• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan Pada balai Pengembangan Benih Tanaman Perkembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan Pada balai Pengembangan Benih Tanaman Perkembangan"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

KAHFI GUMELAR

10104272

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iii

Alhamdulillah, Puji dan syukur milik Allah SWT dan Rasullnya Muhammad SAW yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir

yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Pada Balai

Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan“ dapat selesai tepat pada

waktunya.

Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pada program

Strata 1 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika

di Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini

masih jauh dari sempurna baik dalam isi, program maupun penulisan dan tata

bahasa yang dipergunakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada :

1. Ibu Tati Harihayati M., S.T., M.T., selaku sebagai Dosen wali dan sebagai

reviewer yang telah memberikan waktu dan kesempatan, serta bantuan

kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

2. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

Informatika dan sebagai reviewer yang telah meluangkan waktu,

terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan serta bantuan dalam

(3)

iv

4. Seluruh Staff sekretariat Jurusan Teknik Informatika.

5. Bapak Anton Nurcholis, SP. selaku pembimbing pada saat melakukan

penelitian di Balai Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan

Bandung.

6. Ibu dan Ayahku tercinta yang telah memberikan dukungan serta kasih

sayang, perhatian dan doa-doa nya yang begitu besar sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini sekaligus menyelesaikan

pendidikan Program Sarjana yang di tempuh selama ini.

7. Adik-adikku Fikriyah Rahyuni dan Rachmi Poetri mauludi, terimakasih

atas dukungan dan bantuan doanya, sehingga membuat hati kakakmu ini

tenang dan selalu terhibur berkat ada kalian.

8. Belahan Jiwaku Nopi Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan

doanya setiap saat, yang telah begitu sabarnya membantu dan memberikan

semua yang bisa diberikan demi menyelesaikan tugas akhir ini. I Love U

9. Sahabatku Diki Wibisana terima kasih atas do’a dan bantuannya, yang

telah membantu sepenuh hati tanpa ada kata lelah sedikitpun,

10.Seluruh saudara seperjuanganku di IF yang berjuang bersama dalam tugas

akhir ini. Ari thanks ri sudah jadi bahan ledekan kita (piss)....Mass Very

thanks for sharing everything....Yogi nyebelin tapi bisa diandalkan

(4)

v

mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari juga bahwa pada Laporan Tugas Akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan, baik dalam cara penyajian laporan maupun kelengkapan

data. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca akan sangat penulis hargai dan

harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga hasil Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi kita semua, khususnya bagi yang membacanya. Amien.

Bandung, Mei 2010

(5)

v

1.1 Latar Belakang…………..…………..……… 1.2 Identifikasi Masalah…...……….. 1.3 Maksud dan Tujuan………..……….…

1.4 Batasan Masalah….………

1.5 Metode Penelitian……….………..……… 1.6 Sistematika Penulisan...……...….……….… BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…

2. 1. Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat...…….. 2. 1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP... 2. 1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP... 2. 1.3 Asset... 2. 1.4 Sumber Daya Manusia... 2. 2. Landasan Teori………...

2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan...……….. 2.2.1.1 Metode Keputusan...

2.2.1.2 Tahapan Pemodelan... 2.2.1.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Maejemuk... 2.2.1.3 Penentuan Kriteria...

(6)

vi

2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP... 2.3 Basis Data...

2.3.1 Pengertian Basis Data... 2.3.1.1 Definisi Basis Data... 2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data... 2.3.1.3 Bahasa Basis Data... 2.3.2 Pemodelan Sistem... 2.3.2.1 Diagram Konteks... 2.3.2.2 Entity Relation Diagram... 2.3.2.3 Data Flow Diagram... 2.3.2.4 Kamus Data... 2.3.3 Peraangkat Lunak Pendukung... ... 2.3.3.1 Delphi 7.0...

2.3.3.2 My SQL... BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN...

3.1 Analisis Sistem... 3.1.1 Analisis Masalah... 3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang sedang Berjalan... 3.1.3 Analisis Pengkodean... 3.1.4 Analisis Metode AHP... 3.1.5 Analisis Kebutuhan Non Fungsional...

3.1.5.1 Analisis Pengguna / User... 3.1.5.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras... 3.1.5.3 Analisis Perangkat Lunak... 3.1.6 Analisis Basis Data... 3.1.7 Analisis Kebutuhan Fungsional... 3.1.7.1 Diagram Konteks...

(7)

vii

3.2.1 Skema Relasi... 3.2.2 Struktur Tabel... 3.2.3 Perancangan Pengkodean... 3.2.4 Perancangan Menu... 3.2.2.1 Perancangan Antar Muka... 3.2.2.3 Perancangan Konfirmasi... 3.2.2.4 Jaringan Semantik... 3.2.2.5 Perancangan Prosedural dengan Menggunakan

Flowchart... BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM...

4.1 Implementasi... 4.1.1 Implementasi Perangkat Keras... 4.1.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 4.1.3 Implementasi Data... 4.1.4 Implementasi Form... 4.1.5 Implementasi Antar Muka... 4.2 Pengujian Sistem... 4.2.1 Rencana Pengujian... 4.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian Alpha... 4.3 Pengujian Beta...

4.3.1 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(8)

Gambar 1.1 Model Sekuensial Linear (Waterfall)...6

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP...11

Gambar 2.2 Tahapan pemodelan sistem...14

Gambar 2.3 Struktur Hierarki AHP...22

Gambar 3.1 Flowmap permohonan...41

Gambar 3.2 Flowmap Permohonan (lanjutan)...42

Gambar 3.3 Flowmap Pemeriksaan Administrasi...44

Gambar 3.4 Flowmap Pemeriksaan Lapangan...45

Gambar 3.5 Flowmap Pengolahan Data Benih...47

Gambar 3.6 Flowmap Pengesahan Sertifikat...49

Gambar 3.7 Contoh Hierarki untuk memutuskan Sertifikasi Benih...57

Gambar 3.8 Entity Relationship Diagram sistem pendukung keputusan sertifikasi di UPTD BPBPT...67

Gambar 3.9 Diagram Konteks Aplikasi Pendukung Keputusan Sertifikasi...68

Gambar 3.10 DFD Level 0 Pada Aplikasi Sistem Pendukung keputusan Sertifikasi Benih...69

Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses pengolahan Data Master...70

Gambar 3.12 DFD Level 1 Proses 2.1 Pengolahan Data Benih...71

Gambar 3.13 DFD Level 1 Proses 2.2 Pengolahan Data Varietas...71

Gambar 3.14 DFD Level 1 Proses 2.3 Pengolahan Data Petani...72

Gambar 3.15 DFD Level 1 Proses 2.4 Pengolahan Data Kriteria...72

Gambar 3.16 DFD Level 1 Proses 2.5 Pengolahan Data User...73

Gambar 3.17 DFD Level 1 Proses 2.6 Pengolahan Data petugas...73

Gambar 3.18 DFD Level 3 Proses pengolahan Sertifikasi...74

(9)

tanaman Perkebunan...96

Gambar 3.23 Perancangan Form Login...97

Gambar 3.24 Perancangan Menu Utama...98

Gambar 3.25 Perancangan Tambah Data Benih...98

Gambar 3.26 Perancangan tambah Data Varietas...99

Gambar 3.27 Perancangan tambah Data Kriteria...99

Gambar 3.28 Perancangan tambah User...100

Gambar 3.29 Perancangan tambah Petugas ...100

Gambar 3.30 Perancangan data Pengajuan...101

Gambar 3.31 Perancangan data pemeriksaan...101

Gambar 3.32 Perancangan data perhitungan Bobot...102

Gambar 3.33 Konfirmasi Login Di Tolak...102

Gambar 3.34 Konfirmasi Data Yang Di masukan Belum Lengkap...103

Gambar 3.35 Konfirmasi Data yang akan diubah...103

Gambar 3.36 Konfirmasi NIP dan nama sudah ada...103

Gambar 3.37 Konfirmasi Data kriteria telah selesai ditambahkan...103

Gambar 3.38 Konfirmasi data Kriteria telah selesai ditambah...103

Gambar 3.39 Konfirmasi Data kriteria benih yang akan diubah...104

Gambar 3.40 Konfirmasi tambah data pengajuan...104

Gambar 3.41 Konfirmasi proses pemeriksaan...104

Gambar 3.42 Konfirmasi proses pemeriksaan telah selesai...104

Gambar 3.43 Konfirmasi proses perhitungan Bobot...104

Gambar 3.44 Jaringan Semantik...105

(10)

Gambar 3.49 Perancangan Prosedural Flowchart Cari Data...108

Gambar 4.1 Menu login...115

Gambar 4.2 Menu Utama...116

Gambar 4.3 Pengolahan data Benih...116

Gambar 4.4 Pengolahan Tambah Data Benih...117

Gambar 4.5 Pengelohan data kriteria...117

Gambar 4.6 Pengolahan Tambah Data Kriteria...118

Gambar 4.7 Pengolahan Tambah Tahun...118

Gambar 4.8 Pengolahan Varietas...119

Gambar 4.9 Tambah Data varietas...119

Gambar 4.10 Pengolahan Petani...120

Gambar 4.11 Pengolahan data User...120

Gambar 4.12 Pengolahan Data Petugas...121

Gambar 4.13 Pengolahan data pengajuan...121

Gambar 4.14 Pengolahan Data Pemeriksaan...122

Gambar 4.15 Pengolahan Pemeriksaan Kriteria...122

Gambar 4.16 Perhitungan Bobot...123

Gambar 4.17 History hasil Penilaian...123

(11)

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom...23

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris...23

Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen Matriks...24

Tabel 2.5 Penjumlahan Baris setelah Perkalian...24

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index...26

Tabel 2.7 Perhitungan Vi...27

Tabel 3.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan...52

Tabel 3.2 Contoh Matriks Perbandingan Kriteria pada benih jenis tanaman Kopi...53

Tabel 3.3 Contoh menjumlahkan Nilai perbandingan dengan jumlah kolom ( kolom)...55

Tabel 3.4 Contoh Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom)...55

Tabel 3.5 Contoh Penjumlahan dan pembagian baris untuk mendapatkan TPV Kriteria Sertifikasi ( baris/n)...56

Tabel 3.6 Total Periority Value (TPV) kriteria...57

Tabel 3.7 Matriks perbandingan Subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.8 kolom Subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.9 baris / n subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.10 TPV Subkriteria Keterangan Genetis...59

Tabel 3.11 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Keterangan Genetis dan Penjumlahan setiap baris...59

Tabel 3.12 Matriks perbandingan Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60

Tabel 3.13 kolom Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60

Tabel 3.14 baris / n subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60

(12)

Tabel 3.18 kolom Subkriteria Umur...62

Tabel 3.19 baris / n subkriteria Umur...62

Tabel 3.20 TPV Subkriteria Umur...62

Tabel 3.21 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Umur dan Penjumlahan setiap baris...63

Tabel 3.22 Spesifikasi Proses Pengambilan Keputusan Pada sertifikasi Benih...76

Tabel 3.23 Kamus Data...84

Tabel 3.24 Tabel Benih...91

Tabel 3.25 Tabel Varietas...91

Tabel 3.26 Tabel Kriteria...91

Tabel 3.27 Tabel Petani...92

Tabel 3.28 Tabel Standar Nilai...92

Tabel 3.29 Tabel Petugas...93

Tabel 3.30 Tabel User...93

Tabel 3.31 Tabel Tahun...93

Tabel 3.32 Tabel Pengajuan...94

Tabel 3.33 Tabel Pemeriksaan...94

Tabel 3.34 Tabel Perhitungan Bobot...95

Tabel 4.1 Tabel Implementasi Form...114

Tabel 4.2 Rencana Pengujian Sistem...125

Tabel 4.3 Pengujian Login User...126

Tabel 4.4 Pengujian Pengolahan Data User...126

Tabel 4.5 Pengujian Pengolahan Petani...127

(13)
(14)

xvii

Menunjukan dokumen sebagai masukan/ keluaran baik secara manual/melaui kompuiter

Proses Manual

menunjukan proses yang dikerjakan secara manual

Operasi Komputerisasi Menunjukan proses yang dikerjakan oleh komputer

Manual Input

Menunjukan operasi input secara manual melalui keyboard

Magnetic Disk Menunjukan penyimpanan data dalam hardisk

Penyimpanan Dokumen

Digunakan untuk penyimpanan data sebagai arsip secara manual

Penghubung / Konektor

Digunakan sebagai penghubung ke dalam halaman berbeda

(15)

xviii

menjadi hanya satu keluaran ataupun sebaliknya

Terminator

Mewakilii entitas luar dimana sistem berkomunikasi

Penyimpanan

Untuk memodelkan kumpulan data/paket data

Aliran

Menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari suatu bagian lain dari sistem dimana sistem penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data 2

3

4

5

storage

Menunjukan penyimpanan data dalam sebuah database

(16)

xix

Lampiran A Tampilan Antar Muka... A-1

Lampiran B Listing Program... B-1

Lampiran C Hasil Kuesioner………. C-1

Lampiran D Dokumen Manual Sistem Lama...………..……….. D-1

(17)

142

[1] Abdul Kadir, 2004, Dasar Aplikasi Database MySql Delphi, Andi,

Yogyakarta.

[2] Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc., 2004, Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

[4] Jogianto H M, 1999, Pengenalan Komputer , Andi, Yogyakarta.

[5] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika,

Bandung.

[6] Panduan Praktis PEMROGRAMAN Borland Delphi 7.0, Andi, Yogyakarta.

[7] Pressman, Roger S., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi

(Buku I), Andi, Yogyakarta.

[8] Al-Bahra, Lajamudin, 2005, Analisis Dan Desain Sistem Informasi, Graha

(18)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan

pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan

nasional,Unit PelaksanaTeknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Benih

Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem

pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian

fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.

UPTD BPBTP melaksanakan tugas subsistem pengendalian mutu benih

(sertifikasi dan pengawasan mutu benih) tanaman perkebunan dalam rangka

mengoptimalkan penggunaan benih bermutu. Sertifikasi benih adalah pemberian

sertifikat benih tanaman setelah melalui proses pemeriksaan, pengujian dan

pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan dan sesuai standar mutu

yang ditetapkan. Tujuan dalam sertifikasi benih itu sendiri adalah menjaga

kemurnian varietas, memelihara mutu benih, memberi jaminan kepada pengguna

dan memberikan legalitas kepada produsen benih.

Masalah yang dihadapi UPTD BPBTP dalam proses sertifikasi adalah

masih kurang akurat dalam mekanisme perhitungan nilai yang telah diambil dari

masing-masing Kriteriabenih atau bibit, serta bagaimana mengambil keputusan

(19)

proses sertifikasi yaitu kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses

pengolahan data yang telah didapat dari hasil pemeriksaan lapangan.

Kesalahan dalam melakukan sertifikasi benih atau bibit akan berdampak

negatif dalam menjaga kemurnian varietas dan berdampak negatif juga dalam

meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman perkebunan. Oleh karena

itu di perlukan metode yang dapat membantu dalam menentukan keputusan dalam

proses sertifikasi benih atau. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya

kriteria, maka metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) merupakan metode yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangannya,

AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan

banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model alternatif untuk

menyelesaikan bermacam-macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis

manfaat biaya, peramalan dan lain-lain.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh UPTD BPBPT adalah

bagaimana mengambil keputusan yang tepat dalam proses sertifikasi benih.

Dengan ini penulis akan mencoba mengembangkan proses pendukung keputusan,

dengan cara membuat perangkat lunak dengan judul “Sistem Pendukung

Keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan. Menggunakan metode

(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diindentifikasikan

oleh penulis adalah bagaimana membangun sebuah Sistem Pendukung Keputusan

Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan dengan menggunakan metode AHP pada

studi kasus di UPTD BPBTP Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk membangun sebuah

sistem pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan di UPTD Balai

Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan pada studi kasus di UPTD BPBTP

Bandung.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mempermudah pegawai BPBTP bagian sertifikasi dalam

membuat keputusan untuk benih (bibit) yang diperiksa layak atau tidak

mendapatkan sertifikat.

2. Untuk menimalisir kesalahan dalam melakukan proses sertifikasi sehingga

menghasilkan informasi yang lebih akurat.

3. Mengahemat waktu dalam melakukan proses sertifikasi.

4. Menghasilkan sertifikat yang sesuai dengan standar sertifikasi yang telah

(21)

1.4 Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas akan sangat luas, untuk itu

diperlukan batasan masalah sebagai berikut :

1. Sistem pendukung Keputusan yang dibuat ditujukan untuk bagian

sertifikasi Benih dan bibit.

2. Sistem pendukung keputusan untuk sertifikasi ini mengunakan metode

Analytical Hierarchy Proses (AHP)

3. Sistem Pendukung Keputusan untuk sertifikasi ini dirancang untuk

Dinamis.

4. Dalam menggunakan Metode AHP ini, kriteria maksimal sampai lima

belas kriteria.

5. Proses yang terdapat dalam aplikasi sistem pendukung keputusan ini

adalah pengolahan data hasil pemeriksaan lapangan dan pengolahan data

perhitungan nilai-nilai dari kriteria dan subkriteria benih atau bibit.

6. Benih yang akan disertifikasi adalah benih yang telah diperiksa dan

dihitung secara kolektif dari benih yang normal.

7. Keluaran yang dihasilkan apilkasi ini berupa sertifikat yang berdasarkan

hasil pemeriksaan lapangan.

8. Dalam memodelkan data akan digunakan ERD dan model proses akan

(22)

9. Sistem Pendukung Keputusan ini adalah bersifat Stand Alone yang digunakan oleh petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) bagian

sertifikasi.

10.Aplikasi pembangunan datanya menggunakan bahasa pemrograman yang

digunakan adalah Borland Delphi 7.0 dan My SQL.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan untuk membangun aplikasi sistem

Pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan ini menggunakan

metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diperlukan, melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Metodologi yang digunakan dalam tahap mengumpulkan data yang

berkaitan dengan penyusunan laporan dan pembuatan aplikasi adalah sebagai

berikut:

a. Studi Kepustakaan

Tahap ini digunakan untuk mencari informasi yang berhubungan

dengan permasalahan yang akan dibahas dengan bersumber pada

buku-buku, serta bacaan lain yang kiranya dapat membantu dapat menyelesaikan

(23)

b. Studi Lapangan

b1. Observasi.

Observasi yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui

pengamatan secara langsung di UPTD BPBTP.

b2. Interview.

Tahap ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara komunikasi

langsung dengan pihak terkait yaitu petugas Pengawas Benih Tanaman

(PBT) yang mengetahui seluk beluk tentang sertifikasi benih dan bibit.

2. Tahap pembuatan perangkat lunak.

Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan model

waterfall. Seperti terdapat pada gambar 1.1.

Umpan Balik

Gambar 1.1 Model Waterfall

(24)

1. Rekayasa Sistem

Tahap ini merupakan kegiatan pengumpulan data sebagai pendukung

pembangunan sistem serta menentukan ke arah mana aplikasi ini akan

dibangun.

2. Analisis Sistem

Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan

didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh aplikasi yang akan

dibangun. Tahap ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa

menghasilkan desain yang lengkap.

3. Perancangan

Perancangan antar muka dari hasil kebutuhan yang telah selesai

dikumpulkan secara lengkap.

4. Pemograman (Coding)

Hasil perancangan sistem diterjemahkan kedalam kode – kode dengan

menggunakan bahasa pemograman yang sudah ditentukan. Aplikasi yang

dibangun langsung diuji baik secara unit.

5. Pengujian Sistem

Penyatuan unit-unit perogram kemudian diuji secara keseluruhan.

6. Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan akan dilakukan penyesuaian apabila perangkat

lunak mengalami perubahan seperti lingkungan eksternal yang berubah.

Misalnya perangkat keras yang digunakan berubah ataupun system operasi

yang berubah.

7. Umpan Balik

Merupakan respon dari pengguna sistem yang bisa digunakan utuk

mengetahui sejauh mana aplikasi yang dibangun diterima oleh

(25)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penyusunan dibuat dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,

maksud dan tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini dijelaskan tentang teori-teori dasar yang berhubungan

dengan sistem yang dibangun, seperti pengertian akademik,

pengertian sistem informasi, Borland Delphi 7 dan My SQL serta

sekilas tentang profil UPTD BPBTP Prorivinsi Jawa Barat.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menguraikan mengenai analisa dan perancangan sistem yang

mencakup perancangan basis data, diagram ERD, diagram konteks

dan data flow diagram dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini menguraikan mengenai implementasi dan antarmuka sistem

yang telah dirancang serta pengujiannya.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh

(26)

9

2.1 Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat

2.1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP Jawa Barat (Profil BPBTP[1])

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan

pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan

nasional, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Benih

Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem

pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian

fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

keberhasilan pelaksanaan fungsi dinas-dinas daerah Provinsi Jawa Barat, maka

dipandang perlu ada kelembagaan dibawah dinas yaitu Unit Pelaksana Teknis

(UPTD). Berdasarkan hal tersebut maka pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Barat salah satunya dibentuk UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman

Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat yang menangani bidang perbenihan, UPTD ini

merupakan pengukuhan dari instalasi pengawasan dan pengujian mutu

benih(IP2MB) Tanaman Perkebunan yang dibentuk dari UPT pusat yaitu BP2MP

(Direktorat Jenderal Perkebunan) sejalan dengan Pelimpahan kewenangan Pusat

ke daerah (Otonomi Daerah).

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) dibentuk

(27)

tentang perubahan atas peraturan daerah Provinsi Jawa Barat. Dengan lokasi

Kantor dijalan Arcamanik No.106 Sindanglaya Kota Bandung. Dengan Keputusan

Gubernur Nomor 25 Tahun 2003 tentang pembentukan instalasi Unit Pelaksana

Teknis Dinas(UPTD)pada dinas perkebunan Provinsi Jawa Barat, dibentuk 6

instalasi pelayan perbenihan tanaman perkebunan sebagai perpenjangan tangan

dari balai di lintas kabupaten/kota.

2.1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat

Struktur Organisasi UPTD BPBTP berdasarkan Peraturan Faerah No 15 Tahun

2000 Peraturan Daerah No 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan

daerah No 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat dan

keputusan Gubernur No. 57 Tahun 2002 Tentang tugas pokok, Fungsi dan Rincian

tugas pada UPTD dilingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat dapat

(28)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat

2.1.3 Asset

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan Jawa Barat dalam

melaksanakan tugas subsistem Pengendalian Mutu Benih (Sertifikasi dan

Pengawasan Mutu Benih) dan sebagian tugas Subsistem Produksi dan Distribusi

Tanaman Perkebunan dilengkapi dengan Asset yaitu :

1. Kantor Balai : 1 Unit

2. Laboratorium : 2 Unit

3. Rumah Kassa : 2 Unit

4. Kantor Instalasi : 3 Unit

No. 1 s/d 3 berlokasi di Sindanglaya Ujungberung Bandung dan No 4Tersebar di

(29)

belum definitif lokasi kantornya. Selain itu dilengkapi dengan asset berupa 12

kebun dinas yang tersebar di 10 kabupaten yang berfungsi sebagai kebun sumber

benih, kebun percobaan, kebun produksi dan kebun koleksi.

2.1.4 Sumber Daya Manusia

1. Jumlah Personil di Balai Sebanyak 23 Orang yang terdiri dari :

a. Tenaga Struktural :17 Orang

b. Tenaga Fungsional PBT : 2 Orang

c. Tenaga Honorer/TKK : 1 Orang

d. Tenaga Petunggu : 3 Orang

2. Latar Belakang Pendidikan :

a. S2 Agronomi : 1 Orang

b. S2 Manajemen : 1 Orang

c. S1 Agronomi : 4 Orang

d. S1 Sosial Ekonomi Pertanian : 2 Orang

(30)

c. Golongan II : 3 Orang

d. Honorarium : 4 Orang

2.2 Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan menerangkan mengenai teori-teori yang

berhubungan dengan aplikasi sistem pendukung keputusan Sertifikasi Benih di

UPTD BPBTP Jawa Barat baik mengenai sistem pendukung keputusan, database

dan aplikasi membangun aplikasi.

2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Seperti yang dijelaskan diatas, sistem didefinisikan sebagai kumpulan

objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan

tertentu. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen-elemen

keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan

dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan

yang dihadapi.

2.2.1.1 Metode Keputusan

Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model

didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani

[2]).

2.2.1.2 Tahapan Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau

membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata

(31)

dan dibaca oleh pemodelan dan bentuk citra atau gambaran tertentu dalam

pikirannya.

Pemodelan dilakukan dalam beberapa tahapan seprti yang ditujukan oleh

gambar 2.2 tahapan ini menjadi arah bagi pemodelan untuk membuat model yang

memiliki karate dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan,

berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan

asumsi.

Gambar 2.2 Tahapan Pemodelan Sistem

Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen

pada suatu sistem yang benar-benar menentukan prilaku sistem untuk suatu

persoalan yang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap

memperhatikan validitasnya dan asumsinya.

(32)

Pengambilan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani

adalah sebagai berikut:

Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife

dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain

terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa

kepentingan kelompok”.

Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model

untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk satu keputusan tergantung

pada saat pemilihan kriteria satu analisis. Pada saat pembuatan kriteria,

pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk

kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu ada fakor yang tidak

dapat dikuantufikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan hal ini

dapat mengakibatkan kriteria tersebut, karena kriteria yang kemungkinan sangat

penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor-faktor sosial (seperti

gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor-faktor politis, serta kelayakan

pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah

pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.

2.2.1.4 Penentuan Kriteria

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap

persoalan pengambilan keputusan adalah sebagi berikut menurut Ramdhani :

(33)

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam

persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat

menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.

2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional

ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus

mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat

benar-benar menghayat implikasinya terhadapalternatif yang ada. Selain itu, jika

tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana

untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan

sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang

berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria

yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih

mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan

maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan

bai,lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis

(34)

2.2.2 JenisMetode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Menurut Saaty [4] ada beberapa metode standar yang umum digunakan

untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility

Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique

(SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994), dan Analytical Hierarchy Process

(AHP) (saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria

majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks

seperti Analytic Network Process (ANP).

Penelitian ini mengambila basis metode AHP sebagai metode untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pemilihan penjurusan.

2.2.2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty [4] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan

salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor-faktor logika, intuisi,

pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam

suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas

L. Saaty, seorang ahli matematika Unversity Of Pittsburgh di Amerika Serikat,

pada awal tahun 1980-an.

AHP yang dikembangkan oleh saaty ini memecahkan yang kompleks

dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini

desebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas,

ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia dan

(35)

masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi

variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numerik (kuantitatif),

namaun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi.

Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainya ikut

dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan

AHP, khususnya dalam memahami para keputusan individual pada saat proses

penerapan pendekatan ini.

Peralatan utama pada model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model

AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat empat

aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP yaitu:

1. Reciprocal Comparison adalah pengambilan keputusan harus dapat

membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut

harus memenuhi syarat reciprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B

dengan sekala x, maka B lebih disukai daripada A dengan sekala 1/x.

2. Homogeneity adalah preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam

sekala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemenya dapat dibandingkan

satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen

yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster

(kelompok elemen) yang baru.

3. Independence adalah preferensi dinyatakan dengan mengamsusikan

bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatife-alternatif yang ada

(36)

ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan

antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh

elemen-elemen pada tingkat diatasnya.

4. Expectation adalah untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka

pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang

tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak

lengkap.

Selanjutnya Saaty menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)

menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan

efektif atau isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses

pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci

suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu

komponen-komponennya. Artinya dengan mengunkan metode AHP kita dapat memecahkan

suatu masalah dalam membuat suatu keputusan.

2.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang

keidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingan dengan pengambilan keputusan

kriteria majemuk lainmya adalah:

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

(37)

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkosistensi berbagai

kriteria dan alternatife yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan

keputusan dan akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif maupun

kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil lebih konsisten

dibandingkan dengan metode-metode lainnya.

6. Metode pengambilan keputusan AHP memilki sistem yang mudah

dipahami dan digunakan.

Kelemahan-kelemahan penggunaan metode AHP yaitu:

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuaan yang cukup

dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri.

2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandangyang

sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui

inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan

keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty

menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan

(38)

Tabel 2.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan

Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting dari pada

elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian

sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit

lebih cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian

sangat kuat menyokong satu

elemen dibandingkan atas

elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih

penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting

dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain

memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin

menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

perbandingan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks

yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta

menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi

nilai numerik serta subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relative

(39)

dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan

berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut. (Marimin, 2004).

2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP

Untuk mendukung pengambilan keputusan yang akan dibuat ini,maka

digunakan perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap-tahap dalam

proses perhitungan bobot antara lain:

a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu

kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti

gambar dibawah ini :

Goal

Objectives

Sub-Objectives

Alternatives

(40)

b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara:

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada

tabel 2.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap

elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya.

Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari

narasaumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian

Sertifikasi dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria

dibandingkan kriteria lainnya.

2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria

dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom

K1 K2 … Kn

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris

(41)

Keterangan :

K = Kriteria

n = Banyaknya Kriteria

TPV = Total Priority Value

Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria.

c. Memeriksa konsitensimatriks perbandingan suatu kriteria.

Adapun langkah-langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai

berikut:

1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TVP dikalikan dengan nilai-nilai

elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk

desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri-entri pada setiap

baris, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :

Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen matriks

K TPV K1 TPV K2 TPV Kn

2. Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian

K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn baris

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… barisk1

K2 … +… … +… …

K3 … +… … +… …

(42)

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… bariskn

3. Kemudian mencari maks, pertama-tama mencari nilai rata-rata setiap

kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no. 2 diatas

yaitu baris dibagi dengan TVP dari setiap kriteria.

baris K1 TPV K1 maks K1

… ÷ … = …

baris Kn TPV Kn maks Kn

Kemudian akan diperoleh maks dengan cara sebagai berikut :

maks = maks K1 + … + … + maks Kn ÷ n

Keterangan :

maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria

n = jumlah matriks perbandingan suatu kriteria

4. Setelah mendapatkan maks, kemudian mencari Consistency Index ( CI

), yaitu dengan persamaan :

CI = max – n

n – 1

5. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada

(43)

dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil,dapat di

lihat pada tabel 2.6, yaitu dengan persamaan :

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index (RI)

Orde Matrik

6 Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi

0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu

diperbaiki.

7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria.

Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu

subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process

(AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di

bawah ini:

Vi = wj * xij

Dimana:

Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.

Wj = TPV (bobot prioritas)subkriteria yang di dapat dengan menggunakan

metode (AHP).

(44)

i = Alternatif pilihan

j = Subkriteria.

Tabel 2.7 Perhitungan Vi

No Subkriteria wj Alternatif

Pilihan

2.3.1.1 Pengertian Basis Data

Basis data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih

dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat berkumpul, sedangkan data

representasi fakata dunia nyata yang mewakili sauatu objek seperti manusia

(pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang dan sebagainya, yang direkam

dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.

Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang

seperti Fansyah :

1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang

diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali

dengan cepat dan mudah.

2. Kumpulan file / tabel / arsip yang saling berhubungan yang disimpan

(45)

2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data (Database Managemnet System /

DBMS)

Pengolahan basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara

langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) yang khusus /

spesifik. Perangkat lunak inilah ( disebut DBMS) yang akan menentukan

bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia juga

menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara bersama,

keakuratan data dan sebagainya. Jogianto.

Perangkat lunak yang termasuk DBMS seperti dBase III+, dBase IV,

FoxBase, MS-Access, Paradoks, MS-SQLServer, Orecle

Borland-Interbase. Salah satu tujuan DBMS adalah untuk menyediakan fasilitas atau antar

muka ( interfase ) dalam melihat data ( yang lebih ramah / userfriendly ) kepada

pemakai.

2.3.1.3 Bahasa Basis Data (Database Language)

DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk.

Cara berinterkasi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut

diatur dalam suatu bahasa khususnya yang diterapkan oleh perusahaan pembuat

DBMS. Bahasa itu dapat ita sebut sebagai Bahasa Basis Data yang terdiri atas

sejumlah perintah yang diformulasikan dan dapat diberikan user dan dikenali atau

diproses oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi atau pekerjaan tertentu.

Sebuah Bahasa Basis Data ada dua bentuk yaitu:

1. Data Definition Language (DDL)

(46)

Struktur atau skema basis data yang menggambarkan desain basis data

secara keseluruhan dispesifikasikan dengan bahasa khusus yang disebut Data

Definition Language (DDL), dengan bahasa inilah dapat dibuat tabel baru,

membuat indeks, mengubah tabel, menentukan struktur penyimpanan tabel, dan

sebagainya. Yang mana hasil dari kompilasi perintah DDL adalah kumpulan tabel

yang disimpan dalam file khusus yang disebut kamus data ( Data Dictionary ).

Sedangkan Data Manipulation Language (DML) merupakan bentuk

bahasa basis data yang berguna untuk melakukan manipulasi dan pengambilan

data pada suatu basis data. Manipulasi data dapat berupa:

1. Penyisipan atau penambahan data baru dari suatu basis data

2. Penghapusan data dari suatu basis data

3. Pengubahan data dari suatu basis data

Data Manipulation Language (DML) merupakan bahasa yang bertujuna

memudahkan pemakai untuk mengakses data sebagaimana direprentasikan oleh

model data.

2.3.2 Pemodelan Sistem

Pada tingkat teknik, rekayasa perangkat lunak dimulai dengan

serangkaian tugas pemodelan yang membawanya kepada suatu spesifikasi

lengkap dari persyaratan representasi desain yang komprehensif bagi perangkat

lunak yang akan dibangun. Model analisis, yang sebenarnya merupakan

serangkaian model representasi teknis dari sistem. Saat ini ada dua yang

mendominasi landscap pemodelan analisis. Yang pertama analisis terstruktur,

(47)

2.3.2.1 Diagram Konteks

Diagram Konteks adalah diagram tingkat tinggi dari Diagram Alir Data

yang merupakan gambaran global dari sistem informasi yang menggambarkan

aliran-aliran data ke dalam maupun keluar suatu sistem dan merupakan alat yang

digunakan untuk melihat batasan antara sistem dengan eksternal entity.

2.3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

ERD merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang

mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk

memodelkan struktur data dan hubungan antara data, karena hal ini relatife

kompleks. Dengan ERD kita dapat menguji model dengan mengabaikan proses

yang harus dilakukan. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk

menggambarkan struktur yaitu :

1. Entity

Adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai,

sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan

dibuat.

2. Atribut

Entiti mempunyai elemen yang disebut atribut, dan berfungsi

mendeskripsikan karakter entity.

(48)

Relationship sebagaimana halnyaentiti maka dalam hubungan pun harus

dibedakan antara hubungan atau bentuk hubungan anatara entity dengan isi

dari hubungan itu sendiri.

Relasi anatar dua file atau dua tabel dapat dikatagorikan menjadi tiga

macam, yaitu:

1. One to One Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak

entitas pada entitas B, dan begitu juga sebaliknya setiap entitas pada

himpunan entitas B berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada

himpunan entitas A.

2. One to Many Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak

entitas pada satu himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya setiap entitas

pada himpunan entitas B nerhubungan paling banayk dengan satu entitas

pada himpunan entitas A.

3. Manu yo Many Relationship

Yag berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak

entitas pada satu himpunan entitas B dan begitu juaga sebaliknya setiap

entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada

(49)

2.3.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk

menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar sistem,

dimana data disimpan, proses apa yang mengahasilkan data tersebut dan interaksi

antara data yang tersimpan dan proses yang akan dikenakan pada data tersebut.

DFD sering digunkan untuk mengambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya

lewat telepon, surat, dan sebagainya). Atau lingkungan fisik dimana data tersebut

akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, tape, disket dan sebaginya).

DFD merupakan alat yang cukup popular saat ini, karena dapat

menggambarkan arus data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih

lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem dengan terstruktur dan jelas.

Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem yang baik.

Beberapa symbol yang akan digunaka di dalam DFD anatara lain

menurut Jogianto adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan luar ( External Entity )

Setiap sistem mempunyai batas sistem yang memisahkan suatu system

dengan lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input dan

menghasilkan output kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external

entity) merupakan kesatuan dilingkungan luar sistem dapat berupa orang,

(50)

memberikan input atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini

kebanyakan adalah salah satu dariberikut ini:

a. Suatu kantor, departemen atau devisi dalam perusahaan tetapi di luar

sistem yang sedang dikembangkan.

b. Orang atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang

sedang dikembangkan.

c. Suatu organisasi atau orang di luar organisasi.

d. Sistem informasi yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan.

e. Sumber asli dari suatu transaksi.

f. Penerimaan akhir dari suatu laporan yang dihasilkan oleh sistem.

2. Aliran Data (Data Flow)

Aliran data di DFD diberi symbol suatu panah. Aliran data ini

mengalirdiabtara proes (process) , simpan data (data store) dan kesatuan

luar (external entity). Aliran data ini menunjukan aliran dari data yang

dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.

3. Proses

Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau

komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk

dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses yang digambarkan secara

umum. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau

simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.

(51)

Berkas atau simpanan data merupkan simpanan dari data yang dapat

berupa:

1. Suatu file atau database di sistem computer.

2. Suatu arsip atau catatan manual.

3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang.

4. Suatu tabel acuan manual.

5. Suatu agenda atau buku.

2.3.2.4 Kamus Data

Kamus data dapat mendefinisikan dengan lengkap data yang mengalir

diantara proses, penyimpanan data, dan entitas. Data yang mengalir tersebut dapat

berupa masukan untuk sistem atau hasil dip roses sistem. Kamus data dibuat

berdasarkan arus data yang mengalir pada konteks diagram dan DFD.

2.3.3 Perangkat Lunak pendukung

Berisi tentang teori singkat mengenai software pembangun sistem yang

dipergunakan.

2.3.3.1 Delphi 7.0

Delphi adalah compiler (penterjemah) bahasa Delphi (awalnya dari

pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan basic, C. Bahasa

pemrograman di Delphi disebut bahasa procedural yaitu bahasa atau sintaknya

(52)

komponen – komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa

gambar – gambar.

Delphi memiliki sarana untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana

untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani

pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan – kelebihan yang dimiliki Delphi

antara lain karena pada Delphi, form dan komponen – komponennya dapat

dipakai ulang dan dikembangkan, tersedia template aplikasi dan template form,

memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan,

menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan

mengakses data dari bermacam – macam format.

Delphi menggunakan bahasa objek pascal didalam lingkungan

pemrograman visual. Kombinasi ini menghasilkan sebuah lingkungan

pengembangan aplikasi yang berorientasi objek (Object Oriented Programming).

Dengan konsep seperti ini, maka pembuatan aplikasi menggunakan Delphi dapat

dilakukan dengan cepat dan menghasilkan aplikasi yang tangguh. Form dan

komponen yang ada didalamnya, misalnya, dapat disimpan dalam suatu paket

komponen yang dapat digunakan kembali, atau dimodifikasi seperlunya saja.

Khususnya untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object

yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrograman

dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang

diinginkan. Selain itu, Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format

database, misalnya format MS.Access, Oracle, Foxro, Informix dan lain – lain.

(53)

Keunggulan yang dimiliki oleh Borland Delphi yaitu :

1. Memiliki banyak fitur

2. Dapat merancang dan membuat tampilan aplikasi yang bagus

3. Mudah dalam penulisan coding

4. Kompatible dengan berbagai macam jenis database

2.3.3.2 My SQL

MySQL adalah Relational Database Management System (RDMS) yang

didistribusikan secara gratis disebuah lisensi GPL (General Public License).

Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh

dijadikan produk turunan yang bersifat close source atau komersial. MySQL

sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak

lama, SQL (Structured Query Language) adalah sebuah konsep pengoperasian

database, terutama untuk pemilihan (seleksi) dan pemasukan data yang

memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.

Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dengan cara kerja

optimizernya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh

user maupun program-program aplikasinya sebagai database server lainnya dalam

query data. MySQL adalah satu dari sekian banyak sistem database yang

merupakan solusi tepat dalam aplikasi database.

Menurut ANSI (American National Standards Institute), bahasa ini

(54)

Pernyataan-pernyataan SQL digunakan untuk melakukan beberapa tugas seperti :

update data pada database, atau menampilkan data dari database. Beberapa

software RDBMS dapat menggunakan SQL, seperti : Oracle, Sybase, Microsoft

Access, Ingres, dsb. Setiap software database mempunyai bahasa perintah /

sintaks yang berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai arti dan fungsi yang

(55)

38

Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai analisa masalah yang ada

pada bagian sertifikasi benih untuk mempermudahkan mengetahui kelemahan

sistem informasi yang sedang berjalan. Setelah itu akan dibahas mengenai

perancangan sistem yang akan dibangun sebagai usulan sistem baru untuk

memperbaiki sistem yang sudah ada sekaligus untuk memenuhi permintaan dari

pihak UPTD BPBPT.

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem

informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,

kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang

diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Sebagai analisi sistem yang sedang berjalan, akan dibahas bagaimana

prosedur dan aliran dokumen yang sedang berjalan yang digambarkan dalam

bentuk flowmap, pengkodean dan analisi sistem non fungsional yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan, serta analisis user yang terlibat.

3.1.1 Analisis Masalah

Analisis masalah merupakan sebuah asumsi dari masalah yang akan diuraikan

dalam prosedur-prosedur pengolahan data pada program Sistem Pendukung Keputusan

(56)

kriteria benih atau bibit.

2. Bagaimana menentukan keputusan yang tepat dalam melakukan sertifikasi.

3. Kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses pengolahan data hasil

pemeriksaan lapangan

3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan

Setelah diadakan pengamatan sistem yang sedang berjalan, diperoleh empat

prosedur sebagai prosedur sistem manual yang sedang berjalan di UPTD BPBPT,

diantaranya yaitu :

1. Prosedur Permohonan Sertifikasi

Prosedur permohonan sertifikasi ini merupakan proses dimana terjadinya

pengajuan surat permohonan. Prosedur dari permohonan sertifikasi ini

melibatkan 5 entitas yaitu Petani, Petugas Tata Usaha, Kepala Balai, Kepala

Seksi Sertifikasi dan petugas Pengawas benih Tanaman (PBT).

a. Petani mengajukan surat permohonan beserta Syarat umum dan Syarat

Teknis. Persyaratan umum itu sendiri adalah:

- Memiliki TRUP (Tanda Registrasi Usaha Perkebunan)

- Menyertakan faktur pembelian asal benih

- Memiliki lahan yang dikuasai untuk memperoduksi benih

- Tersedia fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih.

- Memiliki SDM yang menguasai/memiliki kemampuan teknis perbenihan

tanaman

Persyaratan teknis itu sendiri adalah:

- Benih yang diproduksi adalah benih bina.

- Benih yang digunakan selain benih bina, benih itu harus berasal dari benih

yang lebih tinggi tingkatannya (unggul lokal)

b. Petugas administrasi menerima surat permohonan dan syarat umum serta

Syarat Teknis. Petugas Tata Usaha memeriksa syarat umum Syarat Teknis,

(57)

proses sertifikasi benih/bibit.

c. Kepala balai menerima surat permohonan dari petugas Tata Usaha, dan

memberikan kartu disposisi kepada kepala seksi Sertifikasi untuk dikaji

kembali dan melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan atau

pengujian lapangan .

d. Kepala seksi menerima surat permohonan beserta kartu disposisi dari kepala

balai, kepala seksi melakukan pengakajian surat permohonan, setelah itu

melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan lapangan. Surat

permohonan serta kartu disposisi dikembalikan ke petugas administrasi

sedangkan jadwal yang telah dibuat dijadikan acuan untuk pembuatan surat

tugas pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan untuk petugas PBT.

Setelah pembuatan surat tugas, jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian

lapangan diberikan ke petugas Tata Usaha, yang akan dijadikan sebagai acuan

untuk konfirmasi jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan.

e. Surat tugas diberikan kepada petugas (Petugas Benih Tanaman).

f. Surat permohonan dan kartu disposisi yang telah diberikan oleh kepala seksi

selanjutnya diarsipkan.

g. Jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan digandakan untuk

diberikan kepada petani sebagai konfirmasi pelaksanaan jadwal pelaksanaan

pemeriksaan/pengujian lapangan, sedangkan yang asli diarsipkan.

(58)
(59)

!

" #

(60)

Prosedur Pemeriksaan lapangan dilakukan terhadap benih yang akan diuji

dengan Proses pengujian sebagai berikut:

a. Petugas datang ke lapangan dengan membawa surat tugas, petugas

memberikan surat tugas kepada petani untuk diperiksa, apabila sesuai maka

pemeriksaan/pengujian benih akan dilakukan , jika tidak sesuai maka

Petugas akan kembali lagi ke Balai untuk memeriksa Surat Tugas yang

sesuai.

b. Petugas melakukan Pemeriksaan Administrasi yaitu pemeriksaan ada

tidaknya dokumen/surat asal usul Benih seperti Surat Keterangan Genetis,

Faktur pembelian, dan Sebagainya.

c. Petugas melakukan pemeriksaan keragaan terhadap bibit yang normal

sesuai dengan Standar Operasional Pemeriksaan (SOP) yang telah

ditentukan yaitu mengukur tinggi bibit, menghitung jumlah daun, melihat

warna daun, mengukur daun, mengukur diameter batang dan memeriksa

kesehatan bibit.

d. Setelah pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis selesai, maka

hasil yang didapat dicatat kedalam formulir pemeriksaan lapangan

bibit/benih.

e. Petugas menandatangani formulir pemeriksaan lapangan

f. Petani menandatangani formulir pemeriksaan lapangan

(61)
(62)

)

+

+

, $ *

-+

,

* %

(63)

Prosedur perhitungan data benih/bibit dilakukan berdasarkan hasil yang

diperoleh dari pemeriksaan dilapangan, adapun proses perhitungan itu sendiri

adalah sebagai berikut:

a. Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dari lapangan selanjutnya

dilakukan penghitungan jumlah total benih yang oleh petugas dengan cara

manual menggunakan kalkulator.

b. Petugas melakukan penghitungan rata-rata dari seluruh data keragaan bibit

atau benih

c. Petugas melakukan pencatatan data dari hasil perhitungan

d. Data hasil perhitungan yang diperoleh akan menghasilkan sebuah

keputusan dari hasil pemeriksaan di lapangan

e. Data hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dimasukan ke dalam

Microsoft Office Excel

(64)
(65)

Prosuder Pembuatan dan penyerahan Sertifikat dilakukan setelah perhitungan

data hasil pemeriksaan lapangan dilakukan, setelah mendapat hasil dari

pemeriksaan lapangan selanjutnya petugas membuat sertifikat mutu benih

untuk benih kualitas bina, Proses pembuatan dan penyerahan itu sendiri adalah

sebagai berikut:

1. Data yang didapat dari hasil perhitungan hasil pemeriksaan lapangan

selanjutnya akan menjadi acuan untuk pembuatan Sertifikat.

2. Setelah Sertifikat dibuat selanjutnya ditanda tangan oleh kepala seksi

Sertifikasi.

3. Setelah ditanda tangan oleh Seksi Sertifikasi sertifikat selanjutnya ditanda

tangan oleh kepala balai.

4. Sertifikat Selanjutnya di serahkan kembali kepada Petugas PBT, kemudian

Sertifikat diserahkan kepada Petani selaku Pemohon sertifikasi.

(66)
(67)

Pada bagian ini akan dibahas tentang system pengkodean yang ada di UPTD

BPBPT Bandung, yang terdiri dari No Induk Pegawai (NIP) , pengkodean Benih/Bibit.

1. Pengkodean Petugas

Pengkodean Petugas di BPBTP ini terdiri dari delapan belas digit yaitu:

Format :

Contohnya : 1980.28.08.2007.02.1.007, menerangkan bahwa nhpegawai

tersebut lahir pada tahun 1980 tanggal 28 bulan agustus (08), tahun

pengangkatan pada tahun 2007 bulan pengangkatan februari (02), berjenis

(68)

Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak

terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu

hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara

subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan

variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk

menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi

hasil pada sistem tersebut.

Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi:

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu

kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

2. Penilaian Kriteria dan alternativ.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty

(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam

mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala

Gambar

Gambar 2.2 Tahapan Pemodelan Sistem
gambar dibawah ini :
Gambar 3.13 DFD Level 1 Proses 2.2 Pengolahan Data Varietas
Gambar 3.14 DFD Level 1 Proses 2.3 Pengolahan Data Petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian yang menyatakan bahwa probability value ( sig )-t lebih kecil dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel

 Penetapan kadar kloramfenikol dengan metode nitritometri berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas hasil

Pelaksanaan tindakan penelitian dalam rangka meningkatkan keterampilan vokasional melalui pelatihan cetak sablon kaos pada siklus kedua dilaksanakan sebanyak 3

Setelah penulis mengkaji penelitian ini penulis menemukan bahwa masa pubertas merupakan fase yang menentukan terhadap pendidikan anak pada masa berikutnya,

Tabel 1. Selanjutnya data belanja daerah menunjukkan bahwa realisasi belanja daerah untuk tahun 2016,2017 dan 2018 lebih kecil dari yang ditargetkan. Untuk kepentingan

 Disposisi Pribadi untuk mendefinisikan sifat individual, merupakan struktur neuropsikis umum (yang khas bagi individu) dengan kapasitas menjadikan banyak stimulus

Berdasarkan nilai eritema yang didapat, bahwa krim ektrak daun Soyogik memiliki tabir surya dengan Proteksi Ultra yang mampu melindungi kulit dari paparan sinar UV,

Menurut Gottman dalam Dewi & Siaen (2015) regulasi emosi merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau