PENGUNJUNG TELAGA NGEBEL UNTUK PELESTARIAN OBJEK WISATA ALAM DI KOTA PONOROGO
Pendekatan Contingent Valuation Method
THE FACTORS THAT INFLUENCE THE WILLINGNESS TO PAY OF NGEBEL LAKE VISITORS FOR THE NATURAL TOURISM
PRESERVATION IN PONOROGO Contingent Valuation Method Approach
Oleh
PUTRI IMANNUR RIAHAYU 20130430259
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENGUNJUNG TELAGA NGEBEL UNTUK PELESTARIAN OBJEK WISATA ALAM DI KOTA PONOROGO
Pendekatan Contingent Valuation Method
THE FACTORS THAT INFLUENCE THE WILLINGNESS TO PAY OF NGEBEL LAKE VISITORS FOR THE NATURAL TOURISM
PRESERVATION IN PONOROGO Contingent Valuation Method Approach
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
PUTRI IMANNUR RIAHAYU 20130430259
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
Kebenaran selalu berakar pada fakta-fakta
Namun, tidak semua fakta selalu benar
Tidak ada batasan dari perjuangan
Jika kesempatan tidak pernah datang, buatlah!
Jangan menunggu hari esok karena itu masih misteri
Usaha yang dilakukan setengah hati hanya akan menghancurkan mimpi
Persembahan
• Untuk kedua orang tua ku tercinta Ibu Sri Asih dan Ayahanda Edy Bina
Budi yang senantiasa memberikan support, dan menghantarkan sampai di
titik ini dengan penuh do’a dan perjuangan.
• Adekku tersayang, Dinna Margiana yang cerewet selalu ngomel-ngomel
tidak jelas.
• Dan untuk Mu yang telah setia menemani dari putih abu-abu sampai
sekarang. Meskipun aku hanya selalu membuat kamu kesusahan untuk
memahami keinginan-keinginan yang tak masuk akal.
• Untuk Dosen pembimbingku dan para Dosen yang telah mengajariku dari
awal kuliahku sampai akhir masa kuliah hingga terselesaikannya skripsi
ini, semoga kelak di akhirat menjadi amal jariyah atas ilmu yang diberikan
kepada kami dengan setulus hati.
• Sahabat-sahabat seperjuangan Arum Indah Nur Fitriana dan Sari Kwartika
Anwar yang telah membantu, memberi semangat dan menemani penulis
dari awal kuliah sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
• Untuk teman-teman semua yang telah membantu untuk terselesainya
skripsi.
• Dan Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Sektor pariwisata dapat membantu negara dalam memperkenalkan budaya bangsa di tanah air, serta dapat membantu masyarakat yang berada disekitar tempat wisata dalam membuka lapangan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur willingness to pay pengunjung pada obyek wisata alam Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian alam dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi willingness to pay. Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya di lokasi wisata alam Telaga Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga Ngebel dengan metode Contingen Valuation Method (CVM). Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 120 responden yang diambil dari pengunjung wisata Telaga Ngebel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara random sampling. Total willingness to pay dari 120 responden dalam upaya pelestarian objek wisata alam adalah sebesar Rp1.135.000,00 dengan nilai rata-rata Rp9.458,33. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap besarnya WTP pengunjung Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian obyek wisata alam di Kota Ponorogo yaitu penghasilan, biaya rekreasi, dan lama pendidikan. Sedangkan variabel frekuensi tidak berpengaruh positif signifikan.
Kata Kunci: Pariwisata. Contingen Valuation Method, Faktor yang Mempengaruhi WTP.
.
The tourism sector can help the country in introducing the culture of the nation in the ground water, as well as can help the communities around tourist areas in open field work. This study aims to measure the Willingness to Pay of visitors on the natural attractions Lake Ngebel in the effort to preserve nature and to determine the factors that influence Willingness to Pay. This research was conducted in the Town of Ponorogo precisely at the location of the nature tourism Lake Ngebel. The object of this research is the visitors of the natural attractions Lake Ngebel by the method of Contingen Valuation Method (CVM). The data used are secondary data and primary data.
This study used a sample of 120 respondents was taken from the visitors tourist Lake Ngebel. The sample selection was done using random sampling. The total Willingness to Pay of the 120 respondents in the preservation of the natural attraction is the Rp1.135.000,00 with the average value of Rp9.458,33. The factors that have a significant and positive impact on the magnitude of the Willingness to Pay of visitors Lake Ngebel in the preservation of the natural attractions in the Town of Ponorogo namely the income, cost of recreation, and long education. While the frequency variabel is not significant positive effect.
Keywords: Tourism. Contingen Valuation Method, Factors that effect the WTP.
Segala puja dan puji syukur dilimpahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam penulisan skripsi
dengan judul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Willingness to Pay Pengunjung
Telaga Ngebel untuk Pelestarian Objek Wisata Alam di Kota Ponorogo".
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun alasan penulis mengambil topik
ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi masyarakat dan pemerintah
dalam mengukur willingness to pay dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi willingness to pay pengunjung pada obyek wisata alam Telaga
Ngebel dalam upaya pelestarian alam.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepeda:
1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budianto MP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, yang memimpin seluruh aktivitas civitas
akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Nano Prawoto, S.E.,M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Imamudin Yuliadi S.E.,M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Rizal Yaya, Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Ibu Lilies Setyartiti., dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian,
kesabaran, dan keikhlasan dalam meluangkan waktu, memberikan nasihat,
masukan, dan bimbingan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah berjasa dalam mengembangkan keilmuan peneliti.
7. Seluruh staf TU Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Seluruh rekan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu
terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
Akhirnya dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis
berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya
mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pmbangunan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata atau nama, mohon maaf
atas segala kekurangan.
Yogyakarta, 17 Maret 2017
Penulis
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 13
B.Hasil Penelitian Terdahulu ... 24
C.Hipotesis ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN A.Obyek Penelitian ... 32
B.Lokasi Penelitian ... 32
C.Jenis Data ... 32
D.Teknik Pengambilan Sampel... 33
E. Metode Pengumpulan Data ... 34
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
G.Alat Anlisis ... 36
H.Model Penelitian ... 39
I. Uji Validasi dan Realibilitas ... 40
J. Pengujian Asumsi Klasik ... 42
K.Uji Hipotesis ... 44
BAB IV. GAMBARAN UMUM A.Kondisi Fisik ... 47
BAB V. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 63
1. Uji Validitas ... 63
2. Uji Reliabilitas ... 63
C.Faktor yang Mempengaruhi Willingness to Pay ... 65
1. Pengujian asumsi klasik ... 65
1) Uji Multikolinieritas ... 65
2) Uji Heteroskedastisitas ... 66
2. Hasil Estimasi Regresi ... 67
3. Uji t ... 68
4. Uji F ... 74
5. Uji R2 ... 75
6. Pembahasan ... 76
7. Karakteristik Responden ... 79
8. Persepsi Responden Pengunjung Telaga Ngebel ... 85
9. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 85
BAB VI. KESIMPULAN & SARAN A.Kesimpulan ... 88
B.Saran ... 90
C.Keterbatasan Penelitian ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
1.1 Jumlah Wisatawan Objek Wisata di Kota Ponorogo ... 4
1.2 Objek Wisata dan Jumlah Wisatawan di Kota Ponorogo ... 5
4.1 Kepadatan Penduduk ... 51
4.2 Jarak Antar Kelurahan/Desa di Kecamatan Ngebel ... 52
4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Pemeluk Agama ... 53
4.4 Anggaran Pendapatan Desa ... 54
4.5 Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Ngebel ... 55
4.6 Produksi Buah-buahan ... 56
4.7 Populasi Ternak di Kecamatan Ngebel... 57
4.8 Banyaknya Pengusaha Penggalian dan Pertambangan ... 58
4.9 Jumlah Sarana Perdagangan ... 60
4.10 Usaha Pracangan menurut Desa ... 61
5.1 Hasil Uji Validitas ... 63
5.2 Hasil Uji Realibilitas... 64
5.3 Hasil Nilai Tolerance dan VIF ... 65
5.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66
5.5 Hasil Estimasi Regresi ... 67
5.6 Hasil Uji R ... 75
5.7 Jumlah Responden berdasarkan Rentang Usia ... 80
5.8 Jumlah Responden yang Telah Menikah ... 81
5.9 Jumlah Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 81
5.10 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 82
5.11 Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 83
5.12 Jumlah Responden berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 83
5.13 Jumlah Responden berdasarkan Biaya Rekreasi ... 84
5.14 Deskripsi Statistik Variabel ... 86
1.1 Kondisi Tepi Telaga yang terdapat Sampah ... 8
1.2 Diagram Respon Pengunjung saat ini ... 9
2.1 Surplus Konsumen ... 23
4.1 Peta Kecamatan Ngebel ... 48
4.2 Diagram Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin. ... 49
4.3 Diagram Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri ... 59
5.1 Distribusi t: LnInc terhadap WTP... 69
5.2 Distribusi t: LnBR terhadap WTP ... 70
5.3 Distribusi t: LnEDU terhadap WTP ... 72
5.4 Distribusi t: Frek terhadap WTP ... 73
5.5 Distribusi F: LnInc, LnBR, LnEdu terhadap WTP ... 75
Sektor pariwisata dapat membantu negara dalam memperkenalkan budaya bangsa di tanah air, serta dapat membantu masyarakat yang berada disekitar tempat wisata dalam membuka lapangan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur willingness to pay pengunjung pada obyek wisata alam Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian alam dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi willingness to pay. Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya di lokasi wisata alam Telaga Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga Ngebel dengan metode Contingen Valuation Method (CVM). Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 120 responden yang diambil dari pengunjung wisata Telaga Ngebel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara random sampling. Total willingness to pay dari 120 responden dalam upaya pelestarian objek wisata alam adalah sebesar Rp1.135.000,00 dengan nilai rata-rata Rp9.458,33. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap besarnya WTP pengunjung Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian obyek wisata alam di Kota Ponorogo yaitu penghasilan, biaya rekreasi, dan lama pendidikan. Sedangkan variabel frekuensi tidak berpengaruh positif signifikan.
Kata Kunci: Pariwisata. Contingen Valuation Method, Faktor yang Mempengaruhi WTP
ABSTRACT
The tourism sector can help the country in introducing the culture of the nation in the ground water, as well as can help the communities around tourist areas in open field work. This study aims to measure the Willingness to Pay of visitors on the natural attractions Lake Ngebel in the effort to preserve nature and to determine the factors that influence Willingness to Pay. This research was conducted in the Town of Ponorogo precisely at the location of the nature tourism Lake Ngebel. The object of this research is the visitors of the natural attractions Lake Ngebel by the method of Contingen Valuation Method (CVM). The data used are secondary data and primary data.
This study used a sample of 120 respondents was taken from the visitors tourist Lake Ngebel. The sample selection was done using random sampling. The total Willingness to Pay of the 120 respondents in the preservation of the natural attraction is the Rp1.135.000,00 with the average value of Rp9.458,33. The factors that have a significant and positive impact on the magnitude of the Willingness to Pay of visitors Lake Ngebel in the preservation of the natural attractions in the Town of Ponorogo namely the income, cost of recreation, and long education. While the frequency variabel is not significant positive effect.
Keywords: Tourism. Contingen Valuation Method, Factors that effect the WTP.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam
pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata
juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia terlebih lagi dari kehidupan
ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan, pariwisata adalah terjadinya berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang sudah disediakan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah maupun pengusaha.
Sedangkan menurut Kodyat (1983) dalam Dyah Ayu (2014), suatu perjalanan dari
tempat asal ke tempat lain yang bersifat sementara dan dilakukan secara sendiri
maupun berkelompok, sebagai bentuk usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dalam lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam, dan ilmu. Bahkan sektor pariwisata dapat menjadi kekuatan suatu
bangsa yang akan membuat masyarakatnya lebih produktif dan perkembang
dalam berbagai bidang.
Sektor pariwisata dapat membantu negara dalam memperkenalkan budaya
bangsa di tanah air, serta dapat membantu masyarakat yang berada disekitar
tempat wisata dalam membuka lapangan pekerjaan. Pada daerah tempat tujuan
wisata, dapat membantu masyarakat dalam mencari pendapatan dan juga bisa
menjadi tempat mata pencaharian tetap bagi masyarakat sekitar dengan menjual
barang dan jasa seperti hotel, restoran, biro perjalanan, pramuwisata, dan
pernak-pernik souvenir khas daerah yang merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat
sekitar. Berbagai macam objek pariwisata serta seni kebudayaan dapat menjadi
peluang yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian melalui
pertunjukkan ke daerah-daerah lain maupun ke luar negeri.
Pada setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan dan sejarah
berbeda-beda yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kebudayaan di masa lalu
setiap daerah dapat terlihat dari peninggalan yang ada pada setiap daerah, seperti
rumah khas, tarian, pakaian adat dan acara adat yang rutin dilakukan oleh
sebagian masyarakat. Dengan bertambahnya pengetahuan akan adanya manfaat
wisata saat ini, pemerintah mulai tergerak dan menyadari akan keberadaan sektor
pariwisata yang dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang, apabila
sektor pariwisata dapat di kelola dan di pelihara dengan baik oleh pemerintah
dengan melakukan kesadaraan akan pentingnya pelestarian di sektor pariwisata.
Sebagai bentuk upaya untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan adanya kerja
sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang dapat berkoordinasi
dalam menangani kelestarian sumber daya alam. Dan dengan adanya kebijakan
otonomi daerah yang memberi kewenangan pada pemerintah daerah untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan mengelola sumber daya alam
yang ada.
Kota Ponorogo sebagai Ibu kota Kabupaten Ponorogo yang terletak di
bagian Barat Daya Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Timur jaraknya kurang lebih
1.371,78 km² dengan ketinggian 92 meter sampai 2563 meter di atas permukaan
laut, dilihat dari keadaan geografisnya Kabupaten Ponorogo memiliki 2 sub area,
yang pertama sub area dataran tinggi dan sub area dataran rendah. Kabupaten
Ponorogo memiliki 21 kecamatan yang terbagi menjadi 26 kelurahan. Kabupaten
ini berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten di sekitar nya seperti sebelah
Utara berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Magetan, dan Nganjuk, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Adapun sungai yang melewati Kabupaten
Ponorogo terdapat 14 sungai dengan panjang 4 Km sampai dengan 58 Km,
sungai-sungai ini berfungsi sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan
produksi padi maupun hortikultura.
Pada saat ini Kota Ponorogo menjadi salah satu kota tujuan rekreasi dan
tujuan wisata di Jawa Timur yang diminati wisatawan, terutama wisatawan
domestik dan saat ini mulai di lirik oleh wisatawan mancanegara. Hal ini sesuai
dengan visi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga di Kabupaten
Ponorogo yang ingin mewujudkan masyarakat Ponorogo yang berbudaya serta
mewujudkan Kabupaten Ponorogo sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Jawa
Timur. Mengacu dari visi diatas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata membangun
misi yang akan mendukung tercapainya visi tersebut, yaitu yang pertama
mewujudkan masyarakat Kabupaten Ponorogo yang berbudaya dalam rangka
memperkuat jati diri dan kepribadian masyarakat dan bangsa, yang kedua
secara sistematis, berkesinambungan, berwawasan budaya dan lingkungan dalam
rangka peningkatan pembangunan ekomoni masyarakat, yang ketiga
meningkatkan profesionalisme pengelolaan pariwisata dan kebudayaan melalui
peningkatan kualitas kelembagaan, manajemen, dan sumber daya manusia.
Pertumbuhan jumlah wisatawan yang masuk dalam Kota Ponorogo terus
meningkat dari tahun ke tahun, meningkatnya jumlah wisatwan ini dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1.1
Jumlah Wisatawan Objek Wisata di Kota Ponorogo Tahun 2011-2015
Tahun
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah wisatawan terjadi
setiap tahun dengan rata-rata 2% tiap tahun terutama jumlah wisatawan nusantara.
Namun terdapat penurunan jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2013 dan
penurunan jumlah wisatawan mancanegara pada tahun 2014, hal ini dikarenakan
kurangnya promosi dari Pemerintah Daerah Ponorogo dengan adanya
kegiatan-kegiatan besar seperti acara Grebeg Suro yang di adakan setiap tahun sekali.
Adanya peningkatan jumlah wisatawan di kota Ponorogo, akan menguntungkan
mampu meningkatkan pendapatan daerah yang merupakan salah satu dampak
positif dari adanya perkembangan industri pariwisata (Silvia Amanda, 2009 dalam
Damar Yoga, 2015).
Kota Ponorogo memiliki beberapa objek wisata yang unik dan menarik
sehingga mampu untuk dikembangkan, beberapa pariwisata yang terdapat di
Ponorogo meliputi objek wisata budaya, objek wisata industri, objek wisata alam,
dan objek wisata religius. Terdapat banyak obyek wisata di Kota Ponorogo namun
tidak semua obyek wisata keberadaannya diakui oleh Pemerintah daerah. Terlihat
dalam tabel 1.2 beberapa objek dan daya tarik wisata yang terletak di Ponorogo
yaitu terdiri dari Tirto Menggolo, Makam Batoro Katong, Telaga Ngebel, Taman
Wisata Ngembag, Masjid Tegalsari, Air Terjun Peletuk, Reog Mini, Grebeg Suro.
Objek wisata yang ada di Ponorogo tersebut dapat menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara, tetapi tidak semua objek wisata dapat membuat jumlah
wisatawan bertambah sigifikan.
Tabel 1.2
Objek Wisata dan Jumlah Wisatawan di Kota Ponorogo Tahun 2015
No Objek Wisata 2015
Salah satu sektor pariwisata di Ponorogo yang berpotensi untuk
dikembangkan yaitu pada objek wisata alam, karena alam yang ada di Ponorogo
masih alami dan belum banyak yang berubah. Dan obyek wisata alam yang di
gemari masyarakat sekitar Ponorogo yaitu Telaga Ngebel dapat dilihat dari tabel
1.2 jumlah wisatawan pada Telaga Ngebel dengan jumlah pengunjung wisatawan
nusantara paling banyak 172541 orang dari pada objek wisata lain di Ponorogo.
Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami tepatnya terletak pada
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo sekitar 30 km dari pusat kota Ponorogo.
Kecamatan Ngebel sendiri terletak di kaki gunung Wilis. Telaga Ngebel memiliki
keliling sekitar 5 KM, dengan suhu antara 20-26 derajat celcius. Suhu yang dingin
dan sejuk membuat para pengunjung semakin nyaman mengunjungi Telaga ini.
Telaga Ngebel termasuk dalam kategori objek wisata alam yang cukup
populer di Ponorogo (khususnya). Wisata alam yang terdapat pada telaga ini lah
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun wisatawan
mancanegara karena panorama alam yang sangat menarik serta keadaan cuaca
yang sejuk. Selain menikmati alam yang terdapat pada sekitar telaga pengunjung
juga dapat menikmati beberapa obyek wisata lain seperti wisata agribisnis (durian,
manggis, dll) dan air terjun. Pada acara ulang tahun hari jadi kota Ponorogo telaga
ini biasanya di gunakan untuk acara larungan, dan setiap dua bulan sekali terdapat
acara Gebyar Reyog Telaga Ngebel.
Meningkatnya aktivitas pada suatu objek wisata terkadang tidak selalu
berdampak positif, terlebih lagi jika pada objek wisata terdapat suatu event atau
juga pada peningkatan jumlah wisatawan di Telaga Ngebel, para pengunjung
meninggalkan sampah yang mereka bawa dengan membuang tidak pada
tempatnya bahkan membuang sampah di pinggirian telaga. Kurangnya kesadaraan
para pengunjung untuk tidak membuang sampah pada tempatnya akan
mengakibatkan dampak sendiri buat lingkungan sekitar telaga, terlebih jika
sampah di buang pada pinggiran telaga, hal ini akan mengganggu kehidupan
hewan yang ada di dalamnya. Jika kondisi tersebut tidak segera di atasi maka akan
berdampak buruk untuk keberlangsungan kegiatan wisata di Telaga Ngebel,
bukan tidak mungkin jika masyarakat enggan lagi mengunjungi tempat wisata
karena banyaknya sampah yang tidak di atasi oleh pengelola. Padahal dari
pemerintah daerah sendiri telah memberikan dana untuk biaya perbaikan fasilitas
dan biaya untuk menjaga lingkungan yang diambil dari APBD. Namun biaya
tersebut dirasa kurang untuk biaya perbaikan serta menjaga lingkungan.
Sedangkan biaya masuk yang di berlakukan untuk pengunjung sebesar saat ini
Rp6000,00 per orang dengan biaya parkir sepeda motor Rp1000,00 per motor dan
mobil Rp2000,00 per mobil. Uang hasil penjualan tiket masuk nantinya akan
masuk ke kas daerah, dan uang hasil parkir masuk ke Dinas Perhubungan tanpa
ada uang sisa hasil penjualan yang dipergunakan untuk biaya perbaikan serta
menjaga lingkungan. Kurang baiknya pengelolaan ini membuat keindahan dari
wisata berkurang seperti banyaknya sampah-sampah yang disekitar telaga dan
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 1.1
Kondisi Tepi Telaga yang terdapat Sampah
Wisata telaga ini masuk dalam kategori wisata alam yang siapa saja boleh
masuk ke dalamnya tanpa ada pengecualian. Apabila kondisi sudah seperti itu
maka upaya pelestarian harus mulai dilakukan mulai saat ini sebelum kondisinya
menjadi semakin buruk. Pelaksanaan pelestarian memang jelas membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, maka dari itu semua pihak harus ikut melaksanakan
pelestarian terlebih lagi bagi para pengunjung obyek wisata alam Telaga Ngebel.
Oleh karena itu kesedian untuk membayar bagi para pengunjung perlu diketahui
supaya kedepannya obyek wisata Telaga Ngebel menjadi lebih baik lagi serta
akan diketahui tarif yang diharapkan para pengunjung untuk biaya perbaikan
Sumber: penulis
Gambar 1.2
Diagram Respon Pengunjung tentang Pemberlakuan Retribusi Masuk Wisata Alam Telaga Ngebel saat ini.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis dengan mengambil 30
responden secara acak. Pada diagram 1.1 menyatakan bahwa dari 30 responden
awal, 5 responden atau 17 persen setuju dengan pemberlakuan tiket masuk Wisata
Alam Telaga Ngebel saat ini. Sedangkan 25 responden atau 83 persen tidak setuju
dengan pemberlakuan tiket masuk saat ini. Hal ini terjadi karena pengelolaan di
dalam wisata kurang maksimal dilakukan oleh penyedia, seperti keberadaan toilet
yang kurang memadai, sampah-sampah yang berserakan ditepi telaga dan sampah
yang dibuang sembarang di lapangan hingga tepi jalan. Keberadaan sampah
tersebut sangat mengganggu kenyamanan wisatawan yang berwisata.
Setelah diketahui respon dari pengunjung, kemudian dilanjutkan dengan
mengetahui jumlah kesediaan membayar para pengunjung Telaga Ngebel. Metode
yang digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar dari pengunjung untuk
biaya perbaikan fasilitas dan menjaga lingkungan adalah metode Contingent
17%
83%
Valuation Method (CVM). Dengan menggunakan metode CVM akan diperoleh
besarnya kesediaan membayar dari masyarakat untuk biaya retribusi masuk wisata
dan akan membantu untuk mengembangkan dan melestarikan wisata Alam Telaga
Ngebel. Dari masalah diatas perlu diketahui juga faktor apa saja yang
mempengaruhi besarnya kesediaan untuk membayar pengunjung wisata Alam
Telaga Ngebel. Maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Faktor
yang Mempengaruhi Willingness to Pay Pengunjung Telaga Ngebel untuk
Pelestarian Objek Wisata Alam di Kota Ponorogo”.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi hanya
dilakukan di Kabupaten Ponorogo, tepatnya pada Objek Wisata Alam Telaga
Ngebel.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
untuk melestarikan wisata alam yang ada pada Telaga Ngebel supaya dapat
dinikmati oleh semua orang, yaitu :
1. Berapakah willingness to pay pengunjung obyek wisata alam Telaga
Ngebel dalam upaya pelestarian alam?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai kesediaan
membayar (willingness to pay) pengunjung dalam upaya pelestarian
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengukur (willingness to pay) pengunjung obyek wisata alam
Telaga Ngebel dalam upaya pelestarian alam.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung dalam upaya
pelestarian obyek wisata alam di Kota Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Diharapakan penelitian ini mempunyai manfaat :
a. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan wawasan serta dapat mensosialisasikan
teori yang telah diperoleh selama menempuh perkuliahan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah
pengetahuan dalam menganalisis willingness to pay (WTP) pada wisata
alam Telaga Ngebel bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang willingness to pay secara mendalam.
c. Bagi Dinas Pariwisata
Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo, penelitian ini diharapkan bisa
menjadi bahan masukan serta informasi dalam mengambil suatu
kebijakan pengembangan pada pariwisata khususnya objek Wisata
d. Bagi Masyarakat
Dengan penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui informasi tentang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pariwisata
Menurut beberapa ahli pengertian Pariwisata, yaitu:
(a) Pariwisata yaitu suatu proses berpergian yang mengakibatkan
terjadinya suatu interaksi dan hubungan-hubungan yang saling
mengerti perasaan, persepsi motivasi, tekanan, kepuasaan, kenikmatan
dan lain-lain antar sesama individu maupun antar kelompok (Salah
Wahab 1998).
(b) Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
(c) Pariwisata yaitu suatu perjalanan dari tempat kita berada ke tempat
lain yang menurut kita senang, dengan tujuan untuk mencari sesuatu
hal yang baru, meringankan beban pikiran, memperbaiki kesehatan,
menikmati suasana baru, namun perjalanan itu bersifat sementara dan
dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok (Rahmawati, 2014).
(d) Sedangkan Menurut James J. Spillane (1985) dalam Dyah Ayu 2014,
suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata apabila
memenuhi tiga syarat yaitu bersifat sementara, bersifat sukarela
(voluntary) bukan karena paksaan, dan tidak bekerja yang sifatnya
menghasilkan upah ataupun bayaran.
(e) Pariwisata merupakan suatu aktivitas perubahan tempat tinggal
sementara seseorang, keluar tempat tinggalnya sehari-hari yang
bersifat sementara dengan suatu alasan apa pun kecuali melakukan
kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji (A.J Muljadi dan
Andri Warman 2016).
2. Permintaan Pariwisata
Adapun faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi tingkat
permintaan pariwisata menurut Medlik dalam Rahmawati (2014):
1. Harga
Permintaan dalam pariwisata yang pertama biasanya dari harga,
harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan
memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan
bepergian atau calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan
berkurang begitupula sebaliknya.
2. Pendapatan
Permintaan dalam pariwisata yang berikutnya yaitu pendapatan.
Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka kecenderungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin
kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata semakin
rendah.
3. Sosial budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan
kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal,
maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini
akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan
sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4. Sosial politik (Sospol)
Dampak sosial politik dapat terlihat apabila keadaan daerah tujuan
wisata tidak dalam keadaan aman dan tenteram, apabila keadaan
sosial politik suatu daerah dalam keadaan aman dan tenteram tidak
akan terasa pengaruhnya dalam terjadinya permintaan pariwisata.
5. Intensitas keluarga
Banyak sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan
wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang
banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga
tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan
wisata itu sendiri.
6. Harga barang substitusi
Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan,
dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti
seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu
dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam
memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak
langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat
seperti Yogyakarta.
7. Harga barang komplementer
Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata
lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi,
dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer
ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek
wisata lainnya.
3. Jenis Pariwisata
Beberapa jenis pariwisata yang sedang di minati para wisatawan
pada saat ini seperti Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan, Pariwisata
untuk Rekreasi, Pariwisata untuk Kebudayaan, Pariwisata untuk Olahraga
(Spillane (1985). Hal ini bergantung pada keinginan serta motif yang
berbeda antar sesama manusia.
a. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism).
Jenis pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan oleh
orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk
berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi rasa
hal yang baru, untuk menikmati keindahan wisata alam dan
sejarah-sejarah yang ada di kota tersebut, untuk mendapatkan ketenangan
ataupun ikut merayakan keramaian pusat wisata.
b. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Pada jenis pariwisata untuk rekreasi dilakukan oleh orang yang
menginginkan waktu libur nya untuk beristirahat, untuk memulihkan
kembali kesegaran jasmani dan rohani, untuk menyegarkan kembali
fisik yang telah lelah.
c. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)
Pariwisata untuk kebudayaan dilakukan oleh orang-orang yang ingin
belajar pada pusat pembelajaran dan riset, untuk mempelajari
adat-istiadat, kelembagaan, dan tata cara hidup masyarakat suatu daerah
atau untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban
masa lalu maupun sebaliknya penemuan-penemuan masa kini,
pusat-pusat kesenian, keagamaan dan lain-lain
d. Pariwisata untuk Olahraga (Sport Tourism)
Jenis pariwisata untuk olah raga dilakukan oleh orang-orang pada saat
ada acara olah raga besar seperti Olympiade Games, Piala Dunia dan
lomba-lomba lainnya yang menarik perhatian tidak hanya pada
olahragawannya namun juga bisa menarik penonton atau
penggemarnya.
Jika dilihat dari jenis pariwisata, maka objek wisata alam Telaga
alam Telaga Ngebel merupakan objek wisata yang bisa digunakan oleh
orang-orang yang ingin berlibur, untuk mencari udara segar serta
menikmati keindahan alam dan sejarah-sejarah yang ada, dan untuk
mendapatkan ketenangan ataupun ikut merayakan keramaian pusat
wisata. Karena dengan menikmati udara segar serta pemandangan alam
yang indah dan tenang dipercaya dapat mengembalikan kesegaran
tubuh dan ketegangan pikiran.
4. Bentuk Pariwisata
Pariwisata tidak hanya mempelajari dari motivasi serta tujuan suatu
perjalan, namun dapat dilihat dari kinerja lain seperti bentuk-bentuk
pariwisata. Bentuk pariwisata terbagi menjadi lima kategori dalam
bukunya menurut Pendit (1999).
a. Menurut Asal Wisatawan
Bentuk pariwisata menurut asal wisatawan terbagi lagi menjadi dua,
yaitu wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Wisatawan
domestik yaitu wisatawan yang berpergiannya tidak berpindah tempat
dari negara asalnya, jika wisatawan mancanegara yaitu wisatawan yang
datang dari luar negeri.
b. Menurut Akibatnya Terhadap Neraca Pembayaran
Apabila suatu negara kedatangan wisatawan dari luar negeri maka
para wisatawan tersebut akan membawa mata uang asing. Dimana
pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan, hal ini
disebut pariwisata aktif. Sedangkan perjalanan seorang warga negara ke
luar negeri akan berdampak negatif terhadap neraca pembayaran luar
negeri negaranya dinamakan pariwisata pasif.
c. Menurut Jangka Waktu
Menurut jangka waktu dari kedatangan wisatawan di suatu daerah
ataupun negara juga diperhitungkan menurut lama tinggal para wisatawan
di suatu daerah atau negara yang di kunjungi. Sehingga dapat disebut
dengan pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, dari
kedua istilah ini disesuaikan pada ketentuan yang berlaku disuatu negara
tersebut untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud.
d. Menurut Jumlah Wisatawan
Bentuk pariwisata ini dibedakan berdasarkan jumlah wisatawan yang
datang, apakah wisatawan itu datang sendiri atau bersama rombongan.
Sehingga muncul istilah yang disebut pariwisata tunggal dan pariwisata
rombongan.
e. Menurut alat angkut yang digunakan
Bentuk pariwisata menurut alat angkut yang digunakan juga terbagi
lagi menjadi empat yaitu pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata
kereta api dan mobil, tergantung keinginan wisatawan menggunakan
5. Daerah Tujuan Wisata
Terdapat 5 unsur daerah tujuan yang dikunjungi wisatawan
meliputi perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya
(Nugroho, 2012).
a) Obyek dan daya tarik wisata
Daya tarik wisata menjadi suatu pendorong wisatawan untuk
mengunjungi suatu daerah tempat tujuan wisata.
b) Prasarana wisata
Diperlukan adanya pembangunan prasarana yang baik dan
disesuaikan dengan lokasi serta kondisi obyek wisata untuk
menunjang kesiapan obyek-obyek wisata yang akan dikunjungi
para wisatawan. Prasarana wisata seperti akses jalan yang baik,
adanya ketersediaan listrik, adanya ketersediaan air bersih, adanya
telekomunikasi, adanya terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
Pembangunan prasarana juga akan meningkatkan aksesibilitas
suatu obyek wisata yang dapat meningkatkan daya tarik objek
wisata itu sendiri.
c) Sarana Wisata
Pengadaan sarana wisata dapat disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang
lengkap atau sama. Berbagai sarana wisata yang selayaknya
perjalanan, terjangkaunya alat transportasi dengan mudah, adanya
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.
d) Infrastruktur
Infrastruktur merupakan hal yang penting dalam suatu obyek
wisata, karena infrastruktur yang mendukung berfungsinya sarana
dan prasarana dalam sebuah wisata, baik yang berupa sistem
pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di
bawah tanah.
e) Masyarakat atau Lingkungan
• Masyarakat
Masyarakat tempat tujuan wisatalah yang pertama kali akan
menerima kedatangan dan memberikan pelayanan kepada
wisatawan. Oleh karena itu masyarakat sekitar perlu
mengetahui jenis dan kualitas yang dibutuhkan oleh
wisatawan, dengan cara membentuk komunitas masyarakat
yang sadar wisata. Sebab dengan adanya komunitas tersebut
akan membawa dampak positif bagi masyarakat karena
mereka akan mendapat keuntungan dari para wisatawan
yang membelanjakan uangnya.
• Lingkungan
Lingkungan alam sekitar obyek wisata juga harus tetap
diperhatikan dan terjaga supaya tidak rusak dan tercemari
tahun ke tahun akan merusak ekosistem flora dan fauna
disekitar obyek wisata. Oleh karena itu diperlukan adanya
upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui perarutan
dalam pengelolaan obyek wisata alam.
6. Konsep Willingness to Pay
Secara umum konsep Willingness to Pay merupakan jumlah
maksimum yang rela dibayarkan oleh seseorang untuk memperoleh
kualitas pelayanan yang baik. Pengukuran jumlah maksimum seseorang
ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa
lainnya disebut dengan nilai ekonomi. Konsep ini disebut dengan
willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
oleh sumber daya alam dan lingkungan. Menurut Fembrianty Erry P dkk,
2011 dalam Nugroho, 2012 memberikan penjelasan bahwa Willingness to
Pay disebut juga sebagai harga maksimum yang konsumen rela bayarkan
terhadap barang dan jasa serta mengukur nilai yang ingin konsumen
bayarkan terhadap barang dan jasa, dengan kata lain dapat diartikan untuk
mengukur manfaat marjinal dari konsumen.
Secara grafis, willingness to pay terletak pada area dibawah kurva
permintaan. Surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah yang
dibayarkan oleh konsumen untuk barang dan jasa dengan kesediaan untuk
kelebihan dari yang dibayarkan dan kelebihan ini berakar pada hukum
utilitas marjinal yang semakin menurun.
Sumber : Djijono, 2002 dalam Dyah Ayu, 2014 (dimodifikasi) Gambar 2.1
Surplus Konsumen
Keterangan :
0Q0EP adalah Willingness to Pay
0EP adalah manfaat sosial bersih
P0EP adalah surplus konsumen
0EP0 adalah surplus produsen
Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh produsen
dikurangi biaya produksi. Surplus produsen terlibat dipasar dan supply
pasar menggambarkan menggambarkan biaya marjinal untuk
memproduksi barang dan jasa, sedangkan permintaan pasar
menggambarkan marginal benefit dari mengkonsumsi barang dan jasa. P0
Surplus Konsumen
Q0 E
D 0
P
7. Metode Valuasi Kontingensi Contingent Valuation Methode (CVM).
Pendekatan Contingent Valuation Method dalam Dyah Ayu 2014
merupakan suatu metodologi yang berbasis survei untuk mengestimasi
seberapa besar penilaian masyarakat terhadap barang, jasa, serta
kenyamanan. Metode CVM ini bertujuan mengetahui tingkat maksimum
kerelaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat dan keinginan
menerima (Willingness to Accept), dengan cara memberikan informasi
yang jelas tentang barang atau jasa tersebut kepada penerima manfaat.
Adapun tujuan dari metode CVM (Amanda, 2009) yaitu untuk
mengetahui keinginan membayar (Willingness to pay) dari masyarakat,
serta mengetahui keinginan menerima (Willingness to accept) kerusakan
suatu lingkungan.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan:
1. Berdasarkan penelitian Bayu Windiharto (2014), dengan judul Analisis
Willingness to Pay Pendaki terhadap Pelestarian Jalur Pendakian Cemoro
Kandang” yang dilakukan di Jawa Tengah. Objek penelitian ini adalah di
Wana Wisata Puncak Lawu, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode Contingent Valuation Method (CVM), variabel pada penelitian ini
yaitu variabel nilai penawaran, pendapatan, biaya kunjungan, dan persepsi.
Hasil penelitian menunjukkan perhitungan Willingness to Pay
Wana Wisata Puncak Lawu dengan regresi logistik binner menghasilkan
nilai rataan WTP sebesar Rp 9.354,29 dan nilai total WTP sebesar Rp 66
686 733.41/tahun, sedangkan perhitungan dengan metode Turnbull
menghasilkan nilai rataan WTP sebesar Rp 9.125 dan nilai total WTP
sebesar Rp 65.025.125/tahun. Nilai WTP tersebut juga menunjukkan
non-use value dari Wana Wisata Puncak Lawu yaitu nilai keberadaan
(existence value), nilai warisan (bequest value), dan nilai kebahagiaan
(enjoyment value) dari pendaki. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap Willingness to Pay (WTP) maksimum pendaki terhadap
pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak
Lawu adalah nilai penawaran, pendapatan, biaya kunjungan dan persepsi
kualitas lingkungan.
2. Pada penelitian Cintami Rahmawati (2014), dengan judul “Analisis
Willingness to Pay” Wisata Air Sungai Pleret” yang dilakukan di Kota
Semarang. Objek penelitian ini adalah di Sungai Pleret Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM),
variabel pada penelitian ini variabel persepsi keindahan alam, variabel
pendapatan, variabel pendidikan, variabel jarak, variabel frekuensi variabel
pengetahuan lingkungan sungai.
Hasil penelitian ini besarnya nilai rata-rata yang bersedia
dibayarkan pengunjung adalah sebesar Rp 2.900,00. Nilai tersebut dapat
digunakan sebagai dana untuk melakukan upaya pelestarian lingkungan
wisata air Sungai Pleret Kota Semarang. Variabel persepsi keindahan
alam, pendapatan, pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
besarnya nilai yang bersedia dibayarkan pengunjung wisata air Sungai
Pleret Kota Semarang pada α=5 persen. Variabel jarak, frekuensi
berpengaruh negatif signifikan terhadap besarnya nilai yang bersedia
dibayarkan pengunjung wisata air Sungai Pleret Kota Semarang. Variabel
pengetahuan lingkungan sungai tidak berpengaruh signifikan terhadap
besarnya nilai yang bersedia dibayarkan pengunjung.
3. Berdasarkan penelitian Edwina Firdhatarie Minaputri (2014), dengan judul
Kajian Ekonomi Pelestarian Penyu Sebagai Obyek Wisata Berbasis Jasa
Lingkungan yang dilakukan di Bali. Studi Kasus Turtle Conservation and
Education Center (TCEC), Pulau Serangan, Bali. Penelitian ini
menggunakan metode Travel Cost Method (TCM), Contingent Valuation
Method (CVM), Cost Benefit Analysis (CBA), variabel pada penelitian ini
yaitu variabel usia, variabel pendapatan, variabel tingkat pendidikan,
variabel jumlah tanggungan, variabel frekuensi kunjungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai ekonomi jasa wisata dari
TCEC adalah sebebsar Rp 518.656.568.627,00. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa TCEC memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Oleh
karena itu, keberadaan TCEC harus dijaga keberlangsungannya sebagai
Nilai rataan WTP responden wisatawan nusantara adalah Rp 10.661,76 per
kunjungan dan nilai rataan WTP responden wisatawan mancanegara
adalah Rp 55.333,33 per kunjungan. Hal ini untuk membantu menjaga dan
melestariakan penyu di TCEC. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
wisatawan nusantara di TCEC adalah umur, frekuensi kunjungan, dan
tingkat pendidikan dengan masing-masing pada taraf nyata 1%, 5%, dan
10% secara berturut-turut. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
wisatawan mancanegara di TCEC adalah jumlah tanggungan dan frekuensi
kunjungan dengan masing-masing pada taraf nyata 1% dan 5% secara
berturut-turut. Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C dan
IRR, bahwa secara finansial kegiatan pelestarian penyu sebagai obyek
wisata usaha ini belum dapat menjamin keberlangsungan aktivitas
pelestarian penyu dan dikhawatirkan akan mendapat kerugian kedepannya,
dengan demikian diperlukan adanya perbaikan dalam pengelolaan
finansial TCEC.
4. Pada penelitian Hardiyani Puspitasari (2015), dengan judul “Analisis
Willingness to Pay Perbaikan Kualitas Kereta Api Ekonomi Jarak Jauh di
Yogyakarta”. Objek penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta tepatnya
di Stasiun Lempuyangan. Penelitian ini menggunakan metode Contingent
Valuation Method (CVM), variabel pada penelitian ini variabel usia,
variabel tingkat pendapatan, variabel jumlah tanggungan anak, variabel
Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan data primer yang diperoleh
dengan wawancara langsung kepada 146 pengguna Kereta Api jarak jauh
Jogja-Jakarta, total Willingness to Pay 146 responden dalam upaya
perbaikan fasilitas adalah sebesar Rp 11.514.500 dengan nilai rata-rata
Rp.78.866. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi willingness to
pay membayar tarif kereta api ekonomi jarak jauh Jogja-Jakarta adalah
usia, pendidikan, pendapatan dan maksud perjalanan. Dari ke empat
variabel tersebut variabel maksud perjalanan yang sangat mempengaruhi
willingness to pay kereta api ekonomi jarak jauh Jogja-Jakarta.
5. Pada penelitian M. Fadhli Diana (2013), dengan judul “Analisis
Willingness to Pay Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis
Sawahlunto Sumatera Barat”. Objek penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Muaro Kalaban, Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan
metode Contingent Valuation Method (CVM), variabel pada penelitian ini
variabel waktu yang dihabiskan di lokasi, variabel tingkat pendidikan,
variabel usia, variabel tingkat pendapatan, variabel jenis kelamin.
Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan data primer yang diperoleh dengan
wawancara langsung kepada 98 pengunjung Objek Wisata Kandis
Sawahlunto, nilai rata-rata WTP untuk wahana 4 dimensi sebesar Rp
20585.11 dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp 3.700.194.108,
sedangkan nilai rata-rata WTP untuk wahana flying fox sebesar Rp
Nilai rata-rata WTP responden yang di peroleh untuk ke dua wahana
tersebut lebih tinggi dari rencana harga tiket yang akan ditetapkan oleh
pihak pengelola yaitu Rp 20.000 untuk wahana 4 dimensi, dan Rp 15.000
untuk wahana flying fox.
Dari hasil wawancara dengan 98 responden diperoleh 94 orang
responden bersedia membayar untuk tambahan wahana 4 Dimensi dan
flying fox sedangkan sisanya 4 orang responden tidak bersedia membayar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian membayar (WTP) untuk
wahana 4 dimensi adalah waktu yang dihabiskan di lokasi, tingkat
pendidikan, usia, dan tingkat pendapatan, sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi untuk wahana flying fox adalah jenis kelamin, waktu yang
dihabiskan di lokasi, dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan
tidak berpengaruh nyata untuk kedua wahana tersebut.
6. Pada penelitian Valentina Godis Lovekaristy (2014), dengan judul
“Analisis Willingness to Pay Pengunjung Domestik Warisan Hidup Candi
Borobudur Dalam Upaya Pemeliharaan”. Penelitian ini menggunakan
metode Contingent Valuation Method (CVM), dengan rumusan masalah
karakteristik ekonomi, persepsi pengunjung, dan faktor
sosial-ekonomi.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dengan
menggunakan metode accidental sampling, dengan jumlah sample
sebagian besar adalah wanita, dengan status belum menikah, dan berusia
antara 21 tahun hingga 30 tahun.Sebagian besar pengunjung berpendidikan
sarjana dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp 2.700.000,00. Secara
umum publik bangga dan senang adanya warisan nenek moyang yang ada
sampai saat ini, bahkan para pengunjung memberikan nilai yang tinggi
terhadap warisan nenek moyang yang ada. Dan untuk Candi Borobudur
sebagai salah satu warisan yang ada, mereka bersedia untuk berkontribusi
dalam melestarikan warisan hidup secara berkelanjutan. Dari hasil analisis
faktor-faktor yangberpengaruh secara signifikan terhadap kemauan
seseorang untuk membayar adalah faktor pendapatan, pendidikan dan
umur seseorang. Dan dari analisis nilai EWTP diperoleh sebesar Rp
35.000,00 yang mampu dibayarkan untuk pemeliharaan lebih lanjut, pada
nilai ini diketahui bahwa faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah
faktor jenis kelamin dan pendapatan.
7. Pada penelitian Novia Anisa Sasmi (2016), dengan judul “Faktor-faktor
yang mempengaruhi Willingness to Pay Pengunjung Objek Wisata Pantai
Goa Cemara”. Objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul
tepatnya pada Pantai Goa Cemara. Penelitian ini menggunakan metode
Contingent Valuation Method (CVM), variabel pada penelitian ini variabel
usia, variabel pendidikan, variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan.
Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan data primer yang diperoleh
Goa Cemara, total willingness to pay 146 responden obyek wisata Pantai
Goa Cemara adalah sebesar Rp1.413.000,00 dengan nilai rata-rata sebesar
Rp9.678,00. Hasil analisis penelitian menunjukan variabel usia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Willingness to Pay (WTP),
variabel pendidikan terakhir berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Willingness To Pay (WTP), dan variabel tingkat pendapatan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Willingness To Pay (WTP) pengunjung
obyek wisata Pantai Goa Cemara.
C. Hipotesis
1. Variabel tingkat penghasilan diduga berpengaruh positif terhadap
besarnya nilai WTP dalam upaya pelestarian objek wisata alam di kota
Ponorogo.
2. Variabel lama pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap besarnya
nilai WTP dalam upaya pelestarian objek wisata alam di kota Ponorogo.
3. Variabel biaya rekreasi diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya
nilai WTP dalam upaya pelestarian objek wisata alam di kota Ponorogo.
4. Variabel frekuensi kunjungan diduga berpengaruh positif terhadap
besarnya nilai WTP dalam upaya pelestarian objek wisata alam di kota
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek /Subjek Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga
Ngebel.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya di lokasi wisata alam
Telaga Ngebel.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait yaitu Badan
Pusat Statistik Provinsi Ponorogo, Dinas Pariwisata Ponorogo dan pengelola
objek wisata terkait. Data primer adalah data yang diperoleh dengan interaksi
langsung kepada responden, seperti wawancara dan dibantu dengan
menggunakan kuesioner. Dalam hal ini, data primer diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang berada di
objek wisata Telaga Ngebel.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan atau pengambilan keseluruhan objek penelitian dilakukan
dengan cara random sampling. Beberapa kelebihan dari random sampling
adalah prosedur pemilihan sampel yang sangat mudah, unit pemilihan sampel
hanya satu macam, kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan, cukup dengan
gambaran garis besar dari populasi dan merupakan desain sampel yang paling
sederhana dan mudah. Setiap elemen dalam populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih atau teknik pengambilan sampel berdasarkan siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan bersedia untuk
dijadikan responden.
Penentuan sampelnya dicari dengan memakai rumus Slovin yaitu:
� = �
1 +��
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang akan diteliti
N : jumlah populasi (Pengunjung Obyek Wisata Telaga Ngebel
tahun 2015)
e :persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih di tolerir (ditetapkan 10%)
� = �
1 +��
�= 172541
1 + 172541(10%)
Hasil dari rumusan Slovin tersebut diperoleh jumlah responden yang
nantinya akan digunakan sejumlah 100 responden sebagai jumlah responden
minimum yang akan digunakan. Namun peneliti mengambil sampel sebanyak
120 responden yang merupakan pengunjung objek wisata Telaga Ngebel.
Dipilih secara acak dari jumlah pengunjung yang merupakan wisatawan
nusantara. Pertimbangannya karena relatif lebih mudah, cepat, serta
menghemat biaya.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
1) Metode Dokumentasi.
Mencari serta mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada
dibuku, majalah dan Koran, oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, BPS
ataupun data yang tersedia pada internet dan sumber lainnya.
2) Metode Studi Kepustakaan.
Suatu cara untuk memperoleh suatu data dengan membaca
literature atau jurnal-jurnal terdahulu yang masih berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
3) Metode Kuisioner/ angket .
Suatu metode dengan pengambilan data secara langsung dengan
mewawancarai responden yang akan dijadikan sampel untuk memperoleh
tertulis yang telah dipersiapkan sebelumnya dan pertanyaan tersebut akan
dijawab oleh responden.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1) Willingness to Pay
Willingness to Pay merupakan jumlah maksimum yang rela
dibayarkan oleh seseorang untuk memperoleh kualitas pelayanan yang
baik (Akhmad Fauzi, 2004 dalam Dyah Ayu 2014). Konsep willingness to
pay sebenarnya adalah harga di tingkat konsumen dimana merefleksikan
nilai barang atau jasa serta pengorbanan untuk mendapatkannya
(Simonson dan Drolet, 2003 dalam Nugroho, 2012).
2) Tingkat penghasilan
Tingkat penghasilan pada penelitian ini adalah jumlah penghasilan
per bulan yang diperoleh wisatawan atau responden yang telah bekerja dan
berpenghasilan. Pada penelitian ini, untuk responden pelajar dan
mahasiswa tingkat penghasilan mereka adalah uang saku yang diterima per
bulan. Besar kecilnya penghasilan seseorang akan mempengaruhi jumlah
pengeluarannya.
3) Lama pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama
pendidikan formal yang telah dicapai oleh pengunjung objek wisata
4) Biaya Rekreasi
Biaya rekreasi yang dimaksud disini yaitu total biaya yang
dikeluarkan oleh wisatawan terkait kegiatan wisata yang dilakukan di
lokasi wisata tidak termasuk biaya tiket masuk. Biaya rekreasi mencakup
biaya transportasi, biaya konsumsi, akomodasi, dokumentasi dan lain-lain.
5) Frekuensi Kunjungan
Frekuensi kunjungan adalah seberapa sering wisatawan
mengunjungi lokasi wisata atau sudah berapa kali wisatawan mengunjungi
lokasi wisata tersebut dalam waktu satu tahun terakhir
G. Alat Analisis
Metode yang sering digunakan dalam menghitung nilai willingness to pay
(WTP) adalah analisis regresi berganda dan contingen valuation method
(CVM) dengan melakukan survey secara lagsung terhadap responden.
Contingent Valuation Method (CVM) yaitu metode survei secara langsung
bertanya kepada pengunjung tentang kerelaan untuk membayar (willingness to
pay) untuk memelihara alam sekitar Telaga Ngebel. Contingent Valuation
Method mampu mengukur nilai suatu barang yang tidak memiliki pasar seperti
barang lingkungan. Metode ini dapat mengetahui tingkat maksimum kerelaan
membayar dan cukup memberikan informasi yang jelas mengenai barang
tersebut kepada penerima manfaat.
Willingness to pay dapat diperkirakan melalui hasil jawaban dari
secara langsung manfaat pengguna fasilitas adalah pengunjung obyek wisata
alam Telaga Ngebel. Dari hasil tersebut akan diperoleh rata-rata penjumlahan
keseluruhan willingness to pay yang kemudian akan dibagi dengan jumlah
responden. Berikut adalah langkah yang digunakan dalam menghitung
willingness to pay:
1. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap
muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP
(Fauzi, 2006 dalam Rahmawati 2014), yaitu :
a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden
ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil
hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang
sanggup dibayarkan oleh responden.
b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan
sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden
setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut.
c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk
kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin
mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/
d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka
tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan
tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, metode ini
biasanya responden mengalami kesulitan untuk menjawab,
khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya
mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan metode
pertanyaan terbuka untuk memeperoleh besarnya nilai penawaran,
karena peniliti ingin mengetahui seberapa besar masyarakat peduli
dengan kebersihaan dan perlunya menjaga kelestarian obyek wisata
alam.
2. Memperkirakan Nilai Rata-rata Willingness to Pay
Nilai rata-rata yang akan dikeluarkan oleh responden yang bersedia
membayar data dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini
(Hasiani dkk,2013 dalam Hardiyani 2015):
����
=
∑
��
� �=
�
Keterangan:
EWTP : Rata-rata nilai WTP pengunjung
Wi : Besar WTP yang bersedia dibayarkan
i : Responden yang bersedia membayar
n : Jumlah responden
3. Setelah menduga nilai tengah dari WTP selanjutnya menduga nilai
Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai
total WTP dari responden dengan menggunakan rumus (Hasiani
dkk,2013 dalam Hardiyani 2015):
����
=
� ����
�
�=
��
� �
Keterangan :
ƩTWTP : Total WTP
WTPi : WTP individu sampel ke-i
Ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar
WTP
N : Jumlah sampel
H. Model Penelitian
Berdasarkan studi empiris maka model regresi dalam penelitian ini sebagai
berikut :
WTP = f (Inc, Edu, BR, Vis) ... (1)
Kemudian fungsi tersebut dinyatakan dalam bentuk hubungan WTP dan Inc,
Edu, BR, Vis maka,
WTP = β0 + β1Inc + β2Edu + β3BR + β4Frek + e ... (2)
Persamaan di atas diubah ke dalam bentuk linier berganda sehingga menjadi,
LnWTP = β0+ β1LnInc+ β2LnEdu+ β3LnBR+ β4Frek+ e ... (3)
WTP = Willingness to Pay (Rp)
β0 = Intersep
β1,…,β4 = Koefisien regresi
Inc = Tingkat Penghasilan (Rp per bulan)
Edu = Lama Pendidikan
BR = Biaya Rekreasi (Rp)
Frek = Frekuensi Kunjungan (kali)
e =Error term
I. Uji Validasi dan Reabilitas
a) Uji Validitas
Uji validitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuisioner atau angket (Widyaningtyas, 2010
dalam Hardiyani 2015). Kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuisioner mampu menjawab sesuatu yang akan diukur oleh
kuisioner.
Untuk menguji tingkat validitas instrument penelitian yang
menggunakan korelasi, maka harus diketahui total skor untuk tiap-tiap
responden. Menurut Sudarmanto, 2005 dalam Rahmawati, 2014 untuk
menguji tingkat validitas instrumen atau yang menggunakan teknik
korelasi product moment dari Pearson dengan angka kasar maka
rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
� = � −( )( )
Keterangan:
� : Koefisien validitas item yang dicari
X : Skor responden untuk tiap item
Y : Total skor tiap responden dari seluruh item
ƩX : Jumlah skor dalam distribusi X
ƩY : Jumlah skor dalam distribusi Y
ƩX2 : Jumlah kuadrat masing-masing skor
X ƩY2
: Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
N : Jumlah subyek
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrument menggambarkan pada kemantapan dan
keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat
ukur tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan (dependability)
dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability) (Sudarmanto,
2005 dalam Rahmawati, 2014).
�=� �
r : Reliabilitas instrument
k : Banyak butir pertanyaan
� : Jumlah varians butir
J. Pengujian Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, berarti terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Cara
mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dalam model regresi adalah:
a. R2 cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing
koefisien regresi nya tidak signifikan.
b. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup (sufficent) akan tetapi
bukan syarat yang perlu (necessary) untuk terjadinya
multikolinearitas. sebab pada R2 yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi
multikolineraritas.
c. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel
independen yang lain, kemudian di hitung R2 nya dengan uji F;
Jika F* > F tabel berarti H0 di tolak, ada multikolinearitas
Jika F* < F tabel berarti H0 di terima, tidak ada
multikolinearitas
Masalah multikolinearitas juga dapat dilihat pada nilai tolerance dan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam analisis regresi pada program
spss. Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari
2. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan keadaan dimana dalam fungsi regresi
terdapat gangguan yang memiliki varian yang tidak sama. Asumsi penting
pada model regresi linear variance masing-masing disturbance adalah
sama dengan s2. Asumsi ini disebut dengan homokedastisitas. Secara
simbolis dinyatakan sebagai berikut:
E ( �) = ϭ2 i = 1, 2,…,n
Kenyataannya variance tidak selalu sama pada masing-masing i. Hal
ini disebut dengan heterokedastisitas. Penyebab adanya heterokedastisitas
adalah error learning model, perbaikan dalam pengumpulan data dan
kesalahan spesifikasi model. Akibat dari adanya heteroskedastisitas pada
hasil regresi, adalah sebagai berikut :
a. Varians tidak lagi minimum.
b. Pengujian dari koefisien regresi menjadi kurang kuat.
c. Koefisien penaksir menjadi bias.
d. Kesimpulan yang diambil menjadi salah.
Masalah heterokedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan Uji
White pada program eviews, dengan cara melihat nilai probabilitas Obs*R
Square. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat nilai probabilitas Obs*R Square yang dihasilkan lebih besar dari 5
persen. Jika nilai probabilitas Obs*R Square lebih besar dari 5 persen
maka dapat dikatakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam