Khairunnisa
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN SIDE EFFECTS OF ANTITUBERCULOSIS DRUG WITH THE COMPLIANCE IN CONSUMING ANTITUBERCULOSIS
DRUG IN TULANG BAWANG BARAT DISTRICT
By
Neny Khairunnisa
Tuberculosis (TB) is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis that is still being in the world. Health Department of Tulang Bawang Barat District reported that
there are 1153 suspect TB and 141 smear positive cases on 2010. Tuberculosis cure
rate is only 55,7%, wich is still far from national indicator. There are 11 cases or
about 0,05% default and also drop out from all cases. Side effect drug is one of the
causal factor of failure on TB treatment. It make the TB patient to be indiscipline on
consuming their drugs and the therapy will be stopped then.
This study is aimed to (1) find out the correlation between the incident of side effect
of antituberculosis drugs and compliance in consuming drug on patient with TB in
Tulang Bawang Barat District; (2) know the pattern of side effects of antituberculosis
drugs on patient with TB; and (3) know the compliance of consuming drug on patient
with TB.
Khairunnisa
Sample of this study is TB patient with inclusion criterias are consuming
antituberculosis drug and will finish their treatment on September–November 2011. These samples were taken from 4 primary care providers on Tulang Bawang Barat
District. They were taken by purposive sampling technique based on inclusion and exclusion criteria.
Results showed that: (1) proportion of the incidence of side effect of antituberculosis
drug in Tulang Bawang Barat District was 90,5% and 9,5% is not occurred; (2)
proportion of the complience rate on patient with TB in Tulang Bawang Barat District
is 71,4% and is only 28,6% who are indiscipline; (3) there is no correlation between
side effect of antituberculosis drugs and complience of consuming drugs of patient
with TB in Tulang Bawang Barat District.
Khairunnisa
ABSTRAK
HUBUNGAN KEJADIAN EFEK SAMPING OBAT ANTITUBERKULOSIS TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
Oleh
Neny Khairunnisa
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang masih menjadi perhatian dunia. Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat melaporkan adanya 1153 suspek TB pada tahun
2010, dengan 141 BTA Positif. Angka kesembuhan(Cure Rate)TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya 55,7% dan angka tersebut masih jauh dari target
indikator nasional, dan dari semua kasus TB yang terjadi, terdapat 11 kasus atau
sekitar 0,05% default ataupun putus berobat (drop out). Efek samping obat menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan pengobatan TB karena
menyebabkan pasien malas meminum obat sehingga pengobatan terhenti.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan kejadian efek samping
OAT terhadap kepatuhan minum obat pada penderita TB di Kabupaten Tulang
Bawang Barat; (2) mengkaji pola efek samping OAT pada penderita TB;
Khairunnisa
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Oktober–
Desember 2011. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sampel penelitian ini adalah penderita TB yang
menggunakan OAT dan menyelesaikan pengobatannya pada periode bulan
September–November 2011. Sampel pada penelitian ini diperoleh dari 4 puskesmas di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sampel pada penelitian ini
diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proporsi kejadian efek samping OAT
pada penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebanyak 90,5% dan yang
tidak terjadi hanya 9,5%; (2) proporsi tingkat kepatuhan pada penderita TB di
Kabupaten Tulang Bawang Barat sebanyak 71,4% dan penderita yang tidak patuh
hanya 28,6%; (3) tidak ada hubungan antara efek samping OAT terhadap
kepatuhan minum obat pada penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Kata kunci: tuberkulosis, efek samping obat, obat antituberkulosis, kepatuhan
Hidup ini indah dan akan lebih indah ketika kamu bisa
membuat orang yang kamu sayangi bahagia.
Jangan remehkan diri sendiri, tak seorangpun yang
biasa-biasa saja, yang ada hanya mereka yang tidak
menyadari betapa luar biasanya mereka.
Jangan rendahkan dirimu untuk mendapatkan sesuatu,
tetapi rendahkan hatimu untuk memberikan sesuatu.
Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik
dihidupmu dan belajarlah menjadi kuat dari hal-hal
buruk dihidupmu.
Khairunnisa-SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul “Hubungan Kejadian Efek Samping Obat Antituberkulosis
Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Tulang Bawang Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku dekan Fakultas Kedokteran;
2. dr. Dwi Indria Anggraini, M.Sc., selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan membantu penulis selama proses
penelitian sampai penyelesaian skripsi ini;
3. dr. M. Ricky Ramadhian, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan nasehat kepada penulis selama proses pembuatan
skripsi;
4. dr. Nurul Islamy, M.Kes., selaku pembahas yang telah memberikan kritik,
5. H. Muhammad Hakim Pasaribu, M.Pd., dan Hj. Darwati Siregar, S.Pd.I.,
selaku orang tua penulis yang tidak pernah lelah membimbing penulis sejak
dilahirkan sampai saat ini, memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada
penulis, memberikan dorongan moril dan materiil kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;
6. Dyah Wulan Sumekar RW, SKM, M.Kes., dan dr. Iswandi Darwis selaku
Pembimbing Akademik;
7. Abdul Rohim Pasaribu, S.Or, M.M., Kiki Yuli Handayani, Ahmad Husein
Pasaribu, Nur Aisyah Febriani yang telah membantu serta memberikan
semangat dan nasehat kepada penulis selama penulisan skripsi;
8. Teman-teman seperjuangan Shitrai Eunice, Rifa’atul Mahmudah, Evi Emilia, Octaria Anggraini, Intan Rehana, Tri Hasan Basri, Putri Aptalia Ayu, S.Ked.,
Dwi Verayati, S.Ked., Indria Febriani, S.Ked., Rizka Yunanda,S.Ked., Yeni
Marlina, Adi Pasaribu, Anantyo Kusuma, yang telah bersedia membantu
penulis dalam penyelesain penulisan skripsi;
9. Linggar Suprayogi, S.P., yang telah membantu penulis dalam pengambilan
data, terima kasih telah memberikan bantuan tenaga, pikiran, dan memberikan
motivasi kepada penulis selama proses penelitian sampai penyelesaian skripsi;
10. Muhammad Asrul, A.Md.Kep., yang telah membantu penulis dalam
pengambilan data di Dinkes Tulang Bawang Barat;
11. Oki Tri Laksani, A.Md.KL., yang telah membantu dan memberikan motivasi
12. Semua teman-teman SDN 1 Tumijajar, SMPN 1 Tumijajar, SMAN 1
Tumijajar dan FK angkatan 2007 yang telah membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis agar menyelesaikan penulisan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada
penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Januari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ... 5
1.5.1 Kerangka Teori... 5
1.5.2 Kerangka Konsep ... 7
1.6 Hipotesis ... 7
II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis ... 8
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis ... 8
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis ... 8
2.1.3 Cara Penularan ... 10
2.1.4 Perjalanan Penyakit ... 11
2.1.5 Gejala dan Diagnosis ... 12
2.2 Tatalaksana Tuberkulosis ... 14
2.3 Efek Samping Obat Antituberkulosis ... 19
2.3.2 Macam-macam Efek Samping Obat
Antituberkulosis ... 19
2.4 Kepatuhan Minum Obat ... 20
2.4.1 Definisi Kepatuhan ... 20
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat ... 21
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3.4 Prosedur Penelitian ... 26
3.5 Variabel Penelitian ... 26
1. Variabel Bebas ... 26
2. Variabel Terikat ... 26
3.6 Definisi Operasional... 27
3.7 Analisis Data ... 29
3.8 Uji Instrumen Data ... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 31
4.1.1 Karakteristik responden... 31
4.1.2 Kejadian efek samping OAT ... 33
4.1.3 Hubungan kejadian efek samping OAT terhadap kepatuhan ... 36
4.2 Pembahasan ... 37
4.2.1 Karakteristik responden... 37
4.2.2 Efek samping OAT ... 39
4.2.3 Hubungan kejadian efek samping OAT terhadap kepatuhan ... 39
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Efek Samping Ringan ... 19
2. Efek Samping Berat ... 20
3. Definisi Operasional ... 27
4. Karakteristik Responden ... 32
5. Karakteristik Efek Samping OAT ... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka teori ... 6
2. Kerangka konsep ... 7
3. BakteriMycobacterium tuberculosa ... 10
4. Penyebaran BakteriMycobacterium tuberculosa ... 11
5. Prosedur Penelitian ... 26
6. Tingkat Kepatuhan ... 33
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih cukup tinggi. Pada tahun 2009, terdapat 1,7 juta orang meninggal karena TB
sementara ada 9,4 juta kasus TB baru. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi 583 ribu kasus baru TB setiap tahunnya di Indonesia
(Rita, 2009). Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat bahwa Indonesia berada
pada posisi 5 dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang (WHO, 2010).
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2007, pencapaian
angka-angka kesembuhan penderita TB di Propinsi Lampung telah mencapai target
maksimal yaitu melebihi indikator pengobatan sebesar 85%. Meskipun demikian,
masih terdapat beberapa daerah atau kabupaten di Propinsi Lampung yang belum
mencapai target keberhasilan pengobatan sesuai indikator nasional. Salah satunya
adalah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan kabupaten baru di
Propinsi Lampung.
Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat pada tahun 2010 melaporkan adanya 1153
2
Rate) TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya 55,7% dan angka tersebut masih jauh dari target indikator nasional (Dinkes Kabupaten Tulang Bawang
Barat, 2010), dan dari semua kasus TB yang terjadi, terdapat 11 kasus atau sekitar
0,05%defaultataupun putus berobat (drop out).
Penatalaksanaan TB yang tepat menjadi faktor penting dalam keberhasilan
pemberantasan TB. Penularan penyakit TB sangat cepat dan setiap 1 penderita
TB basil tahan asam (BTA) positif bisa menularkan penyakit tersebut kepada 10
hingga 15 orang per tahunnya. Namun demikian, penanggulangan TB terutama di
negara berkembang masih belum memuaskan, yang ditunjukkan oleh angka
kesembuhan hanya mencapai 30%. Beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya
penanggulangan TB antara lain adanya peningkatan populasi TB yang seiring
dengan letusan HIV; timbulnya resistensi terhadap beberapa obat antituberkulosis
(OAT); kurangnya biaya pengadaan OAT seperti rifampisin dan pirasinamid yang
relatif mahal; kurangnya perhatian aparat pemerintah terhadap besarnya masalah
TB; kurangnya sistem penanggulangan TB secara terpadu (Bahar, 2001).
Menurut Tahitu dan Amarudin (2006), terdapat faktor risiko utama terjadinya
kegagalan pengobatan TB yakni Pengawas Minum Obat (PMO), kepatuhan
berobat, dan efek samping obat.
Efek samping obat menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan pengobatan TB.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek samping OAT menyebabkan pasien
malas meminum obat sehingga pengobatan terhenti. Beberapa efek samping OAT
3
pada urine, gatal dan kemerahan pada kulit, tuli, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan (Depkes, 2008).
Efek samping obat berpengaruh terhadap kepatuhan meminum obat pada
penderita TB. Semakin berat gejala efek samping obat maka semakin tidak patuh
penderita dalam pengobatan. Oleh karena itu, efek samping obat menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan meminum obat pada penderita TB.
Menurut Pariyamah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum
obat adalah karakteristik penderita, kategori obat, lama pengobatan dan efek
samping obat.
Namun demikian, belum diketahui dengan pasti bagaimana hubungan antara efek
samping OAT dengan kepatuhan pasien meminum obat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian yang mengkaji bagaimana hubungan kejadian efek samping
OAT terhadap kepatuhan minum obat sebagai upaya penatalaksanaan pengobatan
TB yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian “Bagaimana hubungan kejadian efek samping OAT terhadap kepatuhan minum obat pada penderita TB di Kabupaten Tulang
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kejadian efek samping OAT terhadap kepatuhan minum
obat pada penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pola efek samping OAT pada penderita TB.
2. Mengkaji tingkat kepatuhan meminum OAT pada penderita TB.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama
di bidang ilmu kedokteran.
2. Bagi penderita
Penelitian yang dilakukan dapat memberikan pengetahuan kepada penderita
tentang TB.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat
Penelitian yang di lakukan dapat menjadi acuan tatalaksana TB yang tepat di
5
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka teori
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah dahak dari pasien yang mengandung kuman TB. Bila tidak diobati, maka penderita dapat meninggal
dunia. Sekitar 25% dari seluruh kematian yang terjadi akibat TB sebenarnya
dapat dicegah (preventable death) (Siswono, 2004).
Pengobatan TB mengacu pada perawatan medis dari penyakit menular TB.
Pengobatan TB biasanya timbul efek samping. Efek samping biasanya dianggap
sebagai gejala-gejala yang muncul akibat pemberian obat dan tidak berhubungan
dengan kerja obat yang dimaksud atau diinginkan. Meskipun tidak diharapkan
dan mengganggu, efek samping cukup sering terjadi pada dosis biasa sehingga
pasien harus waspada mengenai kemungkinan terjadinya dan bagaimana
menghadapinya (Deglin dan Vallerand, 2005).
Efek samping obat adalah setiap efek dari suatu pengobatan yang tidak
dikehendaki, merugikan atau membahayakan pasien. Efek samping tidak
mungkin dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah
seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar
dapat diketahui. Dampak negatif masalah efek samping obat dalam klinik antara
lain dapat menimbulkan keluhan atau penyakit baru karena obat, meningkatkan
biaya pengobatan, mengurangi kepatuhan berobat serta meningkatkan potensi
6
Efek samping OAT dapat menyebabkan pasien malas minum obat sehingga
menjadi salah satu faktor putus obat sehingga pengobatan TB terhenti. Efek
samping OAT yaitu hilangnya nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi,
kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki, warna kemerahan pada urine,
gatal dan kemerahan pada kulit, tuli, gangguan penglihatan dan lain sebagainya
(Depkes RI, 2008).
Semakin berat efek samping yang ditimbulkan OAT semakin menyebabkan
pasien tidak patuh meminum obat. Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan
sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang
dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker (Slamet,
7
1.5.2 Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2. Kerangka konsep
Terdapat efek samping dari pengobatan TB. Beberapa efek samping yang
ditimbulkan oleh OAT yaitu hilangnya nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri
sendi, warna kemerahan pada urine, gatal, vertigo, penyakit kuning, kemerahan
pada kulit, tuli, dan gangguan penglihatan. Efek samping yang ditimbulkan OAT
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya kepatuhan minum
obat pada penderita TB.
1.6 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini:
Adanya hubungan kejadian efek samping OAT terhadap kepatuhan minum obat
pada penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Efek samping OAT Kepatuhan minum
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis (TB)
2.1.1 Pengertian TB
Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).
2.1.2 Penyebab TB
Penyebab TB adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosismerupakan kelompok bakteri gram positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1–4 mikron dan tebal 0,3–0,6 mikron (Bahar, 2001).
Sebagian besar komponenMycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak
9
Menurut Darmajono (2001), karakteristik Mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut
1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1–4 mm dengan tebal 0,3–0,6 mm.
2. Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.
3. Pewarnaan Ziehl-Nellsen tampak berwarna merah dengan latar belakang biru.
4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil, hasilnya Gram Positif.
5. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom
mengandung lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi
sifat yang khas pada bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat
asam, alkalis dan germisida tertentu.
6. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan
yang dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.
7. Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12–18 jam dengan suhu optimum 37oC.
8. Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap virulen.
10
Gambar 3. BakteriMycobacterium tuberculosa
2.1.3 Cara penularan
Mycobacterium tuberculosisditularkan dari orang satu ke orang yang lain melalui jalan pernapasan. Pada waktu batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Setelah kuman TB
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran pernapasan/menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya
11
Gambar 4. Penyebaran BakteriMycobacterium tuberculosa
2.1.4 Perjalanan penyakit
1) Tuberkulosis primer (infeksi primer)
Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak mempunyai imunitas
sebelumnya terhadap Mycobacterium tuberculosis. Penularan TB terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
(Bahar, 2001).
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan terjadinya infeksi sampai
12
Menurut Soeparman (2003), komplek primer ini selanjutnya dapat berkembang
menjadi:
1. Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
klasifikasi di hilus atau sarang
3. Berkomplikasi dan menyebar secara:
(a) Perkontinuiatum yakni dengan menyebar ke sekitarnya.
(b) Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan bersama sputum dan
ludah sehingga menyebar ke usus.
(c) Secara limfogen ke organ tubuh lainnya.
(d) Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
2). Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan/tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat infeksi
HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas dari TB pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas/efusi pleura (Khomsah, 2007).
2.1.5 Gejala dan diagnosis
A. Gejala
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
13
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik (Amin, 2006).
a. Gejala sistemik/umum
Gejala sistemik umum biasanya ditandai dengan adanya demam tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama, demam biasanya dirasakan pada malam hari dan
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza yang
bersifat hilang timbul. Selain demam, biasanya gejala sistemik umum di tandai
dengan penurunan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan,
batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), adanya perasaan
tidak enak (malaise), dan lemah.
b. Gejala khusus
Gejala khusus pada penderita TB tergantung dari organ tubuh mana yang terkena,
bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan dirongga
pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
14
B. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah anamnesa baik terhadap pasien
maupun keluarganya, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (darah, dahak,
cairan otak), pemeriksaan patologi anatomi (PA), Rontgen dada (thorax photo)
dan uji tuberculin (Bahar, 2001).
2.2 Tatalaksana TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. Menurut Depkes (2008), pengobatan TB
dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Obat anti tuberkulosis biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas minum
obat (PMO).
15
Tahap awal (intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
penularan pada pasien menjadi berkurang dalam kurun waktu 2 minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Menurut Depkes (2008), jenis obat OAT yang digunakan antara lain:
1) Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid,dapat membunuh kuman 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
16
2) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak
dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk
pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3) Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita
berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau
lebih diberikan 0,50 g/hari.
5) Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30
mg/kg BB.
Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan paduan OAT
dengan beberapa kategori, yaitu
Kategori 1: 2HRZE/4H3R3
Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
17
Kategori 4: OAT sisipan ( HRZE )
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu (1) penderita dalam satu (1)
masa pengobatan.
a) Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), rifampisin (R), pirasinamid (Z) dan
etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid (H) dan
rifampisin (R) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat
ini diberikan untuk:
- Penderita baru TB Paru BTA Positif
- Penderita TB Paru BTAnegatif Rontgen positif yang “sakit berat“ dan
- Penderita TB Ekstra Paru berat.
b) Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid
(H), rifampisin (R), pirasinamid (Z),dan etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin
diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita kambuh (relaps)
18
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai (after default)
c) Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ)
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe (limfadenitis)
pleuritis eksudativa unilateral TB kulit, TB tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
d) OAT sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari
selama 1 bulan.
Kombinasi dosis tetap mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
(Depkes RI, 2008):
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
19
2.3 Efek samping OAT
2.3.1 Definisi efek samping
Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek samping obat merupakan
hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerjanya yang
spesifik dalam sistem biologik tubuh (Yanuarti, 2010).
2.3.2 Macam-macam efek samping OAT
Efek samping OAT dapat dibagi menjadi efek samping ringan dan berat.
Tabel 1. Efek samping ringan
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut
Rifampisin Semua OAT diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin
Kesemutan s.d. rasa
20
Tabel 2. Efek samping berat
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan kemerahan kulit
Semua jenis OAT Beri Anti-histamin sambil meneruskan pengobatan OAT dengan pengawasan ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus
menghilang
Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol
Purpura dan renjatan (syok)
Rifampisin Hentikan Rifampisin
2.4 Kepatuhan Minum Obat
2.4.1 Definisi kepatuhan
Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Kepatuhan
(ketaatan) didefinisikan sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan
21
Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam
mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat
Faktor-fakor yang mempengaruhi kepatuhan penderita adalah (Niven, 2002):
1) Faktor intrinsik adalah faktor yang tidak perlu rangsangan dari luar, yang
berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari:
a) Motivasi
Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berperilaku. Hal yang
berkaitan dengan motivasi dalam berperilaku yaitu kemajuan untuk berusaha
dalam pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan individu.
