Yehezkiel Simanjuntak
PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
Oleh
Yehezkiel Simanjuntak
ABSTRAK
Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Untuk meningkatkan produksi tanaman karet diperlukan perbaikan teknik budidaya. Kehadiran gulma sebagai kompetitor merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam perbaikan teknik budidaya. Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet dapat mengakibatkan adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Faktor tumbuh yang dibutuhkan oleh gulma dan tanaman karet adalah unsur hara, cahaya matahari, karbondioksida, air, dan ruang tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan populasi gulma pada pertumbuhan tanaman karet muda. Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Hajimena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, mulai bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012. Perlakuan disusun secara faktorial (5x4) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 5 jenis gulma yaitu Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum
conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus. Faktor kedua adalah populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada satuan
percobaan menurut rancangan petak berjalur (strip plot design). Homogenitas antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas dengan uji Tukey. Selanjutnya data dianalisis ragam dan dilanjutkan degnan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
Yehezkiel Simanjuntak Gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan Paspalum conjugatum dapat menekan bobot kering tanaman karet pada populasi 60 gulma/m2. (3) Populasi gulma dari 20-60 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 12 MST, jumlah daun pada 8, dan 12 MST, diameter batang pada 8 dan 12 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST. (4) Terdapat interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam mempengaruhi persentase penutupan gulma 4, 8, dan 12 MST, bobot kering gulma pada 12 MST, jumlah daun tanaman karet pada 4 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.
Yehezkiel Simanjuntak
EFFECT OF WEED AND POPULATION GROWTH OF EARLY PLANT RUBBER (Hevea brasiliensis)
By
Yehezkiel Simanjuntak
ABSTRACT
Rubber is an export commodity that is able to contribute in the efforts to increase foreign exchange of Indonesian. To increase the production of rubber cultivation technique should be improve. The presence of weeds as a competitor is one of the problems encountered in the improvement of cultivation techniques. Weeds that grow along with the rubber plant can lead to a struggle against the required growth factors. Growth factors required by the rubber plants and weeds are nutrients, sunlight, carbon dioxide, water, and space to grow. This study aims to determine the effect of weed species and populations on the growth of young rubber trees. The research was carried out in the field of research Hajimena District Natar, South Lampung regency, from October 2011 to February 2012. The treatments are arranged in a factorial (5x4) with three replications. The first factor is the 5 types of weeds that Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, and Cyperus rotundus. The second factor is the weed population is 0, 20, 40, and 60 weeds/m2. The treatments applied to experimental units according to plots of stripe plot design. Homogenity of variance was tested with Bartlett’s test and additivity was tested with by Tukey’s test. Then, the data were analyzed with ANOVA and comparison of means among the treatmen were determined with Least Significant Difference Test (LSD) at level P=0,05.
Yehezkiel Simanjuntak Asystasia gangetica, Borreria alata, and Paspalum conjugatum supressed the rubber plant dry weight in a population of 60 weeds/m2.
(3) Population 20-60 weeds/m2 suppressed plant height at 12 WAP, number of leaves at 8, and 12 WAP, stem diameter at 8 and 12 WAP, and the dry weight of the rubber plant at 12 WAP. (4) There are interactions between species and weed populations in influencing the percentage of weeds 4, 8, and 12 WAP, weed dry weight at 12 WAP, the number of leaves at 4 WAP rubber, and rubber plant dry weight at 12 WAP.
PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
(Skripsi)
YEHEZKIEL SIMANJUNTAK
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA
TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET
(
Hevea brasiliensis
)
Oleh
YEHEZKIEL SIMANJUNTAK
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
9. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Borreria alata (b), Cyperus rotundus (c), Asystasia gangetica (d) dan Paspalum conjugatum (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 4 MST. ... 33
10. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Paspalum conjugatum (b), Asystasia gangetica (c), Borreria alata (d) dan Cyperus rotundus (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 8 MST. ... 35
11. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Asystasia gangetica (b), Paspalum conjugatum (c), Borreria alata (d) dan Cyperus rotundus (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 12 MST. ... 37
MOTO
Masa depan adalah milik mereka
yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka
(Eleanor Rosevelt)
Andai aku dapat memohon agar hidupku sempurna,
kemungkinan ini sangat menggiurkan,
tapi aku merasa hampa,
karena hidup tak lagi mengajariku apa pun
(Allyson Jones)
Peluang sering datang terselubung
dalam bentuk kemalangan atau kekalahan sementara.
