• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bakteri Escherichia coli Pada Air Sumur Yang Akan Digunakan Sebagai Air Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Bakteri Escherichia coli Pada Air Sumur Yang Akan Digunakan Sebagai Air Minum"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR

SUMUR YANG AKAN DIGUNAK SEBAGAI AIR MINUM

TUGAS AKHIR

OLEH:

PUTRI M. MANURUNG

NIM 102410061

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “Analisis Bakteri Escherichia coli Pada Air Sumur Yang

Akan Digunakan Sebagai Air Minum”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis Farmasi dan Makanan pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Salah satu parameter air minum adalah tidak ditemukannya bakteri

Escherichia coli di dalam air sumur yang akan diolah dan dikonsumsi menjadi air

minum. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah bakteri

Escherichia coli yang terdapat dari air sumur galian yang akan diolah menjadi air

minum.

Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan

penuh pengertian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

(4)

5. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Praktek Kerja

Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan yang mendidik dan berupaya mendukung kemajuan

mahasiswa.

7. Sahabat-sahabatku (Astri, Vhany, Farida Hanum, Wahyu Tri Utari, Duma Sari

Okta Viani, Tri Yaninta, Puji Nurani, Dian Ramadhina, Yossi Christine) yang

telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

8. Teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2010 yang tidak

bisa dituliskan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan

mereka.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Kaman Manurung dan Marsitta Siallaga yang

telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang

dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi, doa, dan restu serta materi yang

tak ternilai harganya dengan apapun. Beserta abangku tersayang Harry Prayudha

Manurung, Kakakku tersayang Inke Dasma Manurung, serta adikku Tersayang

Ade Putra Manurung.

Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat

(5)

penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Tugas Akhir

ini.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2013

Penulis,

Putri Mariana Manurung

(6)

“ANALISA BAKTERI E COLI PADA AIR SUMUR YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI AIR MINUM”

Abstract

Clean water is good water is fit for use as drinking water. The purpose of writing this final project is to determine the pathogenic bacteria Escherichia coli it is contained in water wells and determine the quality and feasibility of bore well water in residential areas that were located> 100M from excreta disposal or septic tank in Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Well water is used as a raw water for the daily needs of the drinking water. Drinking water are pathogenic bacteria Escherichia coli, is quite dangerous for the health. Analysis of Escherichia coli bacteria carried by several stages of testing, among others, estimate test (presumptive test) and confirmation test (confirmed test). On the results of biological tests found the bacteria Escherichia coli and beyond the normal limit of 130 is not in accordance with the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health NO.492/MENKES/PER/IV/2010 that the maximum allowable levels for E.coli parameters on drinking water is 0 colonies per 100 ml.

(7)

Abstrak

Air bersih adalah air yang baik yang layak digunakan sebagai air minum. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas serta kelayakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Air sumur ini digunakan sebagai air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu air minum. Bakteri patogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan. Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan beberapa tahap pengujian yaitu antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test). Pada hasil uji biologis ditemukan bakteri Escherichia coli dan melebihi ambang batas normal yaitu 130 tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml.

(8)

DAFTAR ISI

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Inkubator 44˚C ... 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Permenkes No. 492 Tahun 2010 ... 25

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

(13)

“ANALISA BAKTERI E COLI PADA AIR SUMUR YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI AIR MINUM”

Abstract

Clean water is good water is fit for use as drinking water. The purpose of writing this final project is to determine the pathogenic bacteria Escherichia coli it is contained in water wells and determine the quality and feasibility of bore well water in residential areas that were located> 100M from excreta disposal or septic tank in Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Well water is used as a raw water for the daily needs of the drinking water. Drinking water are pathogenic bacteria Escherichia coli, is quite dangerous for the health. Analysis of Escherichia coli bacteria carried by several stages of testing, among others, estimate test (presumptive test) and confirmation test (confirmed test). On the results of biological tests found the bacteria Escherichia coli and beyond the normal limit of 130 is not in accordance with the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health NO.492/MENKES/PER/IV/2010 that the maximum allowable levels for E.coli parameters on drinking water is 0 colonies per 100 ml.

(14)

Abstrak

Air bersih adalah air yang baik yang layak digunakan sebagai air minum. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas serta kelayakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Air sumur ini digunakan sebagai air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu air minum. Bakteri patogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan. Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan beberapa tahap pengujian yaitu antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test). Pada hasil uji biologis ditemukan bakteri Escherichia coli dan melebihi ambang batas normal yaitu 130 tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sekitar

tiga per empat dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun yang dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang

terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Fakta di lapangan

menunjukkan bahwa ada permasalahan yang hampir sama yaitu keamanan air

minum bagi kesehatan masyarakat. Anggapan dari sebagian masyarakat bahwa air

bening itu adalah air bersih dan air yang bersih itu adalah air sehat serta layak

untuk dikonsumsi tidaklah selalu benar. Air yang kelihatan bening secara visual

belum tentu bersih, dan air yang keihatannya bersihpun belum tentu memenuhi

kriteria sehat yang dapat langsung dikonsumsi (Pitojo, 2002).

Sebagai usaha penyediaan air bersih dan sebagai pemenuhan

kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha dengan

swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur gali.

Berdasarkan data yang ada, sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang

paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi

masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sekitar

45% masyarakat di Indonesia menggunakan sumur sebagai sarana air

bersih, dan dari 45% yang menggunakan sarana sumur tersebut,

(16)

Air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia

dan biologis, karena air minum yang tidak memenuhi standar kualitas

dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Escherichia coli merupakan

indikator pencemaran air. Hal yang menyebabkan menurunnya kualitas air

sumur gali diantaranya jumlah Escherichia coli pada air sumur diluar

ambang. batas maksimum. Kandungan Escherichia coli pada air sumur

yang dipakai mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai

penyakit. Keadaan kualitas air yang jelek dan manajemen pengaturan

limbah padat (manure) maupun limbah cair (air buangan) yang kurang

memadai, letak sumur yang terlalu dekat (+2 m) dengan tumpukan kotoran

hewan (manure) dan pembuangan tinja, pada dasarnya disebabkan oleh

ketidakcermatan manusia dalam mengatur kebersihan (Siswono, 2001).

Kehadiran bakteri patogen menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam hal penentuan kualitas air bersih. Karena apabila air yang sudah

tercemar oleh bakteri patogen dan air tersebut digunakan oleh manusia

maka dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan. Dalam jangka

pendek, kualitas air yang tercemar bakteri patogen dapat mengakibatkan

muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri (Siswono, 2001).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk

memilih judul “Analisa Bakteri Escherichia coli pada Air Minum yang

diperoleh dari Air Sumur Galian” , agar dapat diketahui apakah air sumur

(17)

telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI

NO.492/MENKES/PER/IV/2010.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang

akan digunakan sebagai air minum adalah untuk mengetahui jumlah bakteri

Escherichia coli dari air sumur yang akan dianalisa melalui metode MPN (Most

Probably Number) memenuhi persyaratan atau tidak.

1.2.2 Manfaat

Analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan

digunakan sebagai air minum adalah agar dapat mengetahui jumlah

bakteri Escherichia coli dari air sumur yang akan dianalisa melalui metode

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

mahluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh

senyawa lain. Pengguaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah

sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

tubuh manusia itu sendiri. Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan

adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan

kualitasnya. Di Indonesia, umumnya sumber air minum berasal dari air

permukaan (surface water), air tanah (ground water), air tawar, dan air hujan

(Mulia, 2005).

Anggapan dari sebagian masyarakat bahwa air bening itu adalah air bersih

dan air yang bersih itu adalah air sehat serta layak untuk dikonsumsi sebagai air

minum. Anggapan tersebut tidak selalu benar dan perlu diluruskan. Air yang

kelihatannya bening menurut ukuran visual belum tentu bersih, dan air yang

kelihatannya bersihpun belum tentu memenuhi kriteria air sehat yang dapat

langsung dikonsumsi. Menurut ketetapan pemerintah bahwa air minum harus

memenuhi persyaratan kualitas tertentu yaitu tidak berwarna, tidak berbau,

rasanya dapat diterima oleh pengguna, serta kandungan zat zat tertentu didalam

air tersebut tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan demi keamanan

(19)

2.2 Air Minum

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas

yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat

lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen

pendukungnya. Air minum menurut kandungan kolitinja yaitu sejenis bakteri

patogen yang berkembang biak, dibedakan dalam 5 kategori yaitu:

a. Air minum kelas A kategori baik adalah tidak mengandung koli atau

koliform.

b. Air minum kelas B kategori kurang baik mengandung kolitinja 1-10/1-50

koliform.

c. Air minum kelas C kategori jelek mengandung kolitinja 10-50/51-100

koliform.

d. Air minum kelas D kategori amat jelek mengandung kolitinja

51-100/101-1000 koliform

e. Air minum kelas E kategori sangat jelek yang mengandung kolitinja >100/

>1000 koliform.

Air minum kategori A adalah yang langsung dapat diminum, dan air murni

kategori B, C, D, serta E, harus diperlakukan agar tidak mengandug kolitinja dan

koliform, dan sebelum diminum harus dimasak hingga mendidih untuk

(20)

2.2.1 Syarat-syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar yaitu kondisi negara

masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi.

Dari segi kualitas air minum harus memenuhi

a) Syarat Fisik, meliputi air tak boleh berwarna, tak berasa, tak berbau, suhu

air hendaknya dibawah sela udara, dan harus jernih. Syarat-syarat

kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana

dilakukan penyaringan dalam pengolahannnya.

b) Syarat kimia, yaitu air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat

mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas telah

ditentukan.

c) Syarat bakteriologik, yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri

bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri

bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu

1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli berasal dari usus besar (faeces)

dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara lain

bakteri tipsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, entamoeba bystolotica

dan bakteri enteritis (penyakit perut). Air yang mengandung golongan Coli

dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia.

Dengan demikian dalam pemeriksaa bakteriologik, tidak langsung

diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa

(21)

Air yang dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan

bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang

menyerang manusia dapat ditularkan melalui air disebut sebagai waterbone

disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya

memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Beberapa penyakit yang ditularan

melalui air ini di dalam penularannya terkadang membutuhkan hospes, biasa

disebut sebagai aquatic host (Sutrisno, 2010).

Untuk menetapkan standard air yang bersih tidaklah mudah, karena

tergantung pada banyaknya faktor penentu yaitu:

o Air merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk

mikroba patogen.

o Air yang sudah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih,

sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia

dan lingkungan tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia

mudah terserang penyakit (Wardhana, 2004).

2.3 Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi

dan menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai

lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan

menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Salah satu

contoh air tanah adalah sumur. Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang

(22)

jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi

persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Ada beberapa

macam sumur gali yaitu:

1) Sumur beton merupakan sumur kerekan dengan kontruksi dari batu bata

dan diplester memiliki bawah air tidak mudah masuk secara langsung kedalam

sumur, pencemaran yang terjadi berasal dari septic tank, yaitu bila jarak antara

sumur dan septic tank terlalu dekat atau bangunannya tidak memenuhi syarat.

2) Sumur non beton yaitu hanya menggunakan kontruksi cadas, selain mudah

terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga kurang baik. Air

yang banyak membawa kotoran dengan leluasa dapat masuk kedalam

sumur,karena cadas mempunyai kerapatan partikel tanah yang longgar.

3) Sumur suntik hanya mnggunakan pipa dengan kedalaman tertentu. Sumur

sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: pertama, syarat

lokasi atau jarak. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan

adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,

seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung

pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir,

jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti

kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya. Kedua, syarat konstruksi.

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir

sumur, serta lantai sumur. Ketiga, dinding sumur gali. Jarak kedalaman 3 meter

dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang

(23)

pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.

Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan

batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.

Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat

dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah

tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya

tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke

bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk

mencegah runtuhnya tanah. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu

kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton

untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah

pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat,

idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah.

Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas

dasar dari pipa beton. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan

tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau.

Keempat, bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa

pendapat antara lain: Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi

minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek

keselamatan. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih

tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir.

(24)

dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu

kesatuan dengan dinding sumur (Anonim, 2013).

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang

tinggal didaerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Menurut Chandra

(2012) secara teknis sumur dibagi menjadi 2 jenis:

1. Sumur dangkal adalah sumur yag memiliki sumber air yang berasal dari

resapan air hujan diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran

rendah.

2. Sumur dalam adalah sumur yang memiliki sumber air yang berasal dari

proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembuatan sumur dangkal menurut

Sutrisno (2010):

a. Sumur harus diberi tembok rapat air 3 m dari muka tanah , agar pengotoran

oleh air permukaan dapat dihindarkan.

b. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk mencegah

terjadinya pengotoran dari luar.

c. Pada lantai harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor dapata

tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur ini.

d. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.

e. Pada bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 meter.

Air tanah ini dapat pada kedalaman 15 m sebagai sumur untuk air minum, air

(25)

Kualitas air tanah dalam menurut Sutrisno (2010) adalah pada umumnya lebih

baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari

bakteri.

2.4 Bakteri

Bakteri termasuk kelompok utama dalam prokariot. Bakteri adalah

uniseluler. Proses reproduksinya dengan pembelahan sel. Bakteri terbungkus oleh

dinding sel. Fungsi dari dinding sel adalah sebagai pelindung tekanan osmotic dari

dalam. Tanpa adanya dinding sel, tekanan dari bahan-bahan sitoplasma akan

menekan sel dan dapat menyebabkan pecahnya sel. Ketebalan dinding sel bakteri

sekitar 200-300 A (Muslimin, 1996).

Pada umumnya bakteri menurut Volk (1988), dikenal dalam tiga bentuk

yang berbeda; oleh sebab itu berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga

kelompok utama yaitu: kokus (bulat), basil (silinder/batang), dan spiral (batang

melengkung atau melingkar). Bakteri berbentuk bulat memiliki diameter rata-rata

1 cm atau kurang dari itu. Bakteri berbentuk batang atau lengkung memiliki

panjang sekitar 2-5 cm dengan diameter sekitar 0,5-1 cm. Sel-sel bakteri

berbentuk bulat dan batang seringkali membentuk kumpulan atau koloni sel.

Menurut Fardiaz (1992), bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup

yaitu: (1) koliform fekal, misalnya Escherichia coli, dan (2) koliform non fekal,

misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang

(26)

2.4.1 Analisis Kelompok Bakteri Koliform dengan Metode MPN

Dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas

mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok koliform sebagai

indikator. Bakteri indikator adalah bakteri yang keberadaanya dalam pangan

menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh manusia.

Kelompok koliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaerobik

fakultatif, bakteri gram negatif, dan tidak membentuk spora. Kelompok koliform

fekal mampu menghasilkan gas dalam kaldu E.C dalam waktu 24 jam pada suhu

44.5˚C. Metode MPN merupakan uji deretan bung yang menyuburkan

pertumbuhan koliform sehingg diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform

dalam sampel yang diuji. Jumlah koliform ini bukan penghitungan yang tepat

namun merupakan angka yang sebenarnya. Uji ini diawali dengan memasukkan

10 ml cairan dari sampel ke dalam lauryl tryptose broth (Lay, 1994).

Ada 2 pengujian yang dilakukan dalam pengujian total bakteri koliform

yaitu:

1. Uji Penduga/Perkiraan yaitu 7 tabung dan 15 tabung, dilakukan

pengambilan contoh dalam jumlah yang besar, yaitu10 ml untuk tabung

seri pertama, terutama untuk contoh-contoh yang diduga kandungan

koliformnya kecil. Media yang digunakan pada uji ini adalah Lactose

Broth dan E.C broth. Inkubasi dilakukan pada suhu 35˚C selama 2x24 jam

dan tabung dinyatakn positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih

dari volume didalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif dihitung

(27)

2. Uji Penguat/Uji Penegasan yaitu uji yang dilakukan untuk meneguhkan

atau menegaskan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh kerja sama

beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji koliform asal tinj

dilakukan bila ingin mengetahui bahwa kuman koliform yang diperoleh

termasuk koliform asal tinja. Untuk koliform asal-tinja, inokulasi

dilakukan dengan media E.C yang diinkubasi pada suhu 44.5˚C selama 24

jam. Pembentukan gas dalam tabung menunjukkan hasil positif. Media

dan suhu inkubasi menyuburkan kuman yang diseleksi, baik dalam uji

peneguhan maupun uji koliform asal tinja (Lay, 1994).

2.4.2 Uji Kualitatif Koliform

Uji yang dilakukan untuk mengetahui jenis koliform yang terdapat di

dalam contoh adalah uji IMViC, yang merupakan singkatan dari uji Indol, Methyl

Red, Voges-Proskaeur dan Citra-te. Dari suspense bakteri yang dibuat pada uji

lengkap, masing-masing diinokulasikan menggunakan jarum Os eke dalam tiga

tabung yang masing-masing berisi medium yang berbeda, yaitu:

1. Trypthone Broth untuk uji Indol

2. MR-VP Broth (Proteose Broth) untuk uji merah metal dan

Voges-Proskauer

3. Koser Citrate Medium untu uji penggunaan sitrat sebagai satu-satunya

(28)

2.5 Uji Indol

Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino

triptofan, dan menghasilkan suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol.

Bakteri yang telah ditumbuhkan di dalam medium mengandung triptofan,

kemudian diberi 3-5 tetes pereaksi Kovacs yang mengandung amil alkohol, atau

diberi Kristal asam oksalat. Adanya indol akan menyebabkan amil alkohol

berubah warnanya menjadi merah tua, atau warna kristal asam oksalat. Adanya

indol akan menyebabkan amil alkohol berubah warna menjadi merah tua, atau

warna Kristal oksalat menjadi merah muda. Uji yang menggunakan penunjuk amil

alkohol disebut metode Kovaks. Reagens bereaksi dengan indol dan menghasilkn

senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah pada permukaan medium

(29)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan digunakan

sebagai air minum dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) yang bertempat di Jalan

K.H. Wahid Hasyim No.15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel merupakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya

>100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang

Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Organoleptis sampel: tidak

berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

3.2.2 Alat

1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media terdiri dari autoklaf,

beaker glass, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitis, pipet volum, petri,

dan spatula.

2. Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari bola karet,

inkubator 350C, inkubator 440C, jarum ose, lampu Bunsen, oven, pipet

volume, rak tabung, tabung durham dan tabung reaksi.

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari aquadest, Media Lauryl Sulfit

(30)

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Media

1. Media Lauryl Sulfit Broth Tebal

Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 106,8 gr.

Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter.

Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut.

Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham

masing-masing 5 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC

selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

2. Pembuatan Media Lauryl Sulfit Broth Tipis

Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 35,6 gr. Dimasukkan

kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan

magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam

tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan

didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah

dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

3. Media EC Broth

Ditimbang seksama media EC Broth sebanyak 37 gr. Dimasukkan

kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter.

Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut.

(31)

masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm

pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang

bersih dan kering.

4. Media Tryptone

Ditimbang seksama media Tryptone sebanyak 15 gr. Dimasukkan kedalam

beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic

stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung

reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam

autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin

disimpan ditempat yang bersih dan kering.

3.3.2 Uji Perkiraan

a) Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth

tebal dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth

tipis.

b) Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda

sebagai berikut:

• Nomor sampel

• Volume sampel

(32)

d) Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 ml kedalam tabung

berisi Lauryl Broth tebal. Kemudian, 1 ml kedalam tabung Lauryl Broth

tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 ml atau 2 tetes.

e) Masukkan seluruh tabung kedalam inkubator pada suhu 35oC selama 2x24

jam.

f) Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi didalam tabung

durham.

g) Catat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas.

Selanjutnya dilakukan uji penegasan.

3.3.3 Uji Penegasan

1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji perkiraan, diinokulasikan

kedalam tabung yang berisi media Tryptone masing-masing satu sampai

dua ose dilakukan secara aseptis.

2. Diinkubasi pada suhu 44oC selama 2x24 jam.

3. Setelah 48 jam, dilakukan pengamatan dengan meneteskan larutan Kovaks

sebanyak 1 ml, kemudian diamati tabung yang menghasilkan cincin

berwarna merah sempurna (dinyatakan positif)

4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang

(33)

3.3.4 Persyaratan

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI

NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang

diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1: Hasil Pengamatan Bakteri E Coli

Jenis sampel Nomor sampel Test Perkiraan E coli MPN

Air Sumur 14/B/AB/01/2013 5-4-0 5-4-0 130

4.2 Pembahasan

Pada analisa bakteri Escherichia coli pada sampel 14/B/AB/01/2013 tidak

memenuhi syarat karena seharusnya pada air sumur yang akan digunakan sebagai

kebutuhan sehari hari (air minum) harus bernilai 0 dan tidak diizinkan

mengandung bakteri Escherichia coli. Pada sampel ini ditemukan Escherichia coli

dengan angka MPN mencapai 130. Hal ini mungkin disebabkan oleh tempat

pengambilan sampel yang dekat dengan pembuangan tinja atau terlalu dekat

dengan perembesan air dari wc ke sumur.

Mengacu pada parameter kualitas air menurut Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa untuk parameter mikrobiologi

bakteri Escherichia coli jumlah maksimum adalah 0 koloni. Dikarenakan untuk

standar baku mutu air bersih menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 jumlah Escherichia coli tidak

boleh lebih dari sama dengan 0 koloni maka hal ini berarti air tersebut tidak boleh

tercemar oleh bakteri Escherichia coli. Dan juga persyaratan bakteriologis lainnya

(35)

mengandung bakteri patogen seperti golongan coli, Salmonella typhii, Shigella

dysenteriae, dan Vibrio cholera (Pitojo, 2002).

Bakteri Escherichia coli berasal dari tinja. Oleh karena itu kehadiran bakteri

ini dalam berbagai tempat, mulai dari air minum, bahan makanan ataupun

bahan-bahan lain untuk keperluan manusia sangat tidak diharapkan dan bahkan sangat

dihindari. Namun, disisi lain bakteri ini juga dibutuhkan oleh tubuh namun dalam

jumlah ambang batas yang ditentukan. Oleh karena itu, kehadiran bakteri ini

dalam jumlah tertentu didalam suatu benda, misalnya air dan bahan makanan,

sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya. Maka, jadilah

bakteri Escherichia coli sebagai nilai penentu kualitas suatu bahan atau benda

terhadap ada tidaknya pencemaran fekal. Penentuan kualitas suatu bahan,

khususnya air minum, bahan makanan, obat-obatan, tidak saja dilakukan secara

fisik dan kimia, tetapi juga secara biologis atau secara bakteriologis (Suriawiria,

2005).

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan

untuk parameter Escherichia coli pada air sumur yang digunakan sebagai

kebutuhan sehari-hari (mis:air minum) adalah 0. Dari hasil yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa sampel dengan etiket 14/B/AB/01/2013 tidak

memenuhi syarat karena hasil yang diperoleh adalah 130 melebihi batas

maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air

minum yaitu 0 mg/l.

5.2 Saran

Sebelum melakukan analisa, sebaiknya harus memahami metode, prinsip

kerja, dan prosedur analisa serta pengerjaan secara aseptis sangat dibutuhkan.

Ini dikarenakan supaya tidak terjadi kesalahan saat melakukan analisis dan

meminimalisir tumbuhnya mikroorganisme lain akibat kekurang sterilan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima.. (2013). Tingkat Kualitas Bakteriologis Air Bersih. ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/768. Diakses tanggal 19 April 2013.

Anonimb. (2013)

Diakses 6 Maret 2013.

Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 45.

Fardiaz, S. (1992). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 68, 74-76.

Lay, W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 123-124.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 57-58, 63.

Muslimin, L. (1996). Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta: Kantor PPLH. Halaman 17.

Pitoji, S. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Demak: CV Aneka Ilmu. Halaman 2-3, 32-33.

Suriawiria, U. (1996). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Alumni. Halaman 70-72.

Sutrisno, T. (2010). Teknologi Penyedian Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 17, 20-23.

(38)

Lampiran 1 Gambar Alat dan Bahan Gambar 1 Inkubator 44˚C

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Lampiran 3

Tabel perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 x 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan

Jumlah tabung yang positif

(44)
(45)

5 3 1 110 34 250

5 3 2 140 52 400

5 3 3 170 70 400

5 3 4 210 70 400

5 4 0 130 36 400

5 4 1 170 58 400

5 4 2 220 70 440

5 4 3 280 100 710

5 4 4 350 100 710

5 4 5 430 150 1100

5 5 0 240 70 710

5 5 1 350 100 710

5 5 2 540 150 1700

5 5 3 920 220 2600

5 5 4 1600 400 4600

Gambar

Tabel 1: Hasil Pengamatan Bakteri E Coli
Tabel perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 x 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

[r]

The results of Random Effects Panel Regression indicate a significant and positive impingement of Foreign Direct Investment Inflows on Gross Domestic Product of ASEAN

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Our results showed that dengue outbreak was associated with rainfall, humidity, temperature, built-up area considered to represent urbanization, urbanization and

Hasil dar i evaluasi administr asi, teknis dan har ga Penyedia Bar ang dinyatakan lulus, kar ena dapat memenuhi semua per syar atan yang ditetapkan dalam Dokumen

The study was conducted in Kersa District of Jimma zone, Oromia National Regional state, Ethiopia with the objective developing map of malaria risk, which identify and

Hasil dar i evaluasi administr asi, teknis dan har ga Penyedia Bar ang dinyatakan lulus, kar ena dapat memenuhi semua per syar atan yang ditetapkan dalam Dokumen