• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetisi Jenis dan Populasi Gulma Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Muda (Theobroma cacao)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetisi Jenis dan Populasi Gulma Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Muda (Theobroma cacao)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SOME KIND OF COMPETITION AND POPULATION ON WEED EARLY GROWTH OF SUGAR CANE PLANT

(Saccharum officinarum L.)

By

Patrice Dwita Siagian

The presence of weeds in crop fields will lead to the early growth of sugar cane less than the maximum. The magnitude of this decrease is influenced by the types of weeds and weed population.

The experiment was conducted in South Lampung Regency Garden Experiments, Laboratory of Weed and Seed Laboratory of the University of Lampung starting in October 2011 to February 2012. Experimental plots are arranged in a ribbed design with 3 replications. The treatments are arranged in a factorial (5x4). The first factor is the 5 types of weeds (Asystasia gangetica, Borreria alata,

conjugatum Paspalum, Setaria plicata, and Cyperus rotundus) and the second factor is the weed population (0, 20, 40, and 60 gulma/m2). Homogenity of data was tested with Bartlett test and additivity of data were tested with Tukey test. If the assumptions are met, data were analyzed and followed by a variety of different test real smallest (LSD) at the level of 5%. This study aimed to study: (1) the influence of some weed species on early growth of sugarcane (2) the influence of weed population density of the initial perumbuhan sugarcane, (3) interaction of species and population density affect early growth of weeds in sugarcane.

The results showed that: (1) Setaria plicata in a population of 60 gulma/m2 able to suppress populations of sugarcane at the age of 4 and 6 MST. (2) weed

populations 20, 40, and 60 gulma/m2 able to suppress the number of leaves at the age of 8 and 12 MST and plant population at the age of 8 and 12 MST. (3) the interaction between species and weed populations in suppressing plant height at the age of 8 and 12 MST, plant population at the age of 4 and 6 MST, the percentage of weeds pentupan 4 and 12 MST, and the dry weight of sugar cane. Keywords: Sugarcane Crop Competition, Asystasia gangetica, Borreria alata,

(2)

ABSTRAK

KOMPETISI BEBERAPA JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L.)

Oleh

Patrice Dwita Siagian

Keberadaan gulma di lahan pertanaman akan menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tebu kurang maksimal. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh jenis gulma dan populasi gulma.

Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kabupaten Lampung Selatan, Laboratorium Gulma, dan Laboratorium Benih Universitas Lampung mulai bulan Oktober 2011 sampai bulan Februari 2012. Percobaan ini disusun dalam

Rancangan Petak Berjalur dengan 3 ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial (5x4). Faktor pertama adalah 5 jenis gulma (Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus) dan faktor kedua adalah populasi gulma (0, 20, 40, dan 60 gulma/m2). Homogenitas data diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) pengaruh beberapa jenis gulma terhadap pertumbuhan awal tebu (2) pengaruh kepadatan populasi gulma terhadap perumbuhan awal tanaman tebu; (3) interaksi jenis dan kepadatan populasi gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman tebu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Setaria plicata pada populasi 60 gulma/m2 mampu menekan populasi tanaman tebu pada umur 4 dan 6 MST. (2) gulma pada populasi 20, 40, dan 60 gulma/m2 mampu menekan jumlah daun pada umur 8 dan 12 MST serta populasi tanaman pada umur 8 dan 12 MST. (3) terjadi interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam menekan tinggi tanaman pada umur 8 dan 12 MST, populasi tanaman pada umur 4 dan 6 MST, persentase pentupan gulma 4 dan 12 MST, dan bobot kering tebu.

(3)

Patrice Dwita Siagian

The presence of weeds in crop fields will lead to the early growth of sugarcane less than the maximum. The magnitude of this decrease is influenced by the types of weeds and weed population.

The experiment was conducted in South Lampung Regency Garden Experiments, Laboratory of Weed and Seed Laboratory of the University of Lampung starting in October 2011 to February 2012. Experimental plots are arranged in a ribbed design with 3 replications. The treatments are arranged in a factorial (5x4). The first factor is the 5 types of weeds (Asystasia gangetica, Borreria alata,

conjugatum Paspalum, Setaria plicata, and Cyperus rotundus) and the second factor is the weed population (0, 20, 40, and 60 gulma/m2). Homogeneity of data was tested with Bartlett test and additivity of data were tested with Tukey test. If the assumptions are met, data were analyzed and followed by a variety of different test real smallest (LSD) at the level of 5%. This study aimed to study: (1) the influence of some weed species on early growth of sugarcane (2) the influence of weed population density of the initial perumbuhan sugarcane, (3) interaction of species and population density affect early growth of weeds in sugarcane.

The results showed that: (1) Setaria plicata in a population of 60 gulma/m2 able to suppress populations of sugarcane at the age of 4 and 6 MST. (2) weed

(4)
(5)

KOMPETISI BEBERAPA JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L)

(Skripsi)

Oleh

PATRICE DWITA SIAGIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)
(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak perlakuan. ... 33 2. Petak perlakuan. ... 34 3. Tata letak pengambilan sampel tanaman tebu dan gulma. ... 38 4. Kompetisi gulma (populasi 40 gulma/m2) dengan tebu pada

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA. ... i

DAFTAR ISI. ... iii

DAFTAR TABEL. ... v

DAFTAR GAMBAR. ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. ... 1

1.2 Perumusan masalah. ... 5

1.3 Tujuan penelitian. ... 5

1.4 Landasan teori. ... 6

1.5 Kerangka pemikiran. ... 8

1.6 Hipotesis. ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani tebu. ... 12

2.2 Produksi tebu. ... 14

2.3 Tumbuhan C3 dan C4. ... 15

2.4 Gulma secara umum. ... 19

(9)
(10)
(11)

6 4.2.1 Tinggi tanaman tebu. ... 49

4.2.2 Jumlah daun tebu. ... 53 4.2.3 Populasi tanaman tebu. ... 56

4.2.4 Bobot kering tanaman tebu. ... 61

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA. ... 64

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W. P. 1977. Weed Science: Principles. New York: USA. Pp 598. Anonim. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Tebu. Diakses tanggal 20 Juni 2011.

Pukul 9.45 WIB

Arnon, I. 1975. Mineral nutrition of maize Int. Worbloufen, Bern Switzerland, Bern

Switzerland. Pp. 314.

Djafaruddin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara. 105 hlm.

Fadly, A. F. dan F. Tabri. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. http://www.balitsereal.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober

2011

Giena. 2010. Penguasaan Sarana Tumbuh Gulma. (Artikel).

http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2052656-penguasaan-sarana-tumbuh-gulma/. Diakses tanggal 27 Februari 2012.

Goenadi, D. H. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. 33 hlm.

Gorham, P. dan J. Hosking. 2007. A New Invasive Weeds in NSW.

www.dpi.nsw.gov.au/weeds. Diakses pada tanggal 25 September 2011. Grubben, G. H., dan Partohardjo. 1996. Cereal: Plant Resources of South East

Asia No. 10. PROSEA Bogor

Klana, S.H. 2010. Pengaruh Kerapatan Populasi Gulma Teki terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah dan Kacang Tanah.

(13)

Manidool, C. 1992. Plant Resources of South;East No. 4. Forages. Pudoc-DLO, Wageningen,

the Netherlands. Pp 53-54

Moenandir, J. 1988. Ilmu Gulma: Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma (Jilid III). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 97 hlm.

Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers: Jakarta. 143 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 83 hlm.

Padmaningsih, R. 2005. Pengaruh Pemberian Tunggak Padi (Oryza sativa L.) dan Dosis Herbisida Glifosat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedele (Glicine max [L.] Merrill). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 69 hlm.

Palasta, R. 2007. Efisikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Rama. 2006. Produksi Gula Nasional Capai 2,3 Juta ton. www.sapos.co.id/berita. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011. 10 hlm.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.166

hlm.

Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Radja Grafindo.

Jakarta. 157 hlm.

Tjitrosoedirjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia: Jakarta. 210 hlm

Wawo, A.H dan Wirdateti. 1999. Pertumbuhan dan Produksi Padi dalam Pola Intercropping dengan Rumput Raja di Lahan Kering Desa Pulutan-Gunung Kidul. Jurnal Agrotropika. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 451 hlm.

(14)
(15)

Judul Skripsi : Kompetisi Jenis dan Populasi Gulma

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Muda

(Theobroma cacao) Nama Mahasiswa : Verpi Marlina Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013224 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Nanik Sriyani, M.Sc. Ir. Herry Susanto, M.P. NIP 196201011986032001 NIP 196301151987031001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

(16)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji Ketua :

Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc.

Sekretaris :

Ir. Herry Susanto, M.P.

Penguji bukan Pembimbing : Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(17)
(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tebu

Saccharum terbagi dalam 5 spesies yaitu Saccharum spontanaeum, Saccharum sinense, Saccharum barberi, Saccharum robustum, dan Saccharum officinarum (tebu). Tebu (Saccharum officinarum L,) termasuk keluarga Poaceae atau rumput-rumputan dan berkembangbiak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.

Klasifikasi botani tanaman tebu adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Famili : Poaceae

Genus : Saccharum

(19)

Tebu merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus 300 hari sampai 365 hari. Tinggi tanaman tebu bila tumbuh dengan baik dapat mencapai 3-5 meter. Namun bila pertumbuhannya jelek tingginya kurang dari 2 meter.

Batang tebu padat, memiliki ruas, dan buku. Bagian luar berkulit keras dan bagian dalam lunak dan mengandung air gula. Pada batas antara dua ruas (internodia) terdapat kuncup (mata) dengan irisan batang tebu berbentuk bulat panjang dan pada buku (nodia) terdapat bekas duduknya daun.

Tanaman tebu berakar serabut banyak yang keluar dari lingkungan akar di bagian pangkal batang. Akar muda tidak banyak bercabang dan hampir lurus, ujung setiap akar ditutup dengan tudung akar (calytra) dan mempunyai rambut-rambut halus yang disebut akar (harwortels). Adanya rambut-rambutr akar suatu tanda bahwa akar masih tumbuh dengan baik. Akar baru yang terbentuk berwarna putih, setelah tua berwarna menjadi kecoklatan dan mempunyai cabang, 70% akar rambut berada dalam bagian atas (kedalaman 30 cm), dan 90% tersebar di sekitar lebih dari 30 cm dari pusat akar.

Daun tebu berpangkal pada buku (nodia) dan duduk pada batang secar berseling. Daun terdiri dari helai daun (lamina) dan pelapah daun (vagina). Helai daun

berbentuk garis yang panjangnya 1-2 m dan lebar 4-7 cm. Tepi permukaan daun kasar dan tidak licin. Pelepahnya di bagian bawah membalut batang seluruhnya

(20)

2.2 Produksi Tebu

Budidaya tanaman tebu membutuhkan iklim tropis atau subtropis dengan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun. Tanaman ini memiliki kemampuan fotosintesis yang paling efisien dibandingkan dengan seluruh jenis tanaman lainnya, di mana dapat mengubah sebanyak 2% energi matahari menjadi biomasa.

Jumlah tebu diperbanyak dan dibiakkan dari pemotongan batang-batangnya dan bukan dari benih. Setiap satu pemotongan mengandung satu ruas bakal-tanaman (bud) dan potongan-potongan tersebut biasanya ditanam secara manual dengan tangan. Dalam sekali tanam, satu batang tebu dapat dipanen hingga beberapa kali, setelah setiap pemanenan, anakan tebu akan tumbuh menjadi batang-batang baru dinamakan ratoons. Hasil yang didapat pada pemanenan berikutnya biasanya lebih rendah, oleh karena itu dilakukan penanaman kembali. Pada tiap penanaman, panen dapat dilakukan 2 hingga 10 kali tergantung pada praktik pertanian yang diterapkan. Rata-rata tebu yang dihasilkan adalah 100 ton tebu per hektar atau 10 ton gula per hektar. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu adalah:

1. Air

2. Unsur hara 3. Cahaya matahari

4. Adanya gangguan gulma 5. Jarak tanam

(21)

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digiling di pabrik gula, maka akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

2.3 Tumbuhan C3 Dan C4

a. Tumbuhan C3

Tumbuhan C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian

besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.

Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan

substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses

fotorespirasi (fotorespirasi adalah respirasi, proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari). Jika

konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2

akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan

bertambah besar.

(22)

berlimpah. Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas

karbondioksida yang tinggi sebab Rubisco sering menyertakan molekul oksigen ke dalam Rubp sebagai pengganti molekul karbondioksida. Konsentrasi gas

karbondioksida yang tinggi menurunkan kesempatan Rubisco untuk menyertakan molekul oksigen. Bila ada molekul oksigen maka Rubp akan terpecah menjadi molekul 3-karbon yang tinggal dalam siklus Calvin dan 2 molekul glikolat akan dioksidasi dengan adanya oksigen, menjadi karbondioksida yang akan menghabiskan energi. Pada tumbuhan C3, CO2 hanya difiksasi RuBP oleh karboksilase RuBP.

Karboksilase RuBP hanya bekerja apabila CO2 jumlahnya berlimpah. Contoh

tanaman C3 antara lain: kedelai, kacang tanah, kentang, dan lain-lain.

b. Tumbuhan C4

Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering. Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzim pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat

mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya

assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh

PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentrasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat

kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi

(23)

tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2. Sehingga dengan

meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4

dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung,

sorgum, dan tebu.

Pada sintesis C4,enzim karboksilase PEP memfiksasi CO2 pada aseptor karbon lain

yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat yang lebih tinggi terhadap CO2

daripada karboksilase RuBP. Oleh karena itu,tingkat CO2 menjadi sangat rendah

pada tumbuhan C4, jauh lebih rendah daripada konsentrasi udara normal dan CO2

masih dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase PEP. Sistem perangkap C4 bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh lebih rendah.

Tumbuhan C4 dinamakan demikian karena tumbuhan itu mendahului siklus Calvin

yang menghasilkan asam berkarbon-4 sebagai hasil pertama fiksasi CO2 dan yang

memfiksasi CO2 menjadi APG di sebut spesies C34, sebagian spesies C4 adalah

monokotil (tebu, jagung, dll). Reaksi dimana CO2 dikonversi menjadi asam malat

atau asam aspartat adalah melalui penggabunggannya dengan fosfoeolpiruvat (PEP) untuk membentuk oksaloasetat dan Pi. Enzim PEP-karboksilase ditemukan pada setiap sel tumbuhan yang hidup dan enzim ini yang berperan dalam memacu fiksasi CO2 pada tumbuhan C4. Enzim PEP-karboksilase terkandung dalam jumlah yang

(24)

Reaksi untuk mengkonversi oksaloasetat menjadi malat dirangsang oleh enzim malat dehidrogenase dengan kebutuhan elektronnya disediakan oleh NHDPH. Oksaleasetat harus masuk kedalam kloroplas untuk direduksi menjadi malat. Pembentukan

aspartat dari malat terjadi didalam sitosol dan membutuhkan asam amino lain sebagai sumber gugus amino. Proses ini disebut transaminasi. Pada tumbuhan C-4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik, yakni :

1. sel mesofil

2. sel-sel bundle sheath/sel seludang-berkas pembuluh.

Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat disekitar berkas pembuluh. Di antara seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yang tersusun agak longgar. Siklus Calvin didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organik dalam mesofil.

Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP) untuk

membentuk produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel mesofil oleh

enzim PEP karboksilase. Senyawa berkarbon-empat-malat, dalam hal ini menyalurkan atom CO2 kedalam sel seludang-berkas pembuluh melalui

plasmodesmata. Dalam sel seludang –berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang kedalam materi organik oleh Rubisco dan

(25)

Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan meningkatkan

produksi gula. Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang banyak, di lingkungan seperti inilah tumbuhan C4 sering muncul dan

tumbuh subur.

2.4 Gulma Secara Umum

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dan

mengurangi hasil panen. Tidak hanya itu, gulma juga dapat menimbulkan kerugian lainnya, yaitu mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menghasilkan allelokimia, sebagai vektor hama dan penyakit, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984 dalam Palasta, 2007).

Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup, cara berkembangbiak, habitat, tempat tumbuh, sistematika, asal, dan morfologi. Berdasarkan morfologinya gulma dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu golongan rumput (grasses), golongan teki (sedges), dan golongan berdaun lebar (broad leaves).

Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1) menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi

(26)

pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 1995).

2.5 Kompetisi Gulma dengan Tebu

Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses

fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) dalam Wikipedia (2011) menyatakan bahwa kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 %, dan kacang tanah 11,8 %. Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh (1) Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi

(27)

pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.

Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antar lebih dari satu tumbuhan. Interaksi adalah peristiwa saling tindak antar tumbuhan tersebut. Menurut Soerjani (1976) dalam Moenandir (1993), tipe interaksi sebagai berikut: (1) Neutralisme, ke dua tumbuhan saling tidak terpengaruh oleh interaksi. (2) Kompetisi, ke dua tumbuhan terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam bentuk penurunan kegiatan

pertumbuhannya (termasuk peristiwa allelopati). (3) Amensalisme, satu tumbuhan tidak dipengaruhi oeh interaksi sementara kegiatan pertumbuhan lainnya dipengaruhi secara negatif. (4) Dominasi, satu tumbuhan mendominansi tumbuhan lainnya (termasuk parasitisme dan predasi). (5) Komensalisme, suatu interaksi yang positif. Satu tumbuhan tidak dipengaruhi, sedangkan tumbuhan lain memperoleh keuntungan dari interaksi. (6) Proto-kooperasi, interaksi kooperatif antara dua tumbuhan.

Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling

memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam waktu sama yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut misalnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.

a. Persaingan memperebutkan hara

(28)

yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda, oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.

Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen . Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka nitrogen lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.

b. Persaingan memperebutkan air

(29)

c. Persaingan memperebutkan cahaya

Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur, maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman memperebutkan cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhan yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.

Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada

gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara, dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kerapatan gulma, jenis gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma, dan allelopati.

a. Kerapatan gulma

(30)

b. Jenis gulma

Masing-masing jenis gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda. Jenis gulma juga menghambat pertumbuhan tanaman pokok secara berbeda. Setiap jenis gulma juga menurunkan hasil produksi tanaman pokok secara berbeda.

Saat kemunculan gulma

Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasil semakin menurun.

Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.

c. Lama keberadaan gulma

Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingan, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.

d. Kecepatan tumbuh gulma

Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasil semakin menurun.

e. Habitus gulma

(31)

f. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)

Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien dibandingkan dengan jalur fotosintesis C3. Biasanya persaingan lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasil semakin menurun.

g. Allelopati

Beberapa spesies gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatif. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih kuat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasil semakin menurun. Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga

mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma

tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan pertanamannnya.

Karena itu diperlukan teknik yang tepat untuk mengendalikan gulma tersebut, namun untuk melakukan pengendalian yang baik dan benar diperlukan pengetahuan seberapa besarkah pengaruh gulma terhadap tanaman tebu. Oleh karena itu dilakukan

(32)

2.6 Deskripsi Gulma Dominan pada Tanaman Tebu

2.6.1 Gulma Rumputan

Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili poaceae adalah kelompok

rumputan. Kelompok gulma ini ditandai dengan ciri utama daun, berbentuk pita, dan terletak berselang seling pada ruas batang. Batang berbentuk silindris, beruas dan berongga. Akar gulma golongan ini tergolong dalam akar serabut (Sembodo, 2010).

2.6.1.1 Paspalum conjugatum

Paspalum conjugatum tumbuh di dasar pantai sampai ketinggian 1700 m di tempat cukup terbuka dan beriklim lembab. Paspalum conjugatum ditemukan tumbuh di bawah tanaman perkebunan, di sepanjang tepi sungai, pinggir jalan, dan di daerah terganggu.

Paspalum conjugatum tergolong ke dalam gulma rumput, memiliki stolon yang panjang, batang tegak 4-80 cm, bercabang, memiliki batang yang kuat. Daun terselubung, biasanya lebar daun 30-50 mm. Bunga memiliki dua atau kadang-kadang tiga tandan dengan panjang 7-16 cm. Pembungaan dimulai 4-5 minggu setelah kecambah muncul dan terus berbunga sepanjang tahun (Manidool, 1992).

2.6.1.2 Setaria Plicata

(33)

bulir, buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril, bunga atas hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, dan coklat atau hitam (Grubben dan

Partohardjono, 1996).

2.6.2 Gulma Berdaun Lebar

Gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai di lapangan dan paling beragam jenisnya. Ciri-ciri yang dimiliki gulma daun lebar juga sangat beragam tergantung familinya. Sebagai gambaran umum, bentuk daun gulma golongan ini adalah lonjong, bulat, menjari, atau berbentuk hati. Akar yang dimiliki umumnya berupa akar tunjang. Beberapa gulma yang termasuk dalam jenis pakuan atau pakis, memiliki perakaran serabut. Batang umumnya bercabang, berkayu atau sukulen. Bunga gulma golongan ini ada yang majemuk dan ada yang tunggal (Sembodo, 2010).

2.6.2.1 Borreria alata

(34)

Karibia, Afrika Barat Laut, Asia Selatan, Australia bagian Barat dan Utara, dan kepulauan di Pasifik Selatan (Gorham dan J. Hosking dalam Palasta, 2007).

2.6.2.2 Asystasia gangetica

Asystasia gangetica atau Chinese Violet merupakan tumbuhan perennial yang tumbuh menjalar dan menempel pada tanaman pokok. Daun berbentuk oval dan kadang-kadang hampir berbentuk segitiga dengan panjang 2,5- 16,5 cm dan lebar 0,5 – 5,5 cm. Batang dan daun berambut halus, bunga berwarna putih atau ungu, dan bentuknya menyerupai lonceng dengan panjang 2- 2,5 cm. Buah seperti kapsul, berisi empat buah biji dan panjang sekitar 3 cm. Asystasia

gangetica tumbuh pada daerah tropis dan subtropis (Gorham dan Hosking, 2007).

Asystasia gangetica sangat menarik, cepat tumbuh, dan menyebar. Batang daun berwarna hijau sederhana dan gelap. Asystasia gangetica menghasilkan bunga berwarna putih dengan tanda ungu. Bunga yang dihasilkan selama jangka waktu panjang dan diikuti oleh penutup biji dengan biji berwarna coklat.

2.6.3 Gulma Golongan Tekian

Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Cyperaceae adalah gulma golongan tekian. Gulma yang termasuk dalam golongan ini memiliki ciri utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis tertentu, seperti Cyperus rotundus, batang membentuk umbi (Sembodo, 2010).

(35)

Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah

jenis Cyperus rotundus, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip dengan C. rotundus.

Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Teki membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu

menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Teki termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4.

(36)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah plastik, alat pengukur panjang, tali rafia, patok, tugal, timbangan Ohaus, oven, cangkul, koret, selang, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah stek batang tebu varietas RGM-97, air, pupuk Urea, pupuk Ponska, gulma berdaun lebar (Asystasia gangetica dan Borreria alata), gulma teki (Cyperus rotundus), gulma rumput (Paspalum conjugatum dan Setaria plicata ).

3.3 Metode Penelitian

(37)

gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan menurut rancangan percobaan petak berjalur (strip plot).

3.4 Analisis Data

Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk mengidentifikasi pengaruh satuan populasi gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk (Tabel1).

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Penentuan petak perlakuan

(38)

Tabel 1. Sidik ragam rancangan petak berjalur.

Sumber keragaman

Derajat Kebebasan Jumlah kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5% 1%

Galat a : galat percobaan pengaruh interaksi ulangan dan jenis gulma

Faktor B : pengaruh populasi gulma

Galat b : galat percobaan pengaruh interaksi ulangan dan populasi gulma

Faktor AxB : pengaruh interaksi dari jenis dan populasi gulma

Galat c : galat percobaan pengaruh interaksi jenis gulma, pupolasi gulma dan ulangan

(39)

Gulma

Gambar 1. Tata Letak Perlakuan

Keterangan:

po: Populasi 0 gulma/m2

p1: Populasi 20 gulma/m2 p2: Populasi 40 gulma/m2 p3: Populasi 60 gulma/m2

(40)

3 m

Gambar 2. Petak Perlakuan Keterangan:

Bibit 1 stek = 2 mata tunas =10 mata/ tunas per mata

3.5.2 Penanaman Stek Tebu

Penanaman tebu dilakukan dengan menggunakan 5 stek batang tebu dengan 2 mata tunas per stek atau 10 mata tunas per meter. Setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyiraman pada areal pertanaman.

3.5.3 Penanaman Gulma

Penanaman gulma dilakukan berdasarkan ukuran dari yang kecil, sedang, tinggi, dan jumlah daun biasanya 4-5 daun setiap jenis gulma ditanam pada bedengan

(41)

yang telah disiapkan. Setiap jenis gulma berbeda jumlah daunnya, tergantung kondisi di lapangan. Ada lima jenis gulma yang digunakan yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata, Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus. Gulma ditanam setelah tiga hari menanam stek batang tebu.

Penanaman gulma dilakukan dengan cara ditransplanting menyebar di stek tanaman tebu. Ini dilakukan untuk mengetahui kompetisi gulma dengan tanaman tebu.

3.5.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, dan penyiangan gulma lain. Penyiraman dilakukan dengan cara mengalirkan air yang berasal dari bak

penampungan air dekat lahan menggunakan selang. Penyiraman dilakukan untuk mencukupi ketersediaan air pada tanaman tebu dan jadwal pengairan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman dilakukan melihat kondisi di lapangan, apabila musim hujan tidak perlu disiram sedangkan musim kemarau disiram satu kali sehari dilakukan sore hari. Pemberian pupuk Urea dosis 100 kg/ha dilakukan pada saat 3-4 minggu setelah tanam dan pupuk Ponska 300 kg/ha dilakukan pada saat menanam. Pemupukan dilakukan dengan cara dibuat larikan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma lain yang berada di petak percobaan, kegiatan ini dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan koret.

(42)

Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan. Untuk indikator pertumbuhan, diambil sampel secara acak dari masing-masing petak percobaan dengan menggunakan tabel angka acak.

1.6.1 Peubah yang diamati pada tanaman tebu adalah: 1. Perkecambahan

2. Tinggi tanaman 3. Jumlah daun 4. Populasi tanaman

5. Bobot Kering 3 tanaman (tajuk)

Perkecambahan

Perkecambahan tanaman dihitung 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST) dengan banyak mata tunas yang tumbuh. Dengan menghitung jumlah tanaman yang muncul pada setiap petak percobaan.

Tinggi tanaman

Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun terpanjang yang dilakukan pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam ( MST) . Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter dengan menggunakan alat pengukur panjang. Sampel yang diamati 10 tanaman per plot.

(43)

Jumlah daun dihitung 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Sampel yang diamati 10 tanaman per plot. Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang terbuka sempurna.

Populasi tanaman

Populasi tanaman dihitung 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST) setiap plot.

Bobot kering 3 tanaman (tajuk)

Tanaman tebu diambil 3 sampel dari setiap plot untuk dikeringkan. Brangkasan dikeringkan selama 3 x 24 jam hingga bobotnya konstan pada suhu 80oC dengan menggunakan oven Heraeus. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan Ohaus. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram. Isi brangkasan adalah tajuk pada umur 12 MST.

1.6.2 Peubah yang diamati pada gulma: 1. Persentase penutupan gulma

2. Bobot kering gulma

Persentase penutupan gulma

Pengamatan persentase penutupan gulma dilakukan secara visual pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan dilakukan dengan cara menduga persentase petak perlakuan yang ditutupi gulma pada seluas petak perlakuan.

Bobot kering gulma

(44)

pengambilan contoh gulma 12 MST. Gulma dikeringkan selama 3 x 24 jam hingga bobotnya konstan pada suhu 80oC dengan menggunakan oven Heraeus. Setelah kering, gulma ditimbang dengan menggunakan timbangan Ohaus.

Gambar 3. Tata Letak Pengambilan Sampel Tanaman Tebu dan Gulma

(45)

KOMPETISI BEBERAPA JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L)

Oleh

PATRICE DWITA SIAGIAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(46)

Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian

akan menjaga engkau dan hikmat akan masuk ke

dalam hatimu dan pengetahuan menyenangkan jiwamu

(Amsal 2).

Barang siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan,

maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru

(Albert Einstein).

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi

pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus

belajar, akan menjadi pemilik masa depan (Mario

Teguh).

(47)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau Jawa dan Sumatera (Anonim, 2011).

Secara garis besar budidaya tebu dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu reynoso dan tebu lahan kering. Sistem reynoso biasanya dilakukan di Pulau Jawa dengan

menggunakan lahan sawah yang pelaksanaannya sebagian besar secara manual. Sedangkan tebu lahan kering biasanya dilakukan di Pulau Sumatera dengan

menggunakan teknik budidaya secara mekanisasi dan pengairannya sangat tergantung dari curah hujan.

(48)

2

Menurut Djafaruddin (2007), gulma merupakan jasad pengganggu berupa tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae/Spermatophyta). Adanya gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat dihindari, terutama jika lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan dengan baik dan benar. Gulma merupakan tumbuhan, oleh karena itu gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya

tanaman dalam memenuhi kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, CO2, serta gas

lainnya, ruang tumbuh. Persyaratan tumbuh yang sama tersebut dapat

mengakibatkan adanya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya dengan terjadi perebutan bahan-bahan yang digunakan antara gulma dengan tanaman, apalagi jika bahan-bahan tersebut terbatas (Moenandir, 1993).

Gulma mengakibatkan kerugian pada tanaman utama antara lain disebabkan oleh: persaingan antara gulma dan tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan (kompetisi) terjadi dalam pengambilan air, unsur hara dari tanah, cahaya, dan ruang lingkup, juga pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman atau alelopati (Gieana, 2010).

(49)

3

Kompetisi gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian produksi baik kualitas maupun kuantitas.

Kompetisi antara gulma dan tanaman tergantung pada beberapa faktor, yaitu stadia pertumbuhan tanaman, spesies gulma, kepadatan gulma, tingkat cekaman air, hara, dan cahaya. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan gulma rumputan dapat secara nyata dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu (Fadhly dan Tabri, 2004).

Penelitian ini menggunakan beberapa jenis gulma yang biasa tumbuh di lahan kering yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata, Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus.

Paspalum conjugatum merupakan gulma rumput yang perbanyakannya dengan biji dan stolon. Paspalum conjugatum memiliki batang kuat dan bunga 2 sampai 3 tandan. Setaria plicata merupakan gulma rumputan tahunan yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, dengan sistem perakaran padat dan sifatnya tahan naungan. Setaria pilcata dapat diperbanyak dengan biji. Sebagian besar jenis gulma rumput mempunyai jalur fotosintesis C4.

(50)

4

Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan biji dan tuber (umbi). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).

Gulma-gulma tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan tanaman, yaitu kompetitif, persisten, dan pernicious atau merugikan. Sifat kompetitif gulma terhadap tanaman tebu bersifat langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor yang menentukan derajat kompetisi gulma adalah jenis gulma, kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, alelokimia, dan kultur teknis. Gulma selalu ada

sepanjang masa karena jumlah biji yang dihasilkan banyak, memiliki masa hidup yang panjang karena adanya sifat dorman, dan mudah terangkut ke lain tempat. Sifat gulma yang terakhir adalah jahat, merusak, atau sangat merugikan manusia (Sembodo, 2010).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tingkat kompetisi antara beberapa jenis gulma yang biasa tumbuh di pertanaman tebu pada tingkat kerapatan yang berbeda terhadap pertumbuhan awal tanaman tebu.

(51)

5

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh beberapa jenis gulma terhadap pertumbuhan awal tebu? 2. Bagaimana pengaruh populasi gulma terhadap pertumbuhan awal tebu? 3. Bagaimana interaksi jenis gulma dan populasi gulma dalam mempengaruhi

pertumbuhan awal tebu?

1.3 Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut;

1. Mempelajari penekanan beberapa jenis gulma terhadap pertumbuhan awal tebu.

2. Mempelajari penekanan kepadatan populasi gulma terhadap pertumbuhan awal tebu.

3. Mempelajari interaksi jenis dan kepadatan populasi gulma terhadap menekan pertumbuhan awal tebu.

1.4 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berkut:

(52)

6

Indonesia selalu meningkat oleh karena pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan gizi masyarakat. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah (Goenadi, 2005 ).

Sampai saat ini pemerintah Indonesia masih harus mengimpor gula dari negara lain guna memenuhi konsumsi masyarakat akan gula yang semakin meningkat. Pada tahun 2006, dengan luas areal tebu 396.441 hektar dengan produksi gula nasional 2,3 juta ton belum dapat memenuhi kebutuhan gula dalam negeri yang diperkirakan 2,7 juta ton untuk tahun 2007. Oleh karena itu, diperlukan usaha dengan memperluas areal penanaman tebu dan dengan cara budidaya yang tepat (Rama, 2006).

Upaya peningkatan produksi gula salah satunya dengan memperbaiki pengelolaan tanaman penghasil gula dan lingkungan yaitu dengan memperbaiki teknik

budidaya tanaman. Perbaikan budidaya tanaman bertujuan untuk mengendalikan gulma. Persyaratan tumbuh yang sama bagi gulma dan tanaman dapat

mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak dinginkan manusia (Sukma dan Yakub, 2002).

(53)

7

Secara fisik gulma bersaing dengan tanaman yang kita budidaya untuk memperoleh ruang dan cahaya, secara kimiawi untuk air, nutrisi, dan gas-gas penting, serta dalam peristiwa allelopati (Moenandir,1990).

Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1)

menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 1995).

Menurut Sembodo (2010), semakin lama jangka waktu (durasi) kehadiran gulma bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi yang terjadi. Kehadiran gulma juga menentukan derajat kompetisi yang terjadi.

Cahaya , air, dan nutrisi adalah unsur-unsur yang selalu diperebutkan bagi dua jenis tumbuhan yang berbeda dan kedudukannya berdekatan. Peristiwa perebutan tersebut dikenal dengan istilah persaingan. Hal ini terjadi apabila unsur yang diperlukan tersebut dalam jumlah yang terbatas. Persaingan itu terjadi apabila tumbuhan itu tumbuh berdekatan sehingga akan terjadi interaksi (Moenandir, 1993).

(54)

8

dikeluarkan oleh tumbuhan yang berada di dekatnya. Proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa alelokimia ini disebut alelopati (Moenandir, 1990).

Keberadaan akan gulma bersaing dengan tanaman pokok dalam memanfaatkan unsur hara, udara, cahaya, dan ruang, sehingga dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas tanaman tebu.

1.5 Kerangka pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Teknik budidaya yang tepat dimulai dari penggunaan varietas yang tepat dan pemeliharaan. Pemeliharaan ini mencakup kebutuhan nutrisi tanaman, kebutuhan air dan mineral serta pengendalian gulma.

Pengendalian gulma sangat penting untuk dilakukan karena gulma dapat secara langsung menurunkan produksi tanaman akibat kompetisi yang disebabkannya. Kompetisi tersebut diantaranya kompetetisi dalam memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tanaman yang jumlahnya terbatas. Bahan-bahan tersebut adalah cahaya matahari, nutrisi, air, karbondioksida, ruang, dan sebagainya. Kompetisi tersebut terjadi karena baik tanaman budidaya maupun gulma adalah tumbuhan yang keduanya memiliki syarat-syarat untuk dapat hidup dan tumbuh. Syarat-syarat tumbuh tersebut sama untuk tanaman budidaya dan gulma.

(55)

9

dengan optimum. Kompetisi cahaya matahari terjadi apabila tumbuhan yang satu menaungi tumbuhan yang lain (misalnya tanaman budidaya dengan gulma), akibatnya daun yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan mendapat cahaya matahari yang lebih banyak dibandingkan daun yang ada dibawahnya.

Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan

pertanaman.

Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.

Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antar lebih dari satu tumbuhan.

(56)

10

positif. Satu tumbuhan tidak dipengaruhi, sedangkan tumbuhan lain memperoleh keuntungan dari interaksi. (6)Proto-kooperasi, interaksi kooperatif antara dua tumbuhan.

Tanaman dan gulma juga memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Nutrisi yang terdapat di dalam tanah yang jumlahnya terbatas akan menimbulkan

kompetisi tanaman dan gulma untuk saling memperebutkannnya. Apabila lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman diberikan pupuk tambahan dan tidak adanya pengendalian gulma yang dilakukan maka akan menimbulkan kerugian materi akibat pupuk tambahan tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh tanaman tapi juga oleh gulma, sehingga dikhawatirkan tanaman budidaya akan kalah

berkompetisi dengan gulma.

Kompetisi ini juga terjadi untuk air, karbondioksida dan ruang yang dibutuhkan oleh tanaman dan gulma. Apabila gulma yang lebih dominan tentunya akan menyebabkan kerugian, karena tanaman budidaya akan kekurangan atau

kehilangan syarat-syarat untuk hidupnya, akibatnya tanaman akan tidak optimal pertumbuhan dan produksinya bahkan tanaman tersebut dapat mati.

Kompetisi ini juga berhubungan dengan jenis gulma. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh jenis gulma dan populasi mana yang mempengaruhi

pertumbuhan awal tanamana tebu maka diambil beberapa spesies gulma untuk mewakili setiap jenis gulma yang ada, yaitu Boreria alata, Asystasia gangetica, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus.

(57)

11

berbeda terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Semakin kompetitif suatu gulma dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi pertanian.

1.6 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1) Jenis gulma menentukan pengaruhnya terhadap pertumbuhan awal tanaman tebu.

2) Semakin tinggi kepadatan populasi gulma maka akan semakin menekan pertumbuhan tanaman awal tanaman tebu.

(58)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 04 September 1990 dan merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Drs. Maladi Siagian dan Mian Raulina, S.H. Penulis memulai pendidikan SD di SDN 060888 di Medan pada tahun 1996 dan melanjutkannya pendidikan SMP di SMP N 1 Medan pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan SMA di SMA Kristen

Immanuel Medan dan pada tahun 2005.

(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Setaria plicata pada populasi 60 gulma/m2 mampu menekan populasi tanaman tebu pada umur 4 dan 6 MST.

2. Gulma pada populasi 20, 40, dan 60 gulma/m2 mampu menekan jumlah daun dan populasi tanaman tebu pada umur 8 dan 12 MST.

3. Terjadi interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam menekan tinggi tanaman tebu pada umur 8 dan 12 MST, populasi tanaman pada umur 4 dan 6 MST, persentase pentupan gulma 4 dan 12 MST, bobot kering tebu, dan bobot kering gulma.

5.2 Saran

Gambar

Tabel 1. Sidik ragam rancangan petak berjalur.
Gambar 1. Tata Letak Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada perlakuan mikroba penambat nitrogen memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman kakao pada parameter pertambahan jumlah daun, asumsi

Pemberian kompos kulit buah kakao mampu menyumbangkan unsur hara bagi tanaman khususnya N dan K, sehingga unsur hara tersedia bagi tanaman dan menyebabkan laju

Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar benih atau tanaman, salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan dari segi faktor eksternal yaitu media tanam,

Hal ini dikarena tidak diberikannya perlakuan dan unsur hara yang terdapat dalam tanah belum mencukupi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan tinggi bibit kakao,

Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga persaingan dalam penyerapan cahaya matahari, air dan

Hal ini disebabkan tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila hara yang diperlukan dalam proses metabolisme tersedia dalam jumlah yang cukup dan diserap dengan

Hal ini dikarenakan bahwa unsur hara didalam tanah tanpa pemberian trichokompos TKKS belum mencukupi kebutuhan tanaman untuk meningkatkan tinggi bibit, diameter

Pengamatan bobot kering dapat dilihat bahwa gulma Jotang kuda, Wedusan, Mikania micrantha yang termasuk dalam gulma berdaun lebar mengalami penurunan bobot