• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN BANGUN

BANDAR PT SOCFIN INDONESIA, MEDAN, SUMATERA UTARA

ACHMAD HAMDANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Achmad Hamdani

(4)
(5)

ABSTRAK

ACHMAD HAMDANI. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Bangun Bandar sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2015. Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan bekerja, mempelajari dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit di kebun Bangun Bandar. Analisis manajemen pemupukan berdasarkan konsep 5 tepat pemupukan dan defisiensi hara. Pelaksanaan konsep tepat dosis aplikasi pemupukan belum sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan meskipun karung untilan telah memenuhi tepat dosis. Waktu aplikasi pemupukan di Bangun Bandar belum sesuai dengan SOP pemupukan Bangun Bandar 2015. Jenis pupuk yang diaplikasikan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan. Ketepatan cara dan tempat belum sesuai dan perlu ditingkatkan. Berdasarkan pengamatan secara visual, gejala defisiensi hara yang dominan pada tanaman belum menghasilkan adalah boron, sementara pada tanaman menghasilkan adalah kalium.

Kata kunci : Manajemen pemupukan, defisiensi, tepat dosis, pupuk.

ABSTRACT

ACHMAD HAMDANI. Management fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, sumatera Utara.. Supervised by SUDIRMAN YAHYA.

Internship activities was conducted at Kebun Bangun Bandar in February to June 2015. The internship was aimed to increase knowledge and job skills, and to study and analysie the fertilizer management of oil palm plantations. Management of fertilization was analyzed based on five rights concept and nutrients deficiency. Implementation of the concept of right dosage had not met recomended dosage, although amount of package had been in right usaged. Time of application at kebun Bangun Bandar had not been followed the SOP of fertilization. Kind of fertilizers had met recommended fertilizers. The right manners and places had not med Standar Operational Procedure (SOP) ferlization and should be improved. Based on visual observation, the dominant deficiency symptom of nutrient on immature palms was Boron, while on the mature palms was Kalium.

(6)
(7)

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN BANGUN

BANDAR PT SOCFIN INDONESIA, MEDAN SUMATERA UTARA

ACHMAD HAMDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan magang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 hingga Juni 2015 dengan judul “Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penulisan skripsi ini. Penulisan ini merupakan tugas akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, mendoakan, dan memberikan bantuan baik moral maupun materil kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh sahabat serta teman-teman AGH 48 ( Dandelion 48) yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing yang selalu memberi bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Hugo RPM Napitupulo, SP selaku pengurus Bangun Bandar, Bapak Ferdinan TE Munthe selaku kepala PKS, Bapak H. Ricky Irawan, SP selaku asisten kepala dan Bapak Sigit Okta Syahbuana, SP selaku pembimbing lapang di DIV.I beserta staff Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia yang telah memberi bimbingan dan nasehat selama kegiatan magang.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pemupukan 2

Jenis-Jenis Pupuk 3

Ketidaktepatan Aplikasi Pemupukan 3

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM 7

Letak Wilayah Administratif 7

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 7

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

Fasilitas Kebun 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 11

Aspek Managerial 32

PEMBAHASAN 34

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 42

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Fasilitas kebun Bangun Bandar (a. masjid; b. gereja; c. perumahan karyawan; d. poliklinik; e. lapangan tenis; f. lapangan voli). 10

2 Apel pagi bersama asisten dan 10

3 Penanaman Mucuna bracteata (a. Benih Mucuna bracteata ; b. Penanaman

Mucuna bracteata). 12

4 Pengendalian gulma (a. BTP (Bongkar tanaman pengganggu) ; b. Semprot

micron herby). 13

5 Kegiatan sensus ulat (a. titik sensus ; b. perhitungan ulat ) 14 6 Kegiatan injeksi batang (a. pengeboran batang ; b. pengisian insektisida). 15 7 Aplikasi kompos (a. penebaran kompos dalam piringan ; b. hasil penebaran

kompos secara manual ; c. penebaran kompos dengan penebar (giltrap) ; d.

Hasil penebaran kompos secara mekanis) 17

8 Pemupukan secara mekanis (a. Muat pupuk ke dalam hopper ; b. Flow control

spreader ; c. Hopper telah terisi pupuk ; d. Penebaran pupuk dengan Spreader).19

9 Proses penguntilan di gudang (a. Takaran penguntilan ; 20 10 Kegiatan pengeceran pupuk (a. Pengeceran untilan di TPH; b. Untilan di TPH

). 21

11 Kegiatan pemupukan secara manual (a.Briefing dari asisten ; b. Takaran pupuk ; c. Penebaran pupuk secara strip ; d. Penebaran pupuk diatas kompos ). 22

12 Cara kerja penebaran pupuk 22

13 Gejala defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit (a. Defisiensi nitrogen ; b. Defisiensi posfor ; c. Defisiensi kalium ; d. Defisiensi magnesium ; e.

Defisiensi boron ; f. Defisiensi besi). 28

14 Kegiatan penunasan (a. Pemotongan pelepah ; b. Hasil pemotongan pelepah yang diletakkan diantara barisan pokok / gawangan mati). 29 15 Pemanenan TBS (a. Pemanenan TBS dengan egrek ; b. Susunan TBS di TPH ;

C. Muat TBS di TPH ; d. Bongkar muat di tuangan). 31

DAFTAR TABEL

1 Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar 8

2 Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar 8 3 Jumlah Pegawai Staf, Pegawai Non Staf, dan Karyawan Tahun 2015 9 4 Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar 23 5 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi Kieserit dan Borax 24 6 Rencana dan aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar dan curah hujan

pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015 25

7 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I 25 8 Pengamatan ketepatan cara penebar pupuk di Kebun Bangun Bandar 26 9 Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk 27

10 Pengamatan ketepatan tempat pupuk RP 27

11 Hasil pengamatan defisiensi unsur hara 28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Kebun

Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, 42

2 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor besar di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara 44 3 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten/Kepala Afdeling

di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara 46 4 Peta Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 50 5 Curah hujan dan hari hujan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia

tahun 2009-2014 51

6 Struktur organisasi Kebun Bangun Bandar PT.Socfin Indonesia 52 7 Struktur organisasi Divisi I kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 53 8 Klasifikasi tingkat serangan ulat daun (Rata-rata / pelepah daun) 54 9 Bon kompos Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 55 10 Bon pengeluaran pupuk Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 55 11 Bon pemupukan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 55

12 Ketentuan tarif premi pemanen 56

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Kelapa sawit menjadi andalan ekspor dan penyumbang devisa non migas yang cukup besar bagi Indonesia (Lubis 2008). Laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit khususnya CPO selama 2003-2014 sebesar 12.94% per tahun dengan peningkatan nilai ekspor rata-rata 25.76% per tahun. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2013 telah mencapai volume 20.58 juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US $15.84 milyar. Perkembangan areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat, pada tahun 2012 dengan luas areal 9 074 621 ha dengan produksi Crude Palm Oil

(CPO) sebesar 23 521 071 ton, sementara pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10 956 231 ha dengan produksi CPO 29 344 479 ton (Ditjenbun 2014).

Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit untuk memenuhi permintaan yang meningkat tersebut. Salah satu faktor terpenting dalam pemeliharaan kelapa sawit yaitu pemupukan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memegang peranan yang sangat penting, lebih dari 50% biaya pemeliharaan tanaman digunakan untuk pemupukan. Kelapa sawit hibrida yang saat ini dikembangkan umumnya sangat responsif terhadap pemupukan (Hakim 2007).

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman tumbuh sehat, berproduksi secara maksimal, ekonomis, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma (Suwandi et al., 1987). Pemupukan pada tanaman kelapa sawit dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi untuk mencapai daya hasil (produksi) yang maksimal ( Pahan 2013).

(18)

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bekerja secara nyata baik teknis maupun manajerial di perkebunan kelapa sawit. Secara khusus tujuan magang adalah mempelajari dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit di kebun Bangun Bandar serta mengetahui permasalahan-permasalahan pemupukan yang terdapat di lapangan dan mencari upaya penyelesaiannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan

Menurut Mangoensoekarjo (2007) upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal pada tanaman. Hasil yang diharapkan dari upaya pemupukan yaitu dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Pemupukan akan dapat mencapai sasarannya jika pelaksanaan aplikasinya di lapangan telah mempertimbangkan:

1. Jumlah unsur hara yang harus diberikan kepada tanaman cukup dan berimbang.

2. Setiap jenis pupuk harus memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan. 3. Penentuan jenis dan dosis pupuk yang dilakukan sesuai dengan arahan para

rekomendator pupuk.

4. Aplikasinya harus menuruti kaidah lima tepat yaitu tepat dosis, tepat kombinasi hara, tepat waktu aplikasi, tepat jenis pupuk, dan tepat cara aplikasinya.

5. Pengawasan yang ketat dalam aplikasinya di lapangan.

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit

(19)

3

Jenis-Jenis Pupuk

Menurut Pahan (2008) produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan yang baik tersebut menuntut praktisi pihak perkebunan untuk secara tepat dalam menentukan jenis dan kualitas pupuk. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan jenis pupuk sebagai berikut.

Pupuk Anorganik

Pengembangan pupuk anorganik di perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menambah hara tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman yang cukup tinggi. Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (Hardjowigeno 2007). Menurut Pahan (2013) jenis-jenis pupuk anorganik mengandung unsur: nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (B), dan molybdenum (Mo).

Pupuk Organik

Struktur tanah dapat diperbaiki dengan menambahkan bahan organik. Bahan organik didapatkan dari produk limbah sehingga tersedia secara murah. Daur ulang limbah dari proses pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya risiko keracunan bagi tanaman (Pahan 2008).

Menurut Pahan (2013), kriteria penting pupuk organik dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

1. Kandungan bahan kering.

2. Total humus dan humus yang mudah termineralisasi. 3. Total N dan N yang bereaksi cepat.

4. Nisbah C/N

5. Kandungan senyawa atau unsur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan mutu produk yang dihasilkan (misalnya kandungan logam berat).

Ketidaktepatan Aplikasi Pemupukan

Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada 4T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Penyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan masih sering ditemukan, sehingga sasaran pemupukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang sesuai dengan standar sulit tercapai (Poloengan et al. 2003)

Ketidaktepatan Jenis Pupuk

(20)

4

Ketidaktepatan Dosis Pupuk

Dosis pupuk pada perkebunan besar umumnya diberikan secara optimum, namun pada perkebunan rakyat, pemupukan hanya dilakukan 50% dari dosis anjuran. Ketidaktepatan pemberian dosis pupuk dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman.

Ketidaktepatan Cara Pemupukan

Dua cara aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit, yaitu cara tebar dan cara pocket (benam). Cara tebar yaitu penebaran pupuk pada piringan kelapa sawit. Cara benam hanya digunakan untuk menghindari kehilangan hara akibat pencucian pada areal berbukit atau areal yang sering dilalui aliran air hujan. Aplikasi yang kurang tepat menyebabkan kehilangan pupuk sehingga efektifitasnya berkurang.

Ketidaktepatan Waktu Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan > 60 mm bulan⁻¹, namun tidak pada puncak musim hujan. Aplikasi pemupukan untuk setiap semester selesai dalam waktu 2 bulan untuk memberikan keseimbangan hara di dalam tanah. Kesulitan pengadaan pupuk dan persiapan lapangan menyebabkan pemupukan tidak tepat waktu (Poeloengan et al. 2003).

Rekomendasi Pemupukan

Menurut Hakim (2007), rekomendasi pemupukan dapat dikelompokkan pada 3 kriteria yaitu: (1) maintenance program, rekomendasi dosis pemupukan yang akan menghasilkan produktivitas seperti tahun-tahun sebelumnya; (2) down

gradeprogram, rekomendasi dosis pemupukan yang akan menurunkan produksi;

(3) upgrade program, rekomendasi dosis pemupukan yang akan menghasilkan

peningkatan produktivitas sesuai dengan keinginan agar laba usaha maksimal dapat dicapai.

Menurut Mangoensoekarjo (2007), dosis pupuk yang direkomendasikan didasarkan kepada berbagai faktor meliputi :

 Sejumlah unsur hara yang terbawa dalam TBS sewaktu panen.

 Unsur hara yang terimmobilisasi dalam batang, pelepah dan tumbuhan penutup tanah.

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara. Kegiatan Magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari tanggal 9 Februari sampai dengan tanggal 8 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang dilakukan meliputi aspek teknis di lapangan sesuai dengan yang telah di rencanakan oleh pihak perkebunan dan aspek managerial tingkatan status seperti pekerja harian, pendamping mandor, pendamping asisten divisi.

Aspek teknis pelaksanaan magang adalah pada bulan pertama penulis sebagai karayawan harian lepas (KHL). Pada aspek ini penulis melakukan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan pemanenan kebun. Kegiatan yang dilakukan meliputi: pembibitan, penunasan, sensus ulat, pengendalian gulma, pemupukan, trans injeksi, dan pemanenan. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan yang dilakukan satu bulan berikutnya adalah sebagai pendamping mandor meliputi mengikuti apel pagi, pengawasan kegiatan penunasan, pengendalian gulma, pengomposan, pemupukan dan mencatat hasil prestasi kerja. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kegiatan yang dilakukan dua bulan berikutnya adalah sebagai pendamping asisten meliputi mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun karyawan, mengawasi proses penguntilan di gudang seta mengawasi jalannya kegiatan dan evaluasi divisi. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan meliputi ketepatan dosis, ketepatan waktu, ketepatan cara, ketepatan jenis pemupukan, ketetapan tempat pemupukan, gejala kekurangan hara tanaman, manajemen distribusi pupuk, dan diskusi langsung dengan KHL dan staf. Kegiatan yang berlangsung setiap hari ditulis dalam jurnal harian. Pengumpulan data primer yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut.

(22)

6

mengamati jumlah takaran yang diaplikasikan per pokok. Takaran yang digunakan sudah dikalibrasi terlebih dahulu sehingga terdapat standarisasi takaran penebaran.

Ketepatan waktu pemupukan. Data ketepatan waktu diperoleh dengan cara menganalisis waktu realisasi pemupukan dengan curah hujan selama bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

Ketepatan jenis pemupukan. Data ketepatan jenis pemupukan diperoleh dengan cara membandingkan jenis pupuk yang diaplikasikan dilapangan dengan jenis pupuk yang direkomendasikan perusahaan.

Ketepatan cara pemupukan. Data ketepatan cara pemupukan diperoleh dengan cara mengamati secara visual hasil penebaran pupuk setelah pekerja menyelesaikan kegiatan aplikasi pupuk di lapangan. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dengan masing-masing blok diambil sampel sebanyak 50 tanaman.

Ketepatan tempat pemupukan. Data ketepatan tempat diperoleh dengan cara mengamati dan mengukur jarak pupuk yang telah diaplikasikan. Pengamatan ketepatan pupuk RP diamati secara visual tempat aplikasi disamping kompos yang ditabur pada gawangan mati. Sedangkan pengamatan pupuk NPK 10-10-25 dan dolomit dilakukan pengukuran jarak penebaran pupuk pada piringan dan rumpukan U-shape. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok diambil 50 tanaman untuk aplikasi pupuk RP, NPK10-10-25 dan dolomit.

Defisiensi hara tanaman. Data defisiensi hara diperoleh dengan mengamati gejala defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dengan jumlah tanaman sebanyak 120 per blok, dengan unsur defisiensi yang diamati yaitu unsur N, P, K, Mg, K, B dan Fe.

Data sekunder diperoleh dari arsip kebun divisi I dan kantor administrative kebun. Data sekunder yang diperoleh meliputi peta lokasi kebun, letak wilayah admistratif, keadaan iklim dan tanah, keadaan tanaman dan produksi, struktur organisasi kebun dan ketenagakerjaan, rekomendasi pemupukan tahun 2015, data curah hujan, basis dan premi pemupukan, basis, premi dan denda panen.

Analisis Data dan Informasi

(23)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Kebun Bangun Bandar merupakan bagian dari PT. Socfindo yang berlokasi di kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Jarak Kebun Bangun Bandar ke Kota Medan berkisar ± 70 km dengan waktu tempuh ± 1 jam. Batas- batas wilayah administrasi kebun Bangun Bandar adalah sebelah Utara lokasi kebun Bangun Bandar berbatasan dengan Pekan Dolok Masihul, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dolok Sagala, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bantan dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun Silau Dunia PTPN III. Kebun Bangun Bandar terletak di kordinat 990 04’ 1.00’’ BT dan 030 21’ 1.00’’ LU

. Peta Perkebunan Bangun Bandar terdapat pada Lampiran 4.

Topografi lahan kebun Bangun Bandar adalah datar hingga bergelombang dengan ketinggian 0-50 m di atas permukaan laut. Perkebunan Bangun Bandar dibagi menjadi empat Divisi yaitu Divisi I seluas 983.18 ha, Divisi II seluas 817.33, Divisi III seluas 722.46 ha dan Divisi IV seluas 553.84 ha.

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim kebun Bangun bandar dari 2009 sampai 2014 dengan curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir adalah 2 274 mm tahun⁻¹, dan hari hujan rata-rata adalah 128 hari tahun⁻¹. Keadaan bulan basah (CH > 100 mm) selama.5 tahun terakhir adalah sebanyak 9.5 bulan, sedangkan bulan kering (CH < 60 mm) adalah 1.5 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson Kebun Bangun bandar termasuk klasifikasi iklim dengan tipe B (basah). Data curah hujan dari tahun 2009 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan tanah perkebunan Bangun Bandar didominasi oleh tanah podzolik merah kuning (PMK) dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4-6. Tekstur tanah liat berpasir.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(24)

8

Tabel 1 Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar

Penggunaan Luas (ha)

Tanaman Menghasilkan (TM) 2 110.00

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 782.00

Tanaman Baru (TB) Program Tahun 2012 128.24

Emplacement / Pabrik 31.17

Pembibitan kelapa Sawit 3.70

Anak Sungai 4.31

Hutan Bambu 0.52

Jalur PLN 5.82

Parit Isolasi 4.06

RSPO (HCV) 6.99

Jumlah 3 076.81

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Perkebunan Bangun Bandar adalah varietas DxP Unggul Lame dan DxP Unggul Yangambi. Perkebunan Bangun Bandar memiliki pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m dengan kerapatan populasi rata-rata 143 tanaman/ha. Namun, berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar dapat berbeda daripada populasi yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penebangan pokok mati dan pokok yang terserang patogen Ganoderma sp.

Perkebunan Bangun Bandar memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang sudah ada sejak tahun 1926. Pabrik tersebut dapat mengolah TBS menjadi CPO dan PKO. Kapasitas maksimum pengolahan pabrik tersebut adalah 25 ton TBS/ jam. Produksi TBS, CPO, dan PKO yang dihasilkan oleh Perkebunan Bangun Bandar pada tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar

Tahun Produksi TBS (ton) CPO (ton) CPO (%) PKO (ton) PKO (%) 2010 53628.01 12721.79 23.72 2418.29 4.51 2011 52884.94 12821.71 24.24 2525.85 4.78 2012 54740.61 13305.67 24.31 2187.31 4.00

2013 58444.4 14192.79 24.28 2732.32 4.68

2014 59646.74 14480.99 24.28 2745.24 4.60 Rata-rata 55868.94 13504.59 24.17 2521.80 4.51 Total 279344.7 67522.95 24.17 12609.01 4.51

Sumber : Kantor administratif Bangun Bandar, 2015

(25)

9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia dipimpin oleh Pengurus yang bertanggung jawab dan mengelola seluruh kegiatan perkebunan serta menentukan kebijakan untuk perkembangan kebun. Pengurus dibantu oleh satu orang Asisten Kepala, satu orang Kepala Tata Usaha (KTU), dan satu orang Teknisi. Asisten kepala membawahi empat Asisten Divisi, yaitu ; Divisi I, Divisi II, Divisi III, dan Divisi IV. Seorang KTU bertugas memenuhi administrasi kebun dan membawahi kerani-kerani, kerani gudang, kepala keamanan, dan kepala poliklinik. Tekniker I membawahi tekniker II dan yang berhubungan dengan pabrik kelapa sawit. Struktur organisasi di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 6 dan struktur organisasi Divisi I dapat dilihat pada Lampiran 7.

Ketenagakerjaan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia terdiri atas karyawan staf dan non staf. Jumlah pimpinan dan karyawan pelaksana di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah Pegawai Staf, Pegawai Non Staf, dan Karyawan Tahun 2015

Jabatan Jumlah (orang)

Pegawai staf : - Pengurus - Asisten Kepala - Asisten Divisi - Tekniker

1 1 4 4

Pegawai non staf 117

Karyawan 616

Total 743

ITK 0.217

Fasilitas Kebun

Kebun Bangun Bandar memberikan fasilitas-fasilitas untuk terus meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Kebun memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS), satu unit kantor pengurus untuk mengelola kegiatan administrasi, kantor divisi pada setiap divisi, gudang pupuk, gudang material, dan gudang pembantu di setiap divisi, Poliklinik di Divisi I, sarana olah raga (lapangan sepak bola, voli, tenis, dan bulu tangkis), sarana ibadah (Masjid dan Gereja) dan Tempat Penitipan Anak (TPA). Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

(26)

a b b

c

d e f

Gambar 1 Fasilitas kebun Bangun Bandar (a. masjid; b. gereja; c. perumahan karyawan; d. poliklinik; e. lapangan tenis; f. lapangan voli).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis mulai tanggal 09 Februari sampai dengan 08 Juni 2015 adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (pengendalian gulma (manual dan kimia), pemupukan (manual dan mekanis), sensus buah, sensus ulat, injeksi batang, dan penunasan), dan pemanenan TBS. Sementara aspek manajerial yang dilakukan penulis adalah kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari administrasi dan manajerial kebun. Selama kegiatan magang penulis dibimbing oleh pengurus, askep, asisten divisi, mandor-mandor, mantri- mantri dan kerani-kerani.

Kegiatan yang dilaksanakan penulis berada di Divisi I Perkebunan Bangun Bandar. Kegiatan magang dilaksanakan setiap hari, kecuali Minggu mulai hari senin-sabtu mulai pukul 06.30-14.00 WIB dan diwajibkan mengikuti apel pagi bersama asisten dan mandor. Kegiatan apel pagi dapat dilihat pada Gambar 2.

(27)

Aspek Teknis Pembibitan

Kegiatan pemeliharaan pembibitan yang dilakukan pada Divisi I blok 57 di Kebun Bangun Bandar meliputi pemupukan dan penyemprotan fungisida.

Pemupukan urea. Pemupukan pada pembibitan di Kebun Bangun Bandar di pimpin oleh mandor perawatan yang membawahi 6 orang yaitu 3 orang laki-laki dan 3 orang wanita. Pemupukan pada pembibitan dilakukan pada tanaman pembibitan utama yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk urea dengan dosis 10 gram pokok⁻¹. Sebelum pengaplikasian pupuk pada pembibitan dilakukan penguntilan. Penguntilan adalah membagi pupuk berdasarkan dosis pemupukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam menentukan ketepatan dosis pupuk setiap tanamannya, pengangkutan pupuk, pelengseran pupuk dan penebaran pupuk. Satu karung pupuk urea dengan bobot 50 kg diuntil menjadi 5 kg ember⁻¹, sehingga menghasilkan 10 ember. Pengaplikasian pupuk urea dilakukan 2 kali setiap bulan. Penyemprotan Fungisida. Pengendalian cendawan dilakukan dengan menggunakan fungisida Manzate® 82 WP berbahan aktif Mankozeb 83%. Penyemprotan menggunakan knapsack dengan kapasitas 15 liter. Satu knapsack

membutuhkan 30 gram 250 tanaman⁻¹. Penyemprotan dilakukan pagi hari dari pukul 07.00-12.00 WIB untuk mengurangi penguapan. Output yang dihasilkan 1HK adalah 8 knapsack, sedangkan penulis mampu melakukan penyemprotan sebesar 1 knapsack HK⁻¹.

Cendawan yang menyerang tanaman main-nursery adalah Culvularia sp. Ciri-ciri tanaman yang terkena Culvularia sp. yaitu terdapat bintik-bintik kecoklatan pada daun yang lama-kelamaan akan menyebabkan kelayuan dan kematian pada tanaman.

Penanaman Mucuna bracteata. Mucuna bracteata adalah jenis kacang-kacangan yang digunakan di perkebunan Bangun Bandar. Fungsi dari Mucuna

bracteata sangat penting bagi perkebunan karena dapat membantu menjaga

kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Penanaman Mucuna

bracteata biasanya dengan menggunakan stek, namun pihak kebun melakukan

percobaan penanaman dengan menggunakan benih. Sebelum penanaman dimulai, kegiatan pertama adalah pelukaan pada ujung benih. Setelah ujung kulit benih dipotong maka dilanjutkan perendaman ke dalam air . Perendaman dilakukan sekitar 15-20 menit. Fungsi dari pelukaan tersebut adalah agar benih dapat imbibisi. Imbibisi adalah penyerapan air oleh benih. Setelah benih menyerap air maka akan terjadi pembengkakan pada benih sehingga dapat memacu pertumbuhan akar.

(28)

12

Pengendalian gulma

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma pada lahan baru atau masih dalam keadaan N0 (tidak ada tanaman) dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif isopropitamina glifosate (merek dagang Round up) dengan dosis sebesar 0.8 L ha⁻¹. Aplikasi herbisida dilakukan dengan cara disemprotkan langsung pada gulmanya secara merata. Nozzle yang digunakan adalah connus dengan flowrate 600 ml menit⁻¹. Semua gulma yang terdapat pada gawangan lahan baru di semprot kecuali kacang-kacangan (Mucuna

bracteata ). Satu gawangan disemprot oleh 3 penyemprot dengan lama waktu

penyemprotan 22 menit untuk 1 gawangan bolak balik. Standar prestasi kerja untuk penyemprotan gawangan N0 adalah 0.5 ha HK⁻¹.

Semprot piringan rintis dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pada tanaman belum menghasilkan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15L. Herbisida yang digunakan adalah starane dengan dosis 2.1 L ha⁻¹. Starane berfungsi untuk mengendalikan gulma daun lebar pada piringan dan jalan rintis. Konsentrasi yang digunakan untuk jenis herbisida starane cukup rendah, sehingga apabila penyemprotan terkena pada pokok tanaman tidak menimbulkan efek dan pengaruh yang merugikan pada pokok tanaman. Hasil penyemprotan bisa dilihat 7 hari setelah aplikasi.

Pada tanaman menghasilkan, semprot piringan rintis dan TPH dilakukan dengan menggunakan micron herby. Jenis herbisida yang digunakan adalah Round up, Dacomin, Gramoxon dan Ally. Penggunaan herbisida tergantung dari jenis gulma yang akan dikendalikan. Dosis yang digunakan untuk Round up murni adalah 1.8 L ha⁻¹, Dacomin 0.6 L ha⁻¹, Gramoxon 0.3 L ha⁻¹ dan Ally 1.8 L ha⁻¹. Namun sebelum aplikasi herbisida dicampur terlebih dahulu dengan air, perbandingannya 1:1. Round up berfungsi untuk mengendalikan rumput seperti

Axonopus compresuss dan Otocloa nodosa, sedangkan Dacomin dan Ally untuk

mengendalikan daun lebar. Namun terdapat perbedaan pada kedua jenis herbisida tersebut, yaitu sasaran jenis gulma yang dikendalikan, Dacomin untuk mengendalikan Colocasia sp (talas-talasan), sedangkan Ally untuk mengendalikan

Borreria alata. Herbisida Gramoxon berfungsi untuk mengendalikan gulma

berkayu seperti Clidemia hirta, Mimosa sp dan Melastoma affine.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan oleh tim unit semprot yang terdiri dari 21 orang tenaga penyemprot dan satu orang yang berfungsi untuk

a b

(29)

13

membawa air di bawah mandoran perawatan. Pemakaian jumlah tenaga penyemprot tergantung luasan dan kerapatan gulma. Prestasi kerja tenaga penyemprot rata-rata 5 ha HK⁻¹. Satu hektar membutuhkan 6 knapsack HK⁻¹ dengan waktu ± 45 menit knapsack⁻¹. Sistem penyemprotan aplikasi herbisida pada piringan rintis adalah searah jarum jam seperti membentuk angka delapan.

Permasahan yang ditemukan pada kegiatan pengendalian gulma secara kimia antara lain: tidak konsistennya penyemprot dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) dan pemakaian nozzle yang kurang tepat. Hal ini disebabkan cadangan alat semprot yang belum memadai.

Pengendalian gulma secara manual. Bongkar tanaman penggangu (BTP) di Kebun Bangun Bandar merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan BTP meliputi babat gawangan, garuk piringan dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk bongkar tanaman penggangu adalah parang dan cangkul. Gulma yang dikendalikan secara manual meliputi Clidemia hirta,

Colocasia sp, dan Curculigo vilosa.

Karyawan yang bekerja khusus untuk BTP yaitu ibu-ibu yang sedang hamil, ibu-ibu yang baru melahirkan dan karyawan yang baru sembuh dari sakit. Prestasi kerja yang dihasilkan 1.5 ha HK⁻¹. Rotasi untuk pengendalian gulma secara manual yaitu 3 bulan sekali dalam setahun. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi dapat dilihat pada Gambar 4.

Sensus Ulat

Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Upaya mendeteksi hama perlu dilaksanakan untuk memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian. Keuntungan lain dari sensus hama yaitu agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali atau terduga. Secara ekonomis, biaya sensus dipastikan jauh lebih rendah daripada pengendalian hama yang sudah menyebar luas. Salah satu contoh sensus hama yang dilakukan di kebun bangun Bandar, PT Socfin Indonesia adalah sensus ulat. Tujuan sensus ulat yaitu untuk mengetahui tingkat serangan ulat, jenis ulat dan pengendaliannya.

Sensus ulat dilakukan oleh karyawan tetap berjumlah 2 orang. Hanca sensus disebut baris silang. Baris silang adalah hanca tim sensus untuk selang 10 baris, pada baris 10, 20, 30 dan seterusnya tergantung luasan blok. Tim sensus melaksanakan sensus ulat terlebih dahulu dengan melihat hanca yaitu pada baris ke berapa tim sensus harus masuk hanca. Pembagian hanca dilakukan oleh mandor sensus. Setelah itu, tim sensus melakukan sensus dengan memotong 1/3

a b

(30)

14

pelepah yang terkena ulat pada pokok titik sensus. Pokok titik sensus ditandai dengan gambar segi tiga berwarna merah pada pokok yang diikuti nomor titik sensus. Satu pokok titik sensus dapat mewakili 100 pokok. Setelah pelepah terpotong, dilakukan perhitungan terhadap jumlah ulat dan jenis ulat. Dalam mencari ulat perlu ketelitian dan kesabaran karena ukuran ulat yang kecil. Setelah blok selesai disensus, dilakukan rekapitulasi terhadap jumlah pokok titik sensus yang terkena serangan ringan, sedang dan berat. Hasil dari rekapitulasi akan diserahkan ke mandor untuk melihat tingkat serangan dan pengendaliannya.

Terdapat kriteria-kriteria serangan ulat untuk melihat tingkat serangan dan pengendaliannya. Pengendalian ulat dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara bilogi dan secara kimia. Pengendalian secara kimia hanya dilaksanakan apabila pengendalian secara biologi sudah tidak mampu lagi mengatasi peningkatan populasi ulat dimana populasi ulat sudah mencapai tingkat serangan sedang dan berat. Kriteria serangan ulat disajikan pada Lampiran 8.

Umumnya, jenis ulat yang ditemukan ketika dilakukan sensus yaitu ulat

Darna trima, ulat Sethosea asigna, ulat Calliteara horsfieldii dan ulat kantong.

Daun pelepah yang diserang berbeda-beda, ulat Darna trima pada umumnya suka menyerang pada daun pelepah bagian bawah, biasanya 2 pelepah bagian bawah. Ulat Sethosea asigna biasanya menyerang pada bagian atas daun atau daun yang masih muda. Kegiatan sensus ulat dapat dilihat pada Gambar 5.

Injeksi batang

Injeksi batang adalah aplikasi insektisida dengan cara memasukkan insektisida melalui lubang pada batang kelapa sawit yang sudah dibor dengan menggunakan mesin bor. Tujuan injeksi batang yaitu untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun seperti ulat api Famili Limacodidae, ulat bulu Famili

Lymantriidae, dan ulat kantong dari Famili Psychidae. Namun, ulat pemakan

daun yang dominan menyerang pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu dari Famili Lymantridae (Calliteara horsfieldii). Sebelum dilakukan aplikasi injeksi batang, perlu dilakukan sensus ulat terlebih dahulu untuk mengetahui jenis dan tingkat serangan ulat. Injeksi batang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) berumur 6 tahun keatas (>N6) dan dijumpai telur ulat yang baru menetas hingga ulat berukuran ≤ 5mm.

Insektisida yang digunakan pada injeksi batang adalah Startaine dosis 15 ml pokok⁻¹. Pelaksanaan injeksi batang dimulai dengan menyetel mesin bor, membuat larutan dan penentuan hanca. Hanca injeksi batang dimulai dari jalan

b a

(31)

15

collection road (CR) tembus ke jalan tengah atau jalan CR tembus jalan CR

apabila blok tersebut hanya memiliki satu petak. Batang pokok dibor dengan ketinggian antara 0.4-1 meter dari permukaan tanah, membentuk sudut 45° ke arah bawah. Satu pokok 1-2 lubang, kemudian pasang corong dengan selang plastik yang dimasukkan kedalam lubang dan masukkan larutan kedalam corong, dan tunggu sampai semua larutan masuk kedalam batang. Sifat dari insektisida Startaine adalah sistemik sehingga untuk melihat hasil dari injeksi batang membutuhkan waktu 3-4 hari.

Waktu yang diperlukan dalam pengeboran ± 5-6 detik pokok⁻¹. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung dari tingkat serangan ulat dan luas blok. Sistem organisasi tenaga kerja pada injeksi batang adalah berpasang-pasangan. Satu orang laki-laki bertugas untuk mengebor batang dan satu orang wanita bertugas mengisi larutan ke dalam batang. Kegiatan injeksi batang dapat dilihat pada Gambar 6.

Sensus buah hitam

Kegiatan sensus buah hitam merupakan kegiatan menghitung tandan buah untuk memperkirakan jumlah tandan yang akan dipanen pada 4 bulan berikutnya. Rotasi sensus buah dibagi menjadi 3 kuartal. Kuartal pertama dilakukan pada bulan desember, kuartal kedua dilakukan pada bulan april dan kuartal ketiga dilakukan pada bulan agustus. Kriteria buah yang disensus adalah warna buah yang masih hitam dan hijau, buah sudah berukuran seperti buah kopi, sementara kriteria buah yang tidak bisa disensus adalah buah yang baru antesis, tandan buah yang sudah berberondol, buah yang sudah busuk dan buah berwarna merah.

Pemeriksaan buah harus dilakukan dengan baik. Sebelum sensus buah hitam dimulai, asisten divisi memberikan contoh terlebih dahulu kepada tim sensus buah cara dan perhitungan yang baik dan benar. Tim sensus buah hitam terdiri 2 tim, masing-masing tim memiliki 1 orang sebagai ketua regu sekaligus pencatat hasil sensus buah hitam, 2 orang sebagai anggota yang bertugas menghitung buah, memberi tanda pada pokok dan melaporkan hasil sensus buah hitam kepada ketua regu. Tanda pokok yang telah dilakukan sensus buah hitam berupa nomor pokok, kuartal, tahun sensus dan jumlah tandan yang ditulis berurutan ke bawah yang dipisahkan oleh garis mendatar. Kuartal sensus ditulis dengan angka romawi.Tanda setiap kuartal berbeda-beda, untuk kuartal pertama ditandai dengan

a b

(32)

16

cat warna merah, kuartal kedua ditandai dengan cat warna biru dan kuartal ketiga ditandai dengan cat warna kuning.

Tidak semua pokok dilakukan sensus buah hitam, pokok tanaman yang dilakukan sensus buah hitam ditandai dengan titik sensus berbentuk segitiga. 1 titik sensus dikelilingi 6 pokok dengan masing-masing pokok diberi nomor 1 sampai 7 pada batang pokok. Penomoran pokok searah jarum jam. Pelaksanaan sensus buah hitam dimulai pada titik sensus pertama dengan menghitung jumlah tandan buah yang memenuhi kriteria sensus, kemudian memberi tanda pada pokok untuk menunjukkan bahwa pokok tersebut sudah dilakukan sensus buah hitam. Pemberian tanda pada pokok harus menghadap pada jalan rintis agar lebih mudah dalam pengawasan dan pengontrolan.

Pemupukan

Aplikasi kompos. Pupuk organik yang digunakan di Perkebunan Bangun Bandar PT Socfin Idonesia adalah kompos. Kompos merupakan tandan buah yang telah melalui pemipilan (stripping), pengepresan dan pembusukan. Bahan-bahan untuk pembuatan kompos adalah tandan kosong, limbah cair (POME), solid, dan urea. Kompos dari bunker didistribusikan dan ditumpuk di lahan kebun ( main road atau collection road) dengan menggunakan truk dengan kapasitas truk per trip 5 sampai 6 ton. Pengangkutan kompos dilakukan satu hari sebelum aplikasi kompos. Hal tersebut bertujuan agar kompos ketika diaplikasikan tidak terlalu panas dan mengurangi hilangnya kandungan hara akibat hujan. Metode aplikasi kompos dilakukan secara manual dan mekanis.

Aplikasi kompos secara manual dilakukan pada areal tanaman baru (N0), umur 1 tahun (N1), dan pada umur 2 tahun (N2). Kompos diaplikasikan dengan menggunakan kereta sorong (angkong). Dosis yang diberikan pada tanaman berbeda-beda, tergantung dari umur tanaman. Dosis yang diberikan pada tanaman baru (N0) adalah ± 50 kg pokok⁻¹ atau setara dengan 7 ton ha⁻¹, atau lebih mudahnya untuk keseragaman pemahaman di lapangan yaitu 1 kereta sorong (angkong) per pokok. Kompos diaplikasikan satu hari setelah menanam dengan cara melingkari tanaman secara merata dan penebaran kompos harus satu lapis. Tujuan dari penebaran kompos tidak boleh berlapis untuk menghidari berkembang biaknya kumbang. Jarak penebaran kompos ± 20 cm dari pangkal pokok. Dosis yang diberikan pada umur tanaman satu (N1) dan dua tahun (N2) sama yaitu ± 100 kg pokok⁻¹ atau 14 ton ha⁻¹. Perbedaan pada keduanya yaitu pada penempatan penebaran kompos. Penebaran kompos pada umur tanaman satu tahun (N1) yaitu di luar atau melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N0 mengarah keluar piringan (tidak boleh pada lokasi yang sama dengan aplikasi pada saat N0). Kompos diaplikasikan secara melingkar dan merata. Sementara pada umur tanaman 2 tahun (N2), tempat penebaran kompos di luar atau melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N1 mengarah keluar piringan (tidak boleh pada lokasi yang sama dengan aplikasi pada saat N1).

(33)

17

penghubung (titi) yang tidak lengkap pada parit dan kacangan-kacangan (Mucuna

bracteata) yang menutupi jalan rintis sehingga menghambat pengangkutan

kompos.

Aplikasi kompos pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara mekanis yaitu dengan menggunakan pemuat (leoder) dan penebar (giltrap). Pemuat (leoder) berfungsi untuk memuat kompos ke penebar (giltrap). Penebar

(giltrap) berfungsi untuk menebar kompos di gawangan mati. Kapasitas penebar

(giltrap) adalah 6 ton, untuk memenuhi kapasitas penebar (giltrap) membutuhkan

6 sampai 7 muatan oleh pemuat (leoder). Penebar (giltrap) mampu menebar kompos sepanjang 1.5 jalan rintis atau setara ± 55 pokok setiap kali jalan dengan muatan 6 ton. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali jalan 5 sampai 6 menit. Waktu aplikasi tergantung dari kondisi areal. Kompos diaplikasikan secara merata satu lapisan di gawangan mati dengan lebar kompos ±2 meter. Dosis yang diberikan adalah 15-20 ton ha⁻¹. Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi kompos secara manual yaitu terdapatnya parit yang dalam sehingga penebar (giltrap) tidak bisa melewatinya. Penebar (giltrap) harus mencari jalan baru untuk menyelasaikan hanca yang dibatasi oleh parit tersebut. Kegiatan aplikasi kompos secara manual dan mekanis dapat dilihat pada Gambar 7.

Pemupukan Secara Mekanis

Persiapan pemupukan. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum penebaran pupuk dengan menggunakan Fertilizer Spreader antara lain ; Bon pengeluaran pupuk dari gudang, persiapan areal blok aplikasi, tenaga kerja, traktor

dan Fertilizer Spreader. Bon pengeluaran pupuk dari gudang dapat dilihat pada

Lampiran 10 dan Bon pemupukan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Pemupukan dilakukan secara mekanis apabila areal blok memenuhi kriteria sebagai berikut: areal tanaman kelapa sawit dengan tinggi tanaman > 3.5 meter, areal blok datar (0-8°) dengan luasan minimal 60 % dan kerapatan pokok tanaman

a b

c d

(34)

18

minimal 100 pokok ha⁻¹. Areal yang bergelombang, terasan dan rendahan tidak dilakukan Fertizer Spreader.

Proses pelaksanaan pemupukan. Aplikasi pemupukan dengan menggunakan Spreader dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang pupuk sesuai rekomendasi, mandor harus memeriksa jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk dimuat ke dalam truk untuk diecer ke lahan. Pupuk yang diecer tidak dalam bentuk untilan tetapi masih dalam karung berukuran 50 kg, berbeda dengan aplikasi pupuk secara manual.

Pengeceran pupuk harus di bawah pengawasan mandor untuk keamanan pupuk dan kemudahan spreader saat aplikasi. Pupuk yang telah diecer, dimasukkan ke dalam Emdek-350 atau hopper dengan kapasitas 600 kg, akan tetapi saat aplikasi di lahan pupuk yang dimuat hanya sekitar 500 kg trip⁻¹.

Hopper dilengkapi dengan saringan besi yang berfungsi untuk menyaring pupuk

yang berbentuk bongkahan dan adanya sampah. Pengisian pupuk dilakukan di dalam blok, agar jika terdapat tumpahan bisa dimanfaatkan oleh tanaman sekitarnya. Setelah pupuk dimuat, Spreader siap dioperasikan mulai dari jalan rintis ke arah gawangan kiri kanan jalan rintis. Hasil penebaran berupa semburan pupuk yang merata ke arah gawangan tersebut. Satu kali aplikasi mampu memupuk 220 pokok dengan dosis 2.25 kg. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali aplikasi ± 28 menit. Terdapat kendala ketika Spreader dioperasikan di lapangan meliputi terdapatnya parit yang dalam pada jalan rintis gear, areal blok yang bergelombang sehingga menyulitkan Spreader ketika melakukan pemupukan.

Tim pemupukan secara mekanis meliputi satu orang sebagai operator, satu orang sebagai kernet dan satu orang sebagai pengisi pupuk. Operator wheel

tractor dibantu oleh seorang kernet yang bertugas mengatur Flow control. Flow

control berfungsi untuk mengatur dosis atau semburan pupuk yang dikeluarkan

oleh deflector. Ketika pemupukan dilakukan dengan menggunakan Spreader,

beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan lebih efisien diantaranya jenis pupuk, dosis pupuk, Flow control, RPM pada traktor dan gear pada traktor. Tidak semua pupuk dapat diaplikasikan dengan spreader, misalnya jenis pupuk yang berbentuk abu. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan spreader

adalah pupuk yang mempunyai bentuk granular/butiran dan kristal. Dosis pupuk sangat berkaitan dengan Flow control, ketepatan dosis ditentukan oleh Flow

control. Kecepatan traktor ketika beroperasi juga mempengaruhi ketepatan dosis

(35)

19

Penyimpanan pupuk. Permintaan pupuk yang telah disepakati akan dikirim ke kebun dan akan disimpan di gudang PKS kebun. Mandor gudang melakukan pengecekan terhadap jumlah pupuk yang akan dimasukkan ke gudang. Sebelum masuk ke gudang, pupuk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang sehingga dapat diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan disesuaikan dengan jumlah permintaan. Jembatan timbang yang digunakan adalah jembatan timbang yang ada di PKS kebun. Cara penimbangan berat pupuk yaitu dengan menimbang pupuk beserta truk pengangkut, berat pupuk adalah total bobot pupuk dikurangi bobot truk. Hitungan hasil timbang berat pupuk akan disesuaikan dengan jumlah pupuk yang diminta kebun kepada

supplier. Pupuk secara terpusat disimpan di gudang kantor besar kebun, akan

tetapi gudang pupuk di pabrik sudah tidak dapat memuat pasokan pupuk sehingga penyimpanan dilakukan di gudang pupuk tanjung maria.

Perencanaan dan pengaturan dalam peletakan pupuk di gudang perlu di lakukan untuk mengefienkan kapasitas gudang, perhitungan jumlah pupuk teliti dan mempermudah pada saat pengeluaran pupuk setiap jenisnya. Selain itu, penempatan tiap jenis pupuk juga harus dipisah misalnya pupuk urea dengan kieserite karena bersifat antakarungs.

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk dilakukan jika terdapat permintaan dari setiap divisi. Tujuan penguntilan adalah untuk menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis, pupuk tidak menggumpal, dan untuk memudahkan dalam pelangsiran ke lapang. Bobot untilan berbeda-beda untuk masing-masing pupuk tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Contohnya pupuk RP, berat tiap untilannya adalah 12 kg. Hasil dari setiap untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat bongkar muat.

Prestasi kerja untuk penguntil pupuk RP adalah 2 ton/HK. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk RP adalah pemupukan pada blok 50 (tahun tanam 2005, luas 26.47 ha, dan jumlah pokok 3 657). Pupuk diuntil menjadi 12 kg untilan⁻¹. Dosis yang aplikasikan adalah 0.5 kg until⁻¹ sehingga tiap untilan untuk

Gambar 8 Pemupukan secara mekanis (a. Muat pupuk ke dalam hopper ;

b. Flow control spreader ; c. Hopper telah terisi pupuk ; d.

Penebaran pupuk dengan Spreader).

a. b.

d. c.

a

d c

(36)

20

24 pokok tanaman. Kebutuhan pupuk yaitu = 3 657 x 0.5 kg = 1828.5 kg. Jumlah pupuk yang dibutuhkan = 1828.5 kg : 50 kg/karung = 37 karung. Jumlah untilan yang dibutuhkan = 1828.5 kg : 12 kg untilan⁻¹ = 152 untilan.

Sebelum penguntilan dilakukan, penguntil membuat takaran untilan dari jeriken yang dipotong bagian atasnya. Takaran dibuat masing-masing untuk satu jenis pupuk dan satu jenis dosis. Pengawasan dan kalibrasi takaran perlu dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis untilan. Kalibrasi dilakukan dengan menimbang 3 kali sampel untilan ke timbangan gantung yang disediakan oleh gudang pupuk. Apabila takaran sudah sesuai dosis maka takaran diberi label sesuai jenis pupuk dan dosisnya.

Kerani gudang menginstruksikan para pekerja untuk memakai alat pelindung diri (APD) berupa sepatu pengaman, sarung tangan karet, dan masker hidung selama pekerjaan. Namun, berdasarkan hasil pengamatan penulis, masih terdapat karyawan yang tidak konsisten dalam pemakaian APD. Ketidakkonsistenan disebabkan oleh beberapa pertimbangan di antaranya kondisi udara di dalam gudang yang panas, merasa tidak nyaman dengan pengunaan APD karena dapat menggangu aktifitas kerja, dan APD yang sudah mulai lama dan rusak sehingga karyawan tidak mau menggunakan kembali.

Penguntilan dimulai dengan menurunkan karung per karung, dibuka bungkusnya lalu dicurahkan pada takaran, dipereskan hingga tepat batas ukurannya dan dimasukkan ke dalam karung untilan sesuai ukuran dosis untilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan penulis selama kegiatan penguntilan, pupuk yang dimasukkan ke dalam takaran tidak sesuai dengan SOP Socfindo, seharusnya pupuk yang dimasukkan ke dalam takaran menggunakan sekop tidak dianjurkan dengan mencurahkan langsung dari karung ke takaran. Pencurahan pupuk dilakukan pada bagian tengah alas plastik agar tidak sampai tumpah ke lantai, dan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kecepatan kerja. Pupuk dimasukkan ke dalam takaran menggunakan sekop, pereskan hingga tepat batas ukurannya dan masukkan ke dalam karung untilan.

Hasil untilan ditimbang secara acak beberapa kali sebagai kontrol terhadap pengisian karung untilan. karung untilan yang sudah diisi kemudian diikat dengan potongan bekas lapis dalam karung pupuk dan menyusunnya pada tempat yang terpisah. Tumpukan pupuk yang telah diuntil, diberi label untuk memudahkan dalam pengontrolan dan pengawasan yang meliputi: jenis pupuk, jumlah (kg), bobot per untilan, blok yang akan diaplikasikan serta tanggal pembungkusan untilan. Proses penguntilan digudang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Proses penguntilan di gudang (a. Takaran penguntilan ; b. Pembukaan karung ; c. Penuangan pupuk ; d.

(37)

21

Pengambilan pupuk di gudang. Pengambilan pupuk dilakukan pagi hari setelah apel pagi selesai. Pengambilan pupuk di gudang dilakukan oleh mandor pupuk dengan 2-4 orang tenaga bongkar muat. Teknis pengambilan pupuk terlebih dahulu harus menunjukkan bon SIR pemupukan yang telah ditanda tangani oleh asisten kebun, kepala asisten kebun dan pengurus. Tujuan dari bon SIR yaitu untuk mengetahui jenis pupuk dan jumlah pupuk yang akan dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan pada hari itu. Sebelum pupuk di muat ke dalam truk, truk harus ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot truk. Setelah penimbangan truk selesai, pupuk dimuat ke dalam truk. Kapasitas truk maksimal adalah 6.5 ton. Jumlah pupuk yang dikeluarkan dari gudang berbeda-beda tergantung dari permintaan tiap afdeling.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang ke tempat aplikasi pemupukan pada hari itu. Pengeceran dilakukan oleh tenaga bongkar muat sebanyak 2 orang dengan menggunakan truk. Untilan pupuk yang telah dimasukan ke dalam truk ditempatkan pada TPH. Jumlah untilan yang diletakkan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per jalan rintis sehingga jumlah untilan tiap TPH dapat diketahui. Satu jalan rintis terdapat dua baris pokok, dimana jumlah pokok per barisnya rata-rata 26 pokok sehingga 1 TPH terdapat 6 baris, 3 jalan rintis. Kegiatan pengeceran pupuk dapat dilihat pada Gambar 10.

Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah pendistribusian untilan pupuk dari TPH ke dalam setiap jalan rintis. Tujuan dari pelangsiran yaitu untuk mempermudah penebar dalam aplikasi dan efisiensi waktu pemupukan. Menurut SOP Socfindo, pelangsiran pupuk dilakukan menggunakan kereta sorong yang disesuaikan dengan jumlah pokok per untilan sehingga 1 tim pemupukan terdiri dari tukang langsir dan tukang penebar. Namun, berdasarkan pengamatan penulis saat pelaksanaan magang, tidak terdapat tenaga khusus yang ditugaskan untuk pelangsiran. Tugas pelanggsir pupuk dirangkap oleh penebar pupuk.

Penebaran pupuk. Penebaran pupuk didasarkan pada konsep 5 tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara, dan tepat tempat. Jumlah pupuk yang ditebar harus sesuai dengan dosis rekomendasi perusahaan. Penebaran pupuk menggunakan takaran yang berupa mangkuk yang sudah dikalibrasi ketepatan dosis per pokok oleh Mandor pupuk. Pengawasan dan ketelitian dalam kalibrasi takaran perlu diperhatikan untuk menjamin ketepatan dosis. Ukuran takaran (mangkuk) berbeda-beda tergantung dari jenis dan dosis pupuk yang dibutuhkan

a b

a b

(38)

22

setiap pokoknya. Bobot takaran (mangkuk) beragam, mulai dari 0.5 kg, 0.75 kg, 1 kg, 1.25 kg, 1.5 kg, 1.75 kg, 2 kg, 2.25 kg dan 2.5 kg.

Sebelum penebaran pupuk dimulai, mandor pupuk terlebih dahulu membagi hanca bagi masing- masing penebar. Setiap hanca biasanya terdiri dari 3 orang penebar. Jumlah penebar per hanca tergantung dari jumlah pupuk yang akan ditebar. Penebaran pupuk dimulai dari rintis malang menuju ke luar (jalan motor) dengan tujuan agar semua pokok mendapat jatah pupuk yang sama dan memudahkan dalam pengontrolan. Namun, berdasarkan pengamatan penulis, penebaran dimulai dari luar (jalan motor) menuju ke rintis malang. Hal ini disebabkan karena tidak ada tenaga kerja khusus untuk pelangsir sehinga untuk lebih memudahkan dalam aplikasi penebaran maka penebaran dimulai dari arah luar. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 11.

Sistem penebaran pemupukan di Kebun Bangun Bandar dilakukan blok per blok, artinya dalam satu blok diusahakan untuk jenis pupuk N, P, dan K sudah selesai diaplikasikan selambat-lambatnya dalam interval waktu 2 minggu. Pelaksanaan pemupukan diprioritaskan pada blok-blok tanaman belum menghasilkan selanjutnya tanaman menghasilkan. Cara kerja penebaran pupuk dapat dilihat pada Gambar 12 .

Blok a

d b

c

Gambar 11 Kegiatan pemupukan secara manual (a. Briefing dari asisten ; b. Takaran pupuk ; c. Penebaran pupuk secara strip ; d. Penebaran pupuk diatas kompos ).

Gambar 12 Cara kerja penebaran pupuk

Petak

Jalan malang Petak

(39)

23

Premi pemupukan. Premi adalah upah yang didapatkan oleh tim pemupuk apabila dapat memupuk tanaman dari basis yang telah ditentukan. Basis yang diterapkan tergantung dari dosis yang diberikan per pokok. Dosis ≤ 1kg maka basis yang harus dicapai oleh pemupuk 5 ha HK⁻¹, apabila pemupuk lebih basis maka akan diberikan premi yaitu 1 ha = Rp 5000.00. Sementara dosis ≥ 1kg maka basis yang harus dicapai oleh pemupuk 400 kg HK⁻¹, apabila pemupuk lebih basis maka akan diberikan premi yaitu 1 ton = Rp 10 000.00.

Pengumpulan karung bekas pupuk. Tim pemupukan di kebun Bangun Bandar dilengkapi dengan tukang karung yang bertugas mengumpulkan karung bekas pupuk termasuk limbahnya seperti tali plastik dan mengirimkannya ke gudang kebun. Karung digulung per 10 karung dengan tujuan untuk mempermudahkan perhitungan karung. Hal ini dilakukan agar memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk memeriksa apakah seluruh pupuk tersebut sudah ditebar dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung dikumpulkan ke dalam keranjang, setelah keranjang penuh maka karung dikirim ke gudang pupuk dengan menggunakan motor.

Karung bekas pupuk ini dapat digunakan kembali sebagai karung untilan dan alas brondolan. Tukang karung dilengkapi alat berupa cangkul yang digunakan untuk membersihkan pupuk yang tercecer di TPH dan pupuk tersebut segera ditebar ke piringan maupun gawangan mati terdekat dari TPH sehingga kehilangan pupuk dapat diminimalisir.

Pengamatan ketepatan dosis pupuk. Pengamatan ketepatan dosis pupuk diperoleh melalui penguntilan pupuk di gudang dan jumlah takaran yang diaplikasikan pada tiap pokok tanaman. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan saat kegiatan penguntilan berlangsung di gudang. Data ini diperoleh pada jenis pupuk RP dan NPK 10-10-25.

Tabel 4 Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar

Jenis pupuk Ulangan

(40)

24

Tabel 5 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi Kieserit dan Borax

Blok Jenis

Keterangan : JP : jumlah tanaman ; PTD : Tanaman tepat dosis ; PKD : Tanaman kurang dosis ; PLD : Tanaman lebih dosis ; TD : Tepat dosis ; LD : Lebih dosis ; KD : Kurang dosis

Pengamatan ketepatan waktu pemupukan. Penentuan aplikasi pemupukan di kebun Bangun Bandar berdasarkan hari hujan dan curah hujan. Pengamatan ketepatan waktu pemupukan diperoleh dengan menganalisis waktu realisasi pemupukan dengan curah hujan selama bulan Februari sampai dengan Mei 2015. Berdasarkan SOP SOCFINDO, pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan frekuensi curah hujan. Hubungan antara waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan adalah sebagai berikut :

1. Pupuk Urea dan ZA, segera hentikan aplikasi apabila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut.

2. Pupuk compound/NPK, MOP/KCL, kieserite, pupuk mikro, segera hentikan apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut.

3. Pupuk Rock Phosphate/TSP dan dolomite dapat diaplikasikan dalam kondisi tidak ada hujan karena tidak ada resiko penguapan.

(41)

25

hujan 50-80 mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut setelah hujan tersebut, pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi apabila curah hujan > 80 mm maka pemupukan dilaksanakan 2 hari kemudian. 5. Aplikasi pupuk dilakukan pada keadaan tanah lembab (khusus pupuk

yang mudah menguap seperti urea).

Selain itu, penulis melakukan pengamatan ketepatan waktu dengan membandingkan waktu rencana pemupukan dengan realisasi pemupukan. Rencana dan aplikasi pemupukan serta curah hujan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015 di kebun Bangun Bandar divisi I selama penulis magang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rencana dan aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar dan curah hujan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015

Bulan

10-25 Dolomite Kieserite Borax

Februari 36

Maret 14

April 48

Mei 452

Keterangan :

Pengamatan ketepatan jenis pupuk. Penentuan ketepatan jenis pupuk dengan mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan dengan realisasinya di lahan. Rekomendasi jenis pupuk yang akan diaplikasikan di kebun Bangun Bandar di sajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I tahun 2015

Jumlah Hara Jenis Pupuk Kandungan Hara

Pupuk Tunggal Sumber : Gudang pupuk Bangun Bandar

= aplikasi sesuai dengan rencana

= rencana aplikasi

= aplikasi tidak sesuai dengan rencana

(42)

26

Pengamatan ketepatan cara pemupukan. Penentuan ketepatan cara aplikasi pupuk diperoleh dengan mengamati cara penebaran saat aplikasi pupuk kemudian dibandingkan dengan SOP pemupukan SOCFINDO. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara aplikasi pada pupuk Rock phosphate, dolomite dan NPK 10-10-25. Hasil pengamatan ketepatan cara disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengamatan ketepatan cara penebar pupuk di Kebun Bangun Bandar Divisi I

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata % ketepatan cara penebaran RP adalah 84.7 %, NPK 10-10-25 adalah 77.3 % dan dolomite adalah 82.4 %. Jumlah tanaman yang diamati tiap jenis sebanyak 50 tanaman per blok. Pada jenis pupuk rock phosphate, jumlah tanaman yang tepat cara sebesar 45.6 pokok dan tidak tepat cara 19.6 pokok dan pada jenis pupuk NPK 10-10-25 , jumlah tanaman yang tepat cara 38.6 pokok dan tidak tepat cara 11.3 pokok. Sementara pada jenis pupuk dolomite, jumlah tanaman tepat cara sebesar 42.6 pokok dan tidak tepat sebesar 12.7 pokok.

(43)

27

Tabel 9 Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk

Blok Tahun

Rataan jarak pupuk ke batas luar piringan pada baris contoh (cm) disebabkan oleh bentuk pupuk antara keduanya yang berbeda. Pupuk NPK 10-10-25 berbentuk butiran sehingga ketika aplikasi pupuk jarak penebaran lebih jauh dari pada pupuk dolomite yang berbentuk serbuk.

Ketepatan tempat penebaran pupuk Rock phosphate penulis lakukan dengan mengamati tempat tebaran pupuk di pinggir rumpukan atau bahan organik kemudian dibandingkan dengan SOP SOCFINDO. Pengamatan dilakukan pada 50 pokok contoh dengan tiga kali ulangan blok yang berbeda yaitu blok 49, 47, dan 65. Ketepatan tempat pemupukan Rock phosphate disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Pengamatan ketepatan tempat pupuk RP

Blok Tahun

(44)

28

kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe), dan boron (B). Hasil pengamatan defisiensi unsur hara di lapangan di sajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil pengamatan defisiensi unsur hara

Blok Tahun tanam

∑ pokok yang diamati

∑ pokok defisiensi

Defisiensi hara

N P K Mg B Fe

TBM 46 2014 120 57 13 0 18 1 25 0

57 2014 120 49 23 0 10 3 13 0

Total 240 106 36 0 28 4 38 0

TM

46 2010 120 64 10 5 37 9 2 1

49 2010 120 81 6 1 29 17 28 0

50 2010 120 82 17 3 50 8 3 1

Total 360 227 33 9 116 34 33 2

Berdasarkan hasil pengamatan defisiensi hara yang dilakukan secara visual, dapat diketahui bahwa pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dari 240 pokok contoh yang diamati, 106 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara. Sementara pada tanaman menghasilkan (TM) dari 360 pokok yang diamati, 227 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara. Banyaknya defisiensi unsur hara berbeda-beda antara gejala N, P, K, Mg, Fe, dan B. Berdasarkan pengamatan penulis gejala defisiensi unsur hara yang dominan pada TBM adalah boron, dan pada TM adalah kalium. Gejala defisiensi hara tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 13.

a b

f e

d

c

Gambar

Tabel 2 Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar
Gambar 1 Fasilitas kebun Bangun Bandar (a. masjid; b. gereja; c. perumahan
Gambar 4 Pengendalian gulma (a. BTP (Bongkar tanaman pengganggu)
Gambar 5 Kegiatan sensus ulat ( a. titik sensus ; b. perhitungan ulat )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan penunasan di Blok 52 diintsruksikan oleh Asisten Divisi untuk memotong pelepah dengan teknik songgo dua dikarenakan pada bulan yang akan datang dilakukan

Pengamatan dalam manajemen panen terdiri atas: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan tenaga panen, kriteria matang panen, kapasitas pemanen,

saat umur 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan dan sesaat bibit akan ditransplanting ke lapangan. Pada saat magang, penulis mengikuti seleksi pada tanaman berumur 8 bulan dan pada saat

Analisis dilakukan terhadap hasil pengamatan pada komponen-komponen dari aspek panen seperti: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan

Pengamatan yang dilakukan meliputi angka kerapatan panen, taksasi panen harian, kapasitas panen, tenaga kerja panen, evaluasi panen, sarana dan prasarana panen,

Analisis dilakukan terhadap hasil pengamatan pada komponen-komponen dari aspek panen seperti: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan

Pengamatan yang dilakukan meliputi angka kerapatan panen, taksasi panen harian, kapasitas panen, tenaga kerja panen, evaluasi panen, sarana dan prasarana panen,

Pemanenan yang baik harus memperhatikan aspek mutu buah pada tandan buah segar (TBS) yang dipanen karena hal itu dapat dijadikan indikator untuk mengetahui