• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pilpres 2014 di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pilpres 2014 di Kabupaten Langkat"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN TUAN GURU BABUSSALAM PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2014 DI KABUPATEN LANGKAT

Skripsi

DISUSUN Oleh : AMRI AL AFFAN PANE

( 090906020 )

Dosen Pembimbing : Warjio P.h.D

D E P A R T E M E N I L M U P O L I T I K

F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AMRI AL AFFAN PANE

PERAN TUAN GURU BABUSSALAM PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 (Studi Analisis Di Desa Besilam).

Rincan isi skripsi, 97 halaman, 5 tabel, 24 buku, 1 jurnal, 9 internet.

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014,” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana peran Tuan Guru Babussalam sebagai elit politik lokal pada pemilihan presiden tahun 2014 di Desa Besilam Kabupaten Langkat. Penelitian ini juga menghubungkan peran Tuan Guru dan kemenangan suara Prabowo-Hatta di Desa Besilam Kabupaten Langkat pada pemilihan presiden tahun 2014. Oleh karena itu, peneliti menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama pengumpulan data dan penelitian ini mengandalkan hasil analisis yang diperoleh. 

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori elit lokal Vilredo Pareto dan Mosca, teori peran Kozier Barbara. Teori tersebut digunakan untuk melihat lebih jelas peran dari elit politik lokal dalam pemilihan presiden. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

AMRI AL AFFAN PANE

MASTER TEACHER BABUSSALAM ROLE’S IN PRESIDENTIAL ELECTIONS 2014 ( Study Analysis In The Besilam Village )

Details contents of the thesis, 97 pages, 5 tables, 24 books, 1 journals, 9 internet.

ABSTRACT

Thesis, entitled " Master Teacher Babussalam’s Role in Presidential Elections 2014". This research aimed to describe the influence of local political elite in the process of election at Langkat district Southeast Sumatra Province. This research also correlate the role of master teacher and the winning presidential election’s vote of Prabowo-Hatta in Besilam Village of Langkat district in Presidential Election 2014. That’s why, researcher use design of case study and interview method as main technic to collecting data and this research rely analysis result that researcher get.

The theories used in this research used to explain the problems are Elite Local Vilredo Pareto and Mosca Theory and Role Kozier Barbara Theory. The Theories used to see clearly the role of elite local politics in presidential elections. By used study case design and interview method as the main technic to collected data, this research rely analysis result of interview method that researcher get and the relevance with theories that researcher used.

The method that used on this research is descriptive analysis study method within qualitative approach. Researcher is collecting data by doing observation, interview, and literature study. The analysis unit and interviewed in this thesis is Master Teacher Babussalam, society figures and local community in Besilam Village of Langkat district. Interpretating data used notations that researcher get each time from research area.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan Pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

( )

Nip.

Anggota I :

( )

Nip.

Anggota II :

( )

Nip.

(5)
(6)

 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan manusia kemampuan berpikir dan hati hingga sebagai hambaNya, kita dapat selalu menuju kebenaran serta merendahkan hati dengan penuh syukur dan ikhlas agar mencapai ketaqwaan sebagai wujud penghambaan yang sesungguhnya. Shalawat dan salam juga kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kebenaran agar manusia dapat menjadi insan yang mulia di hadapan Allah SWT.

Alhamdulillah, ucapan syukur yang tiada hentinya saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pilpres 2014 di Kabupaten Langkat”. Berkat rahmatNya saya diberikan kemudahan baik dalam proses pencarian ide untuk penulisan, penelitian, penulisan hingga sidang meja hijau sebagai bentuk ujian yang nyata terhadap kompetensi saya sebagai peneliti.

(7)

 

Kepada seluruh keluarga saya Zuhairi Rahmi Fitri, Putri Ramadhani, Alvi Azhari, Muhammad Zuhdi Lubis, Alm Khairina Lubis, Nurul Anissa Lubis, Fikri Al Adri dan Ikhwan Lutfi Lubis ucapan terima kasih saya ucapkan selama penulisan skripsi ini selalu memberikan masukan dan dukungan kepada saya, Buat Astri Afrilia Ningtias saya ucapkan terima kasih banyak yang selama pembuatan skripsi ini selalu setia mendampingin saya sampai skripsi selesai.

Sebagai penulis, saya juga ingin memberikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah banyak berkontribusi kepada saya selama proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, di antaranya :

1. Bapak Prof. Subhilhar MA selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;

3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU;

4. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Dosen PA saya selama menempuh studi di Departemen Ilmu Politik FISIP USU

5. Bapak Dr. Warjio, selaku Pembimbing telah memberikan bimbingan, pemikiran, dan meluangkan waktunya selama proses penulisan Skripsi; 6. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ilmu Politik FISIP USU

(8)

 

menyelesaikan studi dan siap bersaing dengan sarjana lain dalam meraih peluang kerja;

7. Tuan Guru Babussalam sebagai Narasumber Utama pada penelitian ini; 8. Ketua dan seluruh staff KPUD Kabupaten Langkat yang telah bersedia

memberikan data yang saya perlukan dalam penelitian kali ini;

9. Seluruh Informan yang telah bersedia memberikan informasi dan meluangkan waktunya untuk wawancara dengan penulis;

10.Keluarga Besar Departemen Ilmu Politik, terkhusus kawan-kawan di stambuk 2009 yang telah menjadi sahabat setia dalam menjalani perkuliahan;

11.Keluarga Besar HMI Komisariat FISIP USU, yang telah menjadi teman diskusi dan teman aksi yang prosesnya tak akan bisa diulangi lagi hingga menjadi kenangan paling membekas di dalam memori saya; 12.Teman-teman Penegak Kedaulatan Pangan yang tergabung di Sumatera

Youth Food Movement (SYFM) yang juga telah memberikan dukungan semangat kepada saya dalam proses penulisan skripsi ini;

13.Untuk sahabat terdekat saya Afgan Fadilla Kaban, Syahmi Lutfan Margolang, Sandi Gusrio Harahap, Said Furqan, Akiki Quntadiro Sihotang, Jon Iskandar, Aga Prima, M. Rizki Martua Lubis, M. Irfan Hasibuan, Erviana Piliang yang tak dapat dibalas segala bantuannya khususnya dalam memberikan motivasi pada saya sebagai penulis;

(9)

 

Kasea Sinaga, Abangda Aditya Hartomo, Abangda Suhendra, Abangda Rasyid Pasaribu, Abangda Nurhidayat, Abangda Taupik Azhari, Abangda Akbar, Abangda Ara, Abangda Veni Judo, Abangda Warman, Abangda Ovi, Abangda Devan, Abangda Hadi Syahputra Abangda Putra Blend, Abangda Mario, Abangda Ismuhar yang selalu memberikan masukan kepada saya dalam proses penyusunan Skripsi ini;

15.Kepada adik-adikku Fahri Riza, Akbar Hadi, Bagus Abimanyu, Winanda Gustian, M. Iqbal, Sofyan Mirza, Suhendri, Icha A.F, Ayu Pratiwi, Hkairi Bintang, Novia Natasha, Mujahid Widian Saragih, Sayed Muhammad Dauly, Haris Fadhil, Ricki Santoso, Fadhli Mahsan, Nurul Huda, Andry Anshari, Marlan Ifantri, Joseph Hutabarat, Andri Wiranata, Andry Harahap, Ardiya M. Ahadiyat, Ridho Ramadhan, Wahyudi Rakib, Ananda Gema Perkasa, Randa Tanadia, Jivi Natalia dan Fandy Ahmad yang selalu menjadi penyemangat dalam tiap langkah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih penulis kepada semuanya yang telah berkontribusi dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, tapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 18 Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persetujuan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 13

1.4 Tujuan Penelitian ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Kerangka Teori ... 13

1.6.1 Penjelasan Ulama ... 14

1.6.1.2 Pengaruh Ulama ... 19

1.6.2 Teori Elit Politik Lokal ... 21

1.6.2.1 Elit Menurut Para Ahli ... 22

1.6.3 Teori Peran ... 25

Universitas Sumatera Utara 1.7 Metodologi Penelitian ... 26

1.7.1 Lokasi Penelitian ... 27

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27

1.7.3 Teknik Analisa Data ... 28

1.8 Sistematika Penulisan ... 29

BAB II PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM ... 30

2.1 Profil Desa Besilam ... 30

(11)

2.3 Tareket Naqsyabandiyah.………...36

2.4 Membangun Babussalam ... 38

2.5 Biografi Tuan Guru Babussalam ... 41

2.6 Kekuatan Sosial Politik Hasil Pemilu Tahun 2014 ... 49

2.7 Penduduk ... 50

BAB III ANALISA DATA DAN WAWANCARA ... 53

3.1 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Tingkat Nasional ... 53

3.2 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Di Kabupaten Langkat ... 62

3.3 Peta Politik Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Di Kabupaten Langkat ... 69

3.4 Tokoh Agama ( Ulama ) Sebagai Elit Lokal ... 72

3.4.1 Basis Kekuasaan ... 72

3.4.2 Orientasi Politik Ulama ... 72

3.4.3 Ulama Dan Politik ... 73

3.5 Peran Ulama Dalam Pandangan Masyarakat ... 77

3.5.1 Peran Ulama Dalam Kehidupan Sosial Politik Masyarakat ... 79

3.5.2 Politik Ulama Dalam Pilpres ... 82

3.5.3 Peran Tuan Guru Babussalam Terhadap Kehidupan Sosial Politik Masyarakat Desa Besilam ... 84

3.5.4 Peran Tuan Guru Babussalam Dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 ... 92

BAB IV PENUTUP ... 96

4.1 Kesimpulan ... 96

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Hasil Rekapitulasi KPU Langkat Tahun 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2014... 52 Tabel 3.1 Hasil Perolehan Suara Pemilu Legislatif Tahun 2014... 59 Tabel 3.2 Data Pemilu Presiden Tahun 2014... 62 Tabel 3.3 Data Pemilih Pengguna Hak Pilih Pada Pemilihan Presiden Tahun

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AMRI AL AFFAN PANE

PERAN TUAN GURU BABUSSALAM PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 (Studi Analisis Di Desa Besilam).

Rincan isi skripsi, 97 halaman, 5 tabel, 24 buku, 1 jurnal, 9 internet.

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014,” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana peran Tuan Guru Babussalam sebagai elit politik lokal pada pemilihan presiden tahun 2014 di Desa Besilam Kabupaten Langkat. Penelitian ini juga menghubungkan peran Tuan Guru dan kemenangan suara Prabowo-Hatta di Desa Besilam Kabupaten Langkat pada pemilihan presiden tahun 2014. Oleh karena itu, peneliti menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama pengumpulan data dan penelitian ini mengandalkan hasil analisis yang diperoleh. 

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori elit lokal Vilredo Pareto dan Mosca, teori peran Kozier Barbara. Teori tersebut digunakan untuk melihat lebih jelas peran dari elit politik lokal dalam pemilihan presiden. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.

(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

AMRI AL AFFAN PANE

MASTER TEACHER BABUSSALAM ROLE’S IN PRESIDENTIAL ELECTIONS 2014 ( Study Analysis In The Besilam Village )

Details contents of the thesis, 97 pages, 5 tables, 24 books, 1 journals, 9 internet.

ABSTRACT

Thesis, entitled " Master Teacher Babussalam’s Role in Presidential Elections 2014". This research aimed to describe the influence of local political elite in the process of election at Langkat district Southeast Sumatra Province. This research also correlate the role of master teacher and the winning presidential election’s vote of Prabowo-Hatta in Besilam Village of Langkat district in Presidential Election 2014. That’s why, researcher use design of case study and interview method as main technic to collecting data and this research rely analysis result that researcher get.

The theories used in this research used to explain the problems are Elite Local Vilredo Pareto and Mosca Theory and Role Kozier Barbara Theory. The Theories used to see clearly the role of elite local politics in presidential elections. By used study case design and interview method as the main technic to collected data, this research rely analysis result of interview method that researcher get and the relevance with theories that researcher used.

The method that used on this research is descriptive analysis study method within qualitative approach. Researcher is collecting data by doing observation, interview, and literature study. The analysis unit and interviewed in this thesis is Master Teacher Babussalam, society figures and local community in Besilam Village of Langkat district. Interpretating data used notations that researcher get each time from research area.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh demokrasi di Indonesia telah sampai kepada akar perpolitikan

dan masa depan bangsa, sehingga dapat diketahui bagaimana cara masyarakat

dalam mengaplikasikan aspirasinya, dan pastinya tidak terlepas dari sosok seorang

figur tokoh dalam perhelatan pemilu ataupun Pemilukada, salah satunya yang

terkenal didalam masyarakat adalah “Kyai”. Sosok seorang kyai yang mempunyai

kharisma di masyarakat menjadikan daya tarik tersendiri dalam kehidupan sosial

keagamaan. Kyai yang mempunyai figur kepemimpinan serta daya keilmuan yang

diyakini olehkalangan masyarakat awam diidentikkan sebagai pewaris para Nabi,

maka masyarakat mempunyai keyakinan bahwa taat dan patuh pada ajaran kyai

diartikan sama dengan taat dan tunduk terhadap ajaran Nabi.

Dalam masyarakat pedesaan budaya sungkem terhadap seorang kyai masih

banyak ditemukan, bahkan dalam fenomena tersendiri seseorang yang akan

mencalonkan menjadi pemimpin daerah ataupun pusat mereka sowan dan

meminta restu supaya dalam pemilihan kepala daerah tersebut bisa memperoleh

kemenangan. Disisi lain kharisma seorang kyai dalam instalasi perpolitikan pasca

reformasi sangat menjanjikan, selain sebagai figur untuk menjadi alat penghimpun

masa, kyai juga bisa dicalonkan sebagai seorang pemimpin daerah atau bahkan

presiden sekalipun, hal ini tidak terlepas dari latar belakang pengaruh sebagai

tokoh masyarakat yang dikenal mempunyai keilmuan yang menjanjikan sehingga

(16)

partai-partai sekarang berlomba-lomba memperebutkan suara mayoritas

masyarakat muslim melewati peran kyai.1

Peranan kaum ulama dan santri dari awal perjuangan merebut

kemerdekaan hingga dapat menikmati suasana kemerdekaan saat ini tidak dapat

diabaikan begitu saja. Merekalah yang memberikan keyakinan kepada rakyat

Indonesia yang pada saat itu harga diri dan martabatnya sedang diinjak-injak

penjajah dan dicap sebagai inlander atau bangsa rendahan. Dari gerakan

perlawanan bersenjata hingga jalur diplomasi, keyakinan akan syahid-lah yang

memberikan keberanian kepada mereka untuk melawan kaum kolonial Barat yang

menganggap dirinya sebagai ras kulit putih yang unggul.

Diawali dengan era penjajahan imperialis Portugis hingga Belanda

peranan mereka cukup sentral. Ketika para imperialis Barat tersebut mencoba

untuk menguasai Indonesia, mereka selalu dihadang oleh kaum Ulama dan Santri.

Hanya merekalah yang mampu melalui ajaran Islam menumbuhkan kesadaran

terhadap rakyat yang tertindas, rasa memiliki kesamaan sejarah, dan rasa

tanggung jawab terhadap tanah air, bangsa dan agama. Terutama karena

dibangkitkan kesadaran Islam dengan Sumpah Syahadatnya menjadikan rakyat

berani memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan penjajahan.2

Adanya perubahan dinamika politik nasional menjadikan demokrasi

ditingkat lokal juga mempengaruhi elit-elit dan tokoh-tokoh dari daerah

mempunyai peran penting dalam proses perpolitikan, tepatnya pemilihan kepala

daerah maupun pemilihan presiden. Peran elit atau tokoh di daerah salah satunya

ialah tokoh dari sosok religius dari ajaran agama islam atau sering disebut dengan

      

1

Sarpuddin, Budaya”Charisma politik kyai”, hal.8 

2

(17)

ulama, tuan guru, kyai dan lainya. Berbicara mengenai tokoh didaerah khususnya

di daerah pedesaan, sosok ulama berperan besar dalam mempengaruhi masyarakat

setempat, hal ini tidak terlepas dari latar belakang sosok ulama yang bersifat

kharismatik dengan keilmuaan dan tauladan yang dimiliki ulama tersebut.

Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan

agama, peran ulama tidak diragukan lagi. Berbagai ulasan mengenai ulama

ditemukan di dalam kitab-kitab klasik yang menunjukkan arti ulama sebagai guru,

guru besar, kiai dan sebagainya yang merujuk kepada seorang pakar di

bidangnya.

Ulama secara definitif tidak ada dikotomi antara orang yang mempunyai

ilmu pengetahuan agama dan non-agama, melainkan semua nilai yang bermanfaat

bagi terwujudnya tatanan masyarakat yang damai, ulama juga

mengimplementasikan dalam komunitas kemasyarakatan. Ulama adalah sentral

figure dalam kehidupan, baik sebagai hamba Allah (abdullah) atau pemimpin

(khalifah), sehingga ulama dituntut untuk membumikan sifat-sifat tuhan, sehingga

mampu membuat tatanan sosial secara benar dan baik serta mengedepankan visi

rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam.3

Ulama adalah bentuk majemuk dari kata dalam bahasa Arab alim yang

secara harfiyah yang berarti orang yang berilmu lawan kata ilm ( Ilmu ) adalah

jahi ( bodoh). Latar belakang penegertian ini selalu dihubungkan dengan istilah

ilmu pengetahuan agama. Pada masa–masa paling awal Islam yang disebut ulama

adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu–ilmu agama. Pada masa al

Khulafaur Rasyidin tidak ada pemisahan antara orang yang memiliki pengetahuan

      

3

Diakses melalui http://contoh makalah.blogspot.com/2011/06/peran-nahdlatul-ulama-dalam. html Pada

(18)

agama, ilmu pengetahuan ke alaman, dan pemisahan politik praktis. Para sahabat

Nabi Muhammad SAW umumnya memiliki pengetahuan keagamaan,

pengetahuan keagamaan dan sekaligus mereka juga pelaku-pelaku politik praktis.

Para sahabat terkemuka pada masa itu biasanya duduk dalam satu dewan

pertimbangan yang disebut Ahl al – Halli wa Al - Aqd. Oleh ulama, para sahabat

ini kemudian disebut ulama salaf.4

Di Indonesia, istilah ulama atau alim ulama yang semula disebutkan dalam

bentuk jamak berubah pengertiannya menjadi bentuk tunggal. Pengertian ulama

lebih menjadi sempit, karena diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan

ilmu keagamaan dalam bidang fiqih, di Indonesia ulama identik dengan fuqaha,

bahkan dalam pengertian awam sehari - hari ulama adalah fuqaha dalam bidang

ibadah saja.5

Peran ulama juga berperan penting dalam membentuk kehidupan sosial

dan budaya islam yang ada didaerah-daerah khususnya daerah pedesaan

menjadikan pengaruh Islam sering kali dipandang sebagai lebih dari sekedar

agama. namun berdampak pada kehidupan sosial budaya dan sosial politik.

Kegagalan politik Islam di Indonesia telah mendorong ulama untuk

membebaskan umat Islam dari kewajiban menganut orientasi politik tertentu.

Sebagian umat Islam menunjukkan bahwa kecintaan mereka lebih tertuju pada

sosok Figur, ketokohan seseorang bukan pada nilai-nilai Islam itu. Permasalahan

tersebut mendorong sebagian besar ulama untuk kembali pada perannya di

tengah-tengah masyarakat. Ulama kembali pada perannya untuk menjadi

perantara umat Islam dan permasalahan nasional. Peran ini begitu menonjol ketika

      

4

Diakses melalui http://mediain forpp.blogspot.com/2014/10/ulama-dan-politik.html Pada tanggal 02

Desember 2014 Pukul 16.00 Wib 

5

(19)

partai politik mulai masuk untuk melakukan komunikasi politik pada umat Islam.

Ini terjadi karena ulama sendiri adalah bagian dari elite politik, suatu posisi

strategis dan diklaim mempunyai kekuasaan yang sah untuk mempersatukan umat

dalam menghadapi berbagai ancaman nyata dari kelompok-kelompok lain.

Sehingga ini menunjukkan peran informal ulama lebih banyak diperhitungkan

ketimbang peran formal dalam masyarakat.

Peran informal ini ditunjukkan dengan berkembangnya pesantren sebagai

sarana pendidikan bagi umat Islam. Pesantren adalah bagian kehidupan karena

merupakan tempat dimana ulama mengembangkan ajaran dan pengaruhnya

melalui pengajaran. Institusi ini menjadi sangat diperhatikan dalam permasalahan

politik ketika berlangsungnya proses pemilu ulama dapat menjadi ladang suara

bagi partai politik atau kandidat yang berhasil mendapatkan restunya. Ulama

memiliki basis pendukung yang berbeda-beda jumlahnya satu sama lain.

Ulama dikenal sebagai pemimpin umat Islam bukan saja dalam bidang

keagamaan, tetapi juga dalam bidang sosial kemasyarakatan. Sebagai pewaris

Nabi, kehadiran seorang ulama tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan konsep

komunitas Islam atau apa yang biasa disebut ummah, yaitu komunitas kaum

beriman yang diikat oleh kesamaan pandangan tentang kesucian, moral dan

spritual. Sebagai ikatan kaum beriman, ummah dapat pula dianggap sebagai

komunitas-kognitif, dimana keyakinan transedental dan pengetahuan individu

mendapatkan konfirmasi sosial. Oleh sebab itu, ulama tidak hanya bisa dilihat dari

segi apa yang dikerjakannya dan karakteristik pribadi, tetapi yang lebih penting

dari itu adalah sejauh mana ummah memberikan pengakuan kepadanya.6

      

6

http://ilham fadli.blogspot.com/2009/02/penelitian-tesis-s2.html diakses pada tanggal 03 Deember 2014

(20)

Peran ulama dalam politik terlihat dibeberapa pemerintahan dinasti-dinasi

dalam sejarah Islam terdahulu dan seiring dengan pertumbuhan pemikiran teologi

Islam, ulama semakin mendapatkan peran di bidang politik. Kemampuan

keagamaan yang dimiliki oleh agama dianggap sebagai panutan dalam

menentukkan pilihan politik bagi setiap masyarakat setempat.

Di Indonesia dunia pesantren atau ulama dan kekuasaan dalam sejarah

politik Indonesia adalah dua hal yang selalu berdekatan. Secara empiris peranan

ulama dalam sejarah bangsa dalam bidang politik bisa dilihat dalam perjalanan

perjuangan di zaman kolonial. Sejarah mencatat bahwa dalam perjuangan yang

dilakukan oleh para pendahulu negeri ini dalam pencapaian kemerdekaan ulama

dan santri mempunyai andil yang cukup besar dalam kancah peperangan melawan

para perusak bumi kaum belanda dan sekutunya diantaranya ialah Sunan Ampel,

Cut Nyak Dien, Pangeran Diponogoro, Bung Tomo dan sederetan nama-nama

lainnya, mereka semua adalah santri-santri yang rela mati demi kemerdekaan

Negara Republik Indonesia ini. Sejarah perpolitikan Islam juga menunjukan para

ulama sangat berperan besar dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Dengan perjalanan tersebut, kedudukan ulama tidak hanya terbatas pada bidang

keagamaan, melainkan juga merambah pada bidang ekonomi, politik dan sosial

kemasyarakatan lainnya.7

Di samping selalu memberikan saran dan nasehat kepada pemimpin, para

ulama secara aktif ikut serta dalam perbaikan masyarakat luas melalui pendidikan.

Mendidik masyarakat secara luas berarti ikut serta bersama masyarakat dalam

kehidupan mereka. Mereka dekat dengan masyarakat karena masyarakat selalu

      

7

(21)

merindui kehadirannya. Mendidik juga berarti memperbaiki akhlāq semua lapisan

masyarakat, mengingatkan kekurang pedulian mereka terhadap nilai-nilai agama

dan memberikan perhatian mendalam terhadap segala permasalahan yang

menimpa mereka. Dengan berperan aktif dalam perbaikan masyarakat, ulama

sudah mengambil posisi penting nan strategis dalam berpolitik dalam sebuah

negara. Keaktifan tersebut bisa menjadi senjata ampuh bagi ulama untuk

mengubah jalannya pemerintahan yang masih terdapat banyak kekurangan dan

penyimpangan.

Pasca reformasi banyak Ulama yang mulai bermain dalam proses politik

meski sekedar menjadi pendukung dalam tarik menarik pemilihan Bupati,

Gubernur, Calon Legislatif, dan lain-lain. Demikian pula terhadap pemilihan

kepala negara atau Presiden.agar tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak

bertanggung jawab maka peran ulama ikut bersikap dalam politik. Salah satu

ulama yang berpengaruh terhadap pemilihan Presiden ialah tuan guru Babusalam

Syeh Hasyim Al Syarwani di Kabupaten Langkat.

Pada pelaksanaan pemilu tentunya tidak lepas dengan yang namanya

kampanye. Adanya kampanye berguna untuk menarik simpati masyarakat agar

memberi dukungan kepada para calon. Dengan kampanye ini biasanya para calon

menyebutkan tentang visi misi, janji-janji dan kinerja-kinerja yang akan

direalisasikan setelah menjadi presiden nanti. Namun, selain adanya kampanye

yang bersifat positif juga terdapat kampanye yang bersifat negatif dan juga

kampanye hitam. Kampanye negatif berbeda dengan kampanye hitam. Kampanye

negatif yaitu pesan-pesan negatif terhadap lawan (kompetitor) yang berdasarkan

(22)

pesan negatif terhadap para calon yang tidak didasarkan pada fakta, tidak ada

sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan, bahkan menjerumus pada fitnah.

Dalam memilih pemimpin negeri ini, masyarakat tidak hanya memandang

pada kinerja-kinerja yang akan direalisasikan oleh masing-masing calon, tetapi

konteks agama juga berperan penting dalam memilih pemimpinn. Masyarakat

akan cenderung mendukung calon presiden dan wakil presiden yang memiliki

agama bahkan paham (golongan) yang sama dengan mereka. Adanya peran agama

dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, para calon meminta restu kepada

para ulama-ulama besar sekaligus untuk meminta dukungan. Karena Ulama

memiliki banyak pengikut dan pengikutnya tersebut cenderung akan mengikuti

pemimpinnya.

Menjelang pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 telah

diadakannya pertemuan politisi dengan Tuan Guru Babussalam yang telah

direncanakan terbangun komunikasi antar keduanya lintas kepentingan. Dalam

pertemuan ini politisi lokal meminta izin dan sekaligus doa atas terhadap segala

keinginan yang berkaitan dengan masalah politik. Merespon keinginan dan

permintaan politisi ini, Tuan Guru Babussalam menerima dengan terbuka

terhadap semua politisi yang datang, baik dari kalangan yang simpatisan Tarekat

Nasyabandiyah Besilam ataupun juga tidak berhubungan sama sekali dengan

Tarekat Naqyabandiyah Besilam. Dalam pandangan Tuan Guru Babussalam

memberikan izin dan doa terhadap siapa saja yang meminta termasuk politisi

(23)

juga menggarisbawahi bahwa ternyata siapa diantara para politisi yang datang

dikabulkan keinginan dan doa tentu itu semua merupakan ketentuan Tuhan.8

Menarik dikemukakan bahwa dalam ritual doa politik yang dilakukan

Tuan Guru Babussalam guru dilakukan dengan bahasa yang sangat umum dan

tidak mengikat pada politisi tertentu. Bahkan, Tuan Guru Babussalam juga

menggunakan syarat tertentu supaya para politisi yang meminta doa untuk

dikabulkan segala keinginan politiknya dengan syarat semisal “kalau seandainya

seseorang tersebut benar-benar akan membawa kebaikan kepada umat, maka

kabulkan keinginannya”. Pilihan doa yang dilakukan Tuan Guru Babussalam

sebenarnya merupakan bentuk seni penolakan tersembunyi terhadap segala hal

yang mungkin buruk bagi kepentingan masyarakat apabila politisi tertentu yang

akan memimpin. Sebab, pada dasarnya, Tuan Guru Babussalam juga mengetahui

bahwa politisi sangat dekat dengan segala bentuk yang hanya mementingkan

kepentingan pribadi dan kelompok di atas kepentingan masyarakat, yang dapat

ditandai dengan pandangan tuan guru yang netral terhadap para politisi.9

Berbeda dengan para peziarah umumnya, politisi diberikan rekomendasi

oleh Tuan Guru Babussalam untuk melakukan pembacaan ritual yasin 41. Ritual

ini dalam Tarekat Naqsyabandiyah Besilam dianggap sebagai bagian dari upaya

untuk menunjukkan komitmen dan totalitas dalam upaya mencapai keinginan,

walaupun tentunya tingkat keberhasilannya semua diserahkan kepada Tuhan.

Menarik dikemukakan, pelaksanaanpembacaan ritual yasin 41 ini mekanisme

telah disiapkan beberapa jamaah yang berjumlah 41 orang dengan ketentuan satu

      

8

Jurnal At-Tafkir Vol. VII No. 1 Juni 2014 9

(24)

orang membaca yasin sampai selesai. Untuk pelaksanaan ritual ini setiap politisi

dikenakan biaya yang telah disepakati dengan pimpinan pelaksana ritual yang

langsung ditunjuk tuan guru sebagai pelaksananya.10

Setelah itu, sebagaimana lazimnya tradisi yang ada di Tarekat

Naqsyabandiyah Besilam pasca bertemu dan menyampaikan segala keinginan dan

hajat kepada Tuan Guru Babussalam, maka selanjutnya para peziarah termasuk

juga politisi akan berziarah ke makam pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam

ini atau ada juga yang terlebih dahulu berziarah ke makam ini, setelah itu baru

kemudian bertemu dengan Tuan Guru Babussalam. Di dalam makam ini, ada

beberapa pemandu yang membimbing tata cara berdoa di dalam makam tersebut.

Para pembimbing ini merupakan bagian dari kelompok jamaah Tarekat

Naqsyabandiyah Besilam yang dipercayakan untuk menjadi memandu beberapa

ritual yang ada di dalam makam tersebut dan umumnya jamaah ini juga

merupakan zuriat dari pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam. Pelaksanaan

ritual di makam ini dilakukan dengan menyebutkan tujuan dan keinginan, maka

para politisi selalu menyampaikan keinginan politiknya di dalam makam tersebut

yang kemudian dilakukan ritual seperti zikir dan doa sebagai upaya untuk

tercapainya tujuan politisi tersebut.11

Calon Wakil Presiden Nomor Urut I Hatta Rajasa, mendatangi Tuan Guru

Babussalam, Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani di Kabupaten Langkat, Sumatera

Utara. Kedatangan Hatta itu adalah untuk meminta doa restu dan dukungan demi

memenangkan Pemilu Presiden pada 9 Juli 2014. Hatta datang bersama

       10

ibid

11

(25)

rombongan yang terdiri dari Ketua DPR RI Marzuki Alie dan sejumlah tim

sukses. Pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto ini langsung disambut oleh

Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani.

Pertemuan antara Tuan Guru Babussalam, Syekh Abdul Hasyim Al

Syarwani dengan mantan Menko Perekonomian itu berlangsung akrab dan diisi

dengan acara makan siang bersama. Kedatangan Hatta Radjasa selain untuk

silaturahmi, untuk meminta dukungan kepada masyarakat Langkat," ujar Hatta

usai melakukan pertemuan. Dalam kesempatan ini Hatta Rasaja juga

menyempatkan diri ziarah ke makam Tuan Guru Babbusalam yang pertama

sebelum melanjutkan safari politiknya ke Deliserdang, Sumatera Utara.12

Peran Tuan Guru Babussalam yang sangat besar setiap menjelang Pemilu

yang selalu didatangi oleh para elit politik membuat salah satu calon Presiden

Dan Wakil Presiden bertemu dengan Tuan Guru Babussalam demi mendapatkan

dukungan dari Tuan Guru Babussalam, kedatangan para elit politik bertemu

dengan Tuan Guru Babussalam dikarenakan Tuan Guru Babussalam yang

memiliki jamaah yang besar diseluruh indonesia.

Peran ulama dalam berbagai bidang termasuk politik berdampak pada

peran ulama dalam mempengaruhi masyarakat terhadap pemilihan presiden tahun

2014. Salah satunya ialah yang terjadi daerah langkat yaitu Tuan Guru

Babussalam pada Pemilihan Presiden 2014 di Kabupaten Langkat. dari penjelasan

maka diambilah perumusan masalah yaitu bagaimana peran tuan guru

Babusalam terhadap pemilihan presiden 2014 di Desa Besilam Kabupaten

Langkat.

      

12

(26)

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa

masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan

perlu untuk diteliti. Rumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang

menyatakan pertanyaan– pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau

dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan

pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan

diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan di latar belakang, peneliti

ingin meneliti serta membahas bagaimana peran ulama Tuan Guru Babussalam

pada Piplres 2014. Dengan harapan mampu memberikan dampak positif kepada

masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini :

Bagaimana peran tuan guru Babusalam terhadap pemilihan Presiden 2014

di Desa Besilam Kabupaten Langkat ?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar tidak meluasnya permasalahan yang akan diteliti dan guna

memperjelas ruang penelitian, penulis membuat pembatasan masalah dalam

penelitian ini hanya kepada peran tokoh ulama tuan guru Babusalam terhadap

pilihan masyarakat terhadap Calon Presiden dan Wakil Presiden pada pemilihan

(27)

1.4 Tujuaan penelitian.

Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ingin dilakukan dan dicapai

dalam melakukan suatu penelitian, untuk itu tujuan penelitian perlu kiranya

disusun secara spesifik sesuai dengan kepentingan penelitian.13 Oleh karena itu,

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Tuan Guru Babussalam pada

Pilpres 2014 di desa Besilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.

1.5 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dimaksud penulis sebagai berikut :

a. Secara akademis, diharapkan mampu memberikan sebuah

kontribusi ilmiah terhadap kajian peran ulama dalam Pilpres.

b. Secara pribadi, bermanfaat untuk peneliti dalam mengembangkan

kemampuan membuat karya ilmiah serta dapat berguna sebagai

bentuk kontibusi terhadap tanah kelahiran.

1.6. Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian,

karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang

diamati dengan menggunakan teori–teori yang relevan dengan penelitiannya.

Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian effendi dalam buku Metode

Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

      

13

(28)

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.14 Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, untuk menggambarkan masalah penelitian yang menjadi objek di

dalam penelitian, peneliti menggunakan teori, yaitu:

1.6.1 Penjelasan Ulama

Secara etimologi kata ulama berasal dari akar kata ‘alima ya’ lamu‘ilman,

artinya mengetahui atau pengetahuan, lawan dari kebodohan (dhiddu al- jahl).

Isim fâ’il-nya ‘âlim dan bentuk jamaknya ‘âlimun ‘ullam atau ulamâ, maknanya

adalah orang yang berilmu, lawan dari orang yang bodoh atau yang tidak

berpengetahuan (dhiddu al-jâhil). Jika pengetahuannya luas sekali dikatakan

’allamah, artinya sangat ahli atau sangat berpengetahuan. Bentuk superlatifnya

’âlimun. Salah satu sifat Allah Swt. adalah ’Alim (Maha Mengetahui) yang

ditegaskan pada lebih dari 100 ayat.

Ada beberapa istilah yang digunakan masyarakat sebagai kata ulama

diantaranya adalah Kiai, tuan guru, ulil albab, cendikiawan muslim. Syarat akan

mengandung makna penghormatan kepada seseorang yang memiliki keunggulan

tertentu dalam bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan agama Islam.15

Istilah-istilah ini yang menurut masyarakat Sejak kelahiran Islam sampai

dewasa ini, eksistensi ulama tetap diakui. Bahkan di tengah masyarakat Islam,

menurut Imam Mawardi dan Abdullah Faqih kitab Jamharatul Auliya, bahwa

ulama terbagi menjadi dua, yaitu ulama zhahir dan ulama batin Sementara

menurut Badruddin Hsubky dewasa ini ulama di tengah masyarakat dikenal lima

macam ulama yaitu, ulama plus, ulama fulus, ulama dunia, ulama akhirat, dan

      

14Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,

Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES, 1998, hal 37.

15

(29)

ulama dunia akhirat. Menurutnya ulama terakhirlah yang dibutuhkan masyarakat

untuk menuntun kepada kebahagian dunia dan akhirat.

Menurut Imam Ghazali seperti yang dikutip Badruddin Hsubky

mengemukakan dua macam ulama di dunia yaitu ulama akhirat dan ulama dunia

(ulama su’). Imam Ghazali menjelaskan yang dimaksud ulama dunia adalah

mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan

kesenangan dan kepuasan duniawi. Ulama seperti ini selalu khawatir tertimpa

kefakiran dan tidak puas anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan hanya

berorientasi pada kebahagiaan duniawi sebagaimana yang telah dilarang Islam.

Sedangkan ulama akhirat adalah ulama yang tidak mencari kemegahan duniawi,

perilakunya baik, mengajarkan ilmu untuk kepentingan akhirat, menjauhi godaan

penguasa dzalim, senantiasa tawadhu’, dan tidak cepat mengeluarkan fatwa

sebelum menemukan dalilnya.16

Berdasarkan ajaran Islam, ulama memiliki kedudukan yang sangat tinggi

dan peran yang penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan

pewaris para Nabi. Secara garis besar, peran ini merupakan tugas pencerahan bagi

umat. Dalam bahasa lain juga disebut sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Arti

fungsi ulama adalah rangkaian sistem atau peranan dalam melakukan suatu tugas

yang sesuai dengan kedudukannya. Adapun tanggung jawab ulama adalah sejauh

mana ulama dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk melaksanakan

risalah Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

      

16

(30)

Mengenai fungsi, peranan atau tugas serta tanggung jawab ulama dalam

hubungannya sebagai pewaris Nabi, pendapat Umar Hasyim dalam bukunya

Mencari Ulama Pewaris Nabi antara lain adalah :17

1) Sebagai Da’i atau Penyiar Agama Islam

Kata Da’i mempunyai arti pengundang atau pengajak. Secara istilah, Da’i

berarti penyiar atau penyebar agama Islam atau ajakan terhadap manusia kepada

agama Islam. Untuk melakukan hal ini membutuhkan ilmu, harta benda, tenaga,

dan pikiran Sebagai orang yang berilmu, ulama berfungsi sebagai penyeru kepada

agama Allah dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Dalam arti lebih

luas, ulama juga mempunyai peran untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki demi

kebaikan umat

2) Sebagai Pemimpin Rohani

Ulama sebagai pemimpin rohani adalah memimpin dan membimbing umat

agar mereka benar di dalam menghayati agamanya. Di situlah tugas ulama yang

memimpin umat agar tingkah laku umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Di

sini juga sebagai bentuk pertangungjawaban ulama sebagai orang yang berilmu

agar umat dapat menjiwai segala aktifitasnya karena Allah semata.

3) Sebagai Pengemban Amanat Allah

Amanat adalah semua hak yang dipertanggung jawabkan terhadap

seseorang, baik secara tindakan, perbuatan dan perkataan maupun

kebijaksananaan serta kepercayaan dalam hati. Baik hak-hak yang berupa milik

      

17

Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Para Nabi, Selayang Pandang Sejarah Para Ulama,. Dakta dan BI

(31)

Allah maupun jadi hal-hal perkara, ataupun urusan yang dipercayakan kepada

manusia tersebut diwajibkan memeliharanya atau melayaninya, berupa harta, hak,

kehormatan, dan lain sebagainya.

Adapun sangkut pautnya dengan ulama pengemban amanat Allah adalah

sebagaimana manusia telah menyanggupi untuk menjalankan tugas-tugas

keagamaan sejak zaman ‘azali, termasuk tugas yang dibebankan kepada ulama.

Ulama berkewajiban memelihara amanat dari Allah berupa menjada ajaran Allah

dan agamanya agar tidak dirusak oleh manusia. Ulama yang dimaksud dengan

pembina umat adalah ulama yang membina umatnya untuk ambil bagian dalam

menetukan pola pikir manusia yang telah mengakui sang ulama tersebut sebagai

pemimpin dan penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan mereka anut dan apa

yang dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan disinilah peran ulama di

dalam membina umatnya, sangat penting.

4) Sebagai Penuntun Umat

Ulama penuntun umat adalah ulama yang menunjukkan jalan dan

membimbing umatnya ke jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah dan

Rasulullah SAW. Dan disinilah ulama bertugas menuntun umatnya yang

mengalami kegelapan dalam berpikir dan kebingungan, sebaliknya jika ulama

memberikan petunjuk bukan dari petunjuk Allah maka dosalah sang ulama

(32)

5) Sebagai Penegak Kebenaran

Sebagai umat Islam kewajiban untuk menegakkan agama Islam dengan

segala cara daya upaya dan kemampuan yang dimiliki. Namun yang istimewa

bagi ulama lebih mengetahui ajaran-ajaran Allah yang membina umatnya untuk

ambil bagian dalam menetukan pola pikir manusia yang telah mengakui sang

ulama tersebut sebagai pemimpin dan penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan

mereka anut dan apa yang dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan

disinilah peran ulama di dalam membina umatnya menjadi sangat penting.

Dari ciri-ciri ulama diatas yang berdasarkan fungsi, peranan atau tugas

serta tanggung jawab ulama dalam hubungannya sebagai pewaris Nabi. Semua itu

adalah karena ulama menjadi contoh bagi umatnya ke jalan Allah.

Kebinasaan bagi umat jika ulama malah menjadi yang sebaliknya, yaitu

terkooptasi oleh kekuasaan dan penguasa, mereka malah menjadi ulama’ as-

salathin yang menjadi stempel penguasa untuk menjustifikasi keburukan,

penyimpangandan kezaliman penguasa untuk menghindari hal itu para ulama

salafus salih cenderung menjaga jarak dengan penguasa, tidak mau mendatangi

dan mengetuk-ngetuk pintu penguasa. Bukan mereka yang datang kepada

penguasa.Sebaliknya, penguasalah yang datang kepada mereka untuk

mendapatkan nasihat, dan kritikan dalam pencerahan.18

Seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, senantiasa memperhatikan

dan mengurusi urusan-urusan akan umatnya. Ulama mengurusi urusan umat

bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah menjadi

      

18

(33)

orang yang mengamalkan ilmunya, senantiasa menyuarakan kebenaran, cinta akan

kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.

Ulama harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan

kepada penguasa, sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara

benar, konsisten dan adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul Saw. Ulama

harus tabah menerima segala cobaan dan kesulitan dalam menjalankan semua itu.

Mereka ingat akan peringatan Rasul SAW.

“Siapa saja yang mendatangi pintu-pintu penguasa ia akan terjerumus ke

dalam fitnah. Tidaklah seorang hamba bertambah dekat dengan penguasa,

kecuali ia bertambah jauh dari Allah”. (HR Ahmad).

1.6.1.2. Pengaruh Ulama.

Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik biasa diartikan

dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasa, yasusu yang biasa

diartikan mengemudi, mengendalikan, dan mengatur. Uraian al-Quran tentang

politik dapat ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukum. Dari akar kata

yang sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berari kendali, dan kata

hukumah berarti pemerintah. Maka pengertian ini sejalan dengan asal makna sasa,

yasusu, sais, siyasah, yang berarti mengemudi, megendalikan, pengendali, dan

cara pengendalian.19

Kata hukum dalam bahasa Arab tidak sama pengertiannya dengan Kata

hukum dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata ini berbentuk kata jadian

yang bisa mengandung berbagai makna. Kata tersebut jika dipahami sebagai

      

19

(34)

membuat atau menjalankan keputusan, maka tentu dalam menjalankan upaya

tersebut terdapat subyek dan obyek. Dan proses ini akan menghasilkan upaya

politik.20 Di Indonesia, ulama dalam konteks pemahaman seperti ini seringkali

menjadi kelompok elit agama yang terdorong untuk mentransformasikan diri

menjadi kelompok-kelompok kepentingan agama yang bercorak modern.

Dalam proses modernitas kepemimpinan politik seperti ini, ulama tidak

hanya memantapkan kerjanya di internal, namun juga berusaha mempengaruhi

umatnya. Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional

menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan fungsi

ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan peran ulama

ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini disebabkan

perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi dan diferensiasi

dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh masyarakat bukan

saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang pertanian, perdagangan,

kesehatan dan ketertiban masyarakat.

Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan

dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan masyarakat.

Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh dukungan mereka

terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam dari politik adalah salah

satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya pengaruh politik ulama.21

      

20

Ibid.,Hal. 94-95.

21

(35)

1.6.2 Teori Elite Politik Lokal

Adapun elit politik lokal yang dimaksud adalah mereka yang menduduki

posisi jabatan politik di ranah lokal. Perjalanan sejarah mencatat bahwa posisi

mereka sebagai elit politik lokal mengalami ‘pasang naik’ dan ‘pasang surut’

paralel dengan perubahan yang terjadi. Mereka yang pada rentang waktu tertentu

mengalami pembatasan dari struktur yang ada, berubah nasibnya menjadi

mengalami pemberdayaan pada kurun waktu yang lain. Demikian pula ada di

antara mereka yang semula mengalami pemberdayaan berubah menjadi

mengalami pembatasan dari struktur.

Realitas pentas politik Indonesia menunjukkan, tatkala rezim otoritarian

Orde Baru berkuasa, ada sekelompok elit politik lokal yang mengalami

pembatasan dari struktur yang ada dan ada pula sejumlah elit politik lokal lainnya

yang mengalami pemberdayaan. Tumbangnya pemerintahan Orde Baru

menghasilkan kehadiran sistem politik yang bercorak demokrasi memungkinkan

terjadinya perubahan pemaknaan struktur yang ada; elit politik lokal yang semula

memaknai struktur sebagai pembatasan berubah menjadi pemberdayaan, dan

mereka yang tadinya memaknai sebagai pemberdayaan berubah menjadi

pembatasan.22

Kata elit selalu menarik perhatian, justru karena ia sering diartikan sebagai

“orang-orang yang menentukan”. Pendekatan elit dalam studi ilmu sosial memang

tidak kebal dari kritik namun sangat membantu menjelaskan fenomena struktur

sosial, khususnya struktur kekuasaan seperti bentuk piramida. Para elit adalah

mereka yang berada dalam puncak piramida itu, mereka yang punya pengaruh dan

      

22

Haryanto,Elit Politik Lokal dalam Perubahan Sistem Politik.Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume

(36)

menentukan. Bottomore yang menemukan konsep keseimbangan sosial, yang

apabila direfleksikan dengan dinamika politik, sebagai bagian dari dinamika sosial

lebih luas. Elit akan sangat terkait dengan upaya menuju tercapainya kondisi

keseimbangan politik (political equilibrium).23

Sofian Effendi secara sederhana memberi batasan tentang elit lokal adalah

kelompok kecil yang biasanya oleh masyarakat tergolong disegani, dihormati,

kaya, dan berkuasa. Kelompok elit yang kerapkali dinyatakan sebagai kelompok

minoritas superior, yang posisinya berada pada puncak strata, memiliki

kemampuan mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan

mempengaruhi proses pengambilan keputusan terutama keputusan-keputusan

yang berdampak kuat dan berimbas luas terhadap tatanan kehidupan. Mereka

tidak hanya ditempatkan sebagai pemberi legitimasi tetapi lebih daripada itu

adalah panutan sikap dan cermin tindakan serta senantiasa diharapkan dapat

berbuat nyata bagi kepentingan bersama.24

1.6.2.1 Elit Menurut Para Ahli

Elite menurut Suzzana Keller, berasal dari kata elligere, yang berarti

memilih, dalam perkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau

bunga suatu bangsa, budaya, kelompok usia dan juga orang-orang yang

menduduki posisi sosial yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada

sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan

tertinggi. Dengan kata lain, elite adalah kelompok warga masyarakat yang

      

23

Bottomore,T.B.2006. Elit dan Masyarakat, Jakarta : Akbar Tandjung Istitute. Hal.6.

24

Sofyan Effendi.1992. Membangun Martabat Manusia: Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan.

(37)

memiliki kelebihan daripada warga masyarakat lainnya sehingga menempati

kekuasaan sosial di atas warga masyarakat lainnya.25

Vilfredo Pareto mendefenisikan elite sebagai kelompok orang yang

mempunyai indeks kemampuan yang tinggi dalam aktivitas mereka, apapun

bentuknya akan tetapi dia kemudian mengkonsentrasikan dirinya pada apa yang

disebut dengan elit penguasa yang dipertentangkan dengan massa yang tidak

berkuasa.

Gaetano Mosca mengembangkan teori elit dan mengklasifikasikan ke dalam dua status yaitu elit yang berada dalam stuktur kekuasaan dan elit yang

diluar stuktural. Elit berkuasa menurut Mosca yaitu elit yang mampu dan

memiliki kecakapan untuk memimpin serta menjalankan kontrol sosial. Dalam

proses komunikasi, elit berkuasa merupakan komunikator utama yang mengelola

dan mengendalikan sumber-sumber komunikasi sekaligus mengatur lalu lintas

transformasi pesan-pesan komunikasi yang mengalir. Elit berkuasa menjalin

komunikasi dengan elit masyarakat untuk mendapatkan legitimasi dan

memperkuat kedudukan sekaligus mempertahankan status quo. Sedangkan elit

yang berada diluar struktural yaitu elit masyarakat merupakan elit yang dapat

mempengaruhi masyarakat lingkungan di dalam mendukung atau menolak segala

kebijaksanaan elit berkuasa.26

Menurut Laswell Elit Politik mencakup semua pemegang kekuasaan

dalam suatu bangunan politik.Elit ini terdiri dari mereka yang berhasil mencapai

kedudukan dominan dalam system politik dan kehidupan masyarakat. Mereka

memiliki kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Elite merupakan orang-orang

      

25

Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elite, Peranan Elite Penentu dalam Masyarakat Modern, PT.

Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1995, hal. 35

26

(38)

yang berhasil yang mampu menduduki jabatan tinggi dan dalam lapisan

masyarakat. Karena itu Vilfredo Pareto berpandangan bahwa masyarakat terbagi

atas dua kelas, yaitu lapisan atas, yaitu pertama elit yang terbagi dalam elit yang

memerintah (governing elit) dan elit yang tidak memerintah (non governing

elite),dan yang kedua lapisan rendah, yaitu non-elite. Pareto sendiri lebih

memusatkan perhatiannya kepada elit yang memerintah.

Pendorong elit politik atau kelompok-kelompok elit untuk memainkan

peranan aktif dalam politik adalah menurut para teoritisi politik karena hanya

dorongan kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih

kekuasaan. Politik, menurut mereka merupakan permainan kekuasaan dan karena

individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman

nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut, maka upaya

pun mereka lakukan untuk memindahkan penekanan dari para elit dan kelompok

kepada individu.

Perbedaan yang tidak mungkin terelakkan di antara anggota masyarakat

yang satu dengan yang lainnya dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi

munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan. Anggota

masyarakat yang mempunyai keunggulan tersebut pada gilirannya akan tergabung

dalam suatu kelompok yang dikenal dengan sebutan kelompok elit.

Keunggulan yang melekat pada dirinya akan menggiring mereka

tergabung dalam kelompok elite yang mempunyai perbedaan dengan anggota

masyarakat kebanyakan lainnya yang tidak memiliki keunggulan. Sebutan elite

atau terminologi elite, sebagaimana diungkapkan oleh Vilfredo Pareto, Gaetano

(39)

menunjukkan pada kelompok atau golongan yang ada di suatu masyarakat. yang

memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok

atau golongan lainnya.

1.6.3. Teori Peran

Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu

system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar

dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari

seesorang pada situasi sosial tertentu.

Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran

menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau

politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.

Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran adalah

serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari

pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam

keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi

sangsi dan lain-lain.

Menurut Horton dan Hunt, peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari

seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait

pada satu status ini oleh Merton dinamakan perangkat peran (role set). Dalam

kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial,

ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran ini, hubungan antara

(40)

yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan,

dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara

yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda

pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari

seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang

sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin

berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan,

Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.27

1.7. MetodePenelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis ialah jenis penelitian deskriptif,

yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek penelitian

berdasarkan suatu gejala sosial, fakta dan data yang ada melalui konsep-konsep

dalam teori sosial. Metode deskriptif ini dapat diartikan sebagai prosedur

dalam memecahkan masalah yang sedang diselidiki dengan menggambarkan

dan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang,

masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat dan lainya berdasarkan fakta-fakta

yang tampak sebagaimana adanya.

Dan pendekatan yang digunakan peneliti ialah jenis kualitatif yang terdiri

dari kutipan-kutipan dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi dan kegiatan

Sehingga peneliti dapat mendekati data agar mampu mengembangkan

komponen-      

27

(41)

komponen dan keterangan yang analisis, konseptual dan kategoris dari data

tersebut.28

1.7.1. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian ini meliputi sebanyak 23 kecamatan di Kabupaten

Langkat.29Kendati demikian, penelitian ini hanya mengambil beberapa sample

daerah disekitar wilayah Babusalam yakni desa Besilam, kecamatan Padang

Tualang Kabupaten Langkat.

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalu studi pustaka, wawancara,

observasi lapangan, cara-cara lainnya yang dapat memperkaya informasi terkait

dengan tema penelitian. Sumber data utama penelitian ini diperoleh dari buku atau

literature tertulis lainnya serta data dari informan. Informan dalam penelitian ini

adalah Tuan Guru Babusalam sendiri dan Masyarakat sekitar yang telah

mempunyai hak pilih. Selain itu peneliti juga memakai data hasil pemilihan umum

Presiden melalui KPU di Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian pada Metodologi Penelitian Sosial 30 yang pertama ialah

melalui bacaan, setelah itu wawancara ke lapangan, kemudian mengumpulkan

data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas dan terakhir memeriksakan

      

28

Bruce A.Chodwick.1991.”Social Science Research Methods.ter.Sulisita (dkk),”Metode Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial,(Semarang : IKIP Press.Hal 234.

29

http://www.langkatkab.go.id/page.php?id=205. diakses pada tanggal 03 Desember 2014 Pukul 20.00 wib

30

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial .Bandung, PT Bumi Aksara,

(42)

laporan sementara penelitian responden atau kepada Obyek peneliti. agar

responden dapat memberikan informasi baru lagi atau responden dan obyek

peneliti dapat menyetujui kebenarannya sehingga hasil penelitian lebih dapat

dipercaya.

1.7.3. Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisa data

kualitatif, dimana Setelah data diperoleh maka selanjutya ialah melakukan

analisa data yang dilakukan dengan cara mengkumpulkan lalu kemudian

disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis

tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data tersebut diolah dan

dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan

kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, maka peneliti

membaginya dalam IV bab dan beberapa sub bab. Untuk itu sistematika penulisan

skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagianyang menguraikanlatarbelakang masalah, rumusan

permasalahan, batasan masalah, tujuaan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, metode penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data,

(43)

BAB II Sejarah dan Biografi Tuan Guru Babusalam

Pada bab ini akan berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu, yang

memuat profil lokasi penelitian, sejarah dari tuan guru babusalam serta biografi

dari tuan guru Syeh Hasyim Al Syarwarni

BAB III Analisa Data

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai peran tuan guru Syeh Hasyim

Al Syarwarni terhadap pilihan masyarakat pada pemilihan presiden tahun 2014

yang lalu.

BAB IV Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

(44)

BAB II

PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM 2.1 Profil Desa Besilam

Kampung Islam Besilam atau juga dikenal Babussalam, terletak di

kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Letak kampung

Besilam ini berjarak sekitar 75 kilometer dari kota Medan, ibukota propinsi

Sumatera Utara. Sejarah berdirinya kampung Besilam ini sangat erat dengan

keberadaan Kesultanan Langkat, di mana sang pendiri kampung Besilam ini

adalah guru atau ulama agama Islam bagi kerabat kesultanan dan juga masyarakat

Langkat pada waktu itu.

Kampung Basilam atau Babussalam ini didirkan oleh Syekh Abdul Wahab

Rokan pada 1811-1926, seorang penganut Tarekat Naqsabandiyah yang telah

memperdalam ilmu agama di tanah jarizah Arab. Sekembalinya ke tanah kelahiran

Indonesia, Syehk Abdul Wahab Rokan mengajarkan ilmu Tarekat Naqsabandiyah

kepada para murid dan pengikutnya. Pada saat itu Sultan Musa, sultan pertama

Langkat, yang menurut kabarnya bersepupu dengan Syekh Abdul Wahab Rokan,

dan memberikan beliau sebidang tanah untuk Syekh Abdul Wahab Rokan agar

mendirikan sebuah perkampungan Islam, mengingat kesultanan Langkat yang

beretnis Melayu memeluk agama Islam begitupun juga masyarakat Melayu pada

umumnya. Karena banyak masyarakat yang menganut dan mengamalkan ajaran

Syekh Abdul Wahab Rokan, maka saat itu Syekh Abdul Wahab Rokan pun

dijuluki gelar oleh para pengikutnya dengan sebutan Tuan Guru Babussalam yang

berarti guru keselamatan, maka kampung yang ditempati oleh Tuan Guru

(45)

Setelah wafatnya sang Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab

Rokan pada hari Jumat 27 Desember 1926, ajaran Tarikat Naqsabandiyah yang

diajarkannya kepada para murid dan pengikutnya masih terus diamalkan oleh para

murid yang menggantikan peran Syekh Abdul Wahab Rokan sebagai penyiar

Islam di tanah Langkat. Maka setelah wafatnya Syekh Abdul Wahab Rokan,

kampung Besilam memiliki Tuan Guru Babussalam atau Tuan Guru Besilam

lainnya yang terus mengajarkan ajaran Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan

dan mendirikan syiar Islam. Begitupun setelah Tuan Guru lainnya wafat, maka

akan ditunjuk Tuan Guru lainnya sebagai pemimpin umat.

Keadaan kampung Besilam sangat tenang, berada jauh dari pusat

keramaian, dan hanya dikelilingi oleh perkebunan karet dan sawit, membuat

kampung ini sangat baik untuk melakukan tarekat dan mendekatkan diri kepada

Allah. Sebuah pesantren pun berdiri kokoh di tengah kampung, selain itu terdapat

dua buah masjid, satu masjid yang menjadi makam bagi Syekh Abdul Wahab

Rokan dan satunya merupakan masjid yang digunakan oleh santri dan warga

kampung untuk beribadah. Sementara masyarakat yang tinggal di wilayah

Babussalam pun sehari-harinya sangat menjunjung tinggi agama dan norma Setiap

tahunnya ada sebuah hajatan besar yang bernama HUL atau Hari Ulang Tahun

untuk mengenang Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan.

Pada peringatan HUL ini para jemaah yang berasal di sekitar pesisir pantai

timur Sumatera (propinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi), bahkan para

jemaah yang datang dari luar negeri juga banyak seperti dari Malaysia, Singapura,

Brunei, sampai beberapa negara Asia, berdatangan ke kampung Besilam untuk

(46)

selalu ramai dikunjungi oleh para pejiarah dan jemaah yang datang untuk bertemu

dengan Tuan Guru Babussalam. Tidak hanya masyarakat biasa saja yang ramai

berjiarah dan mendalami agama ke kampung Besilam ini, bahkan para pejabat dan

tokoh masyarakat yang ingin mendapatkan keinginannya dalam hal tertentu

seperti posisi publik, datang menemui Tuan Guru Babussalam untuk meminta

restu dan doa.31

2.2 SEJARAH BABUSSALAM

Secara etimologis, "besilam" berarti pintu kesejahteraan.Kampung ini

pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan

atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang

Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Di desa ini terdapat makam Syekh

Abdul Wahab Rokan yang dikenal juga dengan Syekh Besilam yang merupakan

murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais Mekkah.

Tampak sekilas, desa Besilam mirip dengan sebuah pesantren yang

terpencil, teduh, asri dan damai.terlihat ada Mesjid utama dan sebuah bangunan

berkubah lengkung disebelah masjid, sebuah bagunan utama dari kayu hitam yang

besar dengan gaya rumah panggung serta beberapa bangunan tambahan lainnya.

Selain terdapat makam dia, dikampung ini juga merupakan pusat penyebaran

Tharikat Naqsybandiah Babussalam yang sekarang dipimpin oleh tuan Guru

Syekh H. Abdul Hasyim Al Syarwani.atau lebih dikenal Tuan Guru Hasyim.

Nama lengkap Syeikh Abdul Wahhab bin `Abdul Manaf bin Muhammad

Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai. Lahir 19 Rabiulakhir 1230

      

31

H. Ahmad Fuad Said, Sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, Pustaka Babussalam 

(47)

H/28 September 1811 M). Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jum'at, 21

Jamadilawal 1345 H/27 Desember 1926 M.

Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana

Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang 'abid dan cukup

terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi

bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah

dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada

21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M.

Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi

lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu

dan murid-muridnya. Daerah yang bernama "Babussalam" atau "Besilam" ini

dibangun pada 12 Syawal 1300 H (1883 M) yang merupakan wakaf muridnya

sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia

menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah,

Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran

sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang

ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis

dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah

tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam

tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Sya'ban,

Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqa'dah. Dua khutbah lain

(48)

empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jum'at, Khutbah

Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial.

Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga

bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat

yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan

di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan

dikumandangkan.

Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh Abdul

Wahab Rokan cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita

keramat tentang dia yang cukup populer di kalangan masyarakat Langkat,

diantaranya pada suatu masa pihak Belanda merasa curiga karena ia tidak pernah

kekurangan uang. Lantas mereka menuduhnya telah membuat uang palsu. Ia

merasa sangat tersinggung sehingga ia meninggalkan Kampung Babussalam dan

pindah ke Sumujung, Malaysia. Sebagai informasi, pada saat itulah kesempatan

dia mengembangkan tarekat Naqsabandiyah di Malaysia. Selama kepergiannya

itu, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij

(sekarang Pertamina) di Langkat menjadi kering. Kepah dan ikan di lautan sekitar

Langkat juga menghilang sehingga menimbulkan kecemasan kepada para

penguasa Langkat. Akhirnya ia dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di

Babussalam. Setelah itu sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah

banyak di lautan. Kaum buruh dan nelayan senang sekali.

Walaupun Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan bukanlah sosok yang terkenal

dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda, tapi ia aktif dalam

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara dalam bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Madrasah Ibtidaiyah Babussalam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Peran Ikatan Remaja Masjid (Irmas) Jami‟ Babussalam dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Desa Kedongdong

Jika di atas yang dipaparkan adalah bentuk komunikasi antara Tuan Guru Tarekat Naqsyabandiyah Serambi Babussalam Simalungun dengan masyarakat secara umum, maka dalam

skripsi yang berjudul “ Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Mulia Siswa di SMAN 1 Sutojayan Blitar ” adalah membahas tentang bagaimana peran

Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana political branding Jokowi selama masa pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 melalui

Tahun berganti, Pemimpin Babussalampun berganti juga seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran keadaan setiap pergantian tuan guru, lain tuan guru lain coraknya, keramat dan

0 PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA/I DI MTs AL- JAM’IYATUL WASHLIYAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

SYAFRIAN SYAPUTRA NPM : 71190211099 Judul Skripsi : PERAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTs AMIN DARUSSALAM DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN