• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pilpres 2014 di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Tuan Guru Babussalam Pada Pilpres 2014 di Kabupaten Langkat"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh demokrasi di Indonesia telah sampai kepada akar perpolitikan

dan masa depan bangsa, sehingga dapat diketahui bagaimana cara masyarakat

dalam mengaplikasikan aspirasinya, dan pastinya tidak terlepas dari sosok seorang

figur tokoh dalam perhelatan pemilu ataupun Pemilukada, salah satunya yang

terkenal didalam masyarakat adalah “Kyai”. Sosok seorang kyai yang mempunyai

kharisma di masyarakat menjadikan daya tarik tersendiri dalam kehidupan sosial

keagamaan. Kyai yang mempunyai figur kepemimpinan serta daya keilmuan yang

diyakini olehkalangan masyarakat awam diidentikkan sebagai pewaris para Nabi,

maka masyarakat mempunyai keyakinan bahwa taat dan patuh pada ajaran kyai

diartikan sama dengan taat dan tunduk terhadap ajaran Nabi.

Dalam masyarakat pedesaan budaya sungkem terhadap seorang kyai masih

banyak ditemukan, bahkan dalam fenomena tersendiri seseorang yang akan

mencalonkan menjadi pemimpin daerah ataupun pusat mereka sowan dan

meminta restu supaya dalam pemilihan kepala daerah tersebut bisa memperoleh

kemenangan. Disisi lain kharisma seorang kyai dalam instalasi perpolitikan pasca

reformasi sangat menjanjikan, selain sebagai figur untuk menjadi alat penghimpun

masa, kyai juga bisa dicalonkan sebagai seorang pemimpin daerah atau bahkan

presiden sekalipun, hal ini tidak terlepas dari latar belakang pengaruh sebagai

tokoh masyarakat yang dikenal mempunyai keilmuan yang menjanjikan sehingga

(2)

partai-partai sekarang berlomba-lomba memperebutkan suara mayoritas

masyarakat muslim melewati peran kyai.1

Peranan kaum ulama dan santri dari awal perjuangan merebut

kemerdekaan hingga dapat menikmati suasana kemerdekaan saat ini tidak dapat

diabaikan begitu saja. Merekalah yang memberikan keyakinan kepada rakyat

Indonesia yang pada saat itu harga diri dan martabatnya sedang diinjak-injak

penjajah dan dicap sebagai inlander atau bangsa rendahan. Dari gerakan perlawanan bersenjata hingga jalur diplomasi, keyakinan akan syahid-lah yang memberikan keberanian kepada mereka untuk melawan kaum kolonial Barat yang

menganggap dirinya sebagai ras kulit putih yang unggul.

Diawali dengan era penjajahan imperialis Portugis hingga Belanda

peranan mereka cukup sentral. Ketika para imperialis Barat tersebut mencoba

untuk menguasai Indonesia, mereka selalu dihadang oleh kaum Ulama dan Santri.

Hanya merekalah yang mampu melalui ajaran Islam menumbuhkan kesadaran

terhadap rakyat yang tertindas, rasa memiliki kesamaan sejarah, dan rasa

tanggung jawab terhadap tanah air, bangsa dan agama. Terutama karena

dibangkitkan kesadaran Islam dengan Sumpah Syahadatnya menjadikan rakyat

berani memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan penjajahan.2

Adanya perubahan dinamika politik nasional menjadikan demokrasi

ditingkat lokal juga mempengaruhi elit-elit dan tokoh-tokoh dari daerah

mempunyai peran penting dalam proses perpolitikan, tepatnya pemilihan kepala

daerah maupun pemilihan presiden. Peran elit atau tokoh di daerah salah satunya

ialah tokoh dari sosok religius dari ajaran agama islam atau sering disebut dengan

       1

Sarpuddin, Budaya”Charisma politik kyai”, hal.8  2

(3)

ulama, tuan guru, kyai dan lainya. Berbicara mengenai tokoh didaerah khususnya

di daerah pedesaan, sosok ulama berperan besar dalam mempengaruhi masyarakat

setempat, hal ini tidak terlepas dari latar belakang sosok ulama yang bersifat

kharismatik dengan keilmuaan dan tauladan yang dimiliki ulama tersebut.

Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan

agama, peran ulama tidak diragukan lagi. Berbagai ulasan mengenai ulama

ditemukan di dalam kitab-kitab klasik yang menunjukkan arti ulama sebagai guru,

guru besar, kiai dan sebagainya yang merujuk kepada seorang pakar di

bidangnya.

Ulama secara definitif tidak ada dikotomi antara orang yang mempunyai

ilmu pengetahuan agama dan non-agama, melainkan semua nilai yang bermanfaat

bagi terwujudnya tatanan masyarakat yang damai, ulama juga

mengimplementasikan dalam komunitas kemasyarakatan. Ulama adalah sentral

figure dalam kehidupan, baik sebagai hamba Allah (abdullah) atau pemimpin

(khalifah), sehingga ulama dituntut untuk membumikan sifat-sifat tuhan, sehingga

mampu membuat tatanan sosial secara benar dan baik serta mengedepankan visi

rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam.3

Ulama adalah bentuk majemuk dari kata dalam bahasa Arab alim yang

secara harfiyah yang berarti orang yang berilmu lawan kata ilm ( Ilmu ) adalah

jahi ( bodoh). Latar belakang penegertian ini selalu dihubungkan dengan istilah

ilmu pengetahuan agama. Pada masa–masa paling awal Islam yang disebut ulama

adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu–ilmu agama. Pada masa al

Khulafaur Rasyidin tidak ada pemisahan antara orang yang memiliki pengetahuan

       3

(4)

agama, ilmu pengetahuan ke alaman, dan pemisahan politik praktis. Para sahabat

Nabi Muhammad SAW umumnya memiliki pengetahuan keagamaan,

pengetahuan keagamaan dan sekaligus mereka juga pelaku-pelaku politik praktis.

Para sahabat terkemuka pada masa itu biasanya duduk dalam satu dewan

pertimbangan yang disebut Ahl al – Halli wa Al - Aqd. Oleh ulama, para sahabat

ini kemudian disebut ulama salaf.4

Di Indonesia, istilah ulama atau alim ulama yang semula disebutkan dalam

bentuk jamak berubah pengertiannya menjadi bentuk tunggal. Pengertian ulama

lebih menjadi sempit, karena diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan

ilmu keagamaan dalam bidang fiqih, di Indonesia ulama identik dengan fuqaha,

bahkan dalam pengertian awam sehari - hari ulama adalah fuqaha dalam bidang

ibadah saja.5

Peran ulama juga berperan penting dalam membentuk kehidupan sosial

dan budaya islam yang ada didaerah-daerah khususnya daerah pedesaan

menjadikan pengaruh Islam sering kali dipandang sebagai lebih dari sekedar

agama. namun berdampak pada kehidupan sosial budaya dan sosial politik.

Kegagalan politik Islam di Indonesia telah mendorong ulama untuk

membebaskan umat Islam dari kewajiban menganut orientasi politik tertentu.

Sebagian umat Islam menunjukkan bahwa kecintaan mereka lebih tertuju pada

sosok Figur, ketokohan seseorang bukan pada nilai-nilai Islam itu. Permasalahan

tersebut mendorong sebagian besar ulama untuk kembali pada perannya di

tengah-tengah masyarakat. Ulama kembali pada perannya untuk menjadi

perantara umat Islam dan permasalahan nasional. Peran ini begitu menonjol ketika

       4

Diakses melalui http://mediain forpp.blogspot.com/2014/10/ulama-dan-politik.html Pada tanggal 02 Desember 2014 Pukul 16.00 Wib 

5

(5)

partai politik mulai masuk untuk melakukan komunikasi politik pada umat Islam.

Ini terjadi karena ulama sendiri adalah bagian dari elite politik, suatu posisi

strategis dan diklaim mempunyai kekuasaan yang sah untuk mempersatukan umat

dalam menghadapi berbagai ancaman nyata dari kelompok-kelompok lain.

Sehingga ini menunjukkan peran informal ulama lebih banyak diperhitungkan

ketimbang peran formal dalam masyarakat.

Peran informal ini ditunjukkan dengan berkembangnya pesantren sebagai

sarana pendidikan bagi umat Islam. Pesantren adalah bagian kehidupan karena

merupakan tempat dimana ulama mengembangkan ajaran dan pengaruhnya

melalui pengajaran. Institusi ini menjadi sangat diperhatikan dalam permasalahan

politik ketika berlangsungnya proses pemilu ulama dapat menjadi ladang suara

bagi partai politik atau kandidat yang berhasil mendapatkan restunya. Ulama

memiliki basis pendukung yang berbeda-beda jumlahnya satu sama lain.

Ulama dikenal sebagai pemimpin umat Islam bukan saja dalam bidang

keagamaan, tetapi juga dalam bidang sosial kemasyarakatan. Sebagai pewaris

Nabi, kehadiran seorang ulama tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan konsep

komunitas Islam atau apa yang biasa disebut ummah, yaitu komunitas kaum

beriman yang diikat oleh kesamaan pandangan tentang kesucian, moral dan

spritual. Sebagai ikatan kaum beriman, ummah dapat pula dianggap sebagai

komunitas-kognitif, dimana keyakinan transedental dan pengetahuan individu

mendapatkan konfirmasi sosial. Oleh sebab itu, ulama tidak hanya bisa dilihat dari

segi apa yang dikerjakannya dan karakteristik pribadi, tetapi yang lebih penting

dari itu adalah sejauh mana ummah memberikan pengakuan kepadanya.6

       6

(6)

Peran ulama dalam politik terlihat dibeberapa pemerintahan dinasti-dinasi

dalam sejarah Islam terdahulu dan seiring dengan pertumbuhan pemikiran teologi

Islam, ulama semakin mendapatkan peran di bidang politik. Kemampuan

keagamaan yang dimiliki oleh agama dianggap sebagai panutan dalam

menentukkan pilihan politik bagi setiap masyarakat setempat.

Di Indonesia dunia pesantren atau ulama dan kekuasaan dalam sejarah

politik Indonesia adalah dua hal yang selalu berdekatan. Secara empiris peranan

ulama dalam sejarah bangsa dalam bidang politik bisa dilihat dalam perjalanan

perjuangan di zaman kolonial. Sejarah mencatat bahwa dalam perjuangan yang

dilakukan oleh para pendahulu negeri ini dalam pencapaian kemerdekaan ulama

dan santri mempunyai andil yang cukup besar dalam kancah peperangan melawan

para perusak bumi kaum belanda dan sekutunya diantaranya ialah Sunan Ampel,

Cut Nyak Dien, Pangeran Diponogoro, Bung Tomo dan sederetan nama-nama

lainnya, mereka semua adalah santri-santri yang rela mati demi kemerdekaan

Negara Republik Indonesia ini. Sejarah perpolitikan Islam juga menunjukan para

ulama sangat berperan besar dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Dengan perjalanan tersebut, kedudukan ulama tidak hanya terbatas pada bidang

keagamaan, melainkan juga merambah pada bidang ekonomi, politik dan sosial

kemasyarakatan lainnya.7

Di samping selalu memberikan saran dan nasehat kepada pemimpin, para

ulama secara aktif ikut serta dalam perbaikan masyarakat luas melalui pendidikan.

Mendidik masyarakat secara luas berarti ikut serta bersama masyarakat dalam

kehidupan mereka. Mereka dekat dengan masyarakat karena masyarakat selalu

       7

(7)

merindui kehadirannya. Mendidik juga berarti memperbaiki akhlāq semua lapisan

masyarakat, mengingatkan kekurang pedulian mereka terhadap nilai-nilai agama

dan memberikan perhatian mendalam terhadap segala permasalahan yang

menimpa mereka. Dengan berperan aktif dalam perbaikan masyarakat, ulama

sudah mengambil posisi penting nan strategis dalam berpolitik dalam sebuah

negara. Keaktifan tersebut bisa menjadi senjata ampuh bagi ulama untuk

mengubah jalannya pemerintahan yang masih terdapat banyak kekurangan dan

penyimpangan.

Pasca reformasi banyak Ulama yang mulai bermain dalam proses politik

meski sekedar menjadi pendukung dalam tarik menarik pemilihan Bupati,

Gubernur, Calon Legislatif, dan lain-lain. Demikian pula terhadap pemilihan

kepala negara atau Presiden.agar tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak

bertanggung jawab maka peran ulama ikut bersikap dalam politik. Salah satu

ulama yang berpengaruh terhadap pemilihan Presiden ialah tuan guru Babusalam

Syeh Hasyim Al Syarwani di Kabupaten Langkat.

Pada pelaksanaan pemilu tentunya tidak lepas dengan yang namanya

kampanye. Adanya kampanye berguna untuk menarik simpati masyarakat agar

memberi dukungan kepada para calon. Dengan kampanye ini biasanya para calon

menyebutkan tentang visi misi, janji-janji dan kinerja-kinerja yang akan

direalisasikan setelah menjadi presiden nanti. Namun, selain adanya kampanye

yang bersifat positif juga terdapat kampanye yang bersifat negatif dan juga

kampanye hitam. Kampanye negatif berbeda dengan kampanye hitam. Kampanye

negatif yaitu pesan-pesan negatif terhadap lawan (kompetitor) yang berdasarkan

(8)

pesan negatif terhadap para calon yang tidak didasarkan pada fakta, tidak ada

sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan, bahkan menjerumus pada fitnah.

Dalam memilih pemimpin negeri ini, masyarakat tidak hanya memandang

pada kinerja-kinerja yang akan direalisasikan oleh masing-masing calon, tetapi

konteks agama juga berperan penting dalam memilih pemimpinn. Masyarakat

akan cenderung mendukung calon presiden dan wakil presiden yang memiliki

agama bahkan paham (golongan) yang sama dengan mereka. Adanya peran agama

dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, para calon meminta restu kepada

para ulama-ulama besar sekaligus untuk meminta dukungan. Karena Ulama

memiliki banyak pengikut dan pengikutnya tersebut cenderung akan mengikuti

pemimpinnya.

Menjelang pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 telah

diadakannya pertemuan politisi dengan Tuan Guru Babussalam yang telah

direncanakan terbangun komunikasi antar keduanya lintas kepentingan. Dalam

pertemuan ini politisi lokal meminta izin dan sekaligus doa atas terhadap segala

keinginan yang berkaitan dengan masalah politik. Merespon keinginan dan

permintaan politisi ini, Tuan Guru Babussalam menerima dengan terbuka

terhadap semua politisi yang datang, baik dari kalangan yang simpatisan Tarekat

Nasyabandiyah Besilam ataupun juga tidak berhubungan sama sekali dengan

Tarekat Naqyabandiyah Besilam. Dalam pandangan Tuan Guru Babussalam

memberikan izin dan doa terhadap siapa saja yang meminta termasuk politisi

(9)

juga menggarisbawahi bahwa ternyata siapa diantara para politisi yang datang

dikabulkan keinginan dan doa tentu itu semua merupakan ketentuan Tuhan.8

Menarik dikemukakan bahwa dalam ritual doa politik yang dilakukan

Tuan Guru Babussalam guru dilakukan dengan bahasa yang sangat umum dan

tidak mengikat pada politisi tertentu. Bahkan, Tuan Guru Babussalam juga

menggunakan syarat tertentu supaya para politisi yang meminta doa untuk

dikabulkan segala keinginan politiknya dengan syarat semisal “kalau seandainya

seseorang tersebut benar-benar akan membawa kebaikan kepada umat, maka

kabulkan keinginannya”. Pilihan doa yang dilakukan Tuan Guru Babussalam

sebenarnya merupakan bentuk seni penolakan tersembunyi terhadap segala hal

yang mungkin buruk bagi kepentingan masyarakat apabila politisi tertentu yang

akan memimpin. Sebab, pada dasarnya, Tuan Guru Babussalam juga mengetahui

bahwa politisi sangat dekat dengan segala bentuk yang hanya mementingkan

kepentingan pribadi dan kelompok di atas kepentingan masyarakat, yang dapat

ditandai dengan pandangan tuan guru yang netral terhadap para politisi.9

Berbeda dengan para peziarah umumnya, politisi diberikan rekomendasi

oleh Tuan Guru Babussalam untuk melakukan pembacaan ritual yasin 41. Ritual

ini dalam Tarekat Naqsyabandiyah Besilam dianggap sebagai bagian dari upaya

untuk menunjukkan komitmen dan totalitas dalam upaya mencapai keinginan,

walaupun tentunya tingkat keberhasilannya semua diserahkan kepada Tuhan.

Menarik dikemukakan, pelaksanaanpembacaan ritual yasin 41 ini mekanisme

telah disiapkan beberapa jamaah yang berjumlah 41 orang dengan ketentuan satu

      

8

Jurnal At-Tafkir Vol. VII No. 1 Juni 2014

9

(10)

orang membaca yasin sampai selesai. Untuk pelaksanaan ritual ini setiap politisi

dikenakan biaya yang telah disepakati dengan pimpinan pelaksana ritual yang

langsung ditunjuk tuan guru sebagai pelaksananya.10

Setelah itu, sebagaimana lazimnya tradisi yang ada di Tarekat

Naqsyabandiyah Besilam pasca bertemu dan menyampaikan segala keinginan dan

hajat kepada Tuan Guru Babussalam, maka selanjutnya para peziarah termasuk

juga politisi akan berziarah ke makam pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam

ini atau ada juga yang terlebih dahulu berziarah ke makam ini, setelah itu baru

kemudian bertemu dengan Tuan Guru Babussalam. Di dalam makam ini, ada

beberapa pemandu yang membimbing tata cara berdoa di dalam makam tersebut.

Para pembimbing ini merupakan bagian dari kelompok jamaah Tarekat

Naqsyabandiyah Besilam yang dipercayakan untuk menjadi memandu beberapa

ritual yang ada di dalam makam tersebut dan umumnya jamaah ini juga

merupakan zuriat dari pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam. Pelaksanaan

ritual di makam ini dilakukan dengan menyebutkan tujuan dan keinginan, maka

para politisi selalu menyampaikan keinginan politiknya di dalam makam tersebut

yang kemudian dilakukan ritual seperti zikir dan doa sebagai upaya untuk

tercapainya tujuan politisi tersebut.11

Calon Wakil Presiden Nomor Urut I Hatta Rajasa, mendatangi Tuan Guru

Babussalam, Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani di Kabupaten Langkat, Sumatera

Utara. Kedatangan Hatta itu adalah untuk meminta doa restu dan dukungan demi

memenangkan Pemilu Presiden pada 9 Juli 2014. Hatta datang bersama

      

10

ibid

11

(11)

rombongan yang terdiri dari Ketua DPR RI Marzuki Alie dan sejumlah tim

sukses. Pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto ini langsung disambut oleh

Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani.

Pertemuan antara Tuan Guru Babussalam, Syekh Abdul Hasyim Al

Syarwani dengan mantan Menko Perekonomian itu berlangsung akrab dan diisi

dengan acara makan siang bersama. Kedatangan Hatta Radjasa selain untuk

silaturahmi, untuk meminta dukungan kepada masyarakat Langkat," ujar Hatta

usai melakukan pertemuan. Dalam kesempatan ini Hatta Rasaja juga

menyempatkan diri ziarah ke makam Tuan Guru Babbusalam yang pertama

sebelum melanjutkan safari politiknya ke Deliserdang, Sumatera Utara.12

Peran Tuan Guru Babussalam yang sangat besar setiap menjelang Pemilu

yang selalu didatangi oleh para elit politik membuat salah satu calon Presiden

Dan Wakil Presiden bertemu dengan Tuan Guru Babussalam demi mendapatkan

dukungan dari Tuan Guru Babussalam, kedatangan para elit politik bertemu

dengan Tuan Guru Babussalam dikarenakan Tuan Guru Babussalam yang

memiliki jamaah yang besar diseluruh indonesia.

Peran ulama dalam berbagai bidang termasuk politik berdampak pada

peran ulama dalam mempengaruhi masyarakat terhadap pemilihan presiden tahun

2014. Salah satunya ialah yang terjadi daerah langkat yaitu Tuan Guru

Babussalam pada Pemilihan Presiden 2014 di Kabupaten Langkat. dari penjelasan

maka diambilah perumusan masalah yaitu bagaimana peran tuan guru

Babusalam terhadap pemilihan presiden 2014 di Desa Besilam Kabupaten

Langkat.

      

12

(12)

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa

masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan

perlu untuk diteliti. Rumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang

menyatakan pertanyaan– pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau

dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan

pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan

diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan di latar belakang, peneliti

ingin meneliti serta membahas bagaimana peran ulama Tuan Guru Babussalam

pada Piplres 2014. Dengan harapan mampu memberikan dampak positif kepada

masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini :

Bagaimana peran tuan guru Babusalam terhadap pemilihan Presiden 2014

di Desa Besilam Kabupaten Langkat ?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar tidak meluasnya permasalahan yang akan diteliti dan guna

memperjelas ruang penelitian, penulis membuat pembatasan masalah dalam

penelitian ini hanya kepada peran tokoh ulama tuan guru Babusalam terhadap

pilihan masyarakat terhadap Calon Presiden dan Wakil Presiden pada pemilihan

(13)

1.4 Tujuaan penelitian.

Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ingin dilakukan dan dicapai

dalam melakukan suatu penelitian, untuk itu tujuan penelitian perlu kiranya

disusun secara spesifik sesuai dengan kepentingan penelitian.13 Oleh karena itu,

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Tuan Guru Babussalam pada

Pilpres 2014 di desa Besilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.

1.5 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dimaksud penulis sebagai berikut :

a. Secara akademis, diharapkan mampu memberikan sebuah

kontribusi ilmiah terhadap kajian peran ulama dalam Pilpres.

b. Secara pribadi, bermanfaat untuk peneliti dalam mengembangkan

kemampuan membuat karya ilmiah serta dapat berguna sebagai

bentuk kontibusi terhadap tanah kelahiran.

1.6. Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian,

karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang

diamati dengan menggunakan teori–teori yang relevan dengan penelitiannya.

Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

       13

(14)

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.14 Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, untuk menggambarkan masalah penelitian yang menjadi objek di

dalam penelitian, peneliti menggunakan teori, yaitu:

1.6.1 Penjelasan Ulama

Secara etimologi kata ulama berasal dari akar kata ‘alima ya’ lamu‘ilman,

artinya mengetahui atau pengetahuan, lawan dari kebodohan (dhiddu al- jahl).

Isim fâ’il-nya ‘âlim dan bentuk jamaknya ‘âlimun ‘ullam atau ulamâ, maknanya

adalah orang yang berilmu, lawan dari orang yang bodoh atau yang tidak

berpengetahuan (dhiddu al-jâhil). Jika pengetahuannya luas sekali dikatakan

’allamah, artinya sangat ahli atau sangat berpengetahuan. Bentuk superlatifnya

’âlimun. Salah satu sifat Allah Swt. adalah ’Alim (Maha Mengetahui) yang

ditegaskan pada lebih dari 100 ayat.

Ada beberapa istilah yang digunakan masyarakat sebagai kata ulama

diantaranya adalah Kiai, tuan guru, ulil albab, cendikiawan muslim. Syarat akan

mengandung makna penghormatan kepada seseorang yang memiliki keunggulan

tertentu dalam bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan agama Islam.15

Istilah-istilah ini yang menurut masyarakat Sejak kelahiran Islam sampai

dewasa ini, eksistensi ulama tetap diakui. Bahkan di tengah masyarakat Islam,

menurut Imam Mawardi dan Abdullah Faqih kitab Jamharatul Auliya, bahwa

ulama terbagi menjadi dua, yaitu ulama zhahir dan ulama batin Sementara

menurut Badruddin Hsubky dewasa ini ulama di tengah masyarakat dikenal lima

macam ulama yaitu, ulama plus, ulama fulus, ulama dunia, ulama akhirat, dan

      

14Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,

Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES, 1998, hal 37.

15

(15)

ulama dunia akhirat. Menurutnya ulama terakhirlah yang dibutuhkan masyarakat

untuk menuntun kepada kebahagian dunia dan akhirat.

Menurut Imam Ghazali seperti yang dikutip Badruddin Hsubky

mengemukakan dua macam ulama di dunia yaitu ulama akhirat dan ulama dunia

(ulama su’). Imam Ghazali menjelaskan yang dimaksud ulama dunia adalah

mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan

kesenangan dan kepuasan duniawi. Ulama seperti ini selalu khawatir tertimpa

kefakiran dan tidak puas anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan hanya

berorientasi pada kebahagiaan duniawi sebagaimana yang telah dilarang Islam.

Sedangkan ulama akhirat adalah ulama yang tidak mencari kemegahan duniawi,

perilakunya baik, mengajarkan ilmu untuk kepentingan akhirat, menjauhi godaan

penguasa dzalim, senantiasa tawadhu’, dan tidak cepat mengeluarkan fatwa

sebelum menemukan dalilnya.16

Berdasarkan ajaran Islam, ulama memiliki kedudukan yang sangat tinggi

dan peran yang penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan

pewaris para Nabi. Secara garis besar, peran ini merupakan tugas pencerahan bagi

umat. Dalam bahasa lain juga disebut sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Arti

fungsi ulama adalah rangkaian sistem atau peranan dalam melakukan suatu tugas

yang sesuai dengan kedudukannya. Adapun tanggung jawab ulama adalah sejauh

mana ulama dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk melaksanakan

risalah Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

       16

(16)

Mengenai fungsi, peranan atau tugas serta tanggung jawab ulama dalam

hubungannya sebagai pewaris Nabi, pendapat Umar Hasyim dalam bukunya

Mencari Ulama Pewaris Nabi antara lain adalah :17

1) Sebagai Da’i atau Penyiar Agama Islam

Kata Da’i mempunyai arti pengundang atau pengajak. Secara istilah, Da’i

berarti penyiar atau penyebar agama Islam atau ajakan terhadap manusia kepada

agama Islam. Untuk melakukan hal ini membutuhkan ilmu, harta benda, tenaga,

dan pikiran Sebagai orang yang berilmu, ulama berfungsi sebagai penyeru kepada

agama Allah dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Dalam arti lebih

luas, ulama juga mempunyai peran untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki demi

kebaikan umat

2) Sebagai Pemimpin Rohani

Ulama sebagai pemimpin rohani adalah memimpin dan membimbing umat

agar mereka benar di dalam menghayati agamanya. Di situlah tugas ulama yang

memimpin umat agar tingkah laku umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Di

sini juga sebagai bentuk pertangungjawaban ulama sebagai orang yang berilmu

agar umat dapat menjiwai segala aktifitasnya karena Allah semata.

3) Sebagai Pengemban Amanat Allah

Amanat adalah semua hak yang dipertanggung jawabkan terhadap

seseorang, baik secara tindakan, perbuatan dan perkataan maupun

kebijaksananaan serta kepercayaan dalam hati. Baik hak-hak yang berupa milik

      

17

(17)

Allah maupun jadi hal-hal perkara, ataupun urusan yang dipercayakan kepada

manusia tersebut diwajibkan memeliharanya atau melayaninya, berupa harta, hak,

kehormatan, dan lain sebagainya.

Adapun sangkut pautnya dengan ulama pengemban amanat Allah adalah

sebagaimana manusia telah menyanggupi untuk menjalankan tugas-tugas

keagamaan sejak zaman ‘azali, termasuk tugas yang dibebankan kepada ulama.

Ulama berkewajiban memelihara amanat dari Allah berupa menjada ajaran Allah

dan agamanya agar tidak dirusak oleh manusia. Ulama yang dimaksud dengan

pembina umat adalah ulama yang membina umatnya untuk ambil bagian dalam

menetukan pola pikir manusia yang telah mengakui sang ulama tersebut sebagai

pemimpin dan penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan mereka anut dan apa

yang dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan disinilah peran ulama di

dalam membina umatnya, sangat penting.

4) Sebagai Penuntun Umat

Ulama penuntun umat adalah ulama yang menunjukkan jalan dan

membimbing umatnya ke jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah dan

Rasulullah SAW. Dan disinilah ulama bertugas menuntun umatnya yang

mengalami kegelapan dalam berpikir dan kebingungan, sebaliknya jika ulama

memberikan petunjuk bukan dari petunjuk Allah maka dosalah sang ulama

(18)

5) Sebagai Penegak Kebenaran

Sebagai umat Islam kewajiban untuk menegakkan agama Islam dengan

segala cara daya upaya dan kemampuan yang dimiliki. Namun yang istimewa

bagi ulama lebih mengetahui ajaran-ajaran Allah yang membina umatnya untuk

ambil bagian dalam menetukan pola pikir manusia yang telah mengakui sang

ulama tersebut sebagai pemimpin dan penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan

mereka anut dan apa yang dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan

disinilah peran ulama di dalam membina umatnya menjadi sangat penting.

Dari ciri-ciri ulama diatas yang berdasarkan fungsi, peranan atau tugas

serta tanggung jawab ulama dalam hubungannya sebagai pewaris Nabi. Semua itu

adalah karena ulama menjadi contoh bagi umatnya ke jalan Allah.

Kebinasaan bagi umat jika ulama malah menjadi yang sebaliknya, yaitu

terkooptasi oleh kekuasaan dan penguasa, mereka malah menjadi ulama’ as-

salathin yang menjadi stempel penguasa untuk menjustifikasi keburukan,

penyimpangandan kezaliman penguasa untuk menghindari hal itu para ulama

salafus salih cenderung menjaga jarak dengan penguasa, tidak mau mendatangi

dan mengetuk-ngetuk pintu penguasa. Bukan mereka yang datang kepada

penguasa.Sebaliknya, penguasalah yang datang kepada mereka untuk

mendapatkan nasihat, dan kritikan dalam pencerahan.18

Seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, senantiasa memperhatikan

dan mengurusi urusan-urusan akan umatnya. Ulama mengurusi urusan umat

bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah menjadi

       18

(19)

orang yang mengamalkan ilmunya, senantiasa menyuarakan kebenaran, cinta akan

kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.

Ulama harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan

kepada penguasa, sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara

benar, konsisten dan adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul Saw. Ulama

harus tabah menerima segala cobaan dan kesulitan dalam menjalankan semua itu.

Mereka ingat akan peringatan Rasul SAW.

“Siapa saja yang mendatangi pintu-pintu penguasa ia akan terjerumus ke

dalam fitnah. Tidaklah seorang hamba bertambah dekat dengan penguasa,

kecuali ia bertambah jauh dari Allah”. (HR Ahmad).

1.6.1.2. Pengaruh Ulama.

Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik biasa diartikan

dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasa, yasusu yang biasa

diartikan mengemudi, mengendalikan, dan mengatur. Uraian al-Quran tentang

politik dapat ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukum. Dari akar kata

yang sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berari kendali, dan kata

hukumah berarti pemerintah. Maka pengertian ini sejalan dengan asal makna sasa,

yasusu, sais, siyasah, yang berarti mengemudi, megendalikan, pengendali, dan

cara pengendalian.19

Kata hukum dalam bahasa Arab tidak sama pengertiannya dengan Kata

hukum dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata ini berbentuk kata jadian

yang bisa mengandung berbagai makna. Kata tersebut jika dipahami sebagai

       19

(20)

membuat atau menjalankan keputusan, maka tentu dalam menjalankan upaya

tersebut terdapat subyek dan obyek. Dan proses ini akan menghasilkan upaya

politik.20 Di Indonesia, ulama dalam konteks pemahaman seperti ini seringkali

menjadi kelompok elit agama yang terdorong untuk mentransformasikan diri

menjadi kelompok-kelompok kepentingan agama yang bercorak modern.

Dalam proses modernitas kepemimpinan politik seperti ini, ulama tidak

hanya memantapkan kerjanya di internal, namun juga berusaha mempengaruhi

umatnya. Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional

menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan fungsi

ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan peran ulama

ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini disebabkan

perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi dan diferensiasi

dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh masyarakat bukan

saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang pertanian, perdagangan,

kesehatan dan ketertiban masyarakat.

Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan

dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan masyarakat.

Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh dukungan mereka

terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam dari politik adalah salah

satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya pengaruh politik ulama.21

      

20

Ibid.,Hal. 94-95. 21

(21)

1.6.2 Teori Elite Politik Lokal

Adapun elit politik lokal yang dimaksud adalah mereka yang menduduki

posisi jabatan politik di ranah lokal. Perjalanan sejarah mencatat bahwa posisi

mereka sebagai elit politik lokal mengalami ‘pasang naik’ dan ‘pasang surut’

paralel dengan perubahan yang terjadi. Mereka yang pada rentang waktu tertentu

mengalami pembatasan dari struktur yang ada, berubah nasibnya menjadi

mengalami pemberdayaan pada kurun waktu yang lain. Demikian pula ada di

antara mereka yang semula mengalami pemberdayaan berubah menjadi

mengalami pembatasan dari struktur.

Realitas pentas politik Indonesia menunjukkan, tatkala rezim otoritarian

Orde Baru berkuasa, ada sekelompok elit politik lokal yang mengalami

pembatasan dari struktur yang ada dan ada pula sejumlah elit politik lokal lainnya

yang mengalami pemberdayaan. Tumbangnya pemerintahan Orde Baru

menghasilkan kehadiran sistem politik yang bercorak demokrasi memungkinkan

terjadinya perubahan pemaknaan struktur yang ada; elit politik lokal yang semula

memaknai struktur sebagai pembatasan berubah menjadi pemberdayaan, dan

mereka yang tadinya memaknai sebagai pemberdayaan berubah menjadi

pembatasan.22

Kata elit selalu menarik perhatian, justru karena ia sering diartikan sebagai

“orang-orang yang menentukan”. Pendekatan elit dalam studi ilmu sosial memang

tidak kebal dari kritik namun sangat membantu menjelaskan fenomena struktur

sosial, khususnya struktur kekuasaan seperti bentuk piramida. Para elit adalah

mereka yang berada dalam puncak piramida itu, mereka yang punya pengaruh dan

      

22

(22)

menentukan. Bottomore yang menemukan konsep keseimbangan sosial, yang

apabila direfleksikan dengan dinamika politik, sebagai bagian dari dinamika sosial

lebih luas. Elit akan sangat terkait dengan upaya menuju tercapainya kondisi

keseimbangan politik (political equilibrium).23

Sofian Effendi secara sederhana memberi batasan tentang elit lokal adalah

kelompok kecil yang biasanya oleh masyarakat tergolong disegani, dihormati,

kaya, dan berkuasa. Kelompok elit yang kerapkali dinyatakan sebagai kelompok

minoritas superior, yang posisinya berada pada puncak strata, memiliki

kemampuan mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan

mempengaruhi proses pengambilan keputusan terutama keputusan-keputusan

yang berdampak kuat dan berimbas luas terhadap tatanan kehidupan. Mereka

tidak hanya ditempatkan sebagai pemberi legitimasi tetapi lebih daripada itu

adalah panutan sikap dan cermin tindakan serta senantiasa diharapkan dapat

berbuat nyata bagi kepentingan bersama.24

1.6.2.1 Elit Menurut Para Ahli

Elite menurut Suzzana Keller, berasal dari kata elligere, yang berarti memilih, dalam perkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau

bunga suatu bangsa, budaya, kelompok usia dan juga orang-orang yang

menduduki posisi sosial yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada

sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan

tertinggi. Dengan kata lain, elite adalah kelompok warga masyarakat yang

       23

Bottomore,T.B.2006. Elit dan Masyarakat, Jakarta : Akbar Tandjung Istitute. Hal.6. 24

(23)

memiliki kelebihan daripada warga masyarakat lainnya sehingga menempati

kekuasaan sosial di atas warga masyarakat lainnya.25

Vilfredo Pareto mendefenisikan elite sebagai kelompok orang yang

mempunyai indeks kemampuan yang tinggi dalam aktivitas mereka, apapun

bentuknya akan tetapi dia kemudian mengkonsentrasikan dirinya pada apa yang

disebut dengan elit penguasa yang dipertentangkan dengan massa yang tidak

berkuasa.

Gaetano Mosca mengembangkan teori elit dan mengklasifikasikan ke dalam dua status yaitu elit yang berada dalam stuktur kekuasaan dan elit yang

diluar stuktural. Elit berkuasa menurut Mosca yaitu elit yang mampu dan

memiliki kecakapan untuk memimpin serta menjalankan kontrol sosial. Dalam

proses komunikasi, elit berkuasa merupakan komunikator utama yang mengelola

dan mengendalikan sumber-sumber komunikasi sekaligus mengatur lalu lintas

transformasi pesan-pesan komunikasi yang mengalir. Elit berkuasa menjalin

komunikasi dengan elit masyarakat untuk mendapatkan legitimasi dan

memperkuat kedudukan sekaligus mempertahankan status quo. Sedangkan elit

yang berada diluar struktural yaitu elit masyarakat merupakan elit yang dapat

mempengaruhi masyarakat lingkungan di dalam mendukung atau menolak segala

kebijaksanaan elit berkuasa.26

Menurut Laswell Elit Politik mencakup semua pemegang kekuasaan

dalam suatu bangunan politik.Elit ini terdiri dari mereka yang berhasil mencapai

kedudukan dominan dalam system politik dan kehidupan masyarakat. Mereka

memiliki kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Elite merupakan orang-orang

      

25

Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elite, Peranan Elite Penentu dalam Masyarakat Modern, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1995, hal. 35

26

(24)

yang berhasil yang mampu menduduki jabatan tinggi dan dalam lapisan

masyarakat. Karena itu Vilfredo Pareto berpandangan bahwa masyarakat terbagi

atas dua kelas, yaitu lapisan atas, yaitu pertama elit yang terbagi dalam elit yang

memerintah (governing elit) dan elit yang tidak memerintah (non governing

elite),dan yang kedua lapisan rendah, yaitu non-elite. Pareto sendiri lebih

memusatkan perhatiannya kepada elit yang memerintah.

Pendorong elit politik atau kelompok-kelompok elit untuk memainkan

peranan aktif dalam politik adalah menurut para teoritisi politik karena hanya

dorongan kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih

kekuasaan. Politik, menurut mereka merupakan permainan kekuasaan dan karena

individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman

nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut, maka upaya

pun mereka lakukan untuk memindahkan penekanan dari para elit dan kelompok

kepada individu.

Perbedaan yang tidak mungkin terelakkan di antara anggota masyarakat

yang satu dengan yang lainnya dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi

munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan. Anggota

masyarakat yang mempunyai keunggulan tersebut pada gilirannya akan tergabung

dalam suatu kelompok yang dikenal dengan sebutan kelompok elit.

