HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA HARAPAN 1 MEDAN TENTANG DAMPAK ROKOK TERHADAP
KESEHATAN PARU TAHUN 2012
Oleh :
LISA YUNITA MARNAS 090100016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA HARAPAN 1 MEDAN TENTANG DAMPAK ROKOK TERHADAP
KESEHATAN PARU TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
LISA YUNITA MARNAS 090100016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Harapan 1 Medan tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru Tahun 2012
NAMA : LISA YUNITA MARNAS
NIM : 090100016
Pembimbing Penguji
(dr. Parluhutan Siagian,Sp.P) (dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FK
NIP. 1963 0405 1989 121 001 NIP. 130349092
)
Penguji
(dr. Djohan, Sp.KK
NIP. 1969 1014 1998 031 001 )
Medan, 7 Januari 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH NIP. 1954 0220 1980 111 001
ABSTRAK
Latar Belakang: berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi merokok pada usia 15-19 tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai dampak rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang mengandung sekitar 4000 zat kimia, dimana 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap kesehatan paru karena paru merupakan organ utama yang memiliki kontak langsung dengan asap rokok. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), tuberkulosis paru, pneumonia,dan asma merupakan 5 penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di dunia.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru.
Metode:desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitik dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Data diperoleh dengan metode kuesioner.
Hasil: dari sampel sebanyak 286 orang, diperoleh deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan paru termasuk dalam kategori baik (245 orang; 85,7%) dan sikap responden termasuk dalam kategori baik juga (258 orang; 90,2%). Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji Fisher dan didapatkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru (p 0,394 > p 0,05).
Kesimpulan: dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru dan dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat adanya hubungan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang akan dampak rokok terhadap kesehatan paru.
ABSTRACT
Background: based Socio Economic Survey of Statistics in 2001 and 2004 showed and increase in the prevalence of smoking at age 15-19 years. The increase is due to a lack of knowledge about cigarette impact. Cigarette is an addictive substance that contains around 4000 chemical compound, which 200 of it shows harmful effect on lung’s health, lung is an organ that is directly related to cigarette smoke. Lung cancer, COPD, Lung TB, Pneumonia, and asthma are known as worlds five death causes due to lung related disease.
Objective: to know if there is any correlation of knowledge and attitude of Harapan 1 Senior high school students to cigarettes impact on lung’s health.
Methods: this research uses Cross Sectional Study design and the data are processed with both descriptive and analysis study methods. Sampling technique uses in this study is Stratified Random Sampling technique. The data was taken by quetionnaire method.
Results: as much as 286 sample was obtained in this study and the result of the study showed both respondents knowledge and attitude about impact of cigarette to lung’s health was in good criteria with data description of 245 good response for knowledge (85,7%) and 258 good response for attitude (90,2%). Fisher test was done and has p value 0,0349 (>p 0,05), which shows no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health.
Conclusion: this research concludes that there is no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health and need another study to see whether there is any correlation between environmental factors to peoples attitude on cigarette impact to lung’s health.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Harapan 1 Medan tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru Tahun 2012”. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar berkat dukungan, bimbingan, arahan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar,
Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara;
dr. Parluhutan Siagian, Sp.P, selaku Dosen Pembimbing; dr. Datten Bangun, MSc,
Sp.FK, selaku Dosen Penguji I dan dr. Djohan, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II
yang telah memberikan banyak arahan, masukan, dan dukungan moril kepada
penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima
kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Drs. H. M.
Nasir, M.Pd, dan Ibunda tercinta Hj. Marwati Nurdin S.Pd, dan seluruh keluarga
atas curahan cinta, kasih sayang, dan tiada henti mendoakan serta memberikan
semangat kepada penulis. Terima kasih kepada seluruh civitas akademika
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terutama kepada dosen dan staf
departemen IKK serta seluruh pegawai Medical Education Unit (MEU). Terima kasih kepada Bapak Drs. H. Sofyan Alwi, M.Hum, selaku kepala sekolah SMA
Harapan 1 Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di
sekolah tersebut. Terima kasih kepada teman satu dosen pembimbing, Sucy Eka
Syahputri dan Tharani yang telah membantu, bekerja sama, dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Terima ksih kepada senior
dan teman-teman penulis yang telah memberikan penulis banyak dukungan moral,
ide, saran, kritik, dan perbaikan yang sangat bernilai dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, khususnya Mhd. Reza Fachri, Nidia Eva Marfitha, Chairunnisa
Maulana Lubis, dan teman-teman seangkatan lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Untuk seluruh bantuan baik moril ataupun materil yang diberikan kepada
penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima
kasih dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang sebesar-besarnya.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah
ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR SINGKATAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.3.1.Tujuan Umum... 3
1.3.2.Tujuan Khusus... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Pengetahuan... 5
2.2. Sikap... 6
2.3. Rokok... 7
2.3.1. Definisi Rokok dan Merokok ... 7
2.3.2. Jenis rokok... 8
2.3.3. Kandungan Rokok... 9
2.3.4. Kategori dan Efek Bagi Perokok... 10
2.3.5. Klasifikasi Perokok... 12
2.4. Dampak Rokok terhadap Paru... 12
2.4.1. Kanker Paru... 14
2.4.3. Tuberkulosis... 17
2.4.4. Pneumonia... 18
2.4.5. Asma... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 20
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 20
3.2. Definisi Operasional... 20
3.2.1. Aspek Pengukuran... 21
3.2.1.1. Pengetahuan... 21
3.2.1.2. Sikap... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN... 24
4.1. Jenis Penelitian... 24
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 24
4.3.1. Populasi... 24
4.3.2. Sampel... 25
4.3.3. Besar Sampel... 25
4.4. Metode Pengumpulan Data... 28
4.4.1. Data Primer... 28
4.4.2. Data Sekunder... 28
4.4.3. Uji Validitas... 28
4.4.4. Uji Reliabilitas... 28
4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 30
4.5.1. Pengolahan Data... 30
4.5.2. Analisis Data... 30
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
5.1. Hasil Penelitian... 31
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 31
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 31
5.2. Hasil Analisis Data... 32
5.2.1.Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden... 32
5.2.2.Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden... 33
5.2.2.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden... 33
5.2.3.Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden... 34
5.2.4.Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden... 35
5.2.4.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden... 35
5.2.5.Hubungan Antara Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap Responden... 36
5.3. Pembahasan... 37
5.3.1. Karakteristik Resoponden... 37
5.3.2. Pengetahuan... 37
5.3.3. Sikap... 39
5.3.4. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 43
6.1. Kesimpulan... 43
6.2. Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA... 45
LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan... 22
Tabel 3.2. Skor Pertanyaan pada Angket Sikap... 23
(Populasi)... 24
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam
Angket... 29
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Umur... 32
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan
Responden... 32
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan
Responden... 33
Tabel 5.4. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik
Responden... 34
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap
Responden... 34
Tabel 5.6. Distribusi Frkeuensi Kategori Sikap Responden... 35
Tabel 5.7. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik
Responden... 36
Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kategori Pengetahuan dengan Kategori Sikap
Responden tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan
Paru... 37
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR SINGKATAN
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
CO Carbon Monoxide
FK Fakultas Kedokteran
IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
LM3 Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok
PAH Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronis
RF Rokok Filter
RNF Rokok Non Filter
SCLC Small Cell Lung Cancer
SKM Sigaret Kretek Mesin
SKT Sigaret Kretek Tangan
SMA Sekolah Menengah Atas
SPSS Statistic Product and Service Solution
WHO World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kuesioner penelitian
Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Ethical Clearance
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 10 Data Induk Penelitian
Lampiran 11 Hasil Output SPSS
ABSTRAK
Latar Belakang: berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi merokok pada usia 15-19 tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai dampak rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang mengandung sekitar 4000 zat kimia, dimana 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap kesehatan paru karena paru merupakan organ utama yang memiliki kontak langsung dengan asap rokok. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), tuberkulosis paru, pneumonia,dan asma merupakan 5 penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di dunia.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru.
Metode:desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitik dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Data diperoleh dengan metode kuesioner.
Hasil: dari sampel sebanyak 286 orang, diperoleh deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan paru termasuk dalam kategori baik (245 orang; 85,7%) dan sikap responden termasuk dalam kategori baik juga (258 orang; 90,2%). Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji Fisher dan didapatkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru (p 0,394 > p 0,05).
Kesimpulan: dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru dan dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat adanya hubungan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang akan dampak rokok terhadap kesehatan paru.
ABSTRACT
Background: based Socio Economic Survey of Statistics in 2001 and 2004 showed and increase in the prevalence of smoking at age 15-19 years. The increase is due to a lack of knowledge about cigarette impact. Cigarette is an addictive substance that contains around 4000 chemical compound, which 200 of it shows harmful effect on lung’s health, lung is an organ that is directly related to cigarette smoke. Lung cancer, COPD, Lung TB, Pneumonia, and asthma are known as worlds five death causes due to lung related disease.
Objective: to know if there is any correlation of knowledge and attitude of Harapan 1 Senior high school students to cigarettes impact on lung’s health.
Methods: this research uses Cross Sectional Study design and the data are processed with both descriptive and analysis study methods. Sampling technique uses in this study is Stratified Random Sampling technique. The data was taken by quetionnaire method.
Results: as much as 286 sample was obtained in this study and the result of the study showed both respondents knowledge and attitude about impact of cigarette to lung’s health was in good criteria with data description of 245 good response for knowledge (85,7%) and 258 good response for attitude (90,2%). Fisher test was done and has p value 0,0349 (>p 0,05), which shows no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health.
Conclusion: this research concludes that there is no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health and need another study to see whether there is any correlation between environmental factors to peoples attitude on cigarette impact to lung’s health.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa SMA Harapan 1 Medan
terhadap rokok.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa
SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan
paru.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan salah satu mata
ajaran di sekolah, khususnya tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan terutama bagi kesehatan paru.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan siswa mengenai bahaya rokok sehingga pemahaman akan
keuntungan dan kerugian terhadap rokok semakin meningkat.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan remaja tentang bahaya merokok
terhadap kesehatan dan diharapkan dapat menjadi masukan yang
berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Misalnya
seseorang mengetahui apa itu rokok.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya seseorang
dapat menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Dimana subjek mampu menggunakan pengetahuannya akan rokok
dalam kondisi yang sesungguhnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
seseorang yang tahu dan paham akan bahaya asap rokok, maka ia
akan menghindar dari asap tersebut untuk menjaga kesehatannya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya seseorang mengaitkan efek-efek dari asap rokok
dan kandungannya yang dapat menimbulkan penyakit seperti, kanker
paru dan PPOK.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Sehingga
subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif.
Pengukuran pengetahuan dapat kita lakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tantang isi materi yang diukur dari subjek penelitian
atau responden. Sejauh mana pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas.
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen menurut Azwar (2009) yaitu:
1. Komponen kognitif (cognitive)
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek.
Komponen afektif (affective)
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
2. Komponen konatif (conative)
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini
didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak
mempengaruhi perilaku.
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri atas 4 tingkatan, yaitu:
1. Menerima (reiciving) 2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing)
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap dimulai dari subjek mau memerhatikan rokok sebagai stimulus
yang diberikan, kemudian subjek akan merespon rokok. Selanjutnya subjek mulai
tertarik terhadap rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau
berdiskusikan akan rokok terhadap orang disekitarnya. Akhirnya subjek akan
membuat pilihannya terhadap dengan segala risiko dari rokok tersebut. (Loren,
2009).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden. Sedangkan secara tidak langsung dapat ditanyakan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
2.3. Rokok
2.3.1. Definisi Rokok dan Merokok
Menurut Peraturan Pemerintah RI (2003) dalam Purba (2009), rokok
adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok menjadi
2.3.2. Jenis Rokok
Menurut Purba (2009), rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.
Pembedaan ini berdasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi
rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus, yaitu :
1. : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
2.
3.
4. : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi, yaitu :
1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
3. Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan menyanyang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya, yaitu :
1. Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan
atau alat bantu sederhana.
2. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin.
Rokok berdasarkan penggunaa
1. : rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat
2.
2.3.3. Kandungan Rokok
Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang
rokok dibakar maka akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin,
gas karbon monooksida, nitogen oksida, hydrogen cyanide, ammonia,
acrolein,acetilen, benzadehyde, urethane, benzane, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain-lain. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen
padat atau partikel, sedangkan komponen padat atau partikel dibagi menjadi
nikotin dan tar (Aditama, 2011).
Menurut Gondodiputro (2007) dalam Purba (2009) racun utama
tembakau adalah tar, nikotin dan gas karbon monooksida.
1. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5-35
mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat
menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru.
2. Nikotin
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3
nanogram, dan semuanya diserap sehingga didalam cairan darah
sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml-nya. Nikotin bukan
merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari
nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin yang
bersifat karsinogenik. Pada paru-paru, nikotin menghambat aktivitas
silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif.
Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang,
toleransi dan keterikatan fisik. Hal inilah yang menyebabkan
mengapa sekali merokok susah untuk berhenti.
3. Karbon monooksida
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat
mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja,
seseorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja,
yaitu arus tengah, sedangkan arus pinggir akan berada tetap diluar.
Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia
semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat
dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping
kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah
merah akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut
adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme, yaitu menciutkan pembuluh darah. Bila
proses ini berlangsung terus-menerus, maka pembuluh darah akan
mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana.
2.3.4. Kategori dan Efek Bagi Perokok Ada 2 kategori perokok yaitu :
1. Perokok aktif adalah seseorang yang secara aktif merokok.
2. Perokok pasif adalah seseorang yang sebenarnya tidak merokok,
namun karena ada orang lain yang merokok di dekatnya, akhirnya ia
pun terpaksa menghisap asap rokoknya. Risiko yang ditanggung oleh
perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif karena daya
tahan tubuh terhadap zat-zat berbahaya dari rokok lebih rendah.
Menurut Budiantoro (2009) dalam Loren (2009) dari Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25% zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif),
sedangkan 75% nya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang
disekelilingnya (perokok pasif). Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh
perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok
aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter
mengepul dari ujung rokok yang sedang tidak dihisap. Karena asap yang
dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua
komponen, yaitu komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen
yang bersama gas terkondenisasi menjadi pertikulat. Dengan demikian, asap
rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel.
Dilihat dari segi asap rokok, asap rokok dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, dan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang
dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut sidestream smoke. Kedua asap tersebut mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif (Sitepoe, 2000 dalam
Sumarna, 2009).
Menurut Rahmatullah (2009) beberapa penyakit yang yang berhubungan
dengan merokok pasif atau berhubungan dengan paparan asap rokok lingkungan
adalah:
1. Peningkatan infeksi paru dan telinga, serta eksaserbasi akut penyakit
paru kronik,
2. Gangguan pertumbuhan paru pada anak,
3. Peningkatan risiko kematian pada anak (sudden infant death
syndrome, SISD),
4. Peningkatan kemungkinan penyakit kardiovaskular dan gangguan
perilaku neurologis apabila si anak tumbuh menjadi dewasa,
5. Asap rokok lingkungan merupakan penyebab penyakit pada bukan
perokok,
6. Paparan asap rokok lingkungan dapat memberikan beberapa efek
iritasi akut, dan
7. Paparan asap rokok lingkungan pada orang dewasa bukan perokok
dapat meningkatkan risiko untuk timbulnya kanker paru dan penyakit
Dengan demikian rokok tidak hanya menimbulkan dampak yang
berbahaya bagi perokok aktif tetapi juga bagi perokok pasif karena terpaksa
menghirup asap rokok.
i. Klasifikasi Perokok
Klasifikasi tipe perokok menurut Smet (1994) dalam Wijayanti (2009)
adalah sebagai berikut :
1. Perokok berat yaitu apabila menghisap 15 batang rokok atau lebih
dalam sehari.
2. Perokok sedang yaitu apabila menghisap 5-14 batang rokok dalam
sehari.
3. Perokok ringan yaituapabila menghisap 1-4 batang rokok setiap hari.
Menurut Atmoko, Faisal, Bobian, Adisworo, dan Yunus (2011)
kebiasaan merokok dapat diklasifikasikan berdasarkan Indeks Brinkmann yang didapatkan berdasarkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari dikalikan
jumlah tahun orang tersebut mengkonsumsi rokok. Dari Indeks Brinkmann didapatkan 3 jenis kebiasaan merokok, yaitu :
1. Bukan perokok
2. Perokok ringan ( Indeks Brinkmann 1- 200 ) 3. Perokok sedang ( Indeks Brinkmann 201- 600 ) 4. Perokok berat ( Indeks Brinkmann> 601 )
2.4. Dampak Rokok terhadap Paru
Paru-paru merupakan suatu alat tubuh yang vital bagi kehidupan
manusia. Fungsi paru-paru sebagai alat pernafasan dalam proses pertukaran antara
oksigen dan karbondioksida. Pernapasan dimulai dari hidung atau mulut, faring,
laring, trakea, paru, bronkus, bronkeolus, dan berakhir digelembung paru
(alveolus ).
Paru seorang perokok merupakan suatu alat tubuh yang langsung
berhubungan dengan asap rokok yang sering menimbulkan keluhan batuk serta
dan menurunkan kemampuan paru untuk bernapas dengan baik (Aditama, 2011).
Sehingga merokok dapat menyebabkan perubahan struktur, fungsi napas serta
jaringan paru-paru.
Menurut Rahmatullah (2009) adanya aktivitas merokok berulang atau
terjadinya paparan asap rokok kronis akan memberikan dampak pada paru berupa
beberapa efek patofisiologis sebagai berikut:
1. Perubahan pada saluran napas sentral
Yang timbul adalah perubahan-perubahan histologis pada sel epitel
bronkus: silia hilang (berkurang), hiperplasia kelenjar mukus,
meningkatnya jumlah sel goblet. Peneliti lain melaporkan terjadinya
transformasi struktur sel epitel bila aktivitas merokok terus-menerus,
yaitu perubahan bentuk epitel yang semula pseudostratified ciliated epithelium berubah menjadi karsinoma bronkogenik invasif. Kekerapan dan intensitas kejadian perubahan tersebut tergantung
pada jumlah rokok yang dikonsumsi tiap hari.
2. Perubahan pada saluran napas tepi
Perubahan morfologis terjadi pula pada saluran napas tepi. Pada
perokok aktif kronis yang terjadi obstruksi kronik berat saluran
napas, diketahui terjadi inflamasi, atrofi, metaplasia sel goblet,
metaplasia skuamosa dan sumbatan lendir pada bronkiolus terminal
dan bronkiolus respiratorius.
3. Perubahan pada alveoli dan kapiler
Pada perokok juga terjadi kerusakan jaringan peribronkiolar alveoli
pada perokok yang mengalami emfisema paru. Selain perubahan pada
alveoli, terjadi pula pengurangan jumlah kapiler perialveolar dan
terdapat penebalan intima dan tunika media pada pembuluh darah
ukuran kurang dari 200 µm.
4. Perubahan fungsi imunologis
Hasil penelitian para ahli tidak seragam, namun dapat diketahui
bahwa pada perokok terdapat perubahan fungsi imunologis dan
(leukosit polimorfonuklear, limfosit T maupun eusinofil) dan
beberapa kasus peningkatan IgE.
Adapun penyakit paru yang sering timbul akibat rokok secara langsung,
yaitu kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK). Sedangkan
secara tidak langsung, yaitu asma, pneumonia, dan tuberkulosis. Hal ini diperkuat
oleh laporan WHO dalam World Health Report(2000) menunjukkan bahwa 5 penyakit paru utama yang merupakan sebagian dari penyebab kematian di dunia,
masing-masing adalah kanker paru, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK),
tuberkulosis paru, pneumonia, dan asma.
2.4.1. Kanker Paru
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi
kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan
antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden
kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru.
Perokok pasif juga berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap
rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup
dengan suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat
(Amin, 2009 ).
Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan penyebab kanker paru
adalah tar. Bila seseorang menghisap rokok dalam jangka lama, maka di dalam
parunya akan terjadi perubahan akibat asap rokok. Proses kanker paru dimulai
dengan apa yang disebut masa “prakanker”. Perubahan pertama yang terjadi pada
masa ini disebut sebagai “metaplasia skuamosa” yang ditandai dengan perubahan
bentuk sel epitel pada permukaan saluran napas dan rusaknya silia atau bulu getar
yang ada pada permukaan saluran napas diparu. Bila rangsangan asap rokok
berlangsung terus maka metaplasia skuamosa berubah menjadi displasia,
Menurut Rab (2010) secara histopatologi kanker paru dapat digolongkan
menjadi 4 tipe, yakni karsinoma epidermoid (25%), karsinoma sel kecil (25%),
adenokarsinoma (30%), dan karsinoma sel besar (15%). Sisanya merupakan tipe
yang jarang didapat, yakni karsinoid bronkial, mukoepidermoid, dan karsinoma
adenoskuamosa. Ada juga pembagian dengan cara lain yang terdiri atas :
1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC), dikenal klasifikasi TMN, dimana T adalah tumor primer, N adalah metastasis kelenjar limfe,
dan M adalah metastasis jauh.
2. Small Cell Lung Cancer (SCLC), yakni sebelum tumor primer dapat dideteksi metastasis telah terjadi pada kelenjar limfe (M mungkin
lebih dahulu ditemukan daripada N). SCLC juga mempunyai tingkat
pembelahan yang tinggi, sehingga relatif lebih sensitif terhadap
tindakan radioterapi maupun sitotastik, akan tetapi tertutup
kemungkinan untuk dilakukannya tindakan operasi.
Adapun gejala klinis yang terjadi disebabkan oleh : (1) tumor itu sendiri,
yaitu batuk, nyeri dada dan hemoptisis, (2) obstruksi tumor pada bronkus, yakni
mengi (wheezing), stridor, atelektasis, atau dipsneu, (3) pertumbuhan tumor ke pleura, (4) metastasis ke kelenjar mediastinum, (5) metastasis jauh , ke cerebral
dan ke medula spinalis. Menurut Amin (2009) prosedur diagnostik meliputi; foto
rontgen dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral, pemeriksaan CT Scan dan
MRI, pemeriksaan bone scanning, pemeriksaan sitologi, pemeriksaan
histopatologi, pemeriksaan serologi/tumor marker. Pengobatannya dilakukan
dengan terapi bedah, radioterapi, dan kemoterapi.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003), keterkaitan rokok
dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perokok
pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan
oleh asap rokok. Maka pencegahan utama kanker paru berupa upaya memberantas
kebiasaan merokok. Menghentikan perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan
lebih dari seorang perokok pasif. Pencegahan harus diusahakan sebagai usaha
seharusnya diikuti dengan tindakan nyata anti-rokok yang melibatkan tenaga
medis dan mahasiswa FK dan non-FK.
2.4.2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan istilah yang
menggambarkan dua obstruksi pada paru-paru yang saling berhubungan yaitu
bronkitis kronis dan emfisema, dimana emfisema merupakan kondisi antara
kantung udara pada paru-paru yang rusak sehingga paru-paru kehilangan
elastisitasnya. Faktor risiko terjadinya PPOK meliputi; merokok, polusi udara
(debu dan bahan kimia), faktor genetik, status sosial ekonomi, nutrisi, gender.
Perokok memiliki prevalensi yang lebih tinggi menderita gejala respirasi dan
abnormalitas fungsi paru. Risiko PPOK pada perokok, bergantung pada
banyaknya rokok yang dihisap per tahun dan status merokok saat ini (Prasetyo
dan Rini, 2008). Kematian akibat PPOK pada orang yang merokok adalah sepuluh
kali lebih tinggi daripada yang tidak merokok (Aditama, 2011).
Teori hubungan rokok dengan PPOK yang saat ini dipermasalahkan
adalah peran keseimbangan oksidan-antioksidan dalam pemeliharaan interigitas
paru. Oksidan berkemampuan merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari
ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Asap
rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara
lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil meningkat 3-5 kali, hal yang
mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan hidrogen peroksida.
Disamping itu asap rokok sendiri juga bertindak sebagai oksidan serta menekan
aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus (Alsagaff & Mukty,
2006).
PPOK merupakan penyakit paru-paru serius, yang membuat penderitanya
semakin lama semakin sulit bernapas. Adapun gejalanya meliputi; batuk
terus-menerus atau disebut juga “batuk perokok”, sesak napas jika melakukan aktivitas
yang sebelumnya tidak menimbulkan kesulitan bernapas, produksi sputum
berlebihan, perasaan tidak mampu bernapas, perasaan tidak mampu menarik napas
Diagnosa PPOK menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003)
dapat ditegakkan berdasarkan: anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi), pemeriksaan penunjang (faal paru, darah rutin,
radiologi). Menurut Riyanto dan Hisyam (2009), obat yang umum dipakai PPOK meliputi; antikolinergik, β2 agonis, metilxantin, glukokortikosteroid sistemik, glukokortikosteroid inhaler, kombinasi β2 agonis dengan antikolinergik dalam satu inhaler, dan kombinasi β2 agonis dengan glukokortikosteroid dalam satu inhaler. Upaya berhenti merokok juga diperlukan dengan menggunakan strategi
yang dianjurkan oleh Public Health Service Report USA, yaitu : 1. Ask: lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan
2. Advice: terangkan tentang keburukan/dampak merokok sehingga pasien didesak mau berhenti merokok
3. Assess: yakinkan pasien untuk berhenti merokok 4. Assits: bantu pasien dalam program berhenti merokok
5. Arrange: jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intensif, bila usaha pertama masih belum memuaskan
2.4.3. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi
(Rab, 2011). Menurut Aditama (2011) mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara merokok dan tunberkulosis di Hong Kong, dimana terdapat fakta-fakta
yang agresif mengenai keterlibatan tuberkulosis terhadap paru diantara perokok
berdasarkan klinis, radiologi, dan mikrobiologi. Merokok dalam jangka waktu
yang panjang berhubungan dengan perubahan makrofag dan limfosit dan nikotin
akan menghalangi pelepasan tumour necrosis factor yang memainkan peran kunci dalam pertahanan seluler melawan infeksi Mycobacterium tuberkulosis.
Menurut Rab (2011) adapun keluhannya berupa; batuk, sputum mukoid
paru, wheezing (mengi) yang terlokalisir. Menurut Amin dan Bahar (2009) pemeriksaan yang dilakukan, yaitu; pemeriksaan fisis, radiologi, laboratorium
(darah, sputum, dan tes tuberkulin) dan WHO memberikan kriteria, yaitu; pasien
dengan sputum BTA positif dan pasien dengan sputum BTA negatif. Jenis
pengobatan yang dipakai:
1. Obat primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid (H),
rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomisin (S), etambutol (E)
2. Obat sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua): kanamisin, pas
(para amino salicylic acid), tiasetazon, etionamid, protionamid,
sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin,
siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.
2.4.4. Pneumonia
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Pada sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan
paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen membuat
sel-sel tidak bisa bekerja. Hal ini yang bisa membuat penderita pneumonia
meninggal (Misnadiarly, 2008). Faktor predisposisi antara lain berupa kebiasaan
merokok, pasca infeksi virus, diabetes melitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan
atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran (Dahlan, 2009).
Menurut Jackson (2011)gejala yang ditimbulkan bervariasi yaitu; gejala
flu, dikuti demam tinggi disertai mengigil; mungkin disertai nyeri dada tajam,
sesak napas, sianosis, produksi dahak kehijauan atau dahak disertai darah. Durasi
1-3 minggu, mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit khususnya untuk
lansia, anak, atau penderita penyakit kronis. Terapi pneumonia yaitu antibiotik
untuk bakteri dan jamur. Pencegahan dengan cara berhenti merokok, menghindari
2.4.5. Asma
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan nafas pendek (Purnomo, 2008). Asma merupakan gangguan
inflamasi jalan napas yang menyebabkan serangan mengi, sesak, dada terasa
tertekan, dan batuk (Jackson,2011). Menurut Rab (2010), asma bronkial adalah
penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus
yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen.
Faktor pencetus asma adalah alergi, infeksi dan iritasi,
ketidakseimbangan saraf otonom, perubahan lingkungan dan suhu (Rab, 2010).
Asap rokok, semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut dapat mencetuskan
serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa dapat serangan asma karena
berada dalam ruangan yang penuh asap rokok. Anak-anak yang menderita asma
lebih sering mendapat serangan asma bila dirumahnya ada yang merokok
(Sundaru, 2007). Hal ini juga diperkuat dari data yang diperoleh oleh Riskesdas
yang menunjukkan bahwa kelompok mantan perokok 1,9 kali berisiko terkena
asma dibandingkan dengan merokok dan kelompok bukan perokok karena
penderita asma mempunyai sifat kepekaaan saluran nafas yang berlebihan
sehingga merokok merupakan pemicu utama terjadinya asma. (Oemiati,
Sihombing, dan Qomariah, 2010).
Gejala asma yang khas yaitu mengi (bengek) yang terjadi secara
mendadak dan episodik serta memburuk pada malam hari atau dini hari dan saat
cuaca dingin, olahraga dan heartburn (refluks cairan lambung). Gejala lain yaitu batuk dengan atau tanpa sputum, dada terasa tertekan seperti diremas, dan sesak
napas. Pengobatannya terutama harus menghindari alergen dan iritan pernapasan
yang diketahui. Gejala asma dan inflamasi jalan napas harus dikontrol dengan
pengobatan. Obat “pereda cepat” atau obat penyelamat direkomendasikan untuk
penggunaan segera saat onset serangan. Umumnya digunakan obat bronkodilator,
seperti agonis beta kerja pendek yang dengan cepat akan merelaksasi otot
pernapasan. Kortikosteroid kerja panjang mencegah inflamasi jalan napas dan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
[image:33.595.154.495.255.365.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi
masing-masing variabel penelitian, maka perlu dijabarkan definisi operasional dari
penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan adalah menilai pengetahuan subjek terhadap rokok,
akibat rokok serta kandungannya yang dapat menimbulkan penyakit
paru.
2. Sikap adalah bagaimana reaksi atau respon subjek yang masih
tertutup terhadap rokok berdasarkan pengetahuan tentang rokok.
3. Rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
4. Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan
(respirasi).
Sikap Siswa terhadap Rokok
5. Dampak rokok terhadap paru adalah yang dapat menimbulkan efek
yang patologis, yaitu perubahan pada saluran napas sentral,
perubahan ada saluran tepi, perubahan pada alveoli dan kapiler, dan
perubahan fungsi imunologis (Rahmatullah,2009).
3.2.1. Aspek Pengukuran 3.2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan metode angket berupa kuesioner dengan
skala ordinal. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 12 pertanyaan dengan 3
pilihan jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi
skor 0. Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan
berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala
pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi
b. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
c. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi
Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden
berdasarkan sistem skoring adalah :
a. Skor 9 hingga 12 : baik
b. Skor 5 hingga 8 : cukup
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan
No. Skor
A B C
1. 0 1 0
2. 1 0 0
3. 0 1 0
4. 0 1 0
5. 1 0 0
6. 0 1 0
7. 1 0 0
8. 0 1 0
9. 0 0 1
10. 1 0 0
11. 0 0 1
12. 0 0 1
3.2.1.2. Sikap
Sikap diukur dengan metode angket berupa kuesioner dengan skala
ordinal. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 10 pertanyaan dengan 2 pilihan
jawaban setuju atau tidak setuju. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban
yang salah diberi skor 0. Hasil ukur dengan melakukan pengukuran sikap
berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala
pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi
b. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
c. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi
Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan
sistem skoring adalah :
a. Skor 8 hingga 10 : baik
b. Skor 4 hingga 7 : cukup
Tabel 3.2. Skor Pertanyaan pada Angket Sikap
No. Skor
Setuju Tidak Setuju
1. 0 1
2 0 1
3. 1 0
4. 0 1
5. 1 0
6. 1 0
7. 0 1
8. 1 0
9. 1 0
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif dan analitik dengan desain sekat silang
(Cross Sectional Study), yaitu penelurusuran sesaat yang artinya subjek diamati hanya sesaat atau satu kali pada setiap responden. Penelitian ini dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak, dalam jangka waktu tertentu
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa
SMA Harapan-1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Septermber 2012. Tempat penelitian
dilakukan di SMA Harapan 1 Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik
tertentu (Wahyuni, 2007). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa
SMA Harapan 1 Medan. Jumlah siswa sebanyak 1120 orang dengan rincian
[image:37.595.116.510.588.735.2]sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rincian Jumlah Siswa SMA Harapan 1 Medan (Populasi)
Kelas Jurusan Banyaknya kelas Jumlah Siswa
1 - 7 kelas 520 orang
2 IPA
IPS
6 kelas
2 kelas
320 orang
3 IPA
IPS
5 kelas
2 kelas
280 orang
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan Sampel pada
penelitian ini dengan menggunakan metode Probability Sampling, yaitu Stratified Random Sampling, dimana tehnik penarikan sampel dengan membagi populasi sasaran di dalam strata (golongan) menurut karakteristik tertentu yang dianggap
penting oleh peneliti , status sosio ekonomi, atau area geografis, lalu melakukan
penarikan sampel dari masing-masing strata (Wahyuni, 2007).
4.3.3. Besar Sampel
Sebelum menghitung jumlah sampel, terlebih dahulu perlu diketahui tiga
hal (Lameshow et al., 1990, dikutip Ariawan, 1998 dalam Notoatmodjo, 2010),
yakni:
a. Perkiraan proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi dalam populasi.
Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka P
(proporsi = 0,50 atau 50%)
b. Presesi adalah derajat ketepatan yang diinginkan, berarti
penyimpangan terhadap populasi, biasanya 0.05 (5%) atau 0,10
(10%)
c. Derajat kepercayaan
Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan
perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):
N . Z2 1-α/2 . P. (1-P)
n =
(N-1).d2 + Z2 1-α/2 . P. (1-P) Keterangan :
n : besar sampel minimal
N : jumlah populasi
Z1-α/2: nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (biasanya
95%=1,96)
d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n : besar sampel minimal
N : 1120
Z1-α/2 : 1,96
P : 0.50 (50%)
d : 0,05 (5%)
N . Z2 1-α/2 . P. (1-P)
n =
(N-1) d2 + Z2 1-α/2 . P. (1-P)
1120 . (1,96)2 . 0,50 . (1-0.50)
n =
(1120-1). (0,05)2 + (1,96)2 . 0,50 . (1-0,50)
1120. 3,8416. 0,50. 0,5
n =
1119. 0,0025 + 3,8416. 0,50. 0,5
1075,648
n =
2,7975 + 0,9604
1075,648
n =
3,7579
n = 286,23646
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% (1,96) dan
diperoleh dengan menggunakan rumus tersebut adalah setelah dibulatkan
sebanyak 286 orang.
Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswa sebagai berikut:
1. Kelas 1A : 1/22 x 286 = 13 orang
2. Kelas 1B : 1/22 x 286 = 13 orang
3. Kelas 1C : 1/22 x 286 = 13 orang
4. Kelas 1D : 1/22 x 286 = 13 orang
5. Kelas 1E : 1/22 x 286 = 13 orang
6. Kelas 1F : 1/22 x 286 = 13 orang
7. Kelas 1G : 1/22 x 286 = 13 orang
8. Kelas 2 IPA1 : 1/22 x 286 = 13 orang
9. Kelas 2 IPA2 : 1/22 x 286 = 13 orang
10.Kelas 2 IPA3 : 1/22 x 286 = 13 orang
11.Kelas 2 IPA4 : 1/22 x 286 = 13 orang
12.Kelas 2 IPA5 : 1/22 x 286 = 13 orang
13.Kelas 2 IPA6 : 1/22 x 286 = 13 orang
14.Kelas 2 IPS1 : 1/22 x 286 = 13 orang
15.Kelas 2 IPS2 : 1/22 x 286 = 13 orang
16.Kelas 3 IPA1 : 1/22 x 286 = 13 orang
17.Kelas 3 IPA2 : 1/22 x 286 = 13 orang
18.Kelas 3 IPA3 : 1/22 x 286 = 13 orang
19.Kelas 3 IPA4 : 1/22 x 286 = 13 orang
20.Kelas 3 IPA5 : 1/22 x 286 = 13 orang
21.Kelas 3 IPS1 : 1/22 x 286 = 13 orang
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan
pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang
berhubungan dengan jumlah siswa.
4.4.3. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan
diuji validnya dengan menggunakan program SPSS.
Angket penelitian ini yang telah disusun dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 12 pertanyaan tentang pengetahuan dan 10 pertanyaan tentang sikap.
Telah dilakukan uji validitas pada 20 orang responden pada salah satu sekolah di
kota Medan pada bulan Agustus 2012.
Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua
korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang
dengan taraf signifikan 0,1 adalah 0,444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut
valid.
4.4.4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari
Angket penelitian ini yang disusun sebelumnya telah diuji reliabilitas.
Sampel untuk uji reliabilitas adalah 20 orang responden dilakukan pada salah satu
sekolah dikota Medan. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan
koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari
[image:42.595.114.512.293.647.2]nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam
Angket
Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,524 Valid 0,788 Reliabel
2 0,546 Valid Reliabel
3 0,481 Valid Reliabel
4 0,662 Valid Reliabel
5 0,590 Valid Reliabel
6 0,560 Valid Reliabel
7 0,519 Valid Reliabel
8 0,653 Valid Reliabel
9 0,528 Valid Reliabel
10 0,596 Valid Reliabel
11 0,459 Valid Reliabel
12 0,482 Valid Reliabel
Sikap 1 0,656 Valid 0,804 Reliabel
2 0,662 Valid Reliabel
3 0,656 Valid Reliabel
4 0,697 Valid Reliabel
5 0,497 Valid Reliabel
6 0,658 Valid Reliabel
7 0,581 Valid Reliabel
8 0,542 Valid Reliabel
9 0,465 Valid Reliabel
4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data
Menurut Wahyuni (2007), pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara
tertentu.
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer.
4. Cleaning
Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan
data.
5. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
6. Analisis data
4.5.2. Analisis data
Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskritif dengan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deksripsi Lokasi Penelitian
SMA Harapan 1 Medan merupakan salah satu sekolah yang terfavorit di
kota Medan adapun lokasi sekolah tersebut terletak di Jalan Imam Bonjol No. 35,
kelurahan Jati, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Batas-batas
sekolahnya adalah sebagai berikut :
d. Batas Utara : Jalan Slamet Riyadi
e. Batas Selatan : Jalan Sudirma
f. Batas Timur : Jalan Saman Hudi
g. Batas Barat : Jalan Haji Misbah
Berdasarkan data dari pihak sekolah jumlah seluruh siswa SMA Harapan
1 Medan tahun 2012 sebanyak 1120 orang. Dengan rincian terdapat 22 kelas
yaitu kelas 1 terdapat 7 kelas, kelas 2 terdapat 8 kelas dan kelas 3 terdapat 7 kelas.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Harapan 1 Medan dengan total responden 286 orang. Karakteristik responden
yang diamati adalah jenis kelamin dan umur.
5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, hasil penelitian ini memperoleh
sebagian besar responden adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 182
orang (63,6%), kemudian perempuan sebanyak 104 orang (36,4%). Sedangkan
berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden yang
terbanyak terdapat pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 108 orang (37,8%), dan
yang paling sedikit terdapat pada umur 18 tahun yaitu 1 orang (0,3%). Hal ini
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Umur
Karakteristik Responden Jumlah (orang)
Persentase (%)
JenisKelamin Laki-laki 182 63,6
Perempuan 104 36,4
Total 286 100,0
Umur (tahun) 13 5 1,7
14 30 10,5
15 81 28,3
16 108 37,8
17 61 21,3
18 1 0,3
Total 286 100,0
5.2. Hasil Analisis Data
5.2.1. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden
Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap
pertanyaan mengenai pengetahuan tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru
dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden
Pertanyaan Benar Salah
n % n %
1. Pengertian rokok 248 86,7 38 13,3
2. Pengertian rokok filter 230 80,4 56 19,6
3. Tiga racun utama rokok 191 66,8 95 33,2
4. Kandungan rokok penyebab kanker 96 33,6 190 66,4
5. Kandungan rokok penyebab
kecanduan
222 77,6 64 22,4
6. Pengertian perokok pasif 282 98,6 4 1,4
7. Pengertian perokok aktif 280 97,9 6 2,1
8. Perbandingan bahaya asap rokok
terhadap perokok pasif dan aktif
197 68,9 89 31,1
9. Organ yang rusak akibat rokok 281 98,3 5 1,7
10. Penyakit paru akibat rokok 278 97,2 8 2,8
11. Gejala penyakit paru akibat rokok 280 97,9 6 2,1
[image:45.595.115.512.507.734.2]Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui
dan menjawab dengan benar pertanyaan keenam tentang pengertian perokok pasif
yaitu sebanyak 282 orang (98,6%). Sedangkan responden yang banyak menjawab
salah terdapat pada pertanyaan keempat tentang kandungan rokok penyebab
kanker sebanyak 96 orang (33,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai
berikut:
5.2.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden
Data lengkap distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden
berdasarkan skor jawaban dari soal pengetahuan. Dari hasil penelitian dapat
dilihat bahwa kategori pengetahuan responden tertinggi terdapat pada kategori
baik yaitu sebanyak 245 orang (85,7%) dan terendah terdapat pada kategori
[image:46.595.112.514.424.496.2]kurang yaitu 4 orang (1,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden
Kategori Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)
Baik 245 85,7
Cukup 37 12,9
Kurang 4 1,4
Total 286 100,0
5.2.2.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden
Data lengkap distribusi kategori pengetahuan responden berdasarkan
karakteristik responden.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengetahuan baik paling
banyak berasal dari responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 162
orang (89,0%), sedangkan berdasarkan umur yang memiliki pengetahuan baik
pada umur 13 tahun 5 orang (100,0%) dan 18 tahun sebanyak 1 orang (100,0%).
Tabel 5.4. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori Pengetahuan Total
Responden Baik Cukup Kurang n %
n % n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 162 89,0 18 9,9 2 1,1 182 100,0
Perempuan 83 79,8 19 18,3 2 1,9 104 100,0
Umur (tahun)
13 5 100,0 0 0 0 0 5 100,0
14 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100,0
15 73 90,1 6 7,4 2 2,5 81 100,0
16 88 81,5 18 16,7 2 1,9 108 100,0
17 51 83,6 10 16,4 0 0 61 100,0
18 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0
5.2.3. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap
pertanyaan mengenai sikap tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden
Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
n % n %
1. Tetap berada diruangan penuh asap rokok
6 2,1 280 97,9
2. Merokok menunjukkan anak gaul 5 1,7 281 98,3
3. Menolak jika ditawari rokok 246 86,0 40 14,0
4. Merokok pada saat depresi 33 11,5 253 88,5
5. Menutupi hidung dan mulut jika
ada asap rokok
257 89,9 29 10,1
6. Membantu teman/ orang terdekat
untuk tidak merokok
264 92,3 22 7,7
7. Mengikuti kebiasaan teman/ orang tua merokok
13 4,5 273 95,5
8. Ikut serta menyukseskan Hari
tanpa Tembakau
263 92,0 23 8,0
9. Tidak merokok didepan orang yang tidak merokok
253 88,5 33 11,5
10. Tidak merokok karena rokok
berbahaya bagi kesehatan
[image:47.595.114.517.462.730.2]Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
sikap dan menjawab dengan benar pertanyaan kedua bahwa tidak setuju jika
dengan merokok menunjukkan anak yang gaul yaitu sebanyak 281 orang (98,3%).
Sedangkan responden yang banyak menjawab salah terdapat pada pertanyaan
ketiga dengan sikap tidak setuju menolak jika ditawari rokok sebanyak 40 orang
(14,0%)
5.2.4. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden
Data lengkap distribusi frekuensi kategori sikap responden berdasarkan
[image:48.595.112.513.361.435.2]skor jawaban dari soal pertanyaan sikap dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden
Kategori Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)
Baik 258 90,2
Cukup 27 9,4
Kurang 1 0,3
Total 286 100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori sikap responden tertinggi
terdapat pada kategori baik yaitu sebanyak 258 orang (90,2%) dan terendah
terdapat pada kategori kurang yaitu 1 orang (0,3%).
5.2.4.1. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden Data lengkap distribusi kategori sikap responden berdasarkan
karakteristik responden.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin yang memiliki sikap baik paling banyak
berasal dari responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 101
orang (97,1%), sedangkan berdasarkan umur yang memiliki sikap baik pada umur
Tabel 5.7. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori Sikap Total
Responden Baik Cukup Kurang n %
n % n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 157 86,3 24 13,2 1 0,5 182 100,0
Perempuan 101 97,1 3 2,9 0 0 104 100,0
Umur (tahun)
13 4 80,0 1 20,0 0 0 5 100,0
14 29 96,7 1 3,3 0 0 30 100,0
15 78 96,3 3 3,7 2 2,5 81 100,0
16 102 94,4 5 4,6 1 0,9 108 100,0
17 44 72,1 17 27,9 0 0 61 100,0
18 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0
5.2.5 Hubungan Antara Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap Responden
Berdasarkan tabulasi silang kategori pengetahuan dengan kategori sikap
responden tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru diperoleh kategori
responden terbanyak memiliki pengetahuan baik sebanyak 245 responden
(100,0%) dengan sikap yang baik yaitu sebanyak 219 responden (89,4%), dan
yang berpengetahuan baik dengan sikap cukup dan kurang sebanyak 26 responden
(10,6%). Sedangkan dari 41 responden (100,0%) yang berpengetahuan cukup
dan kurang memiliki sikap yang baik sebanyak 39 responden (95,1%), dan
berpengetahuan cukup dan kurang memiliki sikap yang cukup dan kurang
sebanyak 2 responden (4,9%).
Hasil analisis variabel kategori pengetahuan dengan kategori sikap
diperoleh nilai hitung p sebesar 0,394 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa Ho diterima dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru dan dapat dilihat pada
Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kategori Pengetahuan dengan Kategori Sikap
Responden tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru
Kategori Kategori Sikap Total Pengetahuan Baik Cukup & Kurang n % p
n % n %
Baik 219 89,4 26 10,6 245 100,0 0,394*
Cukup & Kurang 39 95,1 2 4,9 41 100,0
*nilai signifikan (p=0,05)
5.3. Pembahasan
5.3.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi karakterisrik responden
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Responden yang dipilih mewakili dari
masing-masing kelas, sehingga dari tabel 5.1 responden terbanyak terdapat pada
umur 16 tahun yaitu sebanyak 108 orang (37,8%) dan yang paling sedikit terdapat
pada umur 18 tahun yaitu 17 orang (0,3%). Sedangkan menurut jenis kelamin
terlihat pada tabel 5.2 responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 182 orang (63,6%), kemudian perempuan sebanyak 104 orang (36,4%).
5.3.2. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Dimana penelitian dilakukan pembag