(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun
2011-2015)
SKRIPSI
Oleh:
Vera Septinawati
NPM: 20130730254
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE
ADDED (EVA) DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)
(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun
2011-2015)
SKRIPSI
Oleh:
Vera Septinawati
NPM: 20130730254
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)
(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Vera Septinawati
NPM: 20130730254
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
PENGESAHAN
Judul Skripsi
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN
FINANCIAL VALUE ADDED (FVA)
(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011- 2015)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Vera Septinawati
NPM : 20130730254
telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat
Konsenterasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 8 Desember 2016 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:
Sidang Dewan Seminar Proposal Skripsi
Ketua Sidang : Syah Amelia Manggala Putri, S.E.I., M.E.I.
(………)
Pembimbing : Julia Noermawati Eka, S.E., M.S.I.
(………)
Penguji
: Aqidah Asri Suwarsi, S.E.I., M.E.I.
(………)
Yogyakarta, 8 Desember 2016
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dekan,
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
: Vera Septinawati
Nomor Mahasiswa : 20130730254
Program Studi
: Muamalat
Judul Skripsi
:
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN
DENGAN MENGGUNAKAN
ECONOMIC VALUE
ADDED
(EVA) DAN
FINANCIAL VALUE ADDED
(FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia
Periode Tahun 2011- 2015)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 22 November 2016
Yang membuat pernyataan
MOTTO
“Pengembara akan terus mencari meski harus kembali pulang”
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah puji dan syukur atas karunia Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada penulis. Serta shalawat dan
salam selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta sahabat
dan keluarganya yang telah memberikan tauladan baik bagi kita semua.
Penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Penilaian Kinerja Keuangan
dengan Menggunakan Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan
Financial Value Added (FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia
Periode Tahun 2011-2015)” ini Alhamdulillah bisa terselesaikan tanpa hambatan
berarti suatu apapun. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Proses terselesainya skripsi ini sampai akhir tentunya tidak terlepas dari
kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2.
Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
3.
Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.SI selaku Kepala Jurusan Ekonomi dan
Perbankan Islam.
5.
Ibu Julia Noermawati , S.E., M.SI selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi
ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang dengan tulus telah memberikan ilmu selam di bangku
perkuliahan.
7.
Orang tua penulis Bapak Dul Kahar dan Ibu Indah Setiawati yang telah
memberikan segalanya kepada saya.
8.
Seluruh keluarga, sahabat serta teman-teman yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu, terima kasih atas do’a dan semangat yang
diberikan.
9.
Semua pihak yang telah membantu proses terselesainya skripsi ini sampai
akhir.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun atas keterbatasan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 22 November 2016
DAFTAR ISI
ANALISIS ... i
NOTA DINAS ...
Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan perbankan syariah berdasarkan
nilai tambah perusahaan selama periode tertentu. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan data time series dari tahun 2011-2015
pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan
Economic Value Added
(EVA) dan
Financial Value Added
(FVA).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan analisis EVA, pada tahun
2011-2015 manajemen perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia mampu
menciptakan nilai tambah ekonomis perusahaan. Begitu pula hasil analisis dengan
metode FVA. Manajemen perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia pada tahun
2011-2015 juga mampu menciptakan nilai tambah finansial perusahaan.
ABSTRACT
This study aims to analyze the financial performance of syariah banking
company based on company added value in a certain period. The type of this
study is quantitative study using time series data in the year of 2011-2015 in PT.
Bank Muamalat Indonesia. The analysis used in this study is are Economic Value
Added (EVA) and the Financial Value Added (FVA) approach.
The results of this study indicate that in EVA analysis, in the year of
2011-2015 the management of PT. Bank Muamalat Indonesia can create the economic
added value for this company. Similarly to the result of EVA analysis, in FVA
analysis the management of PT. Bank Muamalat Indonesia also can create the
financial added value to the company in 2011-2015.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya perekonomian saat ini, menuntut suatu
perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak di industri jasa keuangan
untuk terus meningkatkan kinerjanya. Kinerja perusahaan yang sangat erat
kaitannya dengan kondisi perekonomian adalah kinerja keuangan. Penilaian
dalam kinerja keuangan yaitu usaha dalam mengukur efektivitas dan efisiensi
kegiatan keuangan perusahaan dalam kurun waktu atau periode tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan sangat penting dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perusahaan dan hasil pengukurannya dapat memberikan
manfaat bagi para
stakeholder
.
Sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan gambaran kondisi suatu perusahaan, di mana selanjutnya menjadi
suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja keuangan. Namun
melihat laporan keuangan saja tidak dapat memperoleh gambaran tentang
perkembangan keuangan perusahaan. Untuk itu diperlukan analisis lebih
lanjut terhadap laporan keuangan agar dapat lebih terlihat kondisi keuangan
perusahaan pada periode tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan
yang lebih berguna, lebih akurat bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk
pengambilan keputusan.
1
Salah satu industri jasa keuangan yang selalu menjadi sorotan adalah
industri perbankan. Perbankan merupakan lembaga intermediasi yang
mengalihkan dana dari unit ekonomi surplus (penabung) ke unit ekonomi
defisit (peminjam). Perbankan memiliki fungsi yang menjadi penghubung
(intermediasi) bagi pemilik modal yang berlebih dengan pihak yang
membutuhkan modal untuk dikelola. Ini menjadikan peran bank sangat
penting di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
2
Lebih rinci, perbankan saat ini dibedakan menjadi dua yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi, ditandai dengan
disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang
tersebut diatur dengan rinci landasan hukum, serta jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka
1
Hariadi, Indra, dkk.,
Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan Analisis
Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT Trikomsel Oke, Tbk dan PT
Matahari Department Store, Tbk yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011), Jurnal Administrasi
Bisnis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2013, hal. 1.
cabang syariah atau bahkan mengkorvensi diri secara total menjadi bank
syariah.
3
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank syariah adalah
lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan
kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.
4
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menjadi tolok ukur
keberhasilan ekonomi syariah. Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Dubai
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan
Bank BRI Syariah adalah perbankan syariah yang mampu menyediakan
layanan lalu lintas pembayaran di luar negeri. Hal tersebut merupakan
perkembangan eksistensi bank syariah untuk semakin mendapatkan
kepercayaan masyarakat.
Semakin berkembangnya perbankan syariah akhir-akhir ini tidak
hanya sekedar wacana, namun juga dapat ditunjukkan dengan bukti nyata
yaitu statistik perbankan syariah yang dapat dilihat pada tabel berikut:
3
Antonio, M. Syafi’i,
Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan
, Jakarta: Tazkia
Institute, 1999, hal. 66.
Tabel 1. 1
Rasio Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015
Tahun CAR (%) ROA (%) NPF (%) FDR (%) Aset (trilliun rupiah)
2011
16.63
1.79
2.52
88.94
145,467
2012
14.13
2.14
2.22
100
155,018
2013
14.42
2.00
2.62
100.32
242,276
2014
15.74
1.19
3.75
97.84
272,343
2015
15.02
1.15
3.93
96.45
296,262
Sumber: ojk.go.id, diolah
Kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia pada setiap tahunnya
selalu terjadi peningkatan maupun penurunan. Hal tersebut terlihat dengan
analisis menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu CAR (
Capital Adequacy
Ratio
) atau rasio kecukupan modal, ROA (
Return On Assets
) atau rasio laba
sebelum pajak terhadap total aset rata-rata, NPF (
Net Performing Financing
)
rasio pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan dan FDR (
Financing
to Deposit Ratio
) atau rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga. Beberapa
analisis rasio keuangan tersebut merupakan rasio yang dapat menggambarkan
kinerja keuangan perbankan syariah dari beberapa aspek. Aspek yang
perhitungan rasio keuangan, perbankan syariah dapat juga mengetahui
seberapa besar aset yang dimiliki.
Sumber: ojk.go.id, diolah
Gambar 1. 1
Perkembangan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia
(2011–2015)
Terlihat jelas pada gambar bahwa perkembangan kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2011–2015 mengalami
peningkatan atau penurunan yang relatif tidak terlalu signifikan. Meskipun
demikian, perbankan syariah masih terus eksistensi dalam perekonomian
Indonesia dengan segala upayanya. Kepercayaan masyarakat pada bank
syariah menjadikan perbankan tersebut selalu berusaha melakukan perbaikan
setiap tahun. Hal tersebut tercermin pada FDR yang sering kali mendekati
angka 100%, sehingga fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi telah
benar-benar diaplikasikan oleh perbankan syariah di Indonesia.
0
20
40
60
80
100
120
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: ojk.go.id, diolah
Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun (2011
Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan
kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan
terjadi pada tahun 2013. Dari grafik, total aset
tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk
semakin berkontribusi
Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan
untuk mengukur kine
konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya
analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang
cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan b
rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi
0
50
100
150
200
250
300
Sumber: ojk.go.id, diolah
Gambar 1. 2
Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun (2011
2015)
Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan
kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan
un 2013. Dari grafik, total aset semakin meningkat
tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk
berkontribusi dalam perekonomian negera.
Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan
untuk mengukur kinerja keuangannya adalah dengan menggunakan metode
konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya
analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang
cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan b
rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi
2011
2012
2013
2014
2015
Aset Perbankan Syariah di Indonesia
Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah di IndonesiaTahun
(2011-Total aset juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan
kinerja keuangan perbankan syariah. Peningkatan yang cukup signifikan
semakin meningkat setiap
tahunnya menunjukkan perbankan syariah memiliki kesempatan untuk
Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan
rja keuangannya adalah dengan menggunakan metode
konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya, meskipun
analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang
cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti
keuangan yang sesungguhnya.
5
Rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja suatu
perusahaan mempunyai kelemahan yaitu mengabaikan adanya biaya modal
(modal yang diinvestasikan) dan kontribusi
fixed assets
(aset tetap). Hal
tersebut menjadikan perusahaan sulit untuk mengetahui apakah perusahaan
telah menciptakan nilai atau tidak bagi para
stakeholder
nya.
Begitu pula analisis yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) terhadap perbankan syariah di Indonesia. OJK sebagai lembaga negara
yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi salah satunya terhadap perbankan syariah, tentu mempunyai
penilaian sesuai Undang-Undang yang berlaku. Penilaian tingkat kesehatan
bank secara individual untuk Bank Umum Syariah (BUS) mencakup penilaian
terhadap faktor Profil Risiko,
Good Corporate Governance
(GCG),
Rentabilitas dan Permodalan. Sedangkan untuk Unit Usaha Syariah, penilaian
hanya mencakup Profil Risiko. Meskipun demikian, dalam mengukur kinerja
keuangannya sendiri masih sama seperti perusahaan pada umumnya yaitu
dengan analisis rasio keuangan.
Disadari bahwa rasio keuangan sebagai alat pengukur kinerja
mempunyai beberapa kelemahan seperti mengabaikan adanya biaya modal
dan kontribusi
fixed assets
, sehingga sulit untuk mengetahui apakah
perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Mengingat keterbatasan yang
timbul dari analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur kinerja keuangan
perusahaan, maka diusulkan konsep pengukuran kinerja keuangan yang
didasarkan pada konsep nilai tambah (
value added based
). Dengan
value
added based
sebagai alat ukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut selalu
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan pengukuran yang berbasis pada nilai,
diharapkan didapat hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan
mendukung penyajian laporan keuangan. Sehingga para pemakai laporan
keuangan dapat dengan mudah mengambil keputusan baik untuk berinvestasi
maupun untuk perencanaan peningkatan kinerja perusahaan. Konsep yang
diusulkan adalah
Economic Value Added
(EVA) dan
Financial Value Added
(FVA).
6
Pengukuran tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan rasio profitabilitas saja dirasa masih belum cukup dikarenakan rasio
profitabilitas memiliki beberapa kelemahan. Tujuan perusahaan pada era
globalisasi saat ini tidak semata-mata pada penciptaan laba saja, namun juga
dituntut untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Sejak tahun 1990-an,
dunia bisnis mengenal pendekatan baru dalam mengukur profitabilitas
perusahaan yang dikenal dengan konsep nilai tambah ekonomi atau
Economic
Value Added
(EVA). Konsep ini pertama kali dipopulerkan oleh Stern
Steward
Management Service
yang merupakan perusahaan konsultan dari
New York, Amerika Serikat pada tahun 1989. Perusahaan konsultan yang
didirikan oleh Joen M.Stern dan G.Bennet Steward III. EVA merupakan
jawaban atas metode penelitian yang lebih baik terhadap kinerja operasional
perusahaan. Hal ini dikarenakan EVA memasukkan nilai biaya modal dalam
6
Abu Bakar,
Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan
perhitungannya untuk mengetahui penambahan nilai ekonomis perusahaan.
Dengan menghitung semua biaya modal maka akan nampak kemampuan
riil
perusahaan dalam menciptakan nilai tambah perusahaan. Perusahaan yang
tampak memiliki laba bersih tinggi, belum tentu mampu menciptakan nilai
bagi perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki EVA yang bagus,
dapat dipastikan laba bersihnya bagus pula. Metode EVA selanjutnya
digunakan sebagai pendukung dan pelengkap untuk mengatasi keterbatasan
yang dimiliki oleh analisis rasio keuangan sehingga dapat menunjukkan
kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
7
Paradigma nilai tambah yang masih belum banyak dikemukakan
adalah
Financial Value Added
(FVA) yaitu metode baru dalam mengukur
kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan
kontribusi dari
fixed assets
dalam menghasilkan keuntungan bersih
perusahaan.
8
Kelebihan dari metode FVA dibandingkan dengan metode EVA
adalah konsep FVA yang mengintegrasikan keseluruhan dari kontribusi aset.
Sebagai unsur penambah nilai, secara jelas FVA mengakomodasikan
kontribusi konsep durasi proses penciptaan nilai
atau
value growth duration
.
Unsur itulah yang menjadikan FVA lebih baik dibanding EVA yang tidak
7
Hariadi, Indra, dkk.,
Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan Analisis
Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT Trikomsel Oke, Tbk dan PT
Matahari Department Store, Tbk yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011), Jurnal Administrasi
Bisnis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2013, hal. 2.
menjelaskan unsur penambahan nilai secara rinci. Namun FVA kurang praktis
jika dibandingkan dengan EVA dalam mengantisipasi fenomena bila
perusahaan menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang
diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset
dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan.
Kelebihan dan kekurangan metode EVA dan FVA dapat dijadikan
sebagai pertimbangan perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan. Sebab
kedua metode tersebut dapat sebagai acuan dalam manajemen perusahaan
selanjutnya. Dari pengukuran EVA dan FVA perusahaan dapat menilik kinerja
keuangan dari aspek yang berbeda dan mampu mensinkronisasikan menjadi
suatu kesimpulan untuk perbaikan kinerja keuangan yang dirasa masih belum
cukup dalam mencapai tujuan.
Selanjutnya, metode EVA dan FVA yang selama ini seringkali
dijadikan sebagai alat ukur pada perusahaan konvensional, dapat dijadikan
pula sebagai alat ukur pada perusahaan yang berbasis syariah seperti
perbankan syariah. Dalam Islam, metode apapun dapat dijadikan alat ukur
selama tidak bertentangan dengan syariah.
Keperluan adanya kaidah dalam transaksi muamalah, tercermin pada
qawa’id
yang paling mendasar yaitu
al-aslu fi almu’amalah al-ibaahah illaa
an-yadull daliil ‘alaa tahriimihaa.
ﺎ ﮭﻤﯾﺮﺤﺗ ﻰ ﻠﻋ ﻞ ﯿﻟد لﺪ ﯾ نأ ﻻإ ﺔ ﺣﺎﺑﻹا ﺔ ﻠﻣﺎﻌﻤﻟا ﻰ ﻓ ﻞ ﺻﻷا
Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah
mubah
(boleh) kecuali
transaksi perdagangan dan ekonomi menjadi halal kecuali jelas ada alasan
yang melarangnya.
9
Begitu pula metode yang digunakan sebagai alat ukur
transaksi muamalah. Selama metode tidak bertentangan dengan syariah dan
sesuai kaidah, maka tidak ada larangan di dalamnya.
Perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang semuanya memiliki
peranan dan porsi masing-masing dalam industri jasa keuangan. Salah satu
perbankan syariah yang ikut andil dalam perekonomian adalah Bank
Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia sendiri merupakan pelopor
berdirinya perbankan berdasarkan hukum Islam. Sebagai bank pertama murni
syariah, Bank Muamalat Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan layanan
yang kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.
Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga
nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui berbagai macam
penghargaan bergengsi yang diterima oleh Bank Muamalat Indonesia.
Penghargaan yang diterima di antaranya Peringkat I Kategori Bank Umum
Syariah - Infobank
Digital Brand of The Year
2015,
IFN Awards Best Islamic
Bank in Indonesia
tahun 2015
dan perhargaan lainnya.
Kendati demikian, beberapa tahun terakhir ini Bank Muamalat
Indonesia bergolak dikarenakan perekonomian Indonesia dan faktor
intern
9
Muqorobin, Masyhudi,
Qawaid Fiqhiyyah Sebagai Landasan Perilaku Ekonomi Umat
perusahaan yang sedang tidak stabil. Terlihat jelas pada analisis rasio
keuangan sebagai berikut:
Tabel 1. 2
Rasio Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2011-2015
Tahun CAR (%) ROA (%) NPF (%) FDR (%) Aset (trilliun rupiah)
2011
11.78
1.13
2.99
76.76
32,5
2012
11.03
0.20
3.63
94.15
44,9
2013
14.43
0.27
3.46
99.99
54,7
2014
13.91
0.17
4.85
84.14
62,4
2015
12.36
0.20
4.20
90.30
53,1
Sumber: ojk.go.id, diolah
Dalam rentan waktu lima tahun terakhir ini, Bank Muamalat
memperlihatkan kinerja yang kurang memuaskan. Terlihat bahwa kinerja
keuangan perusahaan terutama pada NPF (
Net Performing Financing
)
membutuhkan perhatian lebih. NPF yang tinggi (hampir mencapai 5%) seperti
pada tahun 2014, semakin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan perlu
dievaluasi apakah permasalahan dari
internal
maupun
eksternal
perusahaan.
NPF yang tinggi juga dapat memengaruhi rasio keuangan perusahaan yang
lainnya. Rasio keuangan yang terlihat jelas terkena imbasnya yaitu rasio laba
dan modal. Pembiayaan yang bermasalah pasti akan menurunkan tingkat laba
Sumber: ojk.go.id, diolah
Gambar 1. 3
Perkembangan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia
(2011-2015)
Dari grafik di atas nampak jelas NPF masih berkisar hampir 5%, ROA
(
Return on Asset
) relatif rendah pada tahun 2012–2015 yaitu berada di
peringkat 4 (selalu di bawah 0,5%) serta FDR (
Financing to Deposit Ratio
)
yang pergerakan naik turunnya cukup terlihat. CAR (
Capital Adequacy Ratio
)
yang mendapatkan imbas dari NPF yang tinggi, sangat terlihat pada tahun
2014 dan tahun 2015. Rasio CAR mengalami penurunan pada dua tahun
tersebut. Permasalahan yang sedang membelit Bank Muamalat perlu
direstrukturisasi dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada terutama
terkait pembiayaan bermasalah.
0
20
40
60
80
100
120
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: ojk.go.id, diolah
Perkembangan Aset Bank Mua
Permasalahan yang terjadi dalam bank (
Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada
akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu
diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar
maupun dari dalam perusahaan sendiri.
Jika dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat
nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang
lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada
NPF atau pembiayaan bermasalah. Rasio NPF yang tinggi, j
efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.
Hal tersebut tercermin pada analisis rasio keuangan
(NPF) beberapa Bank Umum Syariah di bawah ini:
0
10
20
30
40
50
60
70
Sumber: ojk.go.id, diolah
Gambar 1. 4
Perkembangan Aset Bank Muamalat Indonesia (2011
Permasalahan yang terjadi dalam bank (
intern
) Bank Muamalat
Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada
akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu
diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar
maupun dari dalam perusahaan sendiri.
a dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat
nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang
lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada
NPF atau pembiayaan bermasalah. Rasio NPF yang tinggi, juga memberikan
efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.
Hal tersebut tercermin pada analisis rasio keuangan
Net Performing Financing
Bank Umum Syariah di bawah ini:
2011
2012
2013
2014
2015
Aset Bank Muamalat Indonesia
malat Indonesia (2011–2015)
) Bank Muamalat
Indonesia berimbas pada aset. Selama empat tahun yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2014, total aset selalu mengalami peningkatan. Namun pada
akhir tahun 2015 aset yang dimiliki semakin melemah. Hal tersebut perlu
diwaspadai dan harus segera dilakukan pembenahan, baik faktor dari luar
a dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lain, Bank Muamalat
nampak memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang
lainnya. Permasalahan paling utama dari Bank Muamalat Indonesia ada pada
uga memberikan
efek atau dampak pada rasio keuangan yang lainnya. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, rasio NPF tertinggi dipegang oleh Bank Muamalat Indonesia.
Net Performing Financing
Tabel 1. 3
Rasio
Net Performing Financing
(NPF) Bank Umum Syariah Tahun
2011–2015
(dalam persen (%))
Bank Umum
Syariah
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
Mega Syariah
1.79
1.32
1.45
1.81
3.16
Panin Syariah
0.82
0.19
0.77
0.29
1.94
BNI Syariah
2.42
1.42
1.13
1.04
1.46
BMI
2.99
3.63
3.46
4.85
4.20
BSM
0.95
1.14
2.29
4.29
4.05
BRI Syariah
2.12
1.84
3.26
3.65
3.89
Sumber: ojk.go.id, diolah
Dari tabel analisis rasio keuangan di atas terkait NPF atau pembiayaan
bermasalah, nampak jelas bahwa memang NPF tertinggi adalah Bank
Muamalat Indonesia dibanding Bank Umum Syariah lainnya. Selanjutnya
yang berada pada posisi kedua yaitu Bank Syariah Mandiri. Meskipun masih
berada di bawah 5%, namun jika mendekati standar maksimum (5%) yang
ditetapkan OJK, hal tersebut tetaplah beresiko. Perlemahan ekonomi yang
notabene sebagai pemicu utama menurunnya pengembalian pembiayaan
Syariah Mandiri yang memberikan kontribusi besar pembiayaan kredit syariah
(hampir 50%) mengalami permasalahan. Sehingga Bank Muamalat Indonesia
yang mengalami pembiayaan bermasalah paling tinggi perlu dilakukan upaya
analisis dengan metode selain rasio keuangan. Metode yang digunakan ini
dapat dijadikan sebagai pendukung dan pelengkap dari keterbatasan analisis
rasio keuangan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul
“
Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dengan
Menggunakan Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Financial
Value Added (FVA) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode
Tahun 2011-2015)”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan
menggunakan pendekatan
Economic Value Added
(EVA)?
2.
Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan
menggunakan pendekatan
Financial Value Added
(FVA)?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Menilai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan
pendekatan
Economic Value Added
(EVA).
2.
Menilai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritik maupun
manfaat praktis bagi semua pihak yang membutuhkan.
1.
Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
terkait sistem keuangan di bidang lembaga keuangan perbankan, dengan
melihat kinerja keuangan perbankan khususnya perbankan syariah melalui
analisis kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan
Economic
Value Added
(EVA) dan
Financial Value Added
(FVA).
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi objek penelitian, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
terus memperbaiki kualitas perusahaan dan dapat digunakan sebagai
evaluasi perbankan syariah ke depannya dalam menentukan kebijakan
yang akan ditempuh untuk pengembangan usahanya.
b.
Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kinerja
keuangan perbankan khususnya perbankan syariah dengan pendekatan
Economic Value Added
(EVA) dan
Financial Value Added
(FVA).
E.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disajikan untuk memberikan gambaran dari
keseluruhan isi penelitian ini. Sistematika yang jelas dan terarah dapat dengan
mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan dalam penelitian ini dibagi ke
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori
yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu berupa artikel ilmiah, hasil
penelitian maupun buku.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta
justifikasi atau alasannya; sumber dan jenis data penelitian, teknik
pengumpulan data, batasan operasional serta variabel dan pengukuran data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian penulis yang menjelaskan tentang analisa kinerja
keuangan dengan menggunakan pendekatan
Economic Value Added
(EVA)
dan
Financial Value Added
(FVA) serta pengujian hipotesis disertai
pembahasan yang diperoleh dari hasil pengukuran.
BAB V : PENUTUP
Bab terakhir ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi. Kesimpulan
diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang menyajikan
secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan
masalah penelitian. Saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi
uraian mengenai langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan inspirasi dalam penulisan penelitian yang
berjudul “Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan
Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA)
(Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2011-2015)”.
Sebagai bahan referensi serta rujukan analisis hasil penelitian ini, maka
diperlukan beberapa penelitian terdahulu.
Ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari adanya
penelitian ini yaitu:
1.
Penelitian mengenai
“Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan
Metode EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added)
Pada Perusahaan Tambang Batu Bara yang Listing di Bursa Efek
Indonesia” yang dilakukan oleh Lelly Yuni Syahlina,
eJournal
menunjukkan bahwa antara EVA dan MVA memiliki hubungan yang
tidak langsung, artinya peningkatan atau penurunan nilai EVA belum tentu
mengakibatkan peningkatan atau penurunan terhadap nilai MVA dan atau
sebaliknya.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada metode yang
digunakan. Penelitian kali ini menggunakan pengukuran dengan metode
yang berbeda yaitu metode EVA dan FVA, di mana FVA merupakan
perkembangan dari metode EVA sehingga FVA termasuk pendekatan baru
dalam pengukuran kinerja keuangan.
2.
Penelitian oleh Abu Bakar mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja
Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan
MVA”, Jurnal Itenas Rekayasa Volume XIV Nomor 1 Tahun 2010,
untuk setiap periode. Setiap metode pengukuran juga menghasilkan
peringkat yang konsisten untuk lima perusahaan telekomunikasi tersebut.
Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian kali ini
menggunakan dua metode pengukuran (metode EVA dan metode FVA).
Kedua metode tersebut fokus pada biaya modal dan kontribusi
fixed
assets. Pendekatan EVA dan FVA yang merupakan perkembangan dari
EVA dapat memberikan analisa yang berkesinambungan dalam
pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Nora Alverniatha dan Samuel Dossugi
mengenai “Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan
Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja
Keuangan Pada Industri Perkebunan di Bursa Efek Indonesia”, Journal of
Applied Finance and Accounting
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2010, hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan EVA untuk
menciptakan nilai ekonomi dan memiliki kinerja keuangan yang baik dari
tahun 2004 sampai 2009. Sementara menggunakan FVA, perusahaan juga
mampu menciptakan nilai finansial positif dari kinerja keuangan yang baik
dari tahun 2004 sampai 2009. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa ada
perbedaan yang siginifikan antara EVA dan FVA untuk periode 2004
sampai 2009.
salah satu bank syariah di Indonesia yang kinerja keuangannya masih
jarang diukur dengan nilai tambah EVA dan FVA.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Endri dan Abdul Wakil, Jurnal
Islamic
Finance & Business Review
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008, meneliti
tentang “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio-Rasio
Keuangan dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah
Mandiri)”. Penelitian ini menganalisis
performance
keuangan dari Bank
Syariah Mandiri dengan menggunakan rasio keuangan dan metode
Economic Value Added (EVA). Rasio keuangan yang meliputi
Net Profit
Margin
(NPM),
Return on Asset
(ROA),
Return on Equity
(ROE) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan hasil yang fluktuatif. Selama
tahun 2003 sampai 2006, rata-rata kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri
sangat meningkat. Namun saat menggunakan metode EVA, selama tahun
2003 sampai 2006 cenderung menurun dan bahkan negatif. Kinerja terbaik
terjadi pada tahun 2003, di mana selama tahun 2004 sampai 2006 hasil
EVA lebih rendah dari nol. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa
kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri tidak memiliki kontribusi
ekonomi terhadap lembaga terutama untuk kepentingan investor.
5.
Penelitian berjudul “Pentingnya Laporan Nilai Tambah Dalam Pelaporan
Keuangan (Financial Value Added/FVA) Sebagai Pengukur Kinerja dan
Penciptaan Nilai Perusahaan”, Jurnal Fokus Ekonomi Volume 7 Nomor 1
Tahun 2008 oleh Tjahjaning Poerwati dan Zuliyati, menjelaskan bahwa
FVA secara rinci mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan dan
saling terkait dengan putusan manajer keuangan. Kinerja FVA jelas lebih
baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya
dengan hasil NPV.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu
penelitian ini menganalisa nilai tambah dengan EVA dan FVA sekaligus
tanpa menonjolkan salah satunya. Sebab pengukuran dengan dua metode
yang berbeda dapat memberikan gambaran dari aspek yang berbeda pula.
B.
Kerangka Teoritik
1.
Kinerja Keuangan
Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat
beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan pengertian, dapat
dikategorikan dalam dua garis pengertian di bawah ini:
1
a.
Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, kinerja merupakan catatan
hasil yang diproduksi atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas
selama periode waktu tertentu.
1
Sudarmanto,
Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta: Pustaka
b.
Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku, kinerja merupakan
seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi tempat
orang bekerja.
Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya
dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja analisis di masa yang lalu,
dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan
perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang
kinerjanya akan berlanjut.
2
Dapat dikatakan pula bahwa kinerja keuangan merupakan catatan
atau laporan dari hasil aktivitas suatu perusahaan dalam mengelola serta
mengendalikan sumber daya yang dimiliki pada periode tertentu sehingga
dapat menunjukkan kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
2.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.
Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak
misalnya pemilik dan kreditor. Laporan keuangan yang utama terdiri dari
Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Modal dan Neraca.
3
2
Lesmana dan Surjanto (2003)
Financial Performance Analizing
. PT. Elex Komputindo,
Jakarta, tercantum dalam Endri dan Abdul Wakil,
Analisis Kinerja Keuangan dengan
Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah
Mandiri
), Jurnal TAZKIA
Islamic Finance & Business Review
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008, hal.
115.
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi. Banyak pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak
pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen
perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan diharapkan memberi informasi
mengenai profitabilitas, risiko dan
timing
dari aliran kas yang dihasilkan
perusahaan. Informasi tersebut akan memengaruhi harapan pihak-pihak
yang berkepentingan dan pada giliran selanjutnya akan memengaruhi nilai
perusahaan.
4
Tujuan pembuatan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002), adalah
sebagai berikut:
5
a.
Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan
(aktiva, hutang dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
b.
Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
c.
Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan.
d.
Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting
dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
4
Hanafi, Mamduh M., Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2013, hal.
27.
Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan” (IAI, 2002), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok
laporan keuangan yaitu:
6
a.
Dapat dipahami. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai
dengan tingkat pengertian penggunanya. Artinya, para pihak pengguna
sendiri dituntut memiliki tingkat pengetahuan.
b.
Relevan berarti informasi keuangan harus berhubungan dengan tujuan
pemanfaatannya. Informasi yang tidak berhubungan dengan
pemanfaatannya tidaklah relevan dan tidak ada gunannya. Karena itu,
laporan keuangan disusun untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak
yang memiliki banyak tujuan, maka upaya penyajian informasi yang
relevan lebih difokuskan kepada kepentingan umum pengguna.
c.
Andal yaitu agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan yang material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dan seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d.
Dapat diperbandingkan yaitu informasi akuntansi harus dapat
diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada
perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada
periode waktu yang sama. Agar dapat dibandingkan dengan periode
sebelumnya pada perusahaan yang sama, maka:
1)
Laporan keuangan disajikan dalam format yang sama.
2)
Isi laporan keuangan adalah identik.
3)
Prinsip-prinsip akuntansi yang dianut tidaklah berubah, walaupun
berubah maka dampak perubahannya terhadap rugi-laba periode
sekarang harus diungkapkan.
4)
Perubahan dalam kondisi yang mendasari transaksi harus
diungkapkan.
3.
Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau
kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk
mendapatkan perhatian oleh penganalisa adalah:
7
a.
Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid.
b.
Solvabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan
solvable apabila
perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah
aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable.
c.
Rentabilitas atau profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba untuk periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan
demikian, rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
Tujuan menganalisa tergantung pada perspektif pemakai laporan
keuangan dan yang diharapkan oleh seorang analisis laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan di antaranya:
8
a.
Kreditur. Seorang kreditur sangat peduli dengan kemampuan
perusahaan yang diajukan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman
baik kini maupun pada waktu yang akan datang.
b.
Investor. Para investor berusaha untuk mengestimasi sebaik mungkin
laba perusahaan yang akan datang untuk menilai harga saham yang
akan dibeli atau dijual.
c.
Manajemen perusahaan. Analisis laporan keuangan dari sudut pandang
manajemen mengaitkan kebutuhan seluruh kreditur dan investor,
karena pemakai laporan ini harus mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memperoleh modal yang dibutuhkan. Manajemen juga harus
memerhatikan kepentingan para karyawan, publik, penguasa dan
lain-lain.
4.
Analisis
Economic Value Added
(EVA)
a.
Pengertian Economic Value Added (EVA)
EVA adalah suatu ukuran kinerja keuangan yang didasarkan
suatu nilai (value-based) yang dinyatakan dalam satuan mata uang
(misalnya rupiah). Oleh karena nilai EVA tidak dinyatakan dalam
angka relatif, maka tidak ada batasan nilai EVA yang ideal yang
menyatakan seberapa baik atau seberapa buruknya kinerja manajemen
suatu perusahaan. Secara sederhana EVA didefinisikan sebagai
perbedaan antara tingkat pengembalian dari modal perusahaan (the
return on campany’s capital) dengan biaya modal (cost of capital).
Angka EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari
modal yang digunakan, sedangkan angka EVA yang negatif
mengindikasikan adanya perusakan (penurunan) nilai dari modal yang
digunakan selama periode tertentu. Bagi perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), EVA juga merupakan suatu ukuran yang
mencerminkan jumlah absolut nilai pemegang saham yang diciptakan
atau yang dirusak pada masing-masing tahun. Dalam konteks ini,
apabila nilai EVA positif berarti ada penciptaan nilai dan jika nilai
EVA negatif berarti ada perusakan nilai.
9
Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja yang
menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai
tambah bersih, yaitu nilai tambah kotor dikurangi biaya modal yang
digunakan untuk menghasilkan investasi.
10
EVA memiliki perbedaan dibandingkan dengan ukuran-ukuran
kinerja keuangan lainnya. EVA memperhatikan faktor biaya modal
dan tidak secara kaku berpedoman terhadap GAAP (Generally
Accepted Accounting Principle). EVA memiliki metode tersendiri
9
Suratno, Ignatius Bondan,
Economic Value Added: Dari Suatu Alat Penilai Kinerja
Manajemen Menuju Konsep Pemerataan Pendapatan, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia
Volume IV Nomor 2 Tahun 2005, hal. 135.
dalam menghitung pencapaian kinerja, yang lebih dari sekedar menilai
dari
profit suatu perusahaan. Tidak seperti metode konvensional yang
hanya dikenal
cost dari modal eksternal dan bunga, dalam EVA juga
dikenal
cost of equity. Analisis perolehan dana dari equity (pemegang
saham) ini mutlak diperlukan mengingat adanya pembiayaan tersebut
juga menghasilkan cost berupa sejumlah keuntungan yang diharapkan,
di samping kegunaannya untuk mengetahui sejauh mana perusahan
berhasil memberikan keuntungan bagi pemegang saham.
11
EVA juga merupakan suatu alat yang bermanfaat untuk
memilih investasi keuangan yang paling menjanjikan karena EVA
dapat menjadi suatu estimator untuk penciptaan nilai ekonomi yang
sebenarnya dari suatu perusahaan yang mempunyai fokus pada
penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dalam investasi di pasar
modal, EVA merupakan suatu ukuran yang memiliki korelasi yang
sangat tinggi dengan harga saham. EVA yang dinyatakan dalam suatu
nilai absolut, meski memiliki keterbatasan, namun EVA dapat menjadi
suatu ukuran yang dapat dimaksimalkan.
12
EVA juga membantu manajer memastikan bahwa
perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara
investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana
yang akan mampu meningkatkan nilainya.
13
Investor bersedia
menginvestasikan uangnya di suatu perusahaan sebab mereka
mengharapkan
return
tertentu sebagai suatu tingkat profitabilitas
minimumyang diharapkan dari investasi yang disebut biaya modal.
Biaya modal adalah return dari penggunaan modal rata-rata pada suatu
perusahaan. Investor dapat dengan mudah mencapai
return
ini yaitu
dengan melakukan diversifikasi di pasar modal jangka panjang.
14
b.
Penghitungan Economic Value Added (EVA)
Penghitungan EVA tidak terlepas dari konsep
Market Value
Added
(MVA). MVA adalah perbedaan antara total nilai perusahaan
dengan total modal (termasuk modal sendiri dan hutang) yang
dikontribusikan ke perusahaan. Rumus perhitungan MVA yaitu:
15
MVA = Total Value – Total Capital
MVA juga diterjemahkan sebagai penjumlahan dari seluruh
present value
dari seluruh perusahaan dan investasi yang dilakukan.
MVA bersifat lebih statis karena diterapkan untuk mengukur kinerja
secara tahunan yang hanya dapat diterapkan pada divisi dan sebuah
perusahaan yang sudah go public. Di sisi lain, EVA lebih dinamis dan
dapat diterapkan di seluruh level bisnis, tidak saja pada group level.
16
13
Endri dan Abdul Wakil,
Analisis
., hal. 118.
14Suratno, Ignatius Bondan,
Economic
., hal. 137.
15Ibid., hal. 142.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menghitung
EVA. Secara sederhana perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
17
1)
Penjualan bersih – biaya operasi = laba operasi
2)
Laba operasi – pajak =
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
atau laba bersih setelah pajak
3)
NOPAT – biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal)
= EVA
Keterangan:
Penjualan bersih
= hasil penjualan bruto (kotor) perusahaan
setelah dikurangi dengan potongan-potongan
lainnya
Biaya operasi
= pengeluaran - pengeluaran untuk
membiayai operasi perusahaan seperti
pembelian dan penjualan barang serta
pengelolaan perusahaan
Laba operasi
= laba atau keuntungan yang diperoleh
perusahaan dari hasil operasi berjalan
NOPAT
= laba atau keuntungan bersih setelah
dikurangi pajak
Biaya modal
= modal yang diinvestasikan
17
Young, S. David dan Stephen O’Byrne (2001)
EVA dan Manajemen Berdasarkan
c.
Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Dengan menjadikan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan
perusahaan dapat memberikan keunggulan tersendiri dibandingkan
dengan menggunakan rasio keuangan.
18
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan
adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).
Keunggulan EVA yang lain adalah:
19
1)
EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2)
Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan
yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan
memerhatikan harapan para penyandang dana secara adil di mana
derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur
modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada
nilai buku.
3)
Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa
memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data
perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4)
Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian
bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA
lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan
stakeholders satisfaction concepts.
5)
Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep
tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah
digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan
dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Selain sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan, EVA
juga dapat digunakan sebagai perencanaan strategi perusahaan, tolok
ukur pengalokasian dana perusahaan serta dapat sebagai peringatan
akan terjadinya
financial distress
apabila laba tidak berada di atas
required of return.
d.
Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Dibalik kelebihan yang terdapat dalam metode EVA, metode
ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
20
1)
EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak
mengukur aktivitas-aktivitas tertentu.
2)
EVA terlalu tertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang
justru lebih dominan.
e.
Indikator Economic Value Added (EVA)
Hasil pengukuran dengan menggunakan metode
Economic
Value Added (EVA) dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
21
20
Murjana, I Made,
Financial Value Added: Paradigma Baru Pengukuran Kinerja dan
1)
Nilai Positif (+) menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan atau ada nilai ekonomis lebih setelah
perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang
dana baik kreditur maupun pemegang saham.
2)
Nilai Nol menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah maupun
pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan untuk
membayar kewajiban pada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham.
3)
Nilai Negatif (-) menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu
membayarkan kewajiban para penyandang dana baik kreditur
maupun pemegang saham.
5.
Analisis
Financial Value Added
(FVA)
a.
Pengertian Financial Value Added (FVA)
Financial Value Added
(FVA) merupakan suatu metode baru
dalam pengukuran kinerja dan nilai tambah perusahaan serta
merupakan pengembangan dari
Economic Value Added
(EVA). FVA
mempertimbangkan kontribusi
fixed assets
dalam menghasilkan laba
bersih bagi perusahaan.
21
Wijayanto, G. (1993) EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja
Terdapat tiga keputusan dalam manajemen keuangan yang
akan menjadi
value drivers
bagi terciptanya
Financial Value Added.
Ketiga keputusan tersebut adalah:
22
1)
Operating Decision
adalah suatu keputusan yang harus diambil
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola
biaya-biaya yang timbul baik
variable cost
maupun
fixed cost
sedemikian rupa sehingga menghasilkan
operating profit margin
bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth)
merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini
merupakan
value drivers
bagi terciptanya Financial Value Added.
Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan
meningkatkan
operating profit margin
yang pada akhirnya
Financial Value Added (FVA) diharapkan juga akan meningkat.
2)
Financing Decision
adalah suatu keputusan pembiayaan
perusahaan di mana perusahaan harus menentukan sumber dana
yang paling efisien, yang direfleksikan oleh
cost of capital
yang
dibayarkan selama periode n. Semakin kecil
cost of capital,
maka
semakin besar nilai FVA.
3)
Investment Decision
adalah keputusan manajemen terhadap
pilihan-pilihan investasi yang secara normatif harus mampu
memaksimalkan
nilai
perusahaan.
Perusahaan
harus
mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat,
karena jumlah
working capital
dan
fixed capital
yang besar akan
menurunkan nilai FVA, karena Total Resource (TR) menjadi besar.
b.
Penghitungan Financial Value Added (FVA)
Beberapa langkah sederhana yang harus dilakukan dalam
menghitung FVA adalah sebagai berikut:
23
1)
Penjualan bersih – biaya operasi = laba operasi
2)
Laba operasi – pajak =
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
atau laba bersih setelah pajak
3)
NOPAT – (Equivalent Depreciation – Depreciation) = FVA
Keterangan:
Penjualan bersih
= hasil penjualan bruto (kotor)
perusahaan setelah dikurangi dengan
potongan-potongan lainnya.
Biaya operasi
= pengeluaran - pengeluaran untuk
membiayai
operasi
perusahaan
seperti pembelian dan penjualan
barang serta pengelolaan perusahaan
Laba operasi
= laba atau keuntungan yang
diperoleh perusahaan dari hasil
operasi berjalan
NOPAT
= laba atau keuntungan bersih setelah
dikurangi pajak
Equivalent Depreciation
= nilai sekarang dari penyusutan
Depreciation
= penyusutan
c.
Kelebihan Financial Value Added (FVA)
Kelebihan
Financial Value Added (FVA) dibanding
Economic
Value Added (EVA) adalah:
24
1)
Jika ditilik ulang konsep NOPAT, FVA melalui definisi equivalent
depreciation
mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja
perusahaan, demikian juga
opportunity cost
dari pembiayaan
perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek
investasi.
2)
FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth
duration
(durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah
nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai
equivalent
depreciation
akibat bertambah panjangnya umur aset di mana aset
bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep
EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan.
3)
FVA mengedepankan konsep
equivalent depreciation
dan
accumulated equivalent
tampaknya lebih akurat menggambarkan
financing costs.
4)
Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA
memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode
tahunan.
d.
Kelemahan Financial Value Added (FVA)
Selain kelebihan yang dimiliki, konsep FVA juga memiliki
kelemahan. Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam
mengantisipasi fenomena bila
perusahaan (proyek) menjalankan
investasi baru di tengah-tengah masa
investa