• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kawasan Industri Medam Star Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Kawasan Industri Medam Star Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

DAMPAK KAWASAN INDUSTRI MEDAN STAR TERHADAP

PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT

SEKITARNYA

(KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG)

Proposal Skripsi

Diajukan oleh :

Ari Suhana

060501040

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Nama : ARI SUHANA

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NIM : 060501040

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Dampak Kawasan Industri Medam Star Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) Tanggal:

Pembimbing

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Hari :

BERITA ACARA UJIAN

Tanggal :

Nama : Ari Suhana

NIM : 060501040

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Dampak Kawasan Industri Medam Star Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

Ketua Program Studi Pembimbing

Irysad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D

NIP. 19710503 200312 1 003 NIP. 19630818 198803 1 005 Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE

Penguji I Penguji II

Dra. Raina Linda Sari, M.Si

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Ari Suhana

NIM : 060501040

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Dampak Kawasan Industri Medam Star Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

Tanggal: Ketua Program Studi

Irysad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D) NIP. 19710503 200312 1 003

(5)

ABSTRAK

Saat ini perekonomian Indonesia yang dulunya lesu terkena dampak krisis moneter global pada tahun 1997 kini mulai bergairah kembali, hal ini sedikit banyaknya di pengaruhi oleh meningkatnya perekonomian daerah, kawasan Aglomerasi menjadi salah satu faktor pendukung perekonomian di beberapa daerah.

Dari paparan di atas , penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi persoalan aglomerasi yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Medan Star Industi Eastate adalah salah satu kawasan aglomerasi yang ada di Sumatra utara, Dengan wilayah kawasan yang besar serta puluhan industri yang berpartisipasi menggunakan ratusan karyawan di dalamnya, pastilah kawasan ini memiliki pengaruh terhadap masyarakat sekitarnya. Inilah yang menjadi tujuan utama penelitian ini yang di lakukan terhadap dua desa yang ada di dekat kawasan tersebut yakni. Desa Tanjung baru dan desa Tanjung morawa B.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis aglomerasi yang dilakukan oleh Medan Star berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat, yang dapat dilihat dali hasil uji korelasi product moment dimana r hitung= 0,562 > dari pada r tabel=0,113 dan uji t dimana t hitung < dari t tabel. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan sebelum dan sesudah terjadinya aglomerasi oleh Medan Star.

(6)

ABSTRACT

Currently Indonesia formerly sluggish economy affected by the global monetary crisis in 1997 are now beginning to excited again, this is somewhat influenced by the growing regional economy, Agglomeration area became one of the factors supporting the economy in some areas.

From the above, the authors are interested to study further agglomeration issues relating to social welfare. Star industi Eastate field is one of the agglomeration region in northern Sumatra, with a large area of the region as well as dozens of industry employing hundreds of employees who participate in it, surely this area have an influence on the surrounding community. This is the main purpose of this study will be undertaken on two villages near the area ie. The new village and the village of Tanjung Tanjung Morawa B.

Based on the results of research conducted by the author agglomeration Star Medan positive impact on the welfare of local communities, which can be seen dali product moment correlation test results count where r = 0.562> of the table r = 0.113 and t test where t count <from t table . This indicates a significant change before and after the occurrence of agglomeration by Medan Star.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat penilis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kasih setia, hikmat kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyeesaikan skripsi ini. Skripsi ini, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian meraih gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ekonomi, Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul skripsi ini adalah : “DAMPAK KAWASAN INDUSTRI MEDAN STAR TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT SEKITARNYA” (KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG)

Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak di Bantu oleh berbagai pihak baik dalam bentuk moril, materil, maupun doa. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas setiap dukungan yang telah diberikan kepada :

1. Keluarga penulis, Supandi(Ayah) Suryaningsih(Ibu), serta saudara-saudara penulis (M.Hanafia, M.Dimas F, R.Syafirahani, M.Nurhassan,M.Rido), dan taklupa pula para sahabat (Aziz, Asep, David, Thoib, Ardi, Rahmat, Putra, Azmal, Rama, Leman) sekaligus rekan-rekan yang tidak disebutkan yang selalu memberikan dukungan materi, semangat dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

3. Bapak Wahyo Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku ketua, dan kepada Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku sekertaris Depertemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irysad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku ketua, dan kepada Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku sekertaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi masukan, saran dan bimbingan, baik dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

6. Ibu, Raina Linda Sari M.Si selaku dosen wali dan juga sebagai Dosen Penguji I yang telah memberi bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Bapak Kasyful Mahalli SE, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberi saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tulisan ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap orang.