(Napoleon Hill)
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Kesuksesan berawal dari mimpi
yang diwujudkan melalui usaha dan doa
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. ____________
Sekretaris : Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Hery Susanto, M.P. _____________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Ayah, Ibu, Abang, dan Adik-adikku yg kusayangi atas segala
pengorbanan, cinta, dan kasih sayang yang telah diberikan serta kepada
Judul Skripsi : PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET
Nama Mahasiswa : Yehezkiel Simanjuntak
No. Pokok Mahasiswa : 081401327
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S.
NIP. 196201011986032001 NIP. 196204221986031001
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi
Sumatera Utara pada tanggal 29 April 1990, sebagai anak kedua dari 5 bersaudara
pasangan Bapak Drs. Rekson Simanjuntak, M.M. dan Ibu Tiarman Purba, S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Bhayangkari Tarutung,
Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1996; Sekolah
Dasar Negeri 4 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2002; Sekolah Lanjut Tingkatan Pertama Negeri 3 Tarutung,
Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005; Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
regular pada Program Studi Agroteknologi (Konsentrasi Agronomi), Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa
Perguruan Tinggi Negeri (SN-MPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Persekutuan Oiukumene Mahasiswa Kristen Pertanian
(POMPERTA). Penulis juga tercatat sebagai anggota Persatuan Mahasiswa
Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Totomulyo, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada
tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Perkebunan
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Yesus Kristus atas segala anugerah dan berkat kasih-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc. selaku ketua tim penguji dan
pembimbing pertama yang telah memberikan saran, pengarahan,
semangat, motivasi, kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam
membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S. selaku sekretaris tim penguji dan
pembimbing kedua yang telah memberikan saran, pengarahan, bimbingan,
dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Ir. Hery Susanto, M.P. selaku penguji bukan pembimbing yang
telah memberikan saran, bantuan, dan arahan untuk perbaikan skripsi.
4. Bapak Ir. Muhammad Nurdin. M. Si. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa di
Program Studi Agroteknologi.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Program Studi
Agroteknologi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku
ii 6. Kedua orang tuaku, Ayah (Drs. Rekson Simanjuntak, M.M.) dan Ibu
(Tiarman Purba, S.Pd.) untuk kasih sayangnya yang selalu mendukung
serta memberikan doa untuk keberhasilan penulis, serta abang (Gratcia
Natanael Simanjuntak, S.T.) dan adik-adikku (Restianna Eliawati
Simanjuntak, Bergius Gideon Simanjuntak, dan Fredrick Sotarduga
Simanjuntak) yang memberikan semangat untuk menjalani perkuliahan.
7. Sahabat baik yang pernah kukenal Gregorius Edo Prakoso yang telah
menemani penulis selama perjuangan di perkuliahan.
8. Seseorang yang kukasihi Tina Zebua yang selalu memberikan semangat
dan dorongan kepada penulis untuk tidak berhenti dalam berusaha.
9. Teman-teman baik Kost Mas Ayu (Mario Nainggolan alias Q-Bao,
Andreas Harianja alias Jang Ambon, Kamil Nasution alias Frengkel, Fery
Zebua, Arif Geofisika, Dimas, dan Aris dari Palembang alias Kacik).
10.Saudara-saudaraku tercinta Kelompok Kecil “Children of God” (Sudung
Sidabutar, Rio Juliver, Herlambang) dan “Soldier of God” (Daniel
Simatupang, Mones Batubara, Jan Cristian, Nando).
11.Teman-teman sepenelitian (Patrice Siagian dan Verpi Marlina) dan teman
Agroteknologi Diana Saragih, Resmia Fajarwati, Nyang Vania, serta
rekan-rekan seperjuangan Agroteknologi 2008 yang tidak dapat kusebut
satu-persatu. Takkan terlupa saat-saat bersama dengan kalian.
Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan
Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, serta Almamater tercinta.
Bandar Lampung, Juli 2012
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun
terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985
menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar,
yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Purba, 2004).
Gulma di perkebunan karet dapat menurunkan produksi maupun menyebabkan
gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya menurunkan
keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis gulma di
suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun
gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet.
Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet dapat mengakibatkan
adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma
yang terdiri dari jenis Paspalum conjugatum, Axonopus compresus dan Digitaria
adscendens dibiarkan tumbuh tanpa pengendalian mengakibatkan 85% bibit karet
2
terhambat. Paspalum conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan
pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%,
89% dan 53% di pembibitan karet (Nasution, 1986).
Menurut Djafaruddin (2007), gulma merupakan jasad pengganggu berupa
tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae/ Spermatophyta). Adanya gulma di
sekitar tanaman budidaya tidak dapat dihindari, terutama jika lahan pertanaman
tersebut tidak dikendalikan dengan baik dan benar. Gulma merupakan tumbuhan,
oleh karena itu gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya dengan
tanaman, seperti kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air , CO2, serta gas lainnya,
ruang dan sebagainya. Persyaratan tumbuh yang sama tersebut dapat
mengakibatkan adanya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya dengan
terjadi perebutan bahan yang digunakan antara gulma dengan tanaman, apalagi
jika bahan tersebut terbatas (Moenandir, 1993).
Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang
sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif
bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam
keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yang terjadi di alam meliputi
kompetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis (misalnya antar
tanaman karet) dan kompetisi interspesifik yaitu interaksi negatif yang terjadi
pada tumbuhan berbeda jenis (misalnya tanaman karet dengan gulma) (Putri,
3
Kompetisi gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi.
Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam
menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas dan kuantitas.
Penelitian ini menggunakan beberapa spesies gulma dominan yang tumbuh di
kebun karet yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata,
Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus.
Pada penelitian ini akan dilihat tingkat kompetisi antara beberapa spesies gulma
yang biasa muncul di pertanaman tanaman karet pada tingkat kerapatan yang
berbeda terhadap pertumbuhan awal tanaman tanaman karet.
1.2 Perumusan Masalah
Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh masing-masing spesies gulma terhadap
pertumbuhan awal tanaman karet?
2. Bagaimana pengaruh populasi gulma terhadap pertumbuhan awal
tanaman karet?
3. Bagaimana interaksi jenis gulma dan populasi gulma dalam
4
1.3 Tujuan
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut;
1. Mempelajari pengaruh masing-masing gulma terhadap pertumbuhan
awal tanaman karet.
2. Mempelajari pengaruh kepadatan populasi gulma terhadap
pertumbuhan awal tanaman karet.
3. Mempelajari interaksi jenis dan kepadatan populasi gulma terhadap
pertumbuhan awal tanaman karet.
1.4 Landasan Teori
Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah
dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berkut:
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan
manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor
belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat
pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan
Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi
5
Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan
terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini
menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban. Hasil studi REP
meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035
adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton
diantaranya adalah karet alam.
Upaya peningkatan produksi dari tanaman karet salah satunya dengan
memperbaiki pengelolaan tanaman dan lingkungan yaitu dengan memperbaiki
teknik budidaya tanaman. Perbaikan budidaya tanaman bertujuan untuk
mengendalikan gulma. Persyaratan tumbuh yang sama bagi gulma dan tanaman
dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya.
Menurut Djafarrudin (2007), gulma adalah tumbuhan tingkat tinggi yang tidak
diinginkan untuk tumbuh atau hidup pada suatu tempat, sesuatu waktu atau
periode, serta pada suatu keaadaan tertentu pula, yang bersifat atau berdampak
merugikan pada umat manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara fisik gulma bersaing dengan tanaman yang kita budidaya untuk
memperoleh ruang dan cahaya, secara kimiawi untuk air, nutrisi, dan gas-gas
penting, serta dalam peristiwa allelopati (Moenandir,1990).
Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1) menurunkan
produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan
ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas produksi tanaman
6
tanaman, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen, dan (5)
meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 1995).
Menurut Sembodo (2007), semakin lama jangka waktu (durasi) kehadiran gulma
bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi
yang terjadi. Kehadiran gulma juga menentukan derajat kompetisi yang terjadi.
Cahaya , air, dan nutrisi adalah unsur-unsur yang selalu diperebutkan bagi dua
jenis tumbuhan yang berbeda dan kedudukannya berdekatan. Peristiwa perebutan
tersebut dikenal dengan istilah persaingan. Hal ini terjadi apabila unsur yang
diperlukan tersebut dalam jumlah yang terbatas. Persaingan itu terjadi apabila
tumbuhan itu tumbuh berdekatan sehingga akan terjadi interaksi (Moenandir,
1993).
Konsep kompetisi merupakan suatu bentuk interaksi antara gulma dan tanaman
pokok yang saling memperebutkan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya.
Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung.
Jenis kompetisi yang lain yaitu kompetisi tak langsung yang terjadi melalui proses
penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia ( alelokimia ) yang
dikeluarkan oleh tumbuhan yang berada di dekatnya. Proses penghambatan
pertumbuhan akibat adanya senya alelokimia ini disebut alelopati (Moenandir,
1990).
Keberadaan gulma yang bersaing dengan tanaman pokok dalam memanfaatkan
unsur hara, udara, cahaya, dan ruang, sehingga dapat menurunkan kualitas
7
1.5 Kerangka pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.
Teknik budidaya yang tepat dimulai dari penggunaan klon yang tepat dan
pemeliharaan. Pemeliharaan ini mencangkup kebutuhan nutrisi tanaman,
kebutuhan air dan mineral serta pengendalian gulma.
Pengendalian gulma sangat penting untuk dilakukan karena gulma dapat secara
langsung menurunkan produksi tanaman akibat kompetisi yang disebabkannya.
Kompetisi tersebut diantaranya kompetetisi dalam memperebutkan bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh tanaman yang jumlahnya terbatas. Bahan-bahan tersebut
adalah cahaya matahari, nutrisi, air, karbondioksida, ruang, dan sebagainya.
Kompetisi tersebut terjadi karena baik tanaman budidaya maupun gulma adalah
tumbuhan yang keduanya memiliki syarat-syarat untuk dapat hidup dan tumbuh.
Syarat-syarat tumbuh tersebut sama untuk tanaman budidaya dan gulma.
Cahaya matahari dibutuhkan oleh tanaman dalam proses fotosintesis. Apabila
tanaman kekurangan cahaya matahari tentunya tanaman tidak dapat tumbuh
dengan optimum. Kompetisi cahaya matahari terjadi apabila tumbuhan yang satu
menaungi tumbuhan yang lain (misalnya tanaman budidaya dengan gulma),
akibatnya daun yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan mendapat cahaya
matahari yang lebih banyak dibandingkan daun yang ada dibawahnya.
Tanaman dan gulma juga memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Nutrisi
yang terdapat di dalam tanah yang jumlahnya terbatas akan menimbulkan
8
Apabila lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman diberikan pupuk
tambahan dan tidak adanya pengendalian gulma yang dilakukan maka akan
menimbulkan kerugian materi akibat pupuk tambahan tersebut tidak hanya
dikonsumsi oleh tanaman tapi juga oleh gulma, sehingga dikhawatirkan tanaman
budidaya akan kalah berkompetisi dengan gulma.
Kompetisi ini juga terjadi untuk air, karbondioksida dan ruang yang dibutuhkan
oleh tanaman dan gulma. Apabila gulma yang lebih dominan tentunya akan
menyebabkan kerugian, karena tanaman budidaya akan kekurangan atau
kehilangan syarat-syarat untuk hidupnya, akibatnya tanaman akan tidak optimal
pertumbuhan dan produksinya bahkan tanaman tersebut dapat mati.
Kompetisi ini juga berhubungan dengan spesies gulma. Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh jenis gulma maka diambil beberapa spesies gulma untuk
mewakili setiap jenis gulma yang ada, yaitu Boreria alata dan Asystasia
gangetica untuk mewakili gulma jenis daun lebar, Paspalum conjugatum dan
Setaria plicata untuk mewakili gulma golongan rumput, dan Cyperus rotundus
9
1.6 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1) Setiap jenis gulma memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan
awal tanaman karet.
2) Semakin tinggi kepadatan populasi gulma maka pertumbuhan tanaman
awal tanaman karet semakin tertekan.
3) Terjadi interaksi antara jenis gulma dan populasi gulma dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Karet
Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah
sungai Amazon. Beberapa diantara spesies tersebut mempunyai morfologi yang
berbeda. Dari sejumlah spesies Hevea sp., hanya Hevea brasiliensis yang
mempunyai nilai ekonomi tanaman komersial, karena spesies ini banyak
menghasilkan lateks dan kualitas lateksnya cukup baik.
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
11
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di
Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet
(lateks).
Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang
dikebunkan secara besar-besaran (Anonim c, 2011). Tanaman karet merupakan
pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai
15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang
tinggi diatas.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai
daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet.
Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan
gundul.
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya
coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.
2.2 Gulma Secara Umum
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia
karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dan
12
Tidak hanya itu, gulma juga dapat menimbulkan kerugian lainnya, yaitu mengadakan
persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian,
menghasilkan allelokimia, sebagai vektor hama dan penyakit, menaikkan
ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air (Tjitrosoedirdjo dkk.,
1984).
Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup, cara berkembangbiak, habitat,
tempat tumbuh, sistematika, asal, dan morfologi. Berdasarkan morfologinya gulma
dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu golongan rumput (grasses), golongan teki
(sedges), dan golongan berdaun lebar (broad leaves) (Sembodo, 2010).
Gulma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asystasia gangetica, Borreria
alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus.
Paspalum conjugatum merupakan gulma rumput yang perbanyakannya dengan
stolon.
Setaria plicata merupakan gulma rumputan tahunan yang dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah, dengan sistem perakaran padat dan sifatnya tahan naungan.
Setaria pilcata dapat diperbanyak dengan biji. Sebagian besar jenis gulma rumput
mempunyai jalur fotosintesis C4.
Borreria alata merupakan gulma berdaun lebar semusim yang perbanyakannya
13
Asystasia gangetica merupakan gulma daun lebar yang penyebarannya melalui biji.
Mayoritas jenis gulma daun lebar mempunyai jalur fotosintesis C3 (Anonim b, 2011).
Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan tuber
( umbi ). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan
(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
2.3 Kompetsi Gulma dengan Tanaman Karet
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil
unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas
maupun kuantitas. Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak
terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha
manusia lainnya di dalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Menurut
Nasution (1986) gulma umum yang terdiri dari Paspalum conjugatum, Axonopus
compressus, dan Digitaria adscendes, yang dibiarkan tumbuh di pembibitan dapat
mengakibatkan 85% bibit karet tidak memenuhi syarat untuk diinokulasi karena
pertumbuhan batangnya tertekan.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh (1)
Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi,
terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan
14
benih oleh biji-biji gulma. (3) Allelopati yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh
gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
(4) Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri
Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. (5)
Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra
dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi. (6)
Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya
menyebabkan alergi. (7) Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya
menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan
dari gulma yang menyumbat air irigasi (Anonim b, 2011).
Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antar lebih dari satu tumbuhan. Interaksi
adalah peristiwa saling tindak antar tumbuhan tersebut. Menurut Soerjani (1976) tipe
interaksi sebagai berikut: (1) Neutralisme, ke dua tumbuhan saling tidak terpengaruh
oleh interaksi. (2) Kompetisi, ke dua tumbuhan terpengaruh secara negatif oleh
interaksi dalam bentuk penurunan kegiatan pertumbuhannya (termasuk peristiwa
allelopati). (3) Amensalisme, satu tumbuhan tidak dipengaruhi oleh interaksi
sementara kegiatan pertumbuhan lainnya dipengaruhi secara negatif. (4) Dominasi,
satu tumbuhan mendominansi tumbuhan lainnya (termasuk parasitisme dan predasi).
(5) Komensalisme, suatu interaksi yang positif. Satu tumbuhan tidak dipengaruhi,
sedangkan tumbuhan lain memperoleh keuntungan dari interaksi. (6)
15
Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam
waktu sama yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan
hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih.
Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu di dalam mendukung pertumbuhan berbagai
pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik
yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda;
oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari
lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya
dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan
kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan
karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis
terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Dapat
dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman
yang dikelola manusia (Moenandir, 1993).
Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air
untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka
16
diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses
fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330-1900 liter
air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman.
Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung.
Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan
(Moenandir, 1993).
Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan
subur , maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari yang redup
(dimusim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya
matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang
tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih
rimbun tajuknya (Moenandir, 1993).
Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan
air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti berikut ini:
Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok
17
semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok merupakan suatu korelasi negative (Anonim b, 2011).
Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai morfologi yang berbeda, yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman pokok dan menurunkan produksi tanaman (Anonim b, 2011).
Saat kemunculan gulma
Gulma yang muncul pada periode kritis tanaman akan berakibat lebih buruk jika
dibanding saat tanaman telah dewasa (Anonim b, 2011).
Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin besar
persaingan yang terjadi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok
(Anonim b, 2011).
Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem
perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih
menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok (Anonim b, 2011).
Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya
lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin
18
Allelopati
Beberapa spesies gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan
zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian
vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopati mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan
hasilnya semakin menurun (Anonim b, 2011).
Karena itu diperlukan teknik yang tepat untuk mengendalikan gulma tersebut, namun
untuk melakukan pengendalian yang baik dan benar diperlukan pengetahuan seberapa
besarkah pengaruh gulma terhadap tanaman karet. Oleh karena itu dilakukan
pengujian tingkat kompetisi berbagai golongan gulma (gulma daun lebar, gulma teki,
dan gulma rumput) dengan tanaman karet.
2.4 Deskripsi Gulma Dominan
2.4.1 Gulma Rumputan
Semua jenis gulma yang termasuk dalam family Gramineae adalah kelompok
rumputan. Kelompok gulma ini ditandai dengan cirri utama, berbentuk pita, dan
terletak berselang seling pada ruas batang. Batang berbentuk silindris, beruas dan
berongga. Akar gulma golongan ini tergolong dalam akar serabut (Sembodo, 2010).
2.4.1.1 Paspalum conjugatum
Paspalum conjugatum (Gambar 1) dapat tumbuh hingga ketinggian 1700 m di atas
19
lembab atau basah. Hal ini mengakibatkan gulma ini banyak terdapat di bawah
tanaman perkebunan dan di tepi sungai.
Paspalum conjugatum tergolong ke dalam famili Poaceae, memiliki stolon yang
panjang, batang tegak, 4-80 cm, bercabang, memiliki batang yang kuat. Daunnya
terselubung, biasanya 30-50 mm. Bunga memiliki dua atau kadang-kadang tiga
tandan dengan panjang 7-16 cm. Pembungaan dimulai 4-5 minggu setelah kecambah
muncul dan terus berbunga sepanjang tahun (Putri, 2011).
Gambar 1. Gulma Paspalum conjugatum
2.4.1.2 Setaria plicata
Setaria plicata (Gambar 2) tergolong dalam famili poaceae yang memiliki sistem
perakaran padat, dengan akar yang tipis. Batang tegak, menyisip dari tunas terbawah,
kadang-kadang bercabang. Pelepah daun silindris, terbuka di atas, ligula pendek,
20
bawah steril, bunga atas hermaprodit. Biji bulat dan pipih, melekat pada sekam
kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat
atau hitam (Putri, 2011).
Gambar 2. Gulma Setaria plicata
2.4.2 Gulma Berdaun Lebar
Anggota gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai di lapangan dan paling
beragam jenisnya. Ciri-ciri yang dimiliki gulma tersebut juga sangat beragam tergantung
familinya. Sebagai gambaran umum, bentuk daun gulma golongan ini adalah lonjong,
bulat, menjari, atau berbentuk hati. Akar yang dimiliki umumnya berupa akar tunggang.
Beberapa gulma yang termasuk dalam jenis paku-pakuan atau pakis, memiliki perakaran
serabut. Batang umumnya bercabang, berkayu atau sukulen. Bunga gulma golongan ini
21
2.4.2.1 Borreria alata
Boreria alata (Gambar 3) termasuk ke dalam famili Rubiaceae dan merupakan tumbuhan
semusim (annual). Gulma ini berakar tunggang, batang segiempat dan berambut, dan
memiliki daun yang letaknya saling berhadapan, tepinya rata, permukaan licin, sering
berwarna hijau kekuningan. Bunga berwarna ungu, jarang berwarna putih.
Cara berkembangbiak dengan biji, dan tumbuh pada tempat terbuka atau agak
terlindung hingga 1700 m dpl (Putri, 2011).
Borreria alata merupakan gulma berdaun lebar semusim yang perbanyakannya
dengan biji, gulma ini tumbuh pada tanah Podsolik Merah Kuning.
Gambar 3. Gulma Borreria alata
2.4.2.2 Asystasia gangetica
Asystacia gangetica (Gambar 4) atau Chinese Violet merupakan tumbuhan perennial
kadang-22
kadang hampir berbentuk segitiga dengan panjang 2,5- 16,5 cm dan lebar 0,5 – 5,5
cm. Batang dan daunnya berbulu halus, bunga berwarna putih atau ungu, dan
bentuknya menyerupai lonceng dengan panjang 2- 2,5 cm. Buahnya seperti kapsul,
berisi empat buah biji dan panjang sekitar 3 cm. Dapat tumbuh pada daerah tropis
dan subtropis (Palasta, 2007).
Asystasia gangetica merupakan gulma yang menarik karena pertumbuhannya yang
cepat dalam menutup tanah dan dapat tumbuh hingga satu meter. Asystasia
gangetica menghasilkan bunga berwarna krem dengan corak warna ungu di bawah
kelopak mahkota dan biji yang dihasilkan berwarna coklat.
Gambar 4. Gulma Asystasia gangetica
2.4.3 Gulma Golongan Tekian
Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Cyperaceae adalah gulma golongan
23
berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas
dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis tertentu, seperti
Cyperus rotundus, batangnya membentuk umbi (Sembodo, 2010).
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia
membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih
(stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar
dari kedalaman olah tanah (30 cm).
Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran
terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Ia termasuk dalam
tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4 (Anonim a, 2011).
Gulma teki merupakan gulma perennial yang mempumyai akar dan umbi. Batang
teki berbentuk tumpul atau segitiga dan daun pada pangkal batang terdiri dari 4-10
helai, bunganya memiliki benang sari yang berjumlah tiga helai, kepala sari kuning
cerah, dan tangkai putiknya bercabang tiga dan berwarna coklat. Gulma teki tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1- 1.000 meter dpl dengan curah hujan antara
1.500-4.000 mm.
2.4.3.1 Cyperus rotundus
Teki ladang atau Cyperus rotundus (Gambar 5) adalah gulma pertanian yang biasa
dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud
24
mirip. Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan
tuber ( umbi ). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai
bulan November 2011 sampai Februari 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah plastik, alat pengukur panjang, jangka sorong, tali rafia,
patok, tugal, timbangan digital, oven, cangkul, selang dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman karet Klon GT1 berumur 3 bulan, air,
pupuk NPK 15:15:15, gulma Asystasia gangetica dengan jumlah daun 3-4 helai,
Borreria alata dengan jumlah daun 8-10 helai, gulma Cyperus rotundus yang belum
memiliki malai, gulma Paspalum conjugatum dan Setaria plicata berasal dari tunas
25
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan kegiatan bertahap yaitu : Penentuan petak
perlakuan, penanaman bibit karet, penanaman gulma, pemeliharaan, dan pengamatan.
3.3.1 Penentuan petak perlakuan
Lahan penelitian yang di gunakan 180 m2 disiapkan dengan pencangkulan sehingga
tanah menjadi gembur beberapa saat sebelum penanaman. Dibuat petak penelitian
sebanyak 60 buah yang masing-masing berukuran 1 m x 3 m. Tiap petak diberi patok
perlakuan untuk memudahkan pengamatan.
3.3.2 Penanaman Bibit Karet
Bibit karet ditanam satu bibit perlubang tanam dengan jarak antar tanaman 1 m.
Setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyiraman pada areal pertanaman. Kegiatan
penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 1 minggu setelah tanam (MST).
Letak penanaman bibit karet disajikan dalam Gambar 6.
3.3.3 Penanaman Gulma
Penanaman gulma dilakukan pada petak yang telah disiapkan. Ada lima spesies
26
Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus. Gulma ditanam tiga hari setelah
penanaman bibit tanaman karet. Gulma ditanam dengan jarak yang berbeda
tergantung dari jumlah gulma dalam 1 plot. Semakin banyak jumlah gulma yang
ditanam, maka semakin rapat jarak tanam antar gulma dalam 1 bedengan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar populasi gulma merata dalam 1 plot. Letak penanaman
gulma disajikan dalam Gambar 6.
3 m
Gambar 6. Petak Percobaan Letak Penanaman Bibit Karet dan Gulma (Keterangan : = Bibit tanaman karet; X = Gulma)
3.3.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, dan penyiangan gulma lain.
Penyiraman dilakukan dengan cara mengalirkan air yang berasal dari bak
penampungan air dekat lahan menggunakan selang. Penyiraman harus rutin agar
27
Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 10 gram
pertanaman dilakukan pada awal penanaman bibit tanaman karet. Pemupukan
dilakukan dengan cara ditabur saat penanaman bibit tanaman karet.
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma lain yang
berada di petak percobaan, kegiatan ini dilakukan seminggu sekali dengan
menggunakan kored. Penyiangan gulma rutin dilakukan sehingga tidak ada gulma
lain yang dapat mempengaruhi tanaman karet.
3.4 Metode Penelitian dan Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis,
maka penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design)
dengan tiga kali ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah
lima spesies gulma yaitu Asystasia gangetica, Borreria alata, Cyperus rotundus,
Paspalum conjugatum, dan Setaria plicata. Faktor kedua adalah empat taraf populasi
gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan
menurut rancangan percobaan Petak Berjalur ( stripe plot ). Tata letak perlakuan
disajikan pada gambar 7.
Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila
asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk mengidentifikasi pengaruh spesies dan populasi
gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk. Model rancangan
28
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Gambar 7. Tata Letak Perlakuan
29
Tabel 1. Analisis ragam percobaan dua-faktor yang terdiri dari empat faktor kerapatan populasi dan lima faktor jenis gulma.
Sumber
Sumber : Gomez dan Gomez (1995)
3.5. Pengamatan
3.5.1. Tinggi tanaman
Tinggi Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun teratas yang dilakukan
pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam ( MST). Pengukuran dilakukan dalam satuan
sentimeter dengan menggunakan alat pengukur panjang. Seluruh tanaman diamati
30
3.5.2. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Seluruh tanaman
diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.
3.5.3. Diameter batang tanaman
Diameter batang tanaman dihitung untuk mengetahui perkembangan diameter
tanaman. Diameter batang dihitung pada 4,8, dan 12 minggu setelah tanam.
Pengukuran dilakukan 10 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan alat
pengukur jangka sorong dalam satuan mm. Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak
3 tanaman per plot.
3.5.4. Persentase penutupan gulma
Pengamatan dilakukan secara visual pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST).
Pengamatan dilakukan dengan cara menduga persentase petak percobaan yang
31
3.5.5. Bobot kering tanaman karet dan gulma.
Bobot kering tanaman diukur dengan cara mengambil satu tanaman karet yang di
tengah sebagai sampel dari setiap petak perlakuan. Kemudian dikeringkan selama
2x24 jam dengan menggunakan oven pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.
Bobot kering gulma diukur dengan mengambil dua 2 plot sampel gulma dengan
ukuran 0,5 x 0,5 m dari setiap petak perlauan untuk dikeringkan. Sampel gulma
dikeringkan selama 2 x 24 jam hingga bobotnya konstan dengan menggunakan oven
pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram.
3 m
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 1 m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Gambar 8. Letak Pengambilan Sampel Gulma
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap tinggi tanaman karet pada
12 MST, jumlah daun pada 8 dan 12 MST, dan diameter batang pada 8 dan
12 MST. Gulma Asystasia gangetica dan Setaria plicata mengakibatkan
tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang terendah.
2. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap bobot kering tanaman
karet pada 12 MST. Gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan
Paspalum conjugatum dapat menekan bobot kering tanaman karet pada
populasi 60 gulma/m2.
3. Populasi gulma dari 20-60 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 12 MST,
jumlah daun pada 8, dan 12 MST, diameter batang pada 8 dan 12 MST, dan
bobot kering tanaman karet pada 12 MST.
4. Terdapat interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam mempengaruhi
persentase penutupan gulma 4, 8, dan 12 MST, bobot kering gulma pada 12
MST, jumlah daun tanaman karet pada 4 MST, dan bobot kering tanaman
50
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan gulma lainnya seperti Imperata
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2011. Teki Ladang. www.wikipedia.org. Diakses pada 14 Juni 2011.
Anonim b. 2011. Gulma Tanaman. www.wordpress.com. Diakses pada 14 Juni 2011.
Anonim c. 2011 . Para (pohon). www.ide.wikipedia.org. Diakses pada 23 Januari 2012.
Djafaruddin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara. 130 hlm.
Gomez, K., dan Arturo Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI-Press. Jakarta. 698 hlm.
Gieana. 2010. Penguasaan sarana tumbuh gulma.http://id.shvoong.com. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.
Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida. Buku Gulma II. Badan Penerbit CV Rajawali Press. Jakarta. 95 hlm.
Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 101 hlm.
Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hlm.
Palasta, R. 2007. Efikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.
Plantamor. 2008. Informasi Spesies. http://www.plantamor. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.
52
Purba, E. 2004.Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida. www.usu.ac.id. Diakses tanggal 22 April 2011. Pukul 19:42 WIB
Putri, E. 2011. Kompetisi Beberapa Jenis dan Populasi Gulma terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 86 hlm.
Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.
Soerjani, M. 1976. Herbisida sebagai Alat Pengelola Tumbuhan Pengganggu. Aspek pestisida di Indonesia, edisi khusus LP3 Bogor 3:33-51.
Sukman, Y. Dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press. Jakarta. 157 hlm.
Sumantry. 2011. Sejarah Singkat Karet. http://www.sumantry.com. Diakses tanggal 11 September 2011. Pukul 16:38 WIB