• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun

2011-2015)

SKRIPSI

Oleh:

Vera Septinawati

NPM: 20130730254

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

(2)

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE

ADDED (EVA) DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun

2011-2015)

SKRIPSI

Oleh:

Vera Septinawati

NPM: 20130730254

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

(3)

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Vera Septinawati

NPM: 20130730254

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

(4)
(5)

PENGESAHAN

Judul Skripsi

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN

FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011- 2015)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Vera Septinawati

NPM : 20130730254

telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat

Konsenterasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 8 Desember 2016 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Sidang Dewan Seminar Proposal Skripsi

Ketua Sidang : Syah Amelia Manggala Putri, S.E.I., M.E.I.

(………)

Pembimbing : Julia Noermawati Eka, S.E., M.S.I.

(………)

Penguji

: Aqidah Asri Suwarsi, S.E.I., M.E.I.

(………)

Yogyakarta, 8 Desember 2016

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dekan,

(6)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa

: Vera Septinawati

Nomor Mahasiswa : 20130730254

Program Studi

: Muamalat

Judul Skripsi

:

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN

DENGAN MENGGUNAKAN

ECONOMIC VALUE

ADDED

(EVA) DAN

FINANCIAL VALUE ADDED

(FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia

Periode Tahun 2011- 2015)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 22 November 2016

Yang membuat pernyataan

(7)

MOTTO

“Pengembara akan terus mencari meski harus kembali pulang”

(8)

PERSEMBAHAN

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah puji dan syukur atas karunia Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada penulis. Serta shalawat dan

salam selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta sahabat

dan keluarganya yang telah memberikan tauladan baik bagi kita semua.

Penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

dengan Menggunakan Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan

Financial Value Added (FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia

Periode Tahun 2011-2015)” ini Alhamdulillah bisa terselesaikan tanpa hambatan

berarti suatu apapun. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Proses terselesainya skripsi ini sampai akhir tentunya tidak terlepas dari

kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2.

Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

3.

Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.SI selaku Kepala Jurusan Ekonomi dan

Perbankan Islam.

(10)

5.

Ibu Julia Noermawati , S.E., M.SI selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi

ini.

6.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta yang dengan tulus telah memberikan ilmu selam di bangku

perkuliahan.

7.

Orang tua penulis Bapak Dul Kahar dan Ibu Indah Setiawati yang telah

memberikan segalanya kepada saya.

8.

Seluruh keluarga, sahabat serta teman-teman yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu, terima kasih atas do’a dan semangat yang

diberikan.

9.

Semua pihak yang telah membantu proses terselesainya skripsi ini sampai

akhir.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang

membangun atas keterbatasan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

dan berguna bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 22 November 2016

(11)

DAFTAR ISI

ANALISIS ... i

NOTA DINAS ...

Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)
(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan perbankan syariah berdasarkan

nilai tambah perusahaan selama periode tertentu. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan menggunakan data time series dari tahun 2011-2015

pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan

Economic Value Added

(EVA) dan

Financial Value Added

(FVA).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan analisis EVA, pada tahun

2011-2015 manajemen perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia mampu

menciptakan nilai tambah ekonomis perusahaan. Begitu pula hasil analisis dengan

metode FVA. Manajemen perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia pada tahun

2011-2015 juga mampu menciptakan nilai tambah finansial perusahaan.

(17)

ABSTRACT

This study aims to analyze the financial performance of syariah banking

company based on company added value in a certain period. The type of this

study is quantitative study using time series data in the year of 2011-2015 in PT.

Bank Muamalat Indonesia. The analysis used in this study is are Economic Value

Added (EVA) and the Financial Value Added (FVA) approach.

The results of this study indicate that in EVA analysis, in the year of

2011-2015 the management of PT. Bank Muamalat Indonesia can create the economic

added value for this company. Similarly to the result of EVA analysis, in FVA

analysis the management of PT. Bank Muamalat Indonesia also can create the

financial added value to the company in 2011-2015.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya perekonomian saat ini, menuntut suatu

perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak di industri jasa keuangan

untuk terus meningkatkan kinerjanya. Kinerja perusahaan yang sangat erat

kaitannya dengan kondisi perekonomian adalah kinerja keuangan. Penilaian

dalam kinerja keuangan yaitu usaha dalam mengukur efektivitas dan efisiensi

kegiatan keuangan perusahaan dalam kurun waktu atau periode tertentu.

Pengukuran kinerja keuangan sangat penting dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan perusahaan dan hasil pengukurannya dapat memberikan

manfaat bagi para

stakeholder

.

Sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan

merupakan gambaran kondisi suatu perusahaan, di mana selanjutnya menjadi

suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja keuangan. Namun

melihat laporan keuangan saja tidak dapat memperoleh gambaran tentang

perkembangan keuangan perusahaan. Untuk itu diperlukan analisis lebih

lanjut terhadap laporan keuangan agar dapat lebih terlihat kondisi keuangan

perusahaan pada periode tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan

(19)

yang lebih berguna, lebih akurat bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk

pengambilan keputusan.

1

Salah satu industri jasa keuangan yang selalu menjadi sorotan adalah

industri perbankan. Perbankan merupakan lembaga intermediasi yang

mengalihkan dana dari unit ekonomi surplus (penabung) ke unit ekonomi

defisit (peminjam). Perbankan memiliki fungsi yang menjadi penghubung

(intermediasi) bagi pemilik modal yang berlebih dengan pihak yang

membutuhkan modal untuk dikelola. Ini menjadikan peran bank sangat

penting di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

2

Lebih rinci, perbankan saat ini dibedakan menjadi dua yaitu

perbankan konvensional dan perbankan syariah.

Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi, ditandai dengan

disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang

tersebut diatur dengan rinci landasan hukum, serta jenis-jenis usaha yang

dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang

tersebut juga memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka

1

Hariadi, Indra, dkk.,

Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan Analisis

Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT Trikomsel Oke, Tbk dan PT

Matahari Department Store, Tbk yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011), Jurnal Administrasi

Bisnis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2013, hal. 1.

(20)

cabang syariah atau bahkan mengkorvensi diri secara total menjadi bank

syariah.

3

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank syariah adalah

lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan

kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip

syariat Islam.

4

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menjadi tolok ukur

keberhasilan ekonomi syariah. Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Dubai

Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan

Bank BRI Syariah adalah perbankan syariah yang mampu menyediakan

layanan lalu lintas pembayaran di luar negeri. Hal tersebut merupakan

perkembangan eksistensi bank syariah untuk semakin mendapatkan

kepercayaan masyarakat.

Semakin berkembangnya perbankan syariah akhir-akhir ini tidak

hanya sekedar wacana, namun juga dapat ditunjukkan dengan bukti nyata

yaitu statistik perbankan syariah yang dapat dilihat pada tabel berikut:

3

Antonio, M. Syafi’i,

Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan

, Jakarta: Tazkia

Institute, 1999, hal. 66.

(21)

Tabel 1. 1

Rasio Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

Tahun 2011-2015

Tahun CAR (%) ROA (%) NPF (%) FDR (%) Aset (trilliun rupiah)

2011

16.63

1.79

2.52

88.94

145,467

2012

14.13

2.14

2.22

100

155,018

2013

14.42

2.00

2.62

100.32

242,276

2014

15.74

1.19

3.75

97.84

272,343

2015

15.02

1.15

3.93

96.45

296,262

Sumber: ojk.go.id, diolah

Kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia pada setiap tahunnya

selalu terjadi peningkatan maupun penurunan. Hal tersebut terlihat dengan

analisis menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu CAR (

Capital Adequacy

Ratio

) atau rasio kecukupan modal, ROA (

Return On Assets

) atau rasio laba

sebelum pajak terhadap total aset rata-rata, NPF (

Net Performing Financing

)

rasio pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan dan FDR (

Financing

to Deposit Ratio

) atau rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga. Beberapa

analisis rasio keuangan tersebut merupakan rasio yang dapat menggambarkan

kinerja keuangan perbankan syariah dari beberapa aspek. Aspek yang

(22)

perhitungan rasio keuangan, perbankan syariah dapat juga mengetahui

seberapa besar aset yang dimiliki.

Sumber: ojk.go.id, diolah

Gambar 1. 1

Perkembangan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

(2011–2015)

Terlihat jelas pada gambar bahwa perkembangan kinerja keuangan

perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2011–2015 mengalami

peningkatan atau penurunan yang relatif tidak terlalu signifikan. Meskipun

demikian, perbankan syariah masih terus eksistensi dalam perekonomian

Indonesia dengan segala upayanya. Kepercayaan masyarakat pada bank

syariah menjadikan perbankan tersebut selalu berusaha melakukan perbaikan

setiap tahun. Hal tersebut tercermin pada FDR yang sering kali mendekati

angka 100%, sehingga fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi telah

benar-benar diaplikasikan oleh perbankan syariah di Indonesia.

0

20

40

60

80

100

120

2011

2012

2013

2014

2015

(23)

Sumber: ojk.go.id, diolah

Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun (2011

Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan

kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan

terjadi pada tahun 2013. Dari grafik, total aset

tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk

semakin berkontribusi

Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan

untuk mengukur kine

konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya

analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang

cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan b

rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi

0

50

100

150

200

250

300

Sumber: ojk.go.id, diolah

Gambar 1. 2

Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun (2011

2015)

Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan

kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan

un 2013. Dari grafik, total aset semakin meningkat

tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk

berkontribusi dalam perekonomian negera.

Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan

untuk mengukur kinerja keuangannya adalah dengan menggunakan metode

konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya

analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang

cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan b

rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi

2011

2012

2013

2014

2015

Aset Perbankan Syariah di Indonesia

Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun

(2011-Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan

kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan

semakin meningkat setiap

tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk

Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan

rja keuangannya adalah dengan menggunakan metode

konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya, meskipun

analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang

cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti

(24)

keuangan yang sesungguhnya.

5

Rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja suatu

perusahaan mempunyai kelemahan yaitu mengabaikan adanya biaya modal

(modal yang diinvestasikan) dan kontribusi

fixed assets

(aset tetap). Hal

tersebut menjadikan perusahaan sulit untuk mengetahui apakah perusahaan

telah menciptakan nilai atau tidak bagi para

stakeholder

nya.

Begitu pula analisis yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) terhadap perbankan syariah di Indonesia. OJK sebagai lembaga negara

yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang

terintegrasi salah satunya terhadap perbankan syariah, tentu mempunyai

penilaian sesuai Undang-Undang yang berlaku. Penilaian tingkat kesehatan

bank secara individual untuk Bank Umum Syariah (BUS) mencakup penilaian

terhadap faktor Profil Risiko,

Good Corporate Governance

(GCG),

Rentabilitas dan Permodalan. Sedangkan untuk Unit Usaha Syariah, penilaian

hanya mencakup Profil Risiko. Meskipun demikian, dalam mengukur kinerja

keuangannya sendiri masih sama seperti perusahaan pada umumnya yaitu

dengan analisis rasio keuangan.

Disadari bahwa rasio keuangan sebagai alat pengukur kinerja

mempunyai beberapa kelemahan seperti mengabaikan adanya biaya modal

dan kontribusi

fixed assets

, sehingga sulit untuk mengetahui apakah

perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Mengingat keterbatasan yang

timbul dari analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur kinerja keuangan

perusahaan, maka diusulkan konsep pengukuran kinerja keuangan yang

(25)

didasarkan pada konsep nilai tambah (

value added based

). Dengan

value

added based

sebagai alat ukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut selalu

meningkatkan nilai perusahaan. Dengan pengukuran yang berbasis pada nilai,

diharapkan didapat hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan

mendukung penyajian laporan keuangan. Sehingga para pemakai laporan

keuangan dapat dengan mudah mengambil keputusan baik untuk berinvestasi

maupun untuk perencanaan peningkatan kinerja perusahaan. Konsep yang

diusulkan adalah

Economic Value Added

(EVA) dan

Financial Value Added

(FVA).

6

Pengukuran tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan rasio profitabilitas saja dirasa masih belum cukup dikarenakan rasio

profitabilitas memiliki beberapa kelemahan. Tujuan perusahaan pada era

globalisasi saat ini tidak semata-mata pada penciptaan laba saja, namun juga

dituntut untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Sejak tahun 1990-an,

dunia bisnis mengenal pendekatan baru dalam mengukur profitabilitas

perusahaan yang dikenal dengan konsep nilai tambah ekonomi atau

Economic

Value Added

(EVA). Konsep ini pertama kali dipopulerkan oleh Stern

Steward

Management Service

yang merupakan perusahaan konsultan dari

New York, Amerika Serikat pada tahun 1989. Perusahaan konsultan yang

didirikan oleh Joen M.Stern dan G.Bennet Steward III. EVA merupakan

jawaban atas metode penelitian yang lebih baik terhadap kinerja operasional

perusahaan. Hal ini dikarenakan EVA memasukkan nilai biaya modal dalam

6

Abu Bakar,

Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan

(26)

perhitungannya untuk mengetahui penambahan nilai ekonomis perusahaan.

Dengan menghitung semua biaya modal maka akan nampak kemampuan

riil

perusahaan dalam menciptakan nilai tambah perusahaan. Perusahaan yang

tampak memiliki laba bersih tinggi, belum tentu mampu menciptakan nilai

bagi perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki EVA yang bagus,

dapat dipastikan laba bersihnya bagus pula. Metode EVA selanjutnya

digunakan sebagai pendukung dan pelengkap untuk mengatasi keterbatasan

yang dimiliki oleh analisis rasio keuangan sehingga dapat menunjukkan

kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.

7

Paradigma nilai tambah yang masih belum banyak dikemukakan

adalah

Financial Value Added

(FVA) yaitu metode baru dalam mengukur

kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan

kontribusi dari

fixed assets

dalam menghasilkan keuntungan bersih

perusahaan.

8

Kelebihan dari metode FVA dibandingkan dengan metode EVA

adalah konsep FVA yang mengintegrasikan keseluruhan dari kontribusi aset.

Sebagai unsur penambah nilai, secara jelas FVA mengakomodasikan

kontribusi konsep durasi proses penciptaan nilai

atau

value growth duration

.

Unsur itulah yang menjadikan FVA lebih baik dibanding EVA yang tidak

7

Hariadi, Indra, dkk.,

Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan Analisis

Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT Trikomsel Oke, Tbk dan PT

Matahari Department Store, Tbk yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011), Jurnal Administrasi

Bisnis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2013, hal. 2.

(27)

menjelaskan unsur penambahan nilai secara rinci. Namun FVA kurang praktis

jika dibandingkan dengan EVA dalam mengantisipasi fenomena bila

perusahaan menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang

diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset

dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan.

Kelebihan dan kekurangan metode EVA dan FVA dapat dijadikan

sebagai pertimbangan perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan. Sebab

kedua metode tersebut dapat sebagai acuan dalam manajemen perusahaan

selanjutnya. Dari pengukuran EVA dan FVA perusahaan dapat menilik kinerja

keuangan dari aspek yang berbeda dan mampu mensinkronisasikan menjadi

suatu kesimpulan untuk perbaikan kinerja keuangan yang dirasa masih belum

cukup dalam mencapai tujuan.

Selanjutnya, metode EVA dan FVA yang selama ini seringkali

dijadikan sebagai alat ukur pada perusahaan konvensional, dapat dijadikan

pula sebagai alat ukur pada perusahaan yang berbasis syariah seperti

perbankan syariah. Dalam Islam, metode apapun dapat dijadikan alat ukur

selama tidak bertentangan dengan syariah.

Keperluan adanya kaidah dalam transaksi muamalah, tercermin pada

qawa’id

yang paling mendasar yaitu

al-aslu fi almu’amalah al-ibaahah illaa

an-yadull daliil ‘alaa tahriimihaa.

ﺎ ﮭﻤﯾﺮﺤﺗ ﻰ ﻠﻋ ﻞ ﯿﻟد لﺪ ﯾ نأ ﻻإ ﺔ ﺣﺎﺑﻹا ﺔ ﻠﻣﺎﻌﻤﻟا ﻰ ﻓ ﻞ ﺻﻷا

Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah

mubah

(boleh) kecuali

(28)

transaksi perdagangan dan ekonomi menjadi halal kecuali jelas ada alasan

yang melarangnya.

9

Begitu pula metode yang digunakan sebagai alat ukur

transaksi muamalah. Selama metode tidak bertentangan dengan syariah dan

sesuai kaidah, maka tidak ada larangan di dalamnya.

Perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang semuanya memiliki

peranan dan porsi masing-masing dalam industri jasa keuangan. Salah satu

perbankan syariah yang ikut andil dalam perekonomian adalah Bank

Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia sendiri merupakan pelopor

berdirinya perbankan berdasarkan hukum Islam. Sebagai bank pertama murni

syariah, Bank Muamalat Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan layanan

yang kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.

Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga

nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui berbagai macam

penghargaan bergengsi yang diterima oleh Bank Muamalat Indonesia.

Penghargaan yang diterima di antaranya Peringkat I Kategori Bank Umum

Syariah - Infobank

Digital Brand of The Year

2015,

IFN Awards Best Islamic

Bank in Indonesia

tahun 2015

dan perhargaan lainnya.

Kendati demikian, beberapa tahun terakhir ini Bank Muamalat

Indonesia bergolak dikarenakan perekonomian Indonesia dan faktor

intern

9

Muqorobin, Masyhudi,

Qawaid Fiqhiyyah Sebagai Landasan Perilaku Ekonomi Umat

(29)

perusahaan yang sedang tidak stabil. Terlihat jelas pada analisis rasio

keuangan sebagai berikut:

Tabel 1. 2

Rasio Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2011-2015

Tahun CAR (%) ROA (%) NPF (%) FDR (%) Aset (trilliun rupiah)

2011

11.78

1.13

2.99

76.76

32,5

2012

11.03

0.20

3.63

94.15

44,9

2013

14.43

0.27

3.46

99.99

54,7

2014

13.91

0.17

4.85

84.14

62,4

2015

12.36

0.20

4.20

90.30

53,1

Sumber: ojk.go.id, diolah

Dalam rentan waktu lima tahun terakhir ini, Bank Muamalat

memperlihatkan kinerja yang kurang memuaskan. Terlihat bahwa kinerja

keuangan perusahaan terutama pada NPF (

Net Performing Financing

)

membutuhkan perhatian lebih. NPF yang tinggi (hampir mencapai 5%) seperti

pada tahun 2014, semakin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan perlu

dievaluasi apakah permasalahan dari

internal

maupun

eksternal

perusahaan.

NPF yang tinggi juga dapat memengaruhi rasio keuangan perusahaan yang

lainnya. Rasio keuangan yang terlihat jelas terkena imbasnya yaitu rasio laba

dan modal. Pembiayaan yang bermasalah pasti akan menurunkan tingkat laba

(30)
[image:30.595.165.479.110.307.2]

Sumber: ojk.go.id, diolah

Gambar 1. 3

Perkembangan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia

(2011-2015)

Dari grafik di atas nampak jelas NPF masih berkisar hampir 5%, ROA

(

Return on Asset

) relatif rendah pada tahun 2012–2015 yaitu berada di

peringkat 4 (selalu di bawah 0,5%) serta FDR (

Financing to Deposit Ratio

)

yang pergerakan naik turunnya cukup terlihat. CAR (

Capital Adequacy Ratio

)

yang mendapatkan imbas dari NPF yang tinggi, sangat terlihat pada tahun

2014 dan tahun 2015. Rasio CAR mengalami penurunan pada dua tahun

tersebut. Permasalahan yang sedang membelit Bank Muamalat perlu

direstrukturisasi dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada terutama

terkait pembiayaan bermasalah.

0

20

40

60

80

100

120

2011

2012

2013

2014

2015

(31)

Sumber: ojk.go.id, diolah

Perkembangan Aset Bank Mua

Permasalahan yang terjadi dalam bank (

Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011

sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada

akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu

diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar

maupun dari dalam perusahaan sendiri.

Jika dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat

nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang

lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada

NPF atau pembiayaan bermasalah. Rasio NPF yang tinggi, j

efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima

tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.

Hal tersebut tercermin pada analisis rasio keuangan

(NPF) beberapa Bank Umum Syariah di bawah ini:

0

10

20

30

40

50

60

70

Sumber: ojk.go.id, diolah

Gambar 1. 4

Perkembangan Aset Bank Muamalat Indonesia (2011

Permasalahan yang terjadi dalam bank (

intern

) Bank Muamalat

Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011

sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada

akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu

diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar

maupun dari dalam perusahaan sendiri.

a dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat

nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang

lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada

NPF atau pembiayaan bermasalah. Rasio NPF yang tinggi, juga memberikan

efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima

tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.

Hal tersebut tercermin pada analisis rasio keuangan

Net Performing Financing

Bank Umum Syariah di bawah ini:

2011

2012

2013

2014

2015

Aset Bank Muamalat Indonesia

malat Indonesia (2011–2015)

) Bank Muamalat

Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011

sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada

akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu

diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar

a dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat

nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang

lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada

uga memberikan

efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima

tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.

Net Performing Financing

(32)
[image:32.595.133.512.204.519.2]

Tabel 1. 3

Rasio

Net Performing Financing

(NPF) Bank Umum Syariah Tahun

2011–2015

(dalam persen (%))

Bank Umum

Syariah

Tahun

2011

2012

2013

2014

2015

Mega Syariah

1.79

1.32

1.45

1.81

3.16

Panin Syariah

0.82

0.19

0.77

0.29

1.94

BNI Syariah

2.42

1.42

1.13

1.04

1.46

BMI

2.99

3.63

3.46

4.85

4.20

BSM

0.95

1.14

2.29

4.29

4.05

BRI Syariah

2.12

1.84

3.26

3.65

3.89

Sumber: ojk.go.id, diolah

Dari tabel analisis rasio keuangan di atas terkait NPF atau pembiayaan

bermasalah, nampak jelas bahwa memang NPF tertinggi adalah Bank

Muamalat Indonesia dibanding Bank Umum Syariah lainnya. Selanjutnya

yang berada pada posisi kedua yaitu Bank Syariah Mandiri. Meskipun masih

berada di bawah 5%, namun jika mendekati standar maksimum (5%) yang

ditetapkan OJK, hal tersebut tetaplah beresiko. Perlemahan ekonomi yang

notabene sebagai pemicu utama menurunnya pengembalian pembiayaan

(33)

Syariah Mandiri yang memberikan kontribusi besar pembiayaan kredit syariah

(hampir 50%) mengalami permasalahan. Sehingga Bank Muamalat Indonesia

yang mengalami pembiayaan bermasalah paling tinggi perlu dilakukan upaya

analisis dengan metode selain rasio keuangan. Metode yang digunakan ini

dapat dijadikan sebagai pendukung dan pelengkap dari keterbatasan analisis

rasio keuangan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dengan

Menggunakan Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Financial

Value Added (FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode

Tahun 2011-2015)”.

B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan

menggunakan pendekatan

Economic Value Added

(EVA)?

2.

Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan

menggunakan pendekatan

Financial Value Added

(FVA)?

C.

Tujuan Penelitian

1.

Menilai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan

pendekatan

Economic Value Added

(EVA).

2.

Menilai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan

(34)

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritik maupun

manfaat praktis bagi semua pihak yang membutuhkan.

1.

Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan

terkait sistem keuangan di bidang lembaga keuangan perbankan, dengan

melihat kinerja keuangan perbankan khususnya perbankan syariah melalui

analisis kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan

Economic

Value Added

(EVA) dan

Financial Value Added

(FVA).

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi objek penelitian, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

terus memperbaiki kualitas perusahaan dan dapat digunakan sebagai

evaluasi perbankan syariah ke depannya dalam menentukan kebijakan

yang akan ditempuh untuk pengembangan usahanya.

b.

Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kinerja

keuangan perbankan khususnya perbankan syariah dengan pendekatan

Economic Value Added

(EVA) dan

Financial Value Added

(FVA).

E.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disajikan untuk memberikan gambaran dari

keseluruhan isi penelitian ini. Sistematika yang jelas dan terarah dapat dengan

mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan dalam penelitian ini dibagi ke

(35)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori

yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu berupa artikel ilmiah, hasil

penelitian maupun buku.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta

justifikasi atau alasannya; sumber dan jenis data penelitian, teknik

pengumpulan data, batasan operasional serta variabel dan pengukuran data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian penulis yang menjelaskan tentang analisa kinerja

keuangan dengan menggunakan pendekatan

Economic Value Added

(EVA)

dan

Financial Value Added

(FVA) serta pengujian hipotesis disertai

pembahasan yang diperoleh dari hasil pengukuran.

BAB V : PENUTUP

Bab terakhir ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi. Kesimpulan

diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang menyajikan

secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan

masalah penelitian. Saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi

uraian mengenai langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak

(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan inspirasi dalam penulisan penelitian yang

berjudul “Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan

Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA)

(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011-2015)”.

Sebagai bahan referensi serta rujukan analisis hasil penelitian ini, maka

diperlukan beberapa penelitian terdahulu.

Ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari adanya

penelitian ini yaitu:

1.

Penelitian mengenai

“Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan

Metode EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added)

Pada Perusahaan Tambang Batu Bara yang Listing di Bursa Efek

Indonesia” yang dilakukan oleh Lelly Yuni Syahlina,

eJournal

(37)

menunjukkan bahwa antara EVA dan MVA memiliki hubungan yang

tidak langsung, artinya peningkatan atau penurunan nilai EVA belum tentu

mengakibatkan peningkatan atau penurunan terhadap nilai MVA dan atau

sebaliknya.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada metode yang

digunakan. Penelitian kali ini menggunakan pengukuran dengan metode

yang berbeda yaitu metode EVA dan FVA, di mana FVA merupakan

perkembangan dari metode EVA sehingga FVA termasuk pendekatan baru

dalam pengukuran kinerja keuangan.

2.

Penelitian oleh Abu Bakar mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja

Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan

MVA”, Jurnal Itenas Rekayasa Volume XIV Nomor 1 Tahun 2010,

(38)

untuk setiap periode. Setiap metode pengukuran juga menghasilkan

peringkat yang konsisten untuk lima perusahaan telekomunikasi tersebut.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian kali ini

menggunakan dua metode pengukuran (metode EVA dan metode FVA).

Kedua metode tersebut fokus pada biaya modal dan kontribusi

fixed

assets. Pendekatan EVA dan FVA yang merupakan perkembangan dari

EVA dapat memberikan analisa yang berkesinambungan dalam

pengukuran kinerja keuangan perusahaan.

3.

Penelitian yang dilakukan oleh Nora Alverniatha dan Samuel Dossugi

mengenai “Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan

Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja

Keuangan Pada Industri Perkebunan di Bursa Efek Indonesia”, Journal of

Applied Finance and Accounting

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2010, hasil

penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan EVA untuk

menciptakan nilai ekonomi dan memiliki kinerja keuangan yang baik dari

tahun 2004 sampai 2009. Sementara menggunakan FVA, perusahaan juga

mampu menciptakan nilai finansial positif dari kinerja keuangan yang baik

dari tahun 2004 sampai 2009. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa ada

perbedaan yang siginifikan antara EVA dan FVA untuk periode 2004

sampai 2009.

(39)

salah satu bank syariah di Indonesia yang kinerja keuangannya masih

jarang diukur dengan nilai tambah EVA dan FVA.

4.

Penelitian yang dilakukan oleh Endri dan Abdul Wakil, Jurnal

Islamic

Finance & Business Review

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008, meneliti

tentang “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio-Rasio

Keuangan dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah

Mandiri)”. Penelitian ini menganalisis

performance

keuangan dari Bank

Syariah Mandiri dengan menggunakan rasio keuangan dan metode

Economic Value Added (EVA). Rasio keuangan yang meliputi

Net Profit

Margin

(NPM),

Return on Asset

(ROA),

Return on Equity

(ROE) dan

Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan hasil yang fluktuatif. Selama

tahun 2003 sampai 2006, rata-rata kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri

sangat meningkat. Namun saat menggunakan metode EVA, selama tahun

2003 sampai 2006 cenderung menurun dan bahkan negatif. Kinerja terbaik

terjadi pada tahun 2003, di mana selama tahun 2004 sampai 2006 hasil

EVA lebih rendah dari nol. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa

kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri tidak memiliki kontribusi

ekonomi terhadap lembaga terutama untuk kepentingan investor.

(40)

5.

Penelitian berjudul “Pentingnya Laporan Nilai Tambah Dalam Pelaporan

Keuangan (Financial Value Added/FVA) Sebagai Pengukur Kinerja dan

Penciptaan Nilai Perusahaan”, Jurnal Fokus Ekonomi Volume 7 Nomor 1

Tahun 2008 oleh Tjahjaning Poerwati dan Zuliyati, menjelaskan bahwa

FVA secara rinci mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan dan

saling terkait dengan putusan manajer keuangan. Kinerja FVA jelas lebih

baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya

dengan hasil NPV.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu

penelitian ini menganalisa nilai tambah dengan EVA dan FVA sekaligus

tanpa menonjolkan salah satunya. Sebab pengukuran dengan dua metode

yang berbeda dapat memberikan gambaran dari aspek yang berbeda pula.

B.

Kerangka Teoritik

1.

Kinerja Keuangan

Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat

beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan pengertian, dapat

dikategorikan dalam dua garis pengertian di bawah ini:

1

a.

Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, kinerja merupakan catatan

hasil yang diproduksi atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas

selama periode waktu tertentu.

1

Sudarmanto,

Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta: Pustaka

(41)

b.

Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku, kinerja merupakan

seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi tempat

orang bekerja.

Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya

dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja analisis di masa yang lalu,

dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan

perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang

kinerjanya akan berlanjut.

2

Dapat dikatakan pula bahwa kinerja keuangan merupakan catatan

atau laporan dari hasil aktivitas suatu perusahaan dalam mengelola serta

mengendalikan sumber daya yang dimiliki pada periode tertentu sehingga

dapat menunjukkan kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

2.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.

Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan

informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak

misalnya pemilik dan kreditor. Laporan keuangan yang utama terdiri dari

Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Modal dan Neraca.

3

2

Lesmana dan Surjanto (2003)

Financial Performance Analizing

. PT. Elex Komputindo,

Jakarta, tercantum dalam Endri dan Abdul Wakil,

Analisis Kinerja Keuangan dengan

Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah

Mandiri

), Jurnal TAZKIA

Islamic Finance & Business Review

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008, hal.

115.

(42)

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan

keputusan-keputusan ekonomi. Banyak pihak yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak

pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen

perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan diharapkan memberi informasi

mengenai profitabilitas, risiko dan

timing

dari aliran kas yang dihasilkan

perusahaan. Informasi tersebut akan memengaruhi harapan pihak-pihak

yang berkepentingan dan pada giliran selanjutnya akan memengaruhi nilai

perusahaan.

4

Tujuan pembuatan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002), adalah

sebagai berikut:

5

a.

Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan

(aktiva, hutang dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.

b.

Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.

c.

Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi

keuangan perusahaan.

d.

Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting

dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.

4

Hanafi, Mamduh M., Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2013, hal.

27.

(43)

Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan” (IAI, 2002), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok

laporan keuangan yaitu:

6

a.

Dapat dipahami. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah

informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai

dengan tingkat pengertian penggunanya. Artinya, para pihak pengguna

sendiri dituntut memiliki tingkat pengetahuan.

b.

Relevan berarti informasi keuangan harus berhubungan dengan tujuan

pemanfaatannya. Informasi yang tidak berhubungan dengan

pemanfaatannya tidaklah relevan dan tidak ada gunannya. Karena itu,

laporan keuangan disusun untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak

yang memiliki banyak tujuan, maka upaya penyajian informasi yang

relevan lebih difokuskan kepada kepentingan umum pengguna.

c.

Andal yaitu agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan

dan kesalahan yang material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai

penyajian yang tulus atau jujur dan seharusnya disajikan atau yang

secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d.

Dapat diperbandingkan yaitu informasi akuntansi harus dapat

diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada

perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada

(44)

periode waktu yang sama. Agar dapat dibandingkan dengan periode

sebelumnya pada perusahaan yang sama, maka:

1)

Laporan keuangan disajikan dalam format yang sama.

2)

Isi laporan keuangan adalah identik.

3)

Prinsip-prinsip akuntansi yang dianut tidaklah berubah, walaupun

berubah maka dampak perubahannya terhadap rugi-laba periode

sekarang harus diungkapkan.

4)

Perubahan dalam kondisi yang mendasari transaksi harus

diungkapkan.

3.

Analisis Laporan Keuangan

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau

kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk

mendapatkan perhatian oleh penganalisa adalah:

7

a.

Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada

saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban

keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam

keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera

memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid.

(45)

b.

Solvabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun

jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan

solvable apabila

perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup

untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah

aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable.

c.

Rentabilitas atau profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba untuk periode tertentu.

Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan

dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan

demikian, rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan

membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode

dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

(46)

Tujuan menganalisa tergantung pada perspektif pemakai laporan

keuangan dan yang diharapkan oleh seorang analisis laporan keuangan.

Pengguna laporan keuangan di antaranya:

8

a.

Kreditur. Seorang kreditur sangat peduli dengan kemampuan

perusahaan yang diajukan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman

baik kini maupun pada waktu yang akan datang.

b.

Investor. Para investor berusaha untuk mengestimasi sebaik mungkin

laba perusahaan yang akan datang untuk menilai harga saham yang

akan dibeli atau dijual.

c.

Manajemen perusahaan. Analisis laporan keuangan dari sudut pandang

manajemen mengaitkan kebutuhan seluruh kreditur dan investor,

karena pemakai laporan ini harus mengetahui kemampuan perusahaan

untuk memperoleh modal yang dibutuhkan. Manajemen juga harus

memerhatikan kepentingan para karyawan, publik, penguasa dan

lain-lain.

4.

Analisis

Economic Value Added

(EVA)

a.

Pengertian Economic Value Added (EVA)

EVA adalah suatu ukuran kinerja keuangan yang didasarkan

suatu nilai (value-based) yang dinyatakan dalam satuan mata uang

(misalnya rupiah). Oleh karena nilai EVA tidak dinyatakan dalam

angka relatif, maka tidak ada batasan nilai EVA yang ideal yang

menyatakan seberapa baik atau seberapa buruknya kinerja manajemen

(47)

suatu perusahaan. Secara sederhana EVA didefinisikan sebagai

perbedaan antara tingkat pengembalian dari modal perusahaan (the

return on campany’s capital) dengan biaya modal (cost of capital).

Angka EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari

modal yang digunakan, sedangkan angka EVA yang negatif

mengindikasikan adanya perusakan (penurunan) nilai dari modal yang

digunakan selama periode tertentu. Bagi perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT), EVA juga merupakan suatu ukuran yang

mencerminkan jumlah absolut nilai pemegang saham yang diciptakan

atau yang dirusak pada masing-masing tahun. Dalam konteks ini,

apabila nilai EVA positif berarti ada penciptaan nilai dan jika nilai

EVA negatif berarti ada perusakan nilai.

9

Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja yang

menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai

tambah bersih, yaitu nilai tambah kotor dikurangi biaya modal yang

digunakan untuk menghasilkan investasi.

10

EVA memiliki perbedaan dibandingkan dengan ukuran-ukuran

kinerja keuangan lainnya. EVA memperhatikan faktor biaya modal

dan tidak secara kaku berpedoman terhadap GAAP (Generally

Accepted Accounting Principle). EVA memiliki metode tersendiri

9

Suratno, Ignatius Bondan,

Economic Value Added: Dari Suatu Alat Penilai Kinerja

Manajemen Menuju Konsep Pemerataan Pendapatan, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia

Volume IV Nomor 2 Tahun 2005, hal. 135.

(48)

dalam menghitung pencapaian kinerja, yang lebih dari sekedar menilai

dari

profit suatu perusahaan. Tidak seperti metode konvensional yang

hanya dikenal

cost dari modal eksternal dan bunga, dalam EVA juga

dikenal

cost of equity. Analisis perolehan dana dari equity (pemegang

saham) ini mutlak diperlukan mengingat adanya pembiayaan tersebut

juga menghasilkan cost berupa sejumlah keuntungan yang diharapkan,

di samping kegunaannya untuk mengetahui sejauh mana perusahan

berhasil memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

11

EVA juga merupakan suatu alat yang bermanfaat untuk

memilih investasi keuangan yang paling menjanjikan karena EVA

dapat menjadi suatu estimator untuk penciptaan nilai ekonomi yang

sebenarnya dari suatu perusahaan yang mempunyai fokus pada

penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dalam investasi di pasar

modal, EVA merupakan suatu ukuran yang memiliki korelasi yang

sangat tinggi dengan harga saham. EVA yang dinyatakan dalam suatu

nilai absolut, meski memiliki keterbatasan, namun EVA dapat menjadi

suatu ukuran yang dapat dimaksimalkan.

12

EVA juga membantu manajer memastikan bahwa

perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara

investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana

(49)

yang akan mampu meningkatkan nilainya.

13

Investor bersedia

menginvestasikan uangnya di suatu perusahaan sebab mereka

mengharapkan

return

tertentu sebagai suatu tingkat profitabilitas

minimumyang diharapkan dari investasi yang disebut biaya modal.

Biaya modal adalah return dari penggunaan modal rata-rata pada suatu

perusahaan. Investor dapat dengan mudah mencapai

return

ini yaitu

dengan melakukan diversifikasi di pasar modal jangka panjang.

14

b.

Penghitungan Economic Value Added (EVA)

Penghitungan EVA tidak terlepas dari konsep

Market Value

Added

(MVA). MVA adalah perbedaan antara total nilai perusahaan

dengan total modal (termasuk modal sendiri dan hutang) yang

dikontribusikan ke perusahaan. Rumus perhitungan MVA yaitu:

15

MVA = Total Value – Total Capital

MVA juga diterjemahkan sebagai penjumlahan dari seluruh

present value

dari seluruh perusahaan dan investasi yang dilakukan.

MVA bersifat lebih statis karena diterapkan untuk mengukur kinerja

secara tahunan yang hanya dapat diterapkan pada divisi dan sebuah

perusahaan yang sudah go public. Di sisi lain, EVA lebih dinamis dan

dapat diterapkan di seluruh level bisnis, tidak saja pada group level.

16

13

Endri dan Abdul Wakil,

Analisis

., hal. 118.

14

Suratno, Ignatius Bondan,

Economic

., hal. 137.

15

Ibid., hal. 142.

(50)

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menghitung

EVA. Secara sederhana perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

17

1)

Penjualan bersih – biaya operasi = laba operasi

2)

Laba operasi – pajak =

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

atau laba bersih setelah pajak

3)

NOPAT – biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal)

= EVA

Keterangan:

Penjualan bersih

= hasil penjualan bruto (kotor) perusahaan

setelah dikurangi dengan potongan-potongan

lainnya

Biaya operasi

= pengeluaran - pengeluaran untuk

membiayai operasi perusahaan seperti

pembelian dan penjualan barang serta

pengelolaan perusahaan

Laba operasi

= laba atau keuntungan yang diperoleh

perusahaan dari hasil operasi berjalan

NOPAT

= laba atau keuntungan bersih setelah

dikurangi pajak

Biaya modal

= modal yang diinvestasikan

17

Young, S. David dan Stephen O’Byrne (2001)

EVA dan Manajemen Berdasarkan

(51)

c.

Keunggulan Economic Value Added (EVA)

Dengan menjadikan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan

perusahaan dapat memberikan keunggulan tersendiri dibandingkan

dengan menggunakan rasio keuangan.

18

Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan

adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).

Keunggulan EVA yang lain adalah:

19

1)

EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan

memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.

2)

Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan

yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan

memerhatikan harapan para penyandang dana secara adil di mana

derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur

modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada

nilai buku.

3)

Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa

memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data

perusahaan lain sebagai konsep penilaian.

4)

Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian

bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA

lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan

stakeholders satisfaction concepts.

(52)

5)

Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep

tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah

digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan

dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

Selain sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan, EVA

juga dapat digunakan sebagai perencanaan strategi perusahaan, tolok

ukur pengalokasian dana perusahaan serta dapat sebagai peringatan

akan terjadinya

financial distress

apabila laba tidak berada di atas

required of return.

d.

Kelemahan Economic Value Added (EVA)

Dibalik kelebihan yang terdapat dalam metode EVA, metode

ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

20

1)

EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak

mengukur aktivitas-aktivitas tertentu.

2)

EVA terlalu tertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat

mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan

mengambil saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang

justru lebih dominan.

e.

Indikator Economic Value Added (EVA)

Hasil pengukuran dengan menggunakan metode

Economic

Value Added (EVA) dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

21

20

Murjana, I Made,

Financial Value Added: Paradigma Baru Pengukuran Kinerja dan

(53)

1)

Nilai Positif (+) menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah

ekonomis bagi perusahaan atau ada nilai ekonomis lebih setelah

perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang

dana baik kreditur maupun pemegang saham.

2)

Nilai Nol menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah maupun

pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan untuk

membayar kewajiban pada penyandang dana baik kreditur maupun

pemegang saham.

3)

Nilai Negatif (-) menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah

ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu

membayarkan kewajiban para penyandang dana baik kreditur

maupun pemegang saham.

5.

Analisis

Financial Value Added

(FVA)

a.

Pengertian Financial Value Added (FVA)

Financial Value Added

(FVA) merupakan suatu metode baru

dalam pengukuran kinerja dan nilai tambah perusahaan serta

merupakan pengembangan dari

Economic Value Added

(EVA). FVA

mempertimbangkan kontribusi

fixed assets

dalam menghasilkan laba

bersih bagi perusahaan.

21

Wijayanto, G. (1993) EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja

(54)

Terdapat tiga keputusan dalam manajemen keuangan yang

akan menjadi

value drivers

bagi terciptanya

Financial Value Added.

Ketiga keputusan tersebut adalah:

22

1)

Operating Decision

adalah suatu keputusan yang harus diambil

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola

biaya-biaya yang timbul baik

variable cost

maupun

fixed cost

sedemikian rupa sehingga menghasilkan

operating profit margin

bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth)

merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini

merupakan

value drivers

bagi terciptanya Financial Value Added.

Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan

meningkatkan

operating profit margin

yang pada akhirnya

Financial Value Added (FVA) diharapkan juga akan meningkat.

2)

Financing Decision

adalah suatu keputusan pembiayaan

perusahaan di mana perusahaan harus menentukan sumber dana

yang paling efisien, yang direfleksikan oleh

cost of capital

yang

dibayarkan selama periode n. Semakin kecil

cost of capital,

maka

semakin besar nilai FVA.

3)

Investment Decision

adalah keputusan manajemen terhadap

pilihan-pilihan investasi yang secara normatif harus mampu

memaksimalkan

nilai

perusahaan.

Perusahaan

harus

mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat,

(55)

karena jumlah

working capital

dan

fixed capital

yang besar akan

menurunkan nilai FVA, karena Total Resource (TR) menjadi besar.

b.

Penghitungan Financial Value Added (FVA)

Beberapa langkah sederhana yang harus dilakukan dalam

menghitung FVA adalah sebagai berikut:

23

1)

Penjualan bersih – biaya operasi = laba operasi

2)

Laba operasi – pajak =

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

atau laba bersih setelah pajak

3)

NOPAT – (Equivalent Depreciation – Depreciation) = FVA

Keterangan:

Penjualan bersih

= hasil penjualan bruto (kotor)

perusahaan setelah dikurangi dengan

potongan-potongan lainnya.

Biaya operasi

= pengeluaran - pengeluaran untuk

membiayai

operasi

perusahaan

seperti pembelian dan penjualan

barang serta pengelolaan perusahaan

Laba operasi

= laba atau keuntungan yang

diperoleh perusahaan dari hasil

operasi berjalan

NOPAT

= laba atau keuntungan bersih setelah

dikurangi pajak

(56)

Equivalent Depreciation

= nilai sekarang dari penyusutan

Depreciation

= penyusutan

c.

Kelebihan Financial Value Added (FVA)

Kelebihan

Financial Value Added (FVA) dibanding

Economic

Value Added (EVA) adalah:

24

1)

Jika ditilik ulang konsep NOPAT, FVA melalui definisi equivalent

depreciation

mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja

perusahaan, demikian juga

opportunity cost

dari pembiayaan

perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek

investasi.

2)

FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth

duration

(durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah

nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai

equivalent

depreciation

akibat bertambah panjangnya umur aset di mana aset

bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep

EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan.

3)

FVA mengedepankan konsep

equivalent depreciation

dan

accumulated equivalent

tampaknya lebih akurat menggambarkan

financing costs.

4)

Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA

memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode

tahunan.

(57)

d.

Kelemahan Financial Value Added (FVA)

Selain kelebihan yang dimiliki, konsep FVA juga memiliki

kelemahan. Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam

mengantisipasi fenomena bila

perusahaan (proyek) menjalankan

investasi baru di tengah-tengah masa

investa

Gambar

Tabel 1. 1
Gambar 1. 1
Tabel 1. 2
Gambar 1. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data di atas hasil belajar siswa dalam melakukan rangkaian gerakan melempar ada 11 siswa atau 32,35 % yang tuntas dan 26 siswa atau 67, 65% siswa belum tuntas,

Pada penelitian ini prosentase campuran kapur padam dan abu sekam padi yang optimal untuk stabilisasi tanah ekspansif adalah 5% kapur dan 10% abu sekam padi dengan

Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008). Kegiatan SL- PTT padi sawah telah dimulai

[r]

Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola kondisi arus kas perusahaan sehingga perusahaan dapat membayar kembali obligasi yang

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat Apabila suatu otot terulur dengan sangat cepat maka spindel

Menimbang, bahwa ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak mempertimbangkan unsur demi unsur dari dakwaan Primer, Majelis Hakim Tingkat Pertama mendasarkan pada

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain