• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR BOLA KASTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR BOLA KASTI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV C SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

FAJAR ARDYYANTO X4610055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Fajar Ardyyanto

NIM : X4610055

Jurusan/Program Studi : JPOK/ Penjaskesrek

menyatakan bahwa skripsi saya ” UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV C SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Fajar Ardyyanto

(3)

iii

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV C SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

FAJAR ARDYYANTO X4610055

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(4)

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 13 Juli 2012

Pembimbing I,

Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes. NIP. 19630608 199010 2 001

Pembimbing II,

Drs. Sugiyoto, M.Pd.

NIP. 19541112 198403 1 001

(5)

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Kamis

Tanggal : 26 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Waluyo, S.Pd., M. Or.

Sekretaris : Slamet Widodo, S. Pd., M. Or. Anggota I : Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes. Anggota II : Drs. Sugiyoto, M.Pd.

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan,

Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si.

(6)

vi MOTTO

#Jalanilah kehidupanmu dengan iman dan taqwamu, insyaAllah kebaikan akhirat akan menemani kehidupan abadimu#

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Senantiasa ku ucap syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

v ”Bapak dan Ibu Tercinta”

Doamu yang tiada terputus, pengorbananmu begitu besar, kerja kerasmu yang tak kenal lelah demi kehidupan ini. Aku bangga pada kalian, terimakasih atas semua yang engkau berikan pada diri ini. Tiada kasih saying yang abadi seperti kasih sayangmu.

v ”Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing”

Pembimbingku yang senantiasa membimbing, memotivasi, dan terus memberi semangat dengan penuh perhatian dan kesabaran. Terimakasih atas bimbingannya selama ini, engkau begitu berarti untuk kesuksesan yang telah menanti diriku.

v ”Keluarga Besar Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri”

Terimakasih atas kerjasama dan bimbingannya selama ini, Suatu kebanggaan bisa mengajar di Sekolah Dasar Negeri favorit di Wonogiri terus maju dan

sukses selalu melahirkan siswa yang berkarakter kuat dan cerdas serta berbudi luhur.

v ”Karlina Indriyaningsih”

Terimakasih atas semua perhatianmu, kasih sayingmu, semangatmu yang terus ada untuk diriku, kau selalu ada dalam suka maupun duka menemani langkah

hidup ku dengan penuh kesabaran.

v ”Semua Sahabat Jurusan Pendidikan Olahraga dan kesehatan”

(8)

viii ABSTRAK

Fajar Ardyyanto. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR

BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU

PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV C SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar melempar bola kasti melalui penggunaan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas IV C Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV C Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri yang berjumlah 34 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis kritis. Prosedur penelitian adalah model siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar melempar bola kasti pada siswa kelas IVC Sekolah Dasar Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang tuntas aspek kognitif kondisi awal 15 siswa atau 44, 12% dan pada siklus I meningkat menjadi 24 siswa 70, 59% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 31 siswa atau 91, 18%. Aspek afektif kondisi awal 16 siswa 47, 06% dan pada siklus I meningkat menjadi 20 siswa atau 58, 82% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 27 siswa atau 79,41%. Aspek psikomotor kondisi awal 14 siswa 41, 18% dan pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa atau 73, 53% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 31 siswa atau 91, 18%. Dan hasil belajar melempar siswa kondisi awal 11 siswa atau 32,35% dan pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa 55, 88% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 28 siswa atau 82,35%.

Simpulan penelitian ini adalah penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar melempar dalam permainan kasti pada siswa kelas IVC Sekolah Dasar Negeri 1 Wonogiri.

Kata kunci: melempar, permainan kasti, alat bantu pembelajaran

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELEMPAR

BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU

PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV C SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

3. Ketua Prograrm Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebrlas Maret Surakarta.

4. Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes. dan Drs. Sugiyoto, M.Pd. selaku Pembimbing I dan II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala SD Negeri I Wonogiri, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian ini.

6. Pardi, S. Pd. selaku Guru Penjasorkes SD Negeri I Wonogiri, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

7. Para siswa SD Negeri I Wonogiri yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. commit to user

(10)

x

Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Permainan Kecil ... 5

a. Pengertian Permainan kecil ... 5 b. Macam-Macam Permainan Kecil ... 5 commit to user

(12)

xii

2. Permainan Kasti ... 7

a. Sejarah Permainan Kasti ... 7

b. Pengertian Permainan Kasti ... 7

c. Permainan Kasti Sebagai Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar ... 8

d. Alat-Alat Dalam Permainan Kasti ... 9

e. Teknik Permainan Kasti ... 12

f. Pengertian Melempar ... 20

g. Teknik Melempar Dalam Permainan Kasti ... 21

3. Pembelajaran ... 24

a. Pengertian Pembelajaran ... 24

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 25

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 26

d. Hasil Belajar ... 27

4. Alat Bantu Pembelajaran... 28

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran ... 28

b. Kriteria Pemilihan Alat Bantu yang baik ... 29

c. Fungsi Alat Bantu Pembelajaran ... 30

d. Alat Bantu Pembelajaran Lempar Dalam Permainan Kasti ... 31

e. Pembelajaran Melempar Bola Kasti ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian... 36

C. Data dan Sumber Data ... 37

D. Pengumpulan Data ... 37

E. Uji Validitas Data... 38

F. Analisis Data ... 38

G. Indikator Kinerja Penelitian ... 39 H. Prosedur Penelitian ... 40 commit to user

(13)

xiii

1. Rancangan Siklus I ... 40

a. Tahap Perencanaan ... 40

b. Tahap Pelaksanaan ... 41

c. Pengamatan Tindakan ... 41

d. Tahap Evaluasi Refleksi ... 41

2. Rancangan Siklus II ... 41

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Pratindakan ... 43

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ... 47

1. Siklus I Pertemuan Pertama ... 47

2. Siklus I Pertemuan Kedua ... 51

3. Siklus I Pertemuan Ketiga ... 55

4. Siklus II Pertemuan Pertama ... 61

5. Siklus II Pertemuan Kedua ... 65

6. Siklus II Pertemuan Ketiga ... 68

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ... 73

D. Pembahasan ... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77 B. Implikasi... 77 C. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN ... 80 commit to user

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tiang Hinggap... 9

2.2. Tiang Bendera Batas ... 10

2.3. Kayu Pemukul ... 10

2.4. Bola Kasti ... 11

2.5. Pen Besi... 11

2.6. Nomor Dada ... 12

2.7. Menangkap Bola Melambung Tinggi ... 14

2.8. Menangkap Bola Mendatar ... 14

2.9. Menangkap Bola Rendah ... 15

2.10. Menangkap Bola Sikap Duduk Berlutut ... 16

2.11. Menangkap Bola Sikap Jongkok Berlutut ... 16

2.12. Menangkap Bola Sikap Berdiri Menekuk Lutut ... 16

2.13. Menangkap Bola Datar di Kanan Dengan Dua Tangan ... 17

2.14. Menangkap Bola di Kanan Dengan Satu Tangan ... 17

2.15. Pukulan Melambung ... 18

2.16. Pukulan Mendatar ... 18

2.17. Pukulan Merendah ... 19

2.18. Ilustrasi Gerakan Melempar ... 21

2.19. Gerakan Melempar Dari Bawah ... 22

2.20. Gerakan Melempar Dari Samping ... 22

2.21. Gerakan Melempar Dari Atas ... 23

2.22. Gerakan Lemparan Bola Melambung Tinggi ... 23

2.23. Gerakan Melempar Bola Mendatar ... 23

2.24. Gerakan Melempar Bola melambung ... 24

2.25. Pembelajaran lemparan ke Arah Sasaran ... 32

2.26. Pembelajaran Lemparan ke Sesama Teman... 32 2.27. Alur Kerangka berpikir ... 34 commit to user

(15)

xv

4.1. Diagram Hasil Belajar Melempar Siklus I ... 60

4.3. Diagram Hasil Belajar Melempar Siklus II ... 73

4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Aspek Kognitif ... 74

4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Aspek Afektif ... 74

4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Aspek Psikomotor ... 75

4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Kemampuan Melempar ... 75

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 36

3.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 37

3.3. Persentase Target Capaian ... 39

4.1. Aspek Kognitif Siswa Sebelum Tindakan ... 44

4.2. Aspek Afektif Siswa Sebelum Tindakan ... 45

4.3. Aspek Psikomotor Siswa Sebelum Tindakan ... 45

4.4. Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan ... 46

4.5. Aspek Kognitif Siswa Setelah Tindakan I ... 58

4.6. Aspek Afektif Setelah Tindakan I ... 58

4.7. Aspek Psikomotor Setelah Tindakan I ... 59

4.8. Hasil Belajar Siswa Setelah Tindakan I ... 60

4.9. Aspek Kognitif Siswa Setelah Tindakan II ... 70

4.10. Aspek Afektif Setelah Tindakan II... 71

4.11. Aspek Psikomotor Setelah Tindakan II ... 72

4.12. Hasil Belajar Siswa Setelah Tindakan II... 72

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa ... 80

2. Observasi Pra Siklus ... 81

3. Seperangkat RPP Siklus I Pertemuan Pertama ... 89

4. Seperangkat RPP Siklus I Pertemuan Kedua ... 112

5. Seperangkat RPP Siklus I Pertemuan Ketiga ... 135

6. Seperangkat RPP Siklus II Pertemuan Pertama ... 158

7. Seperangkat RPP Siklus IIPertemuan Kedua ... 181

8. Seperangkat RPP Siklus II Pertemuan Ketiga ... 204

9. Dokumentasi Siklus I ... 227

10. Dokumentasi Siklus II ... 228

11. Surat-Surat Ijin Penelitian ... 229

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani juga sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung seumur hidup, selain itu juga salah satu alat yang penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan manusia, karena pendidikan jasmani sangat erat kaitanya dengan gerak manusia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia dalam proses mempersiapkan dirinya menuju masa depan yang lebih baik.

Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pendidikan jasmani merupakan suatu alat dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, yang sangat besar perannya dalam pembentukan dan perkembangan manusia. Tujuan pendidikan jasmani menurut Syarifuddin dan Muhadi (1992: 5) adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat.

Pendidikan jasmani (Penjas) mempunyai peran penting untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Mutohir (1992: 27) bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam commit to user

(19)

rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, diajarkan beberapa macam jenis permainan yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Permainan merupakan alat untuk mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Carl Bucher mengemukakan bahwa “Permainan telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang tua, laki-laki maupun perempuan, mampu menggerakkan untuk berlatih, bergembira dan rileksasi, permainan juga merupakan salah satu komponen utama dalam setiap program pendidikan jasmani (Herman Subarjah, 2007: 1.3).

Menurut Syarifuddin dan Muhadi (1992: 136) mendefinisikan permainan kecil ada dua macam yaitu permainan kecil tanpa alat dan permainan kecil dengan alat, permainan kecil tanpa alat : gobak sodor, menjala ikan, hitam hijau, katak dan burung bangau. Sedangkan permainan kecil dengan alat: permainan kasti, permainan bola bakar, permainan rounders, dan permainan kippers. Di Sekolah Dasar Negeri 1 Wonogiri pembelajaran penjas yang di berikan guru belum maksimal karena peralatan dan perlengkapan penjas yang adapun sangat tidak memadai, ini membuat pembelajaran penjas hanya berlangsung monoton. Keadaan seperti ini membuat siswa kurang senang dan cepat bosan oleh karena itu minat dan motivasi siswa sangat kecil dalam mengikuti pembelajaran melempar dalam permainan kasti. Selain faktor alat yang kurang memadai karateristik siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Wonogiri yang manja dan semaunya sendiri juga menjadi kendala tersendiri bagi guru. Seorang guru harus mampu menciptakan sesuatu yang bisa menarik perhatian siswa agar tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Materi yang ada dalam silabus tidak tersampaikan secara menyeluruh dengan baik, banyak siswa kelas IV C yang belum menguasai kemampuan melempar dalam permainan kasti baik melempar dari bawah atau lambungan, melempar dari samping, dan melempar dari atas. Dari jumlah siswa 34 anak hanya 32,35% atau 11 anak yang mampu melakukan gerakan melempar dengan baik,karena siswa mengalami permasalahan tersebut saat melakukan permainan kasti mereka sangat kesulitan, permainan tidak berjalan lancar dan tujuan commit to user

(20)

permainan juga tidak tercapai. Gerak melempar nantinya juga dapat di jadikan pengetahuan dasar untuk dikembangkan lagi ke cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Alat bantu pembelajaran digunakan agar materi yang diberikan dapat tersapaikan dengan baik dan mudah di mengerti oleh siswa, alat yang digunakan dalam pembelajaran adalah bola tenis, bola plastik, bola berekor dan bola kasti agar siswa tidak cepat bosan dan senang dengan alat yang digunakan dalam pembelajaran melempar jadi minat dan motivasi siswa tingi untuk mengikuti pembelajaran melempar dalam permainan kasti dengan pembelajaran yang dikompetisikan dan bervariasi. Dalam pemilihan alat bantu juga dipertimbangkan faktor keekonomisan biaya, dengan biaya sedikit alat yang digunakan dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan selama tahap observasi yang telah dilakukan, pembelajaran pendidikan jasmani yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri masih terdapat beberapa kendala. Penggunaan alat yang kurang memadai dan keadaan siswa yang kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran menjadikan banyak siswa IV C belum mampu menguasai kemampuan melempar dalam permainan kasti.

Berbagai masalah yang telah dikemukakan di atas melatar belakangi judul penelitian ”Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melempar Bola Kasti Melalui Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas IV C Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar melempar bola kasti pada siswa kelas IV C Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatan hasil belajar melempar bola kasti melalui penggunaan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas IV C Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru pendidikan jasmani, untuk meningkatkan kreatifitas guru, dalam pembelajaran melalui penerapan alat bantu pembelajaran.

2. Bagi siswa, menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan melempar dalam pembelajaran permainan kasti serta dapat memotivasi siswa untuk terus aktif, semangat dalam mengikuti pembelajaran penjas.

3. Bagi Lembaga Pendidikan, dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam pengembanagn kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. Sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah dasar dapat meningkat.

(22)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Permainan Kecil

a. Pengertian Permainan Kecil

Permainan kecil menurut Sukintaka (1992: 89) adalah permainan yang tidak mempunyai peraturan baku, dan tidak ada organisasi induk. Permainan kecil merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Berbagai macam permainan kecil yang di ajarkan di sekolah dasar dengan peraturan yang bervariasi diperkenalkan kepada siswa agar siswa mengerti dan paham tentang macam-macam permainan kecil itu sendiri karena permainan sejak dulu sudah ada dan perlu di kenalkan secara turun-temurun untuk menambah pengetahuan siswa dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam permainan kecil. Untuk permainan kecil menggunakan alat di sebut juga dengan permainan bola kecil yaitu permainan terdiri atas sekumpulan peraturan yang membangun situasi bersaing dari dua sampai beberapa orang atau kelompok dengan memilih strategi yang dibangun untuk memaksimalkan kemenangan sendiri atau untuk meminimalkan kemenangan lawan. Peraturan menentukan kemungkinan tindakan untuk setiap pemain, sejumlah keterangan diterima setiap pemain sebagai kemajuan bermain.

b. Macam-Macam Permainan Kecil

Permainan kecil menurut msenurut Syarifuddin dan Muhadi (1992: 136) dibagi menjadi dua yaitu permainan kecil dengan alat dan tanpa alat. Permainan kecil tanpa alat yaitu gobak sodor, menjala ikan, hitam hijau, katak dan burung bangau. Sedangkan permainan kecil menggunakan alat yang di ajarkan di Sekolah Dasar yaitu permainan kasti, permainan bola bakar, permainan rounders, dan permainan kippers. commit to user

(23)

1) Permainan Kasti

Permainan kasti adalah permainan beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak memukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan.

2) Permainan Bola Bakar

Permainan bola bakar adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak memukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Lapangan permainan ini berbentuk segi enam beraturan dengan sebuah tiang hinggap setiap sudutnya.

3) Permainan Rounders

Permainan Rounders adalah termasuk cabang olah raga permainan, termasuk dalam kelompok permainan bola pukul, sekelompok dengan soft ball, base ball dan slag-bal. Permainan rounders dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak memukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Lapangan permainan rounders berbentuk segi lima beraturan dengan panjang sisi lapangan 15 meter dan pada setiap sudutnya diberi base berbentuk bujur sangkar sebagai tempat hinggap.

4) Permainan Kipers

Permainan kippers adalah pengembangan dari permainan kasti, permainan kippers merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak memukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Permainan ini dimainkan dilapangan commit to user

(24)

yang berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari ruang bebas, ruang pemukul dan ruang jaga, dimana ruang jaga terdapat dua buah ruang bebas sebagai tempat akhir dari regu pemukul sebelum kembali ke ruang pemukul.

2. Permainan Kasti

a. Sejarah Permainan Kasti

Permainan Kasti di Indonesia telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Kata kasti berasal dari bahasa Belanda yang artinya permainan di lapangan yang menggunakan bola kecil dan alat pemukul kayu. Permainan kasti dimainkan oleh dua regu pemain, masing-masing regu pemukul dan regu lapangan. Permainan kasti dimainkan khusus oleh anak laki-laki saja atau oleh anak perempuan, terutama dimainkan oleh anak-anak Sekolah Dasar. Sejak dulu telah diselenggarakan pertandingan kasti antar sekolah, pertandingan persahabatan maupun pertandingan untuk memperebutkan suatu kejuaraan, Permainan kasti juga pernah dipertandingkan dibeberapa acara nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan ini merupakan permainan yang sangat menarik untuk dipertandingkan karena sejak zaman Belanda sampai sekarang permainan ini masih di ajarkan dan di berikan melalui program pendidikan jasmani khususnya di sekolah dasar.

b. Pengertian Permainan Kasti

Menurut Waryati, Sulistyo, dan Soetarti (1993: 105) kasti berasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Kasti adalah permainan beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak memukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. commit to user

(25)

Permainan kasti dimainkan di atas lapangan rumput yang rata berbentuk empat persegi panjang di mana lebar dan panjangnya kurang lebih berbanding 1 dengan 2. Diatas lapangan terdapat sebuah tiang hinggap untuk pertolongan pelari disebut tiang pertolongan, dan 2 buah tiang hinggap bebas yang terdapat pada bagian akhir lapangan disebut tiang bebas. Dalam permainan kasti dipergunakan alat pemukul bola dibuat dari kayu, disebut kayu pemukul, dan bola kecil.

Permainan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha segera berlari ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau langsung lari ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk mendapat nilai. Sebaliknya regu lapangan berusaha menggagalkan usaha pemain pemukul untuk mendapatkan nilai dengan menangkap bola yang dipukul oleh pemain pemukul dan melempar atau menembak pelari dengan bola atau menghanguskan ruang bebas dengan bola pada waktu ruang bebas kosong (belum ada pelari yang masuk ke ruang bebas) untuk menjadi pemukul. Adapun tujuan dari masing-masing regu adalah untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Permainan kasti dilakukan 2 babak, antara babak pertama dan babak kedua diberi waktu istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebiah banyak mengumpulkan nilai.

c. Permainan Kasti Sebagai Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Permainan kasti dapat dijadiikan alat untuk pencapaian tujuan pembelajaran penjas di sekolah dasar, melalui permainan kasti secara langsung siswa terlibat dalam peraturan yang ada dalam permainan selain itu dengan permainan kasti guru dapat menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan, seperti nilai kerjasama, sportivitas, kejujuran, disiplin, tanggung jawab. Jika nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri siswa maka pembelajaran penjas tujuannya dapat tercapai dengan commit to user

(26)

baik, aspek-aspek yang masuk dalam pendidikan jasmani juga dapat dilihat dalam permainan ini seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Guru harus bisa mengembangkan aspek tersebut jika salah satu ditinggalkan misal aspek afektif, jika siswa tidak suka dilempar dengan bola maka dia akan mengejar dan membalasnya. Hal seperti ini tidak akan terjadi bila siswa memiliki sikap positif dalam permainan kasti dan paham tentang maksud tujuan permainan. Jadi guru harus memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada siswa agar siswa tau dan paham tentang maksud dan tujuan permainan kasti dalam pendidikan jasmani. Dengan demikian melalui permainan kasti dapat dijadikan alat untuk pencapaian tujuan pendidikan jasmani.

d. Alat-Alat Dalam Permainan Kasti

Peralatan yang digunakan dalam permainan kasti ada beberapa macam, alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Tiang hinggap

Dalam permainan kasti terdapat 3 buah tiang hinggap, 1 tiang pertolongan dan 2 buah tiang bebas. Untuk memudahkan pandangan baiklah bila tiang-tiang hinggap dicat putih, dengan di kaitkan bendera berwarna yang warna bendara batas, umpamakan berwarna biru atau hijau. Bila tiang hinggap terbuat daripada besi bagian atasnya harus dilengkungkan guna menghindari baha cidera. Adapun gambar tiang hinggap sebagai berikut:

Gambar 2.1. Tiang hinggap (Waryati dkk, 1993: 10) commit to user

(27)

2) Tiang bendera batas

Batas lapangan dan pertengahan garis samping di pancangkan tiang bendera batas pada keempat sudutnya, jadi terdapat 6 buah tiang bendera dengan tinggi sekurang-kurangnya 1,5 meter dari tanah dicat berselang-seling putih-hitam dengan bendera berwarna terang dan mudah dilihat umpamakan warna merah.Gambar tiang bedera batas sebagai berikut:

Gambar 2.2. Tiang bendera batas (Waryati dkk,1993: 10) 3) Kayu pemukul

Kayu pemukul terbuat dari kayu. Panjang 50 cm-60 cm. Penampangnya berbentuk bulat atau bulat telur, untuk yang bulat garis tengahnya 3,5 cm, dan yang berbentuk bulat telur lebarnya 5 cm; dan tebalnya 3,5 cm. Panjang tempat pegangannya 15 cm-20cm bulat pegangan ber-ukuran 3 cm-40 cm, lebarnya 10 cm. Panjang pegangan 15cm-20 cm. Gambar kayu pemukul sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kayu pemukul (Waryati dkk, 1993: 9) 4) Bola kasti

Bola Kasti bagian luarnya terbuat dari karet atau kulit, di dalamnya di isi dengan wol, kapuk, sabut atau ijuk. Keliling bola 19 cm-21 cm, commit to user

(28)

berat bola 70 gram-80 gram. Bola harus cukup elastis tidak boleh keras, dalam pembelajaran disediakan bola paling tidak 2 orang 1 bola. Gambar bola kasti sebagai berikut:

Gambar 2.4. Bola kasti (Waryati dkk, 1993: 9) 5) Bendera untuk pembantu wasit

Ukuran lebar x panjang: 20 cm x 30 cm. Warna menyolok mudah dilihat dan berlainan dengan warna bendera tiang hinggap dan bendera batas. Banyaknya 3 buah untuk 3 orang pembantu wasit.

6) Tali

Tali untuk garis batas lapangan, ukuransebesar jari warna mudah dilihat, panjangnya sekurang-kurangnya 240 meter.

7) Pen besi

Pen (paku) Besi: Panjangnya kurang lebih 17 cm banyaknya paling sedikit 20 buah. Pen besi digunakan untuk membuat garis batas dengan tali. Untuk menancapkan pen ke dalam tanah diperlukan alat pemukul. Gambar pen besi sebagai berikut:

Gambar 2.5. Pen besi (Waryati dkk, 1993: 11) 8) Nomor dada

Nomor dada dibutuhkan sejumlah 30 buah, terbuat dari kain terdiri dari 2 macam warna. Masing-masing warna 15 buah, yaitu mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor 12 untuk pemain inti, sedang nomor 13, 14, dan 15 untuk pemain cadangan. Tiap nomor dibuat rangkap untuk dipasang atau digantungkan di dada da di punggung supaya

(29)

dapat dilihat dari depan dan di punggung supaya dapat dilihat dari depan dan belakang. Gambar nomor dada sebagai berikut:

Gambar 2.6. Nomor dada (Waryati dkk, 1993: 12) 9) Peluit

Peluit hendaknya di pilih yang mudah di tiup dan berbunyi nyaring sehingga mudah di dengar dari jarak jauh.

10)Daftar nilai

Untuk daftar nilai dapat digunakan kertas dengan perlengkapan pensil, karton dengan perlengkapan kapur atau pensil, papan tulis dengan perlengkapan kapur dan penghapus. Sebelum pertandingan hendaknya di sediakan kertas daftar nama pemain bagi masing-masing regu yang bertanding.

11)Perlengkapan pemain

Perlengkapan perorangan dalam pembelajaran atau latihan antara lain baju untuk olah raga yang dibuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, celana olahraga. Perlengkapan untuk regu tim yaitu setiap tim atau perkumpulan kasti memiliki setidaknya 2 set kostum, yang satu set sebaiknya berwarna lain sebagai cadangan apabila dai dalam suatu pertandingan kebetulan warna satu regu lawanya sama. Tiap set terdiri 15 stel.

e. Teknik Permainan Kasti

Menurut Waryati dkk (1993: 111) teknik dalam permainan kasti dibagi menjadi:

1) Lari cepat

(30)

Teknik lari cepat gerakanya adalah langkah kecil-kecil agar frekuensi langkahnya menjadi lebih banyak dengan paha di angkat setinggi-tingginya, badan tidak condong seperti lari atletik, sikap badan tegak supaya mudah melihat arah lapangan yang lebih luas, sering mendapat rintangan atau dihadang akan di lempar bola oleh para pemain lawan harus berhenti mendadak segera merubah arah ke samping kanan atau ke samping kiri, segera lari mundur dan seterusnya. Sudut siku lengan lebih besar dan ayunan lengan agak terbuka kebelakang, guna menjaga keseimbangan badan. Titik berat badan selalu dekat dengan tanah. 2) Menangkap bola

Menangkap bola merupakan teknik yang harus dikuasai oleh pemain regu lapangan untuk memperoleh nilai tangkap bola dari pukulan lawan. Menangkap bola dapat dilakukan dari lemparan teman, dari pukulan regu pemukul, bagi pemain penangkap belakang yang berada di belakang pemukul. Berdasarkan tinggi rendahnya bola maka teknik menangkap di bedakan menjadi:

a) Menangkap bola melambung tinggi

Badan menghadap kearah datangnya bola. Berdiri kedua kaki kangkang ke samping kiri-kanan, kedua lutut sedikit di tekuk, pandangan kearah bola. Kedua lengan kiri dan kanan sejajar dijulurkan kearah depan di atas kepala, arah datangnya bola. Posisi pangkal telapak kedua tangn rapat ujung ibu jari kiri, ujung jari kelingking tangan kiri rapat dengan ujung jari kelingking kanan, sedang jari-jari yang lain di renggangkan dan menunjuk ke arah atas, sehingga kedua tangan membentuk mangkuk. Semua otot-otot lemas (rileks), lengan agak lurus. Pada waktu bola menyentuh tangan, semua jari ditutup kedua tangan segera di tarik ke belakang bawah agar bola tidak mudah melenting keluar, tangan tidak terasa sakit, segera sudah dalam posisi siap. Gerakan terakhir kaki kiri dipindahkan kedepan sudah dalam keadaan siap melempar. Berikut

(31)

gambar posisi tangan menangkap bola melambung tinggi sebagai berikut:

Gambar 2.7. Menangkap bola melambung tinggi (Waryati dkk, 1993: 24)

b) Menangkap bola mendatar

Seperti pada menangkap bola melambung tinggi, Kedua lengan kiri dan kanan sejajar di julurkan lurus di depan dada kearah datangnya bola. Posisi pangkal telapak tangan rapat, ujung ibu jari kiri rapat dengan ujung ibu jari kanan, ujung kelingking tangan kiri rapat dengan ujung kelingking tangan kanan, sedang jari-jari yang lain di renggangkan dan kedua tangan membentuk mangkuk menunjuk datar ke arah datangnya bola. Pada waktu menyentuh tangan semua jari kedua tangan dirapatkan kedua tangan segera ditarik hingga depan dada mengikuti arah jalannya bola, semua otot-otot kendor. Berikut gambar menangkap bola mendatar sebagai berikut:

Gambar 2.8. Menangkap bola mendatar (Waryati dkk, 1993: 25)

c) Menangkap bola rendah

Seperti pada sikap permulaan menangkap bila melambung tingi tetapi kedua lutut ditekuk lebih rendah. Kedua lengan kirid an kanan sejajar dijulurkan lurus ke depan bawah menghadap ke arah datangnya bola. Kedua telapak tangan terbuk dirapatkan hingga kelingking tangan kiri rapat dengan jari kelingking tangan kanan. Semua otot-otot kendor. Pada waktu bola menyentuh tangan, commit to user

(32)

semua jari-jari ditutup, kedua tangan segera sedikit ditarik ke belakang bawah mengikuti arah jalannya bola. Gerakan terakhir kedua tangan ditarik ke depan dada, kaki kiri dipindahkan ke depan siap untuk melempar bola. Berikut gambar menangkap bola rendah sebagai berikut:

Gambar 2.9. Menangkap bola rendah (Waryati dkk, 1993: 26) d) Menangkap bola bergulir di tanah

Badan menghadap kearah datangnya bola ada tiga macam sikap: Sikap duduk berlutut, kedua lutut rapat menyentuh tanah. Sikap berjongkok berlutut, kaki kiri jongkok kaki kanan berlutut menyentuh tanah. Lutut kanan rapat dengan kaki kiri. Dengan sikap ini bola yang telah terpegang lebih cepat siap untuk dilempar daripada sikap duduk berlutut. Sikap berdiri, badan dibongkokkan ke depan bawah, kedua lutut ditekukkan sikap kedua lengan lurus ke bawah. Badan membongkok ke depan, kedua lengan kiri dan kanan sejajar dijulurkan lurus ke depan bawah menghadap ke arah datangnya bola. Kedua telapak tangn terbuka, sedangkan jari kelingking tangan kiri rapat dengan jari kelingking tangan kanan dan posisi jari yang lain agak merenggang dan sedikit di tekuk ke depan, sehingga ujung-ujung jari semuanya menyentuh tanah. Pada waktu bola menyentuh tangan semua jari ditutup, kedua tangan segera ditarik ke depan. Gerakan terakhir dengan berdiri, siap melemparkan bola. Berikut gambar menangkap bola bergulir di tanah sebagai berikut:

(33)

Gambar 2.10. Menangkap bola sikap duduk berlutut (Waryati dkk, 1993: 26)

Gambar 2.11. Menangkap bola sikap jongkok berlutut (Waryati dkk, 1993: 26)

Gambar 2.12. Menangkap bola sikap berdiri dengan menekuk lutut (Waryati dkk, 1993: 27)

e) Menangkap bola di samping badan

Apabila bola datangnya melambung di sebelah kanan atau kiri badan, maka cara menangkap bol dapat dilakukan dengan menjulurkan kedua tangan ke samping kanan atau ke samping kiri badan, dengan ibu jari saling bersentuhan dan jari-jari agak merenggang serta telapak tangan menghadap kearah datangnya bola. Jika anak-anak sudah pandai menangkap bola maka dapat dilakukan dengan menggunakan satu tangan. Berikut gambar menangkap bola di samping badan sebagai berikut:

(34)

Gambar 2.13. Menangkap bola datar di kanan dengan dua tangan (Waryati dkk, 1993: 27)

Gambar 2.14. Menangkap bola datar di kanan dengan satu tangan (Waryati dkk, 1993: 27)

f) Menangkap bola bagi pemain penjaga belakang.

Teknik menangkap bola pemain belakang sama saja dengan teknik menangkap bola pemain lapangan lainnya hanya ia harus menghadap kearah pelambung. Berdiri kedua kaki kangkang ke samping, kedua lutut ditekuk, badan sedikit membungkuk kedepan. Kedua lengan dijulurkan kearah depan tingginya sesuai dengan permainan pemukul. Gerakan menangkap bola selanjutnya sangat tergantung dari tinggi rendahnya lambungan bola.

3) Memukul bola

Dalam permainan kasti, teknik memukul merupakan unsur yang sangat penting bagi regu pemukul, karena dengan pukulan yang benar dan terarah merupakan modal utama dalam memeproleh nilai. Sering kali kemenangan dalam suatu pertandingan ditentukan oleh kemahiran anak dalam memukul bola. Macam-macam pukulan berdasarkan tinggi rendahnya lambungan bola:

a) Pukulan melambung jauh

Berdiri menghadap ke arah pelambung dengan kaki kangkang secukupnya, kaki kiri agak kedepan dan lutut kaki kanan agak commit to user

(35)

ditekuk, sedangkan berat badan berada dikaki kanan dengan badan condong ke belakang. Tangan kanan memegang kayu pemukul pada ujung bagian pegangan, kemudian kayu pemukul diluruskan serong kebawah sehingga membentuk sudut 45◦ dengan garis datar. Tangan kiri dijulurkan ke dapan sesuai dengan ketinggian lambungan yang diminta. Kayu pemukul diayunkan dari bawah serong ke atas dan diusahakan perkenaan bola tepat pada ujung kayu pemukul dengan demikian bola dapat melambung jauh. Berikut gambar pukulan melambung jauh sebagai berikut:

Gambar 2.15. Pukulan melambung (Waryati dkk, 1993: 16) b) Pukulan mendatar

Kaki kangkang, lutut kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan di kaki kanan. Kayu pemukul dipegang tangan kanan dengan siku sedikit ditekuk dan dibawa ke belakang sejajar dengan bahu. Tangan kiri dijulurkan ke depan sejajar dengan bahu. Kayu pemukul di ayun mendatar dengan cepat untuk memukul bola yang saat itu telah mencapai titik permintaan lambungan. Pukulan ke arah tengah, ke kiri atau ke kanan dapat dilakukan dengan memindah posisi kaki. Berikut gambar pukulan mendatar sebagai berikut:

Gambar 2.16. Pukulan mendatar (Waryati dkk, 1993: 17) commit to user

(36)

c) Pukulan merendah

Sama dengan pukulan mendatar tetapi letak kayu pemukul lebih tinggi yaitu setinggi kepala. Tangan kiri dijulurkan ke depan setinggi bahu. Gerakannya pada saat bola mencapai ketinggian lambungan yang diminta oleh pemukul, maka dengan cepat tangan kanan yang memegang kayu pemukul diayunkan untuk memukul bola. Pukulan merendah dapat dilakukan ke arah tengah, ke kiri maupun ke kanan dengan memindah posisi kaki. Berikut gambar pukulan merendah sebagai berikut:

Gambar 2.17. Pukulan merendah (Waryati dkk, 1993: 18) 4) Melempar bola

Sebelum melakukan siswa harus bisa memegang bola dengan cara yang benar yaitu dengan cara mempergunakan pegangan dengan tiga jari atau dengan empat jari. Jari kelingking di bawah jari manis, jari kelingking sama sekali tidak menyentuh bola, sehingga antara jari yang satu dengan jari lainnya yang digunakan untuk memegang bola direnggangkan, sehingga di antara bola dengan telapak tangan terdapat rongga. Dengan demikian bola tidak melekat pada telapak tangan, sehingga bola dengan mudah untuk dilepaskan. Lemparan bola dalam permainan kasti di bagi menjadi dua yaitu lemparan bola melambung tinggi dan lemparan bola mendatar.

5) Melambungkan bola

Melambung bola adalah lambungan bola yang dilakukan oleh pemain lapangan yang diberi tugas sebagai pelambung kepada pemain pemukul, lambungan bola sama dengan lemparan bola dari bawah.

(37)

f. Pengertian melempar

Menurut Djumidar dan Widya (2004) melempar adalah gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas (hlm. 60). Program pengajaran kemampuan jasmani melalui pelajaran bentuk-bentuk gerakan melempar pada kelas permulaan Sekoah Dasar bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bertindak melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota badanya agar lebih terampil dengan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Alat yang digunakan untuk kepentingan pengembangan gerakan dasar melempar bagi anak dapat dilakukan dengan bola kasti, bola tenis, atau bola plastik. Untuk dapat mengajarkan gerakan dasar melempar kepada anak guru harus memahami dan menguasai prosedur untuk melakukan gerakan melempar serta konsep cara melakukannya. Gerakan melakukan lemparan yang benar menurut Syarifudin (1991) adalah sebagai berikut : Sikap permulaan berdiri tegak, kaki kiri agak ke depan, kaki kanan di belakang (bila melempar dengan tangan kanan), berat badan berada pada kaki kanan. Kedua tangan memegang bola di depan dekat dada dengan sikut dibengkokkan, pandangan kea rah sasaran yang dituju (hlm. 28). Gerakan melempar: Pada waktu bola akan dilemparkan, tangan kanan yang memegang bola dibawa/diayunkan ke samping kebelakang. Kemudian daribelakang bola dilemparkan dengan menggerakkan tangan dari belakang melalui atas kepala ke atas kedepan, dan bola lepas pada saat tangan lurus dan berat badan berada pada kaki kiri (jika melempar jauh) serta bersamaan dengan badan dilonjakkan ke atas ke depan dan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. Mendarat pada kaki kanan, kaki kiri tergantung lemas dibelakang, pandangan mengikuti arah jalannya bola. Jadi yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu melempar, antara lain adalah mengenai: sikap berdiri waktu akan melempar, perpindahan berat badan waktu akan melemparkan bola, gerakan melemparkan bola, gerakan

(38)

lanjutan dari lemparan tersebut. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melempar sebagai berikut:

Gambar 2.18. Ilustrasi gerakan melempar (Syarifuddin dan Muhadi, 1992:29) g. Teknik melempar dalam permainan kasti

Menurut Subarjah (2007) cara melempar bola ada tiga macam, yaitu; lemparan bawah, lemparan samping, dan lemparan atas (hlm. 2.16). Sedangkan hasil lemparan bola di antaranya menghasilkan bola yang menggelundung, mendatar, dan melambung.

1) Melempar dari bawah

Sebelum bola dilemparkan, terlebih dahulu bola dipegang dengan jari-jari tangan di antara ruas-ruas jari-jari telunjuk, jari-jari tengah, dan jari-jari manis. Untuk menahan bola supaya tidak jatuh, ditahan oleh ibu jari dan kelingking. Jadi, cara memegang bola tidak digenggam dengan telapak tangan.Selanjutnya untuk melemparkan bola, jika dengan tangan kanan maka sikap permulaan adalah: kaki kiri berada di depan searah dengan sasaran lemparan dan kaki kanan di belakang. Sambil menarik lengan kanan ke belakang untuk ancang-ancang, berat badan dipindahkan ke belakang, pandangan kearah sasaran. Selanjutnya ayunkan lengan kanan yang memegang bola ke depan melalui bawah di samping pinggang. Bersamaan dengan itu berat badan dipindahkan ke kaki kiri, kaki kiri agak ditekuk. Gerakan melempar harus diakhiri dengan melecutkan pergelangan tangan dan jari-jari tangan. Setelah bola lepas dari tangan biarkan kaki kanan melangkah ke depan sebagai follow-through (gerak lanjutan), sehubungan dengan hal itu perlu diperhatikan bahwa, lemparan dari bawah bisa menggelundung bisa mendatar, dan commit to user

(39)

bisa pula melambung. Dalam pembelajaran ini lemparan dari bawah dilakukan melambung karena banyak siswa yang belum mampu menguasai dengan baik gerakan tersebut. Untuk menghasilkan bola yang melambung maka bola harus dilepaskan di depan pinggang.

Gambar 2.19. Gerakan melempar dari bawah ( Subarjah, 2007: 2.16)

Perlu diperhatikan adalah dengan semakin melambung, bola yang dilemparkan maka akan semakin lambat bola mencapai sasaran. Untuk itu perlu diperhatikan jarak lemparan sehingga dapat ditangkap dengan mudah oleh teman yang menangkap bola atau dapat di pukul lawan saat melakukan permainan.

2) Melempar Dari Samping

Cara melempar dari samping pada prinsipnya hampir sama dengan lemparan bawah, yang membedakan adalah cara mengayunkan bola ke belakang dan ayunan ke depan tidak melalui bawah di samping pinggang tetapi lengan mengayun dengan membengkokkan siku ke bagian luar sehingga bola dilemparkan secara mendatar. Demikian halnya setelah melemparkan bola mendatar, biarkan kaki kanan melangkah ke depan sebagai gerak lanjutan. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melempar dari samping sebagai berikut:

Gambar 2.20. Gerakan melempar dari samping (Subarjah, 2007: 2.17)

3) Melempar bola dari atas

Untuk melempar bola dari atas, sikap badan dan kaki hampir sama dengan lemparan dari samping, yang membedakan adalah pada saat commit to user

(40)

bola diayunkan ke belakang, bola diayun melewati atas kepala, dan bola dilemparkan melalui atas di samping kepala. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melempar dari atas sebagai berikut:

Gambar 2.21. Gerakan melempar bola dari atas (Subarjah, 2007: 2.17)

Sedangkan menurut Menurut Waryati dkk (1993: 113) keterampilan melempar bola berdasar atas tinggi rendahnya lambungan bola, lemparan dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Lemparan bola melambung tinggi

Pada gerakan pertama, sikap badan sangat condong ke belakang, sehingga letak tangan kanan yang memegang bola sangat rendah hingga dekat dengan tanah. Pada gerakan melepaskan bola titik lepas bola dari tangan berada di atas kepala. Berikut gambar lemparan bola melambung tinggi sebagai berikut:

Gambar 2.22. Gerakan lemparan bola melambung tinggi ( Waryati dkk, 1993: 22)

2) Lemparan bola mendatar

Pada gerakan pertama, sikap badan tidak condong ke belakang. Gerakan lengan agak mendatar, sehingga titik lepas bola dari tangan di samping badan (tidak melebihi kepala). Berikut gambar lemparan bola melambung tinggi sebagai berikut:

Gambar 2.23. Gerakan melempar bola mendatar ( Waryati, 1993: 23)

(41)

Selain dua gerakan tersebut juga di jelaskan tekhnik melambungkan bola, gerakan melambungkan bola sebagai berikut: Pelambung berdiri di dalam petak pelambung. Kedua kaki kangkang ke depan dan kaki kiri di sebelah depan. Badan menghadap pemukul dan pandangan kearah pemukul ke tempat permainan bola yang ditunjuk oleh pemukul. Berikut disajikan gambar lemparan bola melambung sebagai berikut:

Gambar 2.24. Gerakan melempar bola melambung ( Waryati dkk, 1993: 18)

Menurut dua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa gerakan melempar dalam permainan kasti di bedakan menjadi tiga, yaitu lemparan bola mendatar/ dari samping badan, lemparan melambung jauh/ lemparan atas, dan lemparan dari bawah/ melambungkan bola.

3. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Menurut Thobroni dan Mustofa (2011) pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap (hlm. 21). Sedangkan Dimyati dan commit to user

(42)

Mudjiono mendefinisikan bahwa” pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa dalam dunia pendidikan dan sesuai kurikulum yang ada” (2004: 4). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik yang dilakukan secara sadar di lakukan berulang-ulang dan menyebabkan perubahan perilaku yang bersifat tetap.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Belajar merupakan proses yang bersifat internal yang tidak dapat dilihat secara nyata.Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Perhatian dan motivasi 2) Keaktifan

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman 4) Pengulangan

5) Tantangan

6) Balikan dan penguatan

7) Perbedaan individual (hlm. 42)

Menurut Supriono (2009) prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki cirri sebagai berikut:

1) Sebagai hasl tindakan rasional instrumental, yaiu perubahan yang disadari

2) Kontinu atau berkesinambungan denga perilaku lainnya 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai sebagai bekal hidup 4) Positif atau berakumulasi

5) Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan 6) Permanen atau tetap

(43)

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan (Thobroni dan Mustofa 2011: 21)

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik dan yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika pembelajaran didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka hasil belajar yang diperoleh optimal. Siswa akan benar-benar paham dan mengerti materi yang di ajarkan oleh guru jika guru melaksanakan pembelajaran dengan prinsip yang benar dan baik. Dengan demikian penyampaian materi dari guru lebih mudah diterima oleh siswa.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaruan dalam tingkah laku dan kecakapan. Menurut Purwanto berhasil tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi berbagai macam faktor yang di bedakan menjadi dua golongan Thobroni dan Mustofa (2011: 31). Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual, faktor individual sebagai berikut:

1) Faktor kematangan atau pertumbuhan. 2) Faktor kecerdasan atau inteligensi. 3) Faktor latihan dan ulangan.

4) Faktor motivasi. 5) Faktor pribadi

Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Termasuk ke dalam faktor di luar individual atau faktor sosial antara lain sebagai berikut:

(44)

2) Faktor guru dan cara mengajarnya.

3) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar. 4) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia. 5) Faktor motivasi sosial.

d. Hasil Belajar

Menurut Suprijo (2009) berpendapat hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap,apresiasi, dan keterampilan (Thobroni & Mustofa,2001: 22).

Merujuk pemikiran Gagne hasil belajar berupa hal-hal berikut: 1) Informasi verbal, kapabilitas mengungkaokan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon spesifik terhadap rancangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memperlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2) Kemampun intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorikan, kemampuan analitik-sistensi fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitif. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahan masalah.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkain gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalilasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku (Thobroni &Mustofa,2001: 23).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemampuan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, tetapi secara komprehensif, terdapat tiga aspek hasil belajar yaitu:

(45)

1) Aspek kognitif, yaitu berhubungan dengan pemahaman pengetahuan yang baru (kemampuan berpikir).

2) Aspek afektif, yaitu berhubungan dengan perubahan sikap yang terjadi sebagai hasil belajar.

3) Aspek psikomotor, yaitu berhubungan dengan kemampuan gerak seseorang setelah mengalami proses belajar.

4. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu sering disebut juga alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekkan sesuatu dalam proses pengajaran pendidikan. Alat bantu pembelajaran ini dimaksudkan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Dalam menggunakan alat bantu pembelajaran juga harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengguanaan alat bantu tersebut agar tepat guna dalam memberikan materi dalam pelajaran.

Alat bantu pembelajaran membantu guru dalam pembelajaran karena mempermudah dalam menyampaikan materi dan bagi siswa sendiri alat bantu pembelajaran juga memberikan kemudahan dalam menerima materi pelajaran dari guru sehingga siswa dapat menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Soekidjo (2003) manfaat alat bantu pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan 2) Mencapai sasaran yang lebih banyak 3) Membantu mengatasi hambatan bahasa

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan pembelajaran

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat 6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan commit to user

(46)

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan (Kristiyanto 2010:129).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat bantu digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami metari pembelajaran agar lebih efekif dan efisien. Sehingga materi pembelajaran lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta manarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, dengan kata lain alat bantu yang digunakan guru dengan disain yang disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Kriteria Pemilihan Alat Bantu yang Baik

Alat bantu yang baik harus mempunyai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain mempunyai tujuan untuk siswa itu sendiri juga harus mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian, pendapat, dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaannya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Alat bantu juga harus memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar serta siswa mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1989) bahwa dalam memilih alat bantu pembelajaran perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1) Faktor manusiawi, yang bersumber dan berkenaan dengan faktor siswa

(pelajar) dan faktor guru (pengajar).

2) Faktor komunikasi yang efektif, yang bertalian dengan faktor siswa, faktor isi pelajaran, dan tujuan yang hendak dicapai.

3) Faktor biaya yang reasonabel, yang bertalian dengan faktor tujuan yang hendak dicapai, faktor pasaran, dan faktor keadaan.

4) Faktor hambatan-hambatan praktis, yang bertalian dengan faktor keadaan, faktor waktu dan faktor fasilitas (hlm. 127).

Menurut Musfiqon (2012) dalam memilih alat bantu pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

(47)

2) Ketepatgunaan

3) Keadaan peserta didik 4) Ketersediaan

5) Biaya kecil

6) Keterampilan guru

7) Mutu teknis (hlm. 118-121)

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan alat bantu pembelajaran seorang guru harus memperhatikan tujuan yang akan di capai serta disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Selain itu juga harus memperhatikan faktor biaya, ketersediaan dan tepat guna dengan biaya yang sedikit alat bantu yang akan digunakan meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Fungsi Alat Bantu Pembelajaran

Alat Bantu pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam pembelajaran. Bahkan tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat bantu hasilnya lebih optimal.

Pemakaian alat bantu pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan alat bantu pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Menurut Musfiqon (2012) secara lebih rinci dan utuh alat bantu pembelajaran berfungsi untuk:

1) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. 2) Meningkatkan gairah belajar siswa.

3) Meningkatkan minat dan motivasi belajar.

4) Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan. 5) Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam.

6) Megefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran (hlm. 35). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dibangun melalui komunikasi yang efektif, sedangkan komunikasi commit to user

(48)

efektif terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara antara interaksi guru dan siswa.

d. Alat Bantu Pembelajaran Melempar Bola Kasti

Pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu dan bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan juga bisa menerapkan nilai-nilai yang ada saat proses pembelajaran seperti sportif, jujur, disiplin, kerjasama, tanggung jawab dalam kehidupannya. Dalam proses pembelajaran tidak lepas dari peralatan yang digunakan serta cara guru menyampaikannya melalui metode atau model-model pembelajaran. Di sekolah dasar negeri 1 Wonogiri alat yang digunakan untuk pembelajaran lempar dalam permainan kasti sangat kurang, banyak siswa yang bosan dan tidak semangat karena pembelajaran yang monoton.

Alat bantu yang digunakan untuk membuat siswa tertarik dan tidak bosan yaitu dengan bola tenis, bola ini lebih ringan jadi siswa tidak kesulitan untuk melakukan lemparan, selain itu bola tenis juga akan dibuat menjadi bola berekor dengan ekor bola yang ada dalam bola tenis di harapkan siswa tertarik, dengan pembelajaran melempar ke arah sasaran yang di kompetisikan selain itu juga di variasikan dengan lemparan ke sesama teman dengan model yang berbeda agar siswa tidak cepat bosan, untuk pemanasan setiap pembelajaran berupa permainan.

e. Pembelajaran Melempar Bola Kasti

Pembelajaran melempar bola kasti akan dikemas dengan alat bantu pembelajaran yaitu dengan menggunakan sasaran dan juga lemparan ke sesama teman dengan model yang bervariasi. Kegiatan pemanasan sebelum masuk ke materi inti dengan bentuk permainan karena dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan, dalam pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi supaya agar siswa tidak mudah jenuh sebab siswa

(49)

sering kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya Hidayatullah (2008) berpendapat:

bermain memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak. Bermain dapat digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan keterampilan gerak. Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan gerak yang kompleks (halm. 7).

Pembelajaran melempar bola kasti bisa di berikan dengan melempar ke arah sasaran yang di tempel dengan tinggi yang bervariasi sesuai fungsi lemparan. Misalkan lemparan atas sasaran dibuat tinggi karena lemparan di gunakan untuk melakukan lemparan jauh atau mengumpan. Berikut gambar pembelajaran melempar ke arah sasaran sebagai berikut:

Gambar 2.25. Pembelajaran lemparan ke arah sasaran (Djumidar & Widya, 2004: 63)

Selain melempar ke arah sasaran pembelajaran melempar juga dapat dilakukan dengan melakukannya ke sesama teman dengan dikompetisikan agar siswa tidak cepat bosan dan tertarik mengikuti pembelajaran. Berikut gambar pembelajaran melempar ke sesama teman sebagai berikut:

Gambar 2.26. Pembelajaran lemparan ke sesama teman (Djumidar & Widya, 2004: 63)

Model pembelajaran di atas di harapkan dapat membuat siswa tertarik dan semangat mengikuti pembelajaran melempar bola kasti dan commit to user

Gambar

Gambar 2.2. Tiang bendera batas  (Waryati dkk,1993: 10)  3)  Kayu pemukul
Gambar 2.4. Bola kasti  (Waryati dkk, 1993: 9)  5)  Bendera untuk pembantu wasit
Gambar 2.6. Nomor dada  (Waryati dkk, 1993: 12)  9)  Peluit
gambar  posisi  tangan  menangkap  bola  melambung  tinggi    sebagai  berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses penelitian ini peneliti berperan langsung, bertindak sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data, karena penelitian ini dilakukan dengan

Perkara masalah memiliki dua kemungkinan: pertama, masalah yang sudah ditetapkan oleh Allah dari azali di Lauhul Mahfudz, sudah dituliskan sejak kita umur tiga bulan

Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta

Proses reduksi dengan menghilangkan fuzzy term ini menyatakan bahwa jika dalam suatu kelompok rule yang semua konklusi- nya sama dan ada premis yang berbeda, dan premis yang berbeda

[r]

Dengan telah dilegalisasi akta di bawah tangan maka bagi hakim telah diperoleh kepastian mengenai tanggal dan identitas para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut serta

Berdasarkan hasil penelitian, kebanyakan para musisi di Sulawesi Utara adalah musisi otodidak. Mereka belajar sendiri tanpa bimbingan dari orang lain seperti

Berdasarkan tabel dapat kita lihat bahwa ibu yang melahirkan bayi normal tidak ada yang memiliki usia kehamilan di bawah 37 minggu, artinya bayi yang dilahirkan pada