• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI PADA

PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA MENGGUNAKAN

METODE

PROBLEM SOLVING

(Penelitian di MAN Serpong - Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

HAMDAN AL-FARUQ NIM: 108016200037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Hamdan Al-Faruq. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Metode Problem Solving.

Penelitian ini bertujuan memberikan informasi mengenai pencapaian keterampilan proses sains siswa melalui metode problem solving. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif. Subyek penelitian berjumlah 37 siswa kelas XI IPA di MAN Serpong yang dikelompokan ke dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Data penelitian diperoleh dari lembar observasi, jawaban siswa terhadap lembar kerja siswa (LKS), dan wawancara. Pada penelitian ini pencapaian keterampilan proses sains siswa difokuskan pada sepuluh aspek keterampilan proses sains. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencapaian keterampilan proses sains siswa untuk siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah secara berturut-turut 81,87%, 73,95%, dan 61,19%. Aspek mengajukan pertanyaan yaitu 86,67%, 79,09%, 66,67%. Aspek menyusun hipotesis yaitu 66,67%, 60,9%, 40,00%. Aspek merencanakan percobaan yaitu 88,90%, 80,00%, 60,00%. Aspek menggunakan alat dan bahan yaitu 86,30%, 73,03%, 63,33%. Aspek mengamati yaitu 87,41%, 74,24%, 62,22%. Aspek mengklasifikasikan yaitu 85,56%, 75,91%, 60,00%. Aspek memprediksi yaitu 80,00%, 78,18%, 60,00%. Aspek interpretasi yaitu 64,44%, 59,09%, 55,00%. Aspek menerapkan konsep yaitu 85,33%, 79,64%, 71,33%. Aspek mengkomunikasikan yaitu 87,41%, 79,39%, 73,33%. Pencapaian keterampilan proses sais pada setiap sub indikator untuk seluruh siswa termasuk kriteria baik (72,33%).

(6)

iv

ABSTRACT

Hamdan Al-faruq. Analysis of Science Skills Students at Basic Materials Sub Bases Acid Titration Method in Problem Solving.

This study aims to provide information on the achievement of science process skills of students in problem solving. The research method used is descriptive methods. The subject of study are 37 students in class XI IPA at MAN Serpong. They are classified into group of high, medium, and low. The research data obtained from

observation sheet, students’ answer in doing student worksheet (LKS), and interview.

In this study, the achievement of science process skills of students focused on the ten aspects of science process skliss. The results showed that the achievement of science process skills of students fo student groups of high, medium, and low respevtively the planning aspect of the experiment that is 81,87%, 73,95%, and 61,19%. In the aspect of ask a question 86,67%, 79,09%, 66,67%. In the aspect making hypothesis 66,67%, 60,9%, 40,00%. In the aspect of planning the experiment. 88,90%, 80,00%, 60,00%. In the aspect of use the tools and matter 86,30%, 73,03%, 63,33%. In the aspect of observe 87,41%, 74,24%, 62,22%. In the aspect of classification 85,56%, 75,91%, 60,00%. In the aspect of predict 80,00%, 78,18%, 60,00%. In the aspect of interpretation 64,44%, 59,09%, 55,00%. In the aspect of applying the concept 85,33%, 79,64%, 71,33%. In the aspect of conclusion 87,41%, 79,39%, 73,33%. Achievement of science process skills in every sub indicator for all students including good criteria (72,33%).

(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat

sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lain. Syukur

Alhamdulillah, penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada

putus dan henti-hentinya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Metode Problem Solving ”

Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan

sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnah-nya.

Sebuah karya sederhana ini tentunya tidak akan mampu penulis selesaikan

tanpa sokongan dan dukungan berarti dari hamba-hamba Allah yang senantiasa

memberikan motivasi, rasa optimis, semangat, dan kemudahan-kemudahan yang

dibentangkan sehingga penulis mampu melewatinya. Oleh karena itu, pada ruang

yang terbatas ini penulis menghaturkan apresiasi dan rasa terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil

dan para stafnya.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi pendidikan Kimia Jurusan

Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan sekaligus validator yang telah memberikan saran

(8)

vi

4. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Dosen pembimbing I yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan selalu memberikan

masukan serta pengarahannya kepada penulis.

5. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang senantiasa

tidak pernah lelah membimbing penulis, memberikan masukan, dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen jurusan pendidikan IPA, khususnya prodi kimia, terima kasih

atas bimbingannya selama menempuh pendidikan di kampus tercinta ini.

7. Bapak H. Ridwan Fahmi Lubis, S.Ag., Kepala Sekolah MAN Serpong, yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Susi Indaharini, S.Pd., Guru bidang studi mata pelajaran kimia MAN

Serpong, yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama

melakukan penelitian.

9. Ayahanda dan Ibunda terhebat sedunia, Bapak Endang Supriatna dan Mamah

Dariah. Yang tidak pernah berhenti untuk selalu mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, bagaikan oase di padang pasir yang memberikan kesegaran di saat kekeringan, dan selalu

memberikan senyuman ketenangan dikala datang kegelisahan. Ananda selalu

berdoa semoga Allah membalas semua kebaikan Ayahanda dan Ibunda

dengan kenikamatan syurga yang tiada bandingannya.

10.Adik-adikku tercinta, Miftah Tohiruddin, Muhammad Tahrir Sidiq, Ahmad

Fahim Fadlurahman, & Ismail Izzuddin. Masa-masa yang kakanda lalui

bersama kalian sangatlah berkesan. Semoga kalian menjadi anak yang sholeh,

sukses, dan berprestasi. Jangan mengikuti jejak kakakmu ini yang lulus di

semester 14 ya. Masa depan kalian sangatlah cerah, terus berusaha, berdoa

kepada Allah, dan minta ridho kedua orang tua.

11.Untuk cintaku, Afidah Wahyuni yang selalu sabar memberikan motivasi dan

perhatian selama penulis menyelesaikan karya tulis ini. Semoga Allah SWT

(9)

vii

12.Kawan-kawan seperjuangan KIMIA 48 yang telah memberikan masa-masa

kuliah yang luar biasa, memberikan penulis pengalaman dan pemahaman

yang begitu berharga tentang agama, persahabatan, cinta, dan masa depan.

Terima kasih telah mengobarkan api semangat dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Sampai berjumpa lagi kawan di puncak kesuksesan

13.Keluarga besar Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasarai UKM pramuka UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan 2010 Manja Scout: Abang,

Aci, Jaki, Joni, Kadafi, Amin, Husna, Ameh, Putri, Zakia, Septi, Iir, Rini,

Dewi, Lena. Semoga kekeluargaan ini akan terus terjaga sampai kapanpun.

Dan para makhluk-makhluk penghuni sekret yang unik, gokil, dan kocak:

Joni, Bapet, Barka, Heri, Dori, & Arif. Semoga masa depan kalian sukses dan

di Ridhoi Allah SWT.

14.Keluarga Besar KAHFI Motivator School. Khususnya angkatan 12. Bisa

menimba ilmu bersama kalian para motivator hebat merupakan suatu

kebanggaan yang tak akan pernah bisa dilupakan. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan kesuksesan luar biasa kepada kita semua. Amin.

15.Keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2010-2012. Bang Gofur,

Bang Rifki, Bang Ruli, Bang Ridad, & Ka Ii, Uci, Hilpan, dkk.

Pemikiran-pemikiran dan pengalaman tentang organisasi yang kalian berikan akan selalu

penulis kenang.

16.Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat

Fakultas Tarbiyah, dan Rayon IPA. Oji, Tio, dan kawan kawan seperjuangan.

17.Untuk anak-anak RCS (Ipin, Herman, Yadi, BW, Arif, Lukman) terima kasih

atas motivasinya. Untuk anak-anak kosan mungil (Harsin, Halim) terimakasih juga atas motivasinya, khusus bang Harsin Buton thank’s banget udah jadi temen seperjuangan beresin skripsi & makasih buat printernya ya.

18.Dan seluruh pihak yang tidak sempat penulis cantumkan. Penulis ucapkan

(10)

viii

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis persembahkan semuanya.

Ditengah-tengah khasanah ilmu pengetahuan yang sangat luas, penulis tetap

berharap semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih dan bermanfaat bagi

adik-adik jurusan pendidika IPA khususnya program studi kimia. Semoga Allah SWT.

membalas semuanya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari ketebatasan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya

semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Wassalamu`alaikum. Wr. Wb

Jakarta, ... Juni 2015

(11)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 5

C. Pembatasan Masalah 6

D. Perumusan Masalah 6

E. Tujuan Penelitian 6

F. Manfaat Penelitian 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS

A. Keterampilan Proses Sains (KPS) 7

B. Metode Problem Solving 17

1. Pengertian Problem Solving 17

2. Karakteristik Problem Solving 18

3. Langkah-langkah Problem Solving 18

4. Keuntungan Pembelajaran Problem Solving 20

C. Keterkaitan Antara KPS dan Metode Problem Solving 21

D. Konsep Titrasi Asam Basa 23

(12)

x

2. Titrasi Asam Basa 24

3. Perhitungan Titrasi Asam Basa 28

E. Hasil Penelitian Yang Relevan 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 33

B. Metode Penelitian 33

C. Sample Penelitian 35

D. Instrumen Penelitian 36

E. Teknik Pengumpulan Data 38

F. Teknik analisis data 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 43

B. Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 66

B. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Keterampilan Dasar dan Terintegrasi 8

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains 9

Tabel 3.1 Pembagian Kategori Kelompok Siswa 35

Tabel 3.2 Presentase Kemampuan 41

Tabel 4.1 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Observasi

Langsung 43

Tabel 4.2 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan LKS 44

Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Keterampilan Proses Sains Kelompok 45

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 70

Lampiran 2. Parameter/Rubrik Lembnar Onservasi 78

Lampiran 3. Lembar Observasi 89

Lampiran 4. LKS 92

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa 97

Lampiran 6. Nilai KPS Siswa 101

Lampiran 7. Nilai Rata-Rata Keterampilan Proses Sains Siswa

Secara Keseluruhan 134

Lampiran 8. Perbandingan Nilai Ulangan & Nilai KPS Siswa 135

Lampiran 9. Pengelompokan Siswa 137

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di

hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan tidak mudah

dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita

perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya

(SDM).

Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat

penting. Pendidikan secara umum menurut Undang-undang sistem pendidikan

nasional No. 20 Tahun 2003 merupakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara”.1 Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut, pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik serta keterampilan

yang dapat siswa kembangkan dalam menjalani hidup di masyarakat, bangsa dan

negara. Salah satu keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan proses sains.

Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk

mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan berfikir, kecerdasan

emosional, berwatak dan keterampilan untuk siap hidup di tengah masyarakat. Proses

dalam pendidikan adalah kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik

menjadi peserta terdidik.

Belajar merupakan salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha

mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya. Belajar adalah suatu

1

(17)

aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.2 Tanpa

belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup karena kehidupan yang selalu

berubah.

Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peran

seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Dasar Republik

Indonesia telah dijelaskan No. 20 pasal 40 ayat 2 tahun 2003, tentang sistem

pendidikan nasional yang berbunyi : “Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban : (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dan dialogis. (2) mempunyai komitmen yang profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi tauladan dan menjaga nama baik

lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan

kepadanya”.3 Dari undang-undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan

pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga mereka

dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik.

Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang membedakan

ilmu tersebut dengan ilmu lainnya. Pembelajaran IPA menekankan pada pembelajaran

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.4 Jadi, setiap cabang ilmu

pengetahuan memiliki keterkaitan kandungan prinsip, hukum dan teori satu dengan

lainnya, karena memiliki induk kajian yang sama yaitu fenomena alam.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam adalah kimia, pembelajaran kimia

(18)

mempunyai karakteristik objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya.

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas

(SMA). Kimia merupakan mata pelajaran yang mengkaji berbagai fenomena alam

yang meliputi komposisi, struktur dan sifat serta perubahan yang melibatkan

keterampilan dan penalaran. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran kimia harus

lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk

memperoleh berbagai kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari sesuatu tentang zat yang

meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika yang

melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam standar isi mata pelajaran kimia di

SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 5

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan,

atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan

merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan pengolahan

dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Meningkatkan kesadaran tentang penerapan ilmu kimia yang dapat bermanfaat

dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat.

5. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

5

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) , Standar Isi Mata Pelajaran Kimia Untuk

Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah, dari http://bsnp-indonesia.org/id/, pada 20

(19)

teknologi.

Salah satu bentuk kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari dan harus dimiliki oleh siswa setelah mengalami pembelajaran kimia

adalah Keterampilan Proses Sains (KPS). Dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan

yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan.6

Keterampilan memecahkan permasalahan dan keterampilan proses sains dapat

dikembangkan dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan materi kimia yang akan

dipelajari dengan fenomena yang sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan

sehari-hari. 7 Penggunaan pupuk pada lahan pertanian merupakan salah satu peristiwa yang

sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pembelajaran tentang titrasi

asam basa, bahwa reaksi dengan cepat atau lambat. Sebagai contoh reaksi yang cepat

adalah bom, dan perkaratan besi yang merupakan contoh reaksi yang berjalan lambat.

Titrasi asam basa merupakan salah satu materi yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, namun karena materi ini biasanya diajarkan hanya untuk

pemahaman konsep maka siswa kurang mengetahui manfaat dari mempelajari materi

ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan metode pembelajaran yang

dapat mengaitkan konsep titrasi asam basa dengan peristiwa yang terjadi dikehidupan

sehari-hari. Metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan serta

mengembangkan KPS siswa disamping terciptanya pembelajaran yang aktif, menarik,

inspiratif dan menyenangkan.

Metode Problem Solving merupakan metode pembelajaran yang cocok untuk

diterapkan pada materi ini, karena pada pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu

6

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. I, h. 51

7

Susiwi, dkk “Analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran

(20)

permasalahan nyata yang harus dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep kimia

yang relevan. Problem Solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini

para anak didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon

terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik,

yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.8 Problem solving

sebagai suatu keterampilan (skills) dimaknai keterampilan-keterampilan dasar yang

diperlukan dalam memecahkan permasalahan seperti keterampilan menyusun

prosedur kerja, melakukan eksperimen, mengoperasikan peralatan, mengobservasi,

mengolah data dalam bentuk verbal, grafik, tabel, menyimpulkan dan mengabstraksi

temuan.9 Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa kelas XI pada

pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode Problem Solving.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pada proses evaluasi pembelajaran, guru lebih menekankan pada aspek kognitif dan

mengabaikan aspek psikomotor khususnya keterampilan proses sains sehingga guru

tidak mengetahui bagaimana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki oleh

siswa.

2. Siswa kurang mampu menerapkan ilmu yang didapatkan ke dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Ketuntasan belajar siswa hanya diarahkan pada penguasaan konsep, kurang

menyentuh penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan keterampilan proses.

8

Syaiful Bahri Djamarah, Stratgei Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet ke-3, h. 18

9

(21)

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang diidentifikasi di atas, agar lebih terarah ruang lingkup

penelitian ini perlu dibatasi. Adapun masalah yang akan diteliti adalah pada hal-hal

sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan adalah metode Problem Solving.

2. Keterampilan yang diukur adalah keterampilan proses sains (KPS) menurut

Nuryani Rustaman

3. Materi yang digunakan adalah titrasi asam basa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Aspek-aspek keterampilan proses sains apa sajakah yang muncul pada saat melakukan pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek keterampilan proses

sains siswa pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode Problem

Solving.

F. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kegiatan

penyelidikan atau proses ilmiah, dan dapat meningkatkan kemampuan

keterampilan proses sains siswa.

b. Bagi guru, dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains.

c. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan untuk melakukan

(22)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS

A. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan

mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk

mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.1 Keterampilan proses

dapat diartikan sebagai: (1) wahana dan pengembangan fakta, konsep dan prinsip

ilmu pengetahuan bagi diri siswa, (2) memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu

pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan, siswa berperan pula menunjang

perkembangan keterampilan proses dari diri siswa, dan (3) interaksi antara

pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep serta prinsip ilmu

pengetahuan yang pada akhirnya akan mengembangan sikap dan nilai ilmuwan dari

siswa.2 BSNP menyatakan bahwa ilmu kimia menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses sains dan sikap ilmiah.3

Diharapkan dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan

mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan

dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan

proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta

penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi, keterampialn proses adalah

suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk

melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Keterampilan proses sains dianggap sangat penting untuk pembelajaran sains.

Hal tersebut dikemukakan oleh Semiawan bahwa alasan yang melandasi perlunya

1

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 1996), cet. Ke-2, h. 149 2

Dimyati dan Mudjiono, Belajar danPembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 139 3

(23)

pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, yaitu:4

1. Dengan begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi

para guru untuk mengajar semua fakta dan konsep kepada siswa.

2. Pada dasarnya siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan

abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang konkrit, wajar dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi dengan mempraktekan sendiri upaya penemuan konsep

melalui kegiatan fisik dan mental.

3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat relatif.

4. Dalam pembelajaran, pengembangan konsep sebaiknya tidak terlepas dari

pengembangan sikap dan pengembangan diri anak didik.

Keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar dan

keterampilan keterampilan terintergrasi.5 Keterampilan dasar merupakan

keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki ilmuan sebagai landasan untuk

keterampilan proses terintergrasi yang lebih kompleks. Keterampilan terintergrasi

pada dasarnya dibutuhkan dengan melakukan penelitian. Keterampilan-keterampilan

dasar dan terintegrasi terbagi menjadi bagian-bagian yang dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Keterampilan Dasar dan Terintegarasi Keterampilan Dasar Keterampilan Terintegrasi 1. Mengobservasi

3. Menyajikan data dalam bentuk grafik

4. Menggambarkan hubungan antar

variabel

4

Conny Semiawa, dkk,. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa

dalam Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), h. 14 - 16

5

(24)

Keterampilan Dasar Keterampilan Terintegrasi 6. Mengkomunikasikan 5. Mengumpulkan dan mengolah data

6. Menganalisa penelitian

7. Menyusun hipotesis

8. Mendefinisikan variabel

9. Merancang penelitian

10.Melaksanakan eksperimen

Rustaman menngungkapkan bahwa keterampilan proses sains terdiri dari

sejumlah keterampilan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, namun ada

penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan tersebut seperti yang

disajikan pada table 2.2. 6

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses 1 Melakukan Pengamatan

(Observasi)

a. Menggunakan alat indera

b. Mengumpulkan/menggunakan

fakta yang relevan

2 Mengelompokan

(Klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

b. Mencari perbedaan, persamaan c. Mengontraskan cirri-ciri d. Membandingkan

e. Mencari dasar pengelompokan f. Menghubung-hubungkan hasil

pengamatan

6

(25)

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses 3 Menafsirkan Pengamatan

(Interpretasi)

a. Menghubung-hubungkan hasil

pengamatan

b. Menemukan pola atau

keteraturan dalam suatu seri

pengamatan

c. Menyimpulkan

4 Meramalkan (Prediksi) a. Menggunakan pola-pola hasil

pengamatan

b. Mengemukakan apa yang

mungkin terjadi pada keadaan

yang belum diamati

5 Mengajukan pertayaan a. Bertanya apa, bagaimana, dan

mengapa

b. Bertanya untuk meminta

penjelasan

c. Mengajukan pertanyaan yang

berlatar belakang hipotesis

6 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari

satu kemungkinan penjelasan

dari suatu kejadian

b. Menyadari bahwa suatu

penjelasan perlu dikaji

kebenarannya dengan

memperolah bukti lebih banyak

atau melakukan cara pemecahan

(26)

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses 7 Merencanakan percobaan

atau penyelidikan

a. Menentukan

alat/bahan/sumber yang akan

digunakan

b. Menentukan variabel / faktor

penentu

c. Menentukan apa yang akan

diukur, diamati, dicatat

d. Menentukan apa yang akan

dilaksanakan berupa langkah

kerja

8 Menggunakan alat dan

bahan

a. Memakai alat / bahan

b. Mengetahui alasan mengapa

menggunakan alat / bahan

c. Mengetahui bagaimana

menggunakan alat / bahan

9 Menerapkan konsep atau

prinsip

a. Menggunakan konsep yang

telah dipelajari dalam situasi

baru

b. Menggunakan konsep pada

pengalaman baru untuk

menjelaskan apa yang sedang

(27)

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses

10 Berkomunikasi a. Mengubah untuk penyajian

b. Memberikan /

menggambarkan data empiris

hasil percobaan atau

pengamatan dengan grafik

atau tabel atau diagram

c. Menyusun dan

menyampaikan laporan secara

sistematis

d. Menjelaskan hasil percobaan

atau penelitian

e. Membaca grafik atau tabel

atau diagram

f. Mendiskusikan hasil kegiatan

suatu masalah atau suatu

peristiwa

11 Melaksanakan Percobaan /

Eksperimentasi

-

Penjelasan mengenai aspek keterampilan proses sains yang akan dijadikan

fokus penelitian adalah sebagai berikut:

Keterampilan proses sains yang satu memiliki hubungan dengan keterampilan

proses yang lain. Penggunaan salah satu keterampilan proses akan mempengaruhi

perkembangan keterampilan proses yang lain. Hal ini dikemukakan oleh Funk yang

menyatakan bahwa masing-masing keterampilan proses saling bergantung satu sama

lain.7 Adapun penjelasan mengenai beberapa keterampilan proses sains siswa adalah

7

(28)

sebagai berikut :

a. Melakukan pengamatan (observasi)

Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan

memperoleh ilmu pengetahuan serta mengetahui hal terpenting untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain.8 Observasi atau

pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar.

Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat.9 Mengobservasi atau

mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancaindera: penglihatan,

pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/ pengecap. 10 Dalam kegiatan

ilmiah mengamati berarti menyeleksi fakta-fakta yang relevan dan memadai dari

hal-hal yang diamati.

b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu

keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuan.11 Interpretasi

meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka,

menghubung-hubungkan hasil pengmatan, menemukan pola keteraturan dari satu

seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan. Sedangkan inferensi adalah

kesimpulan sementara terhadap data hasil observasi, bahkan. merupakan

penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.12

c. Mengelompokkan (klasifikasi)

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai

objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan

atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.13 Dasar keterampilan

mengklasifikasikan adalah kemampuan mengidentifkasi perbedaan dan

(29)

adalah menggolong-golongkan, membandingkan, mengkontraskan dan

mengurutkan. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar klasifikasi,

misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu.14

Dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari

perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan

mencari dasar penggolongan.

d. Meramalkan (prediksi)

Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan

tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang. Berdasarkan

pemikiran pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta,

konsep dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.15 Keterampilan meramalkan atau

memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraaan tentang sesuatu

yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah

ada. Para ilmuwa sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil

observasi, pengukuran atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan

gejala tertentu.16

e. Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan hasil prediksi atau hasil percobaan kepada

orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. “The skill of communication must be included in the early stages of teaching and studying of science”.17 Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh

fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau

suara visual. Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil

percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk

(30)

Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi

parsial.

f. Berhipotesis

Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga

akan timbul. Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam

bentuk kalimat pernyataan.18 Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel

atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan

interpreatsi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan

metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada penemuan suatu teori atau

konsep dengan metode deduktif.

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Merencanakan penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam

penelitian secara operasional. Kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang

diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan

dilaksanakan.19 Keterampilan menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk

menguji atau menyelidiki sesuatu dan merencanakan percobaan dalam Lembar

Kerja Siswa (LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan yang

diperlukan. Keterampilan ini membantu siswa dalam memproses informasi yang

diperoleh dari objek atau peristiwa disekitarnya, membantu mendekati masalah

secara umum dan membantu siswa memikirkan kembali gagasannya. Dengan

demikian kemampuan siswa dalam mendekati masalah akan berkembang.

h. Menerapkan konsep atau prinsip

Keterampilan menggunakan kosenp-konsep yang telah dipahami untuk

menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru

18

Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 148 19Ibid.,

(31)

atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru. Keterampilan ini

menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep atau

prinsip yang telah dimiliki siswa, megembangkan kemampuan intelektual siswa

dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA).

i. Mengajukan pertanyaan

Keterampilan ini merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa

sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Keterampilan ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya,

baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat

penyelidikan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berfikir

dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukan

tinggi rendahnya tingkat berfikir siswa. Pertanyaan yang diajukan dapat meminta

penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang

hipotesis.

j. Menggunakan alat dan bahan

Keterampilan menggunakan alat dan bahan merupakan salah satu keterampilan

proses sains yang penting. Keterampilan menggunakan alat-alat percobaan

menunjang keberhasilan dalam melakukan percobaan. Menurut Susiwi

“pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman konkrit yang dibutuhkan oleh siswa untuk menerima gagasan-gagasan baru”.20 Selain itu

penggunaan alat percobaan yang benar dapat menjaga keamanan seorang peneliti

dalam melakukan percobaan. Siswa atau praktikan yang menggunakan alat tanpa

memperhatikan cara dan keamanan penggunaan alat akan membahayakan dirinya

sendiri dan juga orang lain. Sehingga pentingnya keterampilan menggunakan alat

dan bahan agar keamanan dalam percobaan tetap terjaga.

20

Susiwi, dkk. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada “Model Pembelajaran

(32)

Keterampilan-keterampilan yang telah dipaparkan merupakan keterampilan

yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dengan mengembangkan beberapa

keterampilan tersebut, akan mengubah pandangan bahwa kegiatan pembelajaran tidak

lagi berpusat kepada guru tetapi guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu, evaluasi

tidak lagi pada kemampuan kognitif saja, melainkan pada keterampilan siswa yang

mendasari kemampuan intelektual yang harus dimiliki siswa.

Seperti telah dijelaskan diatas, dengan mengembangkan keterampilan proses

sains, siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan mereka. Dengan demikian,

siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep yang

mereka temukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan-keterampilan itu

menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta dapat

menumbuhkembangkan sikap serta nilai, sehingga seluruh tindakan dalam proses

belajar-mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar siswa aktif, dan itulah

tujuan dari pendekatan keterampilan proses

B. Metode Problem Solving

1. Pengertian Problem Solving

Metode Pembelajaran problem solving merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang berlandaskan pada pembelajaran konstruktivisme. Pada

pembelajaran problem solving aktivitasnya bertumpu kepada masalah dengan

penyelesaiannya dilandaskan atas konsep-konsep atau konsep dasar bidang ilmu.

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Menurut Jhon

Dewey, “masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti.”21Sedangkan menurut Vessen “suatu masalah adalah ketidaksamaan antara dua pertanyaan atau lebih yang disampaikan kepada siswa pada waktu proses

belajar mengajar berlangsung.”22

Kemampuan untuk menyelesaikan suatu

21

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: UPI, 2000) h. 95 22Ibid.,

(33)

masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan.23

Keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill) merupakan

keterampilan yang tidak hanya penting dibidang akademik, tetapi keterampilan ini

juga sangat penting di bidang bisnis, industri dan kehidupan sehari-hari. Di bidang

sains, problem solving skill memiliki peranan yang sangat penting dalam

perolehan dan pengor ganisasianpengetahuan secaralebih bermakna.

Jadi problem solving adalah belajar memcahkan masalah yang pada

tingkat ini peserta didik belajar merumuskan masalah, memecahkan masalah,

memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau

membangkitkan situasi problematik yang mempergunakan berbagai kaidah yang

telah dikuasainya.

2. Karakteristik Problem Solving

Mayer mengungkapkan bahwa terdapat tiga karakteristik pemecahan

masalah, yaitu: (1) Pemecahan masalah merupakan aktivitas kognitif, tetapi

dipengaruhi oleh perilaku, (2) Hasil-hasil pemecahan masalah dapat dilihat dari

tindakan atau perilaku dalam mencari pemecahan, (3) Pemecahan masalah adalah

merupakan suatu proses tindakan manipulasi dari pengetahuan masalah adalah

merupakan suatu proses tindakan manipulasi dari pengetahuan yang telah dimilki

sebelumnya.24

3. Langkah-langkah problem solving

Metode problem solving bisa dilakukan dengan langkah-langkah:25

1) Menyadari masalah

Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah

23

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011) h. 121

24

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-7, h. 87

25

(34)

siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari

fenomena yang ada.

2) Merumuskan masalah

Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah

siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan

pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah

sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan

dapat dipecahkan.

3) Merumuskan hipotesis

Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah

siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.

Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat

menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4) Mengumpulkan data

Keuntungan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa

untuk mengumpulkan dan memilih data, kemudian memetakan dan

menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.

5) Menguji hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan,akhirnya siswa menentukan

hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang

diharapkan dari siswa dalam tahappan ini adalah kecakapan menelaah data

dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah

yang dikaji. Selain itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan

kesimpulan.

6) Menentukan pilihan penyelesaian

Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah

kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat

(35)

4. Keunggulan Pembelajaran Problem Solving

Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Solving memiliki beberapa

keunggulan diantaranya adalah :26

a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus

untuk memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa

serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa.

d. Pemecahan maslah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata.

e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu

juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada

siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir,

dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar

dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan

disukai siswa.

h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyelesaikan dengan pengetahuan baru.

26

(36)

i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia

nyata.

j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa

untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

C. Keterkaitan Metode Problem Solving dengan KPS

Salah satu peranan problem solving dalam pembelajaran kimia adalah sebagai

suatu keterampilan, dimana keterampilan-keterampilan itu merupakan keterampilan

dasar yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan, seperti keterampilan

mengemukakan hipotesis, merencanakan penelitian, melakukan eksperimen, mengoperasikan alat, mengamati, dan menyimpulkan.27

Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan bagian dari KPS, dimana KPS

meliputi keterampilan mengamati, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan

penelitian, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan pengamatan,

mengkomunikasikan hasil penelitian dan mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukan

bahwa dalam pembelajaran problem solving dapat dikembangkan KPS siswa yang

merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran kimia. Tahap awal pada

pembelajaran problem solving menurut Mothes adalah tahap motivasi.28 Tahap ini

bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan antusiasme

siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan pada

tahap ini adalah dengan menyajikan fenomena alam yang terjadi disekitar siswa, yang

dapat menimbulkan permasalahan yang menuntut siswa untuk mengetahui

jawabannya.

Ketika siswa ingin menemukan jawaban dari permasalahan tersebut maka

siswa akan mengajukan pertanyaan guna mencari jawaban dari permasalahannya.

27

Momo Rosbiono, Teori Problem Solving Untuk Sains. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika Dan Sains. 2007, h.. 18

28Ibid

(37)

Ketika siswa mengajukan pertanyaan maka siswa menggunakan salah satu

keterampilan dalam KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan. Permasalahan

yang ditemukan siswa pada tahap sebelumnya mungkin saja masih bersifat umum

sehingga pada tahap penjabaran masalah, cakupan permasalahan tersebut dipersempit

sehingga siswa diharapkan dapat menemukan fokus permasalahan yang akan dibahas.

Tujuan dari tahap ini adalah merumuskan suatu pertanyaan ilmiah. Pertanyaan ilmiah

merupakan salah satu aspek dari KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan

yang berlatar belakang hipotesis. 29 Tahap ketiga pada pembelajaran ini adalah tahap

penyusunan opini.

Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat mengemukakan hipotesis atau

dugaan-dugaan untuk menyelesaikan permasalahan. Membuat hipotesis ini merupakan salah

satu dari aspek KPS, yaitu keterampilan menerapkan konsep untuk menjelaskan apa

yang terjadi (berhipotesis) Tahap keempat pada pembelajaran ini adalah tahap

penyusunan dan konstruksi, yang bertujuan untuk membuat rancangan penelitian

guna menguji kebenaran dari hipotesis yang dibuat. Merancang penelitian ini

merupakan bagian dari aspek KPS, yaitu keterampilan merencanakan penelitian.30

Pada tahap eksperimen, siswa mengalami pengalaman langsung dalam menggunakan

alat, mengamati, mencatat pengamatan, mengolah data kedalam bentuk tabel, dan

grafik.

Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari KPS, yaitu keterampilan

menggunakan alat dan bahan, mengamati, menafsirkan dan mengkomunikasikan hasil

penelitian. Pada tahap kesimpulan, dibutuhkan KPS yaitu keterampilan untuk

menafsirkan hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan.31 Tahap ini bertujuan

untuk menyimpulkan hasil yang diperoleh dari percobaan. Pada tahap abstraksi dan

reevaluasi, tidak berkaitan dengan salah satu aspek KPS. Tujuan dari tahap abstraksi

adalah mengintisarikan hasil ilmiah yang sah, sedangkan tahap reevaluasi, bertujuan

29

Conny S., op. cit., h. 30 30

Conny S., op. cit., h. 32 31

(38)

untuk mengecek keberhasilan memecahan masalah yang dilaksanakan. Tahap akhir

pada tahapan Proble Solving adalah konsolidasi pengetahuan. Tahap ini berkaitan

dengan KPS siswa yaitu pada aspek keterampilan menerapkan konsep yang telah

dipelajari pada situasi baru, karena tahap ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman

kompeherensif dan terintegrasi.

D. Konsep Titrasi Asam Basa 1. Pengertian Asam Basa

Pengertian asam basa menurut ahli-ahli kimia ada beberapa macam.

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang larutannya dalam air melepaskan ion

hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+) atau zat yang dapat memperbesar

konsentrasi ion H+ dalam air.32 Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh suatu molekul asam disebut valensi

asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+

disebut ion sisa asam. Sementara itu, asam kuat adalah asam yang berdisosiasi

dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan,

contohnya adalah larutan HCl. Asam lemah mempunyai lebih sedikit

kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya, oleh karena itu kurang kuat

melepaskan H+, contohnya CH3COOH (asam asetat).

Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang larutannya dalam air dapat

menghasilkan ion hidroksil (OH-) atau zat yang dapat memperbesar konsentrasi

ion OH- dalam air.33 Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius

merupakan hidroksida logam dan dapat dirumuskan sebagai M(OH)x. Jumlah ion

OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Suatu

basa kuat adalah basa yang bereaksi secara tepat dan kuat dengan H+, oleh karena

itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH

-yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). Sedangkan basa lemah

32

Michael Purba, Kimia untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006). h. 172 33Ibid.

(39)

adalah larutan yang sedikit menghasilkan ion OH-. Contoh basa lemah yang khas

adalah NH4+ berekasi dengan OH- membentuk amoniak (NH4OH).

2. Titrasi Asam Basa

Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu

prosedur percobaan yang disebut titrasi asam basa. Istilah titrasi berarti penetapan

kadar. Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam

basa.34 Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh

larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan

indikator. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat dinamakan

larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang

memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan

istilah akhir titrasi.35

Berdasarkan pengertian titrasi, titrasi asam basa merupakan metode

penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi asam) suatu larutan

basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu

larutan asam. Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui

(titran), yang diturunkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan

konsentrasinya (titrat) sampai pada titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan

perubahan warna indikator.36

1) Pembuatan larutan baku dan standarisasi

Standarisasi ialah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang

tepat dari calon larutan baku. Untuk standarisai secara titrasi ini, maka bahan

perstandarisasian haruslah suatu bahan baku primer, yakni suatu bahan yang

konsentrasi larutannya dapat langsung ditemuakan dari berat bahan sangat

murni yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat

34

Michael Purba, op. cit. h. 221 35Ibid

. h. 222 36Ibid

(40)

dari bahan baku primer tersebut dinamakan larutan baku primer. 37

Larutan baku primer berfungsi unuk membakukan atau untuk

memastikan konsentrsai larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang

ketepatan/kepastian konsentrsinya sukar diperoleh melalui pembuatannya

secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya

dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut larutan baku sekunder) setelah

dibakukan jika larutan bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk

menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan. 38

Larutan baku primer harus dibuat secara teliti dan setepat mungkin

(secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Kemurniannya tinggi (pengotornya

tidak melebihi 0,2 %), 2. Stabil (tida menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi

dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah

pada pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti,

dan akan memudahkan penimbangan, 3. Memiliki bobot molekul (BM, Mr)

atau bobot ekuivalen (BE) tinggi, dan 4. Larutannya bersifat stabil. 39

Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahan-kesalahan

selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran, penimbangan,

dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena kesalahan alat.

Dengan demikian, larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan tepat,

dan melalui pengemasan/penyimpanan yang baik akan bertahan lama.

Adapun persyaratan untuk larutan baku sekunder, larutan ini kebakuannya

(kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.

Jika suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan dengan

benar, larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan langsung dapat

37

Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 170

38Ibid . h. 171 39Ibid

(41)

digunakan tanpa harus dibakukan lagi. 40

2) Melaksanakan titrasi asam basa

Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi disebut titrat

dimasukan kedalam labu erlenmeyer (biasanya larutan asam), sedangkan

larutan penitrasi, disebut titran (biasanya larutan basa) dimasukan ke dalam

buret. Titran dituangkan dari buret tetes demi tetes ke dalam larutan titrat

sampai titik stoikiometri tercapai. 41

Pada titrasi dilakukan pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan

untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan lain.

sebagai contoh, kita akan mengukur konsentrasi larutan asam asetat

(CH3COOH) yang akan dititrasi dengan larutan NaOH yang telah diketahui

konsentrasinya. Pada titrasi asam basa, larutan yang konsentrasinya diketahui

(larutan standar) dimasukkan ke dalam buret, sedangkan larutan yang akan

diselidiki konsentrasinya dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Sebagai

contoh, jika anda menentukan konsentrasi HCl, anda harus mereaksikan HCl

dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi. Persamaan

reaksinya sebagai berikut. 42

NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (aq)

Langkah pertama, ukurlah dengan tepat volume larutan HCl dengan

menggunakan pipet volume. Tambahkan sedikit larutan indikator, misalnya

phenolplatein. Kemudian, isi buret dengan larutan NaOH standar (yang

konsentrasinya telah diketahui). Teteskan larutan NaOH ke dalam larutan

HCl perlahan-lahan hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi

merah muda. Hal ini menunjukan bahwa seluruh HCl telah bereaksi.

Kemudian tentukan volume larutan NaOH yang terpakan pada buret sehingga

40

Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 172

41Ibid . h. 173 42Ibid

(42)

konsentrasi larutan HCl dapat anda ketahui. 43

3) Titik ekuivalen dan titik akhir titrasi

Pada saat kita melakukan titrasi, kita harus mengetahui istilah titik

ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah saat jumlah mol H+

sama dengan mol OH-, biasanya ditunjukan dengan harga pH.44 Jika larutan

asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Sebaliknya

jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH-nya akan turun.

Grafik yang menyatakan perubahan warna pH pada penetesan asam dengan

basa dan sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbentuk S, yang

pada titik tengahnya merupakan titik ekuivalen. Artinya, pada titik ekuivalen

tercapai maka larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. 45

Titik akhir titrasi adalah saat titrasi dihentikan ketika campuran tepat

berubah warna. Artinya pada saat terjadi perubahan warna indikator maka

pelaksanaan titrasi diakhiri. 46 Pada umumnya, pH pada titik akhir titrasi lebih

besar dari pH titik ekuivalen sebab pada saaat titik ekuivalen tercapai, larutan

belum berubah warna apabila indikator yang digunakan adalah fenolflatein

Untuk titrasi yang baik maka perubahan warna atau kekeruhan harus

terjadi tepat pada saat titran telah ekuivalen dengan titrat. Jumlah teoritis

yang ekuivalen sama dan saat jumlah titran mencapai jumlah teoritis tersebut,

dinamakan titik ekuivalen. Dengan perkataan lain titik akhir seharusnya tepat

sama dengan titik ekuivalen. Namun pada umumnya, titik akhir tidak tepat

sama dengan titik ekuivalen, sehingga terjadi yang disebut kesalahan titrasi.

Namun kesalahan itu tidak perlu dianggap kegagalan titras. Yang penting

ialah bahwa kesalahan itu harus dibatasi, sehingga tidak menajdi terlalu

besar. Dalam praktek, analisa secara trimetri paling banyak digunakan

43

Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, op. cit,. h. 174 44

Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 132

45Ibid . h. 132 46

(43)

dengan tingkat kesalahan tidak lebih dari 0,1 %. Dengan kerja yang lebih

berhati-hati kesalahan masih dapat dikurangi lagi. Salah satu sebab ketidak

cocokan titik akhir dengan titik ekuivalen ialah perlu adanya reaksi antara

indikator dan titran, sehingga menyebabkan kesalahan positif (jumlah yang

dipakai lebih dari sesungguhnya diperlukan untuk ekuivalen).

3. Perhitungan Titrasi Asam Basa

Telah diketahui bahwa pada akhir titrasi akan tercapai titik ekuivalen.Hal

ini berarti pada saat akhir titrasi, perbandingan mol asam dengan mol basa sama

dengan perbandingan koefisien asam dengan koefisien basa.47

1) Asam bervalensi satu dengan basa bervalensi satu

Contoh:

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Telah diketahui perbandingan koefisien merupakan perbandingan

mol. Mol asam : mol basa = 1: 1, sehingga mol asam sama dengan mol basa,

dapat dinyatakan pula mol reaktan berbanding lurus dengan mol titrasi.

2) Asam bervalensi dua dengan basa bervalensi dua

Contoh:

H2SO4 (aq) + Ba(OH)2(aq) → BaSO4 (aq) + H2O (l)

Mol asam : mol basa = 1: 1, sehingga mol asam berbanding lurus

dengan mol basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Va x Va = Vb x Vb

3) Asam basa bervalensi satu dengan basa bervalensi dua

Contoh:

2HCl (aq) + Ca(OH)2 (aq) → CaCl2 (aq) + 2H2O (l)

Mol asam : mol basa = 2 : 1, sehingga mol asam dengan dua kali mol

basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

47

(44)

Va x Va = 2 x (Vb x Vb)

4) Asam bervalensi dua dengan basa bervalensi satu

Contoh:

H2SO4(aq) + 2NaOH (aq) → Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)

Mol asam : mol basa = 1 : 2, sehingga dua kali dari mol asam akan

sebanding dengan satu mol basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

2 x (Va x Va) = (Vb x Vb)

Dalam titrasi asam basa reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan, yaitu

ion-ion H3O+ dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan

oleh ion-ion OH- dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa.

Persamaan reaksi : H3O+ (aq) + OH-(aq) → 2H2O (l)

Titik ekivalen merupakan keadaan ketika jumlah mol atau mmol OH-

yang ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion H3O+ telah cukup

untuk menetralkan larutan tersebut.pada titik ekivalen mmol atau mol H3O+ sama

dengan mmol atau mol OH-.

Sehingga berlaku hubungan: Vasam x Nasam = Vbasa x Nbasa

Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan

garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru

yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena

hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+

sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi

atau penetralan. 48

Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa.

Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekuivalen adalah keadaan

dimana jumlah mol asam tepat habis reaksi dengan jumlah mol basa. Untuk

menentukan titik akhir titrasi pada reaksi asam-basa. Ketepatan pemilihan

indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekuivalen.

48

(45)

Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang

terjadi pada saat titik ekuivalen. 49

Untuk menentukan konsentrasi asam asetat dalam cuka makan, dilakukan

melalui proses titrasi yang didasarkan pada reaksi penetralan asam lemah dengan

basa kuat. Dalam hal ini konsentrasi asam asetat ditentukan dengan

mereaksikannya dengan NaOH yang kita kenal di pasaran sebagai larutan soda

api. Adapun indikator yang digunakan adalah indikator phenolplatein. Perubahan

warna yang terjadi ketika larutan asam menjadi basa adalah dari tidak berwarnan

ke merah muda. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: 50

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)

E. Hasil Penelitian Yang Relevan.

Osi Sulastri dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Keterampilan Proses

Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Hidrolisis Garam

menggunakan model problem solving dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa.51

Syaiful Rahmat dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Keterampilan

Proses Sains Siswa Pada Sub Pokok Materi Titrasi Asam Basa Melalui Metode

Praktikum”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode praktikum dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa.52

Husna Diatul Hasanah dalam penelitiannya dengan judul “Analisis

49

Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 134

50Ibid . h. 135

51Osi Sulastri, “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Hidrolisi Garam Menggunakan Model Problem Solving” Skripsi UPI Bandung, Bandung, h. Abstrak, tidak dipublikasikan.

52Syaiful Rahmat, “

Gambar

Tabel 2.1  Klasifikasi Keterampilan Dasar dan Terintegrasi
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 2.1 Klasifikasi Keterampilan Dasar dan Terintegarasi
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan proses sains pada peserta didik serta perbaikan proses pembelajaran akan dilakukan

Berdasarkan temuan di lapangan dan kajian teori pada uraian di atas, maka untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan proses sains dilakukan penelitian tindakan kelas

Secara teoretis penelitian ini dapat membantu pembelajaran kimia terutama untuk mengasah keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa berbantuan

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Titrasi Asam Basa untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Program Studi..

Bagaimanakah kualitas media laboratorium virtual berbasis inkuiri terstruktur pada materi titrasi asam basa dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif untuk melatihkan keterampilan proses sains yang dilakukan guru pada pertemuan 1 sampai 3

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Hubungan antara kemampuan metakognisi dengan keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA 2 SMA

5 Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan dan fakta yang telah disampaikan, maka penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Keterampilan Proses