan Frederick (1990) dalam Sularso dan Na’im (1999) yang mengatakan bahwa pengalaman pemeriksaan dapat meningkatkan pengetahuan pemeriksa tentang sebab dan konsekuensi kekeliruan dalam suatu siklus transaksi.
mendapat pengakuan dari orang lain, tanpa adanya ketentuan yang baku. Dalam hal ini, Shanteau (1987) dalam Murtanto dan Gudono (1999) memberikan definisi operasional seorang yang ahli sebagai orang yang telah diakui dalam profesinya yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi.
Dari beberapa penelitian tersebut, dapat ditunjukkan adanya konsistensi bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi keahlian audit ternyata faktor pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting bagi auditor. Faktor lain yang juga penting adalah psikologi dan strategi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan faktor-faktor seperti kemampuan kognitif dalam berpikir dan analisis tugas bukan merupakan faktor yang penting. Hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999) menunjukkan
komponen keahlian auditor di Indonesia terdiri atas:
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Pengalaman sering digunakan sebagai pengganti dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan.
2. Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan lain, dan kepercayaan kepada keahlian merupakan komponen ciri-ciri psikologis.
4. Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian di dalam mengatasi keterbatasan manusia.
5. Analisis tugas, banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya dan digunakan untuk mengembangkan kerangka umum dari lingkungan tugas dalam audit.
Keahlian juga dapat dilihat dari jenis informasi yang digunakan. Seorang yang ahli cenderung menggunakan informasi yang sifatnya kebalikan dari kondisi
sesungguhnya (atypical) (Mayangsari, 2003). Alba dan Hutchinson (1987) dalam Mayangsari (2003), menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atypical hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan, mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan informasi dibandingkan seseorang yang kurang ahli. Fiske et. al. (1983) dalam Mayangsari (2003), juga menyebutkan hal yang sama, dengan menambahkan keterangan bahwa seorang ahli mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk menampung segala macam informasi yang relevan dibandingkan dengan orang yang kurang ahli.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa keahlian audit dapat diukur atas dasar lamanya pengalaman kerja, jenjang jabatan serta jenis informasi yang digunakan. Peneliti menggunakan variabel lamanya pengalaman kerja dan jenjang jabatan untuk mengukur keahlian audit.
B. Independensi
investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak boleh hanya mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak.
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki oleh auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan audit (Arens et. al., 2003:124). Jika seorang auditor adalah penasihat bisnis untuk kliennya atau mempunyai hubungan khusus, maka auditor tersebut tidak bisa dianggap independen. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis. Definisi lain mengenai independensi adalah:
Independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993:246 dalam Ariesanti, 2001).
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa independensi, merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual seorang akuntan, sedangkan obyektivitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan (Mayangsari, 2003). Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga harus bersikap independen. Meskipun seorang auditor mempunyai keahlian tinggi namun tidak independen, maka publik akan meragukan hasil audit dan kemampuannya.
Mempertahankan sikap dan perilaku yang independen bagi auditor dalam
memenuhi tanggung jawab mereka adalah penting tetapi yang juga penting adalah jika pemakai laporan auditan memiliki kepercayaan atas independensi yang dimiliki auditor. Independensi dapat diidentifikasikan menjadi dua, yaitu independensi dalam fakta (independence in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance) (Arens et. al., 2003:124). Setiap auditor harus memiliki kedua sikap independensi tersebut, karena saling berhubungan erat dan berkaitan satu sama lain. Independensi dalam fakta hadir saat auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias di sepanjang penugasan audit, sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil dari interpretasi lainnya dari independensi ini. Jika auditor independen secara fakta tetapi pemakai laporan auditan yakin auditor tersebut mempunyai hubungan khusus dengan klien, maka sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.
masyarakat meragukan kebebasannya. Jadi, independensi dalam penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Wulandari, 2007).
Independensi sikap mental sulit diketahui oleh masyarakat, oleh karena itu masyarakat cenderung untuk menilai independensi penampilan akuntan publik daripada independensi sikap mental. Rusaknya independensi penampilan suatu kantor akuntan publik tidak hanya merusak kepercayaan masyarakat terhadap kantor akuntan yang bersangkutan tetapi juga merusak kepercayaan terhadap profesi akuntan publik secara keseluruhan (Wulandari, 2007).
Mulyadi (1986) dalam Wulandari (2007), menjelaskan bahwa independensi
mempunyai tiga aspek, yaitu:
1. Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran di dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dijumpainya di dalam pemeriksaannya.
