SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
KAHFI GUMELAR
10104272
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
Alhamdulillah, Puji dan syukur milik Allah SWT dan Rasullnya Muhammad SAW yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir
yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Pada Balai
Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan“ dapat selesai tepat pada
waktunya.
Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pada program
Strata 1 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika
di Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna baik dalam isi, program maupun penulisan dan tata
bahasa yang dipergunakan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada :
1. Ibu Tati Harihayati M., S.T., M.T., selaku sebagai Dosen wali dan sebagai
reviewer yang telah memberikan waktu dan kesempatan, serta bantuan
kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Informatika dan sebagai reviewer yang telah meluangkan waktu,
terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan serta bantuan dalam
iv
4. Seluruh Staff sekretariat Jurusan Teknik Informatika.
5. Bapak Anton Nurcholis, SP. selaku pembimbing pada saat melakukan
penelitian di Balai Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan
Bandung.
6. Ibu dan Ayahku tercinta yang telah memberikan dukungan serta kasih
sayang, perhatian dan doa-doa nya yang begitu besar sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini sekaligus menyelesaikan
pendidikan Program Sarjana yang di tempuh selama ini.
7. Adik-adikku Fikriyah Rahyuni dan Rachmi Poetri mauludi, terimakasih
atas dukungan dan bantuan doanya, sehingga membuat hati kakakmu ini
tenang dan selalu terhibur berkat ada kalian.
8. Belahan Jiwaku Nopi Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan
doanya setiap saat, yang telah begitu sabarnya membantu dan memberikan
semua yang bisa diberikan demi menyelesaikan tugas akhir ini. I Love U
9. Sahabatku Diki Wibisana terima kasih atas do’a dan bantuannya, yang
telah membantu sepenuh hati tanpa ada kata lelah sedikitpun,
10.Seluruh saudara seperjuanganku di IF yang berjuang bersama dalam tugas
akhir ini. Ari thanks ri sudah jadi bahan ledekan kita (piss)....Mass Very
thanks for sharing everything....Yogi nyebelin tapi bisa diandalkan
v
mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari juga bahwa pada Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dalam cara penyajian laporan maupun kelengkapan
data. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca akan sangat penulis hargai dan
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga hasil Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi yang membacanya. Amien.
Bandung, Mei 2010
v
1.1 Latar Belakang…………..…………..……… 1.2 Identifikasi Masalah…...……….. 1.3 Maksud dan Tujuan………..……….…
1.4 Batasan Masalah….………
1.5 Metode Penelitian……….………..……… 1.6 Sistematika Penulisan...……...….……….… BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…
2. 1. Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat...…….. 2. 1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP... 2. 1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP... 2. 1.3 Asset... 2. 1.4 Sumber Daya Manusia... 2. 2. Landasan Teori………...
2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan...……….. 2.2.1.1 Metode Keputusan...
2.2.1.2 Tahapan Pemodelan... 2.2.1.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Maejemuk... 2.2.1.3 Penentuan Kriteria...
vi
2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP... 2.3 Basis Data...
2.3.1 Pengertian Basis Data... 2.3.1.1 Definisi Basis Data... 2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data... 2.3.1.3 Bahasa Basis Data... 2.3.2 Pemodelan Sistem... 2.3.2.1 Diagram Konteks... 2.3.2.2 Entity Relation Diagram... 2.3.2.3 Data Flow Diagram... 2.3.2.4 Kamus Data... 2.3.3 Peraangkat Lunak Pendukung... ... 2.3.3.1 Delphi 7.0...
2.3.3.2 My SQL... BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN...
3.1 Analisis Sistem... 3.1.1 Analisis Masalah... 3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang sedang Berjalan... 3.1.3 Analisis Pengkodean... 3.1.4 Analisis Metode AHP... 3.1.5 Analisis Kebutuhan Non Fungsional...
3.1.5.1 Analisis Pengguna / User... 3.1.5.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras... 3.1.5.3 Analisis Perangkat Lunak... 3.1.6 Analisis Basis Data... 3.1.7 Analisis Kebutuhan Fungsional... 3.1.7.1 Diagram Konteks...
vii
3.2.1 Skema Relasi... 3.2.2 Struktur Tabel... 3.2.3 Perancangan Pengkodean... 3.2.4 Perancangan Menu... 3.2.2.1 Perancangan Antar Muka... 3.2.2.3 Perancangan Konfirmasi... 3.2.2.4 Jaringan Semantik... 3.2.2.5 Perancangan Prosedural dengan Menggunakan
Flowchart... BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM...
4.1 Implementasi... 4.1.1 Implementasi Perangkat Keras... 4.1.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 4.1.3 Implementasi Data... 4.1.4 Implementasi Form... 4.1.5 Implementasi Antar Muka... 4.2 Pengujian Sistem... 4.2.1 Rencana Pengujian... 4.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian Alpha... 4.3 Pengujian Beta...
4.3.1 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
Gambar 1.1 Model Sekuensial Linear (Waterfall)...6
Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP...11
Gambar 2.2 Tahapan pemodelan sistem...14
Gambar 2.3 Struktur Hierarki AHP...22
Gambar 3.1 Flowmap permohonan...41
Gambar 3.2 Flowmap Permohonan (lanjutan)...42
Gambar 3.3 Flowmap Pemeriksaan Administrasi...44
Gambar 3.4 Flowmap Pemeriksaan Lapangan...45
Gambar 3.5 Flowmap Pengolahan Data Benih...47
Gambar 3.6 Flowmap Pengesahan Sertifikat...49
Gambar 3.7 Contoh Hierarki untuk memutuskan Sertifikasi Benih...57
Gambar 3.8 Entity Relationship Diagram sistem pendukung keputusan sertifikasi di UPTD BPBPT...67
Gambar 3.9 Diagram Konteks Aplikasi Pendukung Keputusan Sertifikasi...68
Gambar 3.10 DFD Level 0 Pada Aplikasi Sistem Pendukung keputusan Sertifikasi Benih...69
Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses pengolahan Data Master...70
Gambar 3.12 DFD Level 1 Proses 2.1 Pengolahan Data Benih...71
Gambar 3.13 DFD Level 1 Proses 2.2 Pengolahan Data Varietas...71
Gambar 3.14 DFD Level 1 Proses 2.3 Pengolahan Data Petani...72
Gambar 3.15 DFD Level 1 Proses 2.4 Pengolahan Data Kriteria...72
Gambar 3.16 DFD Level 1 Proses 2.5 Pengolahan Data User...73
Gambar 3.17 DFD Level 1 Proses 2.6 Pengolahan Data petugas...73
Gambar 3.18 DFD Level 3 Proses pengolahan Sertifikasi...74
tanaman Perkebunan...96
Gambar 3.23 Perancangan Form Login...97
Gambar 3.24 Perancangan Menu Utama...98
Gambar 3.25 Perancangan Tambah Data Benih...98
Gambar 3.26 Perancangan tambah Data Varietas...99
Gambar 3.27 Perancangan tambah Data Kriteria...99
Gambar 3.28 Perancangan tambah User...100
Gambar 3.29 Perancangan tambah Petugas ...100
Gambar 3.30 Perancangan data Pengajuan...101
Gambar 3.31 Perancangan data pemeriksaan...101
Gambar 3.32 Perancangan data perhitungan Bobot...102
Gambar 3.33 Konfirmasi Login Di Tolak...102
Gambar 3.34 Konfirmasi Data Yang Di masukan Belum Lengkap...103
Gambar 3.35 Konfirmasi Data yang akan diubah...103
Gambar 3.36 Konfirmasi NIP dan nama sudah ada...103
Gambar 3.37 Konfirmasi Data kriteria telah selesai ditambahkan...103
Gambar 3.38 Konfirmasi data Kriteria telah selesai ditambah...103
Gambar 3.39 Konfirmasi Data kriteria benih yang akan diubah...104
Gambar 3.40 Konfirmasi tambah data pengajuan...104
Gambar 3.41 Konfirmasi proses pemeriksaan...104
Gambar 3.42 Konfirmasi proses pemeriksaan telah selesai...104
Gambar 3.43 Konfirmasi proses perhitungan Bobot...104
Gambar 3.44 Jaringan Semantik...105
Gambar 3.49 Perancangan Prosedural Flowchart Cari Data...108
Gambar 4.1 Menu login...115
Gambar 4.2 Menu Utama...116
Gambar 4.3 Pengolahan data Benih...116
Gambar 4.4 Pengolahan Tambah Data Benih...117
Gambar 4.5 Pengelohan data kriteria...117
Gambar 4.6 Pengolahan Tambah Data Kriteria...118
Gambar 4.7 Pengolahan Tambah Tahun...118
Gambar 4.8 Pengolahan Varietas...119
Gambar 4.9 Tambah Data varietas...119
Gambar 4.10 Pengolahan Petani...120
Gambar 4.11 Pengolahan data User...120
Gambar 4.12 Pengolahan Data Petugas...121
Gambar 4.13 Pengolahan data pengajuan...121
Gambar 4.14 Pengolahan Data Pemeriksaan...122
Gambar 4.15 Pengolahan Pemeriksaan Kriteria...122
Gambar 4.16 Perhitungan Bobot...123
Gambar 4.17 History hasil Penilaian...123
Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom...23
Tabel 2.3 Penjumlahan Baris...23
Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen Matriks...24
Tabel 2.5 Penjumlahan Baris setelah Perkalian...24
Tabel 2.6 Ketentuan Random Index...26
Tabel 2.7 Perhitungan Vi...27
Tabel 3.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan...52
Tabel 3.2 Contoh Matriks Perbandingan Kriteria pada benih jenis tanaman Kopi...53
Tabel 3.3 Contoh menjumlahkan Nilai perbandingan dengan jumlah kolom ( kolom)...55
Tabel 3.4 Contoh Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom)...55
Tabel 3.5 Contoh Penjumlahan dan pembagian baris untuk mendapatkan TPV Kriteria Sertifikasi ( baris/n)...56
Tabel 3.6 Total Periority Value (TPV) kriteria...57
Tabel 3.7 Matriks perbandingan Subkriteria Keterangan Genetis...58
Tabel 3.8 kolom Subkriteria Keterangan Genetis...58
Tabel 3.9 baris / n subkriteria Keterangan Genetis...58
Tabel 3.10 TPV Subkriteria Keterangan Genetis...59
Tabel 3.11 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Keterangan Genetis dan Penjumlahan setiap baris...59
Tabel 3.12 Matriks perbandingan Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60
Tabel 3.13 kolom Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60
Tabel 3.14 baris / n subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60
Tabel 3.18 kolom Subkriteria Umur...62
Tabel 3.19 baris / n subkriteria Umur...62
Tabel 3.20 TPV Subkriteria Umur...62
Tabel 3.21 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Umur dan Penjumlahan setiap baris...63
Tabel 3.22 Spesifikasi Proses Pengambilan Keputusan Pada sertifikasi Benih...76
Tabel 3.23 Kamus Data...84
Tabel 3.24 Tabel Benih...91
Tabel 3.25 Tabel Varietas...91
Tabel 3.26 Tabel Kriteria...91
Tabel 3.27 Tabel Petani...92
Tabel 3.28 Tabel Standar Nilai...92
Tabel 3.29 Tabel Petugas...93
Tabel 3.30 Tabel User...93
Tabel 3.31 Tabel Tahun...93
Tabel 3.32 Tabel Pengajuan...94
Tabel 3.33 Tabel Pemeriksaan...94
Tabel 3.34 Tabel Perhitungan Bobot...95
Tabel 4.1 Tabel Implementasi Form...114
Tabel 4.2 Rencana Pengujian Sistem...125
Tabel 4.3 Pengujian Login User...126
Tabel 4.4 Pengujian Pengolahan Data User...126
Tabel 4.5 Pengujian Pengolahan Petani...127
xvii
Menunjukan dokumen sebagai masukan/ keluaran baik secara manual/melaui kompuiter
Proses Manual
menunjukan proses yang dikerjakan secara manual
Operasi Komputerisasi Menunjukan proses yang dikerjakan oleh komputer
Manual Input
Menunjukan operasi input secara manual melalui keyboard
Magnetic Disk Menunjukan penyimpanan data dalam hardisk
Penyimpanan Dokumen
Digunakan untuk penyimpanan data sebagai arsip secara manual
Penghubung / Konektor
Digunakan sebagai penghubung ke dalam halaman berbeda
xviii
menjadi hanya satu keluaran ataupun sebaliknya
Terminator
Mewakilii entitas luar dimana sistem berkomunikasi
Penyimpanan
Untuk memodelkan kumpulan data/paket data
Aliran
Menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari suatu bagian lain dari sistem dimana sistem penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data 2
3
4
5
storage
Menunjukan penyimpanan data dalam sebuah database
xix
Lampiran A Tampilan Antar Muka... A-1
Lampiran B Listing Program... B-1
Lampiran C Hasil Kuesioner………. C-1
Lampiran D Dokumen Manual Sistem Lama...………..……….. D-1
142
[1] Abdul Kadir, 2004, Dasar Aplikasi Database MySql Delphi, Andi,
Yogyakarta.
[2] Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc., 2004, Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
[4] Jogianto H M, 1999, Pengenalan Komputer , Andi, Yogyakarta.
[5] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika,
Bandung.
[6] Panduan Praktis PEMROGRAMAN Borland Delphi 7.0, Andi, Yogyakarta.
[7] Pressman, Roger S., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi
(Buku I), Andi, Yogyakarta.
[8] Al-Bahra, Lajamudin, 2005, Analisis Dan Desain Sistem Informasi, Graha
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan
pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan
nasional,Unit PelaksanaTeknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Benih
Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem
pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian
fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.
UPTD BPBTP melaksanakan tugas subsistem pengendalian mutu benih
(sertifikasi dan pengawasan mutu benih) tanaman perkebunan dalam rangka
mengoptimalkan penggunaan benih bermutu. Sertifikasi benih adalah pemberian
sertifikat benih tanaman setelah melalui proses pemeriksaan, pengujian dan
pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan dan sesuai standar mutu
yang ditetapkan. Tujuan dalam sertifikasi benih itu sendiri adalah menjaga
kemurnian varietas, memelihara mutu benih, memberi jaminan kepada pengguna
dan memberikan legalitas kepada produsen benih.
Masalah yang dihadapi UPTD BPBTP dalam proses sertifikasi adalah
masih kurang akurat dalam mekanisme perhitungan nilai yang telah diambil dari
masing-masing Kriteriabenih atau bibit, serta bagaimana mengambil keputusan
proses sertifikasi yaitu kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses
pengolahan data yang telah didapat dari hasil pemeriksaan lapangan.
Kesalahan dalam melakukan sertifikasi benih atau bibit akan berdampak
negatif dalam menjaga kemurnian varietas dan berdampak negatif juga dalam
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman perkebunan. Oleh karena
itu di perlukan metode yang dapat membantu dalam menentukan keputusan dalam
proses sertifikasi benih atau. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya
kriteria, maka metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) merupakan metode yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangannya,
AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan
banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model alternatif untuk
menyelesaikan bermacam-macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis
manfaat biaya, peramalan dan lain-lain.
Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh UPTD BPBPT adalah
bagaimana mengambil keputusan yang tepat dalam proses sertifikasi benih.
Dengan ini penulis akan mencoba mengembangkan proses pendukung keputusan,
dengan cara membuat perangkat lunak dengan judul “Sistem Pendukung
Keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan. Menggunakan metode
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diindentifikasikan
oleh penulis adalah bagaimana membangun sebuah Sistem Pendukung Keputusan
Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan dengan menggunakan metode AHP pada
studi kasus di UPTD BPBTP Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk membangun sebuah
sistem pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan di UPTD Balai
Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan pada studi kasus di UPTD BPBTP
Bandung.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mempermudah pegawai BPBTP bagian sertifikasi dalam
membuat keputusan untuk benih (bibit) yang diperiksa layak atau tidak
mendapatkan sertifikat.
2. Untuk menimalisir kesalahan dalam melakukan proses sertifikasi sehingga
menghasilkan informasi yang lebih akurat.
3. Mengahemat waktu dalam melakukan proses sertifikasi.
4. Menghasilkan sertifikat yang sesuai dengan standar sertifikasi yang telah
1.4 Batasan Masalah
Adapun ruang lingkup yang akan dibahas akan sangat luas, untuk itu
diperlukan batasan masalah sebagai berikut :
1. Sistem pendukung Keputusan yang dibuat ditujukan untuk bagian
sertifikasi Benih dan bibit.
2. Sistem pendukung keputusan untuk sertifikasi ini mengunakan metode
Analytical Hierarchy Proses (AHP)
3. Sistem Pendukung Keputusan untuk sertifikasi ini dirancang untuk
Dinamis.
4. Dalam menggunakan Metode AHP ini, kriteria maksimal sampai lima
belas kriteria.
5. Proses yang terdapat dalam aplikasi sistem pendukung keputusan ini
adalah pengolahan data hasil pemeriksaan lapangan dan pengolahan data
perhitungan nilai-nilai dari kriteria dan subkriteria benih atau bibit.
6. Benih yang akan disertifikasi adalah benih yang telah diperiksa dan
dihitung secara kolektif dari benih yang normal.
7. Keluaran yang dihasilkan apilkasi ini berupa sertifikat yang berdasarkan
hasil pemeriksaan lapangan.
8. Dalam memodelkan data akan digunakan ERD dan model proses akan
9. Sistem Pendukung Keputusan ini adalah bersifat Stand Alone yang digunakan oleh petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) bagian
sertifikasi.
10.Aplikasi pembangunan datanya menggunakan bahasa pemrograman yang
digunakan adalah Borland Delphi 7.0 dan My SQL.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan untuk membangun aplikasi sistem
Pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan ini menggunakan
metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diperlukan, melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap pengumpulan data
Metodologi yang digunakan dalam tahap mengumpulkan data yang
berkaitan dengan penyusunan laporan dan pembuatan aplikasi adalah sebagai
berikut:
a. Studi Kepustakaan
Tahap ini digunakan untuk mencari informasi yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dibahas dengan bersumber pada
buku-buku, serta bacaan lain yang kiranya dapat membantu dapat menyelesaikan
b. Studi Lapangan
b1. Observasi.
Observasi yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung di UPTD BPBTP.
b2. Interview.
Tahap ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara komunikasi
langsung dengan pihak terkait yaitu petugas Pengawas Benih Tanaman
(PBT) yang mengetahui seluk beluk tentang sertifikasi benih dan bibit.
2. Tahap pembuatan perangkat lunak.
Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan model
waterfall. Seperti terdapat pada gambar 1.1.
Umpan Balik
Gambar 1.1 Model Waterfall
1. Rekayasa Sistem
Tahap ini merupakan kegiatan pengumpulan data sebagai pendukung
pembangunan sistem serta menentukan ke arah mana aplikasi ini akan
dibangun.
2. Analisis Sistem
Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan
didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh aplikasi yang akan
dibangun. Tahap ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa
menghasilkan desain yang lengkap.
3. Perancangan
Perancangan antar muka dari hasil kebutuhan yang telah selesai
dikumpulkan secara lengkap.
4. Pemograman (Coding)
Hasil perancangan sistem diterjemahkan kedalam kode – kode dengan
menggunakan bahasa pemograman yang sudah ditentukan. Aplikasi yang
dibangun langsung diuji baik secara unit.
5. Pengujian Sistem
Penyatuan unit-unit perogram kemudian diuji secara keseluruhan.
6. Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan akan dilakukan penyesuaian apabila perangkat
lunak mengalami perubahan seperti lingkungan eksternal yang berubah.
Misalnya perangkat keras yang digunakan berubah ataupun system operasi
yang berubah.
7. Umpan Balik
Merupakan respon dari pengguna sistem yang bisa digunakan utuk
mengetahui sejauh mana aplikasi yang dibangun diterima oleh
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penyusunan dibuat dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,
maksud dan tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini dijelaskan tentang teori-teori dasar yang berhubungan
dengan sistem yang dibangun, seperti pengertian akademik,
pengertian sistem informasi, Borland Delphi 7 dan My SQL serta
sekilas tentang profil UPTD BPBTP Prorivinsi Jawa Barat.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini menguraikan mengenai analisa dan perancangan sistem yang
mencakup perancangan basis data, diagram ERD, diagram konteks
dan data flow diagram dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini menguraikan mengenai implementasi dan antarmuka sistem
yang telah dirancang serta pengujiannya.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh
9
2.1 Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat
2.1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP Jawa Barat (Profil BPBTP[1])
Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan
pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan
nasional, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Benih
Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem
pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian
fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan
keberhasilan pelaksanaan fungsi dinas-dinas daerah Provinsi Jawa Barat, maka
dipandang perlu ada kelembagaan dibawah dinas yaitu Unit Pelaksana Teknis
(UPTD). Berdasarkan hal tersebut maka pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Barat salah satunya dibentuk UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman
Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat yang menangani bidang perbenihan, UPTD ini
merupakan pengukuhan dari instalasi pengawasan dan pengujian mutu
benih(IP2MB) Tanaman Perkebunan yang dibentuk dari UPT pusat yaitu BP2MP
(Direktorat Jenderal Perkebunan) sejalan dengan Pelimpahan kewenangan Pusat
ke daerah (Otonomi Daerah).
Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) dibentuk
tentang perubahan atas peraturan daerah Provinsi Jawa Barat. Dengan lokasi
Kantor dijalan Arcamanik No.106 Sindanglaya Kota Bandung. Dengan Keputusan
Gubernur Nomor 25 Tahun 2003 tentang pembentukan instalasi Unit Pelaksana
Teknis Dinas(UPTD)pada dinas perkebunan Provinsi Jawa Barat, dibentuk 6
instalasi pelayan perbenihan tanaman perkebunan sebagai perpenjangan tangan
dari balai di lintas kabupaten/kota.
2.1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat
Struktur Organisasi UPTD BPBTP berdasarkan Peraturan Faerah No 15 Tahun
2000 Peraturan Daerah No 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
daerah No 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat dan
keputusan Gubernur No. 57 Tahun 2002 Tentang tugas pokok, Fungsi dan Rincian
tugas pada UPTD dilingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat dapat
Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat
2.1.3 Asset
Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan Jawa Barat dalam
melaksanakan tugas subsistem Pengendalian Mutu Benih (Sertifikasi dan
Pengawasan Mutu Benih) dan sebagian tugas Subsistem Produksi dan Distribusi
Tanaman Perkebunan dilengkapi dengan Asset yaitu :
1. Kantor Balai : 1 Unit
2. Laboratorium : 2 Unit
3. Rumah Kassa : 2 Unit
4. Kantor Instalasi : 3 Unit
No. 1 s/d 3 berlokasi di Sindanglaya Ujungberung Bandung dan No 4Tersebar di
belum definitif lokasi kantornya. Selain itu dilengkapi dengan asset berupa 12
kebun dinas yang tersebar di 10 kabupaten yang berfungsi sebagai kebun sumber
benih, kebun percobaan, kebun produksi dan kebun koleksi.
2.1.4 Sumber Daya Manusia
1. Jumlah Personil di Balai Sebanyak 23 Orang yang terdiri dari :
a. Tenaga Struktural :17 Orang
b. Tenaga Fungsional PBT : 2 Orang
c. Tenaga Honorer/TKK : 1 Orang
d. Tenaga Petunggu : 3 Orang
2. Latar Belakang Pendidikan :
a. S2 Agronomi : 1 Orang
b. S2 Manajemen : 1 Orang
c. S1 Agronomi : 4 Orang
d. S1 Sosial Ekonomi Pertanian : 2 Orang
c. Golongan II : 3 Orang
d. Honorarium : 4 Orang
2.2 Landasan Teori
Pada landasan teori ini akan menerangkan mengenai teori-teori yang
berhubungan dengan aplikasi sistem pendukung keputusan Sertifikasi Benih di
UPTD BPBTP Jawa Barat baik mengenai sistem pendukung keputusan, database
dan aplikasi membangun aplikasi.
2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Seperti yang dijelaskan diatas, sistem didefinisikan sebagai kumpulan
objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen-elemen
keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan
dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan
yang dihadapi.
2.2.1.1 Metode Keputusan
Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model
didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani
[2]).
2.2.1.2 Tahapan Pemodelan
Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau
membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata
dan dibaca oleh pemodelan dan bentuk citra atau gambaran tertentu dalam
pikirannya.
Pemodelan dilakukan dalam beberapa tahapan seprti yang ditujukan oleh
gambar 2.2 tahapan ini menjadi arah bagi pemodelan untuk membuat model yang
memiliki karate dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan,
berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan
asumsi.
Gambar 2.2 Tahapan Pemodelan Sistem
Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen
pada suatu sistem yang benar-benar menentukan prilaku sistem untuk suatu
persoalan yang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap
memperhatikan validitasnya dan asumsinya.
Pengambilan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani
adalah sebagai berikut:
“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife
dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain
terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa
kepentingan kelompok”.
Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model
untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk satu keputusan tergantung
pada saat pemilihan kriteria satu analisis. Pada saat pembuatan kriteria,
pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk
kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu ada fakor yang tidak
dapat dikuantufikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan hal ini
dapat mengakibatkan kriteria tersebut, karena kriteria yang kemungkinan sangat
penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor-faktor sosial (seperti
gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor-faktor politis, serta kelayakan
pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah
pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.
2.2.1.4 Penentuan Kriteria
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap
persoalan pengambilan keputusan adalah sebagi berikut menurut Ramdhani :
Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam
persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat
menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.
2. Operasional
Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional
ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus
mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat
benar-benar menghayat implikasinya terhadapalternatif yang ada. Selain itu, jika
tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana
untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan
sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.
3. Tidak Berlebihan
Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang
berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria
yang mengandung pengertian yang sama.
4. Minimum
Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih
mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan
maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan
bai,lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis
2.2.2 JenisMetode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk
Menurut Saaty [4] ada beberapa metode standar yang umum digunakan
untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility
Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique
(SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994), dan Analytical Hierarchy Process
(AHP) (saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria
majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks
seperti Analytic Network Process (ANP).
Penelitian ini mengambila basis metode AHP sebagai metode untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pemilihan penjurusan.
2.2.2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP)
Menurut Saaty [4] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan
salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor-faktor logika, intuisi,
pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam
suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas
L. Saaty, seorang ahli matematika Unversity Of Pittsburgh di Amerika Serikat,
pada awal tahun 1980-an.
AHP yang dikembangkan oleh saaty ini memecahkan yang kompleks
dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini
desebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia dan
masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi
variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numerik (kuantitatif),
namaun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi.
Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainya ikut
dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan
AHP, khususnya dalam memahami para keputusan individual pada saat proses
penerapan pendekatan ini.
Peralatan utama pada model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model
AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat empat
aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP yaitu:
1. Reciprocal Comparison adalah pengambilan keputusan harus dapat
membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut
harus memenuhi syarat reciprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B
dengan sekala x, maka B lebih disukai daripada A dengan sekala 1/x.
2. Homogeneity adalah preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam
sekala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemenya dapat dibandingkan
satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen
yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster
(kelompok elemen) yang baru.
3. Independence adalah preferensi dinyatakan dengan mengamsusikan
bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatife-alternatif yang ada
ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan
antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen pada tingkat diatasnya.
4. Expectation adalah untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka
pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang
tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak
lengkap.
Selanjutnya Saaty menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)
menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan
efektif atau isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci
suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu
komponen-komponennya. Artinya dengan mengunkan metode AHP kita dapat memecahkan
suatu masalah dalam membuat suatu keputusan.
2.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang
keidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingan dengan pengambilan keputusan
kriteria majemuk lainmya adalah:
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkosistensi berbagai
kriteria dan alternatife yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan
keputusan dan akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif maupun
kualitatif.
5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil lebih konsisten
dibandingkan dengan metode-metode lainnya.
6. Metode pengambilan keputusan AHP memilki sistem yang mudah
dipahami dan digunakan.
Kelemahan-kelemahan penggunaan metode AHP yaitu:
1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuaan yang cukup
dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri.
2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandangyang
sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.
Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui
inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan
keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty
menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan
Tabel 2.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan
Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari pada
elemen yang lain.
Pengalaman dan penilaian
sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.
5 Elemen yang satu sedikit
lebih cukup dari pada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian
sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan atas
elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih
penting dari pada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting
dari pada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain
memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai
perbandingan yang
berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.
Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi
nilai numerik serta subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relative
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut. (Marimin, 2004).
2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP
Untuk mendukung pengambilan keputusan yang akan dibuat ini,maka
digunakan perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap-tahap dalam
proses perhitungan bobot antara lain:
a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti
gambar dibawah ini :
Goal
Objectives
Sub-Objectives
Alternatives
b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara:
1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada
tabel 2.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap
elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya.
Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari
narasaumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian
Sertifikasi dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria
dibandingkan kriteria lainnya.
2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria
dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom
K1 K2 … Kn
Tabel 2.3 Penjumlahan Baris
Keterangan :
K = Kriteria
n = Banyaknya Kriteria
TPV = Total Priority Value
Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria.
c. Memeriksa konsitensimatriks perbandingan suatu kriteria.
Adapun langkah-langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai
berikut:
1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TVP dikalikan dengan nilai-nilai
elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk
desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri-entri pada setiap
baris, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :
Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen matriks
K TPV K1 TPV K2 TPV Kn
2. Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian
K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn baris
K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… barisk1
K2 … +… … +… …
K3 … +… … +… …
Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… bariskn
3. Kemudian mencari maks, pertama-tama mencari nilai rata-rata setiap
kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no. 2 diatas
yaitu baris dibagi dengan TVP dari setiap kriteria.
baris K1 TPV K1 maks K1
… ÷ … = …
baris Kn TPV Kn maks Kn
Kemudian akan diperoleh maks dengan cara sebagai berikut :
maks = maks K1 + … + … + maks Kn ÷ n
Keterangan :
maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria
n = jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
4. Setelah mendapatkan maks, kemudian mencari Consistency Index ( CI
), yaitu dengan persamaan :
CI = max – n
n – 1
5. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada
dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil,dapat di
lihat pada tabel 2.6, yaitu dengan persamaan :
Tabel 2.6 Ketentuan Random Index (RI)
Orde Matrik
6 Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi
0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu
diperbaiki.
7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria.
Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu
subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process
(AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di
bawah ini:
Vi = wj * xij
Dimana:
Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.
Wj = TPV (bobot prioritas)subkriteria yang di dapat dengan menggunakan
metode (AHP).
i = Alternatif pilihan
j = Subkriteria.
Tabel 2.7 Perhitungan Vi
No Subkriteria wj Alternatif
Pilihan
2.3.1.1 Pengertian Basis Data
Basis data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih
dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat berkumpul, sedangkan data
representasi fakata dunia nyata yang mewakili sauatu objek seperti manusia
(pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang dan sebagainya, yang direkam
dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.
Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang
seperti Fansyah :
1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang
diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali
dengan cepat dan mudah.
2. Kumpulan file / tabel / arsip yang saling berhubungan yang disimpan
2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data (Database Managemnet System /
DBMS)
Pengolahan basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara
langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) yang khusus /
spesifik. Perangkat lunak inilah ( disebut DBMS) yang akan menentukan
bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia juga
menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara bersama,
keakuratan data dan sebagainya. Jogianto.
Perangkat lunak yang termasuk DBMS seperti dBase III+, dBase IV,
FoxBase, MS-Access, Paradoks, MS-SQLServer, Orecle
Borland-Interbase. Salah satu tujuan DBMS adalah untuk menyediakan fasilitas atau antar
muka ( interfase ) dalam melihat data ( yang lebih ramah / userfriendly ) kepada
pemakai.
2.3.1.3 Bahasa Basis Data (Database Language)
DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk.
Cara berinterkasi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut
diatur dalam suatu bahasa khususnya yang diterapkan oleh perusahaan pembuat
DBMS. Bahasa itu dapat ita sebut sebagai Bahasa Basis Data yang terdiri atas
sejumlah perintah yang diformulasikan dan dapat diberikan user dan dikenali atau
diproses oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi atau pekerjaan tertentu.
Sebuah Bahasa Basis Data ada dua bentuk yaitu:
1. Data Definition Language (DDL)
Struktur atau skema basis data yang menggambarkan desain basis data
secara keseluruhan dispesifikasikan dengan bahasa khusus yang disebut Data
Definition Language (DDL), dengan bahasa inilah dapat dibuat tabel baru,
membuat indeks, mengubah tabel, menentukan struktur penyimpanan tabel, dan
sebagainya. Yang mana hasil dari kompilasi perintah DDL adalah kumpulan tabel
yang disimpan dalam file khusus yang disebut kamus data ( Data Dictionary ).
Sedangkan Data Manipulation Language (DML) merupakan bentuk
bahasa basis data yang berguna untuk melakukan manipulasi dan pengambilan
data pada suatu basis data. Manipulasi data dapat berupa:
1. Penyisipan atau penambahan data baru dari suatu basis data
2. Penghapusan data dari suatu basis data
3. Pengubahan data dari suatu basis data
Data Manipulation Language (DML) merupakan bahasa yang bertujuna
memudahkan pemakai untuk mengakses data sebagaimana direprentasikan oleh
model data.
2.3.2 Pemodelan Sistem
Pada tingkat teknik, rekayasa perangkat lunak dimulai dengan
serangkaian tugas pemodelan yang membawanya kepada suatu spesifikasi
lengkap dari persyaratan representasi desain yang komprehensif bagi perangkat
lunak yang akan dibangun. Model analisis, yang sebenarnya merupakan
serangkaian model representasi teknis dari sistem. Saat ini ada dua yang
mendominasi landscap pemodelan analisis. Yang pertama analisis terstruktur,
2.3.2.1 Diagram Konteks
Diagram Konteks adalah diagram tingkat tinggi dari Diagram Alir Data
yang merupakan gambaran global dari sistem informasi yang menggambarkan
aliran-aliran data ke dalam maupun keluar suatu sistem dan merupakan alat yang
digunakan untuk melihat batasan antara sistem dengan eksternal entity.
2.3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang
mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk
memodelkan struktur data dan hubungan antara data, karena hal ini relatife
kompleks. Dengan ERD kita dapat menguji model dengan mengabaikan proses
yang harus dilakukan. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk
menggambarkan struktur yaitu :
1. Entity
Adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai,
sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan
dibuat.
2. Atribut
Entiti mempunyai elemen yang disebut atribut, dan berfungsi
mendeskripsikan karakter entity.
Relationship sebagaimana halnyaentiti maka dalam hubungan pun harus
dibedakan antara hubungan atau bentuk hubungan anatara entity dengan isi
dari hubungan itu sendiri.
Relasi anatar dua file atau dua tabel dapat dikatagorikan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. One to One Relationship
Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak
entitas pada entitas B, dan begitu juga sebaliknya setiap entitas pada
himpunan entitas B berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada
himpunan entitas A.
2. One to Many Relationship
Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak
entitas pada satu himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya setiap entitas
pada himpunan entitas B nerhubungan paling banayk dengan satu entitas
pada himpunan entitas A.
3. Manu yo Many Relationship
Yag berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak
entitas pada satu himpunan entitas B dan begitu juaga sebaliknya setiap
entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada
2.3.2.3 Data Flow Diagram (DFD)
DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk
menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar sistem,
dimana data disimpan, proses apa yang mengahasilkan data tersebut dan interaksi
antara data yang tersimpan dan proses yang akan dikenakan pada data tersebut.
DFD sering digunkan untuk mengambarkan suatu sistem yang telah ada
atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya
lewat telepon, surat, dan sebagainya). Atau lingkungan fisik dimana data tersebut
akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, tape, disket dan sebaginya).
DFD merupakan alat yang cukup popular saat ini, karena dapat
menggambarkan arus data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih
lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem dengan terstruktur dan jelas.
Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem yang baik.
Beberapa symbol yang akan digunaka di dalam DFD anatara lain
menurut Jogianto adalah sebagai berikut:
1. Kesatuan luar ( External Entity )
Setiap sistem mempunyai batas sistem yang memisahkan suatu system
dengan lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input dan
menghasilkan output kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external
entity) merupakan kesatuan dilingkungan luar sistem dapat berupa orang,
memberikan input atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini
kebanyakan adalah salah satu dariberikut ini:
a. Suatu kantor, departemen atau devisi dalam perusahaan tetapi di luar
sistem yang sedang dikembangkan.
b. Orang atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang
sedang dikembangkan.
c. Suatu organisasi atau orang di luar organisasi.
d. Sistem informasi yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan.
e. Sumber asli dari suatu transaksi.
f. Penerimaan akhir dari suatu laporan yang dihasilkan oleh sistem.
2. Aliran Data (Data Flow)
Aliran data di DFD diberi symbol suatu panah. Aliran data ini
mengalirdiabtara proes (process) , simpan data (data store) dan kesatuan
luar (external entity). Aliran data ini menunjukan aliran dari data yang
dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
3. Proses
Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau
komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk
dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses yang digambarkan secara
umum. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau
simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.
Berkas atau simpanan data merupkan simpanan dari data yang dapat
berupa:
1. Suatu file atau database di sistem computer.
2. Suatu arsip atau catatan manual.
3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang.
4. Suatu tabel acuan manual.
5. Suatu agenda atau buku.
2.3.2.4 Kamus Data
Kamus data dapat mendefinisikan dengan lengkap data yang mengalir
diantara proses, penyimpanan data, dan entitas. Data yang mengalir tersebut dapat
berupa masukan untuk sistem atau hasil dip roses sistem. Kamus data dibuat
berdasarkan arus data yang mengalir pada konteks diagram dan DFD.
2.3.3 Perangkat Lunak pendukung
Berisi tentang teori singkat mengenai software pembangun sistem yang
dipergunakan.
2.3.3.1 Delphi 7.0
Delphi adalah compiler (penterjemah) bahasa Delphi (awalnya dari
pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan basic, C. Bahasa
pemrograman di Delphi disebut bahasa procedural yaitu bahasa atau sintaknya
komponen – komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa
gambar – gambar.
Delphi memiliki sarana untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana
untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani
pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan – kelebihan yang dimiliki Delphi
antara lain karena pada Delphi, form dan komponen – komponennya dapat
dipakai ulang dan dikembangkan, tersedia template aplikasi dan template form,
memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan,
menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan
mengakses data dari bermacam – macam format.
Delphi menggunakan bahasa objek pascal didalam lingkungan
pemrograman visual. Kombinasi ini menghasilkan sebuah lingkungan
pengembangan aplikasi yang berorientasi objek (Object Oriented Programming).
Dengan konsep seperti ini, maka pembuatan aplikasi menggunakan Delphi dapat
dilakukan dengan cepat dan menghasilkan aplikasi yang tangguh. Form dan
komponen yang ada didalamnya, misalnya, dapat disimpan dalam suatu paket
komponen yang dapat digunakan kembali, atau dimodifikasi seperlunya saja.
Khususnya untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object
yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrograman
dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang
diinginkan. Selain itu, Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format
database, misalnya format MS.Access, Oracle, Foxro, Informix dan lain – lain.
Keunggulan yang dimiliki oleh Borland Delphi yaitu :
1. Memiliki banyak fitur
2. Dapat merancang dan membuat tampilan aplikasi yang bagus
3. Mudah dalam penulisan coding
4. Kompatible dengan berbagai macam jenis database
2.3.3.2 My SQL
MySQL adalah Relational Database Management System (RDMS) yang
didistribusikan secara gratis disebuah lisensi GPL (General Public License).
Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh
dijadikan produk turunan yang bersifat close source atau komersial. MySQL
sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak
lama, SQL (Structured Query Language) adalah sebuah konsep pengoperasian
database, terutama untuk pemilihan (seleksi) dan pemasukan data yang
memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.
Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dengan cara kerja
optimizernya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh
user maupun program-program aplikasinya sebagai database server lainnya dalam
query data. MySQL adalah satu dari sekian banyak sistem database yang
merupakan solusi tepat dalam aplikasi database.
Menurut ANSI (American National Standards Institute), bahasa ini
Pernyataan-pernyataan SQL digunakan untuk melakukan beberapa tugas seperti :
update data pada database, atau menampilkan data dari database. Beberapa
software RDBMS dapat menggunakan SQL, seperti : Oracle, Sybase, Microsoft
Access, Ingres, dsb. Setiap software database mempunyai bahasa perintah /
sintaks yang berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai arti dan fungsi yang
38
Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai analisa masalah yang ada
pada bagian sertifikasi benih untuk mempermudahkan mengetahui kelemahan
sistem informasi yang sedang berjalan. Setelah itu akan dibahas mengenai
perancangan sistem yang akan dibangun sebagai usulan sistem baru untuk
memperbaiki sistem yang sudah ada sekaligus untuk memenuhi permintaan dari
pihak UPTD BPBPT.
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,
kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Sebagai analisi sistem yang sedang berjalan, akan dibahas bagaimana
prosedur dan aliran dokumen yang sedang berjalan yang digambarkan dalam
bentuk flowmap, pengkodean dan analisi sistem non fungsional yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan, serta analisis user yang terlibat.
3.1.1 Analisis Masalah
Analisis masalah merupakan sebuah asumsi dari masalah yang akan diuraikan
dalam prosedur-prosedur pengolahan data pada program Sistem Pendukung Keputusan
kriteria benih atau bibit.
2. Bagaimana menentukan keputusan yang tepat dalam melakukan sertifikasi.
3. Kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses pengolahan data hasil
pemeriksaan lapangan
3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan
Setelah diadakan pengamatan sistem yang sedang berjalan, diperoleh empat
prosedur sebagai prosedur sistem manual yang sedang berjalan di UPTD BPBPT,
diantaranya yaitu :
1. Prosedur Permohonan Sertifikasi
Prosedur permohonan sertifikasi ini merupakan proses dimana terjadinya
pengajuan surat permohonan. Prosedur dari permohonan sertifikasi ini
melibatkan 5 entitas yaitu Petani, Petugas Tata Usaha, Kepala Balai, Kepala
Seksi Sertifikasi dan petugas Pengawas benih Tanaman (PBT).
a. Petani mengajukan surat permohonan beserta Syarat umum dan Syarat
Teknis. Persyaratan umum itu sendiri adalah:
- Memiliki TRUP (Tanda Registrasi Usaha Perkebunan)
- Menyertakan faktur pembelian asal benih
- Memiliki lahan yang dikuasai untuk memperoduksi benih
- Tersedia fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih.
- Memiliki SDM yang menguasai/memiliki kemampuan teknis perbenihan
tanaman
Persyaratan teknis itu sendiri adalah:
- Benih yang diproduksi adalah benih bina.
- Benih yang digunakan selain benih bina, benih itu harus berasal dari benih
yang lebih tinggi tingkatannya (unggul lokal)
b. Petugas administrasi menerima surat permohonan dan syarat umum serta
Syarat Teknis. Petugas Tata Usaha memeriksa syarat umum Syarat Teknis,
proses sertifikasi benih/bibit.
c. Kepala balai menerima surat permohonan dari petugas Tata Usaha, dan
memberikan kartu disposisi kepada kepala seksi Sertifikasi untuk dikaji
kembali dan melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan atau
pengujian lapangan .
d. Kepala seksi menerima surat permohonan beserta kartu disposisi dari kepala
balai, kepala seksi melakukan pengakajian surat permohonan, setelah itu
melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan lapangan. Surat
permohonan serta kartu disposisi dikembalikan ke petugas administrasi
sedangkan jadwal yang telah dibuat dijadikan acuan untuk pembuatan surat
tugas pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan untuk petugas PBT.
Setelah pembuatan surat tugas, jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian
lapangan diberikan ke petugas Tata Usaha, yang akan dijadikan sebagai acuan
untuk konfirmasi jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan.
e. Surat tugas diberikan kepada petugas (Petugas Benih Tanaman).
f. Surat permohonan dan kartu disposisi yang telah diberikan oleh kepala seksi
selanjutnya diarsipkan.
g. Jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan digandakan untuk
diberikan kepada petani sebagai konfirmasi pelaksanaan jadwal pelaksanaan
pemeriksaan/pengujian lapangan, sedangkan yang asli diarsipkan.
!
" #
Prosedur Pemeriksaan lapangan dilakukan terhadap benih yang akan diuji
dengan Proses pengujian sebagai berikut:
a. Petugas datang ke lapangan dengan membawa surat tugas, petugas
memberikan surat tugas kepada petani untuk diperiksa, apabila sesuai maka
pemeriksaan/pengujian benih akan dilakukan , jika tidak sesuai maka
Petugas akan kembali lagi ke Balai untuk memeriksa Surat Tugas yang
sesuai.
b. Petugas melakukan Pemeriksaan Administrasi yaitu pemeriksaan ada
tidaknya dokumen/surat asal usul Benih seperti Surat Keterangan Genetis,
Faktur pembelian, dan Sebagainya.
c. Petugas melakukan pemeriksaan keragaan terhadap bibit yang normal
sesuai dengan Standar Operasional Pemeriksaan (SOP) yang telah
ditentukan yaitu mengukur tinggi bibit, menghitung jumlah daun, melihat
warna daun, mengukur daun, mengukur diameter batang dan memeriksa
kesehatan bibit.
d. Setelah pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis selesai, maka
hasil yang didapat dicatat kedalam formulir pemeriksaan lapangan
bibit/benih.
e. Petugas menandatangani formulir pemeriksaan lapangan
f. Petani menandatangani formulir pemeriksaan lapangan
)
+
+
, $ *
-+
,
* %
Prosedur perhitungan data benih/bibit dilakukan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pemeriksaan dilapangan, adapun proses perhitungan itu sendiri
adalah sebagai berikut:
a. Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dari lapangan selanjutnya
dilakukan penghitungan jumlah total benih yang oleh petugas dengan cara
manual menggunakan kalkulator.
b. Petugas melakukan penghitungan rata-rata dari seluruh data keragaan bibit
atau benih
c. Petugas melakukan pencatatan data dari hasil perhitungan
d. Data hasil perhitungan yang diperoleh akan menghasilkan sebuah
keputusan dari hasil pemeriksaan di lapangan
e. Data hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dimasukan ke dalam
Microsoft Office Excel
Prosuder Pembuatan dan penyerahan Sertifikat dilakukan setelah perhitungan
data hasil pemeriksaan lapangan dilakukan, setelah mendapat hasil dari
pemeriksaan lapangan selanjutnya petugas membuat sertifikat mutu benih
untuk benih kualitas bina, Proses pembuatan dan penyerahan itu sendiri adalah
sebagai berikut:
1. Data yang didapat dari hasil perhitungan hasil pemeriksaan lapangan
selanjutnya akan menjadi acuan untuk pembuatan Sertifikat.
2. Setelah Sertifikat dibuat selanjutnya ditanda tangan oleh kepala seksi
Sertifikasi.
3. Setelah ditanda tangan oleh Seksi Sertifikasi sertifikat selanjutnya ditanda
tangan oleh kepala balai.
4. Sertifikat Selanjutnya di serahkan kembali kepada Petugas PBT, kemudian
Sertifikat diserahkan kepada Petani selaku Pemohon sertifikasi.
Pada bagian ini akan dibahas tentang system pengkodean yang ada di UPTD
BPBPT Bandung, yang terdiri dari No Induk Pegawai (NIP) , pengkodean Benih/Bibit.
1. Pengkodean Petugas
Pengkodean Petugas di BPBTP ini terdiri dari delapan belas digit yaitu:
Format :
Contohnya : 1980.28.08.2007.02.1.007, menerangkan bahwa nhpegawai
tersebut lahir pada tahun 1980 tanggal 28 bulan agustus (08), tahun
pengangkatan pada tahun 2007 bulan pengangkatan februari (02), berjenis
Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu
hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara
subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan
variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk
menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi
hasil pada sistem tersebut.
Prosedur AHP
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi:
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Penilaian Kriteria dan alternativ.
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala