• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kausalitas antara harga premium dengan permintaan sepeda motor dan mobil di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kausalitas antara harga premium dengan permintaan sepeda motor dan mobil di Indonesia"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH EVI JUNAIDI

H14084013

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Oleh EVI JUNAIDI

H14084013

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

EVI JUNAIDI. Analisis Kausalitas Antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia

(dibimbing oleh SYAMSUL H. PASARIBU).

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor BBM mempunyai dampak yang luas terhadap aspek sosial budaya dan perekonomian Indonesia. Hal ini karena baik penyediaan maupun penentuan tarif BBM merupakan masalah yang menyangkut hajat hidup semua lapisan masyarakat, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945.

Kondisi harga BBM yang berada di bawah harga minyak dunia dan turunnya produksi minyak mentah Indonesia mengakibatkan biaya subsidi yang ditanggung pemerintah semakin besar. Harga minyak dunia yang melonjak dalam setahun terakhir, mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat drastis, subsidi BBM dalam angaran pemerintah tahun 2008 melonjak dari 126 triliun rupiah menjadi 190 triliun rupiah. Maka untuk mengimbangi harga minyak dunia perlu adanya pengurangan subsidi agar APBN tidak terlalu terbebani. Kenaikan harga BBM akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan. Hal tersebut juga bisa mengakibatkan turunnya laba perusahaan.

Dampak lain kenaikan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional dalam transportasi yang tentunya sangat dirasakan oleh pengguna transportasi, baik transportasi udara, transportasi air maupun transportasi darat. Perubahan biaya operasional ini secara tidak langsung relatif akan berpengaruh terhadap pola sistem transportasi sebelumnya.

eFenomena yang cukup menarik di Indonesia, di saat terjadi kenaikan harga BBM dan turunnya daya beli masyarakat tetapi permintaan sepeda motor dan mobil justru meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat adanya hubungan kausalitas antara harga premium dengan permintaan sepeda motor dan mobil dalam jangka panjang maupun jangka pendek di Indonesia, serta melihat perbandingan hubungan yang ada dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek.

(4)

dipergunakan dalam penelitian ini sudah stasioner, karena nilai probability α kurang dari 5 persen atau nilai ADF pada variabel-variabel tersebut lebih besar dari nilai kritis McKinnon. Karena semua data sudah stasioner pada uji derajat satu I(1), sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian selanjutnya.

Pada uji lag optimal, kedua persamaan mempunyai lag optimal yang sama yaitu pada lag 2. Selanjutnya dilakukan uji kestabilan data, dan didapatkan bahwa kedua persamaan mempunyai data yang stabil, sehingga dapat dilanjutkan pada analisis kointegrasi.

Setelah dilakukan uji kointegrasi, maka untuk hubungan antara permintaan mobil dengan harga premium terkointegrasi, terdapat satu persamaan kointegrasi. Artinya secara bivariate terdapat satu persamaan linier jangka panjang yang dikandung dalam model diantara kedua variabel. Sedangkan untuk hubungan antara variabel permintaan motor dengan harga premium, tidak terdapat kointegrasi.

Karena dalam uji kointegrasi harga premium dan permintaan motor tidak terkointegrasi, sehingga tidak ada hubungan dalam jangka panjang sehingga tidak ada kausalitas dalam jangka panjang. Dan untuk jangka pendek juga tidak terdapat hubungan kausalitas.

Hubungan permintaan mobil dengan harga premium dalam jangka panjang hanya terdapat kausalitas unindirectional yang signifikan atau kausalitas satu arah yaitu harga premium menyebabkan permintaan mobil. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan kausalitas.

(5)

Syamsir (alm) dan Junita Asni. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Inpres Limakaum pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1989, Sekolah Lanjutan Tingkat Tingkat Pertama Negeri Limakaum pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas 1 Batusangkar pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1995. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta sampai tahun 2000, dan memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan (SST).

(6)

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Kausalitas antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia”

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga secara sukarela untuk membimbing penulis

2. Ibu Sri Mulatsih sebagai dosen penguji atas kritik dan sarannya yang sangat bermanfaat.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB

4. Yuni Deldia Sari dan Ghania Aqila Nasha, istri dan buah hati penulis, sebagai inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang dan doa yang tulus

5. Orang tua dan kedua adik penulis yang selalu memberi semangat dan dorongan.

6. Ririn yang telah bersedia membantu penulis dalam menyusun skripsi ini

7. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.

Tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.

Bogor, September 2008

(7)

Dengan ini menyatakan bahwa skripisi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Evi Junaidi

NIP : H14084013

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kausalitas antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, September 2008 Dosen Pembimbing

Syamsul H. Pasaribu, M.Si NIP 132310799

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D NIP 131846872

(8)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

Evi Junaidi

(9)

DAFTAR TABEL ... vii

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Transportasi ... 7

2.1.1. Perkembangan Transportasi Saat Ini ... 7

2.1.2. Sistem Transportasi secara Umum ... 8

2.1.3. Sepeda Motor dan Mobil sebagai Moda yang Diminati ... 9

2.1.4. Aspek yang Mempengaruhi Kebutuhan Transportasi ... 11

2.1.5. BBM sebagai Penggerak Utama Sepeda Motor dan Mobil 13 2.2. Teori Permintaan ... 19

2.2.1. Fungsi Permintaan ... 21

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan... 22

(10)

3.2.5. Vector Error Correction Model (VECM) ... 33

3.3. Model Penelitian ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Analisis Deskriptif ... 36

4.1.1. Perkembangan Harga Premium ... 36

4.1.2. Perkembangan Permintaan Sepeda Motor ... 37

4.1.3. Perkembangan Permintaan Mobil ... 37

4.1.4. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Sepeda Motor 38 4.1.5. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Mobil ... 39

4.2. Analisis Time Series ... 40

4.2.1. Unit Root Test (Pengujian Akar-Akat Unit) ... 40

4.2.2. Tingkat Lag Optimal ... 42

4.2.3. Pengujian Stabilitas VAR ... 44

4.2.4. Analisis Kointegrasi ... 44

4.2.5. Analisis Kausalitas Permintaan Motor dengan Premium ... 47

4.2.6. Analisis Kointegrasi Permintaan Mobil dengan Premium . 47 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(11)

OLEH EVI JUNAIDI

H14084013

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Oleh EVI JUNAIDI

H14084013

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

EVI JUNAIDI. Analisis Kausalitas Antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia

(dibimbing oleh SYAMSUL H. PASARIBU).

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor BBM mempunyai dampak yang luas terhadap aspek sosial budaya dan perekonomian Indonesia. Hal ini karena baik penyediaan maupun penentuan tarif BBM merupakan masalah yang menyangkut hajat hidup semua lapisan masyarakat, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945.

Kondisi harga BBM yang berada di bawah harga minyak dunia dan turunnya produksi minyak mentah Indonesia mengakibatkan biaya subsidi yang ditanggung pemerintah semakin besar. Harga minyak dunia yang melonjak dalam setahun terakhir, mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat drastis, subsidi BBM dalam angaran pemerintah tahun 2008 melonjak dari 126 triliun rupiah menjadi 190 triliun rupiah. Maka untuk mengimbangi harga minyak dunia perlu adanya pengurangan subsidi agar APBN tidak terlalu terbebani. Kenaikan harga BBM akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan. Hal tersebut juga bisa mengakibatkan turunnya laba perusahaan.

Dampak lain kenaikan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional dalam transportasi yang tentunya sangat dirasakan oleh pengguna transportasi, baik transportasi udara, transportasi air maupun transportasi darat. Perubahan biaya operasional ini secara tidak langsung relatif akan berpengaruh terhadap pola sistem transportasi sebelumnya.

eFenomena yang cukup menarik di Indonesia, di saat terjadi kenaikan harga BBM dan turunnya daya beli masyarakat tetapi permintaan sepeda motor dan mobil justru meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat adanya hubungan kausalitas antara harga premium dengan permintaan sepeda motor dan mobil dalam jangka panjang maupun jangka pendek di Indonesia, serta melihat perbandingan hubungan yang ada dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek.

(14)

dipergunakan dalam penelitian ini sudah stasioner, karena nilai probability α kurang dari 5 persen atau nilai ADF pada variabel-variabel tersebut lebih besar dari nilai kritis McKinnon. Karena semua data sudah stasioner pada uji derajat satu I(1), sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian selanjutnya.

Pada uji lag optimal, kedua persamaan mempunyai lag optimal yang sama yaitu pada lag 2. Selanjutnya dilakukan uji kestabilan data, dan didapatkan bahwa kedua persamaan mempunyai data yang stabil, sehingga dapat dilanjutkan pada analisis kointegrasi.

Setelah dilakukan uji kointegrasi, maka untuk hubungan antara permintaan mobil dengan harga premium terkointegrasi, terdapat satu persamaan kointegrasi. Artinya secara bivariate terdapat satu persamaan linier jangka panjang yang dikandung dalam model diantara kedua variabel. Sedangkan untuk hubungan antara variabel permintaan motor dengan harga premium, tidak terdapat kointegrasi.

Karena dalam uji kointegrasi harga premium dan permintaan motor tidak terkointegrasi, sehingga tidak ada hubungan dalam jangka panjang sehingga tidak ada kausalitas dalam jangka panjang. Dan untuk jangka pendek juga tidak terdapat hubungan kausalitas.

Hubungan permintaan mobil dengan harga premium dalam jangka panjang hanya terdapat kausalitas unindirectional yang signifikan atau kausalitas satu arah yaitu harga premium menyebabkan permintaan mobil. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan kausalitas.

(15)

Syamsir (alm) dan Junita Asni. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Inpres Limakaum pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1989, Sekolah Lanjutan Tingkat Tingkat Pertama Negeri Limakaum pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas 1 Batusangkar pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1995. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta sampai tahun 2000, dan memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan (SST).

(16)

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Kausalitas antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia”

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga secara sukarela untuk membimbing penulis

2. Ibu Sri Mulatsih sebagai dosen penguji atas kritik dan sarannya yang sangat bermanfaat.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB

4. Yuni Deldia Sari dan Ghania Aqila Nasha, istri dan buah hati penulis, sebagai inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang dan doa yang tulus

5. Orang tua dan kedua adik penulis yang selalu memberi semangat dan dorongan.

6. Ririn yang telah bersedia membantu penulis dalam menyusun skripsi ini

7. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.

Tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.

Bogor, September 2008

(17)

Dengan ini menyatakan bahwa skripisi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Evi Junaidi

NIP : H14084013

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kausalitas antara Harga Premium dengan Permintaan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, September 2008 Dosen Pembimbing

Syamsul H. Pasaribu, M.Si NIP 132310799

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D NIP 131846872

(18)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

Evi Junaidi

(19)

DAFTAR TABEL ... vii

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Transportasi ... 7

2.1.1. Perkembangan Transportasi Saat Ini ... 7

2.1.2. Sistem Transportasi secara Umum ... 8

2.1.3. Sepeda Motor dan Mobil sebagai Moda yang Diminati ... 9

2.1.4. Aspek yang Mempengaruhi Kebutuhan Transportasi ... 11

2.1.5. BBM sebagai Penggerak Utama Sepeda Motor dan Mobil 13 2.2. Teori Permintaan ... 19

2.2.1. Fungsi Permintaan ... 21

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan... 22

(20)

3.2.5. Vector Error Correction Model (VECM) ... 33

3.3. Model Penelitian ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Analisis Deskriptif ... 36

4.1.1. Perkembangan Harga Premium ... 36

4.1.2. Perkembangan Permintaan Sepeda Motor ... 37

4.1.3. Perkembangan Permintaan Mobil ... 37

4.1.4. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Sepeda Motor 38 4.1.5. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Mobil ... 39

4.2. Analisis Time Series ... 40

4.2.1. Unit Root Test (Pengujian Akar-Akat Unit) ... 40

4.2.2. Tingkat Lag Optimal ... 42

4.2.3. Pengujian Stabilitas VAR ... 44

4.2.4. Analisis Kointegrasi ... 44

4.2.5. Analisis Kausalitas Permintaan Motor dengan Premium ... 47

4.2.6. Analisis Kointegrasi Permintaan Mobil dengan Premium . 47 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.1. Penjualan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia ... 4

2.1. Pertumbuhan Pembelian Sepeda Motor ... 10

2.2. Pertumbuhan Pembelian Mobil ... 11

2.3. Perkembangan Harga Premium... 19

3.1. Deskripsi Data dalam Model Penelitian ... 34

4.1. Hasil Pengujian Akar Unit Level... 41

4.2. Hasil Pengujian Akar Unit First Difference... 41

4.3. Perhitungan AIC, SC dan HQ (Premium dan Motor) ... 43

4.4. Perhitungan AIC, SC dan HQ (Premium dan Mobil) ... 43

4.5. Uji Stabilitas Model VAR ... 44

4.6. Analisis Kointegrasi Antara Motor dengan Premium ... 46

4.7. Analisis Kointegrasi Antara Mobil dengan Premium ... 46

4.8. Uji Kausalitas Motor dan Premium Jangka Pendek ... 47

4.9. Hasil Estimasi Hubungan Jangka Panjang ... 48

4.10. Estimasi α-vektor dan Tes Kausalitas Jangka Panjang ... 48

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang

peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Selain sebagai komoditas

publik, sektor BBM mempunyai dampak yang luas terhadap aspek sosial

budaya dan perekonomian Indonesia. Hal ini karena baik penyediaan maupun

penentuan tarif BBM merupakan masalah yang menyangkut hajat hidup semua

lapisan masyarakat, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945.

Kondisi harga BBM yang berada di bawah harga minyak dunia dan

turunnya produksi minyak mentah Indonesia mengakibatkan biaya subsidi yang

ditanggung pemerintah semakin besar. Harga minyak dunia yang melonjak

dalam setahun terakhir, mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat drastis,

subsidi BBM dalam anggaran pemerintah tahun 2008 melonjak dari 126 triliun

rupiah menjadi 190 triliun rupiah. Maka untuk mengimbangi harga minyak

dunia perlu adanya pengurangan subsidi agar APBN tidak terlalu terbebani.

Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun

2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya

kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini

diantaranya adalah rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini,

naiknya permintaan (demand) dan terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan

(25)

Pengurangan subsidi tersebut sangat diperlukan selain untuk mengimbangi

harga minyak dunia juga memberikan keadilan dalam pengalokasian BBM dan

dapat dipindahkannya subsidi tersebut ke sektor lain seperti sektor pendidikan dan

sektor kesehatan. Sebagaimana dikemukakan Menteri Negara Komunikasi dan

Informasi, pengurangan subsidi BBM harus dilihat sebagai kebijakan redistribusi.

Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil

pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan

terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara

keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya

akan menaikkan harga jual produk. Multiple effect dari kenaikan BBM ini antara

lain meningkatkan biaya overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku,

ongkos angkut dan tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah. Multiple effect

tersebut bisa menyebabkan keuntungan perusahaan menjadi berkurang.

Kenaikan harga BBM tersebut juga akan memperberat beban hidup

masyakarat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara

keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya

semua hasil produksi perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan

penjualan. Hal tersebut juga bisa mengakibatkan turunnya laba perusahaan.

Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan

turunnya daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran roda ekonomi

secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim investasi

(26)

jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar, khususnya

pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.

Dampak lain kenaikan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan

biaya operasional dalam transportasi yang tentunya sangat dirasakan oleh

pengguna transportasi, baik transportasi udara, transportasi air maupun

transportasi darat. Perubahan biaya operasional ini secara tidak langsung relatif

akan berpengaruh terhadap pola sistem transportasi sebelumnya.

Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah

untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global.

Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan

perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai

tanggal 28 Mei 2008. Akibat yang sangat memungkinkan dari kebijakan tersebut

adalah perubahan dari perilaku investasi di Indonesia. Setiap peristiwa berskala

nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis

menimbulkan reaksi para pelaku pasar. Reaksi dapat berupa respon positif atau

respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus

positif atau negatif terhadap iklim perekonomian. Berdasarkan pada argumentasi

di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar setelah

pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga

BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari

dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM

(27)

Fenomena yang cukup menarik di Indonesia, disaat terjadi kenaikan harga

BBM dan turunnya daya beli masyarakat tetapi permintaan sepeda motor dan

mobil justru meningkat, terlihat pada Tabel 1.1. Penelitian ini berusaha

mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap permintaan

sepeda motor dan mobil di Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan dapat

diketahui reaksi atau respon dan perilaku pelaku pasar terhadap sebuah peristiwa

ekonomi dan dampaknya terhadap iklim perekonomian secara keseluruhan di

Indonesia. Dengan mengetahui perilaku para pelaku pasar modal akan dapat

diramalkan tanggapan dan reaksi pasar terhadap suatu peristiwa ekonomi dan

bisnis di masa yang akan datang.

Tabel 1.1 Penjualan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia

No Tahun Penjualan Motor

(unit)

*) Keadaan Bulan Mei

Sumber: PT.Astra melalui CEIC diolah

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan utama yang ingin dibahas

dalam penelitian ini adalah apakah kenaikan BBM khususnya Premium

berpengaruh terhadap jumlah permintaan kendaraan bermotor khususnya sepeda

(28)

dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan harga

premium terhadap permintaan sepeda motor?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan harga

premium terhadap permintaan mobil?

3. Bagaimanakah bentuk hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara

kenaikan harga premium terhadap permintaan sepeda motor dan mobil?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi hubungan antara kenaikan harga premium terhadap

permintaan sepeda motor.

2. Mengidentifikasi hubungan antara kenaikan harga premium terhadap

permintaan mobil.

3. Mengidentifikasi bentuk hubungan jangka pendek dan jangka panjang

antara kenaikan harga premium terhadap permintaan sepeda motor dan

mobil.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

sendiri juga bagi pihak-pihak lain.

1. Bagi penulis yaitu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang konsep

(29)

2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

dalam mempertimbangkan kebijakan terbaik yang harus dilakukan

dalam mengontrol pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini juga

dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan kebijakan makro

ekonomi.

3. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat membuka cakrawala

pembaca dan memberikan pengertian bagaimana hubungan kausalitas

antara kenaikan harga premium terhadap permintaan sepeda motor dan

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara kenaikan

harga premium dengan pembelian sepeda motor dan mobil di Indonesia. Oleh

sebab itu terlebih dahulu perlu diketahui mengenai teori-teori yang dapat

menjelaskan hubungan antara variabel-variabel tersebut.

2.1. Transportasi

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat

penting dalam menunjang pembangunan ekonomi suatu negara. Karena setiap

kegiatan ekonomi membutuhkan transportasi sebagai medianya. Menurut Sukirno

(1995) dalam suatu masyarakat modern pengangkutan transportasi mempunyai 2

(dua) fungsi yaitu :

1. Sebagai alat moda, yaitu mengangkut orang dari rumah ke tempat

kerja/tempat usaha,

2. Sebagai barang akhir, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa

pengangkutannya oleh sistem transportasi diberikan sarana angkutan kota

guna menunjang aktifitas penduduk dalam kegiatan ekonomi.

2.1.1. Perkembangan Transportasi Saat Ini

Permasalahan transportasi dan rekayasa perencanaannya mengalami

revolusi yang cepat sejak tahun 1980-an. Pada saat ini kita masih merasakan

banyaknya permasalahan transportasi yang sebenarnya sudah terjadi sejak tahun

(31)

transportasi yang sudah ada sejak dulu ternyata masih dijumpai saat ini, tetapi

justru dengan tingkat kualitas lebih parah dan tingkat kuantitas yang relatif lebih

besar (Wahab, 2005).

Pada akhir tahun 1980-an, negara maju memasuki tahapan yang jauh lebih

maju dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu di sektor perencanaan transportasi.

Hal ini disebabkan antara lain oleh pesatnya perkembangan pengetahuan

mengenai elektronika dan peralatan komputer, yang memungkinkan

berkembangnya beberapa konsep baru mengenai prasarana transportasi, sistem

pergerakan, dan peramalan kebutuhan akan transportasi yang tidak pernah

terpikirkan pada masa lalu. Tersedianya peralatan komputer yang murah dan

berkecepatan tinggi telah memacu perkembangan teknik pemodelan transportasi.

Menurut Wahab (2005), banyak negara berkembang termasuk Indonesia

menghadapi permasalahan transportasi dan beberapa diantaranya sudah berada

dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan saja disebabkan oleh

terbatasnya prasarana yang ada, namun sudah ditambah lagi dengan permasalahan

lainnya seperti: pendapatan rendah, urbanisasi yang sangat cepat, terbatasnya

sumber daya terutama dana. Permasalahan ini semakin diperparah oleh kualitas

dan kuantitas data yang rendah, kualitas sumberdaya manusia, disiplin dan

penerapan hukum yang rendah, serta lemahnya perencanaan dan kontrol.

2.1.2. Sistem Transportasi Secara Umum

Sistem transportasi merupakan gabungan beberapa komponen yang

mendukung suatu siklus kegiatan transportasi secara menyeluruh. Perubahan pada

(32)

dalam interaksi sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transportasi,

komponen tersebut tidak ada hubungannya secara mekanis akan tetapi perubahan

pada salah satu komponen (sistem kegiatan) dapat menyebabkan perubahan pada

komponen lainnya (sistem jaringan dan sistem pergerakan).

Perlu disadari, bahwa kajian terhadap komponen-komponen sistem

transportasi (moda transportasi sepeda motor dan mobil) mempunyai ciri yang

berbeda dengan kajian bidang lain karena melibatkan cukup banyak aspek dan

beragam. Objek dasar sistem tansportasi yang ditandai dengan multimoda ini

lebih ditekankan pada pergerakan manusia atau barang. Oleh sebab itu dalam

mengkaji sistem transportasi terdapat 2 (dua) konsep dasar yaitu:

1. Konsep mengenai ciri tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota,

misalnya yang menyangkut pertanyaan mengapa orang melakukan

perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan, dan jenis transportasi

apa yang digunakan (seperti: angkutan umum, ojek, sepeda motor,

mobil pribadi, taksi, dan lainnya).

2. Konsep mengenai ciri spasial (dengan batas ruang) di dalam kota,

termasuk pola tata guna lahan, pola perjalanan orang dan pola

perjalanan barang.

2.1.3. Sepeda Motor dan Mobil sebagai Moda yang Diminati

2.1.3.1. Sepeda Motor

Di Indonesia saat ini terutama pada jaringan transportasi kota, sepeda motor

menjadi salah satu jawaban atau alternatif dan pelengkap untuk mengisi

(33)

menambah jaringan transportasi dan dapat mengisi kebutuhan akan sarana

transportasi tersebut secara efisien, murah dan cepat. Selain itu sepeda motor juga

memiliki jangkauan yang relatif lebih fleksibel. Sepeda motor juga dijadikan

sebagai moda alternatif bagi pengguna transportasi pada kawasan tertentu yang

sering terkena masalah kemacetan.

Besarnya peluang pangsa pasar sepeda motor di Indonesia membuat

perusahaan-perusahaan sepeda motor saling berlomba untuk meningkatkan

pangsa pasar motor dari berbagai merek. Promosi sepeda motor pun ditingkatkan

sesuai perusahaan, asuransi kredit motor pun saling bersaing untuk mendapatkan

konsumen (Mirza, 2007).

Sebagai akibat dari persaingan tersebut, banyak motor yang bisa dibeli kredit

dengan sistem yang lebih dipermudah, harga cicilan yang menarik dan bunga

ringan (dari perusahaan asuransi). Saat ini bahkan ada beberapa perusahaan kredit

asuransi kendaraan bermotor yang mempromosikan penjualan sepeda motor

dengan kredit tanpa Down Payment (DP). Dari Tabel 2.1 terlihat perkembangan

penjualan sepeda motor sembilan tahun terakhir.

Tabel 2.1. Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor

No Tahun Penjualan Motor Kenaikan

Unit Persentase

*) Keadaan Bulan Mei

(34)

2.1.3.2. Mobil

Berbeda dengan sepeda motor yang diminati karena lebih efisien, murah,

irit dan fleksibel, mobil masih tetap diminati oleh konsumen Indonesia karena

alasan kapasitas angkut yang lebih besar, kenyamanan dan prestise. Mobil dapat

menjadi moda transportasi yang relatif lebih nyaman terhadap berbagai cuaca

ataupun polusi dari asap kendaraan bermotor (terutama di kawasan yang sering

macet). Mobil juga dapat menjadi pilihan moda transportasi yang bisa dijadikan

prestise dari sisi ekonomis bagi kalangan menengah keatas. Dari Tabel 2.2 terlihat

perkembangan penjualan mobil sembilan tahun terakhir.

Tabel 2.2. Pertumbuhan Penjualan Mobil

No Tahun Penjualan Mobil Kenaikan

Unit Persentase

*) Keadaan Bulan Mei

Sumber: PT.Astra melalui CEIC diolah

2.1.4. Aspek yang Mempengaruhi Kebutuhan Transportasi

Dapat dikatakan bahwa pergerakan/perpindahan terjadi karena adanya

akses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang

harus dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan,

(35)

dikatakan bahwa penggunaan sepeda motor dan mobil sebagai suatu moda

transportasi merupakan suatu efek dari pemenuhan kebutuhan tersebut.

Menurut Wahab (2005) beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan

transportasi (baik sepeda motor maupun mobil) adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk mempunyai hubungan langsung secara kuantitas dengan

kebutuhan pergerakan. Semakin banyak kebutuhan pergerakan manusia

maupun barang maka akan semakin banyak pula penggunaan sepeda

motor dan mobil sebagai moda transportasi darat.

2. Strata penduduk (usia dan jenis kelamin)

Dilihat dari sisi usia, maka bayi, anak-anak, remaja, pekerja, penganggur,

orang tua dan orang cacat mempunyai tingkat permintaan pergerakan yang

tidak sama. Demikian juga dengan perbedaan jenis kelamin akan

menyebabkan kebutuhan terhadap pergerakan berbeda pula.

3. Jumlah keluarga

Jumlah keluarga dalam satu rumah juga akan berpengaruh secara langsung

akan kebutuhan pergerakan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga

maka akan semakin banyak pula penggunaan sepeda motor dan mobil

sebagai alternatif transportasi darat.

4. Pendapatan

Jumlah pendapatan kadang juga terkait secara linear dengan jumlah

permintaan pergerakan. Semakin besar pendapatan maka permintaan

(36)

5. Status sosial dan ekonomi kepala keluarga

Status sosial dan ekonomi kepala keluarga juga dapat dianggap berkaitan

dengan permintaan pergerakan. Semakin tinggi status ekonomi kepala

keluarga secara tidak langsung akan semakin besar keinginan untuk

pemenuhan kebutuhan akan pergerakan.

2.1.5. BBM Sebagai Penggerak Utama Sepeda Motor dan Mobil

BBM merupakan modal utama penggerak sepeda motor dan mobil karena

bahan bakar alternatif lain untuk kendaraan bermotor masih belum diterapkan

secara massal di Indonesia.

Penjelasan asal usul minyak bumi sampai saat ini didominasi oleh teori

yang menjelaskan bahwa minyak bumi adalah hasil proses fisika dan kimia ribuan

tahun pada sisa-sisa makhluk hidup yang terjadi di perut bumi, yang hasilnya

terperangkap di struktur bebatuan berpori (porous rocks). Karena prosesnya cukup

lama, maka minyak bumi adalah sumber daya alam yang terbatas. Teori kedua,

yang dianut oleh ilmu geologi Rusia, menyatakan bahwa minyak bumi bukanlah

berasal dari sisa-sisa jasad hidup, melainkan berasal dari sebuah proses

termodinamika yang hingga saat ini belum diketahui yang terjadi di tempat yang

jauh lebih dalam di perut bumi. Teori yang kedua ini memungkinkan pencarian

minyak bumi di tempat-tempat yang “kering minyak” menurut buku teks geologi

konvensional (Maugeri, 2007).

Namun hingga saat ini, arus utama pandangan mengenai ketersediaan

minyak bumi tampak lebih dipengaruhi oleh teori Puncak Minyak (Peak Oil),

(37)

bulat-bulat asal muasal organik minyak bumi. Berdasarkan pengamatannya atas

data-data migas di sebuah negara bagian Amerika Serikat, Hubbert dengan tepat

memprediksikan bahwa produksi minyak AS akan menurun pada dekade 1970an.

Dalam teori ini, sumur-sumur sebuah ladang migas yang berproduksi secara

bersamaan, akan memiliki grafik terhadap waktu yang berbentuk seperti lonceng.

Artinya, produksi ladang tersebut akan mencapai sebuah puncak untuk kemudian

menurun dengan tingkat yang sama seperti kenaikan produksinya.

Tepatnya, prediksi teori Peak Oil Hubbert membuat percaya banyak orang,

terutama yang menggantungkan pendekatan statistik dan murni matematis, bahwa

minyak dunia akan segera habis. Persoalan bahwa Hubbert ternyata gagal

memprediksikan peak oil di belahan dunia lain tidak membuat mereka surut.

Geolog lain, Colin Campbell, yang sama seperti Hubbert membangun karirnya

sebelumnya di perusahaan minyak, “menyempurnakan” teori peak oil, dan tanpa

henti-henti melakukan revisi atas prediksi puncak produksi minyak dunia. Baik

Hubbert maupun Campbell, tidak pernah menyebut angka sesungguhnya jumlah

persediaan minyak dunia, sebuah angka yang sebenarnya sulit dipastikan hingga

saat ini dan sangat tergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pada tahun 2000, setelah sekian lama terdiskreditkan oleh kegagalannya,

teori peak oil kembali bergaung. Di tengah-tengah meroketnya harga minyak

dunia, media mengutip kembali prediksi Campbell pada 1998 bahwa produksi

(38)

Ketika pada 2004-2005 harga minyak dunia kembali meningkat hingga

menembus angka US$ 65 per barel, berbagai buku dan cover story berbagai jurnal

terkemuka membahas teori peak oil. Data statistik dan kini model-model

ekonometrik (kontribusi Campbell) yang disajikan teori peak oil, setidak-tidaknya

telah berkontribusi pada iklim ketidakpastian di bursa komoditas.

Sudah dipaparkan sebelumnya bahwa bahan bakar minyak berasal dari

minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu

produksi minyak mentah juga dikelola dengan terbatas pula. Terbatasnya produksi

minyak dunia dan besarnya kebutuhan masing-masing negara akan minyak dunia

membuat diaturnya perdagangan minyak pada bursa komoditas seperti: New York

Mercantile Exchange (NYMEX), Intercontinental Exchange (ICE) di London,

dan belakangan Iranian Oil Bourse (IOB), dan juga secara langsung

(produsen-pembeli, dalam hal ini pemilik pengilangan minyak).

Perdagangan komoditas seperti minyak terjadi dalam dua cara. Pertama

dengan perdagangan spot, di mana pengantaran barang dilakukan pada hari itu

ataupun sesegera mungkin; kedua, dengan perdagangan kontrak-kontrak

berjangka (futures), di mana ditentukan hari pengantaran, kualitas barang, dan

jumlah barang.

Harga jenis minyak mentah (crude oil) dunia, ditentukan secara relatif

terhadap pergerakan harga tiga jenis minyak mentah, yaitu Western Texas

Intermediate (WTI) yang diperdagangkan di NYMEX, Brent di ICE, dan Dubai.

Artinya, minyak mentah Minas Indonesia yang merupakan salah satu jenis

(39)

minyak mentah tersebut (benchmark/patokan). Sejauh mana perbedaan harga

Minas dan WTI, ditentukan oleh tingkat keenceran Minas (derajat API, American

Petroleum Institute) dan kandungan sulfurnya.

WTI dan minyak mentah sekelasnya, merupakan minyak mentah yang

sangat diinginkan oleh pengilangan minyak karena mudah menghasilkan BBM

yang digunakan oleh kendaraan bermotor (gasoline, premium, pertamax dan lain

sebagainya). Akibatnya, harga Minas yang memang derajat API-nya lebih rendah

dan kandungan sulfurnya lebih banyak akan lebih murah. Perbedaan harga ini

sebenarnya mencerminkan juga struktur pengilangan minyak dunia, di mana

banyak yang didesain untuk memaksimalkan pengolahan WTI dan minyak

mentah sekelasnya (light sweet oil) seperti, minyak mentah Brent, ataupun yang

sedikit lebih rendah macam Arabian Light. Selain itu, tuntutan pengurangan

jumlah timbal, sulfur, dan bentuk-bentuk polusi lainnya di BBM oleh perangkat

peraturan ramah lingkungan negara-negara maju dan belakangan negara

berkembang, juga menyebabkan tingginya permintaan minyak mentah semacam

WTI. Persoalannya, jumlah produksi minyak mentah ini sangat terbatas: WTI

diproduksi 300.000 bpd (barel/hari), Brent 300.000 bpd, dan Dubai 100.000 bpd.

Keterbatasan produksi jenis minyak mentah patokan membuat pasar spot

patokan menjadi sangat kaku dan sensitif. Sedikit saja gangguan, misalnya

sabotase pipa minyak di Nigeria (minyak mentahnya masuk dalam kategori

sekelas dengan WTI dan Brent), dapat mendistorsi harga minyak dunia, karena

(40)

lainnya naik. Di sinilah pintu masuk yang menjadikan aktivitas spekulasi di pasar

minyak bumi dunia sebagai terdakwa.

Persoalan mendasar adalah keterbatasan/ketersediaan BBM (dunia) dari

sisi penawaran sehingga cukup mempengaruhi harga minyak bumi di seluruh

dunia dan sepanjang 150 tahun lebih penggunaannya secara modern. Dilain pihak

BBM ini merupakan produk yang sangat vital bagi bidang transportasi Indonesia

dan tentu saja perekonomian Indonesia, sehingga kebijakan harga BBM ini

dikontrol dengan ketat oleh pemerintah. Keterangan dari Menteri Keuangan

(2008) Pemerintah Indonesia berusaha mengontrol harga BBM agar selalu stabil

dengan melakukan berbagai upaya antara lain :

1. Penghematan belanja Kementerian Negara dan Lembaga,

2. Peningkatan penerimaan Negara dari sektor non migas,

3. Penggunaan anggaran belanja risiko fiskal,

4. Pembiayaan defisit anggaran melalui pinjaman dalam negeri melalui

penerbitan Surat Berharga Negara,

5. Pembiayaan defisit anggaran melalui pinjaman program (ADB, Bank Dunia,

dan bilateral) secara maksimal,

6. Optimalisasi penerimaan migas dengan meningkatkan lifting minyak,

7. Konversi minyak tanah ke LPG untuk mengurangi konsumsi minyak tanah

8. Penghematan konsumsi listrik dan biaya PLN, serta peningkatan efisiensi

PLN,

(41)

Alasan yang dikemukakan pemerintah melakukan kebijakan kenaikan harga

BBM pun berbeda-beda. Pada tahun 1998 kebijakan kenaikan BBM dilakukan

pemerintah karena besarnya beban anggaran akibat krisis ekonomi yang melanda

Indonesia pada tahun tersebut. Pada tahun 2000 dan tahun 2001 pemerintah

mengambil kebijakan menaikan harga BBM karena alasan maraknya

penyeludupan BBM keluar negeri karena faktor harga minyak dunia lebih tinggi

dibandingkan dengan harga bahan bakar dalam negeri. Pada tahun 2003 dan tahun

2005 alasan yang dikemukakan pemerintah adalah tingginya harga minyak dunia

sehingga anggaran subsidi harga BBM menjadi tinggi. Dan tahun terakhir 2008,

pemerintah Indonesia mengedepankan konsep pemerataan atau realokasi subsidi

dari orang kaya ke orang miskin dan mengambil kebijakan menaikkan harga

BBM dengan mengemukakan beberapa alasan antara lain:

1. Jika harga BBM dalam negeri tidak dinaikkan, maka akan terjadi

perbedaan harga yang sangat besar antara harga BBM di dalam negeri

dengan di luar negeri yang dapat memicu penyelundupan BBM ke luar

negeri.

2. Pengurangan harga BBM harus dilihat sebagai kebijakan redistribusi

karena selama ini subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok

masyarakat menengah ke atas yang memiliki kendaraan mobil dan motor.

3. Harga minyak dunia yang melonjak dua kali lipat dalam setahun terakhir,

mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat drastis, subsidi BBM

dalam angaran pemerintah tahun 2008 akan melonjak dari 126 triliun

(42)

4. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk program-program rakyat

miskin, bantuan pangan, kredit usaha rakyat dan program-program untuk

masyarakat berpenghasilan rendah hanya sebesar Rp 60 triliun atau kurang

dari satu pertiga subsidi BBM yang dinikmati kelompok menengah ke atas

5. Jika harga BBM tidak dinaikkan maka anggaran program-program untuk

rakyat miskin, pendidikan dan kesehatan serta subsidi pangan harus

dikurangi.

Secara garis besar kenaikan harga premium dapat kita lihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perkembangan Harga Premium

Tahun Bulan Harga Premium Kenaikan

Rupiah Persentase

2000 Oktober 1150

2001 Juli 1450 300 26,09

2.2. Teori Permintaan

Teori permintaan individual adalah berbagai jumlah dari suatu barang

tertentu yang hendak dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan tingkat harga

pada suatu waktu tertentu. Sedangkan permintaan pasar adalah berbagai jumlah

suatu barang yang dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan waktu tertentu.

Permintaan yang potensial merupakan permintaan yang berhubungan

dengan keinginan seseorang untuk mendapatkan barang dan jasa. Sedangkan

(43)

kemauan dan kemampuan untuk membeli dan didukung oleh uang yang cukup

untuk membayar harga.

Pengertian permintaan menurut Gilarso dalam Utami (2006) adalah jumlah

dari suatu barang yang mau dan dapat diteliti oleh konsumen pada berbagai

keyakinan harga dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap

sama (ceteris paribus).

Dalam teori permintaan dikenal dengan dua macam bentuk yaitu

permintaan statis dan dinamis. Bentuk permintaan statis memperlihatkan jumlah

barang yang diminta oleh masyarakat atau pada berbagai tingkat harga dalam

periode tertentu dengan asumsi ceteris paribus. Perubahan harga akan

menyebabkan terjadinya perubahan permintaan sepanjang demand curve.

Sedangkan permintaan dinamis akan menggeser kurva permintaan ke kiri atau ke

kanan karena berubahnya faktor-faktor ceteris paribus. Kondisi tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.1

P P

P1

P0 P0

P2 D0

D1

Q1 Q0 Q2 Q Q0 Q1 Q

(44)

2.2.1. Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan adalah untuk mengetahui tingkah laku seseorang dalam

memperoleh barang-barang yang diinginkan pada waktu tertentu yang sangat

tergantung pada tingkat pendapatan konsumen sendiri. Dengan adanya permintaan

maka dapat diukur tingkah laku seseorang dalam memperoleh barang-barang yang

diinginkannya pada waktu tertentu yang sangat bergantung pada tingkat

pendapatan konsumen itu sendiri.

Menurut Marshall dalam Utami (2006) fungsi permintaan akan

memberikan gambaran sejumlah komoditi yang diinginkan tergantung pada

tingkat harga. Analisis tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain yang tidak

mengalami perubahan (ceteris paribus).

Dalam pola permintaan ini yang dimaksud dengan permintaan:

Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga yang diminta secara

umum perumusan matematisnya ditulis:

( )

Px f

Xd = (2.1)

Xd = Kuantitas barang x yang diminta,

Px = Harga x barang tersebut.

Menurut Sukirno (1995) permintaan seseorang atau suatu masyarakat

kepada suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Harga barang itu sendiri,

2. Harga barang pengganti/subtitusi,

3. Pendapatan masyarakat,

(45)

5. Jumlah penduduk,

6. Citra rasa/selera.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Eachern (2000) mengatakan bahwa pengertian permintaan menunjukkan

jumlah produk yang diinginkan dan mampu dibeli konsumen pada berbagai

kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu seperti satu hari, satu minggu

atau satu bulan maka pikirkanlah permintaan sebagai tingkat pembelian yang

diinginkan per periode waktu pada berbagai tingkat harga yang mungkin.

Transportasi memberikan jasa kepada masyarakat yang disebut jasa

transportasi. Sebagaimana sifat jasa-jasa lainnya, jasa transportasi akan habis

dengan sendirinya dipakai atau tidak dipakai. Jasa transportasi merupakan hasil

keluaran (output) perusahaan transportasi yang jenisnya bermacam-macam sesuai

banyak jenis alat transportasi (seperti jasa pelayanan, jasa kereta api, jasa

penerbangan). Sebaliknya, jasa transportasi merupakan salah satu faktor masukan

(input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan kegiatan ekonomi

lainnya. Dilihat dari segi ekonomi, keperluan akan jasa transportasi mengikuti

perkembangan kegiatan semua faktor ekonomi.

Transportasi dapat dikatakan sebagai derived demand karena keperluan

jasa transportasi bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan

berkurang jika terjadi kelesuan ekonomi.

Menurut Achyar dalam Utami (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi

(46)

1. Penduduk,

2. Pendapatan,

3. Mobil pribadi,

4. Jumlah taksi,

5. Ongkos taksi,

6. Perkembangan ekonomi,

7. Tarif angkutan transportasi.

Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia

dapat mengganti barang lain tersebut (Sukirno, 1995). Kendaraan pribadi dan

angkutan kota adalah barang yang dapat saling menggantikan fungsinya.

Menurut Sukirno (1995) ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam

jangka panjang. Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan perekonomian dunia

berlaku menimbulkan dua efek penting, yaitu:

• Kemakmuran atau taraf hidup masyarakat makmur meningkat,

• Dapat menciptakan kesempatan kerja baru kepada penduduk yang semakin

banyak jumlahnya.

Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan suatu barang dengan

harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang

menyatakan “makin rendah harga suatu barang makin bayak permintaan terhadap

barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit

permintaan terhadap barang tersebut”.

Menurut Salvatore (2002) bahwa: permintaan akan suatu komoditi timbul

(47)

Teori permintaan konsumen menyatakan bahwa jumlah komoditi yang diminta

merupakan suatu fungsi dari, atau bergantung pada harga komoditi tersebut,

pendapatan konsumen dan selera konsumen.

2.3. Penelitian Terdahulu

Pertama, Andersson dalam Widiarti (2008) dalam studinya tentang

hubungan kausalitas antara tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan antara tiga negara yaitu Swedia, UK, dan USA.

Dalam penelitian ini juga digambarkan hubungan kausalitas beberapa negara

tersebut dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hasil penelitian ini yaitu di UK

terdapat hubungan jangka panjang dua arah sedangkan dalam jangka pendek tidak

tedapat hubungan kausalitas antara tabungan dengan pertumbuhan ekonomi. Di

Swedia dalam jangka panjang terjadi hubungan yang kausalitas searah dari

tabungan ke pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek di USA tidak terjadi

hubungan yang signifikan antara tabungan dengan pertumbuhan ekonomi

Kedua, Kurniawan (2007) dalam penelitiannya tentang analisis minat

konsumen terhadap pembelian sepeda motor honda vario di wilayah Jabodebek.

Hasil penelitian diperoleh enam variabel yang mempengaruhi konsumen

melakukan pembelian sepeda motor yaitu harga, informasi atribut, persepsi

tentang kualitas, persepsi tentang nilai, layanan purna jual dan persepsi

masyarakat.

Ketiga, Sagir (1982) mengemukakan bahwa BBM merupakan salah satu

sumber energi yang mempunyai peranan dalam pembangunan ekonomi, yaitu

(48)

dikendalikan, stabilitas ekonomi dapat diciptakan, dan pembangunan ekonomi

dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya kenaikan harga BBM akan

mempengaruhi inflasi, stabilitas ekonomi, dan pembangunan ekonomi yang ingin

dicapai.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk mengungkapkan

dan menentukan persepsi dan keterkaitan antara variabel yang akan diteliti

diuraikan dengan berpijak pada kajian teori diatas.

Sebagaimana yang dijelaskan kenaikan harga premium akan berpengaruh

negatif terhadap permintaan mobil dan sepeda motor. Hal ini sesuai dengan

teori-teori ekonomi karena perubahan terhadap harga bahan bakar minyak akan

menggeser kurva permintaan moda transportasi sepeda motor dan mobil.

Penulis meneliti hubungan kausalitas kenaikan harga premium dengan

permintaan sepeda motor dan mobil dengan menggunakan metode VAR.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas aka dalam

penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kenaikan harga premium mempunyai pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap permintaan sepeda motor.

2. Kenaikan harga premium mempunyai pengaruh yang negatif dan

(49)
(50)

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data bulanan dari Bulan Januari tahun 2000 sampai dengan Bulan Mei

tahun 2008. Sumber data diperoleh dari Pertamina, PT. Astra melalui (melalui

CEIC). Data-data yang digunakan adalah harga BBM khususnya premium, data

penjualan sepeda motor dan penjualan mobil.

3.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis Vector Autoregression (VAR) jika

data yang digunakan stasioner dan tidak terkointegrasi, atau menggunakan analisis

Vector Error Correction Model (VECM), jika data yang digunakan stasioner,

namun terkointegrasi. Pengolahan menggunakan Program Eviews.5.1.

3.2.1. Vector Autoregression ( VAR)

VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah

sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri

serta nilai lag dari peubah lain yang ada dalam sistem. Peubah penjelas dalam

VAR meliputi nilai lag seluruh peubah tak bebas dalam sistem. Pada metode

VAR, variabel eksogen dan endogen tidak dapat dibedakan secara apriori.

Menurut Sims (1972) hanya variabel endogen yang masuk analisis.

Keunggulan metode VAR dibandingkan dengan metode ekonometri

(51)

1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang

kompleks (multivariate), sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan

variabel di dalam persamaan tersebut.

2. Uji VAR yang multivariate bisa menghindari parameter yang bias akibat tidak

dimasukannya variabel yang relevan.

3. VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam sistem persamaan,

dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogenous.

4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan

teori ekonomi yang sering muncul, termasuk gejala perbedaan palsu di dalam

model ekonometri konvensional, terutama pada persamaan simultan, sehingga

menghindari penafsiran yang salah.

Selain memiliki kelebihan, metode VAR juga memiliki kelemahan,

adapun beberapa kelemahan yang dimiliki model VAR antara lain:

1. Model VAR lebih bersifat ateoritik karena tidak memanfaatkan informasi atau

teori terdahulu. Oleh karenanya, model tersebut sering disebut model yang

tidak struktural.

2. Mengingat tujuan utama model VAR untuk peramalan, maka model VAR

kurang cocok untuk menganalisis kebijakan.

3. Pemilihan banyaknya lag yang digunakan dalam persamaaan juga dapat

menimbulkan permasalahan dalam proses estimasi.

Hubungan kausalitas antar variabel di dalam sistem persamaan multivariat

(52)

dengan dua variabel (Y dan Z) serta satu lag memiliki hubungan kausalitas

sebagai berikut (Arsana, 2005):

yt = b10 – b12zt + γ11yt-1 + γ12zt-1 + εyt (3.1)

zt = b20 − b21yt + γ21yt-1 + γ22zt-1 + εzt (3.2)

Sistem persamaan diatas dikenal juga dengan struktural VAR atau persamaan

primitif. Kedua persamaan tersebut (Y dan Z) dengan satu lag, secara individual

dipengaruhi langsung oleh variabel yang lain, dan secara tidak langsung oleh

selang nilai setiap variabel di dalam sistem. Atau dalam bentuk persamaan

bivariat:

yt = a10 + a11yt-1 + a12zt-1 + ε1t (3.3)

zt = a20 + a21yt-1 + a22zt-1 + ε2t (3.4)

Sistem inilah yang disebut VAR jenis standar atau reduced form. Sistem tersebut

juga mempresentasikan Wold-Moving Average. Karena

ε

yt dan

εzt

white noise, et

pun akan memiliki rata-rata 0, varians yang konstan serta non-otokorelasi serial.

3.2.2. Uji Stasioneritas Data

Hal penting yang berkaitan dengan studi atau penelitian yang

menggunakan data time series adalah stasioneritas. Data deret waktu dikatakan

stasioner jika data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu atau

dengan kata lain tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data, secara

kasarnya data harus horizontal sepanjang sumbu waktu.

Engel dan Granger (1987) menyatakan bahwa uji akar unit dipandang

(53)

mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir

mempunyai nilai atau tidak. Dalam kasus dimana runtun waktu (time series) yang

digunakan tidak stasioner, maka kesimpulan yang diperoleh akan menghasilkan

pola hubungan regresi yang palsu (spurious regression). Data yang stasioner akan

mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya dan berfluktuasi

disekitar nilai rata-ratanya (Gujarati, 2003). Ada beberapa cara untuk melakukan

uji akar unit root, namun yang paling banyak adalah dengan Augmented Dicky

Fuller (ADF) test. Misalkan model persamaan time series sebagai berikut

(Pasaribu, 2003):

yt = ρyt-1 + εt (3.5)

dimana ρ adalah parameter yang akan diestimasi dan εdiasumsikan white noise

dimana variabel yang digunakan tersebut memiliki mean dan variance yang

konstan dan kovarian sama dengan nol. Jika |ρ| ≥ 1, maka y adalah variabel yang

tidak stasioner, dan varian dari y akan meningkat sejalan dengan peningkatan

waktu dan cenderung untuk tak berhingga. Jika |ρ| < 1, maka y adalah variabel

yang stasioner. Karena itu, hipotesis trend stationarity dapat dievaluasi dengan

menguji apakah nilai absolut dari ρ betul-betul kecil dari satu. Pengujian umum

terhadap hipotesis diatas adalah:

H0 : ρ = 1 dan hipotesis alternatif H1: ρ<1.

Kemudian dengan mengurangi kedua sisi persamaan (3.5) dengan yt-1

didapat persamaan:

(54)

dimana ∆ mengidentifikasikan perbedaan pertama, sedangkan α= ρ-1, sehingga

hipotesis nol menjadi H0: α=0, sedangkan hipotesis alternatif menjadi H1: α<1.

Sedangkan model umum dari ADF yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut (Pasaribu, 2003):

∆yt = k +αyt-1 + c1∆yt-2 + ...+ cp∆yt-p + β trend + εt (3.7)

Jika nilai t-statistik ADF lebih kecil dari t-statistik kritis MacKinnon maka

keputusannya adalah menolak H0 yang menyatakan bahwa data tidak stasioner

atau dengan kata lain data bersifat stasioner

3.2.3. Penetapan Lag Optimal

Uji lag optimal dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah lag yang

sesuai untuk model. Penetapan tingkat lag optimal dapat dilakukan dengan

menggunakan fungsi kriteria informasi sebagai berikut: (a) Kriteria uji likelihood

Ratio (LR); (b) Final Prediction Criterion (FPE); (c) Akaike Information

Criterion; (d) Schwarrz Information Criterion (SIC); dan (e) Hannan_Quinn

Criterion.

Penentuan lag optimal dalam analisis VAR sangat penting dilakukan

karena variabel endogen dari variabel endogen dalam sistem persamaan akan

digunakan sebagai variabel eksogen (Enders, 1995). Pengujian panjang lag

optimal ini berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem

VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua kriteria informasi untuk menentukan

lag optimal. Model VAR diestimasi dengan lag yang berbeda-beda kemudian

dibandingkan nilai kriterianya. Nilai lag yang optimum adalah nilai kriteria yang

(55)

3.2.4. Uji Kointegrasi

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR adalah semua peubah

tak bebas bersifat stasioner. Apabila data tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji

kointegrasi, dimana jika data yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi

linier antar variabel-variabel dalam sistem akan bersifat stasioner, sehingga dapat

diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang stabil (Enders, 1995).

Suatu deret waktu dikatakan terintegrasi pada lag ke-d atau I(d) jika data

tesebut bersifat stasioner setelah pendiferensian sebanyak d kali. Peubah-peubah

tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama dapat membentuk

kombinasi linier yang bersifar stasioner. Komponen dari vektor yt dikatakan

terkointegrasi jika ada vektor β = (β1, β2,...,βn) sehingga kombinasi linier βyt

bersifat stasioner, dengan syarat ada unsur matrikas βbernilai tidak sama dengan

nol. Vektor β dinamakan vektor kointegrasi. Rank kointegrasi (r) dari vektor

adalah banyaknya vektor kointegrasi yang saling bebas. Nilai (r) dapat diketahui

melalui uji Johansen. Hipotesisnya adalah:

H0 = rank ≤ r

H1 = rank > r

Apabila rank kointegrasi lebih besar dari nol, maka model yang digunakan adalah

VECM dan apabila rank kointegrasi sama dengan nol, maka model yang

(56)

3.2.5. Vector Error Correction Model (VECM)

VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini

harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun

terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi

tersebut ke dalam spesifikasinya. Karena itulah VECM sering disebut sebagai

desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi.

Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel

endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap

membiarkan keadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah Kointegrasi dikenal juga

sebagai error, karena deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang dikoreksi

secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek.

Model VECM disusun apabila rank kointegrasi (r) lebih besar dari nol. model

VECM ordo p dan rank kointegrasi r dituliskan sebagai :

∆yt = A0 + πyt-1 +

Pendugaan perameter dilakukan dengan menggunakan metode

kemungkinan maksimum. Model VECM dapat dituliskan dalam model VAR

dengan menguraikan nilai diferensiasi :

(57)

3.3. Model Penelitian

Metode analisis yang digunakan untuk melihat hubungan kausalitas harga

premium dengan permintaan sepeda motor dan permintaan mobil dalam jangka

pendek dan jangka panjang dapat dilakukan pengujian ekonometrika dengan

menggunakan metode Vektor Auto Regression (VAR). Metode ini dipandang

sebagai generalisasi dari metode uji kausalitas granger yang sudah umum

digunakan. Dalam penelitian ini digunakan variabel harga premium, permintaan

sepeda motor dan permintaan mobil.

Dengan demikian model penelitian ini dengan menggunakan lag = 1 adalah :



Motort = Permintaan sepeda motor,

Mobilt = Permintaan mobil.

Tabel 3.1. Deskripsi Data dalam Model Penelitian

VARIABEL DESKRIPSI

Premium (X) Harga Premium dari Bulan Januari 2000 sampai dengan Bulan Mei 2008

Motor (Y) Jumlah permintaan sepeda motor dari Bulan Januari 2000 sampai dengan Bulan Mei 2008 (diperoleh dari data penjualan sepeda motor)

(58)

Sesuai dengan pendapat Sims (1972), semua data estimasi yang

dipergunakan VAR adalah dalam bentuk logaritma. Salah satu alasannya adalah

untuk memudahkan analisis, sehingga dalam penelitian ini semua variabel diubah

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

4.1.1. Perkembangan Harga Premium

Dari tahun 2000 sampai tahun 2008, harga premium terus mengalami

kenaikan, dan telah terjadi kenaikan sebanyak enam kali, terlihat dari Gambar 4.1.

Kenaikan terendah terjadi pada tahun 2003, hanya sebesar Rp. 60,- atau sebesar

3,43 persen. Pada tahun 2005 telah terjadi kenaikan harga premium sebanyak dua

kali, pada Bulan Maret sebesar 32,60 persen dan pada Bulan Oktober sebesar

87,50 persen. Pada saat inilah terjadi kenaikan yang paling tinggi, dari harga

sebelumnya Rp.2.400,- menjadi Rp.4.500,-. Terakhir kenaikan harga premium

terjadi pada Bulan Mei tahun 2008 dengan kenaikan sebesar 33,33 persen

sehingga harga premium menjadi Rp.6.000,-.

Gambar 4.1. Perkembangan Kenaikan Harga Premium

1150

2000 2001 2002 2003 2005 2005 2008

Harga

(60)

4.1.2. Perkembangan Permintaan Sepeda Motor

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa permintaan sepeda motor terus

mengalami kenaikan sampai tahun 2005. Pada tahun 2000 permintaan sepeda

motor masih kurang dari satu juta unit, pada tahun 2005 permintaan mencapai 5

juta unit sepeda motor. Tapi pada tahun 2006 permintaan sepeda motor kembali

turun menjadi 4,2 juta unit dan pada tahun 2007 permintaan sepeda motor naik

lagi sebesar 261 ribu unit. Pada Bulan Mei tahun 2008 ini penjualan sepeda motor

baru mencapai 2,5 juta unit. Secara keseluruhan rata-rata permintaan motor

pertahun mencapai 3 juta unit.

Gambar 4.2. Perkembangan Permintaan Sepeda Motor

4.1.3. Perkembangan Permintaan Mobil

Permintaan mobil di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2001, permintaan mobil mencapai titik terendah hanya sebesar 299 ribu

unit. Setelah itu permintaan mobil cenderung mengalami peningkatan, permintaan

tertinggi mobil terjadi pada tahun 2005 mencapai 533 ribu unit. Pada tahun 2006 864.146

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah (Unit)

(61)

permintaan mobil kembali turun dan pada tahun 2007 permintaan mobil kembali

naik menjadi 433 ribu unit. Pada tahun 2008 sampai Bulan Mei, permintaan mobil

sudah mencapai 236 ribu unit. Secara keseluruhan permintaan mobil per tahun

rata-rata mencapai 369 ribu unit terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Perkembangan Permintaan Mobil

4.1.4. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Motor

Pada Gambar 4.4, pola pergerakan kenaikan harga premium hampir sama

dengan pola pergerakan permintaan jumlah sepeda motor. Ini terlihat dari pola

pergerakan dari tahun 2000 sampai tahun 2005, walaupun harga premium selalu

mengalami kenaikan tetapi permintaan sepeda motor tidak mengalami penurunan.

Pengaruh kenaikan harga premium pada tahun 2005 baru terasa pada permintaan

sepeda motor pada tahun berikutnya, pada tahun 2006 permintaan sepeda motor

mengalami penurunan tapi tidak berlangsung lama. Pada tahun berikutnya

permintaan sepeda motor kembali mengalami peningkatan. 347.964

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah (Unit)

(62)

Gambar 4.4. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Sepeda Motor

4.1.5. Pergerakan Harga Premium dan Permintaan Mobil

Hampir sama dengan pola pergerakan antara harga premium dan

permintaan sepeda motor, pola pergerakan pemintaan mobil juga mengalami

peningkatan seiring kenaikan harga premium. Pola yang berbeda terjadi pada

tahun 2001 dan tahun 2006, pada saat ini baru ada pengaruh kenaikan harga

premium terhadap permintaan mobil, terlihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Perkembangan Harga Premium dan Permintaan Mobil

6,91

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Log

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Log

Tahun

Gambar

Tabel 1.1 Penjualan Sepeda Motor dan Mobil di Indonesia
Tabel 2.1.  Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor
Tabel 2.2.  Pertumbuhan Penjualan Mobil
Gambar 2.1  Kurva Permintaan Statis dan Dinamis
+7

Referensi

Dokumen terkait

berbahaya sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terlebih dahulu diproses sesuai dengan ketentuan

*golongan beta lactam atau beta lactam + anti beta lactamase = dengan penyakit kardiopulmonal dan/atau faktor modifikasi.

untuk tutorial menyeleksi pada photoshop bisa lihat di Cara Menyeleksi Menggunakan Pen Tool dan Cara Menyeleksi Menggunakan Quick Mask.. Setelah terseleksi copy bagian yang

Faktor cuaca juga diketahui sangat berpengaruh terhadap frekuensi makan gajah, karena dari hasil pengamatan ternyata gajah akan menghentikan aktivitas makan ketika

Bila dilihat hasil pengukuran komponen- komponen kesegaran jasmani yang diukur terlihat bahwa kemampuan daya tahan jantung &amp; paru-paru murid SMP di desa

Hadirnya Globalisasi ini dalam fenomena Indonesia sebagai tren center hijab dunia membawa ke khawatiran cukup besar terhadap pergeseran aturan-aturan hijab

Tulisan ini akan membicarakan penggunaan kedua metode di atas untuk menduga parameter dispersi, φ dalam skema Bayes Empirik dan model Poisson-Gamma yang digunakan pada penduga

Sysflow Pelaporan Dosen Sistem Start Berkas Nilai Mahasiswa Berkas Nilai Simpan Nilai Mahasiswa KRS IPS IPK Laporan Nilai, Laporan Kelulusan End 0 Sistem Informasi