• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN OPAK PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA (Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN OPAK PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA (Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN OPAK PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

(Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

JULIANA SINUKABAN 130304141

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN OPAK PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

(Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

JULIANA SINUKABAN 130304141

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah Pengolahan Opak Pada Skala Industri Rumah Tangga

(Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Juliana Sinukaban NIM : 130304141

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(HM. Mozart B Darus, M.Sc) (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) NIP : 1962100151987031005 NIP : 196206241986031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) NIP. 196302041997031001

Tanggal Lulus : 21 Agustus 2017

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

JULIANA SINUKABAN (130304141), Dengan Judul Skripsi Analisis Nilai Tambah Pengolahan Opak Pada Skala Industri Rumah Tangga (Kasus : Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang).

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skrispsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.

Pada Tanggal, 21 Agustus 2017

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : HM. Mozart B Darus, M.Sc

NIP. 1962100151987031005 ...

Anggota : 1. Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

NIP. 196206241986031001 ...

2. Ir. Lily Fauzia, M.Si

NIP. 196308221988032003 ...

3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

NIP. 196411021989032001 ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) NIP. 196302041997031001

(5)

ABSTRAK

JULIANA SINUKABAN (130304141) dengan judul penelitian ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN OPAK PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA (Kasus: Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Tujuan dari penelelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan opak pada skala industri rumah tangga, untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan opak serta untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan opak. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di daerah yang merupakan sentra pengolahan opak. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode sensus, yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah metode perhitungan keuntungan dan analisis nilai tambah metode Hayami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak memberikan keuntungan sebesar Rp. 32.749.070 per dua puluh empat kali produksi selama satu bulan nilai tambah yang diperoleh pengusaha dalam pengolahan opak adalah sebesar Rp.441,9 per kilogram bahan baku yang diproduksi dengan rasio nilai tambah adalah sebesar 23,6%.

Kata kunci: Opak, Keuntungan, Nilai Tambah

(6)

ABSTRACT

JULIANA SINUKABAN (130304141) with the thesis entitled, AN ANALYSIS ON VALUE-ADDED OF OPAK PROCESSING IN HOME INDUSTRY SCALE (A case Study at Tuntungan I Village, Pancur Batu Subdistrict, Deli Serdang Regency). The research was supervised by HM. Mozart B. Barus, M.Sc as the Chairperson of the Supervisory Committee and Ir. Yusak Maryunianta, M.Si as the Member of the Supervisory Committee.

The objective of the research was to find out the opak (cracker made from cassava, etc.) processing in home industry scale, its amount of profit, and its value-added. The research area was determined purposively, the center of opak processing industry. The whole population was used as the samples, using census sampling technique. The data were analyzed by using profit calculation method and Hayami’s value-added analysis.

The result of the research showed that cassava processing business to become opak had the profit of Rp. 32,749,070 per twenty-four times of production within a month, while its value-added was Rp. 441.9 per kilogram of produced raw material with the value-added ratio of 23.6%.

Keywords: Opak, Profit, Value-Added

(7)

RIWAYAT HIDUP

JULIANA SINUKABAN, lahir di Medan pada tanggal 23 Juli 1995. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Mimpin Sinukaban dan Ibu Ternalem Br Sembiring.

Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 lulus dari Taman Kanak-Kanak YP. Swasta Cerdas Bangsa Deli Serdang.

2. Tahun 2007 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 066668 Medan

3. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 28 Medan 4. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta Primbana Medan 5. Tahun 2013 di terima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah, adalah sebagai berikut:

1. Anggota IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota KMK (Kegiatan Mahasiswa Kristen) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

3. Prektek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kota Pari, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Berdagai.

4. Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli serdang.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya yang berlimpah untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Opak pada Skala Industri Rumah Tangga (Kasus: Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)”. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Sebagai bentuk syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Ayahanda Mimpin Sinukaban dan Ibunda Ternalem Br Sembiring, serta saudari-saudari saya Dita Nova Sari Sinukaban, S.Pd, Mutiara Fany Sinukaban dan Kerin Adelia Sinukaban yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya dalam keadaan apapun sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi tersebut dan memperoleh gelar sarjana.

2. Kepada Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberi nasehat, memberikan arahan, memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Bapak

(9)

Ir. M. Jufri, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan.

4. Kepada seluruh dosen dan pegawai Fakultas Pertanian, terkhusus dosen dan pegawai Program Studi Agribisnis yang telah memberikan kemudahan selama perkuliahan.

5. Kepada Bapak Surya Darma Sembiring selaku Kepala Desa Tuntungan I beserta seluruh perangkat desa dan kepada seluruh pengusaha opak yang ada di Desa Tuntungan I yang telah bersedia memberikan informasi demi kelengkapan skripsi saya.

6. Kepada sahabat-sahabat saya Panda (Rini, Dorma, Octasella, Tahani, Arta, Laura, Mala, Nurul, Chesia, Santa dan Ucup), kepada KK God’s Eleanor, PKK kak Irayanti dan bang Indra yang telah membantu dan mendoakan saya dalam pengerjaan skripsi, kepada bang Andreas Sinuraya dan bang Cialo Sembiring yang telah membantu selama penelitian.

7. Kepada teman-teman Agribisnis – 3 yang cun kali, serta teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juli 2017

Juliana Sinukaban

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Agroindustri Ubi Kayu ... 11

2.3 Landasan Teori ... 14

2..3.1 Teori Produksi ... 14

2.3.2. Teori Penerimaan ... 15

2.3.3. Teori Keuntungan ... 16

2.3.4. Teori Nilai Tambah ... 17

2.4 Penelitan Terdahulu ... 18

2.5 Kerangka Pemikiran ... 20

2.6 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 23

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 28

3.5.1 Definisi... 28

3.5.2 Batasan Operasional ... 29

(11)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah ... 30

4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 30

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 31

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 31

4.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi ... 34

4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 35

4.2 Karakteristik Responden ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Produksi Pengolahan Opak ... 38

5.2 Sistem Produksi Pengolahan Opak ... 43

5.2.1 Pengadaan Bahan Baku ... 44

5.2.2 Penggunaan Bahan Penunjang ... 45

5.2.3 Modal Investasi ... 45

5.2.4 Penggunaan Tenaga Kerja ... 46

5.2.5 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Pengolahan Opak ... 47

5.3 Nilai Tambah Pengolahan Opak ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Panen, Rata-rata Produktivitas per Hektar, Produksi Ubi Kayu Kabupaten Deli Serdang Menurut Sub Round Tahun 2011-2015

2

1.2 Data Agroindustri Ubi Kayu di Kabupaten Deli Serdang 4 2.1 Kandungan Gizi dalam Tiap 100 g Singkong dan Beberapa

Produk Olahannya

9

2.2 Penelitian Terdahulu 18

3.1 Data Usaha Pengolahan Opak di Kabupaten Deli Serdang 23 3.2 Data Usaha Pengolahan Opak di Kecamatan Pancur Batu 24 3.3 Kerangka Perhitungan Nilai Tambah metode Hayami 26

4.1 Penggunaan Lahan di Desa Tuntungan I 31

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan I

32 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan

Dewasa dan Anak-anak di Desa Tuntungan I

32

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur 33

4.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur Produktif (15-64 Tahun) Dan Non Produktif (0-14 Tahun Dan > 65 Tahun)

33 4.6 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Penduduk di

Desa Tuntungan I

34 4.7 Matapencaharian Pokok Masyarakat di Desa Tuntungan I 34 4.8 Banyak Rumah Menurut Jenis Bangunan di Desa Tuntungan

I

36

4.9 Karakteristik Responden 36

5.1 Rata-rata Frekuensi Pengolahan Opak dan Penggunaan Ubi Kayu dalam Pengolahan Opak di Daerah penelitian 2017

44 5.2 Rata-rata Biaya Bahan Penunjang yang Digunakan dalam

Pembuatan Opak dalam Sekali Produksi

45 5.3 Rata-rata Modal Investasi Usaha Pengolahan Opak di Daerah

Penelitian 2017

46 5.4 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Pengolahan Opak

di daerah Penelitian Tahun 2017

47 5.5 Rata-rata Biaya Produksi, penerimaan dan Keuntungan

Pengolahan Opak di daerah Penelitian Sekali Produksi Tahun 2017

48

5.6 Rata-rata Biaya Produksi, penerimaan dan Keuntungan Pengolahan Opak di daerah Penelitian Selama 1 bulan Produksi Tahun 2017

49

5.7 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Opak 50

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Pengolahan Opak 21

5.1 Proses Pengolahan Opak 39

5.2 Kerangka Pengolahan Opak 42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Karakteristik Pengusaha Pengolahan Opak 2 Biaya Bahan Baku Pengolahan Opk

3 Biaya Penggunaan Kayu Bakar dalam Pengolahan Opak 4 Biaya Penggunaan Solar dalam Pengolahan Opak

5 Biaya Penggunaan Karung dalam Pengolahan Opak 6 Biaya Penggunaan Tali dalam Pengolahan Opak

7 Total Biaya Penunjang Pengolahan Opak Sekali Produksi

8 Total Biaya Penunjang Pengolahan Opak Selama 1 Bulan Produksi 9 Biaya Penggunaan Listrik dalam Pengolahan Opak

10 Biaya PBB pada Usaha Pengolahan Opak

11 Biaya Sewa Gedung pada Usaha Pengolahan Opak 12 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Mesin Diesel) 13 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Mesin Penggiling) 14 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Mesin Press) 15 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Mesin Pencetak) 16 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Dandang) 17 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Sekop) 18 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Beko) 19 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Garu ) 20 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Ayakan) 21 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Timbangan) 22 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Ember) 23 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak (Plastik Jemur) 24 Total Biaya Penyusutan Pengolahan Opak Sekali Produksi

25 Total Biaya Penyusutan Pengolahan Opak Selama 1 Bulan Produksi 26 Penggunaan Tenaga Kerja per Produksi (per Hari) pada Pengolahan

Opak

27 Lanjutan Penggunan Tenaga Kerja per Produksi 28 Upah Tenaga Kerja pada Pengolahan Opak

29 Total Penerimaan Pengolahan Opak Sekali Produksi

30 Total Penerimaan Pengolahan Opak Selama 1 Bulan Produksi

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.

Pembangunan ekonomi menitik beratkan pada bidang pertanian dan industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain membentuk agribisnis.

Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input (agroindustri hulu), usahatani (pertanian), sistem output (agroindustri hilir), pemasaran dan penunjang. Dengan demikian pembangunan agroindustri tidak dapat dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Pembangunan agroindustri akan dapat meningkatkan produksi, harga hasil pertanian, pendapatan petani, serta dapat menghasilkan nilai tambah hasil pertanian (Masyhuri, 1994).

Komoditas pertanian pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan yang disebut agroindustri, dapat meningkatkan guna bentuk komoditas pertanian.

Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan, sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi (Suryana, 1990).

(16)

Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat penting didunia. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Di samping itu, ubi kayu sangat berarti dalam usaha penganekaragaman pangan penduduk, dan berfungsi sebagai bahan baku industri makanan serta bahan pakan ternak.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra ubi kayu terbesar ketiga setelah Kabupaten Simalungun dan Serdang Berdagai. Kontribusi produksi ubi kayu Kabupaten Deli Serdang sebesar 9 persen atau 143.247 ton. Secara terperinci untuk melihat luas panen, rata-rata produktivitas serta produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Panen, Rata-rata Produktivitas per Hektar, Produksi Ubi Kayu Kabupaten Deli Serdang Menurut Sub Round Tahun 2011-

2015

Tahun

Januari-April Mei-Agustus

Luas Panen

(Ha)

Rata-rata Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi (Ton)

Luas Panen

(Ha)

Rata-rata Produktivitas

(Ku/Ha)

Produk si (Ton)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2011 1699 196,76 33430 1354 218,09 29529

2012 2264 207,73 47030 1751 199,68 34964

2013 2005 340,19 68208 3547 365,78 129724

2014 1903 317,35 60392 1331 424 56434

2015 1202 271,13 32590 1267 342,73 43424

Tabel 1.1 Lanjutan

Tahun

September-Desember Januari-Desember Luas

Panen (Ha)

Rata-rata Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi (Ton)

Luas Panen

(Ha)

Rata-rata Produktivitas

(Ku/Ha)

Produk si (Ton)

(8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

2011 2365 227,06 53669 5418 215,31 116657

2012 1655 238,08 39402 5670 214,10 121396

2013 1576 351,21 55351 7128 355,36 253301

2014 1751 352,16 61664 4985 358,05 178490

2015 1974 340,59 67223 4443 322,41 143243

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2015

(17)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa luas panen, rata-rata produktivitas dan produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang selama tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Dimana terdapat 3 round. Round pertama yaitu bulan Januari-April, round kedua yaitu bulan Mei-Agustus dan round ketiga yaitu bulan September- Desember. Sementara kolom yang menunjukkan bulan Januari-Desember merupakan total dari ketiga round.

Pada umumnya, ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, cepat busuk, dan meruah. Ubi yang telah rusak menyebabkan warnanya berubah, rasa menjadi kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida (HCN) yang bersifat toksik (racun). Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko terjadinya kerusakan dan pembusukan, dapat memperpanjang umur simpannya, serta dapat meningkatkan nilai jualnya (Rukmana dan Yuyun, 2001).

Tujuan pengolahan ubi kayu adalah untuk meningkatkan keawetan ubi kayu sehingga layak untuk dikonsumsi dan dimanfaatkan sehingga ubi kayu tersebut memperoleh nilai jual yang tinggi di pasaran.

Salah satu produk olahan dari ubi kayu adalah opak. Dimana opak merupakan salah satu makanan ringan yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat luas dan opak ini disukai oleh anak-anak, orang dawasa maupun orang tua. Proses pembuatan opak sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Dalam proses pengolahan ubi kayu menjadi opak tidak hanya industri besar yang dapat melakukannya tetapi juga dapat dilakukan oleh industri kecil yaitu industri rumah tangga yang dalam proses pengolahannya masih sederhana dan dilakukan secara manual. Kemudian pengolahan opak dilakukan untuk menambah pendapatan.

(18)

Olahan ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang tidak hanya opak, namun ada olahan lainnya yang termasuk menggunakan bahan baku ubi kayu yang sebenarnya sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Agroindustri Ubi Kayu di Kabupaten Deli Serdang

No. Jenis Komoditi Jumlah Unit Usaha

1 Kerupuk Opak 42

2 Opak Kukus 21

3 Keripik Ubi 13

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Deli Serdang, 2016

Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Deli Serdang terdapat 3 komoditi yang menggunakan bahan baku ubi kayu antara lain; kerupuk opak, opak kukus, dan keripik ubi. Kerupuk opak merupakan komoditi yang memiliki jumlah unit usaha paling besar dibandingkan dengan komoditi lainnya yaitu 42 unit usaha.

Salah satu sentra pengembangan agroindustri opak di Kabupaten Deli Serdang adalah Desa Tuntungan I yang merupakan daerah yang mempunyai jumlah pengusaha opak terbesar yaitu 22 pengusaha opak. Kegiatan produksi opak di Desa Tuntungan I menjadi penopang ekonomi masyarakat. Dengan adanya usaha pengolahan opak, memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pengolahan opak dilakukan dengan padat karya sehingga dalam setiap proses pengolahan opak tidak terlepas dari peran tenaga manusia secara langsung. Sejauh ini usaha pengolahan opak tersebut masih dilakukan secara sederhana dan tidak memiliki volume penjualan yang menentu, dalam proses produksinya juga masih tergantung dengan alam salah satunya pada proses penjemuran yang mengandalkan sinar matahari.

(19)

Usaha pengolahan opak di Desa Tuntungan I merupakan usaha andalan ekonomi masyarakat sehingga perlu untuk dikembangkan. Dan dengan adanya industri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonominya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga yang baru yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa melalui proses pengolahan.

Namun sampai saat ini belum diketahui berapa besarnya penambahan nilai dari pengolahan ubi kayu menjadi opak di daerah penelitian.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut bagaimana proses pengolahan opak di daerah penelitian, berapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan opak dan berapa besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan opak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan identifikasi masalah adalah sebagai berikut

1. Bagaimana proses pengolahan opak di daerah penelitian?

2. Berapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan opak di daerah penelitian?

3. Berapa besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan opak di daerah penelitian?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan opak di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan opak di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui berapa besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan opak di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut

1. Sebagai bahan informasi dan penambah wawasan bagi pihak yang membutuhkan dan bagi pengusaha yang ingin membuat usaha opak.

2. Sebagai referensi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan.

3. Sebagai informasi untuk penulis selanjutnya dan pihak yang membutuhkan.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Kayu

Ubi kayu adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori harian bagi jutaan orang. seluruh produksi ubi kayu terutama ada di negara berkembang dan sebagian terbesar berasal dari pertanian kecil, yang sering memiliki lahan yang diolah seadanya. Ubi kayu sangat penting bagi masyarakat pedesaan miskin, menjadi tanaman tumpuan, bahkan juga selama musim kemarau.

Toleransi terhadap kekeringan, dan periode panen yang fleksibel, menjadikan ubi kayu sebagai tanaman pangan cadangan yang sangat bernilai bagi penduduk miskin (Rubatzky dan Mas, 1998).

Tanaman ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz sin, M.

Utilisima Pohl) berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Tanaman ini tersebar dengan

sangat pesat di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Di daerah tropis, daya adaptasi tanaman ubi kayu ini cukup luas, yaitu dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal didataran rendah berketinggian 10 mdpl sampai dataran tinggi atau pegunungan berketinggian 1.500 mdpl (Rukmana, 2001).

Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 30º Lintang Utara dan 30º Lintang Selatan. Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1952, didatangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk dikoleksi di

(22)

Kebun Raya Bogor. Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada tahun 1914-1918. Waktu itu Indonesia kekurangan bahan pangan (makanan) beras, sehingga sebagai alternatif pengganti makanan pokok diperkenalkan ubi kayu. Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu nomor 5 di dunia (Rukmana, 1997).

Ubi kayu (Manihot esculenta) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur didaerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Thomas, 1989).

Ubi kayu adalah tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat layak cerna yang terkandung didalam akar lumbung (ubi) yang secara salah kaprah disebut umbi. Sebagai tanaman semak belukar tanaman ubi kayu tumbuh setinggi 1-4 meter dengan daun besar yang menjari (palmate) dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Daunnya yang bertangkai panjang bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya beberapa bulan.

Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya bergantung pada kultivar. Pertumbuhan tegak batang sebelum bercabang lebih disukai karena memudahkan peyiangan; percabangan yang berlebihan dan terlalu rendah tidak

(23)

disukai. Bagian batang tua memiliki bekas daun yang jelas; tunas yang panjang menunjukkan laju pertumbuhan cepat (Rubatzky dan Mas, 1998).

Singkong termasuk komoditas pertanian yang hanya memiliki masa simpan segar relatif pendek, yaitu 2 x 24 jam. Oleh karena itu, pada saat panen raya (hasil panen singkong melimpah), upaya penanganan pasca panen tepat sangat diperlukan. Berbagai macam upaya penanganan pascapanen singkong yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering. Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita, antara lain adalah tape singkong, enyek-enyek singkong, opak serta kerupuk singkong.

Namun dapat juga digunakan sebagai pakan ternak. Adapun unsur gizi yang terkandung dalam tiap 100 gram singkong segar dan beberapa produk olahannya , dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 g Singkong dan Beberapa Produk Olahannya

No Unsur gizi

Banyaknya dalam... (per 100 g) Singkong

putih

Singkong kuning

geplek tapioka tepun g 1 Kalori (kal) 146,00 157,00 338,00 362,00 363,00

2 Protein (g) 1,20 0,80 1,50 0,50 1,10

3 Lemak (g) 0,30 0,30 0,70 0,30 0,50

4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90 81,30 86,90 88,20

5 Kalsium (mg) 33,00 33,00 80,00 0 84,00

6 Fosfor (mg) 40,00 40,00 60,00 0 125,00

7 Zat besi (mg) 0,70 0,70 1,90 0 1,00

8 Vitamin A (SI) 0 385,00 0 0 0

9 Vitamin B (mg) 0,06 0,06 0,04 0 0,04

10 Vitamin C (mg) 30,00 30,00 0 0 0

11 Air (g) 62,50 60,00 14,50 12,00 9,10

12 Bagian dapat dimakan (%)

75,00 75,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Direktori Gizi, Depkes RI, 1981

(24)

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

Menurut Badan Pusat Statistik (2015) industri pengolahan dikelompokkan ke dalam empat golongan berdasarkan banyaknya tenaga kerja, yaitu:

- Industri besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang lebih.

- Industri sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 20- 99 orang.

- Industri kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 5-19 orang.

- Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang.

Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional seperti perlakuan yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto,1993).

Selanjutnya perlakuan-perlakuan serta jasa-jasa yang dapat menambah kegunaan komoditi tersebut dengan input fungsional. Input fungsional dapat berupa proses pengubahan bentuk (form utility), menyimpan (time utility), maupun melalui pemindahan tempat dan kepemilikan.

(25)

Menurut Hayami, et all (1987) analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu melalui perhitungan nilai tambah per kilogram bahan baku untuk satu kali pengolahan yang menghasilkan produk tertentu.

2.2 Agroindustri Ubi Kayu

Ubi kayu saat ini sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Ubi kayu bermanfaat juga untuk dijadikan bahan baku industri makanan, baik berupa produk antara (intermediate product), misalnya gaplek dan tepung tapioka, maupun makanan jadi berupa keripik, enyek-enyek, emping, dan biskuit (Rukmana, 1997).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) beberapa hasil olahan dari ubi kayu, yaitu:

a. Olahan langsung (singkong segar) yang sebaiknya digunakan bahan baku singkong yang tidak pahit. Beberapa jenis olahan singkong saat ini menjadi bisnis yang menguntungkan seperti keripik berbumbu dengan berbagai merek.

Berbagai jenis olahan langsung dengan bahan baku singkong telah berkembang menjadi industri skala besar, menengah dan rumah tangga.

b. Gaplek dibuat dari singkong yang dikeringkan setelah dikupas. Masyarakat umumnya membuat gaplek dengan cara sederhana, yaitu singkong dikupas, utuh atau dibelah kemudian dijemur. Ada dua jenis gaplek, yaitu gaplek yang putih biasa ditepungkan atau dibuat tiwul dan gaplek hitam yang disebut gatot.

Warna hitam pada gatot dihasilkan oleh bermacam fungi dan bakteri yang

(26)

tumbuh karena selama penjemuran, singkong dibiarkan pada hamparan siang dan malam. Perombakan pati menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh berbagai fungi dan bakteri menyebabkan tekstur gatot menjadi kenyal.

c. Tepung kasava atau tepung gaplek merupakan singkong yang diolah agar lebih tahan disimpan untuk waktu lama dan mudah diolah. Proses pengerjaannya masih sederhana yaitu: ubikayu setelah dikupas dan dicuci bersih, kemudian disawut dan dikeringkan. Sawut kering digiling dan diayak dengan ayakan 80 mesh. Untuk mencegah terjadinya pencoklatan, maka sawut ubikayu direndam dalam larutan sodium bisulfit 0,02% selama 15 menit.

Tepung ubikayu ini juga sangat berguna sebagai bahan baku industri.

d. Tapioka atau pati ubi kayu berguna sebagai bahan baku industri. Singkong setelah dicuci bersih, kemudian diparut sambil diberi air. Parutan tersebut dimasukkan dalam air dan disaring, serta diperas sampai patinya keluar semua. Air perasan kemudian diendapkan dan airnya dibuang. Gumpalan pati diremahkan dengan alat molen sehingga bentuknya butiran kasar, selanjutnya dikeringkan dan digiling, serta diayak dengan ukuran 80 mesh. Ampas hasil pengolahan pati tersebut dapat digunakan untuk makanan ternak. Bagi masyarakat Cirendeu, Cimahi, Kabupaten Bandung yang tidak makan nasi dari beras, maka ampas tapioka tersebut dijemur, kemudian dikukus dan disantap bersama sayur dan lauk. Masyarakat setempat menyebutnya Rasi.

e. Tiwul adalah sejenis makanan tradisional yang terbuat dari singkong. Tiwul sangat dikenal khususnya oleh masyarakat Jawa sejak dulu. Pada masa paceklik tiwul seringkali dijadikan sebagai makanan pengganti nasi. Pada saat ini tiwul masih banyak di jual di pasar-pasar tradisional sebagai makanan

(27)

jajanan, tetapi sudah jarang dijadikan sebagai pengganti makanan pokok seiring dengan kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat. Tiwul yang dibuat secara tradisional mempunyai kapasitas yang kecil, selain itu mutu yang rendah baik dari segi kualitas, higiene maupun nilai gizinya. Untuk mengangkat status tiwul dari makanan tradisional biasa menjadi makanan yang bermutu perlu ada perbaikan-perbaikan dalam proses pembuatannya.

f. Keripik singkong adalah makanan ringan yang dibuat dari irisan tipis umbi singkong, digoreng, dengan diberi bumbu tertentu atau hanya diberi garam.

Pada pembuatannya singkong dikupas, dicuci bersih, kemudian diiris tipis- tipis (dapat menggunakan alat pemotong atau slicer). Irisan singkong kemudian direndam dala larutan natrium bisulfit 2000 ppm, atau dalam air garam. Kemudian singkong digoreng dalam minyak yang panas. Setelah ditiriskan keripik singkong dapat langsung dikemas. Selama ini orang berpendapat bahwa tapai dan peuyeum adalah sama, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yang sangat mendasar.

g. Tapai dari Jawa Tengah tidak tahan disimpan lama karena cepat sekali berair, sedangkan peuyeum dari Jawa Barat lebih tahan disimpan karena tidak berair.

Bahan baku pembuatan tape adalah ubi kayu, untuk pembuatan tape ubi kayu/tape singkong; mula-mula ubi kayu dikupas, dicuci dengan air bersih, kemudian dipotong-potong kira-kira 10 cm atau menurut kesukaan, dan dikukus hingga matang (30 menit). Setelah ubi kayu, dimasukkan dalam keranjang atau wadah lainnya, dan ditaburi bubuk ragi tape sebanyak 5 – 10 gram untuk setiap kg bahan. Wadah kemudian ditutup, dibiarkan selama 3 hari, dan akhirnya tape siap dimakan atau dipasarkan.

(28)

h. Opak adalah makanan ringan yang mirip kerupuk yang sangat populer, terbuat dari tepung singkong, berbentuk bundar tipis dan rasanya gurih. Pada industri rumah tangga atau industri berskala kecil, pencetakan opak dilakukan secara manual diatas tungku pemanas. Selain kurang aman dan kurang nyaman, proses pekerjaan ini juga sangat tidak efisien dan melelahkan.

i. Criping singkong presto atau yang dikenal adalah kripik singkong yang dimasak dengan 2 kali penggorengan dan finishing dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Kemudian criping tersebut diberikan berbagai rasa antara lain original, pedas, bawang, dan keju (Koswara, 2002).

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Herlambang dkk, 2007).

Menurut Agung (2008), secara umum istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana atau kapan komoditas tersebut dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu. Produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan.

(29)

Menurut Reksoprayitno (2000) dalam Aulia (2012) , hubungan fisik antara masukan (input) dan keluaran (output) untuk suatu macam produk dapat diungkapkan dengan menggunakan konsepsi fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan output atau jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan persatuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi. Secara metematis fungsi produksi dapat diungkapkan sebagai berikut :

Dimana :

Q : kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan persatuan waktu.

F : faktor produksi, yang disebut juga sumber daya (resources).

2.3.2 Teori Penerimaan

Soekartawi (1995) mengatakan bahwa penerimaan adalah hasil dari perkalian antara banyaknya produk yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (Kg) P = Harga (Rp)

Q = f (F1, F2, ..., Fn)

TR = Q x P

(30)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan semakin tinggi harga per unit produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil.

Penerimaan total yang diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan yang diperoleh produsen (Soekartawi, 1995).

2.3.3 Teori Keuntungan

Keuntungan usaha adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang-barang yang dijual tersebut.

Sebuah perusahaan yang memaksimumkan laba memilih output dan inputnya dengan satu tujuan untuk mencapai laba ekonomi yang maksimum. Yaitu perusahaan berusaha untuk membuat selisih antara penerimaan total dengan biaya ekonomi totalnya sebesar mungkin (Nicholson, 1992).

Jika total penerimaan dinotasikan dengan TR dan total biaya dinotasikan dengan TC, maka keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Π = Keuntungan

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika total penerimaan > total biaya, maka usaha untung Π = TR – TC

(31)

Jika total penerimaan = total biaya, maka usaha berada pada titik impas Jika total penerimaan < total biaya, maka usaha rugi.

2.3.4 Teori Nilai Tambah

Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya antara (intermediate cost), yaitu biaya pembelian/perolehan yang telah dihitung sebagai produksi di sektor lain. Dalam menghitung nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi (at the farm gate). Pada sektor produksi pertanian, biaya antara terdiri dari benih, pupuk, dan obat-obatan. Nilai tambah ini menggambarkan kemampuan menghasilkan pendapatan disuatu wilayah (Ariadi dan Rahayu, 2011).

Menurut Hayami et al (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahahan dapat dikategorikan menjadi dua faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan untuk tenaga kerja.

Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain.

Metode Hayami ini sering dan umum digunakan pada subsistem pengolahan dalam sistem agribisnis. Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditi yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Konsep pendukung dalam metode ini adalah faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan nilai output.

(32)

Kelebihan perhitungan model nilai tambah Hayami

- Dapat dimodifikasi untuk analisis nilai tambah selain subsistem pengolahan - Dapat diterapkan untuk jenis pengolahan yang dalam satu badan usaha - Balas jasa pemilik faktor produksi dapat diketahui

- Produktifitas dan efisiensi tenaga kerja dapat diketahui

2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Nama Tahun Judul

Penelitian

Metode Analisis

Hasil 1 Novita

S Sinaga

2015 Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan

Analisis yang digunakan adalah metode analisis

pendapatan dan nilai tambah dengan metode

perhitungan Hayami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris adalah sebesar Rp.

182.837/minggu, Rp.

720.468/bulan, dan Rp. 8.645.621/tahun.

Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin adalah Rp. 138.031/

minggu, Rp. 599.789/

bulan, dan Rp.

7.197.475/ tahun.

Nilai Tambah

pengolahan ubi kayu menjadi mie iris adalah sebesar Rp.

551.629/kg dan opak koin adalah sebesar Rp. 309,1/kg. Dengan demikian nilai tambah mie iris lebih tinggi dibandingkan opak koin.

2 Israwan Imani

2016 Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Pengolahan

Analisis yang digunakan adalah perhitungan Rugi-Laba dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan ubi kayu memberikan keuntungan sebesar

(33)

Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Menjadi Tela Tela (Studi Kasus Usaha Tela Steak di Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kot Kendari)

nilai tambah Rp. 30.828.000 per dua puluh tiga proses produksi selama satu

bulan dan

menciptakan nilai tambah sebesar Rp.

15.498 per kg bahan baku. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 72,56%. Artinya untuk setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp. 72. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar.

3 Zulkifli 2012 Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah pada Agroindustr i Keripik Ubi di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara.

Metode yang digunakan yaitu metode perhitungan keuntungan dan metode nilai tambah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa agroindustri

pengolahan keripik ubi kayu memberikan keuntungan yang diterima adalah sebesar Rp. 4.340.625 per lima kali proses produksi selama satu bulan dan nilai tambah yang dinikmati pengusaha dari agroindustri sebesar Rp. 5.495,00 per kilogram bahan baku yang dimanfaatkan.

Nilai tambah ini merupakan

keuntungan dan selebihnya pendapatan tenaga kerja yang mencapai Rp. 796.875

(34)

2.5 Kerangka Pemikiran

Salah satu sifat dari komoditi pertanian adalah mudah rusak sehingga harus langsung dikonsumsi atau di berikan penanganan lain seperti dilakukan proses pengolahan. Proses pengolahan yang dilakukan dapat meningkatkan nilai tambah dari suatu produk tersebut sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi para pengusaha industri tersebut.

Salah satu produk olahan dari ubi kayu adalah opak. Opak merupakan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dan digemari oleh anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Dalam proses pengolahan opak pada skala industri rumah tangga proses yang dilakukan masih sederhana dan menggunakan teknologi yang sederhana. Proses pengolahan opak meliputi pengupasan, pemasakan (perebusan), penggilingan (menggunakan mesin), pengepresan, pencetakan, penjemuran, dan terakhir pengemasan.

Dalam proses pengolahan opak ada komponen penting yang harus diperhatikan yaitu biaya variabel yang terdiri dari bahan baku dan bahan penunjang, biaya tetap yang terdiri dari penyusutan peralatan, biaya air, biaya PBB dan biaya sewa gedung. Kemudian setelah mengalami proses pengolahan maka akan menghasilkan output yaitu opak. Opak ini akan menghasilkan penerimaan dan nilai tambah. Dalam hal ini harus diperhatikan harga dari output sehingga dapat diperoleh penerimaan. Setelah diketahui penerimaan dan total biaya produksi maka dapat diketahui berapa besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha.

Kemudian di analisis dengan menggunakan rumus yang sesuai sehingga dapat dilihat apakah pendapatan dan nilai tambah tergolong tinggi atau rendah.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(35)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Pengolahan Opak

Keterangan:

: menyatakan hubungan : menyatakan proses

Ubi Kayu

Proses Pengolahan

Opak Input Produksi

Biaya Variabel - Bahan baku - Bahan penunjang Biaya Tetap

- Penyusutan Peralatan - Biaya Air - Biaya PBB - Biaya Sewa

Gedung

Nilai Tambah

Keuntungan Total biaya

Harga

Penerimaan

(36)

2.6 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan yaitu:

Ada nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi opak di daerah penelitian.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi

Daerah penelitian ditentukan secara purpossive (disengaja), yaitu di Desa Tuntungan I Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah dengan sentra produksi industri pengolahan opak terbesar di kabupaten Deli Serdang. Data dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Usaha Pengolahan Opak di Kabupaten Deli Serdang

No. Kecamatan Jumlah Pengusaha

1 Lubuk Pakam -

2 Pagar Merbau -

3 Beringin -

4 Gunung Meriah -

5 Biru-Biru 12

6 Patumbak -

7 STM Hulu -

8 STM Hilir -

9 Deli Tua 3

10 Pancur Batu 27

11 Namorambe -

12 Sibolangit -

13 Kutalimbaru -

14 Sunggal -

15 Hamparan Perak -

16 Labuhan Deli -

17 Batang Kuis -

18 Percut Sai Tuan -

19 Pantai Labu -

20 Tanjung Morawa -

21 Galamg -

22 Bangun Purba -

Total 42

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, 2016

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu kecamatan di Deli Serdang yang mempunyai jumlah pengusaha pengolahan opak terbesar dari kecamatan yang lainnya. Jumlah pengusaha pengolahan opak di

(38)

Kecamatan Pancur Batu adalah sebesar 27 pengusaha. Di Kecamatan Pancur Batu ada 3 desa yang melakukan proses pengolahan opak. Data dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Usaha Pengolahan Opak di Kecamatan Pancur Batu

No. Desa Jumlah Pengusaha

1 Bintang Meriah -

2 Sungau -

3 Tiang Layar -

4 Salam Tani -

5 Namo Riam -

6 Durin Simbelang -

7 Durin Tunggal -

8 Pertampilan -

9 Hulu -

10 Namo Simpur -

11 Namo Bintang -

12 Simalingkar -

13 P. Simalingkar -

14 Baru -

15 Lama -

16 Kampung Tengah -

17 Namorih -

18 Durian Jangak -

19 Tuntungan II 2

20 Tuntungan I 22

21 Gunung Tinggi -

22 Sei Gelugur -

23 Suka Raya 3

24 Tanjung Anom -

25 Sembahe Baru -

Total 27

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Deli Serdang, 2016

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah pengusaha opak yang terbanyak di Kecamatan Pancur Batu adalah Desa Tuntungan I dengan jumlah pengusaha opak adalah sebanyak 22 pengusaha opak.

(39)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sensus, dimana semua populasi yang ada di daerah penelitian dijadikan sampel. Jumlah pengusaha opak di daerah penelitian adalah sebanyak 22 pengusaha. Jadi besar sempel adalah 22 pengusaha opak.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden, yaitu pengusaha opak dengan mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta literatur yang terkait.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini terlebih dahulu dikelompokkan kemudian diolah secara manual, lalu dijabarkan dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk identifikasi masalah (1) yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan opak di daerah penelitian diselesaikan dengan analisis deskriptif yaitu menjelaskan dari awal pengolahan ubi kayu sampai menjadi opak.

Untuk identifikasi masalah (2) yaitu untuk melihat besarnya keuntungan pengolahan opak dianalisis menggunakan rumus perhitungan keuntungan, yaitu

(40)

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Π = Keuntungan (Rp)

Untuk identifikasi masalah (3) yaitu untuk melihat berapa besar nilai tambah dari proses pengolahan opak maka digunakan rumus perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami. Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

Variabel Nilai

I. Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) (1)

2. Input (Kg) (2)

3. Tenaga Kerja (HOK) (3)

4. Faktor Konversi (4) = (1) / (2) 5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) (5) = (3) / (2)

6. Harga Output (Rp) (6)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7) II. Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) (9)

10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)

11. a. nilai tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (9) – (8) b. rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a/10) x 100%

12. a. pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)

b. pangsa tenaga kerja (%) (12b) = (12a/11a) x 100%

13. a. keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a) b. tingkat keuntungan (%) (13b) = (13a/11a) x 100%

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) – (8)

a. Pendapatan tenaga kerja (14a) = (12a/14) x 100%

b. Sumbangan input lainnya (14b) = (9/14) x 100%

c. Keuntungan pengusaha (14c) = (13a/14) x 100%

Sumber: Hayami, et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java.

Dalam Julian Adam Ridjal (2013) π = TR – TC

(41)

Keluaran dari analisis nilai tambah metode Hayami yaitu:

- Perkiraan nilai tambah (Rp)

- Rasio nilai tambah terhadap jumlah produk yang dihasilkan (%) - Imbalan dalam tenaga kerja (%)

- Bagian dalam tenaga kerja (%)

- Keuntungan dalaam agroindustri (Rp) - Tingkat keuntungan agroindustri (%)

Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan selama produksi berlangsung.

Perbedaaan metode analisis nilai tambah Hayami dengan metode analisis yang lain adalah metode Hayami dapat diketahui langsung berapa besarnya imbalan yang diperoleh tenaga kerja dalam menghasilkan satu produk serta balas jasa faktor produksi dapat langsung diketahui. Sedangkan metode konvensional lebih sederhana yaitu dengan melihat input dan output saja. Dimana input adalah segala sumberdaya yang diperlukan dalam proses pengolahan dan output merupakan produk yang mengalami perlakuan dalam pengolahan sehingga menghasilkan produk.

(42)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

Defenisi dan batasan operasional mengenai penulisan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Usaha pengolahan opak adalah usaha yang melakukan kegiatan pengolahan ubi kayu menjadi opak.

2. Opak adalah makanan ringan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dan digemari oleh anak-anak, orang dewasa, bahkan orang tua.

3. Input adalah bahan baku utama yang dibutuhkan dalam proses pengolahan opak yang dihitung dalam kg.

4. Output adalah jumlah opak yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi dihitung dalam satuan kg.

5. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan untuk proses pengolahan opak di daerah penelitian.

6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap pada berbagai kisaran volume produksi pengolahan opak selama dalam rentang waktu tertentu.

7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bertambah seiring peningkatan volume produksi opak.

8. Bahan baku adalah bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan opak.

9. Bahan Penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan selama proses produksi berlangsung.

10. Penerimaan adalah perkalian antara jumlah opak yang diproduksi dengan harga persatuan produksi opak.

(43)

11. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan usaha opak dengan total biaya produksi pengolahan opak.

12. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai bahan baku dan nilai bahan penunjang dengan satuan Rp/Kg.

13. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output dan dinyatakan dalam persen (%).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di Desa Tuntungan I Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga yang melakukan pengolahan opak. Sampel adalah sebesar 22 pengusaha opak.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2017.

(44)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Tuntungan I berada di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Tuntungan I yaitu 518,85Ha. Jarak Desa Tuntungan I dengan Kecamatan Pancurbatu (ibukota kecamatan) adalah 5 km, jarak ke Kabupaten Deli Serdang (ibukota kabupaten) adalah 30 km dan jarak ke ibukota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 22 km. Desa Tuntungan I terdiri dari 4 dusun. Secara administratif Desa Tuntungan I mempunyai batas- batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Sebalah Selatan berbatasan dengan Desa Pasar Empat Kecamatan Kutalimbaru Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Glugur Kecamatan Pancur Batu

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu Potensi industri di Desa Tuntungan I adalah pembuatan opak. Jumlah pengusaha opak di Desa Tuntungan I sebanyak 22 pengusaha dimana dalam proses pembuatan opak ada beberapa lokasi yang belum terkordinir secara padu atau masih saling berusaha sendiri-sendiri sehingga sulit untuk mengembangkan usaha pengolahan opak di Desa Tuntungan I.

(45)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Desa Tuntungan I terdiri dari penggunaanlahan untuk pemukiman, untuk persawahan, untuk perkebunan dan untuk pekarangan atau pertamanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Tuntungan I

Uraian Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 204,35 63,47

Persawahan 15,00 4,66

Perkebunan 50,40 15.66

Pekarangan/pertamanan 52,20 16,21

Total 321,95 100

Sumber: Kordinator Statistik Kecamatan

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Tuntungan I terdiri dari pemukiman dengan luas wilayah 204,35 Ha yang setara dengan 63,47%, penggunaan untuk persawahan yaitu 15 Ha setara dengan 4,66%, untuk perkebunan yaitu 50,40 Ha yang setara dengan 15,66%, dan untuk pekarangan/pertamanan yaitu 52,20 Ha yang setara dengan 16,21%.

Untuk penanaman ubi kayu di Desa Tuntungan I diusahakan atau dibudidayakan di lahan persawahan. Yang biasanya setelah menanam padi maka dilanjutkan dengan menanam ubi kayu.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Tuntungan I pada tahun 2015 berjumlah 3.853 jiwa dengan jumlah rumah tangga adalah 940 jiwa kepala keluarga serta rata-rata per rumah tangga adalah 4. Keadaan penduduk dapat dilihat menurut jenis kelamin, menurut jenis kelamin golongan dewasa dan anak, dan menurut umur. Data dapat dilihat pada tabel berikut.

(46)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan I Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 1.926 49,99

Perempuan 1.927 50,01

Total Penduduk 3.853 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pancur Batu, 2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Tuntungan I adalah sebanyak 3.853 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 1926 jiwa dengan persentase sebesar 49,99%, sedangkan jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 1.927 jiwa dengan persentase adalah sebesar 50,01%. Data menunjukkan bahwa di Desa Tuntungan I jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih besar daripada laki-laki.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Dewasa dan Anak-anak di Desa Tuntungan I

Golongan Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

Dewasa Laki-laki 1.339 34,75

Perempuan 1.333 34,60

Anak-anak Laki-laki 587 15,23

Perempuan 594 15,42

Total Penduduk 3.853 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pancur Batu, 2016

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada golongan dewasa jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 1.339 jiwa setara dengan 34,75%, dan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.333 setara dengan 34,60%. Pada golongan anak- anak jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 587 jiwa yang setara dengan 15,23% dan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 594 jiwa yang setara dengan 15,42%.

(47)

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Tuntungan I

Umur (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

0-4 424 11,01

5-9 433 11,24

10-14 318 8,25

15-19 290 7,53

20-24 294 7,63

25-29 314 8,15

30-34 346 8,98

35-39 331 8,59

40-44 256 6,64

45-49 260 6,75

50-54 207 5,37

55-59 152 3.94

> 60 228 5,92

Total 3853 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pancur Batu, 2016

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Tuntungan I paling banyak berumur 5-9 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 433 jiwa yang setara dengan 11,24%, serta jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu berumur 55-59 tahun dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 152 jiwa dengan persentase 3,94%.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur Produktif (15 – 64 Tahun) dan Non Produktif (0 – 14 Tahun dan > 65 Tahun)

Golongan Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

Produktif 15 – 64 Tahun 2.450 63,58

Non Produktif 0 – 14 Tahun 1.175 30,50

> 64 tahun 228 5,92

Total Penduduk 3.853 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pancur Batu, 2016

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut umur produktif adalah sebanyak 2.450 jiwa dengan persentase sebesar 63,58%.

Sedangkan jumlah penduduk yang non produktif adalah sebanyak 1.403 jiwa dengan persentase sebesar 36,42%. Dimana rasio beban ketergantungan penduduk

(48)

adalah sebesar 57,27%. Hasil ini diperoleh dari perbandingan antara jumlah penduduk non produktif dengan jumlah penduduk produktif.

Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Penduduk di Desa Tuntungan I

Uraian Jumlah

Rumah Tangga 940

Penduduk 3.853

Besar Keluarga 4

Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2015

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga di Desa Tuntungan I adalah sebanyak 940 KK dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 3.853 jiwa dan besar keluarga yaitu 4 jiwa.

4.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi ekonomi di Desa Tuntungan I dilihat dari mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Masyarakat di Desa Tuntungan I paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu 746 orang dan paling sedikit bekerja sebagai montir yaitu sebanyak 7 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.7 Matapencaharian Pokok Masyarakat di Desa Tuntungan I Mata Pencaharian Jumlah Angkatan

Kerja (Jiwa)

Persentase (%)

Petani 222 14,43

Buruh Tani 326 21,20

Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha 821 53,38

Pengrajin 30 1,96

PNS 56 3,65

TNI/Polri 15 0,98

Penjahit 2 0,13

Montir 3 0,19

Sopir 12 0,78

Karyawan Swasta 19 1.23

Tukang Bangunan 27 1,75

Guru Swasta 5 0,32

Total Angkatan Kerja 1.538 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2013

(49)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pekerjaan masyarakat di Desa Tuntungan I paling banyak bermatapencaharian sebagai pedagang/wiraswasta/pangusaha yaitu sebesar 821 jiwa yang termasuk pekerja industri hasil pertanian (diantaranya pengolahan opak yaitu sebanyak 156 angkatan kerja) dengan persentase sebesar 53,38% (termasuk diantaranya persentase untuk pengolahan opak yaitu sebesar 19%), sedangkan paling sedikit yaitu bermatapencaharian sebagai penjahit yaitu sebesar 2 jiwa dengan persentasi yaitu 0,13%.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Kondisi jalan di desa Tuntungan I sudah cukup baik dengan jembatan beton dan besi yang sudah baik namun jalan untuk menuju lokasi pengolahan opak masih ada yang jalan berbatu. Sarana transportasi yang digunakan di Desa Tuntungan I yaitu truck umum, angkutan pedesaan dan becak bermotor.

Prasarana air bersih di Desa Tuntungan I sudah baik dan masyarakat di Desa Tuntungan I tidak kesulitan untuk memperoleh sumber air bersih. Masyarakat menggunakan sumur pompa dan sumur gali. Sumur pompa sebanyak 210 unit dan sumur gali sebanyak 505 unit. Dan ada juga masyarakat yang telah menggunakan sumber air PDAM melalui keran.

Prasarana listrik di Desa Tuntungan I tergolong baik karena ketersediaan listrik di desa diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan semua warga sudah mendapatkan fasilitas ini.

Bangunan rumah di Desa Tuntungan I sudah cukup baik dengan jenis bangunan yaitu permanen, semi permanen dan sederhana. Jenis bangunan rumah yang

(50)

paling banyak yaitu sederhana. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis bangunan rumah dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Banyak Rumah Menurut Jenis Bangunan di Desa Tuntungan I

Jenis Bangunan Jumlah Persentase (%)

Permanen 187 27,38

Semi Permanen 205 30,01

Sederhana 291 42,61

Total 683 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pancur Batu, 2016

Tabel 4.8 menujukkan bahwa jenis bangunan di Desa Tuntungan I terdiri dari 3 jenis bangunan yaitu permanen dengan jumlah 187 unit, semi permanen dengan jumlah 205 unit dan sederhana dengan jumlah 291 unit. Total jumlah bangunan di Desa Tuntungan I adalah 683 unit.

4.2 Karakteristik Responden

Responden pengusaha opak yang menjadi sampel dalam penelitian adalah sebanyak 22 orang. Gambaran umum responden meliputi umur responden, tingkat pendidikan responden, jumlah tanggungan keluarga, lama berusaha dan luas gedung usaha. Karakteristik responden pengolahan opak dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Pengusaha Pengolahan Opak

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 43,54 23 - 70

Tingkat Pendidikan Tahun 10,36 6 – 14

Jumlah Tanggungan Jiwa 3,09 1 – 5

Lama Berusaha Tahun 14,59 6 – 22

Luas Gedung Usaha m2 1.065 400 – 3.500

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2017

(51)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rata-rata umur responden pengusaha pengolahan opak adalah 43,54 tahun dengan rentang antara 23-70 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani oleh responden rata-rata 10,36 tahun, hal ini menujukkan bahwa tingkat pendidikan yang dominan dari responden pengusaha pengolahan opak adalah tingkat SMA dengan rentang antara 6-14 tahun. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden pengolahan opak rata-rata 3,09 jiwa dengan rentang antara 1-5 jiwa, lama berusaha dari responden pengolahan opak rata-rata 14,59 tahun dengan rentang 6-20 tahun dan rata-rata luas gedung usaha adalah sebesar 1.065 m2 dengan rentang 400-3500 m2.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Pengolahan Opak  Keterangan:              : menyatakan hubungan              : menyatakan proses  Ubi Kayu  Proses Pengolahan Opak Input Produksi Biaya Variabel - Bahan baku -Bahan penunjang Biaya Tetap -Pen
Gambar 5.1. Proses Pengolahan Opak
Gambar 5.2 Kerangka Pengolahan Opak

Referensi

Dokumen terkait

Anriza Witi Nasution : Analisis Prospek Pengembangan Industri Kerupuk Opak di Kecamatan Pancur Batu..., 2001... Anriza Witi Nasution : Analisis Prospek Pengembangan Industri

Distribusi nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka kasar terhadap imbalan tenaga kerja dan keuntungan pengusaha pada unit pengolahan skala besar dapat dilihat

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dalam penelitian ini adalah metode

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan gula aren di daerah penelitian adalah sebesar Rp 77,53, dengan rasio nilai tambah sebesar 3,23%, artinya nilai tambah yang diperoleh

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dalam penelitian ini adalah metode

HENNI FEBRI YANTI (090304005), dengan judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG

Nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi mie yeye dan alen-alen merupakan selisih produksi mie yeye dan alen-alen (Rp) dengan bahan baku (Rp), nilai bahan penunjang (Rp) dan

Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi opak lidah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi mie iris.