• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RANTAI NILAI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU (Studi Kasus Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RANTAI NILAI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU (Studi Kasus Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul)"

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

VALUE CHAIN ANALYSIS IN WOOD PROCESSING INDUSTRY (A Case Study in IKM Center of Wood Furniture in the Village of Genjahan,

District Ponjong, Gunungkidul)

Oleh

JALIATUL INGTINAMAH 20130430252

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

ANALISIS RANTAI NILAI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU (Studi Kasus Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan

Kecamatan Ponjong, Gunungkidul)

VALUE CHAIN ANALYSIS IN WOOD PROCESSING INDUSTRY (A Case Study in IKM Center of Wood Furniture in the Village of Genjahan,

District Ponjong, Gunungkidul)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

JALIATUL INGTINAMAH 20130430252

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)

v

MOTTO

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(QS. Al-Alaq: 1-5)

“Barang siapa menginginkan kebahagian di dunia dan di akhirat maka haruslah memiliki banyak ilmu”.

(H.R. Ibnu Asakir)

Science without religion is lame, religion without science is blind (Ilmu tanpa

agama, lumpuh. Agama tanpa ilmu, buta)”.

(Albert Einstein)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk

memotong, ia akan memotongmu (mengilasmu)”. (H.R. Muslim)

Try not become man of succes, but rather become a man of value (Bukan mencoba untuk menjadi orang yang sukses, tapi lebih pada menjadi orang yang memiliki

nilai)”.

(5)

vi orang-orang yang aku sayangi:

 Almarhum Ayahanda tercinta H. Abdurrochim Seningram dan Ibunda Siti Hotimah yang selama ini sudah mendidik dengan penuh kesabaran serta bekerja keras untukku, hingga aku sampai pada posisi yang sekarang ini.  Siti Cholifah, Yuli Fitria, Riska Damayanti dan semua keluarga tercinta yang

selama ini memberikan motivasi, dukungan, semangat dan do’a untukku.

 Teman seperjuangan, dan masyarakat yang aku cintai.

(6)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Analisis Rantai Nilai Industri Pengolahan Kayu (Studi Kasus Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong,

Gunungkidul)”, dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Imamuddin Yuliadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

(7)

x

6. Almarhum Ayahanda tercinta H. Abdurrochim Seningram dan Ibunda Siti Hotima. Terima kasih atas cinta, do’a, semangat, dan perjuangan kalian selama ini sehingga penulis mampu berproses untuk terus menjadi pribadi yang bermanfaat.

7. Almarhum Bapak Moch. Hafidz, dan Mama Siti Maryam. Terima kasih atas

cinta, do’a dan semangat yang kalian berikan.

8. Saudara-saudaraku tercinta Mbak Lifa, Mbak Fitri, dan Mbak Riska. Terima

kasih atas sejuta do’a, dukungan, semangat, inspirasi dan motivasi yang kalian

berikan.

9. Mas Nanak, Mas Ipul, Mas Deni, serta ponaan-ponaan bibik, Dek Dhio, Dek Icha, Dek Aila, Dek Farah, Dek Arkan dan semua keluarga Jember. Terima

kasih atas do’a dan dukungan dari kalian selama ini.

10. Bu Esty, Pak Ton, Mbak Vita serta teman kost Mbak Zizah, Mbak Danna,

Mbak Gede, Niza, dan Diah. Terima kasih atas do’a dan dukungan dari kalian.

11. Sahabat D’most, Lely, Vevy, Riana, dan Mas Ifal. Terima kasih atas do’a, semangat, dan dukungan dari kalian.

(8)

xi

13. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2013 terutama Pras, Rizal, Ipin, Wiwid, Tusinah, Rafika, Laila, dan Kumala. Terima kasih

atas semangat dan do’a dari kalian.

14. Sahabat – sahabatnya Mardiko (Team KKN TPST Piyungan). Terima kasih atas semangat, dukungan dan pengalaman terindahnya.

15. Nu54ntara (Team Kerja di DAGADU). Terima kasih atas do’a, semangat dan pengalaman kerja teamnya yang sangat mengesankan.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas

dukungan dan do’a yang diberikan hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari, dalam penelitian ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan hasil penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 2 Januari 2017

(9)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI.. ... vii

ABSTRAK. ... Viii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Batasan Masalah Penelitian ... 8

C.Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D.Tujuan Penelitian ... 9

E.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Teori Produksi ... 11

2. Teori Biaya Produksi ... 15

3. Rantai Pasok (Supply Chain) ... 17

4. Rantai Nilai (Value Chain) ... 17

5.Nilai Tambah (Value Added) ... 19

6. Industri ... 21

B.Hasil Penelitian Terdahulu ... 23

(10)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Obyek/SubyekPenelitian ... 38

B.Jenis Data ... 38

C.Teknik Pengambilan Sampel ... 39

D.Teknik Pengumpulan Data ... 40

E.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 41

F.Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

B.Kondisi Demografi ... 46

C.Sejarah Kelompok Jati Kencono ... 47

D.Profile Responden... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Analisis Rantai Pasok ... 51

B. Analisis Rantai Nilai ... 54

1.Hasil Pemetaan Rantai Nilai ... 54

2.Identifikasi Aktivitas Para Pelaku Rantai Nilai ... 65

3.Peran Lembaga Terkait ... 68

4.Faktor Penting Keberhasilan ... 68

5.Perbaikan Rantai Nilai ... 69

C. Analisis Nilai Tambah ... 70

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 151

A. Simpulan ... 151

B.Saran ... 152

C.Keterbatasan Penelitian ... 153

(11)

xiv

1.3. Produksi Kayu Bulat (Hutan Rakyat) di DIY Tahun 2011-2016...6

2.1. Penelitian Terdahulu...32

4.1. Perbatasan Wilayah Desa Genjahan...46

4.2. Komposisi Penduduk Desa Genjahan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016...47

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...48

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...49

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...50

5.1. Aktivitas Pelaku Rantai Nilai Kelompok Jati Kencono...67

5.2. Biaya Penggunaan Peralatan Pedagang Kayu...71

5.3. Biaya Penggunaan Peralatan Pemilik Jasa Penggergajian... 72

5.4. Biaya Penggunaan Peralatan Pelaku IKM...72

5.5. Biaya Bahan Baku untuk Menghasilkan 1 m3 Kayu log Jati...74

5.6. Biaya Bahan Baku untuk Menghasilkan 1 m3 Kayu log Akasia...75

5.7. Biaya Bahan Baku untuk Menghasilkan 1 m3 Kayu log Mahoni...76

5.8. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Almari Pakaian dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Sending dan Melamin ...77

5.9. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Almari Pakaian dari Jati dengan Pola Finishing Klasik...78

5.10. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Sending dan Melamin...80

5.11. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Klasik...81

5.12. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Sending dan Melamin...83

5.13. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Klasik...84

5.14. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang. Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Kusen Pintu dari Kayu Jati...86

5.15. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan Tempat Tidur dari Kayu Jati dengan Pola Finishing Sending dan Melamin...87

(12)

xv

Pembuatan Almari Pakaian dari Kayu Akasia dengan Pola Finishing

Sending dan Melamin...90 5.18. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Almari Pakaian dari Kayu Akasia dengan Pola Finishing

Klasik...91 5.19. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Akasia dengan Pola

Finishing Sending dan Melamin...93 5.20. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Akasia dengan Pola

Finishing Klasik...94 5.21. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Akasia dengan Pola

Finishing Sending dan Melamin...96 5.22. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Akasia dengan Pola

Finishing Klasik...97 5.23. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang. Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Kusen Pintu dari Kayu Akasia...99 5.24. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Tempat Tidur dari Kayu Akasia dengan Pola Finishing

Sending dan Melamin...100 5.25. Biaya Bahan Baku dari Petani dan Pedagang Kayu serta Bahan Penolong

Pembuatan Tempat Tidur dari Kayu Akasia dengan Pola Finishing

Klasik...101 5.26. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

Almari Pakaian dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing Sending dan Melamin...103 5.27. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

Almari Pakaian dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing Klasik...104 5.28. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing

Sending dan Melamin...106 5.29. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing

Klasik...107 5.30. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu serta Bahan Penolong Pembuatan

Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing

Sending dan Melamin...108 5.31. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing

Klasik...109 5.32. Biaya Bahan Baku dari Pedagang Kayu dan Bahan Penolong Pembuatan

(13)

xvi

Tempat Tidur dari Kayu Mahoni dengan Pola Finishing Klasik...113 5.35. Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...114 5.36. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu

Jati di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...116 5.37. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu

Jati di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...117 5.38. Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...118 5.39. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 1...119 5.40. Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...121 5.41. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu

Jati di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...122 5.42. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu

Jati di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...124 5.43. Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...125 5.44. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Jati di Setiap

Pelaku Rantai Nilai Model 2...127 5.45. Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Akasia di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...128 5.46. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu

Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...130 5.47. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu

Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...131 5.48. Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Akasia di

(14)

xvii

dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...132 5.49. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Akasia di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1...133 5.50. Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Akasia di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...135 5.51. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu

Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...136 5.52. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu

Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...138 5.53. Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Akasia di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...140 5.54. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Akasia di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2...141 5.55. Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Mahoni di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing

Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...143 5.56. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu

Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...144 5.57. Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu

Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola

Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...146 5.58. Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Mahoni di

Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik...147 5.59. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Mahoni di

(15)

xviii

2.3. Kerangka Berfikir... 37

5.1. Pola Rantai Pasok Sentra IKM Mebel Kelompok Jati Kencono... 53

5.2. Alur Rantai Nilai Produk Berbahan Baku Kayu Jati ... 55

5.3. Alur Rantai Nilai Produk Berbahan Baku Kayu Akasia ... 59

(16)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara Petani

Lampiran 2 Panduan Wawancara Pedagang Kayu

Lampiran 3 Panduan Wawancara Pemilik Jasa Penggergajian Lampiran 4 Panduan Wawancara Pelaku IKM

Lampiran 5 Data Responden

Lampiran 6 Perhitungan Banyak Pohon untuk Menghasilkan 1 m3 Kayu log Jati, Akasia serta Mahoni dan Harga Jual dari Petani ke Pedagang Kayu Lampiran 7 Perhitungan Banyak Pohon untuk Menghasilkan 1 m3 Kayu log Jati,

Akasia dan Harga Jual dari Petani ke Pelaku IKM

Lampiran 8 Perhitungan Harga Jual Kayu Jati, Akasia dan Mahoni oleh Pedagang Kayu

Lampiran 9 Perhitungan Harga Jasa Penggergajian

Lampiran 10 Perhitungan Harga Jual Produk yang dihasilkan dari 1 m3 Kayu log Jati, Akasia serta Mahoni

Lampiran 11 Biaya Penggunaan Peralatan Pedagang Kayu

Lampiran 12 Biaya Penggunaan Peralatan Pemilik Jasa Penggergajian Lampiran 13 Biaya Penggunaan Peralatan Pelaku IKM

Lampiran 14 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Almari Pakaian dari 1 m3 Kayu log Jati

Lampiran 15 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Set Meja dan Kursi Makan dari 1 m3 Kayu log Jati

Lampiran 16 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari 1 m3 Kayu log Jati

Lampiran 17 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Kusen Pintu dari 1 m3 Kayu log

Jati

Lampiran 18 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Tempat Tidur dari 1 m3 Kayu log Jati

Lampiran 19 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Almari Pakaian dari 1 m3 Kayu log Akasia

Lampiran 20 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Set Meja dan Kursi Makan dari 1 m3 Kayu log Akasia

Lampiran 21 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari 1 m3 Kayu log Akasia

Lampiran 22 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Kusen Pintu dari 1 m3 Kayu log

Akasia

Lampiran 23 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Tempat Tidur dari 1 m3 Kayu log Akasia

Lampiran 24 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Almari Pakaian dari 1 m3 Kayu log Mahoni

Lampiran 25 Biaya Bahan Penolong untuk Produk Set Meja dan Kursi Makan dari 1 m3 Kayu log Mahoni

(17)

xx log Mahoni

Lampiran 29 Biaya Tenaga Kerja Penebang Kayu dari 1 m3 kayu log

Lampiran 30 Biaya Tenaga Kerja Operator Mesin dari 1 m3 kayu log Lampiran 31 Biaya Makan Tenaga Kerja Penebang dan Operator Mesin Lampiran 32 Biaya Tenaga Kerja Penggergajian dari 1 m3 Kayu log Lampiran 33 Biaya Solar untuk Mesin Penggergajian dari 1 m3 Kayu log Lampiran 34 Biaya Makan untuk Tenaga Kerja Penggergajian

Lampiran 35 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Almari Pakaian dari Kayu Jati

Lampiran 36 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Jati

Lampiran 37 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Jati

Lampiran 38 Biaya Tenaga Kerja Produksi untuk Pembuatan Produk Kusen Pintu dari Kayu Jati

Lampiran 39 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Tempat Tidur dari Kayu Jati

Lampiran 40 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Almari Pakaian dari Kayu Akasia

Lampiran 41 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Akasia Lampiran 42 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk

Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Akasia Lampiran 43 Biaya Tenaga Kerja Produksi untuk Pembuatan Produk Kusen Pintu

dari Kayu Akasia

Lampiran 44 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Tempat Tidur dari Kayu Akasia

Lampiran 45 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Almari Pakaian dari Kayu Mahoni

Lampiran 46 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Mahoni Lampiran 47 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk

Pembuatan Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Mahoni Lampiran 48 Biaya Tenaga Kerja Produksi untuk Pembuatan Produk Kusen Pintu

dari Kayu Mahoni

Lampiran 49 Biaya Tenaga Kerja Produksi dan Tenaga Kerja Finishing untuk Pembuatan Produk Tempat Tidur dari Kayu Mahoni

(18)
(19)
(20)

vii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Rantai Nilai Industri Pengolahan Kayu pada Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Subjek dalam penelitian ini adalah pelaku rantai nilai pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 30 responden yang dipilih dengan menggunakan metode

sampling jenuh dan snow ball sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis rantai pasok, rantai nilai dan nilai tambah.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa rantai pasok secara umum sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunung kidul terdiri dari 2 model. Model 1 terdiri dari petani – Industri Kecil dan Menengah – pemilik jasa penggergajian – konsumen. Model 2 terdiri dari petani - pedagang kayu – pemilik jasa penggergajian – Industri Kecil dan Menengah - konsumen. Rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul melibatkan 4 pelaku utama, petani dan pedagang kayu sebagai penyedia bahan baku, pemilik jasa penggergajian sebagai penyedia jasa penggergajian dan pelaku IKM. Pengadaan bahan baku berasal dari daerah setempat dan teknologi yang digunakan sudah tergolong modern, namun kemampuan SDM dan akses pasar masih perlu ditingkatkan lagi. Nilai tambah terbesar pada tahapan rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul diterima oleh pelaku IKM.

(21)

viii

the IKM (Small and Medium Enterprises) center of wood furniture in the Village of Genjahan, District Ponjong, Gunungkidul. The subjects in this study were the actors of the value chain in the IKM center of wood furniture in the Village of Genjahan, District Ponjong, Gunungkidul. In this study the sample of 30 respondents were selected using saturated sampling methods and snow ball sampling. The analytical method used is the analysis of the supply chain, value chain and value added.

Based on the analysis that has been done shows that, in general, the supply chain of IKM center in the Village of Genjahan, District Ponjong, Gunungkidul consists of 2 models. Model 1 consists of farmers small and medium industries -sawmill services owners - consumers. Model 2 consists of farmers - wood traders - sawmill services owners - small and medium industries - consumers. The value chain in wood processing industry in the IKM center of wood furniture in the Village Genjahan, District Ponjong, Gunungkidul involves four main actors, farmers and traders of wood as a provider of raw materials, the owner of the sawmill as a provider of sawmill services and IKM actors. The procurement of raw materials from the local area and the technology used is relatively modern, but the ability of human resources and market access needs to be improved further. The biggest added value at this stage of value chain in the IKM center of wood furniture in the Village Genjahan, District Ponjong, Gunungkidul was accepted by the IKM actors.

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Industri Kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor tersebut, dapat mengatasi permasalahan terkait dengan pemerataan dalam distribusi pendapatan antar wilayah dan masalah pengangguran. Selain itu Industri Kecil dan Menengah mampu terus berkembang dan bertahan dari tahun ke tahun, karena pada umumnya sektor ini memanfaatkan sumberdaya lokal, baik sumber daya manusia, bahan baku dan lain sebagainya.

Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) ini, industri dituntut untuk mampu dan siap memiliki daya saing yang tinggi. Daya saing disini dimaksudkan agar industri tersebut mampu membuat produk yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan kualitas yang bagus dan harga yang murah. Oleh karena itu, daya saing yang tinggi sangat diperlukan bagi setiap industri agar tetap unggul. Daya saing industri dalam meraih kinerja yang optimal salah satunya dapat dipengaruhi oleh rantai nilai (value chain) yang efektif.

(23)

kompetisi atau persaingan yang mampu menghasilkan nilai tambah (value added) bagi suatu industri. Menurut Pearce dan Robinson (2008) dalam Apriliyanti (2014), rantai nilai (value chain) dapat digambarkan suatu cara untuk memandang bisnis sebagai rantai aktivitas yang dapat mengubah input menjadi output yang memiliki nilai bagi konsumen (pembeli). Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya rantai nilai merupakan rantai aktivitas yang dapat mengubah input menjadi output yang memiliki nilai tambah bagi pelanggan (konsumen).

Analisis rantai nilai (value chain analysis) ternyata tidak hanya dilakukan di Indonesia, melainkan juga dilakukan di negara-negara lain. Hal tersebut dapat terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2013), pada perusahaan pengiriman di China. Penelitian tersebut menemukan bahwasanya adanya posisi strategis, jaringan yang optimal, nilai tambah jasa, dan evaluasi kinerja saling berhubungan dan berdampak pada pengiriman produk perusahaan. Selain itu, Sopadang et al. (2012), juga melakukan penelitian di Thailand mengenai rantai nilai (value chain) pada industri lengkeng. Masalah yang ditemukan dalam penelitian tersebut yaitu terkait dengan biaya produksi yang meningkat. Serta dalam aspek eksportir lebih diuntungkan dibandingkan petani buah lengkeng pada bagian outbond logistic.

(24)

3

utama yang menentukan dalam rantai nilai jamur kuping adalah pembibit atau pembaglog khususnya dalam menentukan kualitas dan kuantitas produk, sedang pembudidaya menerima resiko dan nilai keuntungan yang paling besar.

Selain itu, Mangifera (2015), yang meneliti mengenai analisis rantai nilai pada produk batik tulis di Surakarta menemukan bahwa aktivitas utama dalam produksi batik tulis di Kampung Batik Laweyan yang memberikan nilai tambah yang paling besar adalah pemasaran dan penjualan. Penelitian terdahulu yang dilakukan di berbagai negara mengenai rantai nilai menghasilkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan analisis rantai nilai dapat diketahui aktivitas utama dan pendukung dari suatu perusahaan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, disebutkan pada pasal 3 bahwasanya Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan diantaranya yaitu untuk membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Oleh karena itu, diharapkan dengan berdirinya industri-industri maka dapat memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat. Baik dalam memperoleh kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

(25)

di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 sebanyak 88.637 unit usaha mengalami peningkatan 2,96% jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebanyak 86.087 unit usaha. Unit usaha tersebut meliputi Industri Pangan, Sandang dan Kulit, Kimia dan Bahan Bangunan, Logam dan Elektronika, dan Industri Kerajinan. Jumlah unit usaha terbanyak adalah Industri Pangan kemudian diikuti Industri Kerajinan.

Sektor industri di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai peranan yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor tersebut pada tahun 2015 tercatat menyerap 326.669 tenaga kerja, meningkat 2,45% dari tahun 2014 yang menyerap sebanyak 318.858 tenaga kerja.

TABEL 1.1.

Perkembangan IKM di DIY Tahun 2011-2015

IKM 2011 2012 2013 2014 2015

Unit Usaha

(UU) 80.056 82.344 84.234 86.087 88.637 Tenaga kerja

(orang) 295.461 301.385 310.173 318.858 326.669 Nilai Investasi

(Rp Milyar) 1.003.678 1.151.820 1.064.180 1.151.443 1.187.754 Nilai Produksi

(Rp Milyar) 3.053.031 3.500.662 3.294.485 3.399.909 3.489.769 Nilai bahan

baku dan penolong (Rp Milyar)

1.352.479 1.369.114 1.449.435 1.524.806 1.550.832

Sumber: Disperindagkop dan UKM DIY, 2016

(26)

5

Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan selisih antara nilai produksi (output) dengan nilai bahan baku dan bahan penolong lainnya bernilai sebesar Rp 1.938.937 milyar pada tahun 2014. Nilai tambah tersebut meningkat sekitar 3,4% dibandingkan dengan tahun 2014. Nilai tambah yang terus meningkat dapat digunakan sebagai modal untuk bersaing dengan industri lain.

Salah satu industri unggulan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kerajinan kayu, yang mana potensi IKM mebel kayu di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebagai berikut:

TABEL 1.2.

Data Potensi IKM Mebel Kayu di DIY Tahun 2016

No. Kabupaten Unit

(27)

Kabupaten Gunungkidul yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan produksi kayu bulat dari hutan rakyat yang ada di Gunungkidul.

TABEL 1.3.

Produksi Kayu Bulat (Hutan Rakyat) di DIY Tahun 2011-2015

No. Kabupaten Produksi (m3)

2011 2012 2013 2014 2015

1. Bantul 4.080 4.105 2.925 2.973 5.830 2. Gunungkidul 99.219 72.150 15.794 55.386 39.011 3. Sleman 7.665 7.753 12.160 12.359 14.810 4. Kulon Progo 45.879 43.218 42.516 43.212 49.958 Jumlah 156.843 127.227 58.310 113.930 109.609 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, 2016

Tabel 1.3. menunjukkan produksi kayu bulat yang dihasilkan hutan rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015. Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa produksi kayu di Gunungkidul cukup banyak. Meski produksi kayu naik turun, akan tetapi kayu yang dihasilkan tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pembuatan mebel kayu. Jadi, pengusaha mebel kayu tidak perlu bingung untuk mendapatkan bahan baku untuk usahanya tersebut. Kayu yang dihasilkan oleh hutan rakyat di Gunungkidul masih mampu untuk memenuhi permintaannya, bahkan juga bisa untuk memenuhi permintaan kabupaten lainnya.

(28)

7

pembiayaan tunai lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya dengan memanfaatkan potensi kayu yang ada menjadi barang jadi yang memiliki nilai bagi pelanggan, maka masyarakat tidak perlu menunggu uang hasil panen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan riset pasar yang dilakukan Asosiasi Pengusaha Mebel Gunungkidul (APMEG) dalam Febriarni (2015), hasil produksi dua kabupaten di Jawa Tengah yaitu Klaten dan Salatiga sudah mulai menguasai pangsa pasar di Gunungkidul. Jika dilihat dari segi kualitas, padahal produk lokal lebih bagus baik dari segi bahan baku maupun penyelesaian produk barang. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya produk lokal kalah dari segi permodalan, tenaga penyelesai produk dan pemasaran. Dari segi modal, kebanyakan pengusaha masih menggunakan dana pribadi dan takut untuk mengajukan kredit di bank atau layanan lembaga keuangan mikro. Hal itu disebabkan karena adanya rasa takut para pengusaha jika produknya tidak terjual. Apabila produknya tidak terjual, maka para pengusaha khawatir tidak dapat membayar pinjaman pada bank atau lembaga keuangan mikro tersebut. Dari segi tenaga penyelesai produk, masyarakat di sana banyak yang memilih untuk hijrah keluar kota dan menekuni pekerjaan lain karena kurangnya kemampuan dan keterampilan yang ada. Sedangkan dari segi pemasaran, banyaknya pengusaha yang masih bingung untuk memasarkan produknya dikarenakan kurangnya informasi serta kemampuan di bidang IT.

(29)

obyek pendampingan dari Disperindagkop Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, pengrajin sentra IKM mebel kayu tersebut sudah mencapai sekitar 20 tahun. Bahan baku yang digunakan pada sentra IKM tersebut juga berorientasi lokal. Menurut Disperindagkop Daerah Istimewa Yogyakarta (2014), hasil yang diperoleh dari pendampingan pada sentra IKM mebel kayu kelompok Jati Kencono di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul ditemukan beberapa permasalahan diantaranya yaitu pada manajemen penjualan, manajemen pembukuan, manajemen SDM, dan penerapan 5 S yang masih belum optimal.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat suatu penelitian yang berjudul “Analisis Rantai Nilai Industri Pengolahan Kayu Studi Kasus Sentra IKM Mebel Kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul”

B. Batasan Masalah Penelitian

Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan agar proses penelitian fokus terhadap permasalahan yang diteliti dan tidak keluar dari jalur penelitian yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rantai pasok industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa

Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

(30)

9

3. Nilai tambah di setiap pelaku rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola rantai pasok industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul?

2. Bagaimana rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul?

3. Apa tahapan rantai nilai yang memperoleh nilai tambah terbesar pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan beberapa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi rantai pasok industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

2. Menganalisa rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

(31)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis

Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengimplikasikan dan mensosialisasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menganalisis rantai nilai bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Industri Kecil dan Menengah

Bagi Industri Kecil dan Menengah dapat memberikan bahan kajian untuk membantu pengelolaan sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

b. Bagi Pemangku Kepentingan

(32)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Produksi

Menurut Joesron dan Fathorrazi (2012), produksi merupakan hasil akhir dari aktivitas ekonomi yang memanfaatkan input untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk itu, dengan pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwasanya kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang menkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Menurut Made (2009) dalam Mangifera (2014), produksi memiliki dua pandangan, yaitu dalam arti ekonomis dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai guna dan dalam arti teknis menunjukkan hubungan fisik baik antara faktor produksi dengan faktor produksi maupun produk dengan produk. Dengan kata lain produksi dapat diartikan sebagai kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang banyak . Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya produksi adalah hasil akhir dari aktivitas ekonomi yang memanfaatkan input agar memiliki nilai guna barang dan jasa yang mampu memenuhi kebutuhan manusia.

(33)

hubungan fisik antara jumlah faktor produksi yang dipakai dengan jumlah yang dihasilkan. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus berikut ini (Sukirno, 2005):

Keterangan:

Q = output (jumlah barang atau jasa yang dihasilkan) K = kapital atau modal

L = labour atau tenaga kerja

R = resources atau sumber daya alam T = technology atau teknologi

(K,L,R,T) = faktor-faktor produksi (input)

Menurut Sukirno (2005), maksud persamaan di atas yaitu jumlah output yang dihasilkan dari suatu proses produksi sangat bergantung pada jumlah input yang dimasukkan. Pada dasarnya tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, tenaga kerja, sumber daya alam dan teknologi yang digunakan. Tingkat produksi yang berbeda-beda, maka dengan sendirinya akan membutuhkan faktor-faktor produksi (input) yang berbeda-beda pula. Jadi ketika tingkat produksi mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya faktor-faktor produksi (input) yang dibutuhkan juga akan mengalami kenaikan.

Faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi ada dua jenis, yaitu faktor produksi yang dianggap konstan, serta banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya produk yang dihasilkan disebut faktor produksi tetap. Faktor produksi jumlahnya dapat berubah selama proses produksi dikarenakan penggunaannya berkaitan erat dengan banyaknya produk yang dihasilkan (Basuki dan Prawoto, 2014). Periode produksi dalam

(34)

13

jangka pendek apabila dalam proses produksi sebagian dari faktor produksinya bersifat tetap dan sebagian lagi bersifat variabel. Proses produksi dalam jangka panjang semua faktor produksinya mengalami perubahan (Apriliyanti, 2014)

Sumber: Miller dan Meiners (2000) dalam Apriliyanti (2014) GAMBAR 2.1.

Tahapan Produksi

Tahap III Tahap II

Tahap I

C B

Total Produk Fisik

TP A

Input Variabel 0

Produk Fisik dari Setiap

Unit E

D

AP F

qC qB

qA 0

(35)

Gambar 2.1. menggambarkan kurva total produk fisik (TP) yang melengkung. Titik A adalah titik perubahan yang mana disitu ada peningkatan produk marginal (MP) yang kemudian berubah menjadi penurunan. Pada gambar kurva bawah terlihat terjadi perubahan ketika input dikerahkan sebanyak qA. Pada titik B kurva total produk fisik, produk fisik marginal sama dengan produk qB, yang kemudian produk rata-rata (AP) menurun. Pada titik C, total produk fisik (TP) mencapai nilai maksimum, sementara produk fisik marginal (MP) sama dengan nol yang kemudian negatif (Apriliyanti, 2014).

(36)

15

2. Teori Biaya Produksi

Biaya dalam pengertian produksi adalah semua beban yang harus ditanggung produsen untuk menghasilkan suatu barang sampai barang tersebut siap dikonsumsikan oleh konsumen (Basuki dan Prawoto, 2014). Oleh karena itu besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada banyak sedikitnya barang yang diproduksikan. Untuk memproduksi suatu barang diperlukan faktor-faktor produksi. Dimana faktor-faktor produksi yang tersedia relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan produsen yang semakin meningkat. Oleh karena itu produsen harus memilih biaya alternatif yang paling menguntungkan. Pemilihan dari beberapa

alternatif ini maka dipilihlah “Opportunity Cost”. Menurut Basuki dan Prawoto (2014), Opportunity Cost adalah biaya faktor produksi yang memiliki nilai maksimum untuk menghasilkan suatu produk.

Biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah semua biaya yang dipergunakan untuk keperluan proses produksi. Misalnya upah tenaga kerja, pengeluaran untuk bahan mentah dan lain sebagainya. Biaya implisit adalah semua biaya yang berasal dari milik sendiri dan biasanya tidak diperhitungkan dalam perhitungan biaya produksi. Misalnya gaji pimpinan perusahaannya sendiri, hasil investasi dan peralatan dari inventarisnya (Basuki dan Prawoto, 2014).

(37)

Biaya total (total cost) adalah jumlah dari total biaya tetap dan biaya variabel. Ketika terjadi kenaikan output maka akan menambah biaya variabel, sehingga akan menambah biaya total. Biaya total (total cost) dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Jadi berapapun output yang dihasilkan, besarnya selalu sama. Biaya tetap sering juga disebut biaya prasarana atau biaya yang tak terhindarkan. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Jadi ketika jumlah output naik, maka biaya variabel yang dikeluarkan juga akan naik. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

TC = total cost atau biaya total FC = fixed cost atau biaya tetap

VC = variable cost atau biaya variabel

Menurut Apriliyanti (2014), apabila dilihat dari periode waktu dalam kegiatan proses produksinya dapat juga dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Biaya Jangka Pendek, yaitu jangka waktu di mana produsen tidak dapat

mengubah jumlah input tetap yang digunakan. Periode waktu jangka pendek pada setiap produsen berbeda-beda. Dalam jangka pendek terdiri dari input tetap dan input variabel, apabila jangka waktu periode semakin panjang maka akan semakin banyak input tetap yang akan menjadi input variabel.

(38)

17

b. Biaya Jangka Panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.

3. Rantai Pasok (Supply Chain)

Rantai pasok adalah suatu rangkaian aktivitas dalam pendistribusian barang, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk jadi hingga sampai pada konsumen yang mengonsumsinya (Anwar, 2011 dalam Cakswidryandani, 2016). Rantai pasok merupakan serangkaian kegiatan produktif dari hulu ke hilir yang saling berkaitan antar aktivitas, yang mana rantai pasok terdiri dari beberapa unsur dan pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung (Noviantari, 2015). Menurut Indrajit dan Pranoto (2002) dalam Anam (2014), rantai pasokan adalah suatu proses penyaluran barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Salah satu kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok yaitu dengan cara menciptakan alur informasi secara mudah dan akurat diantara mata rantai tersebut, serta pergerakan barang yang efektif dan efisien dapat menghasilkan kepuasan maksimal bagi para pelanggan. Informasi diantara mata rantai sangat penting, karena tanpa adanya informasi maka aktivitas pendistribusian barangnya tidak akan berjalan dengan lancar.

4. Rantai Nilai (Value Chain)

(39)

chain) merupakan suatu cara dalam memandang bisnis sebagai rantai aktivitas yang mampu mengubah input menjadi suatu produk atau output yang dapat memiliki nilai bagi pelanggan. Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) merupakan analisis yang mencoba untuk memahami bagaimana suatu bisnis mampu memiliki atau menciptakan nilai bagi pelanggan dengan cara memeriksa kontribusi dari setiap rantai aktivitas dalam bisnis terhadap nilai tersebut (Apriliyanti, 2014).

(40)

19

Sumber: Apriliyanti 2014 dari Pearce dan Robinson 2008, dengan modifikasi GAMBAR 2.2.

Skema Rantai Nilai

Skema rantai nilai pada gambar 2.2. mencakup margin, karena kenaikan harga diatas biaya perusahaan untuk menyediakan aktivitas yang memiliki nilai tambah merupakan bagian dari harga barang yang dibayarkan pembeli (Apriliyanti, 2014).

5. Nilai Tambah (Value Added)

Menurut Marimin dan Nurul (2010) dalam Anam (2014), nilai tambah merupakan suatu perubahan nilai karena adanya perlakuan pada suatu input dalam proses produksi. Menurut Hidayat, ddk.. (2012), nilai tambah merupakan cara yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok. Menurut Hayami (1987) dalam Noviantari, dkk. (2015), nilai tambah adalah pertambahan nilai komoditi karena adanya perlakuan pada komoditi yang bersangkutan. Sedangkan menurut Parlinah, dkk. (2015), nilai tambah adalah

(41)

pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang dan jasa dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan untuk membuat suatu barang.

Menurut Tarigan (2004), nilai tambah diperoleh dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan proses produksi. Besarnya nilai tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap pemilik faktor produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan input lain. Besarnya nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan baku, sumbangan input lain dan keuntungan. Maka dari itu, nilai tambah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hayami, 1989 dalam Aulia, 2012):

Menurut Baihaqi, dkk. (2014) analisis nilai tambah ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah ekonomi setelah proses pengolahan. Nilai tambah ekonomi di formulasikan sebagai berikut (Ashayeri dan Lemmes, 2005 dalam Baihaqi, dkk., 2014):

Sedangkan menurut Kairupan et al. (2016) untuk mencari nilai tambah produk dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai tambah = nilai output – sumbangan input lain – harga bahan baku

EVA = P a a a B

(42)

21

Keterangan:

NTp = Nilai tambah produk (Rp) Na = Nilai akhir (Rp)

Ba = Biaya antara (Rp) Bb = Biaya bahan baku (Rp) Bp = Biaya penyusutan alat (Rp) Bbp = Biaya bahan penolong (Rp) 6. Industri

Menurut Kuncoro (2002) dalam Kuncoro (2007), Industri merupakan suatu aktivitas ekonomi yang tidak terlepas dari kondisi konsentrasi geografis dimana konsentrasi tersebut menunjukkan bahwasanya industrialisasi merupakan suatu proses yang selektif jika dipandang dari dimensi geografis. Menurut Apriliyanti (2014), industri merupakan suatu kegiatan untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang mampu menciptakan nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Badan Pusat Statisik (BPS) dalam Apriliyanti (2014), industri adalah suatu cabang kegiatan ekonomi, dapat berupa badan usaha atau perusahaaan yang merupakan tempat orang untuk bekerja.

Menurut Kuncoro (2002) dalam Kuncoro (2007), kluster merupakan suatu cerminan dari konsentrasi area geografis suatu kelompok industri yang sama. Menurut teori Marshall (1920) dalam Kuncoro (2007), kluster industri itu muncul dikarenakan adanya perusahaan-perusahaan dalam suatu industri yang menemukan segala keuntungan yang bisa didapatkan apabila

(43)

mengelompok di dalam suatu area geografis. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses kluster industri yaitu:

a. Adanya proses kluster membuat perusahaan yang ada dapat berspesialisasi lebih baik. Peningkatan spesialisasi nantinya akan membawa ke peningkatan efisiensi produksi.

b. Dapat memfasilitasi perusahaan untuk meningkatkan penelitian dan inovasi dalam sebuah industri.

c. Proses kluster perusahaan-perusahaan sejenis akan mengurangi risiko bagi pihak pekerja maupun pihak pemberi pekerjaan.

(44)

23

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai rantai nilai (value chain) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian kali ini, peneliti berpedoman pada beberapa penelitian terdahulu:

Penelitian yang dilakukan oleh Sopadang, Tippayawong dan Chaowarut (2012) tentang Application of Value Chain Management to Longan Industry. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik rantai pasokan lengkeng, mengidentifikasi masalah dan mengusulkan cara untuk meningkatkan

Supply Chain Management (SCM) dan logistik lengkeng di Thailand. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Supply Chain Operations Reference

(SCOR) dan Value Chain Analysis (VCA). Hasil penelitian ini adalah masalah yang ditemukan terkait dengan biaya produksi yang meningkat. Serta di penelitian ini dalam aspek eksportir lebih diuntungkan dibandingkan petani buah lengkeng pada bagian outbond logistic. Persamaan Sopadang, et al. dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok dan rantai nilai dan perbedaannya yaitu pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul serta metode yang digunakan metode nilai tambah.

Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2013) tentang Research on Logistics Value Chain Analysis and Competitiveness Construction for Express

(45)

kegiatan-kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap daya saing logistik perusahaan ekspres di China. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Value Chain Analysis (VCA). Hasil penelitian ini adalah adanya posisi strategis, jaringan yang optimal, nilai tambah jasa, dan evaluasi kinerja saling berhubungan dan berdampak pada pengiriman produk perusahaan. Persamaan penelitian Zhou dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai nilai. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode nilai tambah dan rantai pasok.

Penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Widiyanti (2013) tentang

(46)

25

pembaglog khususnya dalam menentukan kualitas dan kuantitas produk, sedang pembudidaya menerima resiko dan nilai keuntungan yang paling besar. Tingkat keuntungan secara nominal paling tinggi adalah pembudidaya pada semua saluran dengan prosentase antara 78,91% sampai dengan 87,48%, sedang ditinjau dari markup on selling terlihat bahwa semua pola pemasaran telah efisien ditinjau dari sisi pembudidaya karena nilainya berkisar 80,16% sampai dengan 87,60%. Persamaan penelitian Irianto dan Widiyanti dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai nilai. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode rantai pasok dan nilai tambah.

(47)

pengolahan susu kambing di UD. Harokah Barokah secara umum melibatkan tiga pelaku utama yaitu peternak sebagai penyedia bahan baku susu kambing, restoran dan industri pengolahan susu serta distributor yang memasarkan produk olahan susu kambing. Keuntungan terbesar diterima oleh peternak kambing perah. Persamaan penelitian Anam dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok, menganalisis rantai nilai serta mengetahui nilai tambahnya. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul

(48)

27

yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode rantai pasok.

Penelitian yang dilakukan oleh Arjakusuma, Hartoyo dan Fahmi (2013) tentang Rantai Nilai pada Industri Susu Studi Kasus PT Cisura Mountain Dairy (CIMORY). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi dari rantai nilai Cimory secara keseluruhan sehingga perusahaan mengetahui dengan pasti titik terlemah yang menjadi hambatan selama ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif berdasarkan studi kasus terhadap aplikasi pengelolaan rantai nilai (value chain governance) di Cimory. Hasil penelitian ini adalah dari enam pelaku yang terlibat dalam rantai nilai perusahaan, dapat diketahui bahwa kekurangan yang menjadi penghambat dari rantai nilai Cimory berasal dari pihak pemasok, terutama pemasok bahan baku. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu:

1. Rendahnya teknologi dalam proses pengiriman susu segar terutama dikarenakan rusaknya alat transportasi;

2. Rendahnya kualitas pakan yang digunakan oleh para peternak yang tergabung dalam KUD yang menyebabkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan para peternak;

(49)

4. Sulitnya mendapatkan sanitasi yang cukup membuat beberapa peternak kesulitan dalam menjaga tingkat kehigienisan susu segar;

5. Padatnya jalur transportasi menuju Cimory membuat pemasok mengeluarkan biaya lebih mahal untuk mengirimkan pasokan susu segar ke Cimory;

6. Rendahnya kualitas bahan pendukung yang berasal dari dalam negeri menyebabkan Cimory harus mengimpor langsung bahan pendukung dari luar negeri; dan

7. Kurs rupiah yang berfluktuasi memengaruhi jumlah pasokan bahan pendukung yang digunakan oleh Cimory.

Persamaan penelitian Arjakusuma, dkk. dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai nilai. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode rantai pasok dan nilai tambah.

(50)

29

pedagang besar, pedagang pengecer, eksportir, dan konsumen. Saluran distribusi yang paling efisien adalah saluran 1, yaitu penyaluran langsung produk kopi luwak kepada konsumen dengan nilai efisiensi pemasaran sebesar 31,62 persen. Persamaan penelitian Noviantari, dkk. dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode nilai tambah dan rantai pasok.

(51)

yang diperoleh petani dan koperasi lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pengumpul lainnya, hal ini dikarenakan umur dan pengalaman koperasi yang masih baru, serta pendanaan yang masih mengharapkan bantuan dari pihak diluar koperasi, sehingga saluran pemasaran dianggap penting bagi petani dalam penjualan produk mereka. Persamaan penelitian Baihaqi, dkk. dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui rantai nilai dan nilai tambah. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode rantai pasok.

Penelitian yang dilakukan oleh Suhaeni, Karno, Wulan dan Sumekar (2015) tentang Value Chain Agribisnis Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai nilai (value chain) dan menganalisis efisiensi pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis rantai nilai dan analisis efisiensi pemasaran. Hasil penelitian ini adalah rantai nilai dari petani maupun pedagang menunjukkan bahwa usaha yang mereka lakukan menguntungkan dan layak diusahakan karena nilai R/C ratio

(52)

31

marjin pemasaran, marjin keuntungan, bagian petani dan efisiensi pemasaran menyatakan bahwa saluran pemasaran 6 relatif lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran 1. Persamaan penelitian Suhaeni, dkk. dengan penelitian ini sama-sama bertujuan untuk menganalisis rantai nilai. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode rantai pasok dan nilai tambah.

(53)

untuk mengetahui nilai tambah. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana objek pada penelitian ini yaitu pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode rantai pasok dan rantai nilai.

TABEL 2.1. dalam penelitian ini adalah terkait dengan biaya produksi yang meningkat. Serta di

(54)

33 menentukan dalam rantai nilai jamur kuping adalah pembibit/ melibatkan tiga pelaku utama yaitu peternak sebagai penyedia bahan baku susu kambing, restoran dan industri pengolahan susu serta distributor yang memasarkan produk olahan susu kambing.  Keuntungan terbesar diterima

(55)

Lanjutan Tabel 2.1.

Analisis utama rantai nilainya yaitu pembelian bahan baku, proses produksi, penjualan produk serta aktivitas utama yang memberikan nilai tambah paling besar adalah pemasaran dan penjualan. keseluruhan terdiri dari enam aktor, yaitu pemasok bahan rantai nilai perusahaan, dapat diketahui bahwa kekurangan rantai pasok agroindustri kopi luwak di Provinsi Lampung ini

(56)

35 yaitu dengan cara penyuluhan pihak-pihak terkait dan tersedianya kegiatan koperasi. Kekuatan rantai nilai yang yang terbentuk di tingkat petani dan koperasi diperoleh dari kekuatan finansial berupa bantuan modal kerja dan dan sarana-sarana produksi.

 Nilai tambah di dalam rantai nilai ini terbentuk akibat penanganan pasca panen pada setiap saluran pemasaran. Nilai tambah ekonomi yang diperoleh petani dan koperasi lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pengumpul lainnya, hal ini dikarenakan umur dan pengalaman diusahakan karena nilai R/C

(57)

Lanjutan Tabel 2.1.

 Pelaku dalam rantai nilai mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka terdiri atas 9 pelaku dan membentuk 9 pola pemasaranDitinjau dari marjin pemasaran, marjin keuntungan, bagian petani dan efisiensi pemasaran

Keuntungan (nilai tambah) yang diperoleh petani pada diperoleh pada rantai nilai kayu sengon model 1.

C. Kerangka Berfikir

(58)

37

deskriptif meliputi rantai pasok dan rantai nilai, sedangkan pada analisis kuantitatif yaitu rantai nilai dan nilai tambah. Dari hasil analisis deskriptif dan kuantitatif dapat diketahui nilai tambah pada tingkat petani, pedagang kayu, pemilik jasa penggergajian, dan IKM mebel kayu serta dapat diketahui pelaku rantai nilai ditingkat mana yang mendapat nilai tambah terbesar. Kerangka berfikir ini akan peneliti sajikan dalam bentuk gambar untuk lebih memperjelas.

Sumber: Dimodifikasi dari kerangka Anam, 2014 GAMBAR 2.3. Kerangka Berfikir Sentra Mebel Kayu di Desa

Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul

Identifikasi Rantai Nilai

Analisis Kualitatif: Rantai Pasok dan Rantai Nilai

Analisis Kuantitaif:

 Rantai Nilai dan Nilai Tambah

Nilai Tambah Pelaku IKM Mebel Kayu Nilai Tambah

Pemilik Jasa Penggergajian Nilai Tambah

Pedagang Kayu Nilai Tambah

Petani

Pelaku Rantai Nilai yang Mendapatkan Nilai Tambah Terbesar

(59)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul tepatnya pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Sedangkan subyek penelitian ini adalah petani, pedagang kayu, pemilik jasa penggergajian, dan pelaku IKM mebel kayu yang berada pada alur rantai nilai pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang diamati, yaitu melalui observasi di lapangan dan wawancara (interview) dengan petani, pedagang kayu, pemilik jasa penggergajian, dan pelaku IKM mebel kayu yang berada pada alur rantai nilai pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul dengan menggunakan panduan pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data primer diperoleh dengan metode survei yang dilakukan dari bulan Juli 2016 hingga bulan Desember 2016, meliputi observasi awal hingga pengumpulan data.

(60)

39

Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul dan lain sebagainya). Data sekunder antara lain mencakup jumlah IKM mebel kayu, luas lahan hutan rakyat, produksi kayu hutan rakyat dan lain sebagainya.

C. Teknik Pengambilan Sampel

(61)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data penting dalam sebuah penelitian, maka teknik dalam pengumpulan data harus dimiliki oleh seorang peneliti sebagai pedoman penelitian yang strategis. Oleh karenanya, perlu ditentukan teknik apa saja yang akan digunakan di lapangan nanti. Sehingga akan mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa:

1. Observasi

Menurut Sanusi (2011), Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan melalui proses pencatatan perilaku orang, benda dan kejadian yang sistematik dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan yang sebenarnya tanpa adanya pertanyaan dengan individu-individu yang diteliti. Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian yang meliputi alur dari proses pembuatan mebel kayu.

2. Wawancara (Interview)

(62)

41

Metode pengumpulan data ini dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini dipersiapkan terlebih dahulu pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi pertanyaan, yang sesuai dengan situasi ketika wawancara akan dilaksanakan. Misalnya seperti menanyakan informasi tentang asal bahan baku, harga jual produk mebel, pemasaran produk mebel, hambatan dalam pembuatan mebel kayu dan lain sebagainya. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Nazir (2005) dalam Anam (2014) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Rantai Pasok (supply chain) adalah suatu rangkaian aktivitas dalam pendistribusian barang, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk jadi hingga sampai pada konsumen yang mengonsumsinya (Anwar, 2011 dalam Cakswidryandani, 2016).

2. Rantai nilai (value chain) adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi cara-cara yang dapat menciptakan suatu produk yang mampu memiliki nilai bagi pelanggan atau konsumen (Kotler dan Keller, 2008 dalam Anam, 2014). 3. Nilai tambah (value added) adalah selisih antara nilai akhir dan biaya antara

(63)

4. Nilai akhir adalah penerimaan yang didapatkan dari keseluruhan produk yang dihasilkan.

5. Bahan baku adalah bahan dasar atau bahan mentah dari pembuatan suatu produk. Dalam hal ini bahan baku utama yang digunakan adalah kayu.

6. Bahan penunjang adalah bahan selain kayu yang digunakan untuk proses pembuatan mebel.

7. Biaya penyusutan adalah selisish antara harga beli dan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis.

F. Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif mengenai rantai pasok dan rantai nilai. Analisis kuantitatif dipergunakan untuk mengetahui nilai tambah.

1. Analisis Rantai Pasok

(64)

43

2. Analisis Rantai Nilai

Menurut Kaplinsky dan Morris (2001) dalam Suhaeni, dkk. (2015), tahapan-tahapan yang digunakan dalam analisis rantai nilai adalah sebagai berikut:

a. Pemetaan rantai nilai

Pemetaan rantai nilai ditentukan setelah teridentifikasi pelaku-pelaku yang terlibat dalam sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.

b. Identifikasi aktivitas para pelaku rantai nilai

Mengidentifikasi aktivitas para pelaku rantai nilai dilakukan setelah pemetaan rantai nilai dengan cara mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan oleh para pelaku rantai nilai dalam upaya meningkatkan nilai tambah dari produknya.

c. Analisis lembaga terkait

Analisis lembaga terkait ditentukan setelah pelaku dan peta rantai nilai diketahui, maka kemudian perlu diidentifikasi lembaga atau pihak mana saja yang perlu dilibatkan untuk perbaikan rantai nilai.

d. Faktor penting keberhasilan

Gambar

GAMBAR 2.1.
GAMBAR 2.2.
TABEL 2.1.
GAMBAR 2.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan pada industri kecil CV Tulimari sejak Maret-Agustus 2006 ini bertujuan untuk menganalisis distribusi nilai tambah yang diperoleh oleh

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui nilai tambah yang diperoleh dan berapa besarnya dalam pengolahan opak dari bahan baku ubi kayu di daerah

Nilai tambah produk yang dianalisis dapat diperoleh dari hasil olahan, kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari masing-masing output dengan memperhatikan berbagai komponen

HENNI FEBRI YANTI (090304005), dengan judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG