• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan Pada Ibu Hamil Di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan Pada Ibu Hamil Di Bogor"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT SKRIPSI

PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM SPESIFIK

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)

PADA IBU HAMIL DI BOGOR

IRMA RATNA ARMEIDA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM SPESIFIK 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)

PADA IBU HAMIL DI BOGOR

IRMA RATNA ARMEIDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)
(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Pengetahuan Program Spesifik 1000 Hari

Pertama Kehidupan pada Ibu Hamil di Bogor”.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada papa dan mama yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tulus dan atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril maupun materi selama menempuh pendidikan. Adik-adik tersayang (Mariska Ratna Sundari,S. Sos, Risky Prana Disastra, Nadila Ratna Dilasari, Dani Prana Dinata) dan untuk Eko P. Doni, SH yang selalu memberi semangat dan menjadi inspirasi bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah dengan sabar membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi dalam memberi arahan, kritik, motivasi dan bimbingan. Ucapan terima kasih juga untuk Prof. Dr. M.Rizal M.Damanik, MRepSc, PhD yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dan penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Terima kasih kepada pihak Puskesmas Semplak, Puskesmas Pasir Mulya, Puskesmas Lewiliang, dan Puskesmas Ciampea, seluruh responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terbaik Rama Tina, S.Gz, teman-teman sesama tim penelitian Prien dan Sofya serta teman-teman Alih Jenis Gizi Masyarakat Angkatan 7 atas semua saran, motivasi, bantuan, dan dukungannya selama ini, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan pelaksanaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(7)
(8)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan pada Ibu Hamil di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(9)
(10)

ABSTRAK

IRMA RATNA ARMEIDA. Pengetahuan tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan pada Ibu Hamil di Bogor. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Pengetahuan ibu yang baik mengenai 1000 HPK penting terutama bagi kualitas kehamilan maupun kesehatan anak dan merupakan salah satu dasar terjadinya perubahan perilaku gizi untuk menurunkan masalah gizi. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengetahuan tentang program spesifik 1000 HPK pada Ibu Hamil di Kota dan Kabupaten Bogor. Responden penelitian sebanyak 100 ibu hamil di empat puskesmas di Bogor. Data 1000 HPK didapat dengan cara wawancara terstruktur kepada contoh, antara lain data karakteristik contoh dan data karakteristik keluarga. Data sekeunder seperti data status hemoglobin diperoleh dari data rekam medis di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat pengetahuan program spesifik yang kurang. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan program spesifik dengan usia contoh, pekerjaan contoh, paritas, besar keluarga, pekerjaan suami, pendapatan perkapita. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan program spesifik dengan pendidikan contoh dan pendidikan suami. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan program spesifik terkait masa kehamilan dengan status gizi contoh. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan program spesifik terkait masa kehamilan dengan status hemoglobin contoh di kota. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan program spesifik pada contoh di wilayah kota dan kabupaten.

Kata kunci: pengetahuan, program spesifik 1000 HPK, ibu hamil, status gizi

ABSTRACT

IRMA RATNA ARMEIDA. The knowledge about Specific Program of 1000 First Days of Life in Pregnant Women in Bogor. Supervised by HARDINSYAH.

(11)

knowledge on specific program and the maternal education as well as pregnant women's nutritional status. There was no significant correlation between level on specific program knowledge about maternal education and status of hemoglobin in urban areas. There was a significant difference between the knowledge on the specific program of subjects in the city and district area.

(12)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 3

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu 5 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakterisitik Contoh 8

Karakteristik Keluarga 11

Status Gizi 12

Pengetahuan Program Spesifik1000 HPK 13 Hubungan Pengetahuan Program Spesifik dengan Status Gizi 22 Hubungan Pengetahuan Program Spesifik dengan Karakteristik Contoh

23

Hubungan Pengetahuan Program Spesifik dengan Karakteristik Keluarga

27

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Program Spesifik di Kota dan Kabupaten

31

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

(13)

ii

DAFTAR TABEL

1 Kategori Variabel Peneltitan 7 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh 9 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh 11 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi 12 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program

spesifik terkait kehamilan

13

6 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta

16

7 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan program spesifik

21

8 Sebaran contoh di kota berdasarkan pengetahuan program spesifik dan status gizi

22

9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik usia contoh

24

10 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendidikan contoh

25

11 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik jenis pekerjaan contoh

26

12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik paritas contoh

27

13 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik besar keluarga

28

14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendidikan suami

29

15 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pekerjaan suami

29

16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendapatan perkapita

30

17 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dan wilayah domisili

31

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengetahuan tentang program spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada ibu hamil di Bogor

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah peningkatan kualitas manusia. Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa ini. Penanganan yang tepat pada awal kehidupan anak yang dilahirkan akan menentukan kualitas hidup mereka di kemudian hari (Mawaddah et al 2006).

Periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena masalah yang timbul selama periode ini sifatnya permanen dan tidak dapat diubah. Salah satu masalah yang akan ditimbulkan antara lain gangguan pada pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan mental dan kecerdasan. Dampak akan terlihat saat usia dewasa yang bisa ditandai dengan tidak optimalnya ukuran fisik dan kualitas kerja yang tidak kompetitif dan mumpuni, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Bappenas 2012).

Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sekitar 10.2 % dan prevalensi balita yang mengalami stunting, wasting, dan underweight masing-masing sebesar 37.2%, 12.1%,19.6 %. Dalam jangka pendek dari masalah ini akan menimbulkan yang terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit tidak menular dan disabilitas pada usia tua. Secara tidak langsung, hal ini akan ada kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa kedepannya (Bappenas 2013).

Global SUN Movement bertujuan untuk menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 HPK yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan. Gerakan SUN Movement di Indonesia dikenal dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Adapun program yang dilakukan pada gerakan 1000 HPK terdiri dari program spesifik dan program sensitif. Program spesifik dilakukan langsung terhadap kelompok sasaran 1000 HPK oleh sektor kesehatan, yaitu ibu hamil, bayi 0—6 bulan, dan bayi 7— 23 bulan sedangkan program sensitif merupakan kegiatan yang dilakukan lintas sektor dengan sasaran masyarakat umum, yang dampaknya sensitif keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 hari pertama kehidupan (Bappenas 2013a).

(15)

2

merupakan komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi untuk menurunkan masalah gizi. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan ibu yang baik mengenai 1000 HPK mengingat pentingnya peran gizi pada periode tersebut.

Hasil penelitian Amrin (2011) mengenai pengetahuan dan sikap gizi dan praktik konsumsi susu terhadap 30 orang ibu hamil di Kota dan Kabupaten Bogor menunjukkan lebih dari separuh responden (55.7%) mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang kurang. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang program 1000 HPK bagi ibu hamil dan dampaknya pada generasi yang akan dilahirkan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan mempelajari pengetahuan tentang 1000 HPK pada ibu hamil di Bogor.

Tujuan

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan ibu hamil tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Tujuan khususnya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik subjek, paparan media, karakteristik keluarga, status gizi, dan pengetahuan ibu hamil tentang pengetahuan program spesifik 1000 HPK mengenai kehamilan dan perawatan anak usia baduta.

2. Menganalisis hubungan status gizi dengan pengetahuan ibu hamil tentang pengetahuan program spesifik 1000 HPK mengenai kehamilan.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik ibu hamil (usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas) dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang pengetahuan program spesifik 1000 HPK mengenai kehamilan dan perawatan baduta.

4. Menganalisis perbedaan pengetahuan tentang program spesifik 1000 HPK mengenai kehamilan dan perawatan baduta pada ibu hamil di wilayah kota dan kabupaten

Manfaat

(16)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, penanganan gizi yang kurang baik selama masa ini akan menyebabkan permasalahan gizi yang sifatnya siklis dan menyeluruh. Salah satu program perbaikan gizi untuk mengatasi permasalahan ini dikenal dengan Gerakan 1000 hari pertama kehidupan. Fokus awal perhatian untuk 1000 HPK ini dimulai ketika masa kehamilan, untuk itu penting bagi ibu hamil untuk tahu tentang penanganan gizi yang baik selama masa kehamilan hingga kelahiran dan anak berusia 0-23 bulan.

Faktor-faktor yang diduga ikut mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang 1000 HPK antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas. Sedangkan karakteristik keluarga yang turut berkontribusi adalah besar keluarga, pendidikan suami, pekerjaan suami dan pendapatan keluarga. Selain itu, paparan media yang didapat ibu hamil dari berbagai media juga memberi peranan terhadap pengetahuan ibu hamil.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan mengenai 1000 HPK juga akan meningkat. Selain itu, ibu hamil akan bersikap terbuka dalam menerima informasi yang turut berkontribusi langsung pada pengetahuan. Pendidikan yang baik diharapkan dapat berdampak terhadap jenis pekerjaan yang sesuai sehingga bisa memperoleh pendapatan yang layak dan paparan informasi yang lebih baik. Pendapatan yang layak juga akan memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap akses informasi dari media. Selain itu, status pekerjaan ibu hamil dan suami yang akan erat kaitannya dengan kemudahan menerima informasi terkait 1000 HPK. Tingkat pendapatan perkapita juga diduga sangat mempengaruhi pengetahuan, pada keluarga dengan pendapatan tinggi terdapat kecenderungan memiliki kesempatan dan fasilitas yang lebih besar dalam mengakses informasi.

Diharapkan dengan pengetahuan mengenai 1000 HPK yang baik, maka seorang ibu akan semakin mengerti akan penanganan gizi selama kehamilan, kelahiran, hingga generasi yang akan dilahirkan. Hal ini akan dapat mencegah timbulnya permasalahan gizi di masa yang akan datang.

(17)
(18)

5

Keterangan:

= Variabel yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengetahuan tentang program spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada ibu hamil di Bogor

METODE

Desain Tempat, dan Waktu

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan Mei s/d Juli 2015 yang dilaksanakan di dua puskesmas terpilih, yaitu Puskesmas Pasir Mulya dan Puskesmas Semplak untuk daerah Kota Bogor, serta Puskesmas Ciampea dan Puskesmas Leuwiliang untuk daerah Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan wilayah kerja yang paling besar dan jumlah kunjungan ibu hamil ke Puskesmas yang paling banyak, kemudahan akses lokasi dan perolehan izin.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Penelitian ini menggunakan populasi ibu hamil dengan usia kehamilan Trimester I,II dan III dengan kriteria inklusi ibu hamil yang terdaftar dan menetap di lokasi penelitian yang melakukan kunjungan KIA ke puskesmas ataupun yang datang ke Posyandu pada saat penelitian berlangsung, serta bersedia menjadi responden penelitian dan diwawancara. Sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah responden yang pindah tempat tinggal saat pengambilan data atau mengundurkan diri menjadi sampel penelitian. Pengambilan contoh dilakukan dengan purposive sampling, dengan minimal jumlah contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n > Zα2 x p x (1-p) d2

(19)

6

yang berasal dari wilayah kota dan 50 sampel yang berasal dari wilayah kabupaten.

Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap ibu hamil yang menjadi contoh dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga. Karakteristik contoh meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan paparan media. Karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan dan pekerjaan serta pendapatan/kapita/bulan. Pengetahuan gizi ibu hamil diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap pertanyaan mengenai program spesifik 1000 hari pertama kehidupan.

Data sekunder yang digunakan adalah data mengenai status Hb ibu hamil yang didapat dari pemeriksaan langsung dari Puskesmas yang tercantum dalam register rekam medis ataupun pencatatan pemeriksaan kadar Hb di buku KIA. Data LLA ibu hamil di dapat dengan cara pengukuran langsung terhadap contoh untuk melihat status gizi contoh.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengolahan data dimulai dari editing, coding, entri, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 13 for windows.

Uji beda berdasarkan wilayah untuk setiap data yang tersebar normal menggunakan uji Independent Sample T-test. Korelasi antara variabel yang tersebar normal diuji menggunakan Pearson dan korelasi antara variabel yang tersebar acak diuji menggunakan Spearman.

Karakteristik contoh meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan, paritas. Usia dibedakan menjadi >20 tahun; 20-35 tahun; dan <35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil dikelompokkan menjadi tidak tamat SD; tamat SD/sederajat; tamat SMP/sederajat; tamat SMA /sederajat; Tamat PT. Pekerjaan contoh dibedakan berdasarkan status dan jenis pekerjaan, yaitu: tidak bekerja, pegawai swasta; wiraswasta; TNI/ABRI; PNS; buruh; dan lainnya. Paritas dikategorikan menjadi tiga yaitu <1 kali, 1-2 kali, >2 kali.

(20)

7

keluarga di kelompokkan menjadi tiga, yaitu kecil (≤ 4 orang); dan besar (≥ 4

orang).

Pengetahuan contoh diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap pertanyaan mengenai kehamilan, perawatan baduta terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan, untuk keseluruhan jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Tapi, jawaban benar untuk pertanyaan yang berkenaan dengan masa kehamilan yang terkait langsung dengan status gizi ibu hamil diberi skor 2, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Pengetahuan contoh dikelompokkan menjadi: baik (skor > 80%); sedang (skor 60-80%); dan kurang (skor <60%).

Status gizi contoh diperoleh dengan menilai dari hasil pengukuran Lingkar lengan contoh, hasil dikategorikan jika < 23.5 cm menunjukan Kurang Energi Kalori, dan > 23.5 cm menunjukan keadaaan gizi normal. Selain itu, status gizi juga didapat dari hasil pemeriksaan kadar Hb darah, hasil dikategorikan anemia apabila kadar Hb ibu hamil < 11 gr/dl dan tidak anemia bila kadar Hb ibu hamil > 11 gr/dl. Namun, data kadar Hb ibu hamil yang bisa dianalisis hanya data yang di kota saja, karena ketidaklengkapan data kadar Hb ibu hamil yang di kabupaten.

Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 1 Kategori variabel penelitian

No. Variabel Kategori Sumber 1. Paritas 1. < 1 kali

2. 1-2 kali

3. > 2 kali

2. Besar keluarga 1. Besar (> 4 orang) BKKBN

1996

2. Kecil (≤ 4 orang)

3. Pendidikan formal 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

-

3. Tamat SMP/sederajat

4. Tamat SMA/sederajat 5. Tamat Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan 1. PNS -

2. Wirausaha

3. TNI/ABRI

4. Pegawai Swasta

5. Buruh

6. Tidak bekerja/Ibu rumah tangga

5. Status gizi ibu hamil 1. KEK jika LLA< 23.5cm Supariasa

- Lingkar Lengan Atas 2. Normal jika LLA ≥23.5cm 2001

- Kadar Hb 1. Anemia jika < 11 gr/dl

2. Normal jika ≥ 11 gr/dl

6. Pengetahuan program spesifik 1000 HPK

1. Kurang <60 Mawaddah et al 2006 2. Cukup = 80-60

(21)

8

Definisi Operasional

Ibu hamil adalah perempuan yang sedang mengandung dengan usia kehamilan Trimester I, II dan III.

Umur adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihitung dari tahun kelahiran hingga saat penelitian.

Paritas adalah jumlah kehamilan dan lahir hidup yang pernah dialami oleh ibu hamil.

Karakteristik keluarga adalah keragaan keluarga ibu hamil yang ditunjukkan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan besar keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota dalam satu keluarga ibu hamil yang

keluarga kecil (≤ 4 orang), dan keluarga besar (> 4 orang).

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh ibu hamil/keluarga.

Pekerjaan adalah mata pencaharian ibu hamil /keluarga.

Pendapatan perkapita adalah jumlah pendapatan perkapita anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

Paparan media adalah sumber media informasi yang paling sering digunakan diakses oleh ibu hamil baik itu media massa ataupun media elektronik. Pengetahuan 1000 HPK adalah pemahaman dan wawasan contoh mengenai

program 1000 HPK.

Pengetahuan Program spesifik 1000 HPK adalah pemahaman dan wawasan ibu hamil mengenai intervensi dalam program spesifik 1000 HPK yang mencakup intervensi selama masa kehamilan, perawatan baduta.

Pengetahuan kehamilan adalah pemahaman dan wawasan ibu hamil tentang gizi dan kesehatan.

Pengetahuan perawatan baduta adalah pemahaman dan wawasan ibu hamil tentang baduta.

Status gizi contoh adalah keadaan kesehatan tubuh ibu hamil yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi dam penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) dan kadar Hb.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

(22)

9

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Karakteristik

Rata-rata±SD 28.6±5.5 26.1±5.7 27.4±5.7

Pendidikan

Usia berkaitan erat kematangan berfikir seseorang yang berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan untuk menentukan jenis aktifitas yang paling tepat. Seseorang yang masih muda memiliki produktifitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang yang berusia lebih tua, hal ini dikarenakan masih baiknya kesehatan dan kondisi fisik pada orang yang berusia lebih muda (Khomsan et al 2009). Sebagian besar usia contoh termasuk ke dalam usia 20-35 tahun, dengan persentase contoh yang usianya < 20 tahun lebih tinggi pada contoh di kabupaten. Namun untuk persentase kategori usia >35 tahun lebih tinggi di kota. Rata-rata usia untuk contoh di kota 28.6±5.5 tahun dan 26.1±5.7 tahun untuk contoh di kabupaten.

(23)

10

terlihat bahwa contoh yang di kota memiliki kecenderungan tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada contoh yang di kabupaten. Diketahui bahwa contoh yang di kota berpendidikan SMA lebih banyak bila dibandingkan dengan kabupaten. Selain itu, juga terdapat 22.0% contoh di kota berpendidikan hingga perguruan tinggi, dan hanya terdapat 4.0% untuk contoh di kabupaten. Ulfa (2006) mengatakan bahwa tingkat pendidikan formal ibu berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu akan sejalan dengan peningkatan wawasan berfikirnya yang akan menyebabkan lebih banyak informasi yang diserap.

Sebagian besar contoh diketahui tidak bekerja dengan persentase di kota lebih besar dibanding kabupaten. Sebanyak 2.0% contoh di kota bekerja sebagai buruh dan PNS dan hanya 2.0% contoh di kabupaten bekerja sebagai wirausaha. Khomsan et al (2006) berpendapat bahwa jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima, karena itu menjadi salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas makanan dan kesehatan. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan konsumsi, kesehatan diri dan keluarga.

Persentase terbesar contoh termasuk ke dalam kategori paritas pada rentang 1-2 kali, contoh yang memiliki paritas 1-2 kali lebih banyak di kota daripada contoh di kabupaten. Sebagian kecil termasuk ke dalam kategori paritas >2 kali. Budiman (2014) mengatakan bahwa paritas merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pengalaman. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi, hal tersebut akan memberikan arah pencarian yang dapat dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain yang bisa mempengaruhi prilaku.

Kategori usia kehamilan dibagi berdasarkan atas tiga kelompok besar, yaitu Trimester I untuk contoh dengan usia kehamilan 0-12 minggu, Trimester II untuk contoh dengan usia kehamilan 13-24 minggu dan Trimester III untuk contoh dengan usia kehamilan 25-37 minggu. Sebagian besar contoh mempunyai usia kehamilan yang tergolong Trimester ke-II. Usia kehamilan contoh yang paling sedikit untuk wilayah kota ada pada kategori usia kehamilan Trimester I, dan Trimester III untuk wilayah kabupaten.

Secara umum, contoh yang berasal dari daerah kota lebih banyak yang terpapar media bila dibandingkan dengan contoh yang berasal dari wilayah kabupaten. Contoh yang berasal dari daerah kota sebagian besar sudah terpapar media televisi dan persentase terkecil ada pada media Handphone dengan fitur internet yang bisa diakses sepanjang waktu, sedangkan persentase contoh yang paling sedikit pada daerah di kabupaten terdapat pada media cetak.

(24)

11

termasuk juga pamflet, poster ataupun brosur yang biasa terpajang di Puskesmas/Posyandu dan di jalan-jalan.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang dianalisis meliputi besar keluarga, pendapatan per kapita, dan pendidikan orang tua. Data mengenai sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh

Karakteristik Keluarga Kota Kabupaten Jumlah

n % n % n %

Besar Keluarga

Besar (>4 orang) 7 14.0 9 18.0 16 16.0

Kecil (≤4 orang) 43 86.0 41 82.0 84 84.0

Jumlah 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Tingkat Pendidikan suami

SD 2 4.0 16 32.0 18 18.0 SMP 10 20.0 17 34.0 27 27.0 SMA 29 58.0 14 28.0 43 43.0 Perguruan tinggi 9 18.0 3 6.0 12 12.0

Jumlah 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Jenis Pekerjaan suami

Karyawan Swasta 33 66.0 11 22.0 44 44.0

Wirausaha 5 10.0 17 34.0 22 22.0

PNS 0 0.0 2 4.0 2 2.0

Buruh 12 24.0 20 40.0 32 32.0

Jumlah 50 100.0 50 100.0 100 100.0

Pendapatan perkapita (Rp)

<500 000 5 10.0 19 38.0 24 24.0

500 000- 1 000 000 28 56.0 29 58.0 57 57.0

>1 500 000 17 34.0 2 4.0 19 19.0

Jumlah 50 100.0 50 100.0 100 100.0

x±SD(Rp/Kap/bulan) 1 020 911 ± 636 165

616 376 ±293 703

818 643 ±533 226

Ukuran rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumber daya yang sama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara keseluruhan, sebagian besar subjek termasuk dalam kategori keluarga kecil. Terdapat 14.0% contoh di kota dan 18.0% contoh di kabupaten yang termasuk dalam kategori keluarga besar.

(25)

12

memberikan indikasi bahwa sebenarnya manfaat hasil pembangunan yang diterima oleh rumah tangga pedesaan tidak memadai dibanding dengan perkotaan, pada akhirnya hanya akan memberi efek pada peningkatan produktifitas rumah tangga yang salah satunya melalui pengeluaran untuk pendidikan.

Salah satu sumber pendapatan dalam keluarga tergantung pada jenis pekerjaan. Pekerjaan ini sendiri memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan dan akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonominya. Adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, secara otomatis pendapatan keluarga tersebut setiap bulan akan relatif terjamin (Khomsan 2009). Jenis pekerjaan suami contoh tersebar dalam 4 kategori diantaranya karyawan swasta, wirausaha, PNS dan buruh. Sebagian besar suami contoh bekerja sebagai karyawan swasta, sisanya tersebar sebagai wirausaha, PNS dan buruh. Mayoritas suami contoh di kota bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan suami contoh di kabupaten umumnya bekerja sebagai buruh. Persentase terkecil suami contoh yang tinggal di kota bekerja sebagai wirausaha (10.0%), sedangkan suami contoh yang tinggal di kabupaten bekerja sebagai PNS (4.0%).

Menurut Badan Pusat Statistik (2014), garis kemiskinan di Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebesar Rp 291 474/kap/bulan. Apabila dibandingkan, rata-rata pendapatan perkapita perbulan di kota dan di kabupaten Bogor masih berada di atas garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat tahun 2014. Lebih dari separuh keluarga contoh memiliki pendapatan perkapita perbulan yang ada pada rentang Rp.500 000 - Rp.1 000 000 dengan rata-rata Rp. 818 643±533 226. Terdapat 34.0% contoh di kota dan hanya 4.0% contoh di kabupaten yang memiliki kategori pendapatan perkapita >1 500 000.

Status gizi

Sebagian besar contoh memiliki Lingkar Lengan Atas yang dikategorikan normal dengan persentase terbesar ada pada contoh di kota, hanya terdapat 16.0% contoh yang diketahui KEK untuk contoh yang di kota dan sebanyak 28.0% untuk contoh di kabupaten. Data mengenai sebaran contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status gizi Kota Kabupaten Jumlah

N % n % n %

Lingkar lengan atas

KEK (<23.5 cm) 8 16.0 14 28.0 22 22.0

Normal (≥23.5 cm) 42 84.0 36 72.0 78 78.0

Jumlah 50 100.0 50 100.0 100 100.0 x±SD 26.2±3.3 25.3±3.0 25.7±3.1 Kadar hemoglobin

Anemia (<11 g/dL) 17 34.0 0 0 0 0

Normal (≥11 g/dL) 33 66.0 0 0 0 0

(26)

13

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar contoh yang berasal dari wilayah kota sudah memiliki status haemoglobin normal, hanya 34.% contoh yang menderita anemia. Sementara untuk data kadar Haemoglobin untuk contoh yang berada di kabupaten tidak diketahui dikarenakan ketiadaan data sekunder yang bisa di analisis. Di wilayah kabupaten belum secara rutin dilakukannya pemeriksaan kadar Haemoglobin karena keterbatasan alat/reagen maupun tenaga medis di lapangan.

Pengetahuan Program Spesifik1000 HPK

Pengetahuan program spesifik 1000 HPK dbagi berdasarkan pengetahuan contoh terkait penanganan pada masa kehamilan yang diajukan sebanyak 22 pertanyaan yang dikumpulkan dengan metode wawancara. Pertanyan-pertanyaan program-program spesifik yang terkait dengan kehamilan ini diantaranya meliputi pemberian Tablet Tambah Darah dan pemeriksaan kehamilan, KIE gizi bagi ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan yang diberikan kepada ibu hamil KEK, KIE penanggulangan dan pengobatan kecacingan pada ibu hamil, promosi pemberian suplementasi Kalsium, konseling menyusui serta penanganan pada kelompok baduta meliputi Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif, promosi Pemberian MP-ASI pada anak, KIE gizi pada anak, suplementasi Zink untuk anak yang mengalami Diare, suplementasi Vitamin A pada balita 6-23 bulan, KIE penggunaan garam beryodium, PMT Pemulihan pada balita gizi kurang, KIE Pengobatan dan Penanggulangan kecacingan pada anak, pemantauan pertumbuhan anak, imunisasi pada baduta.

Tabel 5 dibawah ini menampilkan topik pertanyaan pengetahuan contoh terkait program selama masa kehamilan yang mampu dijawab dengan benar, sebagai berikut:

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait kehamilan

Topik No Pertanyaan Kota Kabupaten Jumlah

n % n % n %

(27)

14

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait kehamilan (lanjutan)

Topik No Pertanyaan Kota Kabupaten Jumlah

N % n % N %

Berdasarkan tabel diatas, pada topik pemberian Tablet Tambah Darah dan pemeriksaan kehamilan, dapat dilihat bahwa hampir semua contoh mengetahui tentang anjuran ini, namun masih kurang dari separuh contoh yang mampu menjawab dengan benar sub-pertanyaan.

Pemberian tablet besi kepada ibu hamil di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1975 dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program seperti melalui pengintegrasian ke dalam pelayanan antenatal care (ANC) oleh bidan terhadap ibu hamil. Pelayanan ini secara rutin telah dilaksanakan oleh puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit umum (RSU), dan klinik-klinik swasta, yaitu dengan cara memberikan tablet tambah darah yang berisi 60 mg ferro dan 0,25 mg asam folat kepada setiap ibu hamil minimal 90 tablet selama hamil (Subarda et al 2011). Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Barat pada tahun 2013, cakupan pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dengan mendapatkan 90 tablet Besi (Fe3) untuk wilayah provinsi Jawa Barat sendiri sudah sebesar 90,32%, angka ini sudah mencapai target nasional (90%).

Topik KIE gizi bagi ibu hamil, hampir separuh contoh sudah tahu tentang program ini. Salah satu kegiatannya adalah penyuluhan-penyuluhan yang rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat Posyandu ataupun Puskesmas. Namun hanya sedikit contoh yang mampu menjawab dengan benar, rendahnya kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan mengenai gizi diduga karena pertanyaan tersebut cukup sulit, dan terbatasnya informasi tentang gizi yang di dapat oleh ibu.

(28)

15

sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita sasaran (Depkes RI 2012).

Mayoritas contoh yang berasal dari kota ataupun kabupaten sudah tahu/mendengar tentang pemberian PMT-Pemulihan ini, namun tidak banyak contoh yang tahu tentang tujuan dan jangka PMT-P, hanya contoh di kota yang mampu menjawab dengan benar. Rendahnya pengetahuan contoh tentang program PMT-Pemulihan ini diduga harena informasi mengenai kegiatan PMT-Pemulihan yang diperuntukan bagi ibu hamil KEK diduga juga terbatas pada ibu hamil yang diketahui KEK dan yang pernah mendapat bantuan PMT-Pemulihan dari Puskesmas.

Hanya sebagian kecil contoh yang tahu dan mampu menjawab sub-pertanyaan terkait topik KIE penanggulangan dan pengobatan kecacingan pada ibu hamil, hal ini di duga karena masih terbatasnya sosialisasi dan promosi kesehatan mengenai kejadian kecacingan yang bisa terjadi selama kehamilan. Mulasari et al (2013) menyebutkan bahwa tinggi rendahnya angka infeksi kecacingan berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan dan pencemaran tanah, hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pemberantasan infeksi kecacingan belum maksimal. Belum maksimalnya upaya ini dikarenakan penyakit tersebut kurang mendapat perhatian oleh petugas kesehatan, sebab dampak yang diakibatkan tidak terlihat secara langsung.

Topik promosi pemberian suplementasi Kalsium, sebagian besar contoh yang berasal dari kota umumnya sudah mengetahui tentang anjuran ini. Mayoritas contoh juga belum bisa menjawab pertanyaan manfaat suplementasi Kalsium. Kegiatan yang terkait dengan Program ini di tingkat Puskesmas hanya terbatas pada promosi saja, sebab belum ada pemetaan kegiatan untuk pemberian suplementasi secara menyeluruh yang diperuntukan bagi ibu hamil. Hasil penelitian Permaesih et al (1999) menyebutkan bahwa pemberian kalsium dalam makanan pada ibu hamil tidak memberi pengaruh yang nyata pada tekanan darah selama kehamilan. Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi ibu hamil baru tercukupi setelah mengkonsumsi suplemen kalsium.

Konseling menyusui juga merupakan salah satu program spesifik pada masa kehamilan lainnya, baik itu contoh yang berasal dari kota ataupun kabupaten umumnya sudah tahu/pernah mendengar tentang program ini, mayoritas contoh juga sudah mampu menjawab sub-pertanyaan dengan benar. Konseling menyusui penting dilakukan untuk menambah pengetahuan ibu tentang pemberian laktasi yang baik pada anak, dan meningkatkan akses ibu, keluarga dan masyarakat terhadap informasi tentang pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat. Materi yang disampaikan dalam konseling menyusui meliputi definisi dan manfaat IMD, perawatan payudara, posisi menyusui dan pelekatan bayi, ketidakcukupan ASI, manfaat memerah ASI, cara memerah ASI, penyimpanan dan cara penyajian ASI perah, bahaya susu formula (Depkes 2007).

(29)

16

Secara keseluruhan, pertanyaan yang sedikit dianggap mudah oleh contoh dan sebagian besar dengan jawaban yang benar adalah terkait dengan program pemberian Tablet Tambah Darah dan Pemeriksaan Kehamilan, PMT-Pemulihan ibu hamil KEK, promosi pemberian suplemen kalsium dan konseling menyusui.

Sedangkan topik yang sebagian contoh menjawab kurang (<60%) salah satunya adalah program KIE gizi bagi ibu hamil, hampir sebagian besar contoh sudah mengenal program ini dengan baik karena adanya kampanye kesehatan yang lebih berfokus pada kesehatan ibu dan anak. Namun demikian, contoh belum sepenuhnya paham tentang gizi yang baik selama kehamilan. Ini bisa disebabkan karena sosialiasi dan penyuluhan yang kurang intensif oleh tenaga kesehatan.

Pertanyaan yang sebagian besar contoh menjawab kurang (<60%) lainnya adalah yang berkaitan dengan program KIE penanggulangan dan pengobatan kecacingan pada ibu hamil. Selain karena kebanyakan contoh belum terpapar dengan informasi yang berkaitan dengan kecacingan pada ibu hamil, informasi tentang kegiatan ini lebih terbatas pada pasien yang memang didiagnosa mengalami kecacingan yang berobat di Puskesmas/Rumah Sakit/Klinik.

Marleta et al (2005) menyebutkan bahwa upaya pemberantasan kecacingan lebih rendah bila dibandingkan dengan penyakit lain seperti DBD, malaria, TB-paru, dsb. Hal ini karena penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian dan dirasa lebih mengkhawatirkan. Sebaliknya, tingginya angka kesakitan kecacingan tidak disadari karena gejala sepintas yang tidak terlihat.

Tabel 6 dibawah ini menyajikan tentang sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta, sebagai berikut:

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta

Topik

No Pertanyaan Kota Kabupaten Jumlah

(30)

17

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta (lanjutan)

Topik

No Pertanyaan Kota Kabupaten Jumlah

n % n % n % 8.3 Tujuan PMT-P balita gizi

(31)

18

Menurut Kemenkes RI (2014), salah satu yang menjadi penyebab masih kurangnya cakupan IMD ada kaitannya dengan dukungan tenaga kesehatan pada saat penanganan pasca persalinan di sarana pelayanan kesehatan tertentu, terutama rumah sakit swasta atau klinik bersalin, berikut dengan terbatasnya edukasi ke masyarakat terkait pentingnya melakukan IMD pasca persalinan serta belum maksimalnya dukungan gerakan 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui) dari berbagai instansi ataupun stakeholder terkait.

Program spesifik lainnya pada kelompok baduta adalah ASI Eksklusif. ASI eksklusif dan lanjutan bagi kesehatan bayi dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi selama tiga bulan pertama kehidupan serta tidak mempengaruhi pola pertumbuhan normal selama tahun pertama kehidupan (Colchero 2015). Disimpulkan bahwa contoh yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan lebih banyak pada contoh yang berasal dari kota dibandingkan kabupaten. Secara umum, contoh yang berasal dari kota maupun kabupaten sudah tahu/pernah mendengar tentang program ASI Eksklusif. Lebih dari separuh contoh sudah mampu menjawab dengan benar sub-pertanyaan terkait topik. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) didapat bahwa capaian bayi dengan ASI eksklusif di Provinsi Jawa Barat sendiri baru mencapai angka 33.65%.

Noer et al (2011) menyatakan bahwa praktik ASI eksklusif di wilayah perkotaan dan pinggiran perkotaan masih rendah berkisar 20-30%, hal ini disebabkan oleh pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif masih kurang dan motivasi menyusui yang rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif menurut Kemenkes RI (2014) diantaranya adanya pemasaran susu formula yang masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, dan masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI.

Promosi pemberian MP-ASI pada anak, mayoritas contoh sudah tahu/pernah mendengar tentang kegiatan ini. Contoh sudah mampu menjawab dengan benar pertanyaan terkait usia pemberian MP-ASI dan komposisinya. Hal ini diduga karena penekanan promosi kesehatan yang terkait dengan MP-ASI baik itu oleh secara langsung oleh tenaga kesehatan di sektor kesehatan, ataupun kampanye melalui media massa dan elektronik.

Defisiensi zinc meningkatkan kecenderungan terjadinya diare dan pneumonia pada anak, dan pemberian zinc pada anak dapat mempercepat penyembuhan. Dosis

dari suplementasi zinc pada penanganan diare akut yaitu 10 mg per hari untuk anak berusia kurang dari 6 bulan dan 20 mg per hari untuk anak berusia lebih dari 6 bulan. Durasi optimal dari terapi zinc yang direkomendasikan oleh WHO/UNICEF pada suatu atau seri terapi yaitu selama 10-14 hari. Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi zinc 10-20 mg per hari selama diare hingga diare berhenti dapat menurunkan keparahan dan lamanya diare pada anak di bawah 5 tahun. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa suplementasi zinc 10-20 mg per hari selama 10-14 hari menurunkan insiden diare pada 2-3 bulan berikutnya (Canani 2006).

(32)

19

Program lainnya yang termasuk program spesifik pada kelompok baduta adalah suplementasi kapsul vitamin A pada anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A pada balita, vitamin A biru diberikan pada bayi 6-11 bulan dengan dosisi 100.000 SI, sedangkan vitamin A berwarna merah diberikan pada anak balita berumur 12-59 bulan dengan dosis 200.000 SI (Depkes 2009). Disimpulkan bahwa sebagian besar contoh baik itu yang berada di kota maupun kabupaten sudah tahu tentang kegiatan yang rutin dilakukan 2 kali setiap tahunnya ini. Pertanyaan mengenai program suplementasi vitamin A yang mampu dijawab secara umum lebih banyak pada contoh yang berada di kota bila dibandingkan dengan kabupaten. Namun contoh masih belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan terkait sasaran pemberian kapsul Vitamin biru dan bulan pemberian. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, cakupan anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan terakhir untuk provinsi Jawa Barat sebesar 81.6%.

Hal yang masih sama terkait pertanyaan program KIE penggunaan garam beryodium, secara umum contoh yang di kota lebih banyak menjawab dengan benar daripada contoh yang tinggal di kabupaten. Hampir keseluruhan contoh sudah tahu/pernah mendengar tentang anjuran ini, pertanyaan yang dianggap sulit oleh contoh adalah apa yang dimaksud dengan garam beryodium, yang mampu dijawab contoh dengan benar sebesar 35.0%. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) diketahui bahwa proporsi rumah tangga yang dikategorikan cukup dalam mengkonsumsi garam beryodium untuk wilayah Provinsi Jawa Barat baru mencapai 68.6%. Untuk wilayah Indonesia, proporsi tertinggi rumah tangga yang cukup mengkosumsi garam beryodium lebih besar pada wilayah perkotaan dibandingkan wilayah pedesaan. Hasil penelitian juga mendapati bahwa tingkat pendidikan kepala RT, maka semakin tinggi pula proporsi garam yang mengandung cukup iodium.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan suatu program gizi melalui pemberian makanan tambahan khusus kepada keluarga miskin yang rawan gizi. Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaaan gizi pada anak yang rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak di bawah garis merah. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut (Depkes 2012). Sebagian contoh sudah tahu/pernah mendengar tentang kegiatan ini (51.0%), tapi hanya sebagian kecil contoh yang bisa menjawab sub-pertanyaan dengan benar.

Infeksi kecacingan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia (Junaidi 2014). Pertanyaan yang berkaitan dengan program KIE pengobatan dan penanggulangan kecacingan pada anak, lebih dari separuh contoh baik itu yang berasal dari kota ataupun kabupaten sudah tahu tentang anjuran ini dan faham mengenai dampak yang terjadi jika anak mengalami kecacingan.

(33)

20

secara dini, untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain.

Berdasarkan penelitian Sugiharti et al (2011) yang mengkaji tentang pemanfaatan Posyandu/Polindes pada ibu hamil di Indonesia, didapat bahwa proporsi pemanfaatan posyandu/polindes sebagian besar pada ibu hamil yang tinggal di pedesaan sebesar 65.5% bila dibandingkan dengan ibu hamil di perkotaan yang hanya 59.9%. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2014) mengatakan bahwa beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu diantaranya permasalahan tersebut adalah dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader.

Hampir seluruh contoh baik yang berasal dari kota ataupun kabupaten yang sudah tahu/pernah mendengar tentang anjuran untuk memantau pertumbuhan anak secara rutin, dan mampu menjawab dengan benar pertanyaaan-pertanyaan terkait penimbangan anak.

Mayoritas contoh sudah tahu/pernah mendengar tentang program imunisasi pada anak, namun contoh masih belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang terkait jenis imunisasi. Program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Di wilayah Indonesia, berdasarkan kelengkapan imunisasi Persentase imunisasi dasar lengkap di perkotaan lebih tinggi (64,5%) daripada di perdesaan (53,7%) dan terdapat 11,7 % anak umur 12-23 bulan di perdesaan yang tidak diberikan imunisasi sama sekali (Riskesdas 2013).

Untuk mengukur kualitas pelayanan imunisasi dapat diketahui dari selisih cakupan imunisasi DPT/HB1 dengan cakupan imunisasi Campak (DO). Semakin besar selisih cakupan imunisasi tersebut menunjukan semakin besar permasalahan program pelayanan imunisasi tersebut. Selisih antara cakupan imunisasi DPT/HB1 dengan cakupan imunisasi Campak di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 adalah sebesar -17,7%. Nilai minus menunjukan adanya permasalahan dalam penetapan sasaran bayi, pelayanan imunisasi tidak seluruhnya dilakukan berdasarkan konsep wilayah pelayanan serta pencatatan pelaporan imunisasi (Dinkes Jawa Barat 2013).

(34)

21

familiar dengan pemberian bubuk Oralit jika dibandingkan suplementasi zinc untuk tatalaksana anak yang mengalami Diare.

Adapun sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan spesifik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan program spesifik

Pengetahuan Program spesifik

Kota Kabupaten Jumlah

N % x±SD (%) n % x±SD (%) n %

Masa Kehamilan

Kurang (<60%) 28 56.0 46.7±11.6 42 84.0 30.5±15.2 70 70.0 Cukup (60-80%) 14 28.0 69.6±5.3 6 12.0 67.6±4.41 20 20.0 Baik (>80%) 8 16.0 103.5±12.4 2 4.0 86.5±24.7 10 10.0 Jumlah 50 100.0 62.2±23.0 50 100.0 37.3±21.1 100 100.0 Perawatan baduta

Kurang (<60%) 25 50.0 44.8±10.1 39 78.0 42.3±11.8 64 64.0 Cukup (60-80%) 23 46.0 67.7±5.4 10 20.0 64.0±4.08 33 33.0 Baik (>80%) 2 4.0 84.0±1.4 1 2.0 90.0±0 3 3.0 Jumlah 50 100.0 56.8±15.3 50 100.0 37.6±14.8 100 100.0

Pengetahuan program spesifik contoh terkait kehamilan sebagian besar berada pada kategori kurang, hanya 10.0% contoh yang berada pada kategori baik dengan persentase tertinggi ada pada contoh yang tinggal di perkotaan. Program spesifik contoh terkait penanganan pada kelompok baduta, mayoritas contoh termasuk ke dalam kategori kurang, terdapat 3.0% contoh yang pengetahuannya berada pada kategori baik. Penyebab rendahnya pengetahuan program spesifik contoh yang terkait kehamilan dan perawatan baduta diduga karena kurang partisipasinya ibu hamil terhadap kegiatan-kegiatan di posyandu dan kurangnya sosialisasi terutama dari petugas kesehatan.

Rata-rata skor pengetahuan spesifik terkait masa kehamilan dan perawatan baduta contoh yang di kota juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan contoh yang ada di desa. Hal ini diduga karena di wilayah kota mempunyai akses terhadap informasi yang lebih mudah didapatkan dan sarana pelayanan kesehatan yang cukup memadai dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Menurut data Riskesdas 2013, secara garis besar akses dan pelayanan kesehatan yang mencakup sasaran ibu hamil dan anak balita jika dibedakan menurut karakteristik tempat tinggal persentase terbesar ada pada wilayah perkotaan.

Khomsan et al (2009) mengatakan bahwa latar belakang pendidikan rendah yang umumnya dimiliki peserta atau ibu yang mengikuti kegiatan posyandu di Indonesia akibat adanya keterbatasan akses terhadap media untuk menambah pengetahuan gizi dan kesehatan. Karenanya penting digalakkannya kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendidikan gizi kepada ibu, sebab akan dirasa akan sangat bermanfaat. Meningkatnya pengetahuan gizi ibu, perbaikan pola makan dan pencegahan risiko terjadinya malnutrisi diharapkan akan dapat diterapkan para ibu dengan baik.

(35)

22

pengetahuan. Dalam hal ini, disebabkan sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan yang tidak mendidik.

Selain itu, hal yang juga bisa dikaitkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan contoh adalah kurang maksimalnya pemanfaatan posyandu oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan kampanye, sosialisasi dan edukasi kepada ibu-ibu balita terkait program-program mengenai pentingnya 1000 HPK. Permasalahan yang menjadi penyebab hal tersebut tersebut antara lain masih kurangnya dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat posyandu, serta pembinaan kader yang masih terbatas.

Hubungan Pengetahuan Program Spesifik dengan Status Gizi

Pertumbuhan janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil sebelum dan selama kehamilan. Status gizi yang buruk hanya akan mengakibatkan efek yang fatal terutama bagi bayi yang dikandungnya, seperti BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, abortus dan lain-lain. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK (Kurang Energi Kronis) (Supariasa et al 2001). Pemeriksaan kadar HB (Haemoglobin) pada ibu hamil juga menentukan apakah ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak. Ibu hamil yang dikategorikan anemia adalah ibu yang kadar Haemoglobin-nya kurang dari 11 mg/dl.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua contoh di kota dengan status Hb yang tergolong anemia memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (66.7%). Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dan keterkaitannya dengan status gizi contoh:

(36)

23

Hasil uji korelasi Pearson menunjukan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan program spesifik contoh terkait kehamilan dengan status gizi contoh yang berasal dari kota. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prapitasari (2013) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak selalu ada hubungannya dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ini bisa terjadi karena adanya faktor lain yang mempengaruhi anemia. Salah satunya adanya faktor yang menjadi penyebab langsung terjadinya anemia antara lain penyakit infeksi, defisiensi asupan zat gizi, konsumsi zat-zat penghambat penyerapan zat besi dan peningkatan kebutuhan.

Sebagian besar contoh dengan pengetahuan tentang program spesifik terkait kehamilan berada pada kategori kurang, diketahui menderita KEK. Contoh dengan pengetahuan yang cukup dan baik lebih cenderung memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas yang normal dibandingkan dengan yang KEK. Contoh yang memiliki pengetahuan cukup tapi diketahui KEK bisa disebabkan karena kurang minatnya ibu terhadap ilmu pengetahuan yang ada sehingga ibu sudah merasa puas dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya pada saat ini.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan program spesifik contoh terkait kehamilan dengan status gizi contoh yang berasal dari kota ataupun kabupaten. Ini berarti pengetahuan ibu hamil tidak memberi kontribusi terhadap status Lingkar Lengan Atas ibu hamil, penelitian ini tidak didapati adanya hubungan diduga karena faktor lain yang turut memberi kontribusi seperti konsumsi pangan ibu hamil ataupun variabel lain yang memberi peranan secara tidak langsung seperti pendapatan keluarga, dan lain-lain.

Pengetahuan juga berkaitan erat dengan sikap dan perilaku individu. Bila dilihat secara umum, pada tabel 8 diketahui bahwa pengetahuan contoh yang sebagian besar kurang mempunyai status gizi yang sebagian besar sudah normal. Hal ini di duga meski dengan pengetahuan contoh yang kurang, perilaku yang contoh sudah dikatakan baik yang dicerminkan dari sebagian besar contoh sudah mempunyai status gizi normal. Seperti yang dikatakan Hardinsyah (2007) bahwa tingkat pengetahuan gizi yang baik tidak selalu diikuti dengan perilaku makan yang baik. Apabila pengetahun rendah tapi bila praktek gizi yang baik yang diikuti dengan konsumsi yang baik pula, bisa dimungkinkan ibu mempunyai status gizi yang normal.

Hubungan Pengetahuan Spesifik dengan Karakteristik Contoh

Usia Contoh

Usia merupakan karakter yang memiliki pengaruh yang paling besar. Usia harus diperhitungkan di dalam semua penelitian sebab merupakan determinan perbedaan yang paling signifikan di antara semua variabel manusia. Bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis.

(37)

24

Hubungan karakteristik usia contoh dengan pengetahuan contoh tentang program HPK dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik usia contoh

Karakteristik Usia Contoh

Pengetahuan Program Spesifik

terkait kehamilan Nilai p*

(r)

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Hal ini berarti besar usia tidak mempengaruhi pada peningkatan pengetahuan contoh tentang program spesifik baik itu terkait dengan kehamilan ataupun dengan perawatan baduta. Peningkatan usia bisa dihubungkan dengan peningkatan pengalaman, tapi belum tentu dengan peningkatan pengetahuan terutama pengetahuan yang sifatnya mutakhir. Wolfe & Behrman yang diacu dalam Hardinsyah (2007) mengatakan bahwa pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan yang dimiliki oleh suami istri yang usianya lebih tinggi kemungkinan lebih baik daripada suami istri dengan usia yang lebih muda dikarenakan pengalaman dalam mengakses dan memperoleh pelayanan kesehatan. Namun juga memiliki kemungkinan kekurangan informasi tentang pengetahuan gizi yang terbaru.

Pendidikan Contoh

Menurut Hardinsyah (2007) kemampuan seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan termasuk pengetahuan gizi bisa dilihat dari tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh individu. Contoh yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang terkait kehamilan memiliki kategori pendidikan menengah (SMP-SMA).

(38)

25

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendidikan contoh

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Begitu juga dengan pengetahuan program spesifik contoh terkait perawatan baduta, pada tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh dengan kategori pengetahuan kurang dan cukup juga berada pada SMP dan SMA. Diketahui bahwa 6.2% contoh dengan tingkat pengetahuan kurang tergolong ke dalam berpendidikan tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan contoh dengan pengetahuan program spesifik contoh terkait perawatan baduta. Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan pendidikan contoh sejalan dengan peningkatan pengetahuan contoh.

Sejalan dengan hasil penelitian Mbada et al (2014) yang menyebutkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi akan cenderung mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap positif terkait latihan fisik yang dilakukan selama kehamilan. Rahayu et al (2012) juga mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi bekaitan dengan pengetahuan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi termasuk informasi kesehatan. Tinggi rendahnya pendidikan ibu berkaitan dengan tingkat perawatan kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan makanan.

Jenis Pekerjaan Contoh

Pekerjaan dihubungkan dengan aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar contoh dengan kategori pengetahuan kurang terkait kehamilan ataupun perawatan baduta umumnya tidak bekerja. Setelah dilakukan analisis hubungan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara jenis pekerjaan contoh dengan pengetahuan contoh tentang program spesifik terkait penanganan selama kehamilan ataupun perawatan baduta.

(39)

26

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik jenis pekerjaan contoh

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Disimpulkan bahwa jenis pekerjaan contoh tidak memiliki kontribusi terhadap besar pengetahuan contoh terkait program spesifik, antara contoh yang tidak bekerja dan yang bekerja sebagai PNS/guru, wirausaha, karyawan swasta dan buruh memiliki pengetahuan 1000 HPK yang tidak jauh beda. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dora (2010) yang menyebutkan bahwa baik ibu bekerja/tidak bekerja sama-sama mempunyai pemahaman yang baik pesan-pesan antenatal care yang terdapat didalam buku KIA. Bisa dikatakan, untuk mendapatkan suatu informasi mengenai kehamilan baik ibu yang bekerja maupun tidak bekerja memiliki akses yang sama dalam mendapatkan informasi tersebut.

Paritas Contoh

Tabel 12 memperlihatkan bahwa persentase contoh terbesar yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang terkait program selama kehamilan memiliki rentang paritas <1 kali, sedangkan 65.0% contoh dengan kategori pengetahuan cukup memiliki rentang paritas 1-2 kali. Hal yang sama juga pada contoh yang kategori pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta yang tergolong kurang, sebagian besar memiliki paritas yang kurang dari 1 kali. Hasil uji Spearman menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas contoh dengan pengetahuan program spesifik contoh terkait kehamilan ataupun perawatan baduta.

(40)

27

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik paritas contoh

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Pengalaman yang dialami individu itu sebelumnya akan mempengaruhi pengetahuan. Perilaku yang muncul diawali dengan pengalaman seseorang yang akan melahirkan suatu bentuk persepsi sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak (Mafrishah et al 2014). Pengalaman yang dalam hal ini adalah paritas, tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan contoh. Hal ini bisa dikarenakan contoh lebih banyak mengetahui informasi tentang program spesifik 1000 HPK dari orang-orang yang berinteraksi dengan contoh, dalam hal ini termasuk petugas kesehatan ataupun melalui informasi-informasi yang pernah dibaca contoh. Penelitian yang terkait hubungan antara paritas ibu dengan pengetahuan yang tidak signifikan, sejalan dengan penelitian Sukesih (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan. Didapat bahwa paritas tidak selalu menjadi faktor yang turut berkontribusi terhadap peningkatan pengetahuan tentang bahaya kehamilan. Ibu hamil justru mengetahui tentang bahaya kehamilan ini dari petugas kesehatan dan merasa puas dengan pengetahuan yang ada tanpa mencari tahu tanda bahaya dan faktor risiko yang lain.

Hubungan Pengetahuan Program Spesifik dengan Karakteristik Keluarga

Besar Keluarga

Sebagian besar contoh dengan pengetahuan program spesifik terkait masa kehamilan yang tergolong kurang, cukup dan baik memiliki kategori keluarga yang besarnya ≤ 4 orang. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman didapat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar kelurga contoh dengan pengetahuan contoh tentang program spesifik terkait kehamilan.

(41)

28

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik besar keluarga

Karakteristik Besar Keluarga

Pengetahuan Program Spesifik

terkait kehamilan Nilai p*

(r)

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Sama halnya dengan persentase contoh dengan pengetahuan program spesifik terkait perawatan baduta yang tergolong kurang, sebagian besar memiliki kategori keluarga yang besarnya ≤ 4 orang. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman didapat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar keluraga contoh dengan pengetahuan contoh tentang program spesifik terkait perawatan baduta.

Hal ini menunjukkan bahwa besar jumlah anggota tidak mempengaruhi pada peningkatan pengetahuan program spesifik contoh. Tidak adanya hubungan antara variabel besar keluarga dengan pengetahuan contoh diduga karena ada faktor lain yang ikut memberi peran. Selain karena sebagian contoh mempunyai anggota keluarga kurang dari 4 orang, bisa dikatakan pengetahuan contoh lebih banyak didapat dari interaksi sosial dengan orang lain di luar anggota rumah tangga. Menurut Khomsan (2009), ada faktor lain yang berpengaruh terhadap pengetahuan selain tingkat pendidikan diantaranya pengalaman, hubungan sosial dan paparan media massa seperti majalah, TV dan buku.

Pendidikan Suami

Sebagian besar kategori pengetahuan contoh yang digolongkan kurang, memiliki suami yang pendidikannya SMP dan SMA. Mayoritas contoh yang menamatkan jenjang pendidikan SD, mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik itu terkait kehamilan ataupun perawatan baduta. Hasil analisis uji Rank Spearman menunjukkan ada korelasi antara tingkat pendidikan suami dengan pengetahuan contoh tentang program spesifik terkait kehamilan ataupun perawatan anak baduta.

Hal bisa diduga dari hal ini adalah bahwa suami merupakan salah satu informasi contoh yang terdekat dan sangat mempengaruhi dalam peningkatan pengetahuan contoh, yang dalam hal ini adalah program spesifik 1000 HPK yang terkait dengan masa kehamilan ataupun masa perawatan baduta. Semakin tinggi pendidikan suami, maka akan sejalan dengan peningkatan pengetahuannya dan pada akhirnya dapat memberi pengaruh berupa pendapat kepada contoh dalam pengambilan keputusan.

(42)

29

mengenai kehamilan. Suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang makin tinggi pula tentang pemenuhan nutrisi dan diet yang seimbang selama kehamilan.

Adapun sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendidikan suami dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pendidikan suami

terkait perawatan baduta Nilai p*

(r)

Hubungan antara pengetahuan program spesifik contoh dengan karakteristik pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan program spesifik dengan karakteristik pekerjaan suami

Karakteristik Pekerjaan Suami

Pengetahuan Program Spesifik

terkait Kehamilan Nilai p*

(r)

terkait perawatan baduta Nilai p*

Gambar

Tabel 1  Kategori variabel penelitian
Tabel 2  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh
Tabel 3  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh
Tabel 4  Sebaran contoh berdasarkan status gizi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan ukuran panjang cucut lanjaman di 4 lokasi pendaratan ikan (Pelabuhan ratu, Cilacap, Kedonganan, dan Tanjung Luar) dalam tahun 2001 sampai dengan 2004,

Kod obrade rezultata mišljenja odgojitelja i roditelja utvrđeno je da i odgojitelja i roditelji imaju jednaka mišljenja kod sljedećih tvrdnji: trebaju imati dobar

Informasi yang diperoleh dari media serta dari tenaga kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap penggunaan kontrasepsi, seperti yang ditunjukan oleh hasil penelitian

Berdasarkan dari hasil tersebut tingkat kematangan pengamanan teknologi sistem elektronik (sistem pembelajaran elektronik) Politeknik Negeri Batam (Polibatam) di

11 adalah kerja sama spontan yaitu kerjasama yang dilakukan tanpa perintah dari siapapun, sedangkan kerjasama langsungyaitu kerjasama yang dilakukan siswa

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ipteks bagi masyarakat (IbM) yang berjudul “Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Pengenalan Penelitian

System kabel ini pertama kali digunakan di jembatan Severin di Cologne, Jerman, dimana cable mulai dipasang pada bagian tepi lantai kendaraan dan di sambungkan

Association of single nucleotide polymorphisms in the growth hormone and growth hormone receptor genes with blood serum insulin-like growth factor I concentration and growth