Keunggulan yang melekat pada dirinya akan menggiring mereka

tergabung dalam kelompok elite yang mempunyai perbedaan dengan anggota

masyarakat kebanyakan lainnya yang tidak memiliki keunggulan. Sebutan elite

atau terminologi elite, sebagaimana diungkapkan oleh Vilfredo Pareto, Gaetano

(25)

menunjukkan pada kelompok atau golongan yang ada di suatu masyarakat. yang

memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok

atau golongan lainnya.

1.6.3. Teori Peran

Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu

system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar

dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari

seesorang pada situasi sosial tertentu.

Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran

menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau

politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.

Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran adalah

serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari

pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam

keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi

sangsi dan lain-lain.

Menurut Horton dan Hunt, peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari

seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait

pada satu status ini oleh Merton dinamakan perangkat peran (role set). Dalam

kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial,

ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran ini, hubungan antara

(26)

yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan,

dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara

yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda

pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari

seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang

sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin

berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan,

Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.27

1.7. MetodePenelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis ialah jenis penelitian deskriptif,

yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek penelitian

berdasarkan suatu gejala sosial, fakta dan data yang ada melalui konsep-konsep

dalam teori sosial. Metode deskriptif ini dapat diartikan sebagai prosedur

dalam memecahkan masalah yang sedang diselidiki dengan menggambarkan

dan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang,

masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat dan lainya berdasarkan fakta-fakta

yang tampak sebagaimana adanya.

Dan pendekatan yang digunakan peneliti ialah jenis kualitatif yang terdiri

dari kutipan-kutipan dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi dan kegiatan

Sehingga peneliti dapat mendekati data agar mampu mengembangkan

komponen-       27

(27)

komponen dan keterangan yang analisis, konseptual dan kategoris dari data

tersebut.28

1.7.1. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian ini meliputi sebanyak 23 kecamatan di Kabupaten

Langkat.29Kendati demikian, penelitian ini hanya mengambil beberapa sample

daerah disekitar wilayah Babusalam yakni desa Besilam, kecamatan Padang

Tualang Kabupaten Langkat.

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalu studi pustaka, wawancara,

observasi lapangan, cara-cara lainnya yang dapat memperkaya informasi terkait

dengan tema penelitian. Sumber data utama penelitian ini diperoleh dari buku atau

literature tertulis lainnya serta data dari informan. Informan dalam penelitian ini

adalah Tuan Guru Babusalam sendiri dan Masyarakat sekitar yang telah

mempunyai hak pilih. Selain itu peneliti juga memakai data hasil pemilihan umum

Presiden melalui KPU di Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian pada Metodologi Penelitian Sosial 30 yang pertama ialah

melalui bacaan, setelah itu wawancara ke lapangan, kemudian mengumpulkan

data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas dan terakhir memeriksakan

      

28

Bruce A.Chodwick.1991.”Social Science Research Methods.ter.Sulisita (dkk),”Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial,(Semarang : IKIP Press.Hal 234.

29

http://www.langkatkab.go.id/page.php?id=205. diakses pada tanggal 03 Desember 2014 Pukul 20.00 wib 30

(28)

laporan sementara penelitian responden atau kepada Obyek peneliti. agar

responden dapat memberikan informasi baru lagi atau responden dan obyek

peneliti dapat menyetujui kebenarannya sehingga hasil penelitian lebih dapat

dipercaya.

1.7.3. Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisa data

kualitatif, dimana Setelah data diperoleh maka selanjutya ialah melakukan

analisa data yang dilakukan dengan cara mengkumpulkan lalu kemudian

disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis

tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data tersebut diolah dan

dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan

kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, maka peneliti

membaginya dalam IV bab dan beberapa sub bab. Untuk itu sistematika penulisan

skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagianyang menguraikanlatarbelakang masalah, rumusan

permasalahan, batasan masalah, tujuaan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, metode penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data,

(29)

BAB II Sejarah dan Biografi Tuan Guru Babusalam

Pada bab ini akan berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu, yang

memuat profil lokasi penelitian, sejarah dari tuan guru babusalam serta biografi

dari tuan guru Syeh Hasyim Al Syarwarni

BAB III Analisa Data

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai peran tuan guru Syeh Hasyim

Al Syarwarni terhadap pilihan masyarakat pada pemilihan presiden tahun 2014

yang lalu.

BAB IV Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

Referensi

Dokumen terkait

Sampel penelitian ini adalah 56 orang lansia dengan rheumatoid arthritis di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang kabupaten langkat yang diambil dengan

PADA MATERI IBADAH HAJI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 1 PADANG TUALANG.

Pengukuran kerapatan partikel tanah sebelum dan sesudah infiltrasi pada berbagai penggunaan lahan di Desa Tanjung Putus Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait peran orang tua terhadap perencanaan karir remaja di dusun X Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menemukan faktor yang menyebabkan tumbuhnya permukiman etnik Melayu di Dusun 2 Desa besilam Babussalam Langkat dan

Judul : Pola Aktivitas dan Perilaku Nyeri Rheumatoid Arthritis pada Lansia di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.. Nama : Dendi

Penelitian ini fokus pada analisis bentuk, fungsi dan makna Munajat sebagai media dalam menjaga ideologi dan silsilah Tarekat Naqsyabandiah di desa Besilam Kecamatan Padang

SYAFRIAN SYAPUTRA NPM : 71190211099 Judul Skripsi : PERAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTs AMIN DARUSSALAM DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN