SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA
PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS
(Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)
SKRIPSI
OLEH:
PINTA MARITO DAULAY 080309004
PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA
PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS
(Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)
SKRIPSI
OLEH:
PINTA MARITO DAULAY 080309004
PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Emalisa, SP, MSi)
NIP : 19620624 198603 1 001 NIP :197211181998022001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
PINTA MARITO DAULAY (080309004) dengan judul penelitian “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa SP, MSi.
Penyuluh pertanian diharapkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannya. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu desa yang sering mengikuti penyuluhan. Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode skala likert.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani. Dengan kinerja atau tingkat keberhasilan yang tinggi. Sehingga petani memberikan respon sikap dan perilaku positif.
ABSTRACT
Pinta Marito Daulay (080309004) with title “Attitude and Behaviors of Farmers toward Agriculture Instructors’ Performance in Padang Lawas Regency (Case: Gunung Manobot Village, Lubuk Barumun Sub-district, Padang Lawas Regency)”. This research was guided by Ir. Yusak Maryunianta, MSi and Emalisa SP, MSi.
Agriculture instructors were expected to have skills in the complex work, with certain basic professional ability, including the ability to plan, to do activity, to solve problem with personal responsibility on certain level, to have managing skill and able to follow development, knowledge and technology in their own specialization field. The purpose of this research is to find out the performance of agriculture instructor. The research area which is pursopesly decided which is Gunung Manobot Village Lubuk Barumun Sub-district Padang Lawas Regency, with consederation that the village is one of the village that often follows counseling. The analysis method which is used is scoring and Likert scale method. The result that can be concluded from this research: performance of agriculture instructor has been done well according to the needs of the farmers, with the performance or high rate success, so that farmers give respond and positive attitude.
RIWAYAT HIDUP
PINTA MARITO DAULAY, dilahirkan di Desa Batang Tanggal Baru, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas pada tanggal 14 Agustus 1989 dari ayahanda Alm. Gusnar Daulay dan ibunda Damsinar Hasibuan. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 117841 Padang Lawas tahun 2002, SLTP Negeri 1 Lubuk Barumun Padang Lawas tahun 2005, MAN 1 SIBUHUAN Padang Lawas tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur (PMP).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA
PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus:
Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)”
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, selaku ketua komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku anggota komisi pembimbing, yang juga banyak memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU
2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis
Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua tercinta ayahanda Alm. Gusnar Daulay dan ibunda Damsinar Hasibuan dan kakak tercinta Kholidah Hafni Daulay SPd, Mufidah Rohima Daulay Amd yang terus memberi dukungan dan semangat kepada penulis untuk terus berkarya.
Seluruh teman-teman di IMASEP, FSMM-SEP, serta kepada seluruh teman–teman seperjuangan di stambuk 2008 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya hidup bersama dan saling berbagi mengisi satu sama lain.
Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik saya, Rehan Safrina Amd, Ulfi Widya Sari SP, Amalia Ritonga SP, Tri Kuntari Devira SP, Mila Zulfa SP, Tumpak Manik, Rofiqoh Ahmad SP, Silvira SP, Ameryani SP, Asni SP, Maulidya Sari SP, M. Rullyanda Azmi SP, Farwah Inal Abdi SP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 5
Landasan Teori ... 9
Kerangka Pemikiran ... 15
Hipotesis Penelitian ... 17
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
Metode Penentuan Subjek Penelitian ... 18
Metode Pengumpulan Data ... 19
Metode Analisis Data ... 20
Defenisi dan Batasan Operasional ... 26
Defenisi ... 26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian ... 28
Sarana dan Prasarana... 31
Perekonomian Wilayah Kabupaten Padang Lawas …. ... 32
Karakteristik Sampel Penelitian ... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 36
Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 40
Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian... 42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47
Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Daftar Kelompok Tani se- Kecamatan Lubuk Barumun
Kabupaten Padang Lawas ... 18
2. Daftar Data untuk Mengukur Kinerja Penyuluh Pertanian... 20
3. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian………... 22
4. Daftar Data Indikator Pengukuran Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian ... 25
5. Komposisi Penduduk Menurut Umur... 28
6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 29
7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 30
8. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan... 30
9. Sarana dan Prasarana... 31
5. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun. 33
6. Karakteristik Petani Sampel……… 34
7. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok Penyuluh pertanian Kecamatan Lubuk Barumun ... 40
8. Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertaninan……….. 43
ABSTRAK
PINTA MARITO DAULAY (080309004) dengan judul penelitian “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa SP, MSi.
Penyuluh pertanian diharapkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannya. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu desa yang sering mengikuti penyuluhan. Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode skala likert.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani. Dengan kinerja atau tingkat keberhasilan yang tinggi. Sehingga petani memberikan respon sikap dan perilaku positif.
ABSTRACT
Pinta Marito Daulay (080309004) with title “Attitude and Behaviors of Farmers toward Agriculture Instructors’ Performance in Padang Lawas Regency (Case: Gunung Manobot Village, Lubuk Barumun Sub-district, Padang Lawas Regency)”. This research was guided by Ir. Yusak Maryunianta, MSi and Emalisa SP, MSi.
Agriculture instructors were expected to have skills in the complex work, with certain basic professional ability, including the ability to plan, to do activity, to solve problem with personal responsibility on certain level, to have managing skill and able to follow development, knowledge and technology in their own specialization field. The purpose of this research is to find out the performance of agriculture instructor. The research area which is pursopesly decided which is Gunung Manobot Village Lubuk Barumun Sub-district Padang Lawas Regency, with consederation that the village is one of the village that often follows counseling. The analysis method which is used is scoring and Likert scale method. The result that can be concluded from this research: performance of agriculture instructor has been done well according to the needs of the farmers, with the performance or high rate success, so that farmers give respond and positive attitude.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang dikenal dengan pusat pemerintahannya di Sibuhuan sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Memang hal itu tidak bisa dibantah, karena klaim tersebut sangat didukung fakta dan kenyataan bahwa Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan Barumun, Lubuk Barumun, Kecamatan Sosa, Batang Lubu Sutam, Hutaraja Tinggi, Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak sebagai wilayah cakupan Palas merupakan bumi yang menyimpan potensi pertanian dan perkebunan.
Potensi alam yang dimiliki Palas dimaksud meliputi sektor perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan. Potensi perkebunan dan pertanian, terlihat seperti di Kecamatan Sosa, di Hutaraja Tinggi, di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak. Bahkan beberapa kecamatan tersebut saat ini telah menjadikan sektor perkebunan jenis kelapa sawit menjadi potensi andalan yang telah banyak merubah taraf hidup warga ke arah yang semakin membaik.
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment)
Huda, (2002) mengemukakan bahwa penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian.
Penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan ketrampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru.
Sejak urusan penyuluhan pertanian diserahkan kepada pemerintah daerah sering ditemulan adanya permasalahan yang merugikan petani maupun bagi para penyuluh pertanian di lapangan. Permasalahan yang ditemukan antara lain rendahnya tingkat profesionalme penyuluh pertanian, lemahnya administrasi penyuluh pertanian, dan kurangnya kemampuan manajerial penyuluh pertanian.
Adanya permasalahan-permasalahan tersebut berakibat pada rendahnya tingkat penyelenggaraan penyuluh pertanian kepada petani sehingga tingkat produktifitas usahatani dan pendapatan petani tidak berkembang.
diadakan oleh penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani.
Tenaga penyuluhan pertanian diharapkan kedepan tidak lagi cukup hanya menguasai teknis budidaya pertanian namun harus menguasai aspek pemasaran, permodalan, efesiensi ekonomi, dan analisis pendapatan petani, atau lebih lagi harus mampu menjadi konsultan dan pendamping petani dalam bisnis pertanian.
Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan tekhnologi baru, sehingga mampu berusaha tani dengan lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, lebih hidup sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?
2. Bagaimana sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?
3. Bagaimana perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah tempat penelitian dilakukan.
2. Sebagai bahan ilmu pengetahuan untuk petani.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat luas. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) istilah penyuluhan dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak.
Namun, Jahi (Mardikanto, 1993) menyebutkan istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan atau penyebarluasan. Proses penyebarluasan yang dimaksud adalah proses peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.
penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1993).
Seorang penyuluh dapat membantu petani dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksi guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran antara lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang pertanian (Kartono, 2008).
Pentingnya penyuluhan pembangunan juga diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1993).
Kartasapoetra, A.G. (1987) mengemukakan bahwa dengan adanya penyuluhan-penyuluhan itu mereka dapat menolong diri masing-masing (self help), yang didasari semangat gotong royong yang lama telah mendarah daging pada mereka, sanggup secara bersama-sama dengan penuh toleransi memecahkan persoalan-persoalan tersebut sesungguhnya karena adanya keinginan dan kebutuhan.
a. Keinginan, bahwa setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya untuk mendapatkan income yang sebesar-besarnya, mereka ingin hidup sejahtera.
b. Kebutuhan, mereka sadar bahwa peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan hanya akan tercapai apabila mereka mengubah cara-cara usahataninya, mereka butuh cara-cara atau teknologi baru.
Tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan pertanian adalah terjadinya pe-rubahan perilaku sasarannya. Sejalan dengan hal ini Syahyuti et al. (1999) menyebutkan tujuan yang ingin dicapai penyuluhan pertanian adalah mengembangkan kemampuan petani secara bertahap agar memiliki tingkat pengetahuan yang semakin meningkat, perbendaharaan informasi yang memadai dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan sehingga akhirnya mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang terbaik untuk usahataninya. Jadi, penyuluhan pertanian bukan sekedar menyampaikan informasi kepada petani lalu berhenti, tetapi berlanjut sampai pada dampaknya yang ada efek perbaikan langsung yang menguntungkan.
petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki peran untuk menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan teknologi baru dalam peni ngkatan produksi pada bidang pertanian. Program memiliki peran yang penting dalam suksesnya penyuluhan (Padmowihardjo S, 1999).
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) peran utama penyuluhan pada masa lalu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan itu.
Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan penyuluhan pertanian menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2) membantu petani dalam berbagai kegiatan usahatani, (3) membantu dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan petani, (4) membantu petani untuk menambah kesejahteraan keluarganya, (5) mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih aktif, (6) menjaga dan mengusahakan iklim sosial yang harmonis, agar petani dapat dengan aman menjalankan kegiatan usahataninya, (7) mengumpulkan masalah-masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program penyuluhan pertanian.
Menurut Kementerian pertanian Badan pengembangan sumber daya manusia Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dalam menetapkan keberhasilan seorang penyuluh pertanian digunakan 9 (sembilan) tolak ukur keberhasilan seperti berikut :
b. Tersusunya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian
c. Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi d. Terdesiminasinya teknologi pertanian secara merata.
e. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani dan pelaku usaha f. Terwujudnya kemitraan usaha petani dan pelaku usaha yang menguntungkan g. Terwujudnya akses petani dan pelaku usaha kelembaga keuangan, informasi dan sarana produksi.
h. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan diwilayahnya. i. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.
Landasan Teori
Kinerja
Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.
Teori Kinerja
Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
a. Melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan. b. Melaksanaan penyuluhan , evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan
Fungsi Penyuluh Pertanian
a. Memfasilitasi Proses Pembelajaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
b. Mengupayakan Kemudahan Akses Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Ke Sumber Informasi, Teknologi, Dan Sumber Daya Lainnya Agar Mereka Dapat Mengembangkan Usahanya;
c. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
d. Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan Organisasinya Menjadi Organisasi
e. Ekonomi Yang Berdaya Saing Tinggi, Produktif, Menerapkan Tata Kelola Berusaha Yang Baik, Dan Berkelanjutan; Membantu Menganalisis Dan Memecahkan Masalah Serta Merespon Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Mengelola Usaha;
f. Menumbuhkan Kesadaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Terhadap Kelestarian Fungsi Lingkungan; Dan
Sikap
Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap objek tersebut (Azwar, 2002).
Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006). Krech dan Crutchfield dalam Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda-beda namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mengetahui prilaku seseorang. Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku.
Van den Ban dan Hawkins (2000) mendefinisikan sikap sebagai perasaan pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat parmanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungan. Dengan demikian komponen-komponen sikap meliputi pengetahuan, pendapat, pikiran, keyakinan dan perasaan-perasaan dan kecenderungan bertindak.
yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2002).
Sikap Positif
Sikap Positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Sikap Negatif
Sikap Negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiono, 2004).
Indriantoro dan Supomo (2002), skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3. netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9.
Perilaku
Perilaku adalah tindakan (kegiatan atau tindak-tanduk) manusia yang dapat diamati. Sebaliknya sikap merupakan pencerminan dari dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri seseorang dan reaksi terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Bila sikap tersebut disalurkan keluar, terjadilah perilaku. Jadi sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku (Sastrodiningrat, 1986).
Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu obyek (Azwar, 2002). Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya, ksesuaian terhadap kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik individu dan lingkungan.
terhadap perilaku tersebut, norma-norma subyektif, serta kemampuanya untuk melakukan perilaku itu, yaitu penilaian perilaku sendiri (Van den Ban dan Hawkins, 2000).
Bentuk-bentuk perilaku manusia sangat beragam, sehingga tidak ada satu teoripun yang bisa menjelaskan secara detail bentuk dan arah berperilaku manusia. Bentuk-bentuk perilaku kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Skinner (1938, dalam Notoatmodjo, 2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Perilaku terbuka (overt behavior)
behavior. Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama.
Faktor eksternal yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Faktor internal yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).
Hubungan Sikap dengan Perilaku
Sikap dan tingkah laku sangat berkaitan, karena manusia akan bertingkah laku ataupun berperilaku biasanya sesuai dengan sikap yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Dari sebuah sikap maka terciptalah sebuah tingkah laku.
Kerangka Pemikiran
Kinerja penyuluh pertanian lapangan dikatakan berjalan lancar apabila sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan tersebut positif yang akhirnya akan menghasilkan perilaku yang positif pula, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian tingkat keberhasilan penyuluh pertanian lapangan dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petani.
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Petani
Perilaku Petani Sikap petani
Negatif Terbuka Tertutup Positif
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas.
Lokasi penelitian dipilih satu desa dari dua puluh lima desa yang ada di Daerah Kecamatan Lubuk Barumun dan terdapat tiga puluh empat kelompok tani dengan alasan bahwa desa tersebut merupakan salah satu kelompok tani yang mempunyai lahan percontohan.
Metode Penentuan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah seluruh anggota Kelompok Tani Makmur di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas yaitu sebanyak 30 orang. Penelitian ini dilakukan secara sensus, yaitu seluruh populasi diambil sebagai subjek penelitian.
Tabel 1. Daftar Kelompok Tani se-Kecamatan Lubuk Barumun
No Nama Desa Nama Kelompok Tani Jumlah
Anggota
1 Janji Matogu Sinar Tani 50 2 Pagaran Silindung Harapan Jaya 30 3 Tangga Bosi Sejahtera Tani 60 Batang Tanggal Baru
12 Batang Bulu Jae Suro Dingin Bonal
Batang Bulu Tanggal Janji Lobi 5 Saba Batang Bulu Tanggal
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang LawasTahun 2012.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner yang telah disiapkan.
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Wawancara, pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada petani responden.
Pencatatan, teknik pengumpulan data dengan cara mengutip buku, pustaka, laporan yang telah ada dari lembaga instansi terkait.
Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasikan terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.
Pengujian hipotesis 1 menggunakan analisis deskriptif dan skoring yaitu dengan melihat bagaimana pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian lapangan di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Tabel 2. Daftar Data untuk Mengukur Kinerja Penyuluhan
N o
Tugas Pokok Indikator Skor
1 Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani
A : 2 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan B : 1 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan C : 0 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan
3
2
1
2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, menggabungkan kelompok tani dengan pendekatan kelompok
3 Menyusun bersama program penyuluhan di Balai
Penyuluhan dan
melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat
A : Selalu
(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah
(1 kali dalam ≥ 3 tahun)
3
2
1
4 Menyususn rencana kerja penyuluhan pertanian (RKPP)
A : Selalu
(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang
5 Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh
A : Selalu
(2 kali dalam setahun)
27 - 9 3 masyarakat
menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain : gotong royong, dan sebagainya)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam setahun) C : Tidak pernah (0 kali dalam setahun)
1
6 Menyusun materi penyuluhan pertanian
A : Selalu
7 Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok
A : PPL membantu semua kelompok tani binaan
B : PPL membantu ≥ 75 % kelompok tani binaan
C : PPL membantu <30 % kelompok tani binaan
3
2
1
8 Menerapkan metode penyuluhan pertanian
Ceramah dan Diskusi
A : Selalu
9 Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertnanian dan dampaknya
A : Selalu
(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah
Jumlah skor pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian antara lain 9 – 27 dengan range 6, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :
9 – 15 = kinerja rendah 16 – 21 = kinerja sedang 22 – 27 = kinerja tinggi
Hipotesis 2 diukur dengan menggunakan teknik penskalaan Likert, yaitu mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pengukuran skala likert lebih adil dibandingkan pengukuran skala sikap lainnya, hal ini dikarenakan skala likert mengukur sikap dari dua sisi yang berbeda. Sikap seseorang bisa dilacak dari pernyataan positif dan pernyataan negatif, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan nyata.
Tabel 3. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian
No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1. Petani mengenal baik keberadaan penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun
Penyuluh tidak berperan sesuai dengan yang diharapkan petani
2. Peran penyuluh berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani
Petani merasa kinerja penyuluh masih belum optimal
3. Penyuluh selalu datang tepat waktu untuk memberikan materi kepada petani
Penyuluh tidak dapat diandalkan di dalam berusahatani
4. Kegiatan penyuluhan memberikan dorongan dan semangat bagi petani untuk meningkatkan produktivitas usahatani
Petani merasa kesulitan dalam menyampaikan aspirasi kepada penyuluh
5. Penyuluh dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kehidupan yang lebih baik
Butuh waktu yang lama bagi petani dalam menyampaikan aspirasi kepada penyuluh
6. Penyampaian materi oleh penyuluh sesuai dengan kebutuhan petani
7. Kegiatan penyuluhan lebih bermanfaat dirasakan petani dibanding dengan tanpa adanya kegiatan penyuluhan
Penyuluh belum melakukan sosialisai tentang peran penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun secara optimal
8. Penyuluh melakukan sosialisai diwilayah kerja bersama kelompok tani dan tokoh-tokoh masyarakat antara lain gotong royong dan lain sebagainya
Penyuluh tidak datang tepat waktu pada saat pertemuan rutin
9. Penyuluh membantu petani untuk merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan petani
Petani menganggap materi yang disampaikan penyuluh tidak bermanfaat bagi mereka sehingga petani tidak menerapkan informasi tersebut
10. Penyuluh melakukan pembinaan kepada kelompok tani dalam menyusun RDK
Kinerja Penyuluh tidak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
11. Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan yang dinanti petani selama ini
Kegiatan penyuluhan membuat petani menjadi kaku dan bingung dalam melakukan usaha taninya
12. Dengan adanya kegiatan penyuluhan, petani menjadi lebih dapat mengenal masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan dalam berusaha tani
Kegiatan penyuluhan bukan merupakan kegiatan yang dinanti petani
13. Petani menjadi lebih aktif karena adanya penyuluh yang membantu dalam berusahatani
Menurut petani keterampilan dan pengetahuan yang di dapat sendiri lebih baik dari pada yang diberikan penyuluh
14. Penyuluh dapat membina dan mengembangkan kelompok tani
Kegiatan penyuluhan hanya membuat petani malas untuk berusahatani 15. Bagi petani, mengikuti kegiatan
penyuluhan pertanian merupakan kesempatan untuk meng- ekspresikan gagasan dan ide petani
Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5.
Sedangkan untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus:
�= 50 + 10�� − �� 5 �
Keterangan:
T : Skor Standar X : Skor responden
�� : Rata-rata skor kelompok S : Deviasi standar kelompok Kriteria uji :
Jika T ≥ 50, maka sikap positif Jika T ≤ 50, maka sikap negatif
Berdasarkan uji t tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani apakah positif atau negatif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas. Jika petani bersikap positif, maka itu menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian berhasil, dan sebaliknya jika petani bersikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian tidak berhasil dan tidak diterima oleh petani.
Tabel 4. Daftar Data Indikator Pengukuran Perilaku Petani
N
o Tahap Adopsi Inovasi Indikator
Skor 1 Petani selalu mengikuti kunjungan
penyuluhan pertanian
A. Selalu (2 kali dalam sebulan)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan)
C. Tidak pernah (0 kali dalam sebulan)
3 2 1 2 Petani menerapkan materi yang
diberikan oleh penyuluh pertanian dalam berusaha tani
A. Selalu (setiap melakukan kegiatan usaha tani) B. Kadang-kadang (sekali
kegiatan usaha tani) C. Tidak pernah (tidak
pernah mau
mencoba/mengadopsi)
3 2 1
3 Petani mendukung penuh keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan penyuluhan pertanian
A. Selalu (2 kali dalam sebulan)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan)
4 Petani mendukung adanya Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) yang disusun secara lengkap dan terperinci oleh penyuluh
A. Selalu (1 kali dalam setahun)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam 2 tahun) 5 Petani mengikuti kegiatan gotong
royong yang diadakan oleh penyuluh
A. Selalu (2 kali dalam setahun)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam setahun) 6 Petani ikut terlibat dalam menyusun
materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian
A. Selalu (2 kali dalam sebulan)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan) 7 Petani melakukan musyawarah
dalam menyusun rencana kegiatan kelompok tani
A. Selalu (1 kali dalam sebulan)
disampaikan penyuluh kepada petani tentang pengetahuan dan perkembangan pertanian
sebulan per kelompok tani)
B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan per kelompok tani) C. Tidak pernah (0 kali
dalam sebulan per kelompok tani)
2 1
9 Petani dengan penyuluh pertanian
bersama-sama membangun kelompok tani yang lebih baik
A. Selalu (mengikuti penyuluhan 2 kali dalam sebulan per kelompok tani)
B. Kadang-kadang
(mengikuti penyuluhan 1 kali dalam sebulan per kelompok tani)
C. Tidak pernah (mengikuti penyuluhan 0 kali dalam sebulan)
3
2
1
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi
1. Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian.
pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat.
3. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang penyuluh dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
4. Sikap Positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan program.
5. Sikap Negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap program.
6. Perilaku Tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
7. Perilaku Terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Propinsi Sumatera Utara.
2. Sampel data penelitian adalah petani padi sawah yang merupakan anggota kelompok tani.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Kondisi Geografis
Desa Gunung Manobot berada dalam wilayah Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan luas lahan 983,53 Ha. Secara administratif Desa Gunung Manobot memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Batang Bulu Jae - Sebelah Selatan : Desa Batang Tanggal Baru - Sebelah Timur : Desa Aek Lancat
- Sebelah Barat : Desa Pagaran Malaka
Keadaan Daerah
a. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Jumlah Penduduk Desa Gunung Manobot adalah 2.033 jiwa, yang terdiri dari 1.103 jiwa laki-laki dan 930 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 612 KK. Komposisi penduduk Desa Gunung Manobot berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Gunung Manobot Berdasarkan Kelompok Umur
No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-14 472 23,21
2 15-60 1357 66,74
3 >60 204 10,05
Total 2033 100
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut kolompok umur tertinggi yaitu terdapat pada umur 15-60 tahun yakni sebanyak 1.357 jiwa dengan persentase 66,74 % dan yang terendah yaitu pada kelompok umur > 60 tahun yakni sebanyak 204 jiwa dengan persentase 10,05 %. Dari data diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (15 tahun-60 tahun) lebih banyak dari usia yang belum/tidak produktif.
Komposisi penduduk menurut Janis kelamin dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 1.103 54,25
2 Perempuan 930 45,75
Total 2033 100
Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Gunung Manobot jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah 1.103 jiwa atau persentasenya 54,25% sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 930 jiwa dengan persentase 45,75%. Dari data tersebut dapat diketehhui bahwa penduduk di Desa Gunung Manobot lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan.
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak Tamat SD 50 6,81
2 Tamat SD 104 14,16
3 Tamat SMP 259 35,28
4 Tamat SMA 212 28,88
5 Tamat Akademi (D1-D3) 67 9,12 6 Tamat Sarjana 40 5,44
Total 734 100
Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012
Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Petani 716 79,02
2 Buruh Tani 30 3,31
3 Pegawai Negeri Sipil 60 6,62 5 Pedagang Keliling 5 0,55
6 TNI/POLRI 7 0,77
7 Pensiunan 10 1,10
8 Karyawan Swasta 23 2,53 9 Pengrajin Industri Rumah Tangga 50 5,51 10 Dokter/Bidan Swasta 5 0,55
Total 906 100
Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk lebih banyak sebagai Petani yaitu sebanyak 716 jiwa dengan persentase sebanyak 79,02%. Sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling sedikit adalah Pedagang Keliling dan Dokter/Bidan Swasta yakni sebanyak 5 jiwa dengan persentase 0,55%.
Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Manobot
meningkatkan perkembangan desa dan mayarakat yang ada di dalamnya. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Manobot
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1 TK Swasta 1
2 SD Negeri dan Swasta 2
3 Sekolah Islam 1
4 Mesjid 1
5 Musholla 1
6 Lapangan Voli 1
7 Posyandu 2
Total 9
Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Gunung Manobot belum cukup baik sehingga kebutuhan masyarakat belum dapat dipenuhi dengan baik, baik itu dalam bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan maupun sosial budaya sehingga belum dapat meningkatkan perkembangan desa serta masyarakat yang ada di desa tersebut agar lebih maju.
Perekonomian Wilayah Kabupaten Padang Lawas
Sektor tanaman pangan merupakan salah satusektor yang mengalami perkembangan cukup pesat di Kabupaten Padang Lawas.
Komoditas tanaman yang juga pertumbuhannya pesat adalah kemiri, lada, aren, nilam, dan tembakau.
Pengembangan di sektor perkebunan menjadi sektor penunjang utama kegiatan perekonomian masyarakat.
Tanaman buah-buahan yang menunjang perekonomian di Kabupaten Padang Lawas adalah mangga, duku dan durian.
Peternakan ayam kampung, itik, kambing dan domba juga mengalami pertumbuhan yang cepat.
Berdasarkan hasil analisis secara rataa sektor perikanan budidaya air tawar dapat dikembangkan dengan baik di Kabupaten Padang Lawas.
Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Penyuluh Sampel
Tabel 10. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun
No. Karakteristik Satuan Rataan Range
1 Umur Tahun 26.4 20 – 35 Sumber : Diolah dari Lampiran 8.
Karakteristik Petani Sampel
Krakteristik petani sampel yang dimaksud adalah krakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini:
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Kecamatan Lubuk Barumun
No Uraian Satuan Range Rataan
1 Umur Tahun 25-64 45.3
2 Pendidikan Tahun 6-12 9.1 3 Lama Berusaha Tani Tahun 5-30 19.7
4 Luas Lahan Ha 1 1
5 Jumlah Tanggungan keluarga
Jiwa 1-6 2.4
Sumber : Diolah dari Lampiran 9.
Dari Tabel 11 dapat dijelaskan karakteristik petani sampel secara rinci sebagai berikut:
Umur Petani Sampel
Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian memiliki range antara 25-64 tahun dengan rataan 45.3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong produktif, sehingga masih besar potensial tenaga kerja yang dimiliki oleh petani tersebut di dalam mengelola usahatani.
Pendidikan
memiliki pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya sudah tergolong cukup baik.
Lama Berusahatani
Petani sampel memiliki rentang lama berusahatani antara 5-30 tahun dengan rataan 19.7 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel tergolong cukup lama, sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang baik dalam mengelola usahatani.
Luas Lahan
Luas lahan petani sampel berkisar 1 ha dengan rataan sebesar 1 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang kurang cukup luas.
Jumlah Tanggungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani yang terdapat di Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Pada penelitian ini ditetapkan sampel sebanyak 30 orang petani dari anggota kelompok tani yang ada di Desa Gunung Manobot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian dan tugas pokok serta fungsi penyuluh pertanian di daerah penelitian.
Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan tekhnologi baru, sehingga mampu berusaha tani dengan lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, lebih hidup sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian
1. Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani.
2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, menggerakkan kelompok tani dengan pendekatan kelompok.
Penyuluh menyelenggarakan penyuluhan dengan materi penyuluhan pertanian yang terpadu, terkadang bergantung pada masalah yang terjadi di lapangan. Seperti Informasi dan Bimbingan Tentang Bercocok Tanam biasanya dilakukan 1-2 kali dalam sebulan. Penyuluh selalu melakukan pendekatan kelompok pada kelompok tani dengan mengadakan suatu kegiatan yg dapat mempererat hubungan antar kelompok tani.
3. Menyusun bersama program penyuluhan di balai penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat.
4. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian.
Penyuluh melakukan penyusunan rencana kerja 1 kali dalam setahun, biasanya dilakukan pada akhir tahun atau bulan desember untuk rencana kerja tahun depan. Seperti program peningkatan penerapan tekhnologi pertanian/perkebunan, program pemberdayaan penyuluh pertanian lapangan. Rencana kerja disusun berdasarkan kebutuhan di lapangan, isi dari rencana kerja tersebut adalah jadwal kunjungan kelompok tani, dan materi penyuluhan. Materi penyuluhan yang dijadwalkan di rencana kerja sifatnya fleksibel, dapat berubah sesuai dengan keadaan di lapangan serta jadwal kunjungan penyuluh kelapangan atau jadwal kunjungan ke kelompok tani sewaktu-waktu dapat berubah.
5. Bersama dengan kontak tani dan tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya).
Penyuluh mengajak kontak tani dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan gerakan massal seperti, gotong royong, dan lain sebagainya, dimana dalam 1 tahun kegiatan itu dilakukan ± 2 kali dalam setahun, dengan kategori kadang-kadang yang seharusnya mencapai 6 kali dalam setahun. tetapi tokoh masyarakat biasanya hanya memantau kegiatan massal yang dilaksanakan tersebut.
6. Menyusun materi penyuluhan pertanian.
materi yang diberikan penyuluh ini dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memperbaiki kehidupan petani, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok.
Penyuluh bertugas mengawasi dalam menyusun Rencana Definitif Kelompok (RDK)/ Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), karena RDK/ RDKK kelompok tani itu adalah wewenang kelompok tani tersebut. Penyuluh hanya membimbing dan mengarahkan kelompok tani, hal ini dilakukan karena terkadang petani tidak mengerti dan membutuhkan arahan dalam penyusunan RDK/ RDKK kelompok tersebut agar petani tidak merasa kebingungan dan kesulitan.
8. Menerapkan metode penyuluhan pertanian
Metode penyuluhan yang dilakukan di BP3K Kecamatan Lubuk Barumun antara lain adalah ceramah dan diskusi. Dimana ceramah dan diskusi sedang sering dilakukan. Penyuluh akan melakukan Tanya jawab kepada petani/ peserta setelah memberikan penyuluhan, hal ini untuk mencari tahu apakah petani sudah mengerti dan memahami akan apa yang sudah disampaikan penyuluh.
9. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya.
Penyuluh akan mengevaluasi serta melaporkan hasil dari kegiatan yang dilakukan serta dampak yang diperoleh dari hasil kegiatan yang dilaksanakan. Penyuluh akan membuat hasil laporan yang akan diberikan atau diserahkan kepada Kantor Informasi Penyuluh Pertanian (KIPP).
Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Hasil analisis mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diuraikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas
No. Uraian Skor yang
1 Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani
3 2.3 76.6
2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang
terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan
kelompok
3 2.3 76.6
3 Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat
3 2.6 86.6
4 Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian (RKPP)
3 2.7 90
5 Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: gotong royong, dan sebagainya)
3 2.1 70
6 Menyusun materi penyuluhan Pertanian
3 2.5 83.3
7 Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok
8 Menerapkan metode penyuluhan pertanian
3 2.9 97
9 Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya
3 3 100
Rata-rata 27 22 83
Sumber : Analisis Data Lampiran 4.
Dari Tabel 12 diperoleh bahwa skor tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Lubuk Barumun adalah sebesar 22 dengan persentase 83 %. Dengan kategori skor sebagai berikut:
9 – 15 = kinerja rendah
16 – 21 = kinerja sedang
22 - 27 = kinerja tinggi
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan tinggi ini diperoleh dari kesungguhan dan semangat penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok di Kecamatan Lubuk Barumun.
Dengan demikian hipotesis tingkat keberhasilan atau kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima, karena kinerja penyuluh pertaninan termasuk dalam kriteria tinggi dengan skor 22 - 27.
Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas
Manusia mempunyai keinginan untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat dia hidup dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh sikap mereka pada suatu situasi. Di pihak lain, pengalamannya berperan pada sikap orang itu. Sikap orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta dan tindakan. Peran penyuluh sangat penting dalam pemberdayaan masyarakat petani, salah satunya dalam penyampaian informasi kepada petani. Hal ini dikarenakan penyuluhan yang berhubungan langsung dengan petani di lapangan, jadi segala permasalahan yang terjadi di lapangan maupun segala informasi tentang pengelolaan berusahatani ada di tangan penyuluh.
Sikap petani terhadap kinerja penyuluh yang selama ini membantu petani dapat diketahui dengan melihat jawaban – jawaban petani responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan – pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi ke dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.
bagi setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing masing pernyataan dijumlahkan.
Interpretasi terhadap skor masing masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standart, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 0.840771402, sehingga apabila skor standart ≥ 50 berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart < 50 berarti mempunyai sikap negatif. Sikap petani terhadap kinerja yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 13. Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas
No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Positif 19 63
2 Negatif 11 37
Total 30 100
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 7.
oleh penyuluh dapat menambah pengetahuan dan keterampilan petani serta memberi kepercayaan diri dan kemudahan bagi petani untuk berusahatani.
Dari Tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah positif di daerah penelitian. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima.
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penyuluh dapat membuat petani lebih mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani serta hubungan antara petani dengan penyuluh semakin dekat.
Tabel 14. Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas
1 Petani selalu mengikuti kunjungan penyuluhan pertanian
30 27 90
2 Petani menerapkan materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian dalam berusaha tani
30 29 97
3 Petani mendukung penuh keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan penyuluhan pertanian
30 30 100
4 Petani mendukung adanya Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) yang disusun secara lengkap dan terperinci oleh penyuluh
30 30 100
5 Petani mengikuti kegiatan gotong royong yang diadakan oleh penyuluh
30 26 87
materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian
7 Petani melakukan musyawarah dalam menyusun rencana kegiatan kelompok tani
30 21 70
8 Petani menerima informasi yang disampaikan penyuluh kepada petani tentang pengetahuan dan perkembangan pertanian
30 25 83
9 Petani dengan penyuluh pertanian bersama-sama membangun kelompok tani yang lebih baik
30 30 100
Rata-rata 30 28 92
Sumber : Analisis Data Lampiran 8.
Dari Tabel 14 diperoleh bahwa skor tingkat perilaku petani terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Lubuk Barumun adalah sebesar 92 %. Dengan kategori skor sebagai berikut:
0 = perilaku tertutup
1 = perilaku terbuka
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku petani terhadap tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah perilaku terbuka.
Dengan demikian hipotesis tingkat perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima, karena petani berperilaku terbuka terhadap kinerja penyuluh pertaninan di daerah penelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kinerja penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas berhasil dengan tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian adalah 83 %, atau dalam kriteria skor tinggi.
2. Sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah positif. Dari 30 sampel, 19 diantaranya menyatakan sikap positif dan 11 orang menyatakan sikap negatif.
3. Perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah perilaku terbuka.
Saran
1. Saran untuk Pemerintah
Diharapkan kepada pemerintah supaya bisa membangun koordinasi yang baik dengan penyuluh pertanian. Karena keberhasilan penyuluh juga sangat ditentukan oleh peran pimpinan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. 2. Saran untuk Penyuluh
3. Saran untuk Petani
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.
Azwar, S., 2002, Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ban, Van Den A.W dan H. S Hawkins. 1999. Penyuluhan P ertanian. Kanisius. Jogyakarta.
Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian..
Indrianto dan Supom
Kartasaputra A.G, 1987. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.
Kartono, 2008. Pengertian penyuluhan pertanian. Diakses Minggu 16 Desember
2012.
Kementerian Pertanian Badan pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).
Diakses Kamis 20 Desember 2012.
Kuncoro dan Ridwa
Mardikanto. T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Bentuk - bentuk perilaku. Diakses Selasa 29 Januari 2013
Padmowihardjo S, 1999. Media penyuluhan pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Samsudin S, U.1994. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung. Sastraadmadja, E. 1993. Penyuluh pertanian. Penerbit Alumni. Bandung.
Sugiyono. 2004. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2009-2-00698 KA%20Bab%202.pdf. Diakses Selasa 29 Januari 2013.
Suparyanto. 2012. Teori Kinerja. http://dr suparyanto.blogspot.com/2012/08/teori-kinerja.html. Diakses Selasa 29 Januari 2013
Syahyuti et al. 1999. ‘Kajian Kelembagaan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Nasional’ dalam Dinamika Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Penyunting (Ed.) Erizal et al.. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Walgito. 2006. Komunikasi Dasar. Yogyakarta UGM Press.
Wiriaatmadja, S., 1986. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian, Yasaguna, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Pernyataan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh
1. Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani A : 2 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan B : 1 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan C : 0 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan
2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok
A : Selalu (2 kali dalam sebulan per kelompok tani)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam sebulan per kelompok tani) C : Tidak pernah (0 kali dalam sebulan per kelompok tani)
3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat
A : Selalu (1 kali dalam setahun)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah (1 kali dalam ≥ 3 tahun)
4. Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian A : Selalu (1 kali dalam setahun)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah (1 kali dalam ≥ 3 tahun)
5. Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja
A : Selalu (2 kali dalam setahun)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam setahun) C : Tidak pernah (0 kali dalam setahun) 6. Menyusun materi penyuluhan pertanian
C : Tidak pernah (0 kali dalam sebulan per kelompok tani) 7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok
A : PPL membantu semua kelompok tani binaan B : PPL membantu ≥ 75 % kelompok tani binaan C : PPL membantu <30 % kelompok tani binaan 8. Menerapkan metode penyuluhan pertanian
A : Selalu (2 kali dalam sebulan per kelompok tani)
B : Kadang – kadang (1 kali dalam sebulan per kelompok tani) C : Tidak pernah (0 kali dalam sebulan per kelompok tani)
9. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya
A : Selalu (1 kali dalam setahun)
Lampiran 2. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
No. Sampel
Parameter
Skor Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 22 Tinggi
2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 22 Tinggi
3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 23 Tinggi
4 2 2 3 3 2 2 2 3 3 22 Tinggi
5 2 2 2 3 2 3 2 3 3 22 Tinggi
6 2 2 3 3 2 2 2 3 3 22 Tinggi
7 2 2 3 3 2 2 2 3 3 22 Tinggi
8 2 2 3 3 2 3 2 3 2 22 Tinggi
9 2 2 3 2 3 2 2 3 3 22 Tinggi
10 2 3 2 2 3 2 2 3 2 21 Sedang
11 2 2 3 2 2 3 2 3 3 22 Tinggi
Jumlah 23 23 29 30 24 28 22 32 33 239
Lampiran 3. Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas
Pernyataan Positif
1. Petani mengenal baik keberadaan penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S) c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Peran penyuluh berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani pekebun a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S) c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
3. Penyuluh selalu datang tepat waktu untuk memberikan materi kepada petani a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S) c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
4. Kegiatan penyuluhan memberikan dorongan dan semangat bagi petani untuk meningkatkan produktivitas usahatani
a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)
c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)