• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat (Ksm) Pada Program Community Development Pt. Newmont Nusa Tenggara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat (Ksm) Pada Program Community Development Pt. Newmont Nusa Tenggara."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL KELOMPOK

SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PADA PROGRAM

COMMUNITY DEVELOPMENT

PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat pada Program Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

IWAN IRAWAN.

Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada Program Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara. Dibimbing oleh SATYAWAN SUNITO dan SOFYAN SJAF.

PT. Newmont Nusa Tenggara telah melaksanakan program Community Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai wujud komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik. Salah satu bentuk program CSR perusahaan adalah membentuk empat Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang di fokuskan di Desa Benete.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi penguatan modal sosial KSM pada program community development (comdev) PT NNT. Secara khusus penelitian ini memiliki tiga tujuan spesifik: (1) mendeskripsikan implementasi program comdev yang dilaksanakan oleh PT. NNT; (2) mendeskripsikanimplementasi program KSM; (3) menganalisa bentuk modal sosial KSM; dan (4) menyusun strategi penguatan modal sosial KSM pada program comdev PT. NNT.

Hasil studi menunjukkan bahwa (1) implementasi program comdev PT. NNT merupakan bagian dariCSR .Bentuk komitmen perusahaan dimaksudkan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat; (2) program KSM di Desa Benete telah berlangsung sejak tahun 2009. Empat KSM yang terbentuk belum memenuhi prinsip pemberdayaan. Proses perencanaan dilakukan oleh pendamping dan perusahaan, sumberdaya modal financial bersumber dari perusahaan, sehingga ada ketergantungan kelompok terhadap perusahaan; (3) realisasi program CSR secara langsung memberikan sumbangan terhadap modal social masyarakat. Pengaruh tersebut membentuk modal sosial yang berbeda untuk empat KSM, yaitu: KSM Dermaga Biru memiliki modal social rendah, KSM Harmoni dan Ai Panan memiliki tren modal sosial yang menurun dan KSM Maris Gama memiliki modal sosial yang relatif baik; (4) strategi penguatan modal sosial diarahkan dari modal sosial yang lemah menuju modal sosial yang tinggi. Kondisi modal sosial yang tinggi diindikasikan dengan KSM memiliki norma dan kepercayaan yang tinggi dan jaringan yang baik.

Penguatan modal sosial dilakukan dengan memperhatikan stok modal sosial komunitas, mendorong KSM memenuhi prinsip-prinsip pemberdayaan, menyusun aturan yang jelas secara partisipatif, melakukan evaluasi program secara partisipatif, penguatan kapasitas, penegakan prosedur, advokasidan membangun kerjasama antara KSM dan mitra lainnya.

(5)

SUMMARY

IWAN IRAWAN.

Strategy of Strengthening Social Capital Kelompok Swadaya Masyarakat on Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara. Supervised by SATYAWAN SUNITO and SOFYAN SJAF.

PT. Newmont Nusa Tenggara has implemented a program Community Social Responsibility (CSR) in West Sumbawa regency, as the company commitment to improving the quality of people lives better. One formis the company CSR program, forming four Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), which are centeredin the Benete village.

Generally, this research aimed todevise a strategy to formulate strategies KSM strengthening social capital incommunity development (Comdev) PTNNT. This study has three specific objectives: (1) describes the implementation of comdev program implemented by PT. NNT; (2) describes the program implementation KSM; (3) analyze forms of social capital KSM; and (4) develop strategies to strengthen social capital KSM in comdev PT. NNT.

The study shows that (1) implementation of comdev program of PT. NNT is a part of CSR. The form of the company's commitment is intended to improve the quality of life better, and gain a social license from the community; (2) KSM program in the Benete village has been on going since 2009. Four KSM formed not meet the principles of empowerment. The planning process conducted by field assistantand the company, the financial capital resources sourced from the company, so there is the group a dependence on the company; (3) realization of CSR programs, directly contribute to the social capital of society. The effect, form a distinct social capital in four KSM, that is: KSM Dermaga Biru has a low social capital, KSM Harmoni and Ai Panan has a trend of declining social capital, KSM Maris Gama has a good social capital; (4) strategy of strengthening social capital, directed from a weak social capital towards the high. Conditions of high social capital, indicated by the norm that a good, high confidence and network a lot.

Strengthening social capital carried out with due regard to community social capital stock, encourage KSM meet the principles of empowerment, set rules in a participatory manner, participatory evaluation program, capacity building, enforcement procedures, advocacy dan establishing cooperation between KSM and other partners.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatumasalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

IWAN IRAWAN MARHALIM

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL KELOMPOK

SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PADA PROGRAM

COMMUNITY DEVELOPMENT

PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada

(8)
(9)

Judul Thesis Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada Program Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara

Nama Iwan Irawan Marhalim

NIM I354120125

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Satyawan Sunito Ketua

Dr. Sofyan Sjaf, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking,MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dahrul Syah MSc Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat-Nya sehingga proposal tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini adalah Strategi Penguatan Modal Sosial Masyarakat Melalui Program Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Satyawan Sunito dan Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Djuara Lubis dan Dr Rilus A. Kinseng, MA selaku penguji luar komisi.

2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat, Bapak Fredian Tonny Nasdian yang telah banyak memberi saran dan masukan, para staf sekretariat (ibu Susi) yang telah mendukung penulis selama mengikuti pendidikan.

3. Bapak Dr H. Amri Rahman selaku Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat dan Bapak Ir, Syarafuddin Jarot selaku Manajer Social Responsibility PT. NNT.

4. Istri tercinta Yayu Mindartin dan anak-anakku tersayang (Nazhwa, Nayla dan Rachelia) atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.

5. Kedua oran tua tercinta Bapak H Sudarli dan Ibu Andriani, atas doa tulus yang tiada henti. Kedua adik Andi dan Lia atas dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Pengembangan Masyarakat atas dukungan dan diskusi-diskusinya.

Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 3

Perumusan Masalah 6

Tujuan Kajian 7

Manfaat Kajian 7

Ruang Lingkup Kajian 7

2 PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka 9

Kerangka Pemikiran 26

3 METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian 29

Pendekatan Kajian 29

Perancangan Strategi 32

4 PROFIL KOMUNITAS

Lokasi Komunitas 33

Kependudukan 35

Kepadatan Geografis dan Agraris 36

Pertumbuhan Penduduk 38

Struktur Sosial 38

Kelembagaan Sosial 39

Jejaring Sosial 40

Kelembagaan Ekonomi 41

Aksessibilitas Terhadap Kebijakan dan Sumberdaya 42

Tokoh Bisnis 43

Jaringan Bisnis 43

Pola-Pola Kebudayaan 44

Orientasi Nilai Budaya 44

Pola Bersikap, Bertindak dan Sarana 45

Pola-Pola Adaptasi Ekologi 46

Mata Pencaharian Utama 48

Strategi Penghidupan 49

Masalah-Masalah Sosial 50

Solusi yang Pernah Dilakukan 51

5 EVALUASI KEBIJAKAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Evaluasi Program 53

Evaluasi Kebijakan 56

(12)

6

CSR PT NNT, PROFIL KSM, PEMBANGUNAN MODAL SOSIAL, MODAL FINANSIAL dan BENTUK MODAL SOSIAL KSM

CSR PT. NNT 61

Profil KSM di Desa Benete 62

Pembangunan Modal Sosial KSM 69

Modal Finansial 73

Bentuk Modal Sosial KSM

75 7

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL PROGRAM KSM PADA COMDEV PT. NNT (PROGRAM AKSI)

8 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 87

Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 95

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan teknik pengumpulan data 30

2 Rincian data 31

3 Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin. 36 4 Luas wilayah, kepadatan penduduk per km2 dan jumlah penduduk di

Kecamatan Maluk tahun 2011 37

5 Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete tahun 2012 42

6 Profil empat KSM di Desa Benete 63

7 Input modal finansial untuk 4 KSM dalam tahun 73

8 Kinerja program simpan pinjam KSM 74

9 Bentuk modal sosial KSM 76

DAFTAR GAMBAR

1 Aksi pengembangan masyarakat 11

2 Kerangka pemikiran penelitian 27

3 Peta administrasi Kecamatan Maluk 34

4 Grafik penduduk Desa Benete berdasarkan jenis kelamin dan jumlah

kepala keluarga (KK) per dusun 35

5 Grafik luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Benete tahun

2011 37

6 Grafik pertumbuhan penduduk Desa Benete tahun 2006 – 2012 38 7 Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun 2012. 49

8 Proses program pengelolaan dana KSM 66

9 Kondisi modal sosial (norma dan kepercayaan) KSM 77 10 Kondisi modal sosial (norma dan jejaring) KSM 78

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Log Frame Program 95

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Gagasan Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. CSR perusahaan dipahami seperti kontrak sosial (social contract) antara komunitas dan perusahaan. Sebagai tuan rumah, warga komunitas mengharapkan perusahaan, yang telah mengambil sumberdaya yang mereka miliki, menunjukkan tanggung jawab terhadap dampak operasinya. CSR menjadi menarik, karena saat ini telah mewajibkan perusahaan turut serta dalam pembangunan sosial, padahal sebelumnya hanya taraf partisipasi sukarela perusahaan. Kepentingan komunitas kini diakomodasi oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sehingga memiliki daya tawar yang tidak bisa diremehkan. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pun telah memperkuat kewajiban tanggung jawab sektor swasta yang berkaitan dengan dampak sosial dan lingkungan melalui pengesahan Perda No 34 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal), masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Rahmatullah dan Kurniati 2011). Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat menurut Cowen et al seperti yang dikutip Yintayani (2011).

Difinisi CSR yang diajukan dalam draft ketiga ISO 26000 seperti yang dikutip dalam Sarosa dan Amri, (2008), menyebutkan:

responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environtment thriught transparet and ethical behaviour that is consistent with sustainable development and welfare of society; takes into account the expectation of stake holder; is ini complience with applicable law and consistent international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization”

Draft ketiga ISO 26000 tersebut, penekanan CSR tidak hanya sekedar pada tanggung jawab perusahaan saja, tetapi sudah mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan. Di bagian lain, Branco and Rodigues (2006) menemukan bahwa CSR mencakup banyak aspek, seperti manajemen sumber daya manusia, kondisi kerja yang sehat dan aman, dan membangun hubungan dengan masyarakat lokal, pemasok, dan konsumen.

(16)

that companies’ sole purpose is to maximize profit for their stockholders. Furthermore, he claims that CSR is a waste of the stockholders’ money”.

Friedman mengklaim bahwa satu-satunya tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham. CSR dinilainya sebagai kegiatan yang membuang-buang uang pemegang saham. Namun demikian ketiganya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengarahkan CSR sebagai sebuah komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.

Pengembangan masyarakat memiliki focus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerjasama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk, (a) proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui, (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Payne 1995)

Menurut Twelvetrees (1991), pengembangan masyarakat adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by under taking collective actions.”Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Pelaksanaan pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan. Program merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang pendekatannya dapat dilakukan melalui wilayah geografi yang sama dan kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Berdasarkan hal tersebut, pelibatan masyarakat dari setiap proses dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan juga evaluasi sangat penting. Program yang mungkin dilakukan adalah dengan adanya pembangunan organisasi swadaya dalam suatu kelompok masyarakat. Organisasi yang berciri swadaya dan sosial ini dibangun dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga daerah setempat, organisasi tersebut sering disebut kelompok swadaya masyarakat (KSM).

Sesuai dengan namanya dan prinsip pemberdayaan, kelompok masyarakat yang paling baik adalah kelompok yang memang lahir dari kebutuhan dan kesadaran masyarakat sendiri, dikelola dan dikembangkan dengan menggunakan terutama sumber daya yang ada di masyarakat tersebut. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah kumpulan orang yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya Visi , kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama (PNPM Mandiri-Perkotaan 2012).

(17)

perusahaan yang paling memahami kebutuhan komunitas, sehingga komunitas selalu memerlukan bantuan perusahaan.

Pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah satu model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumberdaya lokal yang ada. Selanjutnya pengembangan masyarakat hendaknya memperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang kemungkinan sebagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial.

Modal sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan, baik itu pembangunan manusia dan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan politik. Putnam dalam Hasbullah (2006) menyatakan bahwa bangsa yang memiliki modal sosial tinggi cenderung lebih efisien dan efektif dalam menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan kehidupan rakyatnya. Modal sosial dapat meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat. Dalam konteks pembangunan manusia, modal sosial mempunyai pengaruh yang besar sebab beberapa dimensi pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain, kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di dalam masyarakat menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, kohesifitas, tindakan proaktif, dan hubungan internal-ekstemal dalam membangun jaringan sosial didukung oleh semangat kebajikan untuk saling menguntungkan sebagai refleksi kekuatan masyarakat. Situasi ini akan memperbesar kemungkinan percepatan perkembangan individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut. Bagaimanapun juga kualitas individu akan mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat itu berarti pembangunan manusia paralel dengan pembangunan sosial.

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dengan saling percaya toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun jaringan baik di dalam kelompok masyarakatnya maupun dengan kelompok masyarakat lainnya. Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal yang umumnya kuat dan memiliki nilai-nilai, norma, dan etika kolektif sebagai sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat mendorong munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat yang secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan.kualitas hidup bersama dalam kerangka pembangunan masyarakat

Latar Belakang

(18)

terbesar di dunia mau tidak mau telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.

Awal Tahun 2000 sejak dimulainya masa produksi, PT. NNT telah melaksanakan upaya pengembangan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat melalui program community development (comdev). Lima Pilar yang menjadi fokus dalam pelaksanaan comdev PT. NNT diantaranya dalam bidang pendidikan; kesehatan; pertanian dan pariwisata; sosial budaya dan agama serta infrastruktur. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, PT. NNT tidak hanya melakukan pendekatan teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya (socio-cultural) yang dapat merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja.