2. Independensi dipandang dari sudut pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya, seseorang dapat mempertimbangkan fakta mengenai pemeriksaan fakta tersebut.
Supriyono (1988) dalam Ariesanti (2001) telah melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik, besarnya fee audit, lamanya penugasan audit, ukuran kantor akuntan publik, dan pemberian jasa lain selain jasa audit dapat merusak independensi auditor.
Deis dan Groux (1992) dalam Alim et. al. (2007) mengatakan bahwa pada konflik kekuatan, klien dapat menekan untuk melawan standar profesionalnya dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara akan melakukan auditor. Hal ini dapat membuat
auditor tidak akan dapat bertahan dari tekanan klien tersebut, sehingga menyebabkan independensi mereka melemah. Kondisi ini akan sangat menyudutkan posisi auditor sehingga ada kemungkinan bahwa auditor akan melakukan apa yang diinginkan klien, termasuk dalam pemberian opini. Posisi tersebut sangat dilematis bagi auditor karena mereka ditekan untuk memenuhi keinginan klien, sedangkan di sisi lain tindakan tersebut dapat melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, nampak bahwa pemberian opini auditor merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kantor akuntan dan menyebabkan klien berganti kantor akuntan, karena klien cenderung mengharapkan pemberian opini yang baik dari kantor akuntan publik yang dipilihnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pendapat oleh auditor dapat tidak obyektif jika auditor tidak independen (Mayangsari, 2003).
Beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten dan berbeda ini menarik untuk diteliti kembali, terutama mengenai auditor yang ada di Indonesia. Pengujian kembali suatu hasil penelitian yang saling bertentangan dengan kondisi yang lebih spesifik juga didukung oleh pernyataan Otley et. al. (1994) dalam Sularso (1999), yang mengatakan bahwa replikasi dengan kondisi yang berbeda akan dapat menempatkan keyakinan pada suatu hasil penelitian sebelumnya pada tingkat yang lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor ukuran kantor akuntan publik, lama hubungan audit, besarnya fee audit, persaingan antar kantor akuntan publik, dan tekanan dari klien sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor.
C. Pendapat Audit Atas Kelangsungan Usaha
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugaskan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas yang diperiksanya. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam laporan audit. Laporan audit merupakan bagian terpenting dalam suatu proses audit karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan apa kesimpulan yang diperolehnya. Pendapat audit diberikan auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Dengan demikian, auditor dalam memberikan pendapatnya telah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh entitas adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan (Setiawan, 2006 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007). Menurut Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan hutang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan
kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang untuk menentukan pendapatnya mengenai going concern entitas (Setyarno et. al., 2006).
Chen dan Church (1992) dalam Setyarno et. al. (2006), menyatakan bahwa perusahaan yang bermasalah setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria berikut: (1) ekuitas yang negatif, (2) arus kas yang negatif, (3) laba operasi yang negatif, (4) modal kerja yang negatif, (5) laba bersih yang negatif, atau (6) laba ditahan yang negatif.
D. Keahlian Audit, Independensi dan Pendapat Audit
Barnes & Huan (1991) dalam Mayangsari (2003), juga mengatakan bahwa kesalahan opini auditor dipengaruhi oleh faktor kompetensi dan independensi. Penelitian mereka menyebutkan bahwa kompetensi dan independensi adalah sikap yang tidak saling mempengaruhi. Dalam penelitian tersebut, independensi diartikan sebagai ketergantungan auditor terhadap informasi kualitatif. Pertama kali, auditor diberikan informasi kuantitatif yang berupa laporan keuangan dan sejumlah rasio keuangan yang dibutuhkan. Kemudian auditor diminta menganalisa kelangsungan hidup perusahaan tersebut dan memberikan pendapatnya. Pada tahap kedua, auditor diberikan sejumlah informasi kualitatif dan diminta memberikan pendapat terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa auditor mengubah pendapatnya
setelah menerima informasi kualitatif. Perubahan tersebut cenderung pada opini yang benar dibandingkan opini sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit berkaitan erat dengan struktur pengetahuan yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, dan ekonomi yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian opini audit (Mayangsari, 2003).
Peneliti memilih tugas pemberian pendapat terhadap kelangsungan hidup perusahaan dalam penelitian ini dengan maksud untuk menguji kembali hipotesis mengenai self-fulfilling prophecy effect yang mengatakan bahwa seseorang berharap
pihak lain akan bertingkah laku atau membuat keputusan sesuai dengan kehendaknya (Mayangsari, 2003). Dengan demikian, seseorang yang menginginkan harapannya terpenuhi, akan melakukan tindakan-tindakan yang dapat memaksa seseorang untuk bertindak sesuai yang diharapkan.
DeAngelo (1981) dalam Setyarno et. al. (2006), menyatakan bahwa auditor dengan skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan auditor dengan skala kecil. Auditor dengan skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen tersebut menunjukkan bahwa auditor dengan skala besar memiliki insentif yang lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah going concern kliennya. Auditor dengan skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor dengan skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor, akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno et.
al., 2006).
E. Penelitian Terdahulu
Mayangsari (2003) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pemberian pendapat audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa auditor yang ahli dan independen cenderung memberikan pendapat yang benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut. Selain itu, auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Auditor yang ahli lebih memperhatikan informasi yang tidak sejenis (atypical) daripada auditor yang non ahli.
terdapat faktor-faktor lain. Karakteristik lain yang juga penting meliputi kategori ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, dan analisis tugas. Rangking kategori karakteristik dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ciri-ciri psikologis merupakan kategori yang terpenting dalam menentukan keahlian audit, diikuti kategori karakteristik keahlian lainnya.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mayangsari (2003). Penelitian ini mencoba untuk mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai pengaruh keahlian audit dan independensi dalam menentukan pendapat audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mayangsari (2003) adalah penelitian ini hanya menggunakan akuntan publik sebagai responden dan hanya akan menguji hipotesis mengenai pengaruh keahlian audit
[image:33.612.102.498.367.769.2]dan independensi terhadap pemberian pendapat audit. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa keahlian audit dan independensi merupakan karakteristik yang terpisah karena keduanya berdiri sendiri, meskipun mempunyai ketergantungan.
Tabel 2.1. Penelitian Terkait
Peneliti Tahun Variabel Hasil
Sekar Mayangsari
2003 Independen: keahlian audit, independensi, jenis
informasi
Dependen: pendapat audit, nilai recall test
Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut. Auditor yang ahli memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit.
I Wayan Suartana
2007 Independen: urutan bukti, pengalaman, self review Dependen: kelangsungan hidup perusahaan
Murtanto dan Gudono
1999 Karakteristik-karakteristik yang menentukan keahlian audit selain pengetahuan dan pengalaman, terdiri dari lima kategori: komponen
pengetahuan, ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, kemampuan berpikir, dan analisis tugas.
Lima kategori yang terpenting berdasarkan rangkingnya adalah ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berpikir, dan analisis tugas.
Alia Ariesanti
2001 Independen: keahlian (pengalaman dan pengetahuan)
Dependen: independensi (lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien, dan telaah dari rekan auditor) Dependen: kualitas audit
Menurut persepsi auditor, hanya pengetahuan yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Lama ikatan dengan klien dan tekanan dari klien tidak merusak independensi auditor, sedangkan telaah rekan sejawat berpengaruh terhadap kualitas audit walaupun tidak signifikan. Mirna Dyah
Praptitorini dan Indira
Januarti
2007 Independen: kualitas audit, debt default, opinion shopping
Dependen: opini audit going concern
Kualitas audit dan debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern, sedangkan opinion shopping berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Eko Budi
Setyarno, Indira Januarti,
Faisal
2006 Independen: kualitas audit, kondisi keuangan
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan Dependen: opini audit going concern
Kondisi keuangan perusahan dan opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi opini audit going concern secara signifikan, sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
F. Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori, hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha2: Independensi yang dimiliki auditor berpengaruh terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
Ha3: Keahlian audit dan independensi yang dimiliki auditor berpengaruh terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha.
G. Model Penelitian
[image:35.612.98.513.160.577.2]
Gambar 2.1. Model Penelitian
Keahlian Audit
Independensi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah profesi akuntan, yaitu akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta.
2. Sampel
Sampel (obyek) dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta, baik KAP besar, menengah atau kecil. Pihak yang menjadi responden akuntan publik pada setiap KAP adalah yang memiliki jabatan auditor junior sampai pemilik KAP atau managing partner. Metode sampel yang digunakan adalah non probability sampling, yaitu convenience sampling. Alasan pemilihan metode sampel ini karena datanya mudah diperoleh peneliti dan kebebasan untuk memilih sampel dari populasi yang paling cepat dan mudah ditemui untuk memberikan informasi.
B. Metode Penentuan Sampel
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan diperoleh dari berbagai sumber, antara lain penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Pada penelitian kepustakaan, data dikumpulkan dari berbagai jurnal, buku dan literatur lainnya yang menunjang penelitian ini, khususnya mengenai landasan teori dan permasalahan yang akan dibahas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer (primary data) yang dilakukan dengan metode survei. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yang menggunakan pertanyaan lisan atau tertulis. Teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner, yaitu kuesioner secara personal (Personally Administrated Questionnaires). Kuesioner telah didesain sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawaban yang mungkin dipilih sehingga responden lebih mudah untuk mengisi kuesioner. Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dengan mendatangi tempat akuntan bekerja dan diterima langsung oleh peneliti atau dengan menitipkan melalui kawan yang bekerja di KAP atau mempunyai kerabat yang bekerja di KAP. Hal ini diharapkan agar data yang diberikan dapat langsung diterima dan diolah oleh peneliti. Kuesioner yang disebarkan berjumlah + 114 buah kuesioner yang disebarkan dan diterima mulai tanggal 1 Juli 2008 sampai 28 Agustus 2008 ( + 2 bulan).
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah keahlian audit dan independensi, sedangkan variabel dependen adalah pendapat audit atas kelangsungan usaha. Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Rancangan eksperimen digunakan karena peneliti bertujuan untuk mengetahui kemampuan responden dalam memprediksi kelanjutan usaha entitas. Responden diberikan sebuah kasus mengenai kelanjutan usaha sebuah perusahaan dengan berbagai kondisi yang ada dan keterangan bukti-bukti tambahan yang bisa memperkuat atau memperlemah kelanjutan usaha perusahaan. Treatment diberikan dengan cara memberikan kuisioner yang berbeda
kepada responden yang telah dipilih secara acak.
Instrumen dan desain yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari metode yang digunakan oleh Mayangsari (2003) dan Suartana (2007). Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel independen:
a. Keahlian Audit, pengukurannya adalah ”Ahli” atau ”Tidak Ahli”.
b. Independensi, pengukurannya adalah “Independen” atau “Tidak Independen”. 2. Variabel dependen: Pendapat audit atas kelangsungan hidup perusahaan
pengukurannya menggunakan skala 5 poin, yaitu:
Tabel 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala Pengukuran Pengukuran
VARIABEL INDEPENDEN - Keahlian Audit
- Independensi
Jenjang jabatan dan masa kerja
Ukuran KAP, lama hubungan audit, besar fee audit,
persaingan antar KAP, dan tekanan dari klien
Skala non metrik (skala
kategori/nominal) Skala non metrik (skala
kategori/nominal)
0 = Tidak Ahli 1 = Ahli
0 = Tidak Independen 1 = Independen
VARIABEL DEPENDEN Pendapat Audit atas Kelangsungan Usaha
Trend negatif, petunjuk lain, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi
Skala metrik (skala interval)
Potensi kelangsungan usaha:
1 = sangat lemah 2 = lemah 3 = ragu-ragu 4 = kuat
5 = sangat kuat
E. Instrumen Penelitian
Kasus dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan pertanyaan tentang potensi kelangsungan hidup perusahaan. Beberapa informasi sebagai bukti tambahan yang dimasukkan dalam kasus sesuai dengan petunjuk SPAP 341 tentang indikator perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan (typical) (Mayangsari, 2003). Indikator tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Trend negatif, seperti kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, serta arus kas negatif.
b. Petunjuk lain, seperti kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang, penunggakan pembayaran deviden dan sebagainya.
d. Masalah luar yang terjadi, seperti adanya gugatan pengadilan atau kemungkinan kehilangan lisensi.
Informasi sebagai bukti tambahan tersebut yaitu, (1) sulit bagi perusahaan memperoleh tambahan modal sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, (2) pembahasan dengan pihak manajemen mengindikasikan bahwa ada kewajiban sangat material yang harus dibayar sebagai akibat tuntutan hukum atau proses litigasi, (3) pemasok (supplier) memberikan kredit perdagangan yang cukup menguntungkan perusahaan, (4) produk utama perusahaan secara umum dianggap berkualitas baik, (5) pihak manajemen menyatakan bahwa ada kemungkinan bisa diperoleh sebuah hak paten kunci dalam waktu dekat, (6) tahun ini perusahaan
melaporkan aliran kas positif dari aktivitas operasi, (7) pihak manajemen yakin akan kehilangan pelanggan utama perusahaan untuk tahun ini, (8) tahun ini perusahaan melaporkan kerugian operasi yang signifikan.
1. Manipulasi Independensi
Manipulasi dilakukan dengan memberikan kondisi yang menekan sehingga responden merasakan suatu dilema antara menggunakan sikap independen atau tidak. Kondisi yang diberikan dibedakan antara keadaan yang independen dan tidak independen. Pada keadaan yang tidak independen, auditor diharuskan memberikan keputusan sebaik mungkin atas kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Keindependenan akan dimanipulasi dengan memberikan keterangan jika pendapat yang diberikan salah dan merugikan klien, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum bagi auditor. Namun, jika pendapat yang diberikan jelek, klien mengancam akan berpindah ke KAP lain. Kondisi tersebut tentu akan mengakibatkan suatu dilema bagi auditor.
memberikan pendapat tanpa ada tekanan apapun. Namun, auditor tetap harus teliti dalam memberikan pendapat dengan memperhatikan bukti-bukti tambahan yang diberikan.
2. Manipulasi Keahlian Audit
Keahlian audit diukur berdasarkan pengalaman yang dilihat dari kombinasi jenjang jabatan dan lama masa kerjanya. Manipulasi keahlian audit dalam penelitian ini dilakukan dengan membedakan responden berdasarkan jenjang jabatan dan masa kerjanya. Jenjang jabatan auditor di Indonesia terdiri dari junior, senior, supervisor, manajer, partner dan managing partner. Auditor yang dikategorikan ahli adalah yang
mempunyai jabatan auditor senior hingga managing partner, sedangkan auditor yang tidak ahli adalah auditor junior dengan pengalaman kurang dari dua tahun.
F. Teknik Analisis
Analysis of Variance (ANOVA)
Dalam analisis dependen, para peneliti sering dihadapkan dengan analisis data yang ingin melihat hubungan antara variabel independen (yang bersifat kategori atau skala nonmetrik) dan variabel dependen (yang bersifat kontinyu, metrik atau berskala interval atau rasio). Alat uji statistik yang cocok untuk masalah ini tergantung dari jumlah kategori dari variabel independen. Dalam Ghozali (2005), jika variabel independen berkategori dua, maka uji statistik yang digunakan adalah uji beda t-test, sedangkan untuk variabel independen yang berkategori lebih dari dua digunakan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila jumlah variabel dependen lebih dari satu digunakan Multivariate Analysis of Variance (MANOVA).
labih dari dua). Pada kasus satu variabel dependen metrik dan dua atau tiga variabel independen kategorikal sering disebut Two Ways ANOVA dan Three Ways ANOVA.
ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal (sering disebut faktor) terhadap variabel dependen metrik. Pengaruh utama atau main effect adalah pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama atau joint effect dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Pengolahan data untuk uji ANOVA dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0.
Menurut Ghozali (2005), untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA
harus dipenuhi beberapa asumsi berikut ini: a. Homogeneity of Variance
Variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel independen, maka harus ada homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS menamakan tes ini Levene’s test of homogeneity of variance. Jika Levene test signifikan (probabilitas < 0,05), maka hipotesis nol akan ditolak bahwa grup memiliki varians yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol atau hasil Levene test tidak signifikan (probabilitas > 0,05). Walaupun asumsi varians sama ini dilanggar, Box (1954) dalam Ghozali (2005) menyatakan bahwa ANOVA masih tetap dapat digunakan karena ANOVA robust untuk penyimpangan yang kecil dan moderat dari homogeneity of variance. Perhitungan kasarnya, rasio terbesar ke terkecil dari grup varians harus 3 atau kurang dari 3.
c. Multivariate Normality
Untuk tujuan signifikansi, maka variabel harus mengikuti distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam setiap kategori variabel independen. ANOVA masih tetap robust walaupun terdapat penyimpangan asumsi multivariate normality.
Dalam Ghozali (2005), analysis of variance yang digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata tiga atau lebih sampel yang tidak berhubungan pada dasarnya adalah menggunakan F test yaitu estimate between groups variance (atau mean squares) dibandingkan dengan estimate within groups variance atau secara rumus sebagai berikut:
Between groups estimated variance atau mean-squares F =
Within groups estimated variance atau mean-squares
Total variance dalam variabel dependen dapat dipandang memiliki 2 (dua) komponen yaitu variance yang berasal dari variabel independen dan variance yang berasal dari faktor lainnya. Variance dari faktor lain ini sering disebut dengan error atau residual variance. Variance yang berasal dari variabel independen disebut dengan explained variance. Jika betweengroup (explained) vatiance lebih besar dari within group (residual) variance, maka nilai F ratio akan tinggi yang berarti perbedaan antara nilai means terjadi secara acak.
Within group variance atau sum-of-squares adalah jumlah variance dari group, sedangkan mean-squares adalah jumlah sum-of-squares dibagi dengan degree of freedom. Degree of freedom adalah jumlah kasus dikurangi 1 (satu) pada setiap group [(jumlah kasus group satu-1)+(jumlah kasus group 2-1) dan seterusnya], sedangkan between group variance dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah DKI Jakarta. Auditor yang menjadi responden adalah yang memiliki jabatan auditor junior, senior, supervisor, manajer, partner, dan managing partner/pemilik KAP. Jumlah kuesioner yang disebarkan berjumlah 114 kuesioner, yang disebarkan dan diterima mulai tanggal 1 Juli 2008 sampai 28 Agustus 2008 ( + 2 bulan). Pengiriman kuesioner dilakukan dengan diantar langsung oleh peneliti atau dititipkan melalui teman, dengan sebelumnya mengkonfirmasi terlebih dahulu. Hal ini diharapkan agar data yang diberikan dapat langsung diterima dan diolah oleh peneliti.
[image:44.612.113.513.130.520.2]Dari sekian banyak KAP yang ada di Jakarta, peneliti hanya berhasil mendapatkan sampel auditor yang bekerja di 19 KAP yang ada di Jakarta. Peneliti mengkonfirmasi terlebih dahulu kesediaan KAP tersebut untuk bersedia menjadi responden. Selain itu, peneliti juga menitipkan melalui teman, atau yang mempunyai kerabat, yang bekerja di KAP. Beberapa KAP yang menolak untuk menjadi responden adalah karena alasan kesibukan, tidak mau menerima kuesioner atau alasan lainnya. Berikut ini daftar nama-nama KAP yang menjadi responden dalam penelitian ini:
Tabel 4.1.
Daftar Nama-Nama KAP yang Menjadi Responden
No.
Nama KAP 1. KAP Achyadi dan Rekan
4. KAP Drs. Amir Hadyi Nasution 5. KAP Drs. A. Salam Rauf dan Rekan
6. KAP Aryanto Amir Jusuf dan Mawar (Pusat) 7. KAP Drs. Mochamad Abadan
8. KAP Drs. Muhamad Zen dan Rekan (Pusat)
9. KAP Junaedi, Chaerul, Labib Subyakto dan Rekan (Pusat) 10. KAP Husni, Mucharam dan Rasidi
11. KAP Ishak, Saleh, Soewondo 12. KAP Drs. Abdul Hamid Cebba 13. KAP Jamaludin Iskak, BAP
14. KAP Drs. Soekrisno Agoes, MM dan Rekan 15. KAP Usman dan Rekan (Pusat)
16. KAP Heliantono dan Rekan
17. KAP Herman, Dody, Tanumihardja dan Rekan (Pusat) 18. KAP Nugroho dan Rekan
19. KAP Drs. Gatot Permadi Joewono Sumber: Data yang diolah
2. Response Rate
Kuesioner penelitian yang disebarkan kepada responden terdiri dari dua set. Peneliti membedakan tiap set-nya dengan memberikan warna yang berlainan, yaitu: a. Merah: Kondisi tidak independen
b. Biru: Kondisi independen
[image:45.612.110.515.70.541.2]Jumlah total kuesioner yang disebarkan adalah 114 kuesioner, dengan perincian 60 kuesioner berwarna merah dan 54 kuesioner berwarna biru. Kuesioner-kuesioner tersebut didistribusikan secara random kepada responden. Dari 114 kuesioner yang disebarkan, hanya 77 kuesioner yang kembali, dengan perincian 39 kuesioner berwarna merah dan 38 kuesioner berwarna biru, sedangkan 37 kuesioner tidak kembali, hilang atau kosong (tidak diisi), dengan perincian 21 kuesioner berwarna merah dan 16 kuesioner berwarna biru. Dengan demikian, tingkat response rate pada penelitian ini adalah 67,5%. Rincian pendistribusian kuesioner dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2.
Jenis Kuisioner Jumlah
Disebarkan Kembali
Kosong/ Tidak Kembali Merah: Kondisi tidak
independen 60 39 21
Biru: Kondisi independen 54 38 16
Jumlah 114 77 37
Persentase 100% 67,5% 32,5%
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kuesioner berwarna merah lebih banyak kembali daripada kuesioner berwarna biru. Namun, persentase pengembalian kuesioner warna merah lebih kecil daripada warna biru. Persentase pengembalian kuesioner warna merah sebesar 65%, sedangkan warna biru sekitar 70,4%. Oleh sebab itu, peneliti menambah jumlah kuesioner warna merah sedikit lebih banyak daripada warna biru untuk disebarkan. Berikut ini akan diilustrasikan persentase pengembalian kuesioner warna merah dan biru dalam bentuk pie chart:
Tdk Kembali/
kosong 35%
[image:46.612.130.462.73.215.2]Kembali 65%
Gambar 4.1.
Persentase Pengembalian Kuesioner Warna Merah
Tdk Kembali/
kosong 30%
Gambar 4.2.
Persentase Pengembalian Kuesioner Warna Biru
3. Profil Responden
Demografi responden yang dirangkum dari kuesioner yang telah kembali dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah responden yang
[image:47.612.125.513.246.773.2]mengisi kuesioner berwarna merah (kondisi tidak independen) yang dijelaskan dalam tabel 4.3. Bagian kedua adalah responden yang mengisi kuesioner berwarna biru (kondisi independen) yang dijelaskan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.3.
Demografi Responden untuk Kuesioner Berwarna Merah
No Keterangan Jumlah %
1 Jenis Kelamin a. Pria
b.Wanita c. Tidak Mengisi
20 19 0 51 49 0 2 Usia
a. 20 – 25 tahun b.26 – 30 tahun c. > 30 tahun d.Tidak Mengisi
28 6 4 1 72 15 10 3 3 Jabatan/posisi di KAP
a. Managing Partner/Pemilik KAP b.Partner
c. Manajer d.Supervisor e. Senior f. Junior
g. Tidak Mengisi
0 0 1 0 12 26 0 0 0 2 0 31 67 0 4 Lama pengalaman kerja di bidang audit
a. < 1 tahun
b.1 tahun – 2 tahun c. > 2 tahun
d.Tidak Mengisi
12 15 7 5 31 38 18 13 5 Pendidikan Terakhir
a. Diploma (D3) b.Sarjana (S1)
c. Pascasarjana (S2, S3) d.Tidak Mengisi
a.Ya b.Tidak
c.Tidak Mengisi
18 14 7
46 36 18 Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.3. adalah demografi responden yang mengisi kuesioner berwarna merah. Terlihat dari jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 39 buah, responden pria lebih banyak dibandingkan responden wanita. Namun, perbedaannya tidak signifikan, responden pria berjumlah 20 orang dengan persentase 51%, sedangkan responden wanita berjumlah 19 orang dengan persentase 49%. Untuk data jenis kelamin ini, tidak ada responden yang tidak mengisi. Persentase jenis kelamin dapat diilustrasikan dalam bentuk pie chart sebagai berikut:
Wanita, 49%
[image:48.612.122.510.295.520.2]Pria , 51%
Gambar 4.3.
Persentase Jenis Kelamin Responden Kuesioner Merah
Responden yang berusia antara 20 tahun sampai 25 tahun berjumlah 28 orang dengan persentase 72%, sedangkan yang berusia antara 26 tahun sampai 30 tahun berjumlah 6 orang (15%), dan yang berusia di atas 30 tahun berjumlah 4 orang (10%). Responden yang tidak mengisi data ini sebanyak 1 orang (3%). Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
> 30 th, 10%
26 - 30 th, 15%
Tdk mengisi, 3%
[image:48.612.172.460.635.736.2]Gambar 4.4.
Persentase Usia Responden Kuesioner Merah
Sebagian besar responden merupakan auditor junior yaitu 67% atau 26 orang, sedangkan auditor senior berjumlah 12 orang (31%) dan manajer 1 orang (2%). Tidak ada responden yang memiliki jabatan supervisor, partner dan pemilik
KAP/managing partner (0%). Selain itu, tidak ada pula responden yang tidak mengisi. Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
Manajer, 2%
Senior, 31% Junior , 67%
Gambar 4.5.
Persentase Jabatan Responden Kuesioner Merah
Pengalaman responden bekerja di bidang audit selama kurang dari 1 tahun sebanyak 12 orang (31%), 1 tahun sampai 2 tahun sebanyak 15 orang (38%), dan lebih dari 2 tahun sebanyak 18 orang (18%). Responden yang tidak mengisi data ini sebanyak 5 orang (13%). Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
> 2 th, 18%
1 th - 2 th , 38% Tdk mengisi,
13%
[image:49.612.118.513.166.698.2]< 1 th, 31%
Gambar 4.6.
Persentase Lama Pengalaman Kerja Responden Kuesioner Merah
pascasarjana 2 orang (5%). Tidak ada responden yang tidak mengisi data ini. Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
Diploma, 21%
Pascasarjana, 5%
[image:50.612.125.513.124.327.2]Sarjana, 74%
Gambar 4.7.
Persentase Pendidikan Terakhir Responden Kuesioner Merah
Responden yang memiliki keahlian khusus di bidang lain yang menunjang jabatannya sebanyak 18 orang atau 46%, sedangkan yang tidak memiliki keahlian khusus sebanyak 14 orang atau 36%, dan yang tidak mengisi data ini 7 orang (18%). Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
Tidak , 36%
Ya, 46% Tdk mengisi,
[image:50.612.119.512.129.547.2]18%
Gambar 4.8.
[image:50.612.121.503.339.560.2]Persentase Keahlian Khusus Lain Responden Kuesioner Merah
Tabel 4.4.
Demografi Responden untuk Kuesioner Berwarna Biru
No Keterangan Jumlah %
1 Jenis Kelamin a. Pria
b.Wanita c. Tidak Mengisi
19 19 0
50 50 0 2 Usia
a. 20 – 25 tahun b. 26 – 30 tahun
25 10
[image:50.612.130.479.657.773.2]c. > 30 tahun d.Tidak Mengisi
3 0
8 0 3 Jabatan/posisi di KAP
a. Managing Partner/Pemilik KAP b.Partner
c. Manajer d.Supervisor e. Senior f. Junior
g. Tidak Mengisi
0 0 1 3 7 27 0 0 0 2 8 18 71 0 4 Lama pengalaman kerja di bidang audit
a. < 1 tahun
b.1 tahun – 2 tahun c. > 2 tahun
d.Tidak Mengisi
15 12 10 1 39 32 26 3 5 Pendidikan Terakhir
a. Diploma (D3) b.Sarjana (S1)
c. Pascasarjana (S2, S3) d.Tidak Mengisi
1 37 0 0 3 97 0 0 6 Memiliki keahlian khusus di bidang lain
a. Ya b.Tidak
c. Tidak Mengisi
12 23 3 32 60 8 Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.4. adalah demografi responden yang mengisi kuesioner berwarna biru. Terlihat dari jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 38 buah, jumlah responden pria sama dengan responden wanita, yaitu masing-masing 19 orang atau 50%. Tidak ada responden yang tidak mengisi data ini. Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
Wanita, 50% Pria , 50%
Gambar 4.9.
Persentase Jenis Kelamin Responden Kuesioner Biru
[image:51.612.127.514.71.517.2]26 tahun sampai 30 tahun berjumlah 10 orang (26%), dan yang berusia di atas 30 tahun berjumlah 3 orang (8%). Tidak ada responden yang tidak mengisi data ini. Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
> 30 th, 8%
26 - 30 th, 26%
[image:52.612.119.512.147.598.2]20 - 25 th, 66%
Gambar 4.10.
Persentase Usia Responden Kuesioner Biru
Sebagian besar responden kuesioner biru merupakan auditor junior yaitu 71% atau 27 orang, sedangkan auditor senior berjumlah 9 orang (18%), supervisor 3 orang (8%) dan manajer 1 orang (3%). Tidak ada responden yang memiliki jabatan partner dan pemilik KAP/managing partner (0%). Selain itu, tidak ada pula responden yang tidak mengisi data ini. Berikut penjelasan dalam bentuk pie chart:
Supervisor, 8%
Senior, 18%
Manajer, 3%
Junior, 71%
Gambar 4.11.
Persentase Jabatan Responden Kuesioner Biru
Pengalaman responden kuesioner warna biru bekerja di bidang audit selama kurang dari 1 tahun sebanyak 15 orang (39%), 1 tahun sampai 2 tahun sebanyak 12
1 th - 2 th, 32% > 2 th , 26%
< 1 th, 39%
Tdk mengisi, 3%
[image:53.612.160.471.72.268.2]
Gambar 4.12.
Persentase Lama Pengalaman Kerja Responden Kuesioner Biru
Pendidikan terakhir dari responden kuesioner biru hampir seluruhnya adalah sarjana yaitu sebanyak 97% atau 37 orang, sedangkan dipl