b) Keyakinan, sikap dan kepribadian
Model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya
ketidakpatuhan.
c) Pendidikan
Pendidikan penderita meningkatkan kepatuhan penderita, jika pendidikan tersebut
adalah pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku atau kaset yang berisi
tentang kesehatan yang digunakan oleh penderita secara mandiri. Semakin tinggi
pendidikan penderita semakin menambahkan pengetahuan penderita tentang
penyakit yang dideritanya.
d) Persepsi penderita terhadap keparahan penyakit
22
e) Keadaan fisik penderita
Keadaan fisik penderita disini dimaksudkan bagaimana kondisi penderita, ada
tidaknya penyakit penyerta lainnya yang kemungkinan dapat memperburuk
keadaan penderita.
f) Kemampuan
Kemampuan adalah potensi seseorang untuk melakukan pekerjaan.
2) Faktor ekstrinsik adalah faktor yang perlu rangsangan dari luar, yang terdiri
dari:
a) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang
lain, teman dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan skor kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima.
b) Dukungan dari profesional kesehatan
Merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan, berupa gambaran
tentang penyakit dan pengobatan yang diderita oleh penderita.
c) Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan
23
d) Perubahan model terapi
Program-program kesehatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan penderita
terlibat dalam pembuatan program tersebut. Model terapi yang sederhana dapat
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu studi observasional yang mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran pada satu waktu (Kountur,
2005).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian akan
dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2011.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah penderita TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Sampel penelitian ini adalah penderita TB yang menggunakan OAT dan
menyelesaikan pengobatannya pada periode bulan September–November 2011. Sampel pada penelitian ini diperoleh dari puskesmas D, K, M dan P di Kabupaten
25
Adapun alasan memilih 4 puskesmas tersebut adalah :
1. Lokasi yang strategis
2. Wilayah kerja puskesmas yang cukup luas
3. Jumlah penderita TB yang relatif banyak
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive samplingdengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi diantaranya sebagai berikut:
1. Penderita TB yang akan menyelesaikan pengobatan pada periode bulan
September–November 2011. 2. Berusia 20–60 tahun.
3. Memiliki rekam medis untuk pengobatan TB dengan lengkap.
4. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani inform consent.
Kriteria eksklusi diantaranya sebagai berikut:
1. Penderita tidak dapat dihubungi.
26
3.4 Prosedur penelitian
Prosedur pada penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 5. Prosedur penelitian
3.5 Variabel penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efek samping OAT.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat. Izin
kuesioner
Kriteria inklusi
Patuh/tidak patuh
Dihubungi/didatangi Subyek
Kartu berobat
Puskesmas
ESO : Terjadi Tidak terjadi
27
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
Tabel 3. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat ukur Skala Kategori
1.
29
3.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Analisis Data Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi setiap
variabel penelitian. Variabel yang dianalisis yaitu efek samping OAT sebagai
variabel bebas, dan variabel terikat yaitu kepatuhan minum obat pada penderita
TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Selain itu juga analisis univariat
digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi usia, pendidikan, pekerjaan, dan
jenis kelamin.
b. Analisis Data Bivariat
Analisis hubungan atau perbedaan prevalens antara kelompok-kelompok yang
diobservasi dilakukan setelah validasi dan pengelompokan data penelitian yang
diperoleh. Analisis ini dapat berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk
memperoleh risiko relatif.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara efek
samping OAT terhadap kepatuhan minum obat yaitu analisis bivariat. Analisis
bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua
30
3.8 Uji Instrumen Data
Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel
penelitian valid atau tidak, peneliti melakukan pengujian validitas kuesioner
dengan cara mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur,
melakukan uji coba kuesioner pada sejumlah responden. Sebelumnya peneliti
juga sangat memperhatikan validitas kuesioner yang telah dibuat dengan cara
meminta pendapat ahli.
Uji Reliabilitas
Untuk melihat apakah rangkaian kuesioner yang dipergunakan sudah konsisten
dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Jika hasil penilaian yang
diberikan oleh kuesioner konsisten memberikan jaminan bahwa kuesioner tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Aru, Bambang dan Idrus. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. IPD FKUI: Jakarta.
Bahar. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Gravindo Persada: Jakarta.
Darmajono. 2001. Karakteristik Mycobacterium tuberculosis. Medicastore. Darwis, Iswandi. 2008.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pasien
Tuberculosis Paru dalam Mencari Pengobatan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2005. (Skripsi). Universitas Lampung.
Day, Rosmini. 2007.National TB Program. WHO: Jakarta. Degresi. 2005.Kepatuhan Minum Obat. LIPI: Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Departemen Kesehatan Cetakan ke 8: Jakarta.
Depkes RI, 2005.Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI, 2008. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Deglin dan Vallerand, 2005.Pengobatan Tuberkulosis (TB).
http://anjangkn.wordpress.com. Diakses tanggal 11 Oktober 2011.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Dinas Kesehatan: Lampung.
✁✂
Erawatyningsih, Erni. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidak Patuhan Berobat pada Penderita Tuberculosis Paru. LIPI. Jakarta.
Husada, Bakti. 2010. Pengendalian TB di Indonesia Mendekati Target MDG Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Hutapea, Tahan P. 2006.Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis. Jurnal respirologi: Jakarta.
Khomsah, 2007.Cara Penularan Penyakit TBC.
http://www.infopenyakit.com. Diakses tanggal 28 Mei 2011.
Kountur, Ronny. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Penerbit PPM: Jakarta.
Lestari. 2011. Buku Panduan STOP Tuberkulosis. Puskesmas Panaragan Jaya: Lampung.
Muchtar, A. 2004. Farmakologi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Sekunder. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Niven, 2002. Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dan Kepatuhan pada Pasien Dewasa dengan Diagnosa Tuberkulosis Paru di Puskesmas Mantingan Ngawi Periode Februari - April 2002. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Solo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta: Jakarta.
Nurmala. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Penanggulangan Tuberculosis (TB) Paru di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2002. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara.
Pariyamah, 2009.Faktor-faktor Kepatuhan Minum Obat.
http://yosifebrianti.wordpress.com, diakses tanggal 11 oktober 2011.
Pranoto. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia: Jakarta. Rita. 2009.Kasus Baru Tuberculosis di Indonesia. WHO: Jakarta.
Santoso, 2007. Efek Samping Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. Siswono, 2004.Tuberkulosis.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis, diakses 28 Mei 2011.
Slamet, 2007.Kepatuhan Dalam Pengobatan.
✄☎
Soeparman, 2003.Perkembangan Tuberkulosis. Jurnal: Universitas Diponegoro. Soemantri, 2008.Apa itu Tuberkulosis.
http://www.scribd.com, diakses tanggal 23 Mei 2011.
Sutarji, 2005. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan Penderita Tuberculosis Paru untuk Minum Obat Anti Tuberculosis pada Pengobatan Intensif di Puskesmas Selomerto Wonosobo. (Skripsi). Universitas Diponegoro.
Tahitu dan Amarudin. 2006. Faktor-faktor Risiko Kegagalan Konversi pada Penderita TBC Paru BTA Positif Baru di Kota Ambon Propinsi Maluku. (Skripsi). FKM Universitas Hasannudin.
Ummu, Kautsar. 2009.Tuberkulostatik, Obat dan Efek Sampingnya.
http://kautsarku.wordpress.com. Diakses tanggal 16 Desember 2011.
WHO. 2008.TB di Indonesia Peringkat 5 Dunia. PPTI: Jakarta. WHO, 2010.Global Tuberculosis Control 2010. WHO: Geneva. Yanuarti, F. 2010.Efek Samping Obat.
http://hilalahmar.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2011.