Pada tahun-tahun awal, program pemberdayaan perusahaan bersifat charity, namun kini berubah menjadi pola partisipatif. Mendasarkan pada kondisi, kebutuhan dan kemungkinan perubahan ke depan, visi pengembangan masyarakat

PT. Newmont adalah “Masyarakat yang Sehat, Cerdas, Mandiri, Sejahtera, dan Religius” (Comdev 2009). Sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, untuk medukung tercapainya visi telah dirumuskan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat;

2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas dan produktif; 3. Mendorong dan memfasilitasi terciptanya peluang usaha dan kegiatan

ekonomi masyarakat;

4. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal, berdaya saing dan berkelanjutan; dan

5. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam mewujudkan harmonisasi bermasyarakat yang madani.

Dalam konteks global, manajemen PT NNT menyadari bahwa keberhasilan tambang ditentukan juga oleh penerimaan masyarakat setempat akan operasi perusahaan. Manajemen PT NNT memahami pentingnya partisipasi komunitas dalam menunjang keberhasilan kemitraan perusahaan dan komunitas. Dengan demikian tidak hanya lapangan pekerjaan yang mempengaruhi struktur komunitas desa di sekitar tambang, tetapi juga dana CSR yang berjumlah miliaran rupiah per tahun.

Program CSR diarahkan dalam dua bentuk program yaitu infrastruktur dan capacity building. Program infrastruktur, lebih banyak untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan pertanian. Infrastruktur yang dibangun diantaranya sekolah, puskesmas, bendungan dan lain-lain. Sedangkan capacity building, diarahkan untuk memperkuat komunitas dengan program pendidikan dan pelatihan, membentuk organisasi atau kelembagaan komunitas, memfasilitasi kelompok dengan pemerintah dan mitra bisnis.

Bentuk program capacity building diantaranya program pendidikan dan pelatihan pertanian terpadu dengan fokus pengembangan budidaya padi sistem SRI (System rice intensification) dengan sasaran petani di 16 desa. Program ini sempat berjalan empat tahun sejak tahun 2010, namun setelah pendampingan tidak dilakukan, tidak ada lagi petani yang melakukan pola sistem SRI, petani kembali ke pola lama, padahal hasil panen dengan sistem SRI tiga kali lipat dari hasil sistem pola lama.

(19)

Desa Maluk, dengan usaha pengelolaan sampah dan air bersih. Sampai dengan saat ini, kelembagaan BUMDes masih ada, namun usaha yang dilakukan tidak bisa berkembang, padahal fasilitas telah disediakan oleh perusahaan seperti truk sampah dengan biaya operasionalnya, TPA (tempat pembuangan akhir), dan sambungan air bersih yang operasionalnya juga disubsidi perusahaan. Namun BUMDes tidak bisa berkembang karena kelembagaan dan kepercayaan masyarakat rendah terhadap pengurus. Kelembagaan BUMDes dikelola oleh sumberdaya yang terbatas dan standar operasional yang mengatur peran pengurus belum ada. Disisi lain, kepercayaan masyarakat rendah karena ada dugaan pengurus kurang transparan, hal ini dibuktikan dengan tidak seluruh pelanggan membayar restribusi.

Pengelolaan sampah plastik juga menjadi program CSR perusahaan melalui Koperasi Lang Lebo. Program sempat berjalan selama dua tahun, namun setelah perusahaan tidak mendukung operasional koperasi, program pengelolaan sampah plastik tidak berjalan. Kelembagaan koperasi tidak menjadi fokus untuk dibangun, sehingga ketergantungan koperasi pada perusahaan sangat tinggi.

Alokasi dana CSR bidang pertanian, diarahkan ke beberapa kelompok masyarakat yang berkaitan dengan pertanian, seperti Kelompok P3A, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Perusahaan mengharapkan program KSM pada akhirnya dapat mengarah ke positif, namun pada faktanya justru menimbulkan konflik pada komunitas penerima manfaat. Perselisihan aparatur desa dengan masyarakat, perselisihan anggota KSM penerima program dengan pengurus, telah menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan desa dan pengurus KSM. Konsekuensi lebih lanjut ialah KSM tidak memiliki dana yang terkelola sehingga pada akhirnya kelompok tidak berkembang.

Kerekatan dan keikutsertaan sosial mengurangi resiko konflik antar individu maupun antar kelompok, dan mempromosikan akses yang adil terhadap hasil-hasil pembangunan dengan cara meningkatkan partisipasi orang-orang yang terpinggirkan atau minoritas. Kerekatan sosial mewujudkan diri dalam individu-individu yang bersedia dan mampu bekerjasama untuk menyelesaikan masalah bersama, memenuhi kebutuhan bersama, dengan cara yang beradab, tidak konfrontatif, dan dengan menghargai berbagai perbedaan kepentingan yang ada. keikutsertaan sosial mempromosikan akses yang adil terhadap berbagai kesempatan, dan menghilangkan hambatan-hambatan formal dan informal untuk berpartisipasi. Robert Putnam dalam Sarosa dan Amri (2008), menjabarkan sedikitnya tiga alasan mengapa modal sosial merupakan hal penting bagi kemajuan masyarakat: Pertama, modal sosial memungkinkan masyarakat untuk menyelesaikan masalah-masalah bersamanya secara lebih mudah. Seringkali masyarakat akan lebih baik kalau mereka bekerja sama, masing-masing melaksanakan peran sebagaimana diharapkan.

(20)

(perkawinan, sunatan, dan upacara selamatan lainnya), membersihkan kampung, membangun fasilitas umum (masyarakat) dan sebagainya. Aktivitas gotong royong dan tolong-menolong saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini bentuk gotong royong dalam arti sumbangan tenaga secara sukarela banyak diganti dengan bantuan berupa materi atau uang. Sebagian besar penduduk bekerjadi PT NNT dan perusahaan lainnya menyebabkan sebagian besar waktudigunakan untuk bekerja sehingga tidak banyak waktu untuk kegiatan yang kurang produktif.

Perubahan perilaku masyarakat sebagai gambaran realitas yang terjadi akibat program CSR PT. NNT masih perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat. Menurut Putnam

dalam Lawang (2005) “kapital sosial menunjuk pada bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Oleh karena itu pertanyannya: bagaimana strategi penguatan modal sosial kelompok swadaya masyarakat pada program comdev PT NNT

Perumusan Masalah

The world Business Counsil for Sustainable Development mendifinisikan CSR sebagai sebuah komitemen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. CSR sendiri telah dilakukan oleh perusahaan PT NNT sejak mulai tahun 1997 hingga saat ini dengan berbagai bentuk program. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi program comdev yang dilaksanakan oleh PT NNT ? Implementasi dari program comdev perusahaan dilakukan dalam dua bentuk yaitu infrastruktur dan capacity building. Dari berbagai program capacity building yang dilaksanakan perusahaan, KSM merupakan salahsatu dari program yang dilaksanakan di Desa Benete. KSM digambarkan sebagai program yang sangat penting untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan spesifik kedua yaitu bagaimana implementasi program KSM dilaksanakan?

(21)

Tujuan Kajian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan utama kajian ini adalah untuk merumuskan strategi penguatan modal sosial KSM pada program community development PT NNT. Adapun tujuan penelitian secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan implementasi program comdev yang dilaksanakan oleh PT. NNT.

2. Mendeskrisikan implementasi program KSM. 3. Menganalisis bentuk modal sosial KSM.

4. Menyusun strategi penguatan modal sosial KSM pada program comdev PT. NNT.

Manfaat Kajian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pemberdayaan masyarakat secara umum. Secara khusus studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih referensi bagi PT. Newmont Nusa Tenggara dalam merumuskan kebijakan dan mengimplementasikan program CSR, sehingga lebih memperkuat modal sosial masyarakat.

Ruang Lingkup Kajian

(22)
(23)

2 PENDEKATAN TEORITIS

Bagian ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka menjelaskan beberapa hal yaitu, Corporate Social Responsibility (CSR), Implementasi CSR di Indonesia, manfaat CSR bagi perusahaan, modal sosial dan manfaat modal sosial. Kerangka pemikiran konseptual akan dibahas tentang kerangka yang akan menjadi alur fikir. Dari kerangka pemikiran konseptual akan dihasilkan suatu bagan alir dari penelitian.

Tinjauan Pustaka

Corporate Social Responsibility (CSR)

Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, korporat memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya berupa penyediaan lapangan kerja dan mekanisme pajak yang dipungur pemerintah. Padahal komunitas membutuhkan lebih dari itu. Kegiatan ekonomi yang dilakukan korporat telah membawa kerusakan pada lingkungan, yang acapkali biaya pemulihannya dibebankan pada komunitas/pemerintah. Seiring perkembangan teori manajemen, periode 1970-an korporat pun mulai menyadari pentingnya peran lingkungan internal dan eksternal terhadap keberadaannya. Komunitas tidak lagi dianggap sebagai konsumen semata, melainkan juga sebagai mitra (partnership). Maka lahirlah istilah CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan (Rahman 2009)

Konsep CSR sendiri sebenarnya bukanlah baru sama sekali. Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela menurut Wahyudi dan Azheri, seperti yang dikutip Yintayani (2011).

(24)

pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.

Menurut John Elkington seperti dikutip Tonny (2013), dari sudut perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi faktor-faktor eksternal (the internalization of externalities) yang merujuk kepada tripel bottom line (3P), yakni People, Planet, dan Profit. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka

pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center development”. Dengan demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prisnsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan ekonomi lokal.

Merujuk pada pemikiran Lubis seperti dikutip Tonny (2013), maka proses-proses pemberdayaan dalam tanggung jawab sosial perusahaan dimplementasikan dalam aksi-aksi (Gambar 1)

1. Advokasi (advocacy): upaya untuk mengubah atau mempengaruhi perilaku penentu kebijakan: pemerintah, perusahaan, dan stakeholders lainnya agar berpihak pada kepentingan masyarakat pedesaan dan komunitas pertanian melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa dipertangung jawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Melalui kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pelibatan semua stakeholders dan sektor yang relevan dengan aksi CSR di berbagai ara untuk mendukung program CSR Perusahaan;

2. Pengorganisasian Komunitas (Community Organizing): agar masyarakat pedesaan dan pertanian mempunyai arena untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas masalah disekitarnya. Bila terorganisir, masyarakat juga akan mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan dalam CSR. Biasanya, dalam pengembangan masyarakat, dibentuk kelompok-kelompok petani sebagai wadah refleksi dan aksi bersama anggota komunitas pedesaan dan pertanian. Pengorganisasian ini bisa dibentuk berjenjang: ditingkat komunitas, antar komunitas di tingkat desa ditingkat kecamatan dan seterusnya sampai ketingkat nasional bahkan regiaonal;

3. Pengembangan Jejaring(Networking and Alliance Building) tanggung jawab sosial perusahaan: menjalin kerjasama dengan pihak lain agar bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan tanggung jawab sosial perusahaan, misalnya dengan kelembagaan keuangan, agribisnis, dan agroindustri. Jejaring dan saling percaya merupakan salah satu unsur penting dari modal sosial, sehingga menjadi komponen penting dalam pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan;

(25)

tanggung jawab sosial perusahaan. Pengembangan kapasitas sebagai peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Peningkatan kemampuan individu mencakup perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan; peningkatan kemampuan kelembagaan meliputi perbaikan organisasi dan manajemen keuangan, dan budaya organisasi; peningkatan kemampuan masyarakat pedesaan dan pertanian, mencakup kemandirian, keswadayaan, dan kemampuan mengantisipasi perubahan; dan

5. Komunikasi, informasi dan edukasi tanggung jawab sosial perusahaan: proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung keempat komponen di atas dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari dan mendokumentasikan informasi agar informasi selalu tersedia bagi masyarakat yang memelukannya, seperti informasi. Kegiatan edukasi diperlukan agar kemampuan masyarakat dalam segala hal meningkat, sehingga masyarakat mampu mengatasi masalahnya sendiri setiap saat. Untuk mendukung proses komunikasi, berbagai media komunikasi (modern-tradisional;massa-individu-kelompok) perlu dimanfaatkan dengan kreatif.

Gambar 1. Aksi pengembangan masyarakat

CSR Dalam Perspektif Community Depelovment (CD)

M Badri seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), Saat ini banyak perusahaan swasta mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR), dan Corporate Citizenship (CC). Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :

1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD); 2. Program Pengembangan Hubungan / Relasi dengan publik

(RelationsDevelopment/RD).

Sedangkan Corporate Citizenship (CC) adalah cara perusahaan bersikap atau memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Corporate Citizenship juga menyangkut pada masalah pembangunan sosial (social development) dan dilakukan pada konteks partnership dan tata

ADVOKASI PENGORGANISASIAN KOMUNITAS

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI,

(26)

kelola (governance). Prinsip ini memperhatikan pembangunan masyarakat, perlindungan dan pelestarian lingkungan untuk keberlanjutan lingkungan dan membantu memperbaiki kualitas hidup manusia. Corporate citizenship ini dilakukan melalui manajemen internal yang lebih baik, membantu memberikan bantuan sumberdaya untuk pembangunan sosial dan kemitraan dengan masyarakat bukan bisnis dan masyarakat luas.

Praktik paling terkenal dari CSR adalah Community Development (comdev), walau keduanya tidaklah dapat disamakan. Comdev didefinisikan sebagai upaya sistematik meningkatkan kemampuan masyarakat, terutama kelompok-kelompok paling tidak beruntung, dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan potensi seluruh sumberdaya yang dapat diaksesnya.

Alyson Warhurst seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), berpendapat, hubungan CSR dan masyarakat terwujud dalam empat hal utama, yaitu :

1. kontribusi pada pengembangan masyarakat (comdev);

2. pengikutsertaan (pemrioritasan) kesempatan kerja dan usaha; 3. pembiayaan sesuai kerangka legal; dan

4. tanggapan atas harapan kelompok kepentingan.

Pengkategorian Warhust memperjelas bahwa comdev merupakan salah satu komponen sangat penting CSR

Budimanta dalam Rudito dan Famiola (2013) menyebutkan bahwa, Community development adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Secara hakekat, Community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal menurut Rudi dalam Rudito dan Fabiola (2013)

Implementasi CSR di NNT

Menurut Sarosa dan Amri (2008), Penghujung 2005 dicatat sebagai salah satu puncak momentum CSR di Indonesia lewat kehadiran CSR Award. Terlepas dari banyaknya kelemahan disana-sini, terutama dari sudut pandang konsep dan praktiknya sebagai strategi publikasi tidak berlebihan jika CSR Awards disebut sebagai momentum penting dalam meningkatkan kesadaran perusahaan akan keharusan memasukkan CSR sebagai bagian integral strategi bisnis. Sebelumnya, Asian institute of Management juga menggelar Asian Forum on Corporate Social Responsibility bertema Exploring CSR Strategi for Business. Gabungan kedua momen itu tak pelak menghasilkan peningkatan perhatian yang signifikan terhadap isu CSR di negeri ini.

(27)

menempatkan perusahaan sebagai tetangga yang baik, dengan komitmen penuh pada upaya peningkatan kesejahteraan komunitas lokal dan pelestarian lingkungan.

Ikhtisar eksekutif persepsi komunitas dan pemangku kepentingan lainnya terhadap pengembangan masyarakat dalam kerangka tanggungjawab sosial PT. Holcim Indonesia Tbk (HIL) Pabrik Narogong, disebutkan bahwa HIL mendefinisikan CSR-nya sebagai komitmen HIL untuk bekerja sebagai mitra bagi para pemangku kepentingannya dan memelihara hubungan yang dilandasi saling menghargai dan saling percaya. Hal ini dituangkan dalam slogan HIL yaitu

“membangun bersama”. Sebagai mitra masyarakat desa, CSR HIL ingin berperan sebagai motivator yang menumbuhkan inisiatif, partisipasi dan keswadayaan dari masyarakat dan stakeholders lainnya agar berlangsung pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kebijakannya HIL memiliki struktur tatakelola yang memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan, mengelola resiko bisnis, menjaga nama baik dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat termasuk kesejahteraan warga sekitar dan lingkungan.

Program CSR HIL dalam Periode 2006-2010 meliputi: (1) Infrastruktur, yang meliputi pembuatan jalan, drainase, pembangunan kantor desa, gedung sekolah, fasilitas olahraga dan tempat ibadah; (2) Pemberdayaan Ekonomi, yakni dana bergulir (revolving fund) untuk peternakan (ayam, kambing), pertanian, persewaan traktor, paving block, usaha, jasa, warung, perdagangan, bengkel motor, dan lain-lain; (3) Pendidikan, berupa beasiswa yang diberikan kepada anak-anak yang tergolong kurang mampu dari tingkat SD, SMP dan SMA. Program EVE yang bekerjasama dengan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ); dan (4) Aspek Sosial, yang terdiri dari posyandu, penyuluhan kesehatan, penyuluhan hukum, khitanan masal, pelatihan las, pemberian paket lebaran, dana santunan untuk anak yatim piatu, hewan kurban, dan pembinaan pemuda.

Pola pelaksanaan CSR yang dilakukan HIL diawali dengan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) baik di aras desa dan aras kecamatan setiap tahunnya. Tujuan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) ini yaitu untuk berdialog secara langsung dengan aparat dan perwakilan warga desa seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RW/RT, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat umum mengenai program kemitraan HIL. Kegiatan yang dilakukan selama FKM ini diantaranya pemaparan semua program kemitraan HIL yang telah dan sedang dilakukan pada tahun tersebut di seluruh desa mitra. Selain itu dilakukan juga diskusi kendala yang dihadapi selama implementasi program kemitraan pada tahun tersebut berikut rencana program kemitraan di tahun selanjutnya.

PT. Chevron Pasifik Indonesia (CPI) dalam melaksanakan CSR-nya, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang Public Relations (PR) atau pihak yang menjalankan fiingsi PR dalam sebuah perusahaan dalam rangka mensosialisasikan atau mengkomunikasikan sebuah program kerja adalah menentukan sasaran, yaitu mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang menjadi target sasaran dari program CSR CPI atau yang mempunyai hubungan, serta kepentingan dengan program tersebut.

(28)

akademisi, pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada lagi sasaran lain yang mempunyai kepentingan dalam program CSR CPI ini. Karena intinya semua khalayak tersebut memiliki peranan masing-masing dalam menyukseskan pelaksanaan program CSR CPI. Program-program CSR CPI itu dibuat tergantung dari adanya masukan-masukan atau ide-ide dari divisi-divisi lain dan tidak menutup kemungkinan divisi CSR sendiri yang menyusun program tersebut. Namun, tetap saja setelah adanya rencana program CSR apa yang akan dilakukan, maka divisi CSR yang akan tetap mengelola pelaksanaan dari aktivitas CSR tersebut.

Ketika proses kegiatan CSR dilaksanakan, maka yang bertanggung jawab secara penuh adalah pihak Community Depelopment (CD), Corporate Communication CPI. Namun, pelaksanaannya pun harus berlandaskan rencana yang telah ditetapkan oleh divisi CSR dan disepakati bersama sebelumnya.

PT. Newmont Nusa Tenggara menyatakan dalam visi korporasi tambang Newmont (NMC) yaitu menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang. Guna mencapai visi tersebut, salah satu nilai utama NMC adalah mewujudkan kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan tanggungjawab sosial.

Newmont berkeyakinan bahwa melaksanakan tanggung jawab sosial merupakan hal penting bagi bisnis, dan hal itu diwujudkan dengan membangun hubungan berdasarkan atas kepercayaan serta nilai tambah bagi masyarakat dimana Newmont beroperasi. Hal ini dapat dicapai dalam kepemimpinan, dan penerapan sistem manajemen formal yang andal, yang mendukung pengambilan keputusan secara efektif, mengelola resiko perusahaan dan mendorong peningkatan yang berkelanjutan.

Pelaksanaan perencanaan program CSR, PT. NNT menerapkan strategi perencanaan secara partisipatif. Beberapa metode yang digunakan diantaranya Participatory Rural Appraisal (PRA), Participatory Wealth Ranking (PWR), Future Search Dialog (FSD) dan Ziel-Orientierte Projekt Planung (ZOPP). Untuk implementasi program CSR, pelaksanaan program melalui kemitraan dengan pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, konsultan dan kontraktor lokal, perguruan tinggi dan kelompok masyarakat.

Untuk monitoring evaluasi program CSR, PT. NNT menggunakan dua pendekatan, yaitu:

1. Secara Internal dengan melakukanPemantauan dan Evaluasi secara Partisipatif

2. Secara Eksternal dengan melibatkan lembaga mitra seperti, LP3ES, Dampak Sosial Ekonomi dan Perikanan oleh PPLH, P3L (Universitas Mataram) dan LPEM-FEUI, Implementasi Program oleh Gemilang dan Transform NTB, INDEF Jakarta, Mitra Samya Mataram, Five Star Team, ISO14001

(29)

Beberapa kegiatan CSR bidang pertanian di Desa Benete, diantaranya: peningkatan produktivitas hasil panen lahan pertanian, peningkatkan akses permodalan kegiatan usaha produktif bagi perempuan petani, pembangunan infrastruktur (embung) dan penguatan kapasitas kelompok

Manfaat CSR

Menurut Sarosa dan Amri (2008), Aktivitas CSR masih relatif baru di Indonesia, saat ini masih sulit menemukan bukti kongkrit manfaat aktivitas CSR tersebut dalam jangka panjang. Selain itu masih sedikit alat-alat evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai dampak dari aktivitas CSR. Meskipun demikian, berikut ini akan ditampilkan hal-hal yang diperkirakan menjadi manfaat CSR dalam hal penguatan modal sosial dan kerekatan sosial, baik dalam jangka pendek, menegah dan panjang bagi perusahaan.

Dalam jangka pendek, aktivitas yang bertujuan memperkuat kerekatan sosial memberi manfaat (output) bagi perusahaan dalam beberapa bentuk. Manfaat yang pertama tentunya adalah citra positif bagi perusahaan yang peduli dan bertanggungjawab terhadap kondisi masyarakat yang ada disekitarnya. Dengan masyarakat dan investor yang semakin kritis terhadap kinerja perusahaan, citra positif tentunya menjadi hal penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Masyarakat cenderung ingin membeli produk dari perusahaan yang memiliki reputasi baik, demikian juga investor ingin menanamkan uangnya pada perusahaan yang bertanggungjawab.

Manfaat jangka pendek lainnya adalah terciptanya interaksi yang dinamis antar pegawai perusahaan. Aktivitas CSR (walaupun tidak semua) seringkali membutuhkan terjadinya interaksi antar pegawai dari lintas divisi dan lintas tingkat manajemen, yang konteksnya yang berbeda dari interaksi yang terjadi sehari-hari di perusahaan.

Dalam jangka menengah, aktivitas CSR memberi manfaat (outcome) secara internal berupa kepuasan batin pegawai terhadap perusahaan. Manfaat CSR jangka menengah lainnya adalah jejaring strategis yang dapat dibangun perusahaan untuk kelancaran dan pengembangan usahanya di masa depan. Dalam konteks CSR sebuah perusahaan mendapat kesempatan untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang biasanya tidak ada hubungannya dengan perusahaan tersebut, misalnya lembaga pemerintah, lembaga PBB, Bank Dunia, dan lembaga Swadaya Masyarakat. Lembaga-lembaga semacam ini dapat memberi masukan strategis bagi perusahaan tentang topik-topik pembangunan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Selain itu, bekerjasama dengan lembaga-lembaga ini dapat pula meningkatkan profil perusahaan yang bersangkutan pada tingkat nasional dan internasional. Manfaat jangka menengah lain adalah terciptanya kondisi yang mendukung perusahaan untuk melangsungkan aktivitas.

(30)

Manfaat bagi masyarakat, dalam jangka pendek, aktivitas CSR bertujuan memperkuat kerekatan sosial memberi manfaat (output) kepada masyarakat dalam beberapa bentuk aktivitas itu sendiri. Untuk aktivitas CSR yang memang dirancang untuk secara langsung mengurangi kesenjangan sosial atau meningkatkan kerekatan sosial, dampak langsung yang tercipta adalah meningkatnya interaksi antar kelompok-kelompok masyarakat yang biasanya mungkin jarang beriteraksi. Manfaat jangka pendek lain yang biasa terbangun dari aktivitas CSR adalah tersedianya layanan-layanan sosial/publik yang selama ini sulit diperoleh kelompok masyarakat tertentu. Layanan-layanan ini dapat berupa layanan kesehatan dan pendidikan bagi penduduk miskin, terpencil, atau yang terkena dampak langsung dari aktivitas perusahaan.

Untuk jangka menengah, manfaat (outcome) yang tercipta adalah meningkatnya kemampuan atau kapasitas masyarakat untuk bekerjasama. Hal ini dapat terbangun dari aktivitas-aktivitas CSR yang mengharuskan terjadinya kerjasama antar anggota masyarakat, misalnya penguatan ekonomi yang dilakukan per kelompok, pengembangan koeperasi, penyediaan dana bergulir, penyediaan Block grant yang penggunaannya harus ditentukan, dilaksanakan, dan diawasi sendiri oleh masyarakat secara partisipatif.

Manfaat jangka menengah lainnya adalah terciptanya jejaring yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat untuk mengembangkan aktivitas ekonominya maupun untuk meningkatkan kondisi kehidupannya. Dalam aktivitas CSR yang bertujuan mengembangkan aktivitas ekonomi atau usaha kecil dan mikro, salh satu faktor yang biasanya dibangun adalah jejaring antara produsen (masyarakat) dengan pembeli, lembaga pengembangan kapasitas usaha, dan lembaga penjamin mutu. Dalam kondisi normal, mungkin agak sulit bagi masyarakat kecil untuk mengakses mereka secara langsung.

Untuk jangka panjang, aktivitas CSR tentu dapat memberi manfaat (impact) berupa meningkatnya modal sosial dan kerekatan sosial pada masyarakat. Misalnya, interaksi antar kelompok yang tercipta dengan katalis aktivitas CSR dapat meningkatkan rasa keakraban, kekompakan , saling percaya, dan saling mendukung antar kelompok-kelompok masyarakat. Selain itu kesenjangan antar kelompok juga dapat berkurang sehingga tumbuhlah suasana yang lebih bermoral, beretika, saling menghargai, berbagi, dan berkompetisi secara sehat.

Manfaat bagi hubungan antara perusahaan dan masyarakat, dalam jangka

pendek adalah didapatnya “ijin sosial” untuk beroperasinya sebuah perusahaan

(social license to operate). Manfaat jangka menengah adalah tumbuhnya modal sosial dan kerekatan sosial antara perusahaan dan masyarakat itu sendiri. Manfaat jangka panjang (impact) dari kondisi hubungan perusahaan-masyarakat yang baik adalah keberlanjutan usaha (sustainability) yang lebih tinggi. Dengan hubungan sosial yang baik dengan masyarakat yang ada disekelilingnya, kemungkinan sebuah sebuah perusahaan untuk mejalankan usahanya dalam jangka panjang akan lebih tinggi.

(31)

Modal Sosial

Dalam menjalankan usahanya, sebuah perusahaan memerlukan modal dalam bentuk yang beraneka ragam. Bentuk modal yang paling banyak dibicarakan dan diajarkan dalam bidang ekonomi dan bisnis adalah modal fisik (physical capital) dan modal manusia (human capital). Modal fisik contohnya adalah bahan baku, mesin, peralatan kerja dan lokasi atau tempat usaha. Dengan modal fisik, sebuah perusahaan manufaktur dapat mengubah bahan baku menjadi bahan olahan yang memiliki nilai tambahn. Sedangkan modal manusia berupa keahlian dan tenaga yang dihitung dengan satuan waktu. Tanpa adanya modal manusia, sebuah perusahaan tidak dapat beroperasi karena tidak ada yang merancang sistem produksi perusahaan tersebut, juga tidak ada yang membeli bahan baku, mengoperasikan mesin, memasarkan produk, dan seterusnya.

Selain modal fisik dan modal manusia, ada bentuk modal lain yang tak kalah penting dalam menjalankan usaha. Sayangnya, bentuk modal ini baru mendapat perhatian dari dunia usaha sejak tahun 1970-an, dan baru mulai populer sejak tahun 1990-an. Yang dimaksud adalah modal sosial (social capital) (Sarosa dan Amri 2008).

Putnam (2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti trust, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok.

Fukuyama (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Modal sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas.

Untuk mempermudah memahami modal sosial pada tataran praktis, Bank Dunia membagi modal sosial dalam lima dimensi; kelompok dan jejaring, kepercayaan dan solidaritas, kemampuan kerjasama dan bertindak bersama, informasi dan komunikasi, serta kerekatan dan keikutsertaan sosial.

(32)

Kepercayaan (trust) dan solidaritas mencerminkan perilaku antar individu yang mendukung terciptanya kerekatan sosial dan tindakan bersama yang lebih kuat. Kepercayaan dan solidaritas membentuk pemikiran dan sikap masing-masing anggota kelompok mengenai bagaimana berinteraksi dengan anggota lain. Ketika individu-individu dalam suatu komunitas saling mempercayai dan menghargai, mereka dapat mencapai kesepakatan dan mengadakan transaksi secara lebih mudah.

Kemampuan kerjasama dan bertindak bersama merupakan kemampuan kelompok dalam menyelesaikan masalah-masalah dan mencapai tujuan-tujuan bersama. Tujuan tindakan bersama mungkin saja berbeda-beda tergantung komunitasnya. Sebagai contoh, tindakan bersama dapat terdiri dari berbagai aktivitas yang diorganisasi oleh komunitas untuk membangun dan memelihara infrastruktur desa. Tindakan bersama juga penting untuk mewujudkan tata-pemerintahan dan akuntabilitas publik yang baik.

Informasi dan komunikasi merupakan simpul dari berbagai interaksi sosial, dan berperan penting untuk membangun modal sosial yang positif. Aliran informasi dua arah (vertikal) antara masyarakat lokal dan penentu kebijakan merupakan hal penting dari proses pembangunan. Aliran informasi dua arah (horizontal) memperkuat kapasitas masyarakat dengan cara menyediakan mediauntuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan ide. Dialog yang terbuka akan membengun perasaan sebagai satu komunitas, sedangkan kerahasiaan hanya akan menghasilkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.

Kerekatan dan keikutsertaan sosial mengurangi resiko konflik antar individu maupun antar kelompok, dan mempromosikan akses yang adil terhadap hasil-hasil pembangunan dengan cara meningkatkan partisipasi orang-orang yang terpinggirkan atau minoritas. Kerekatan sosial mewujudkan diri dalam individu-individu yang bersedia dan mampu bekerjasama untuk menyelesaikan masalah bersama, memenuhi kebutuhan bersama, dengan cara yang beradab, tidak konfrontatif, dan dengan menghargai berbagai perbedaan kepentingan yang ada. keikutsertaan sosial mempromosikan akses yang adil terhadap berbagai kesempatan, dan menghilangkan hambatan-hambatan formal dan informal untuk berpartisipasi.

Josairi Hasbullah dalam Sarosa dan Amri (2008), mengutip adanya dua jenis modal sosial yang tercipta di suatu komunitas: Modal Sosial yang Mengikat (bonding social capital) adalah ikatan-ikatan (biasanya ikatan yang kuat) antara orang-orang dalam situasi yang sama, misalnya anggota keluarga, teman dekat, dan tetangga. Modal sosial yang menjembatani (bridging social capital) adalah ikatan-ikatan (biasanya ikatan yang lemah) antara orang-orang yang situasinya tidak persis sama, misalnya teman jauh atau rekan kerja.

Dalam Ibrahim (2002), disebutkan bahwa para ahli sosial membedakan konsep modal sosial dengan konsep modal budaya (cultural capital), modal manusia (human capital) dan tentunya modal keuangan, serta modal fisik. Pierre Boudieu menggunakan istilah modal sosial bersamaan dengan modal budaya sebagai:

(33)

Penekanan batasan modal budaya adalah pada kemampuan yang dimiliki individu diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sosialnya. Definisi modal manusia lebih menekankan pada pengetahuan, pengamalan, kualitas yang

dimiliki seseorang (individu). Tegasnya dikatakan sebagai “inside your brain”.

Atau Jamaes coleman mengatakannya sebagai “inside people’s heads”. Didalam

suatu organisasi atau perusahaan, modal manusia dianalogikan sebagai pekerja (workers). Dalam bukunya berjudul: Structural Holes, Ronald S. Burt menuliskan modal sosial sebagai,

“...natural qualities – charm, healt, intellegence and looks – combined with the skills you have acquired in formal education and job experience give you abilities to excel at certain task”

Kemudian Burt membedakannya dengan modal keuangan (financial capital) sebagai uang tunai yang dimiliki, simpanan di bank, investasi, fasilitas kredit. Batasan modal keuangan lebih jelas, tetapi ada yang memasukkan modal keuangan sebagai bagian dari modal fisik secara material. Modal fisik dikaitkan dengan benda, alat, mesin, gedung, infrastruktur fisik, jaringan transportasi, buatan manusia atau bentuk material lain, yang memfasilitasi kegiatan manusia.

Pieree Boudieu dan James Coleman (1970) mengatakan bahwa modal sosial adalah:

“the resources, asset and advantages individuals acquire as participant in a social or community setting”

Jelas, bila dibandingkan dengan modal budaya, modal manusia yang dimiliki oleh individu, maka modal sosial bukan milik individual, tetapi sebagai hasil dari hubungan sosial antar individu. Coleman melakukan pengukuran modal sosial melalui survey dengan mengkobinasikan tingkat kepercayaan di tingkat individu dengan mengukur keanggotaan yang tercermin dalam proses sosial. Baginya penting untuk mengukur keanggotaan (organisasi sukarela, organisasi civic, waktu yang dihabiskan untuk kegiatan sukarela) sebagai deskripsi modal sosial, karena merefleksikan derajat civic engagement dan hubungan horisontal yang alami.

Selanjutnya, rumusan modal sosial menurut Portes sebagai berikut: “social capital” as the capacity of individuals to command scarce resources by vitue of their membership in networks, or broader social structures The ability to obtain (social capital) does not inhere in the individual... but instead is property of the individual’s set of relationships with others. Social capital is a product of embeddedness”

(34)

Bagi Putnam, modal sosial adalah “public good” bukan milik pribadi untuk mendapatkan keuntungan dari modal tersebut. Putnam (1993) dan Fukuyama (1995) memperjelas dengan memperluas batasan bahwa modal sosial tidak pada individu, tetapi pada kelompok, komunitas, bahkan ditingkat negara (“state”). Dikatakan bahwa komunitas berbeda dengan individu yang memiliki jumlah modal sosial tertentu. Komunitas mampu membangun modal sosial melalui pengembangan hubungan aktif, partisipasi demokrasi dan penguatan kepemilikan dan kepercayaan komunitas. Putnam mengatakan bahwa modal sosial sebagai,

“..futures of social organization, such as networks, norms, and trust, that

facilitate coordination and cooperation for mutual benefit. Social capital enchances the benefits of investment in phsical and human capital”

Modal sosial mirip dengan bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti modal sosial juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi intim dan konsisten. Modal sosial menunjukkan pada jaringan, norma, dan kepercayaan yang berpotensi untuk produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self-reinforcing) (Putnam 2002) yang dikutip Mariana, et al., (2008). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur. Terkait ini ada tiga parameter modal sosial, yaitu rasa percaya (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).

Woolcock (1998) yang dikutip Mariana, et al., (2008) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu: bonding, bridging dan linking:

1. Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancar dalam berbagi pengetahuan;

2. Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder; 3. Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital) memungkinkan

(35)

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, modal sosial berperan dalam peningkatan pertumbuhan dan pembangunan wilayah melalui peningkatan penyediaan akses masyarakat terhadap ketersediaan modal, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Selain itu, tersediannya stok modal sosial yang besar akan memfasilitasi terjadinya transaksi antar individu, rumah tangga dan kelompok yang efisien melalui (1) tersediannya informasi dengan biaya rendah; (2) terdapat kemudahan bagi semua pihak untuk mencapai keputusan kolektif; (3) berkurangnya perilaku oportunistik dari anggota masyarakat. Teori terkini juga menunjukkan bahwa sedikit perubahan pada modal sosial dapat memberi efek yang signifikan dalam perekonomian (Iyer et al. 2005) dikutip (Vipriyanti 2011). Selanjutnya Turner dalam Dasgupta (2000) yang dikutip Lawang (2004) modal sosial menunjuk pada kekuatan-kekuatan yang meningkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial.

Vipriyanti (2011) mengembangkan konsep modal sosial dengan memberikan penekanan khusus pada hubungan kausal antara modal sosial dan kesejahteraan ekonomi masyarakat serta kinerja ekonomi wilayah. Modal sosial adalah rasa percaya dan kemampuan seseorang dalam membangun jaringan kerja serta kepatuhannya terhadap norma yang berlaku dalam kelompok maupun masyarakat di sekitarnya yang mana modal tersebut memberi keuntungan untuk mengakses modal lainnya serta memfasilitasi kerjasama inter dan antar kelompok masyarakat. Lebih lanjut Vipriyanti menjelaskan bahwa modal sosial merupakan komplemen penting dari konsep modal alamiah, fisik dan manusia. Berbeda dengan modal fisik, modal sosial memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh modal lainnya yakni (1) tidak habis karena digunakan, sebaliknya akan habis karena tidak digunakan; (2) tidak mudah untuk diamati dan diukur; (3) sulit dibangun melalui intervensi luar; (4) level dan tipe modal sosial yang tersedia untuk individu sangat dipengaruhi oleh pemerintahan nasional maupun pemerintahan daerah. Modal sosial terbangun dari adanya rasa saling percaya, jaringan kerja dan norma yang kondusif. Rasa saling percaya akan mengurangi biaya kontak, kontrak dan kontrol sehingga dapat meniadakan biaya transaksi yang tinggi. Rasa saling percaya juga akan memudahkan adanya jaringan kerja yang efisien dimana jaringan kerja sosial memberi manfaat pada proses produktif dalam pembangunan ekonomi wilayah.

Hasil penelitian Suandi (2007) yang menyoroti hubungan modal sosial dan kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah pedesaan, modal sosial baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi tingkat modal sosial yang dimiliki oleh keluarga maka tingkat kesejahteraannya semakin baik. Modal sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga baik dilihat dari aspek peningkatan kesejahteraan dalam penyediaan akan produksi pangan, non pangan maupun aspek investasi sumberdaya manusia melalui jaringan kelompok sosial dan kelompok ekonomi. Besarnya peran modal sosial ini dilihat dari tingkat keterlibatan anggota keluarga dalam kelompok produktif, sosial dan kelompok lainnya yang berkembang di masyarakat.

(36)

bersama dan menghindari sifat oportunistik individu. Selain itu, adanya stok modal sosial juga akan terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat terhadap setiap kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan bersama. Kondisi tersebut mendorong terjadinya suatu proses pembangunan yang beretika dan bermoral yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan melalui distribusi hasil-hasil pembangunan yang merata dan berkelanjutan (Vipriyanti 2011).

Beberapa ahli telah memberi batasan dan ruang lingkup tentang modal sosial, bahkan diantaranya ada yang mengistilahkan tipe, bentuk dan elemen-elemen modal sosial. Hasil identifikasi dan penelusuran tentang konsep modal sosial, untuk dapat memahami secara utuh maka perlu dijelaskan dan diuraikan elemen-elemen yang melekat sebagai penjelmaan dari konsep modal sosial. Adapun elemen-elemen modal sosial tersebut adalah :

a. Kepercayaan (Trust)

Rasa percaya adalah dasar dari perilaku moral dimana modal sosial dibangun. Moralitas menyediakan arahan bagi kerjasama dan koordinasi sosial dari semua aktivitas sehingga manusia dapat hidup bersama dan berinteraksi satu dengan lainnya. Membangun rasa percaya adalah bagian dari proses kasih sayang yang dibangun sejak awal dalam suatu keluarga. Sepanjang adanya rasa percaya dalam perilaku dan hubungan kekeluargaan, maka akan terbangun prinsip-prinsip resiprositas dan pertukaran (Fukuyama, 1995). Lawang (2004) menyebutkan bahwa inti kepercayaan antar manusia terdapat tiga hal yang saling terkait yaitu (a) Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini adalah institusi yang dalam pengertian ini diwakili orang. Sebagai contoh Si A percaya pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang-orang dalam institusi itu bertindak; (b) Harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak; (c) Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud.

Ketiga dasar kepercayaan tersebut dimaksud adalah menunjuk pada hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial. Kepercayaan yang sudah terbangun dalam suatu komunitas merupakan modal sosial utama bagi komunitas untuk saling bekerjasama, bahu-membahu dalam mengatasi berbagai permasalahan.

b. Jaringan Sosial

Gambar

Grafik penduduk Desa Benete berdasarkan jenis kelamin dan jumlah
Gambar 1. Aksi pengembangan masyarakat
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 2.  Rincian data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hukum dalam arti yang sebenarnya ini (disebut juga hukum positif ) meliputi hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia secara individu untuk

Penelitian tentang produksi selulase dari ampas tebu sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh referensi [8] yang membuat enzim selulase dari ampas

konsumen, secarn tidak langsung gaya hidup yang khas dari individu akan muncul. dalam perilaku membeli dimana hal ini ditujukan untuk

Objektif kajian ini adalah untuk mengenal pasti faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi pelajar Cina terhadap pembelajaran bahasa Melayu dan menganalisis faktor yang paling

Hasil musyawarah yang dilakukan pihak Pemerintah Desa Belalang dengan Badan Permusyawaratan Desa dan beberapa tokoh-tokoh Desa Belalang, telah mengeluarkan keputusan

Untuk memahami unsur intrinsik sastra digunakan teori Wellek and Austin (1956), sedangkan cara melihat unsur ekstrinsik digunakan cara yang disarankan oleh Mahayana (2007),

Program- program acara di stasiun Nyenyes TV antara lain adalah mengulas tentang bahasa- bahasa Palembang, jajanan Palembang, sitkom-sitkom, film pendek maupun karya- karya

sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia baik secara individu maupun secara kelompok dan akibat dari hubungan