ANALISIS
LEGITIMIZATI
SEK INSTIT
SIS KINERJA SERVER
CLA
(CENTRAL
ATION AGENCY) PADA SISTEM
E-VO
PILKADA KOTA BOGOR
ASEP TAUFIK MUHARRAM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Kinerja Server CLA (Central Legitimization Agency) pada Sistem E-voting Pilkada Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum di ajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 25 Agustus 2014
Asep Taufik Muharram
RINGKASAN
ASEP TAUFIK MUHARRAM. Analisis Kinerja Server CLA (Central
Legitimization Agency) pada Sistem E-voting Pilkada Kota Bogor. Dibimbing oleh SUGI GURITMAN dan HENDRA RAHMAWAN.
Electronic voting (e-voting) merupakan pelaksanaan pemungutan suara secara elektronik dan dapat memanfaatkan teknologi informasi berbasis web agar
dapat mengimplementasikan sistem pemilihan secara online dalam rangka
menggantikan pemilihan yang di lakukan secara konvensional (berbasis kertas) dengan tujuan membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada, seperti pemilih ganda, pembelian suara, banyaknya suara tidak sah, dan lain-lain.
Sistem e-voting yang dikembangkan menggunakan protokol two central
facilities(TCF) terdiri dari tiga komponen yakni mesinvotingsebagaiclientuntuk interaksi dengan pemilih, server central legitimization agency (CLA) sebagai server untuk otentikasi pemilih, dan server central tabulating facility (CTF) sebagai server untuk hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilih.
Pada penelitian dalam tesis ini hanya memfokuskan pada analisis kinerja server CLA pada sistem e-voting Pilkada Kota Bogor. Untuk mendapatkan hasil analisis server CLA pada sistem e-votingdiperlukan pengujian dengan parameter
response time dengan variabel beban kerja berupa jumlah request. Pengukuran
dilakukan dengan `cara melakukan simulasi request terhadap halaman login
sisteme-votingdengan menggunakansoftware apache jmeter2.9.
Hasil uji menunjukkan bahwa simulasi request pada server CLA dengan jumlah beban terendah yaitu 1000 request menghasilkan besarnya response time
3,06 detik dan terbesar yaitu 6000requestmenghasilkanresponse time9,13 detik.
Sehingga makin banyak request yang diberikan dalam satuan waktu, maka akan makin lamaresponse timeyang didapat.
SUMMARY
ASEP TAUFIK MUHARRAM. Performance of Analysis CLA Server (Central
Legitimization Agency) on Bogor Election E-Voting System. Supervised by
SUGI GURITMANandHENDRA RAHMAWAN.
Electronic voting (e-voting) is carrying out of balloting in a eletronic manner and can to utilizing information technology web-based in order that be able implementation election system in accordance with online in order to substitute election that be done conventionally (paper based) with a purpose to help problems solve at hand, such as elector of double, vote puschasing, the number of vote is illegal, etc.
The e-voting system which developed using two central facilities protocol consist of three component that is voting machine as client for interaction with voter, central legitimization agency (CLA) as server voter authentication, and central tabulating facility (CTF) as server for result recapitulation voter vote count.
This research only focuses on the analysis of the performance of CLA server on e-voting system Bogor elections. To obtain the result of analytical CLA server on the e-voting system required testing the parameters response time with variable workload as the number of requests. Measurements were made with simulate of requests to the login page of the e-voting system using Apache JMeter 2.9 software.
The results shows that the simulated request to CLA server with the lowest size of 1000 requests generate the magnitude of the response time of 3.06 seconds and the largest is 6000 request generates a response time of 9.13 seconds. So that more requests are given in units of time, it will be the longer response time obtained
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer
ANALISIS KINERJA SERVER
CLA
(CENTRAL
LEGITIMIZATION AGENCY) PADA SISTEM
E-VOTING
PILKADA KOTA BOGOR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
Judul Tesis : Analisis Kinerja Server CLA (Central legitimization Agency) Pada SistemE-VotingPilkada Kota Bogor
Nama : Asep Taufik Muharram
NIM : G651100141
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Sugi Guritman Ketua
Hendra Rahmawan, SKomMT Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komputer
DrWisnu Ananta Kusuma, ST MT
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dankarunia yang dilimpahkan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah Analisis Kinerja Server CLA (Central Legitimization Agency) Pada Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penyelenggaraan pemilu yang nantinya dapat terus dikembangkan secara luas di masa mendatang.
Laporan dari tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada nama-nama yang tercantum di bawah atas bantuan yang diberikan.
1. Ayahanda H. Endang Sulaeman, Ibunda Hj. Tin-Tin Martini, dan seluruh
keluarga, serta istri dan anak atas do’a dan kasih sayangnya.
2. Bapak Dr Sugi Guritman selaku ketua komisi pembimbing yang memberikan
pemikiran awal sebagai topik untuk mengerjakan penelitian sistem e-voting
dan membimbing sampai penelitian ini selesai.
3. Bapak Hendra Rahmawan, SKom MT selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dr Heru Sukoco, Ssi MT selaku dosen penguji dan Ibu Ir Sri Wahjuni, MT selaku moderator yang telah memberikan masukan, arahan, dan saran untuk kesempurnaan dalam penulisan laporan tesis ini.
5. Ibu Dr Ir Sri Nurdiati, MSc selaku dekan FMIPA, Bapak Dr Ir Agus Buono, MSi MKom selaku ketua Departemen Ilmu Komputer, Bapak Dr Wisnu Ananta Kusuma, ST MT selaku ketua Program Studi Ilmu Komputer yang telah membekali kami pengetahuan komputer dan senantiasa memberikan motivasi, dukungan serta arahan dalam penyelesaian studi.
6. Bapak Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc terima kasih atas ilmu yang
telah diberikan, motivasi, spirit, supporting, bimbingan, serta arahan menjadi seorang yang berpengetahuan dengan memiliki moral yang berkarakter Islam.
7. Bapak Sony H Wijaya, SKom MKom, Bapak Toto Haryanto, Skom MSi,
Bapak Aziz Kustiyo, SSi MKom, Bapak Dr Yandra Arkeman, Bapak Endang P Giri, SKom MKom, Ibu Ir Sri Wahjuni, MT, Ibu Dr Yeni Herdiyeni, SSi MKom, Ibu Shelvie Nidya Neyman, SKom MSi, serta seluruh dosen lainnya yang telah berbagi ilmu, filosofi, dan cerita-cerita menarik sehingga mempelajari ilmu komputer menjadi menyenangkan. Terima kasih pula atas dukungan, arahan, motivasi, dan keramahan dalam mengisi hari-hari penulis di Departemen Ilmu Komputer FMIPA.
8. Bapak Yadi, Ibu Ning serta seluruh staff administrasi,perpustakaan, dan pendukung Departemen Ilmu komputer FMIPA yang telah memberikan bantuan selama ini.
9. Kodarsyah dan Muhammad Ilyas Siki sebagai rekan satu topik pada
10. Rekan-rekan lainnya seperjuangan angkatan XII S2 Sekolah Pacasarjana Ilmu Komputer IPB: Ami, Ana, Dedi, Dian, Fikri, Gibtha, Husna, Imam, Irwan, Kania, Komar, Mila, Safar, Sari, Vera, Yudhit, Yustin ditambah Mr. Ghani from Thailand. Persaudaraan, kekompakan, danteam worksenantiasa terjalin dalam mengisi hari-hari selama di Departemen Ilmu komputer memberikan kesan tersendiri yang akan teringat selalu.
11. Bapak Agus, Mas Yuggo, dan rekan-rekan di Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, UIKA Bogor yang telah memberikan dukungan dan bantuan agar terselesainya tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut memberikan do’a, semangat, dan bantuan selama penyelesian studi baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima masukan berupa saran atau kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Amien.
.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Ruang Lingkup Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Sistem Pemilu di Indonesia 3
Pemungutan Suara 5
Permasalahan Pemilu 5
Electronic Voting(E-Voting) 7
ProtokolTwo Central Facilities 7
Central Legitimization Agency(CLA) 9
Skema E-voting 9
Apache Jmeter 11
3 METODE PENELITIAN 12
Alur Proses Penelitian 12
Analisis SistemE-VotingPilkada Bogor 13
Penentuan Beban Kerja 13
Pengambilan Data dan SimulasiRequest 13
Analisis dan Prediksi Kinerja. 14
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Analisis SistemE-VotingPilkada Bogor 14
Penentuan Beban Kerja 15
5 SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pihak yang terkait pemilu (Shalahuddin, 2009) 4
Gambar 2 Skema pemilihantwo central facilities 8
Gambar 3 Skemae-votingtwo central facilities 9
Gambar 4 Apache Jmeter 12
Gambar 5 Alur Proses Penelitian 13
Gambar 6 Simulasi Pengujian SistemE-Voting 17
Gambar 7 GrafikResponse Time 18
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data KPU Kota Bogor...15 2 Spesifikasi Perangkat Keras pada Server CLA dan MesinVoting...17 3 Spesifikasi Perangkat Lunak pada Server CLA dan MesinVoting...17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tabel Data Pengujian 21
2 Diagram alir otentikasi card identity pada CLA (Prayanta 2012) 22
3 Diagram alir proses pemilihan kandidat (Kusuma 2012 23
4 Halaman Login Error! Bookmark not defined.24
5 Halaman surat suara 24
6 Halaman pertanyaan keyakinan pemilih terhadap kandidat 25
1 PENDAHULUAN
Latar BelakangPemilihan umum (Pemilu) disebut juga dengan “Political Market” (Dr.
Indria Samego), artinya bahwa pemilu adalah pasar politik tempat
individu/masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat), antara peserta pemilu (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobi-lobi yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideologi serta janji-janji politik lainnya, guna meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilu untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002,
pemilihan presiden dan wakil presiden(pilpres), yang semula dilakukan
oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari proses pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Sepanjang sejarah di Indonesia, telah diselenggarakan 10 kali pemilu yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Sistem pemilu yang digunakan selama ini menggunakan cara penyoblosan atau penyontrengan. Cara konvensional seperti ini ternyata dapat menimbulkan masalah seperti pemilih ganda, penggelembungan suara dan kesalahan lainnya serta lamanya waktu rakapitulasi suara. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan electronic voting (e-voting)
dengan mengadakan sistem pemilu secara online yang dibangun menggunakan
suatu protokol yang aman.
Pengertian darie-voting adalah pemungutan suara yang dilakukan secara
elektronik (digital) mulai dari proses pendaftaran pemilih, pelaksanaan
pemilihan, penghitungan suara, dan pengiriman hasil suara (Rokhman, 2011). E-voting secara umum adalah suatu sistem berbasis online yang memungkinkan aplikasi dapat dijalankan secara jarak jauh dalam waktu yang hampir bersamaan.
Pada penelitian akan di lakukan pengujian kinerja server Central
2
telah di lakukan penelitian oleh Kusumah (2012) dan Prayatna (2012) dengan
topik penelitian desain sistem e-voting Pilkada Kota Bogor menggunakan
protocoltwo central facilities, dimana sistem otentikasi padavoter menggunakan mediasmart card.
Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik kinerja sistem e-voting diantaranya adalah Gunawan (2013) melakukan penelitian tentang perbandingan kinerja layanan web RESTful ASP.NET dan RESTful Symfony pada sistem e-voting. Hasil yang di dapat pada penelitian ini adalah kinerja layanan yang mempunyai tingkat lebih tinggi pada pengujian sistem e-voting
dengan menggunakan layanan web RESTful ASP.NET di banding dengan layanan RESTful Symfony.
Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja server CLA (Central Legitimization Agency) dalam menangani jumlahrequestyang lebih besar terhadap implementasi sisteme-voting
Pilkada Kota Bogor.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja server CLA (Central Legitimization Agency) pada sistem e-voting Pilkada Kota Bogor menggunakan metode simulasi dengan parameterresponse time danvariabelbeban kerja adalah jumlahrequest.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menggambarkan
kemampuan kinerja server CLA dalam mengatasi jumlah request dari
pemilih/voter.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam merencanakan
implementasi sisteme-votinguntuk Pilkada Kota Bogor.
2. Memberikan pemikiran baru dan solusi dalam layanan penyelenggaraan
pemilu legislatif dan pilpres secara langsung yang lebih baik, mudah, cepat, akurat, aman dan akuntabel.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Sisteme-votingyang digunakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2012) dan Prayatna (2012).
2. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengujian pada server CLA (Central Legitimization Agency) dengan simulasi jumlah request terhadap halaman
loginpada sisteme-voting. mengunakansofware Apache Jmeter2.9.
3. Mesin voting dan server yang terlibat dalam kerja sistem e-voting berada dalam jaringanpeer to peer.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Pemilu di IndonesiaPemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, hampir semua negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah proses pemilihan wakil rakyat di parlemen dan
kepala pemerintahan berdasarkan suara terbanyak. Pemilu di Indonesia
merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara. Peraturan tertinggi mengenai pemilu secara jelas telah diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen pada perubahan IV, bab VIIB tentang Pemilihan Umum, pasal 22E. Berikut ini adalah isi dari pasal tersebut.
1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.
5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.
Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilu di Indonesia menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelanggaraan pemilu.
2. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih. 3. Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu.
4. Penetapan peserta Pemilu.
5. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.
6. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
7. Masa kampanye.
8. Masa tenang.
9. Pemungutan dan penghitungan suara. 10. Penetapan hasil Pemilu.
11. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
4
Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pada Gambar 1 terhadap pihak yang terkait pada pemilu.
Gambar 1 Pihak yang terkait pemilu (Shalahuddin, 2009)
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
2. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu
ditingkat provinsi dan kabupaten/kota.
3. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan.
4. Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa/kelurahan. 5. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah panitia yang dibentuk oleh
KPU untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri.
6. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.
7. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) adalah
kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suaradi tempat pemungutan suara di luar negeri.
8. Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) adalah badan yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia.
9. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota
adalah panitia yang dibentuk oleh Banwaslu untuk mengawasi
5
10. Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu
Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan.
11. Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan. 12. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau
telah/sudah pernah menikah dan tidak sedang dicabut hak pilihnya. 13. Peserta Pemilu ada beberapa macam.
a. Pada pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota peserta Pemilu adalah partai politik.
b. Pada Pemilu anggota DPD, peserta Pemilu adalah perorangan.
c. Pada pemilihan presiden/wakil presiden, peserta Pemilu adalah wakil partai politik.
d. Sedangkan pada pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah, peserta Pemilu adalah wakil partai politik atau perorangan.
Pemungutan Suara
Pemungutan suara (voting) adalah salah satu tahap pelaksanaan pemilihan umum.Secara umum, di banyak negara, pemungutan suara dilaksanakan secara rahasia pada tempat yang khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan pemungutan suara. Proses pemungutan suara di Indonesia masih menggunakan cara konvensional, yaitu menggunakan kertas suara. Berikut ini adalah urutan proses pada saat pemungutan suara di Indonesia.
1. Calon pemilih datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). TPS adalah
tempat melakukan pemungutan suara yang disediakan oleh panitia pemilihan umum.
2. Calon pemilih memberikan kartu pemilih. Kartu pemilih ini digunakan
sebagai tanda bahwa calon pemilih telah terdaftar sebagai calon pemilih. 3. Calon pemilih mengambil kertas suara dan kemudian melakukan pencoblosan
di dalam bilik suara.
4. Kertas suara dimasukkan ke dalam kotak suara.
5. Salah satu jari pemilih diberi tanda dengan tinta sebagai penanda bahwa pemilih tersebut telah melakukan pemungutan suara.
6. Setelah waktu untuk memasukkan suara selesai, maka kemudian dilakukan
perhitungan suara.
7. Kertas suara dikeluarkan dari kotak suara dan kemudian dihitung bersama-sama dengan diawasi oleh saksi dari berbagai pihak antara lain panitia dan perwakilan partai politik.
8. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikirimkan ke kantor KPU untuk
dilakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara.
Permasalahan Pemilu
Dalam pelaksanaan pemilu, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh human error, atau disebabkan karena sistem pendukung
pelaksanaan voting yang tidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pemiludi Indonesia selama ini : 1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendataan dan pendaftaran pemilih.
6
dengan baik. Konsep penggunaan banyak kartu identitas menyebabkan banyaknya pemilih yang memiliki kartu suara lebih dari satu buah. Keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan jumlah suara sehingga dapat memenangkan pemilihan tersebut, misalnya suara pemilih diwakili oleh orang lain atau pemilih dapat melakukan pemilihan lebih dari satu kali.
2. Kurang akuratnya hasil perhitungan suara. Oleh karena proses pemungutan suaradilakukan dengan cara pencoblosan atau pencontrenganpada kertas suara, sehingga sering kali muncul perdebatanmengenai sah atau tidaknya sebuah kertas suara.
3. Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas suara.Ketentuan keabsahan pada penandaan kertas suara yang kurang jelas, sehingga banyak kartu suara yang dinyatakan tidak sah. Pada tahapan verifikasi keabsahan dari kartu suara, sering terjadi kontroversi peraturan dan menyebabkan konflik di masyarakat. 4. Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap daerah berjalan lambat
karena proses tersebut harus menunggu semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu. Keterlambatan yang terjadi pada proses pengumpulan akan berimbas kepada proses penghitungan suara. Lebih jauh lagi, pengumuman hasil perhitungan akan meleset dari perkiraan sebelumnya.
5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitungan suara dari daerah. Kendala utama dari proses tabulasi ini adalah kurangnya variasi metode pengumpulan hasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di daerah. Oleh karena itu, seringkali pusat tabulasi harus menunggu data penghitungan yang dikirimkan dari daerah dalam jangka waktu yang lama. Akibat dari hal tersebut, maka pengumuman hasil pemiluakan memakan waktu yang lama.
6. Tidak adanya salinan terhadap kertas suara. Hal ini menyebabkan jika terjadi kerusakan terhadap kertas suara, panitia pemilihan umum sudah tidak mempunyai bukti yang lain sehinnga menyulitkan untuk diadakaan perhitungan kembali jika terjadi ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan suara.
7. Rawan konflik. Pemilihan umum di Indonesia saat ini sering menimbulkan konflik. Hal tersebut dipicu adanya ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan suara. Konflik ini dapat disaksikan sering terjadi pada setiap pelaksanaan penyelengaraan pemilihan umum kepala daerah.
8. Besarnya anggaran yang dilalukan untuk melakukan proses pemungutan
suara. Berdasarkan data terakhir KPU (Komisi Pemilihan Umum), yaitu lembaga pemerintah yang bertugas melakukan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia, pemerintah telah menyetujui anggaran pemilu mencapai Rp 10,4 triliun untuk pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Anggaran yang sangat besar tersebut digunakan untuk proses pencetakan kertas suara, distribusi kertas suara, gaji panitia, pengawas, dan lain-lain.
7
Electronic Voting(E-Voting)
E-voting adalah proses pemungutan suara yang memanfaatkan elektronik.
Seiring Pengertian dari E-Voting secara umum adalah penggunaan teknologi
komputer pada pelaksanaan voting. Pilihan teknologi yang digunakan dalam implementasi dari e-voting sangat bervariasi, seperti penggunaan smart card
untuk otentikasi pemilih, penggunaan internet sebagai sistem pemungutan suara, penggunaantouch screensebagai pengganti kartu suara, dan masih banyak variasi teknologi yang digunakan.
Penerapan e-voting telah berjalan di beberapa negara di benua Eropa dan Amerika. Masing-masing negara memiliki sistem e-voting tersendiri yang telah disesuaikan dengan keadaan dan infrastruktur yang dimiliki negara tersebut. Sebagai contoh, negara Belanda memiliki sistem e-voting yang dinamakan RIES (Rijnland Internet Election System). Sistem ini menggunakan internet sebagai media pengumpulan suara. (Pieters, 2004) menjelaskan detil sistem tersebut dan melakukan analisis terhadap mekanisme pemungutan suara dalam sistem RIES.
(Azhari, 2005) Walaupun sistem e-voting memberikan banyak keuntungan bagi manusia dalam melaksanakan pemungutan suara, terdapat beberapa permasalahan yang muncul akibat dari implementasi sistem ini:
1. Tingkat keamanan sistem e-Voting. melakukan analisis terhadap bagian dari salah satu sisteme-votingyang cukup banyak digunakan, yaituDiebold System, dan ternyata sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan dalam keamanannya. 2. Penggunaan internet yang sangat rentan dengan gangguan dari luar. Muncul
dugaan bahwa dapat terjadi perubahan data hasil pemungutan suara. Untuk itu, penggunaan algoritma enkripsi dalame-votingmulai dianjurkan. Salah satunya, yang menerangkan algoritma enkripsi yang sebaiknya digunakan dalam proses pengiriman data hasil pemungutan suara dalame-voting.
3. Penggunaan perangkat lunak yang tidak dapat diaudit oleh publik.
Kekhawatiran yang muncul adalah adanya kecurangan yang dapat
memanipulasi hasil pemungutan suara. .
ProtokolTwo Central Facilities
Pemilihan menggunakan protokol Two Central Facilities dilakukan
dengan membagi Central Legitimazation Agency (CLA) dan Central Tabulating Facility(CTF) menjadi dua bagian yang berbeda. Menurut Sireesha dan Chakchai (2005) pemilihan denganTwo Central Facilitiesadalah sebagai berikut :
1. Setiap pemilih mengirim pesan kepada Central Legitimazation Agency(CLA) dan meminta nomor validasi.
2. Central Legitimazation Agency(CLA) mengirim nomor validasi acak kepada pemilih dan menyimpan daftar setiap nomor validasi.Central Legitimazation Agency(CLA) juga menyimpan sebuah daftar dari nomor validasi penerima, untuk mengantisipasi seseorang memilih dua kali.
3. Central Legitimazation Agency (CLA) mengirim daftar nomor validasi kepadaCentral Tabulating Facility(CTF).
8
5. Central Tabulating Facility (CTF) memeriksa dan membandingkan nomor validasi dengan daftar yang diterima dari Central Legitimazation Agency
(CLA). Jika nomor validasi terdapat pada daftar maka nomor tersebut akan disilang untuk menghindari pemilih memilih dua kali. Central Tabulating Facility (CTF) menambahkan nomor identifikasi pada daftar pemilih yang telah memberikan suara pada kandidat tertentu dan menambahkan satu suara pada kandidat tersebut.
6. Setelah semua suara diterima, Central Tabulating Facility (CTF)
mempublikasikan keluaran seperti daftar nomor identifikasi dan untuk siapa suara tersebut diberikan.
Skema pemilihan dengan komunikasiTwo Central Facilities dapat dilihat pada Gambar 2. Pada sistem ini setiap pemilih dapat melihat daftar nomor identifikasi dan mencari nomor miliknya untuk membuktikan bahwa pilihannya telah dihitung. Tentu saja semua pesan yang keluar/masuk telah dienkripsi dan ditandatangani untuk menghindari peniruan terhadap identitas orang lain atau menghindari adanya penangkapan transmisi.
Central Tabulating Facility(CTF) tidak dapat memodifikasi suara karena setiap pemilih akan melihat nomor identifikasi yang dimilikinya. Jika seseorang pemilih tidak berhasil menemukan nomor identifikasinya, atau ditemukan nomor identifikasi pada kandidat yang tidak dipilih, pemilih akan menyadari bahwa telah terjadi kecurangan. Central Tabulating Facility (CTF) tidak dapat memanipulasi kotak perhitungan suara karena kegiatan tersebut berada dalam pengawasan
Central Legitimazation Agency (CLA).Central Legitimazation Agency (CLA) mengetahui berapa banyak pemilih yang telah terdaftar dan nomor validasinya, dan akan mendeteksi jika terdapat modifikasi.
Gambar 2 Skema pemilihantwo central facilities
Central Legitimization sebuah ID yang vali sejumlah Validation Validation ID dalam
Validation ID dan me 2001).
gitimization Agency (CLA) merupakan bagian sertifikasi pemilih. Fungsi utama dari Central
lah untuk melakukan otentikasi dan otorisasi
ngirim sebuah pesan aman kepada Central
untuk meminta sebuah Validation ID. Central
kan membangkitkan sebuah Validation ID, m
da Central Tabulating Facility (CTF), dan menge da pemilih. Validation ID bernilai sangat kom
tidak memungkinkan seorang penyerang untuk valid. Central Legitimization Agency (CLA)
ID yang valid serta daftar identifikasi pem m rangka untuk mencegah pemilih menerima melakukan pemilihan lebih dari satu kali (DuF
Chakchai pada tahun 2005 telah melakukan sistem e-votingdengan protokol Two Central Fac
sehingga memiliki alur seperti pada Gamba penelitian Prayatna dan Kusuma. (2012).Berdasa
3, alur kerja online voting terbagi menjadi sebagai berikut :
ambar 3 Skemae-votingtwo central facilities
kunci publik oleh masing-masing mesin voting Agency(CLA).
mization Agency (CLA) mengirimkan kunci sim nggunakan kunci publik yang diterima dari dan diberikan kepada masing-masing mesinvoting
sing-masing mesinvoting.
9 ma lebih dari satu DuFeu dan Harris,
kukan penelitian yang
e-10
Tahap 2
1. Pemilih mengirimkan permintaan untuk memilih melalui mesin voting
dengan cara menempelkan kartu identitasnya.
2. Mesin votingakan mengirimkan data kartu identitas pemilih yang telah
dienkripsi kepadaCentral Legitimization Agency(CLA).
3. Central Legitimization Agency (CLA) akan melakukan proses dekripsi terhadap data yang diterima.
4. Central Legitimization Agency (CLA) akan melakukan autentikasi pemilih dengandatabase.
5. Apabila pemilih dinyatakan berhak memilih dengan ketentuan pemilih telah terdaftar didatabasedan belum memilih sebelumnya, pemilih akan diarahkan kepada halaman pemilihan dan status pemilih akan diubah menjadi status telah melakukan autentikasi. Namun, apabila pemilih dinyatakan tidak berhak memilih, pemilih langsung diarahkan ke halaman gagal memilih.
6. Setelah pemilih melakukan pemilihan, pilihan pemilih akan disimpan pada mesinvoting dan status pemilih akan diubah menjadi status telah melakukan pemilihan. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu pemilihan selesai.
Tahap 3
1. Pengiriman kunci publik oleh masing masing mesin voting kepada Central Tabulating Facility(CTF).
2. Central Tabulating Facility (CTF) mengirimkan kunci simetri yang telah dienkripsi menggunakan kunci publik yang diterima dari tiap-tiap mesin
votingdan dikirimkan kepada masing-masing mesin sesuai alamat IPaddress
mesinvoting.
Tahap 4
1. Mesin voting secara periodik akan melakukan permintaan kepada Central
Legitimization Agency(CLA) untuk mengirimkan data keCentral Tabulating Facility (CTF) dengan mengirimkan informasi identitas mesin yang dienkripsi.
2. Central Legitimization Agency(CLA) akan melakukan proses autentikasi dan
mengirimkan suatu random key mesin kepada mesin voting dan Central
Tabulating Facility(CTF) yang dienkripsi.
3. Mesin voting akan mengirimkan identitas mesin, data hasil pemilihan, dan juga nilairandomkepadaCentral Tabulating Facility(CTF) yang didapatkan dariCentral Legitimization Agency(CLA) yang telah dienkripsi.
4. Central Tabulating Facility (CTF) melakukan pencocokan nilai random key
yang diberikan mesin dengan random key yang diterima dari Central
Legitimization Agency(CLA) untuk mesin tersebut.
5. Jika sah,Central Tabulating Facility(CTF) akan melakukan pengecekan data yang dikirim dari masing-masing mesinvoting.
6. Apabila random key yang dikirimkan mesin dan Central Legitimization
Agency (CLA) sesuai, jumlah suara yang diberikan mesin kepada Central Tabulating Facility (CTF) akan disimpan ke dalam Central Tabulating Facility(CTF).
7. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu
11
Kinerja Sistem
Pengukuran kinerja sistem dibutuhkan untuk beberapa evaluasi, yaitu :
a. Comparative Evaluation
Kinerja suatu sistem dievaluasi relatif kepada sistem lainnya. Kegunaan dari evaluasi ini misalnya untuk proses pembelian perangkat lunak baru, atau perangkat keras baru, memilih servis komputasi, dan juga mengevaluasi perubahan sistem untuk dimodifikasi.
b. Analytic Evaluation
Kinerja dari sistem komputer dievaluasi berdasarkan beberapa parameter sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja sistem (performance tuning), melakukan perawatan sistem (performance control), dan mendisain serta mengimplementasi sistem baru.
Kinerja suatu sistem sendiri dapat mengalami beberapa penurunan karena beberapa hal, yaitu:
1. Kecepatan atau kapasitas dari beberapa komponen sistem menyebabkan
komponen sistem lainnya tidak dapat bekerja dengan kecepatan maksimum. 2. Interferensi yang disebabkan oleh permintaan secara simultan dari dua atau
lebih komponen tertentu untuk saling berkomunikasi ketika permintaan tersebut dapat diproses secara sekuensial.
3. Karakteristik dari beban kerja (workload) sistem.
Pengukuran yang sering dilakukan oleh Mindcraft Corporation pada
dasarnya adalah pengujian “efektifitas” sistem. Berikutini akan dijabarkan parameter yang biasanya digunakan pada suatu pengukuran sistem dengan pendekatan tersebut (Jananto dan Supriyanto, 2006).
1. Throughput
Jumlah kerja yang diselesaikan untuk satu satuan waktu pada bebankerja yang diberikan .
2. Relative throughput
Waktu yang dibutuhkan untuk memproses beban kerja pada sistem 1 relatif ke waktu yang dibutuhkan pada sistem 2 untuk beban kerja yang sama. 3. Kapabilitas (kapasitas)
Jumlah kerja maksimal yang dapat ditangani pada satu satuan waktu tertentu untuk beban kerja yang diberikan.
4. Turnaorund time
Waktu antara suatu pekerjaan diberikan pada suatu sistem dan hasil yang diterima.
5. Response time
Waktu untuk suatu transaksi pada sistem interaktif atau sistem
sesungguhnya 6. Model Workload
Untuk menguji kinerja sistem komputer biasanya digunakan suatu ”workload buatan”.
Apache Jmeter
Aphace Jmeter merupakan aplikasi java desktop, apache jmeter dapat
digunakan untuk menguji performa dari sumber statis dan dinamis (dokumen,
12
sumber lainnya). Jmeter juga dapat mensimulasikan beban yang tinggin dari server, jaringan atau objek lainya untuk menguji ketahanan terhadap beban ketika memberikan layanan atau menganalisa performa total dari service-nya dibawah keadaan yang berbeda (Jing, 2010).
Apache jmeter tidak melakukan proses rendering HTTP request layaknya
browser, karena sifatnya hanya simulasi. Data yang terukur oleh apache jmeter adalah response time yang didapat dari mulai HTTP request diberikan sampai seluruh data halaman berasil di unduh olehvoter.
Program ini digunakan untuk mensimulasikan request berisi voting dari voter. JMeter memiliki kemampuan dalam menghasilkan request yang simultan dan bersamaan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Parameter lain yang
mendeskripsikan datangnya request juga dapat dikonfigurasi. Berikut ini
gambaran darisoftware apache jmeterdapat dilihat pada Gambar 2 adalah sebagai berikut:
.
Gambar 4 Apache Jmeter
3 METODE PENELITIAN
Alur Proses PenelitianUntuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan maka diperlukan
13
Gambar 5 Alur Proses Penelitian
Analisis SistemE-VotingPilkada Bogor
Pada tahap ini akan dijelaskan hasil dari analisis yang di dapat dari penelitian yang telah di lakukan sebelumya Kusumah (2012) dan Prayatna (2012) dengan topik penelitian yang di dapatnya desain e-voting pilkada Kota Bogor menggunakan protokoltwo central facilities.
Penentuan Beban Kerja
Hal mendasar yang diperlukan untuk melakukan analisis kinerja sistem e-voting adalah mengukur kemampuan yang diperlukan sistem untuk mengatasi
beban kerja yang lebih besar. Sifat-sifat yang diinginkan tersebut
merepresentasikan struktur dan keberfungsian yang diharapkan dari suatu sistem
e-voting. Sistem e-voting dikatakan aman, apabila beban kerja yang diinginkan pada sistem terpenuhi.
Dalam penelitian ini beban kerja yang diinginkan pada sistem akan mengacu pada kapasistas kinerja sistem e-voting. Karena tidak semua kinerja sistem
e-voting sesuai dengan sistem pemilu di Indonesia, maka yang diinginkan pada sistem tersebut akan disesuaikan dengan kebijakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pengambilan Data dan SimulasiRequest
14
Analisis dan Prediksi Kinerja.
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai analisis data
serta pembahasan mengenai hasil pengujian kinerja pada server CLA.
Parameter yang diukur dalam pengujian kinerja pada server CLA adalahresponse time. Analisis dilakukan berdasarkan data hasil pengukuran yang disajikan dalam bentuk grafik.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SistemE-VotingPilkada BogorMekanisme yang digunakan pada sistem e-voting pilkada Bogor adalah
sama halnya dalam tata cara dengan pelaksanaan pemilihan konvensional,
namun berbeda dalam hal interaksi voter dengan sistem. Jika pada pemilihan konvensional, votermelakukan pemilihan dengan kertas suara, maka pada sistem e-voting, voter dapat memilih lewat perangkat mesin voting berupa PC desktop, laptop, ataupun PC tablet yang disediakan oleh panitia.
Sistem e-voting ini terdiri dari tiga komponen utama dalam implementasi penyelenggaraan pilkada Bogor yakni mesin voting, Central legitimization Agency(CLA), danCentral Tabulating Facilities(CTF).
Mesin voting merupakan komponen yang berinteraksi langsung dengan
pemilih, dimana pemilih dapat melakukan proses pemberian suara untuk kandidat yang dipilihnya. Central Legitimization Agency (CLA) adalah server pertama yang merupakan badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih, server CLA mempunyai pangkalan data yang menyimpan data. Pangkalan data ini tidak dapat diperlihatkan pada pihak lain sekalipunCentral Tabulating Facilities(CTF).
Setiap proses yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan
verifikasi pilihan, harus melakukan pengecekan langsung dengan Central
legitimization Agency(CLA) melalui mesin voting.Central Tabulating Facilities
(CTF) adalah server kedua yang merupakan badan tabulasi atau penghitungan suara. Pangkalan data yang terdapat pada Central Tabulating Facilities (CTF) berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya untuk masing-masing kandidat.
Kebutuhan utama untuk kinerja sistem e-voting pilkada Bogor terjadi pada proses mesin voting dan sever CLA, dimana proses pemilihan oleh voter pada mesinvotingharus terlebih dahulu adanya proses komunikasi terhadapseverCLA yang memiliki tugas utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih sehingga
voterdapat melakukan proses pemilihan selanjutnya. Dimana kinerja server CLA harus mampu menanggani apabila dengan jumlahvoteryang lebih besar.
Mesin voting merupakan satu unit Personal Computeryang dijalankan
dengan sistem operasi Microsoft Windows client. Lingkungan sistem pada mesin
votingsebagai berikut:
a. Apache FriendsXAMPP sebagai serverweb. b. MySQL sebagai serverdatabase.
c. PHP sebagai bahasa pemrograman. d. Mozilla Firefox sebagaibrowser.
15
Fungsi utama dari mesin voting adalah untuk melakukan pemilihan dan
menyimpan sementara hasil pemilihan sebelum dikirim ke server CTF untuk dilakukan perhitungan suara.
Server Central Legitimization Agency (CLA)merupakan satu unit Personal Computeryang dijalankan dengan sistem operasiMicrosoft WindowsServer 2008. Lingkungan sistem pada server CLA sebagai berikut:
a. MySQL sebagai serverdatabase. b. PHP sebagai bahasa pemrograman.
c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi.
Server CLA merupakan badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas
utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih. Server CLA mempunyai
database yang menyimpan data pemilih baik data diri maupun Unique IdentificationNumber (UID)dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pemilih. Setiap proses yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan verifikasi pilihan harus melakukan pengecekan langsung dengan server CLA melalui mesin
voting.
Server Central Tabulating Facilities (CTF)merupakan satu unit Personal Computeryang dijalankan dengan sistem operasiMicrosoft WindowsServer 2008. Lingkungan sistem pada server CTF sebagai berikut:
a. MySQL sebagai serverdatabase. b. PHP sebagai bahasa pemrograman.
c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi.
Server CTF merupakan badan tabulasi/penghitungan suara. Pangkalan data yang terdapat pada CTF berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya untuk masing-masing kandidat.
Untuk keamanan pengiriman data dalam setiap proses, dilakukan
pengenkripsian data menggunakan.
a. RSA (2048 bits): Enkripsi kunci publik. b. AES (128 bits): Enkripsi kunci simetris. c. SHA-2 (256 bits):Signature/Hashing.
Penentuan Beban Kerja
Beban kerja dalam penelitian ini adalah ditentukan dengan jumlah pemilih yang melakukan request terhadap Server Central Legitimization Agency (CLA)
pada sistem e-voting dalam waktu yang hampir bersamaan, berdasarkan data
pemilih yang ada dari wilayah KPU Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Pemilih (KPU Kota Bogor, 2012).
No Kecamatan Jumlah Pemilih Terdaftar Jumlah
TPS
Jumlah Bilik Suara
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Bogor Selatan 58.033 55.458 113.491 284 1.136
2 Bogor Timur 30.858 30.785 61.643 182 728
3 Bogor Utara 51.458 51.912 103.370 255 1.020
4 Bogor Tengah 37.009 36.312 73.321 195 780
5 Bogor Barat 67.887 67.070 134.957 345 1.380
6 Tanah Sareal 58.727 57.520 116.247 325 1.300
16
Berdasarkan dari Tabel 1 total jumlah pemilih yang terdaftar pada Wilayah Kota Bogor sebesar 603.029 pemilih dengan total jumlah TPS 1.586 dan total jumlah bilik suara 6.344, maka dengan data ini dapat diasumsikan bahwa jumlah pemilih yang akan melakukan proses pemilihan dengan waktu yang hampir bersamaan dapat ditentukan berdasarkan dari total jumlah bilik suara.
Dengan begitu maka penentuan beban kerja yang merupakan jumlahrequest
terhadap ServerCentral Legitimization Agency(CLA) pada sisteme-votingdalam waktu yang hampir bersamaan dapat di asumsikan berdasarka data jumlah total bilik suara.
Pengambilan Data dan Simulasi Request
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan metode simulasi pengukuran yang di dapat berdasarkan parameterresponse time dengan variabel beban kerjarequest.
Pengujian response time dilakukan untuk mengetahui seberapa lama server CLA dapat melayani satuvoter untuk terotentikasi. Pengujian dilakukan dengan mengakses halaman login pada sisteme-voting
Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah perangkat lunak Apache JMeter (Jing, 2010). Perangkat lunak ini adalah alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian kinerja dari sebuah aplikasi berbasis web, perangkat ini dapat mensimulasikan sejumlah pengguna sebagai klien virtual dan mensimulasikan HTTPrequestyang diinginkan.
Apache JMeter merupakan aplikasi java desktop, JMeter tidak melakukan proses renderingHipertext Transport Protocol(HTTP)requestlayaknyabrowser,
karena sifatnya hanya simulasi. Data yang terukur oleh Jmeter adalah response
time yang didapat dari mulai HTTP request diberikan sampai seluruh data
halaman berhasil di tampilkan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan salah satu komputer (mesin voting) yang digunakan untuk mensimulasikan sejumlah pemilih virtual, atau
dalam JMeter disebut thread. Pengujian dilakukan dengan mengubah jumlah
request yang dilakukan secara bersamaan ke server CLA mulai dari 1000, 2000,
3000, 4000, 5000 dan 6000 request, dengan data jumlah request ini dapat
mengasumsikan berdasarkan data jumlah bilik suara yang berada di tabel 1.
Simulasi jumlah request ke server CLA yang akan diambil sampel datanya pada halaman login yang merupakan proses otentikasi voter terhadap sistem e-voting. Ramp-up periode yang digunakan adalah 1 detik, berarti total jumlah
requestpada setiap halam yang diberikan oleh voterdijalankan seluruhnya dalam waktu 1detik.
Setiap melakukan pengukuran untuk parameter response time pengujian dilakukan 10 kali pengulangan agar mendapatkan data yang lebih relevan.
Misalnya, pengujian pada halaman login untuk 100 request dalam 1 detik
17
Gambar 6 Simulasi Pengujian SistemE-Voting
Spesifikasi perangkat keras pada server CLA dan mesin voting dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Perangkat Keras pada Server CLA dan MesinVoting
Spesifikasi Manufaktur Prosesor Ram Adapter
jaringan
Spesifikasi perangkat lunak pada server CLA dan mesin voting dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi Perangkat Lunak pada Server CLA dan MesinVoting
Spesifikasi Sistem operasi Web server Database Tools
Server CLA Windows Server
Standard 2008 Apache 2.4.3
MySQL
5.5.29 x64
-MesinVoting Windows8
pro 32-bit -
-Apache JMeter 2.9
Analisis dan Prediksi Kinerja
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai analisis data
serta pembahasan mengenai hasil pengujian kinerja pada server CLA.
18
Halaman login merupakan halaman utama yang berfungsi untuk melakukan proses otentikasivoter sehingga dapat melakukan proses akses kedalam sistem e-voting berikutnya. Halaman login diuji dengan menggunakan HTTP request
denganMethode Postdan dicantumkan variabel login yaituUID.
Pengujian dilakukan masing-masing 10 kali untuk tiap jumlah request ke server CLA dan diambil rata-ratanya. Dari pengukuran JMeter dapat diperoleh seberapa lama server CLA dapat melayani request yang datang. Jadi ketika ada banyak requestotentikasi terhadap server CLA, maka seberapa lama server CLA akan melayani seluruh otentikasi tersebut. Berikut hasil dalam bentuk grafik pada Gambar 7:
Gambar 7 GrafikResponse Time
Pada Gambar 6 menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah request yang
simultan memberikan kenaikan nilai response time yang signifikan terhadap sistem, hal ini sesuai dengan beban kerja server CLA yang meningkat dalam memproses sistem dalam jumlah banyak sekaligus.
Untuk dapat mengevaluasi hasil percobaan, dilakukan acuan terhadap
response time yang memenuhi kriteria yang acceptable dalam sebuah aplikasi berbasis web. Jakob (2003), menyebutkan bahwaresponse timedengan kategori < 1 detik merupakan kriteria response timecepat yang membuat pengguna mengalir dan tidak terganggu, dan <10 detik adalah batas minimal untuk pengguna fokus terhadap suatu halaman, selebihnya maka pengguna tidak akan fokus dan kemungkinan akan meninggalkan halaman. Dalam penelitian ini digunakan batas 10 detik tersebut sebagai referensi batasan nyaman yang ingin dicapai untuk beban maksimal yang diberikan kesistem.
Jika dilakukan perbandingan, maka perolehan hasil ini masih dalam target pencapaian batas kriteria response time dalam kategori yang diterima. Untuk
beban yang paling rendah dengan jumlah 1000 request, sistem masih dapat
memberikan response time dibawah 4 detik, sedangkan untuk beban terbesar
dengan jumlah 6000 request, besarnya response time maksimal yang diperoleh
0.00
1000 2000 3000 4000 5000 6000
19
adalah 9,13 detik. Hasil ini masih dalam target pencapaian yaitu dibawah <10 detik.
Dilihat dari analisis tersebut maka dapat dikatakan bahwa hasil uji kinerja
server CLA pada sistem e-voting masih dapat memenuhi target yang ingin
dicapai. Dengan pengujian ini server CLA pada sistem e-voting telah diprediksi untuk dapat bekerja dengan kinerja yang baik pada kondisi jumlah bebanrequest
yang masih dapat di tangani.
5 SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanKesimpulan yang di dapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari halaman login yang diuji pada asumsi jumlah beban request maksimal
6000 didapatkanresponse timerata-rata adalah 9,13 detik.
2. Jika dibandingkan dengan standar acuan kenyamanan response time10 detik yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa
server CLA dalam merespons request otentikasi pada sistem e-voting
tergolong memenuhi kriteria nyaman untuk beban maksimal yang
diantisipasi.
3. Kenaikan jumlah beban request secara simultan sebanding dengan response time. Makin banyak request yang diberikan dalam satuan waktu, maka akan makin lamaresponse timeyang di dapat.
Saran
Pada penelitian ini sistem yang dikembangkan belum sempurna masih
memiliki kelemahan dan kekurangan sehingga diharapkan dapat terus
dikembangkan dan diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Beberapa rekomendasi saran yang bisa dijadikan acuan untuk penelitian ke depan diantaranya adalah :
1. Dalam penelitian ini hasil pengujian hanya pada analisis dari kinerja server CLA, oleh karena itu diharapkan dapat dibuat suatu model biaya dan
analisis biaya untuk membuat rencana implementasi sistem e-voting
Pilkada Kota Bogor kedepannya.
2. Pada penelitian ini hanya dilakukan pada parameterResponse Time,untuk mencapai kinerja sistem yang baik diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan menambahakan pada parameter sumber daya berupa CPU dan memori.
3. Parameter kinerja yang digunakan dapat diperbanyak lagi berdaarkan metrik kinerja, sehingga pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan lebih detil dan seksama.
20
DAFTAR PUSTAKA
Azhari R. 2005.E-Voting.Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
DuFeu D, Harris J. 2001. Online Election System, 95.413 Project Report, Carleton University.
Gunawan F. 2013. Perbandingan Kinerja Layanan Web Restful Asp.Net dan
Symfony Pada E-voting[skripsi].Depok (ID):Universitas Indonesia.
Irfan K. 2008. Uji Coba Aplikasi Apache Web Server Pada Jaringan Lokal
Internet Protocol Version 6 (IPV6) Dengan Metode Tunneling Teredo. [Skripsi]. Depok (ID):Universitas Indonesia. Departemen Teknik Elektro.
Jing, Lan. 2010. JMeter-based Aging Simulation of Computing System,
International Conference on Computer, Mechatronics, Control and Electonic Engineering(CMCE). 123-131
Jananto A, Supriyanto E. 2006. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi. Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK Volume XI,No. 2: 84-92
Kusumah F. 2012. Desain E-voting Pilkada Kota Bogor Menggunakan Protokol
Two Central Facilities Yang Dimodifikasi [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
KPU Kota Bogor. 2012. Data Pemilih Kota Bogor.
Jakob. 2003.Usability Engenering.California: Academic Press. 45-78.
Prayatna K. 2012. Pengembangan Sistem Otentikasi Voter Pada Central
Legitimization Agency (CLA) Menggunakan Media Mifare Smart Card
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pieters E.Hubbers, 2004. Ries - internet votingin action. Technical report, Institute for Computing and Information Sciences, University of Nijmegen.
Rokhman, Ali. 2011. Prospek dan Tantangan Penerapan e-Voting di
Indonesia. Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, 7 Juli 2011. Universitas Terbuka, Jakarta.
Sireesha J, Chakchai .2005. Secure Virtual Election Booth with Two Central Facilities. Department of Computer Science Washington University in St. Louis. USA.
21
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel data pengujian
Jumlah Request
Response Time Rata-Rata (s) pada pengambilan data ke- Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
22
Lampiran 2. Diagram alir otentikasi card identity pada CLA (Prayanta 2012)
Mulai
MesinVoting Server CLA
Membangkitkan pasangan kunci
publik RSA
Pengiriman pasangan kunci publik ke server CLA
23
24
Lampiran 4 Halaman Login
Lampiran 5 Halaman surat sua gin
Lampiran 6 Halaman
Lampiran 7 Halaman
an pertanyaan keyakinan pemilih terhadap kandi
an bukti elektronik telah memilih kandidat
25
26
RIWAYAT HIDUP
Asep Taufik Muharram, dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 28 Oktober 1984 sebagai anak terakhir dari ayah H. Endang Sulaeman dan ibu Hj. Tintin Martini. Penulis mempunyai empat kakak yaitu Han-Han Hanifah, Inayati, Ami, Lia Amalia tulkhoeriyah.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMAN 8 Tasikmalaya dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Teknik Informatika. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Dua (S2) di Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor.
Penulis saat ini sebagai pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan SMK Tunas Media.