STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK
KARTON GELOMBANG
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Gigantika P. H. Samosir
ABSTRAK
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ERLIZA NOOR.
Permintaan bahan baku kayu untuk pembuatan kertas semakin meningkat sehingga berdampak pada kerusakan hutan. Tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi untuk bahan baku pembuatan kertas karena kandungan selulosanya cukup tinggi. Adanya isu tandan kosong yang dikembalikan ke lahan petani menjadi masalah dalam pengadaan bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pilihan strategi dan penentuan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang. Kriteria kelayakan menunjukkan nilai net present value yaitu Rp 13.577.950.803, internal rate return diperoleh sebesar
49,9%, B/C ratio sebesar 1,08, break event point pada tahun pertama yaitu
3.589.632 kotak dan waktu pengembalian modal selama 3 tahun. Hasil analisis
Fuzzy AHP menunjukan strategi penyediaan bahan baku yang terpilih yaitu
melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dalam jangka panjang dengan bobot 0,331.
Kata kunci : strategi penyediaan, tandan kosong kelapa sawit, kotak karton gelombang, fuzzy analytical hierarchy process
ABSTRACT
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Raw Material Supply Strategy of Empty Fruit Bunch Palm Oil for Corrugated Boxes Industry. Supervised by YANDRA
ARKEMAN and ERLIZA NOOR.
The demand of timber as raw material for paper industry is increasing, those thing bring a negative impact to the environment such as forest degradation. Empty fruit bunch palm oil has a potency as paper raw material production because it has high cellulose level. Lately, imerge an issue about practical giving-back the empty empty fruit bunch into palm oil plantation area become a problem in supplying raw material for paper productiion. This research was conducted to determine and select the strategy of raw material supplying for coggurated box industry. The investment criteria show that Net Present Value is
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU SERAT TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK
KARTON GELOMBANG
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang
Nama : Gigantika P. H. Samosir NIM : F34090075
Disetujui oleh
Dr Ir Yandra Arkeman, MEng Pembimbing I
Prof Dr Ir Erliza Noor Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Industri Kotak Karton Gelombang dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama Februari 2014 sampai Juni 2014 ini ialah strategi penyediaan bahan baku.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yandra Arkeman, MEng dan Ibu Prof Dr Ir Erliza Noor selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, teman-teman Teknologi Industri Pertanian 46 dan 47 atas dukungan yang diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Lokasi dan Waktu Penelitian 3
Metode 3
Prosedur Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Permintaan kertas 9
Ketersediaan Bahan Baku 10
Kapasitas dan Proses Produksi 13
Analisis Keuangan 18
Strategi Penyediaan Bahan Baku 23
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
LAMPIRAN 31
DAFTAR TABEL
1 Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010 9 2 Ekspor dan impor karton, box dari karton bergelombang 10 3 Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 11 4 Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012 12
5 Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas 14
6 Harga dan penerimaan 21
7 Struktur pembiayaan 21
8 Angsuran modal investasi 22
9 Skala penilaian perbandingan berpasangan 24
10 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada
kriteria penyediaan bahan baku 26
11 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar
pada kriteria penyediaan bahan baku 26
12 Nilai indeks konsistensi acak (RI) berdasarkan ukuran matriks 27 13 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil
penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku 27 14 Total bobot prioritas atribut tujuan penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot kriteria penyediaan bahan baku 27 15 Total bobot prioritas atribut alternatif penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot tujuan penyediaan bahan baku 27
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian 4
2 Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton) 10
3 Komposisi tandan olah 11
4 Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang 14 5 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular 24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kebutuhan bahan baku tandan kosong kelapa sawit 31
2 Spesifikasi alat dan mesin 32
3 Neraca massa proses pembuatan kotak karton gelombang 36 4 Neraca energi proses pembuatan kotak karton gelombang 42
5 Asumsi-asumsi 48
6 Rincian biaya investasi 49
7 Rincian modal kerja 51
8 Rincian biaya penyusutan aset 52
9 Rincian biaya nilai sisa 52
10 Rincian biaya pemeliharaan 53
11 Rincian biaya premi asuransi 53
13 Rincian biaya produksi 55
14 Rincian biaya operasional 56
15 Rincian laba dan rugi 58
16 Arus kas 59
17 NPV, IRR, Net B/C, PBP 60
18 Analisis sensitivitas kenaikan harga 5% 62
19 Analisis sensitivitas kenaikan harga 10% 64
20 Struktur analitycal hierarchy process 66
21 Kuesioner AHP 67
22 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar 72
23 Matriks perbandingan berpasangan α-cutfuzzy hasil penilaian pakar 78 24 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kertas merupakan barang yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut berita resmi statistik, pertumbuhan produksi industri kertas pada tahun 2012 naik 14,78% dari tahun sebelumnya, sedangkan menurut data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyebutkan tahun 2009 produksi kertas Indonesia sebanyak 9,363 juta ton, naik menjadi 9,951 juta ton di tahun 2010. Kertas pada dasarnya dapat dibuat dari semua bahan setengah jadi yang mengandung selulosa (pulp). Namun demikian, selulosa (pulp) kayu sampai saat ini masih mendominasi sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan kertas.
Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi dengan ketersediaan bahan baku. Pada industri pulp dan kertas dalam memproduksi 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton akan menghabiskan kayu sebanyak 670 juta ton, sehingga permintaan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas juga akan meningkat. Peningkatan kebutuhan akan kayu tersebut dapat menyebabkan kenaikan laju deforestasi dan kerusakan hutan. Kenaikan laju deforestasi ini menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan salah satunya efek global warming. Penggundulan hutan yang terjadi mengurangi jumlah tumbuhan yang dapat mengikat emisi CO2 dari aktifitas manusia sehingga CO2 yang tak terserap
oleh tumbuhan membentuk lapisan yang mengakibatkan pemanasan global (global warming). Pemanasan global ini akan berdampak pada perubahan iklim
secara tidak menentu. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan bencana alam seperti erosi dan banjir (Setiawan 1999). Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan alternatif bahan baku non kayu agar penebangan hutan yang kerap terjadi dapat berkurang.
Kelapa sawit (Elaeis quineensis), merupakan komoditas perkebunan yang
sedang berkembang pesat saat ini. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 2012 telah mencapai 9,5 juta hektar. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh Perkebunan Kelapa Sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) dihasilkan sebanyak 20-23% TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh indonesia pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 26,5 juta ton (Ditjen Perkebunan 2012). Kebanyakan limbah berupa serat ini hanya dijadikan kompos, atau ditimbun di dalam tanah sebagai pengeras jalan.
Menurut Hermiati (2010) komposisi kimia tandan kosong terdiri dari 41,3-46,5% selulosa, 25,3-33,8% hemiselulosa, dan 27,6-32,5% lignin. Kandungan lignoselulosa yang terdapat pada tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Limbah tandan kosong yang diolah kembali menjadi bahan baku kertas dapat mengatasi masalah pembuangan limbah serat kelapa sawit serta memberikan nilai tambah secara ekonomi.
jangka panjang. Untuk itu diperlukan strategi penyediaan bahan baku yang efektif dan sesuai untuk meminimumkan resiko, dan ketidakpastian dalam pengadaan bahan baku dan kelancaran proses produksi.
Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) adalah salah satu metode untuk menentukan strategi penyediaan bahan baku. Metode fuzzy AHP adalah
suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep
fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan
kriteria. Menurut Kastaman et al (2007) keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat
melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik.
Perumusan Masalah
Permintaan kertas yang semakin tinggi akan berdampak buruk bagi dunia dan Indonesia yang termasuk salah satu produsen kertas terbesar, jika tidak dikritisi mengenai ketersediaan bahan bakunya. Produksi kertas yang masih mengandalkan kayu hutan alam membuat tingkat deforestasi semakin meningkat dan akan berdampak buruk bagi alam dan kesehatan manusia dikemudian hari.
Oleh karena itu, pengganti selulosa kayu untuk pembuatan kertas yang cocok adalah tandan kosong kelapa sawit. Namun adanya kandungan minyak dan lemak, kertas yang dapat dicetak dari tandan kosong adalah kertas bergelombang (Cogurrated paper) yang dapat dijadikan kardus atau box. Perkebunan kelapa
sawit terpencar-pencar tidak terfokus pada suatu tempat menjadi suatu masalah dalam pengadaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan suatu industri harus tercukupi dari jumlah dan kontinuitasnya secara jangka panjang.
1. Berapa besarnya permintaan kertas gelombang/kardus di pasar dalam negeri? 2. Apakah industri dapat memenuhi permintaan kertas gelombang/kardus di pasar
dalam negeri?
3. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dan kontinuitas industri dapat terus berjalan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial pendirian industri kotak karton gelombang dan merancang strategi penyediaan bahan baku serat kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang agar dapat memenuhi permintaan pasar dan proses produksi dapat berlangsung optimal.
Manfaat Penelitian
pasar ekspor. Manfaat lainnya adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk pengadaan bahan baku serta dapat memberikan manfaat berupa nilai tambah pada tandan kosong kelapa sawit.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas produksi yang berpengaruh dalam industri kotak karton gelombang tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri, serta penentuan strategi penyediaan bahan baku di industri kertas bergelombang serat tandan kosong kelapa sawit yang prospektif.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan pengambilan data diperoleh dari PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik. Waktu penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Juni 2014.
Metode
Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, maupun media elektronik (internet).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit dalam produksi kotak karton gelombang. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan beberapa strategi untuk menyediakan tandan kosong kelapa sawit. Penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan metode fuzzy AHP. Diagram alir
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Prosedur Analisis Data
Analisis permintaan kotak karton gelombang
Analisis permintaan kotak karton gelombang diperoleh dari data sekunder yang berasal dari beberapa pustaka yaitu Statistik Industri Manufaktur Bahan Baku, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, dan data dari internet. Data tersebut menjadi dasar kebutuhan tandan kosong untuk pengolahan kotak karton gelombang.
•Studi Pustaka •Diskusi Pakar •Kuesioner
Penentuan strategi penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang dengan
metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).
Selesai
Analisis ketersediaan bahan baku (menghitung persentase limbah tandan kosong dari jumlah pengolahan tandan
buah segar) Mulai
Demand/permintaan kotak karton gelombang
(presentase penggunaan kotak karton gelombang x jumlah keseluruhan
penggunaan kertas) •Studi Pustaka
•Pengumpulan data sekunder
Kelayakan pendirian industri kotak karton gelombang:
- Analisis teknologi
- Analisis kapasitas produksi - Analisis finansial
• Studi Pustaka • Analisis data
Analisis ketersediaan bahan baku
Analisis ketersediaan bahan baku dilakukan dengan studi pustaka. Pustaka yang digunakan adalah Statistik Kelapa Sawit 2010-2014 berdasarkan Direktorat Jendral Perkebunan. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat yang dihasilkan sebanyak 20-23%.
Analisis teknologi produksi
Analisis teknologi didapat dari wawancara dan pengumpulan data sekunder. Wawancara dilakukan dengan pihak PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas sedangkan data sekunder didapat dari studi pustaka dan internet. Hasil wawancara berupa tahapan proses pembuatan kertas dari tandan kosong kelapa sawit hingga menjadi jumbo roll, sedangkan tahapan pembuatan kotak karton gelombang didapat dari studi pustaka dan internet. Kebutuhan dan kapasitas mesin untuk proses pembuatan kotak karton gelombang diperoleh dari internet. Bahan baku yang digunakan didapat dari perhitungan sebagai berikut :
Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Analisis kapasitas produksi
Analisis kapasitas produksi didapatkan berdasarkan kapasitas mesin dan ketersediaan bahan baku. Analisis kapasitas produksi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisis finansial
Aspek finansial dapat ditentukan dengan menghitung Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break event point (BEP) dan Payback Period (PBP) dari keuntungan yang diperoleh.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu
Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.
���=���− �� (1 +�)�
�
�=0
Keterangan :
Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (t = 0,1,2,3,...,n) n = umur ekonomis proyek Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor
produksi modal.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV
tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.
��� = �(+)+ ��� (+)
���(+)− ���(−)[�(−)− �(+)]
Keterangan :
NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negatif
i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif
i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif
Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai
berikut.
Net B/C = NPVB-C Positif / NPVB-C Negatif
Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al.,1999).
d. Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP)
Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana biaya produksi
sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut:
BEP = Total Fixed Cost / (Harga per unit – Variabel Cost per unit) e. Pay Back Period (PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis
kelayakan meliputi periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut
��� =�+ �
��+1− ��+1
Keterangan :
n = periode investasi saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun)
m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp) Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp)
Analisis strategi penyediaan bahan baku
Pada tahap ini dilakukan pengembangan sejumlah alternatif strategi dan pemilihan strategi terbaik yang sesuai dengan masalah yang ada dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP)
Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayağ (2005) dalam Marimin et.al (2013) adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan skor
Bilangan fuzzy triangular digunakan untuk melakukan indikasi
tingkat kepentingan relatif tiap pasang elemen pada hirarki yang sama. b. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy
Bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan dibuat matriks penilaian fuzzy Ã(aij) sebagai berikut.
à = �
1 ��12 … ��1�
⋮ … … ��2�
⋮ … … ⋮
���1 ���2 … 1 �
dengan ����� = 1 jika i=j, dan ����� = 1�, 3�, 5�, 7�, 9��� 1�−1, 3�−1, 5�−1, 7�−1, 9−1
jika i ≠ j
c. Penyelesaian nilai eigen fuzzy
Tujuan langkah ini adalah untuk menghitung tingkat kepentingan relatif seluruh elemen berdasarkan elemen pada tingkat diatasnya dalam struktur hirarki.
Menurut Nepal (2010), penentuan bobot prioritas dihitung dengan rumus berikut.
�
�=
∑
�
∑��������=1
�
� �=1
�
α-cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matrik à diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Semakin besar nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme merupakan kombinasi konveks linier (Promentilla 2006) yang didefinisikan sebagai berikut.
����� = ω ������ + (1- ω) ������ , ∀ω ∈[0,1]
Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan perhitungan bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan vektor eigen. Untuk
mengendalikan hasil dilakukan rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi sebagai berikut.
��= ����− �
� −1
dengan
CI : indeks konsistensi λmax : vektor konsistensi
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut.
��= ��
��
CR : rasio konsistensi
RI : indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak
d. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut dengan rumus sebagai berikut.
(� = �(�������������������������)
�
�=1
Untuk i = 1,2,...,t
Dengan
i : atribut
t : total jumlah atribut k : alternatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan kertas
Kegunaan pulp, kertas, dan produk turunan lain turunan pulp tidak diragukan lagi untuk kepentingan manusia di hampir seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi kertas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah penduduk di Indonesia, sehingga penggunaan kertas dan sejenisnya terus menerus mengalami peningkatan. Menurut data statistik, pertumbuhan produksi industri kertas dan sejenisnya pada akhir tahun 2011 sebesar 2,74% dan pada awal tahun 2012 naik menjadi 14,78%. Begitu juga produksi kertas dan karton di dunia yang mencapai 392 juta ton pada tahun 2010 yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010 No Tahun Total (juta ton)
1 2007 393
2 2008 391
3 2009 371
4 2010 392
Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012
Kertas terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kertas bungkus, kertas tisu, kertas cetak, kertas tulis, kertas koran, dan kertas karton. Karton gelombang (corrugated board) adalah merupakan salah satu jenis karton yang dibuat dari satu
atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan pelapisnya. Karton bergelombang atau karton beralur terdiri dari dua macam corrugated sheet, yaitu : Kertas kraft (kraft liner) untuk lapisan luar dan
dalam dan kertas medium untuk bagian tengah yang bergelombang. Kertas liner adalah kertas yang digunakan sebagai penyekat dan pelapis pada karton bergelombang. Kertas liner memiliki gramatur : 125; 150; 200 dan 300 gr/m2.
Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Kertas medium memiliki gramatur : 112; 125; 140; 150 dan 160 g/m2 (Hidayat et al 2007).
Tingginya kontribusi penjualan kotak karton gelombang seiring dengan adanya kebutuhan industri makanan, minuman, dan kosmetik dalam penggunaan kemasan. Penjualan kemasan plastik dan kotak karton mempunyai konstribusi yang paling tinggi. Dalam industri kemasan, kemasan kertas karton mempunyai konstribusi 30% dan merupakan industri kemasan kedua yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan industri. Menurut Badan Pusat Satistik (2011), permintaan kotak dari karton bergelombang secara nasional pada tahun 2011 yaitu 284.999.396 buah atau sekitar 113.859.141 kg.
Kebutuhan karton, box dan kemasan dari karton gelombang mengalami peningkatan dengan trend 3,03% selama tahun 2007 sampai 2011. Maka
Tabel 2 Ekspor karton, box dan kemasan dari karton gelombang (dalam ribu US$)
Sumber : Kemenperin, 2014
Penggunaan kemasan di dunia berdasarkan Gambar 2, berkontribusi 13% dari total penggunaan kertas dunia sekitar 391 juta ton atau sekitar 50,83 juta ton. produksi kertas dan kemasan yang semakin meningkat, menunjukkan penggunaan bahan baku kayu juga akan terus meningkat. Sampai saat ini belum ada industri yang mengolah kemasan kotak karton gelombang menggunakan bahan baku tandan kosong kelapa sawit. Pembuatan kertas atau kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit masih sebatas penelitian. Ini merupakan peluang pasar yang besar.
Gambar 2 Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton) Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012
Permintaan kotak karton gelombang yang ada di pasar nasional maupun dunia dapat di atasi dengan adanya penggunaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit, sehingga penggunaan bahan baku kayu dapat dikurangi.
Ketersediaan Bahan Baku
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman perkebunan penghasil
minyak nabati terbesar. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat setiap tahun diikuti dengan produksi minyak kelapa sawit. Pengolahan kelapa sawit memproduksi produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Produksi minyak kelapa sawit tersebut menghasilkan hasil samping berupa tandan kosong, sabut perasan, lumpur, cangkang dan bungkil inti sawit. Limbah padat tandan kosong yang dihasilkan sebesar 20-23% dari 100% tandan buah segar (TBS) yang diolah. Bagan material balance (komposisi tandan olah) dapat dilihat pada Gambar 3.
Jenis kertas 2007 2008 2009 2010 2011 Trend
Karton, box dan kemasan dari kotak karton gelombang
20.399,0 20.765,6 13.908,0 19.070,9 24.708,8 3,03%
Newsprint 9%
Printing and writing
paper 30%
Tissue paper 7% Corrugated
material 33% Paperboard
for packaging
13%
Gambar 3 Komposisi tandan olah
Sumber: Panduan lengkap pengelolaan kebun dan pabrik kelapa sawit (2008) Kandungan lignin yang tinggi pada tandan kosong maka limbah tandan kosong disebut juga lignoselulosa. Kompnen penyusun tandan kosong kelapa sawit menurut Nuryanto (2000) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
Parameter Kandungan (%)
Lignin 22,60
α-selulosa 45,80
Holoselulosa 71,80
Pentosa 25,90
Kadar abu 1,60
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar luas diberbagai wilayah. Produksi kelapa sawit didominasi di pulau Sumatera dengan produktivitas mencapai 3.775 kg/ha. Luas areal, produksi dan produktivitas kelapa sawit di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
Minyak (20-23%)
Air (13-23%)
Serat (10-12%)
Kernel (5-7%)
Cangkang (7-9%) TBS
100%
Tandan buah rebus (88-92%)
Air kondesat (8-12%)
Tandan kosong (20-23%)
Buah terpipil (55-65%)
Mesokarp (43-53%)
Tabel 4 Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012
No Wilayah Luas areal
(ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kg/ha)
1 Sumatera 6.140.708 18.611.685 3.775
2 Jawa 29.083 49.431 2.517
3 Kalimantan 3.049.918 6.629.623 3.680
4 Sulawesi 289.503 582.469 2.998
5 Maluku dan
Papua
63.503 142.310 3.255
Indonesia 9.572.715 26.015.518 3.722
Sumber : Direktorat jendral perkebunan 2013
Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor untuk menetapkan lokasi proyek. Lokasi bahan baku yang berdekatan dengan lokasi proyek akan meminimumkan biaya transportasi pengangkutan bahan baku menuju lokasi proyek. Tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan berkisar antara 20-23% dari pengolahan 1 ton tandan buah segar, sehingga dari berdasarkan data pada Tabel 4, produksi crude palm oil (CPO) 26.015.518 ton akan menghasilkan tandan kosong
sekitar 5,204 juta ton per tahun.
Menurut Sunarko (2014), siklus produksi tanaman sawit selama 25 tahun dengan manajemen yang baik, rata-rata produktivitasnya dapat mencapai 18 ton TBS/hektar/tahun. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sebesar 20-23% sehingga untuk memenuhi produksi kotak karton gelombang sebanyak 30ton/hari dengan produktivitas 18 ton TBS/hektar/tahun, maka diperlukan luas areal kelapa sawit sekitar 2.400 ha/tahun. Perincian kebutuhan tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pemanfaatan tandan kosong sawit (TKS) saat ini hanya digunakan sebagai penambah bahan bakar yang dibakar dalam incinerator agar mudah dibuang, akan
tetapi pembakaran tandan kosong dalam incinerator telah lama dilarang karena
dapat menyebabkan polusi udara (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005), selain itu tandan kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa dan sumber unsur hara di perkebunan, namun tidak selalu dapat diterapkan terutama pada areal yang topografnya berbukit-bukit dan lokasinya jauh dari perkebunan karena biaya distribusinya mahal. Disamping itu unsur hara yang terdapat pada TKS sangat rendah dan proses dekomposisinya secara alami lambat. Dekomposisi TKS dengan limbah cair PKS merupakan suatu pilihan yang penting dalam pengelolaan limbah agroindustri kelapa sawit (Mardiana, 2008).
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, bahan pengisi jok atau matras, pulp dan kertas serta pembuatan papan partikel.
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Selain pupuk
memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu
juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.00 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari dan kompos yang diperlukan 1000-1500 kg/hektar.
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri. Tandan kosong kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas serta dapat dibuat sebagai sebagai papan partikel.
Kapasitas dan Proses Produksi
Kapasitas produksi ditentukan dari jumlah permintaan pasar kotak karton gelombang. Asumsi pendirian industri mampu memenuhi kebutuhan pasar 80% pada tahun pertama, 90% pada tahun kedua dan 100% pada tahun ketiga hingga kesepuluh. Selain itu penentuan kapasitas dapat dilihat dari spesifikasi kapasitas mesin untuk menentukan keuntungan pendirian industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, bahan baku tandan kosong yang akan diolah tiap harinya adalah 30 ton per hari.
Proses pembuatan kotak karton bergelombang dapat dijadikan berbagai jenis ukuran, namun dalam perencanaan industri ini digunakan ukuran kotak 64x38x42 sehingga dari 30 ton bahan baku akan menghasilkan kotak karton gelombang sebanyak 23.370 buah/hari.
Proses pembuatan pulp menggunakan cara semi kimia yaitu meliputi proses kimia dan mekanis. Proses kimia untuk pelunakan dilakukan dengan bahan pemisah basa atau biasa disebut dengan proses soda. Sedangkan proses mekanis dilakukan untuk pemisahan serat. Adapun kelebihan pembuatan pulp dengan cara semi kimia yaitu :
- Tidak menggunak senyawa sulfur, sehingga bahan polusi sedikit dan tidak perlu recovery
- Cocok untuk kapasitas kecil atau menengah (25-50 ton/hari) - Cocok untuk bahan baku serat alami
- Proses murah
Bahan penolong dapat memperbaiki struktur kertas agar lebih kuat dan rapat. Bahan pengisi (filler) digunakan untuk meratakan permukaan, bahan sizing dapat
Tabel 5 Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas No. Nama Konsentrasi Fungsi
1 Caustic soda 10% Untuk boil out (pembersihan) mesin kertas,
pengaturan pH
2 AKD
(Alkylketene Dimer)
0,6% Untuk menambah ketahanan kertas (sizing degree) terhadap penetrasi cairan
3 Biocide 1,5% Untuk membunuh bakteri yang terdapat pada bubur kertas
4 Kaporit 3% Sebagai retention agent yang bermuatan
positif untuk proses koagulasi (pembentukan flok tahap awal / ukuran kecil)
5 Magnesium silikat
1,5% Sebagai retention agent yang bermuatan
negatif untuk proses flokulasi (pembentukan flok lebih besar)
6 Tapioka 1,5% Sebagai peningkat kekuatan tarik yang bermuatan positif, berikatan dengan serat 7 CaCO3 15% Sebagai bahan pengisi antar serat sehingga
meningkatkan sifat formasi & daya cetak Pembuatan pulp tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan proses semi kimia soda panas tertutup. Tandan kosong pertama di pres dengan mesin pres berkapasitas 3500 kg/jam kemudian dimasak dalam digester pada konsentrasi
alkali (NaOH) 10% selama 3 jam pada suhu maksimum 120°C. Nilai banding TKKS terhadap larutan pemasak adalah 1,0 : 5,5. Setelah pemasakan, TKKS dipisahkan dari larutan pemasak dan dicuci hingga bersih. Selanjutnya serpihan lunak TKKS diberi perlakuan defiberasi secara mekanis menjadi serat-serat terpisah dalam beater pada konsistensi 4%. Seluruh pulp TKKS yang telah
terpisah di saring menggunakan centrifugal screen dengan tujuan untuk
memisahkan bubur kertas dari pengotor. Hasil dari pemisahan ini adalah bubur kertas bersih, kemudian dialirkan melalui pipa dengan cara dipompa ke dalam
Chest Screening. Selanjutnya pulp dicuci dengan Washing Pulper dan disimpan dalam Chest Washing untuk persiapan pembuatan kertas pada unit stock preparation. Diagram alir keseluruhan proses pembuatan pulp dapat dilihat pada
Gambar 4.
TKKS 30000 kg
Pemasakan dengan suhu 120oC
selama 3 jam Pemisahan gumpalan serat
dengan konsistensi 4%
Penyaringan 120 mesh
Pencucian
Pulp TKKS
Unit persiapan
Penguraian serat
Pencampuran bahan penolong
Pembuatan jumbo roll
Pembuatan karton bergelombang
Pencetakan kardus
AKD Biocide Kaporit Magnesium silikat
Tapioka CaCO3
Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang
Unit stock preparation merupakan lini awal yang bertugas mempersiapkan
bubur kertas. Bahan baku berupa pulp TKKS diangkut melalui belt conveyor
untuk ditimbang sesuai dengan komposisi jenis kertas yang ingin dihasilkan. Selanjutnya bubur dipompa menuju tempat penampungan bubur bernama pulper chest. Pada pulper chest tetap dilakukan pengadukan untuk menjaga konsistensi
dan menjamin homogenisasi bubur. Konsistensi stock di pulper chest adalah 5%.
Proses refining dilakukan penambahan kaporit yang bertujuan membunuh
kuman. Bubur kemudian masuk ke dalam steel refiner. Steel refiner merupakan
alat yang berfungsi untuk melakukan pemotongan terhadap serat. Pada mesin ini terjadi fibrilasi yaitu penguraian serat menjadi komponen serat primer (fibril) yang lebih sederhana.
Setelah serat dihaluskan di steel refiner, stock kemudian masuk ke
continuous mixer dan ditambahkan dengan pewarna. Setelah melalui continuous mixer, stock kemudian ditambahkan Talk/ magnesol (magnesium silicate) yang
berfungsi menonaktifkan pitch (getah). Selain itu juga ditambahkan biocide dan
cationic starch 1,5%. Tapioka berfungsi sebagai dry strength agent dan penetral
muatan negatif yang terdapat pada serat. Bahan tambahan berupa 15% kalsium karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai filler serta 0,6% AKD (Alkylketene
Dimer) yang berfungsi untuk mengontrol penetrasi cairan ke kertas (sizing degree) juga ditambahkan ke dalam stock sambil terus dilakukan pengadukan agar
terjadi homogenisasi.
Inti proses refining merupakan tahapan pencampuran bahan baku serat dengan derajat giling (freeness sesuai target) serta tambahan bahan kimia yang
berguna untuk memperbaiki stock sehingga nantinya akan didapatkan kualitas produk yang baik. Stock kemudian di kirim ke head box yang selanjutnya akan dibentuk menjadi lembaran kertas.
Paper machine merupakan bagian yang sangat penting dalam pembentukan
kertas. Karena pada paper machine inilah terjadi perubahan formasi dari bubur kertas menjadi lembaran kertas berbentuk jumbo roll. Paper machine yang
digunakan adalah fourdrinier. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan corrugated paperboard atau corrugated sheet dilakukan pada sebuah mesin yang
bernama Corrugator. Pada proses pembuatan sheet single wall diperlukan tiga
kertas roll besar. Satu untuk dibentuk menjadi corrugating medium dan dua roll
Penyambungan dan folding
lainnya sebagai liner. Lapisan board bagian atas biasanya dinamakan single face linerboard dan lapisan bawah biasa disebut double face linerboard.
Proses pembuatan corrugated sheet single wall diawali dengan proses
melembutkan kertas medium dengan uap (steam) dalam sebuah pre-conditioner kemudian dibentuk menjadi gelombang atau flute dengan cara menekan diantara dua corrugating roll. Corrugating roll adalah roll yang terbuat dari logam yang
sangat keras dengan bentuk permukaan bergerigi seperti flute. Setelah ditekan
diantara dua corrugating roll tersebut kertas medium berubah bentuknya menjadi
flute. Kemudian pada puncak-puncak gelombang diberi lapisan glue yang terbuat dari bahan dasar tapioka. Flute yang sudah diberi glue kemudian ditempelkan
pada linerboard dan di pres dengan pressroll menjadi sebuah single face. Sebelum ditempelkan dengan flute kertas liner terlebih dahulu dipanaskan dengan pre-heater. Selanjutnya single face tersebut bergerak keatas ke jembatan menuju ke
unit double facer.
Pada seksi berikutnya dari mesin corrugator yang biasanya disebut double backer atau double facer, lapisan linerboard kedua ditambahkan. Lapisan ini
sebelumnya juga dipanaskan dengan pre-heater dan glue diberikan pada puncak flute bagian luar yang akan menempel dengan lapisan liner kedua tersebut. Agar single face yang ditempelkan dengan linerboard kedua ini bisa menempel dengan
sempurna maka ditambahkan panas pada hot plate.
Dari heating plate selanjutnya sheet mengalami proses pendinginan dan berjalan menuju ke unit slitter untuk dibelah menjadi beberapa lajur dan
diberi creasing sesuai kebutuhan. Selanjutnya dipotong panjang di unit speed cut
sesuai ukuran yang diinginkan.
Setelah proses pembuatan sheet selesai dengan hasil produksi berupa
lembaran karton (corrugated board/corrugated sheet) selanjutnya karton akan di converting. Proses converting terdiri dari pemberian cetakan (printing), pembuatan slotter dan lidah box, pembuatan creasing vertikal, folding (melipat)
dan penyambungan (stiching/gluing)
Proses cetak, pemotongan slotter dan lidah box serta pemberian creasing vertikal dilakukan di mesin Flexo selanjutnya karton box setengah jadi tersebut
diproses di mesin folder/gluer atau mesin stiching untuk melanjutkan proses folding dan penyambungan. Untuk mengetahui jenis alat yang digunakan pada
Analisis Keuangan
Analisis keuangan adalah menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang digunakan, pemilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeksi harga. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri kotak karton gelombang adalah sebagai berikut atau dapat dilihat pada Lampiran 5.
1. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun dengan mempertimbangkan umur ekonomis mesin dan peralatan sekitar 10 tahun
2. Jumlah hari kerja 288 hari dalam setahun
Direncanakan dalam satu minggu terdiri dari 6 hari produksi.
3. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak penghasilan dan perusahaan adalah sebesar 28%, pajak bumi dan bangunan 2,5%, dan pajak kendaraan 1,4%.
4. Biaya investasi adalah jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0
5. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1. 6. Kapasitas produksi pada tahun ke-1 adalah 80%, kapasitas produksi tahun
ke-2 adalah 90%, dan kapasitas tahun ke 3 dan seterusnya adalah 100%. 7. Harga yang ditetapkan oleh PT PLN :
- Harga listrik : Rp1 352/Kw
8. Berdasarkan perkiran biaya menurut Peters et al (2004), maka penetapan biaya adalah sebagai berikut:
- Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi - Biaya pemeliharaan ditetapkan 5% dari harga pembelian mesin dan
peralatan produksi
- Biaya asuransi 0.75% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan.
9. Penyusutan menggunakan straight line method
- Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi listrik, perlengkapan, dan
kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian - Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan
- Umur ekonomis mesin dan peralatan, kendaraan, dan perlengkapan adalah 10 tahun
10.Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari pembiayaan sendiri, skema pembiyaan ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Bunga 13.5% berdasarkan bunga pada Bank Mandiri.
11.Pembayaran kredit menggunakan metode sliding rate.
12.Jangka waktu pembayaran kredit modal investasi tetap adalah selama 5 tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun.
Biaya Investasi
biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan fisik dari pabrik, mulai dari tanah dan pembangunan pabrik, fasilitas penunjang, pembelian mesin dan alat perkantoran, sarana distribusi serta kontingensi. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang pembelian dan penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai.
Berikut ini merupakan biaya investasi yang diperlukan dalam pendirian industri kotak karton gelombang :
1. Pengadaan Mesin dan Peralatan
Biaya pengadaan peralatan dan mesin meliputi biaya pembelian mesin dan peralatan, biaya transportasi, biaya instalasi mesin dan peralatan, biaya instalasi listrik dan air. Biaya pembelian mesin dan peralatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Data harga mesin dan peralatan tersebut diperoleh dari internet. Jumlah keseluruhan biaya untuk pengadaan mesin dan peralatan sebesar Rp 3.680.600.000. Rincian biaya keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Biaya tanah dan Bangunan
Biaya bangunan sebesar 20% dari biaya mesin dan biaya tanah sebesar 4% dari biaya mesin (Peter, et al 2004). Sehingga total biaya tanah dan bangunan
sebesar Rp 883.344.000 3. Fasilitas dan Kendaraan
Biaya fasilitas terdiri dari biaya peralatan laboratorium, peralatan kantor, peralatan suku cadang, dan kendaraan. Kendaraan yang akan dibeli sebanyak 2 unit yaitu kendaraan truk bak terbuka yang berfungsi untuk membawa bahan
baku maupun pendistribusian produk. Total biaya pengadaan fasilitas Rp 200.000.000 dan kendaraan Rp 400.000.000.
4. Biaya Pra Investasi
Biaya para investasi adalah biaya yang dikeluarkan sebelum investasi proyek dimulai. Biaya tersebut meliputi biaya perizinan, biaya sertifikasi, dan biaya studi kelayakan. Total biaya pra investasi sebesar Rp 125.000.000.
5. Modal Kerja
Modal kerja adalah dana yang disediakan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan, dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Sehingga modal kerja neto adalah selisih aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Perincian modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 7.
Penyusutan Barang Modal
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method). Penyusutan barang modal terdiri dari penyusutan dan peralatan,
Biaya Pemeliharaan dan Premi Asuransi
Total biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp 220.902.400 per tahun. Sedangkan total biaya premi asuransi yang di bayar sebesar Rp 36.447.900 per tahun. Perincian perhitungan biaya pemeliharaan dan biaya premi asuransi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri kotak karton gelombang berjumlah 19 orang yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 90.000.000 per tahun dan biaya tenaga kerja tak langsung sebesar Rp 389.400.000 per tahun. Rincian gaji tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 12.
Biaya Operasional
Biaya yang dikeluarkan pada industri kotak karton gelombang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri kotak karton gelombang antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri kotak karton gelombang antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan rincian biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 13.
Biaya operasional untuk industri kotak karton gelombang ini sebesar Rp 14.180.668.080 pada tahun pertama dengan jumlah produksi per tahun tersebut baru mencapai 80 %. Pada tahun kedua jumlah produksi baru mencapai 90% per tahun sehingga biaya operasionalnya sebesar Rp 15.953.251.590. Untuk tahun ketiga peningkatan produksi dimaksimalkan menjadi 100% dimana total biaya sebesar Rp 17.725.835.100 per tahun. Pada tahun selanjutnya produktivitas pabrik tetap konstan 100% untuk memaksimalkan keuntungan. Biaya operasional pada setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Harga penjualan dan Prakiraan Penerimaan
Umumnya biaya dalam sebuah pendirian industri dibagi ke dalam dua jenis, yaitu biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan dan biaya lainya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Sedangkan modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 6 menunjukkan total biaya dan total penjualan kotak karton gelombang. Biaya per unit kotak karton gelombang ditentukan menggunakan metode full costing dengan rumus :
������������ = ����������+�������������
Tabel 6 Harga dan penerimaan
Tahun Kapasitas produksi (Rp/pc) Harga Penjualan (Rp) Total Total Biaya (Rp) Penerimaan (Rp)
1 5.384.448 10.500 56.536.704.000 14.180.668.080 42.356.035.920 2 6.057.504 10.500 63.603.792.000 15.953.251.590 47.650.540.410 3 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 4 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 5 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 6 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 7 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 8 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 9 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900 10 6.730.560 10.500 70.670.880.000 17.725.835.100 52.945.044.900
Pembiayaan
Pendirian industri kotak karton gelombang ini dibiayai dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari bank dengan perbandingan 65:35. Hal ini mengacu pada kebijakan salah satu bank yaitu Bank Mandiri bahwa maksimal porsi pembiayaan bank baik untuk modal investasi ataupun modal kerja maksimal hanya 65%. Tabel 7 menunjukkan struktur pembiayaan.
Tabel 7 Struktur pembiayaan
Jenis kredit Kebutuhan investasi (Rp) Modal sendiri Rp (35%) Pinjaman Rp (65%) Modal investasi
tetap 5.645.138.400 1.975.798.440 3.669.339.960 modal investasi
kerja 919.956.300 321.984.705 597.971.595 Jumlah 6.565.094.700 2.297.783.145 4.267.311.555
Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun dan untuk kredit modal kerja 5 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri untuk pembiayaan industri turunan kelapa sawit. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate.
[image:33.595.104.534.471.575.2]Tabel 8 Angsuran modal investasi Tahun Jumlah kredit
(Rp)
Angsuran pokok (Rp)
Bunga (Rp) Jumlah Angsuran (Rp) 0 3.669.339.960 733.867.992 495.360.895 1.229.228.887 1 3.669.339.960 733.867.992 495.360.895 1.229.228.887 2 2.935.471.968 733.867.992 396.288.716 1.130.156.708 3 2.201.603.976 733.867.992 297.216.537 1.031.084.529 4 1.467.735.984 733.867.992 198.144.358 932.012.350 5 733.867.992 733.867.992 99.072.179 832.940.171 Proyeksi Laba-Rugi
Proyeksi laba-rugi memuat informasi mengenai proyeksi total penerimaan dan pengeluaran sehingga diketahui tingkat profibilitasnya. Selisih antar proyeksi total penerimaan dan pengeluaran merupakan besarnya laba dan rugi sebelum pembayaran pajak dan bunga. Laba bersih merupakan laba yang sudah dikurangi dengan pembayaran bunga dan pajak. Laba bersih yang dihasilkan pada tahun pertama Rp 29.267.116.976 per tahun dengan penjualan 80%. Pada tahun kedua laba bersih meningkat menjadi Rp 32.681.661.213 per tahun dengan penjualan 90%. Pada tahun ketiga dan seterusnya penjualan 100% sehingga laba bersih yang diterima menjadi Rp 36.641.765.913 per tahun. Besaran laba yang diterima bernilai positif sehingga dari analisis laba-rugi proyek masih layak untuk dijalankan. Pada Lampiran 15 menunjukan perincian perhitungan laba-rugi industri kotak karton gelombang.
Proyeksi Arus Kas
Arus kas merupakan gambaran dari laporan keuangan satu perusahaan baik dalam bentuk arus kas masuk maupun arus kas keluar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa arus kas bersih kapasitas 80% sebesar Rp 30.187.073.276, pada tahun kedua dengan kapasitas 90% sebesar Rp 33.233.743.151, dan pada tahun ketiga dengan kapasitas 100% sebesar Rp 37.125.807.173. Perhitungan aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil yang diperoleh bernilai positif hingga pada akhir proyek sehingga akan memberikan pengaruh yang baik kepada para investor untuk mendirikan industri kotak karton gelombang ini.
Titik Impas (Break Even Point) dan Harga Pokok Produksi (HPP)
mendapatkan keuntungan sesuai dengan margin dari jumlah produk di atas BEP yang dijual. Harga pokok kotak karton gelombang yang diperoleh sebesar Rp 2.634 per buah kotak karton gelombang ukuran 64x38x42.
Menurut Steve Blank dan Dorf (2012), Harga jual ditentukan berdasarkan harga pokok produksi, dimana untuk industri dengan pangsa pasar baru, maka harga diperoleh tiga kali lipat harga pokok produksi. Kenaikan harga tersebut dikarenakan harga pokok produksi belum memperhitungkan biaya distribusi dan pemasaran produk. Harga jual kotak karton gelombang yang ditetapkan yaitu Rp 10.500 sehingga mendapatkan nilai Net Present Value uang positif.
Kriteria Kelayakan Investasi
Pada analisis finansial ini dilakukan penilaian kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri kotak karton gelombang adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Ratio (Net B/C) dan Pay Back Periode (PBP). Nilai NPV industri kotak karton gelombang adalah
Rp 13.577.950.803. NPV menunjukan angka yang positif sehingga proyek pada nilai NPV dikatakan layak. Nilai IRR industri yang diperoleh adalah 49,9% yang lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyatakan layak. Nilai Net B/C pada skenario 1,08 lebih dari satu sehingga dari nilai proyek layak
untuk dilaksanakan. Waktu Pay Back Periode untuk industri kotak karton
gelombang adalah 3,01 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi industri kotak karton gelombang diatas layak dilaksanakan, karena semua kriteria yang dihitung masuk dalam kategori layak untuk dijalankan. Perhitungan kelayakan investasi dapat dilihat pada Lampiran 17.
Analisis Sensitivitas
Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga pada sektor pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis ini adalah harga bahan baku atau harga tandan kosong kelapa sawit. Rincian perhitungan analisis sensitivitas 5% dan 10% dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19.
Bila terjadi peningkatan harga bahan baku tandan kosong kelapa sawit sebesar 5%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp13.513.361.737, IRR 58,1%, net B/C sebesar 1.08 dan PBP selama 3,10 tahun.
Bila terjadi peningkatan harga bahan baku tandan kosong kelapa sawit sebesar 10%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp9.350.940.099, IRR 46,7%, net B/C sebesar 1,05 dan PBP selama 4,08
tahun.
Strategi Penyediaan Bahan Baku
Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Menurut Kastaman et al (2007)
keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik. Pendekatan
fuzzy AHP juga digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian
pengambil keputusan atau pakar. Hirarki strategi penyediaan bahan baku yang diidentifikasi berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan para pakar terdapat pada Lampiran 20 dan kuesioner hirarki dapat dilihat pada Lampiran 21.
Analisis strategi penyediaan bahan baku dilakukan untuk menentukan strategi yang terbaik untuk menyediakan bahan baku tandan kosong kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang. Fuzzy AHP merupakan suatu metode AHP dengan menggunakan bilangan fuzzy dalam penilaian yang diberikan pakar. Bilangan fuzzy memiliki skala 1 sampai 9 yang memiliki defini berbeda. Bilangan
perbandingan fuzzy ditunjukkan pada Tabel 9.
Fuzzy AHP digunakan karena metode ini dapat menutupi kelemahan-kelemahan pada AHP biasa. Kelebihan FAHP dari pada AHP adalah sebagai berikut:
a. Dapat menutupi kelemahan AHP biasa, yang masih memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi.
b. Angka penilaian sudah dalam bentuk interval bukan eksak.
Model AHP pertama yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1990) merupakan AHP dengan pembobotan additive. Additive adalah operasi aritmatika
[image:36.595.86.474.275.778.2]untuk mendapatkan bobot totalnya dengan penjumlahan. Tabel 9 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Identitas Kepentingan
Definisi Nilai
1 Kedua elemen sama penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting (kebalikannya 1/3)
5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting (Kebalikannya bernilai 1/5)
7 Satu elemen jelas lebih penting (kebalikannya 1/7) 9 Satu elemen mutlak lebih penting (kebalikannya 1/9) 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
(kebalikannya 1/2, 1/4, 1/6, 1/8)
Menurut Ayağ (2005) dalam Marimin et.al (2013), definisi dan fungsi
keanggotaan bilangan fuzzy ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular
µM(x)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sama sedikit lebih sangat mutlak Penting lebih penting Penting lebih penting lebih penting
1� 3� 5� 7� 9�
1,0
[image:36.595.103.452.576.732.2]Strategi ini diperoleh berdasarkan analisis yang diperoleh dari kondisi lapangan dan diskusi pakar. Tandan kosong yang dihasilkan dari proses produksi
Crude palm oil (CPO) di beberapa pabrik kelapa sawit sebagian di kembalikan ke lahan petani dan sebagian di bakar dalam incenerator. Pengembalian tandan
kosong ke lahan petani menjadi suatu masalah karena jumlah tandan kosong yang dapat diolah dipabrik kelapa sawit menjadi berkurang. Salah satu cara yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit agar tandan kosong diberikan kepada pihak industri sesuai permintaan dan sisanya dapat diberikan ke petani, mengingat jumlah tandan kosong yang banyak perharinya. Tandan kosong yang akan dibakar hanya ditumpuk dan dibiarkan begitu saja, oleh kerena itu diperlukan penerapan produksi bersih agar tandan kosong dapat dimanfaatkan secara optimal. Permasalahan yang lain adalah letak antar perkebunan yang jauh menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan tandan kosong. Adanya badan pengepul yang didirikan oleh pihak industri dapat menjadi salah satu alternatif, agar pengumpulan tandan kosong didapatkan dengan lebih mudah.
Berdasarkan masalah-masalah yang ada diatas maka akan menghambat produktivitas tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, alternatif yang diberikan untuk mempertahankan produktivitas tandan kosong kelapa sawit agar penyediaan bahan baku untuk industri kotak karton gelombang dapat berjalan kontinu dan lancar, adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit yang akan untuk pemanfaatan tandan kosong yang akan dibakar. (A1)
2. Melakukan integrasi dengan pabrik kelapa sawit (A2)
3. Melakukan kerjasama dalam penerapan produksi bersih (A3) 4. Melakukan kerjasama dalam pengembangan infrastruktur (A4) 5. Membangun badan pengepul tandan kosong kelapa sawit (A5)
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka kriteria yang mempengaruhi penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Kontinuitas Produksi (K1)
2. Produktivitas tandan kosong kelapa sawit (K2) 3. Transportasi (K3)
4. Permintaan pasar kotak karton gelombang (K4)
Tujuan penyediaan bahan baku dapat dicapai jika kriteria terpilih dapat dilakukan dengan baik. Tujuan penyediaan bahan baku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkat keuntungan finansial (T1)
2. Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS (T2) 3. Meningkatkan lapangan pekerjaan (T3)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan mengisi kuesioner oleh beberapa pakar yang terdiri dari praktisi, akademisi dan peneliti.
1. Prof.Dr.Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc.St sebagai akademisi, dosen fakultas teknologi pertanian IPB
3. Oky Ferdinal Duar, SP sebagai praktisi, staff tanaman sawit PTPN VIII Bandung
Hasil penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy
Hasil pembuatan matriks perbandingan fuzzy hasil penilaian para pakar pada
kriteria terdapat pada Tabel 10. Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy
secara lengkap terdapat di Lampiran 18.
Tabel 10 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada
kriteria penyediaan bahan baku
2. Menentukan batas atas dan batas bawah kemudian menetapkan nilai α-cut dengan menggunakan persamaan :
• 1�� =�1, 3−2��
• 3�� =�1 + 2� , 5−2��,3��−1= � 1
5−2�, 1 1+2��
• 5�� =�3 + 2� , 7−2��, 5��−1 = [ 1
7−2�, 1 3+2�]
• 7�� =�5 + 2� , 9−2��, 7��−1 = [ 1
9−2�, 1 5+2�]
• 9�� =�7 + 2� , 11−2��,9��−1= [ 1
11−2�, 1 7+2�]
Dengan memasukkan nilai α, nilai fuzzy triangular dapat dikonversikan kedalam
rentang α-cut yang digunakan pada bilangan fuzzy hasil pakar untuk mengubah
nilai fuzzy menjadi α-cut fuzzy. Nilai α yang digunakan adalah 0,5 karena para pakar mempunyai tingkat kepercayaan rata-rata saat penilaian matriks perbandingan berpasangan. Matriks perbandingan α-cut fuzzy ditunjukkan pada
Tabel 11.
Tabel 11 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar
pada kriteria penyediaan bahan baku
3. Mengubah nilai matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy ke dalam nilai
crips. Nilai matriks α-cut fuzzy selanjutnya akan dihitung nilai crisp dengan menggunakan nilai indeks optimisme. Nilai indeks optimisme yang digunakan adalah 0,5 yang menunjukkan penilaian yang diberikan tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.
K1 K2 K3 K4
K1 1
5
�
1
�
1
�
K2
5
�
-1 13
�
-15
�
-1K3
1
�
3
�
11
�
K4
1
�
5
�
1
�
1K1 K2 K3 K4
K1 1 [4,6] [1,2] [1,2]
K2
�16,1 4�
1
�14,1
2� �
1 4,
1 2�
K3 [1,2] [2,4] 1 [1,2]
Vektor eigen dapat dihitung dengan menyelesaikan persamaan nilai matriks α-cut fuzzy dengan memasukkan nilai eigen terbesar (λmaks) dan
selanjutnya dilakukan normalisasi nilai Xi sehingga diperoleh tingkat kepentingan elemen i. Konsistensi penilaian para pakar dihitung sesuai nilai indeks konsistensi
acak (RI) yang ditunjukkan pada Tabel 23
Tabel 12 Nilai indeks konsistensi acak (RI) berdasarkan ukuran matriks
Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR
terdapat pada Tabel 11. Hasil nilai crisp matriks perbandingan berpasangan
dilakukan penggabungan dari tiga pakar dengan menggunakan metode rataan geometrik. Selain menghitung nilai CI, juga memperhitungkan rasio tingkat konsistensi penilaian pakar yaitu dengan menghitung nilai CR.
Tabel 13 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan hasil penilaian pakar
pada kriteria penyediaan bahan baku
λmaks = 4,209 CI= 0,070 CR= 0,078
Keseluruhan total bobot prioritas untuk setiap alternatif diperoleh dengan mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot dan menjumlahkan seluruh atribut. Dari hasil perhitungan analisis Fuzzy AHP di dapatkan bobot untuk setiap
kriteria, tujuan dan alternatif dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 14 Hasil bobot kriteria dan tujuan dari masing-masing kriteria
K1 K2 K3 K4 Total
Bobot
Ranking Bobot
Kriteria 0,177 0,235 0,141 0,446 Bobot
Tujuan dari setiap kriteria
T1 0,447 0,537 0,462 0,482 0,486 1
T2 0,359 0,299 0,371 0,388 0,360 2
T3 0,194 0,164 0,167 0,129 0,154 3
Tabel 15 Hasil bobot alternatif dari masing-masing tujuan
T1 T2 T3
Total Bobot
Ranking Bobot
Tujuan 0,486 0,360 0,154 Bobot
alternatif dari setiap tujuan
A1 0,402 0,268 0,255 0,331 1
A2 0,269 0,281 0,340 0,284 2
A3 0,208 0,294 0,215 0,240 3
A4 0,074 0,093 0,071 0,080 4
A5 0,046 0,063 0,118 0,064 5
K1 K2 K3 K4 x
K1 1,000 1,405 0,822 0,281 0,180
K2 0,711 1,000 2,027 0,711 0,224
K3 1,216 0,493 1,000 0,281 0,143
Berdasarkan hasil pengambilan keputusan Fuzzy AHP menunjukan bahwa
kriteria penyediaan bahan baku yang utama adalah permintaan pasar kotak karton gelombang dengan bobot 0,446. Tujuan yang terpenting apabila kriteria permintaan pasar terpenuhi adalah meningkatkan keuntungan finansial dengan bobot 0,486. Strategi yang terpilih agar tujuan tercapai yaitu melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dalam jangka panjang dengan bobot 0,331.
Melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu strategi terbaik yang saat ini dapat dijalankan. Tandan kosong yang dimiliki pabrik kelapa sawit di Jawa Barat hanya digunakan sebagai pupuk atau kompos. Adanya isu mengenai tandan kosong kelapa sawit yang dikembalikan ke lahan petani dan adanya pemanfaatan tandan kosong menjadi berbagai barang menjadi persaingan dalam ketersediaan bahan baku. Hal ini dapat di atasi apabila kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dilakukan dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Permintaan kotak karton gelombang sebagai kemasan dapat diganti dengan penggunaan bahan baku alternatif seperti tandan kosong kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di Indonesia sangat melimpah terutama di pulau Sumatera. Berdasarkan ketersediaan bahan baku di berbagai provinsi, proyek industri kotak karton gelombang dapat didirikan dengan pertimbangan faktor kedekatan dengan bahan baku.
Kotak karton gelombang yang dihasilkan dengan ukuran 64x38x42. Harga jual kotak karton gelombang Rp 10.500. Penilaian analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value Rp 13.577.950.803 dengan discount rate sebesar 13,5%, Internal Rate Return diperoleh sebesar 49,9%, B/C ratio sebesar 1,08, dan waktu pengembalian modal berkisar selama 3 tahun. Berdasarkan hasil tersebut, industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit layak untuk didirikan.
Berdasarkan hasil pengambilan keputusan dengan metode FAHP menunjukkan bahwa kriteria penyediaan bahan baku yang paling utama adalah permintaan pasar sedangkan, tujuan yang paling utama dalam penentuan strategi penyediaan bahan baku adalah untuk meningkatkan keuntungan finansial. Tujuan ini dapat diperoleh apabila kriteria permintaan pasar dapat terpenuhi. Strategi penyediaan bahan baku serat daun nenas yang dipilih berdasarkan hasil penilaian pakar adalah melakukan kontrak dengan pabrik kelapa sawit jangka panjang dengan memperhatikan permintaan pasar agar dapat memaksimalkan keuntungan.
Saran
industri lebih dalam. Selain itu juga disarankan untuk melakukan pengembangan bisnis produk kertas dari tandan kosong kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. New Jersey (US): K&S Ranch, Inc. Publisher
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Industri Manufaktur Bahan Baku.
Jakarta (ID) : BPS
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012.