Medan,……… September 2011 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL………..…. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………...………... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..……….. 1

1.2 Perumusan Masalah………..………..…….... 3

1.3 Hipotesis ………..………..………. 4

1.4 Tujuan Penelitian………..………..……… 4

1.5 Manfaat Penelitian………..…..……… 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Aglomerasi………...….…..……... 6

2.1.1 Konsep dan Definisi Aglomerasi…………...…………. 6

2.1.2 Tinjauan Teori... 7

A. Teori Klasik... 7

B. Teori Eksternalitas Dinamis... .... 8

C. Teori Ekomoni Geografi Baru... 9

D. Teori Kutub Petumbuhan... 10

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.3 Kesejahteraan Masyarakat... 14

(11)

2.5. Hubungan Pembangunan Ekonomi Dengan IPM... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian………….………...………. 27

3.2 Ruang Lingkup Penelitian………...….……….. 27

3.3 Jenis dan Sumber Data………...…………. 28

3.4 Populasi dan Sampel……….……...………...….... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data……….………...……. 30

3.6 Pengolahan data... 32

3.7 Metode Analisis Data ……….…………...…. 32

3.8 Definisi Operasional Variabel……….…….…...……… 34

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Morawa... ...33

4.1.1 Kondisi Geografis...33

4.1.2 Adiministratif...34

4.1.3 Sejarah Singkat Kecamatan Tanjung Morawa...36

4.1.4 Kondisi Demografi... ....36

4.1.5 Kondisi Prekonomian... ...38

4.1.6 Kondisi Sosial Kecamatan Tanjung Morawa...40

4.1.7 Potensi Wilayah...46

4.2 Kriteria Responden ...48

4.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat ...50

4.3.1 Kesehatan...50

4.3.2 Pendidikan...51

(12)

4.4 Hasil Analisis Data...53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

2.1 Tingkatan Status Indeks Pembangunan Manusia…….... 16 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ...….. 22 3.1 Rincian Sampel...………... 26 3.2 Variabel Penelitian …...………..……… 31 4.1 Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa, Luas Daerah dan

Banyaknya Rumah Tangga 2009... .. ……. 34 4.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tanjung

Morawa 1996-2009 ... ... ...37 4.3 PDRB Kabupaten Deli Sedang 2004-2009...39 4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009 ...40 4.5 Jumlah Dokter Ahli, Dokter , Bidan, Perawat,dan Dukun Bayi di

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009………..42

4.6 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Binjai Tahun 2009 ..44

4.7 PDRB dan PDRB Per Kapita Kabupaten Deli Serdang 2004-2009……….……… 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

(15)

ABSTRAK

Saat ini perekonomian Indonesia yang dulunya lesu terkena dampak krisis moneter global pada tahun 1997 kini mulai bergairah kembali, hal ini sedikit banyaknya di pengaruhi oleh meningkatnya perekonomian daerah, kawasan Aglomerasi menjadi salah satu faktor pendukung perekonomian di beberapa daerah.

Dari paparan di atas , penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi persoalan aglomerasi yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Medan Star Industi Eastate adalah salah satu kawasan aglomerasi yang ada di Sumatra utara, Dengan wilayah kawasan yang besar serta puluhan industri yang berpartisipasi menggunakan ratusan karyawan di dalamnya, pastilah kawasan ini memiliki pengaruh terhadap masyarakat sekitarnya. Inilah yang menjadi tujuan utama penelitian ini yang di lakukan terhadap dua desa yang ada di dekat kawasan tersebut yakni. Desa Tanjung baru dan desa Tanjung morawa B.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis aglomerasi yang dilakukan oleh Medan Star berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat, yang dapat dilihat dali hasil uji korelasi product moment dimana r hitung= 0,562 > dari pada r tabel=0,113 dan uji t dimana t hitung < dari t tabel. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan sebelum dan sesudah terjadinya aglomerasi oleh Medan Star.

(16)

ABSTRACT

Currently Indonesia formerly sluggish economy affected by the global monetary crisis in 1997 are now beginning to excited again, this is somewhat influenced by the growing regional economy, Agglomeration area became one of the factors supporting the economy in some areas.

From the above, the authors are interested to study further agglomeration issues relating to social welfare. Star industi Eastate field is one of the agglomeration region in northern Sumatra, with a large area of the region as well as dozens of industry employing hundreds of employees who participate in it, surely this area have an influence on the surrounding community. This is the main purpose of this study will be undertaken on two villages near the area ie. The new village and the village of Tanjung Tanjung Morawa B.

Based on the results of research conducted by the author agglomeration Star Medan positive impact on the welfare of local communities, which can be seen dali product moment correlation test results count where r = 0.562> of the table r = 0.113 and t test where t count <from t table . This indicates a significant change before and after the occurrence of agglomeration by Medan Star.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini banyak ahli ekonomi kembali melakukan kajian terhadap factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dan perkembangan teori yang memasukkan factor eksternalitas berupa inovasi (inovation), teknologi (technology), kreativitas (creativity), jejaring (networking), dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan perkembangan teori ini telah dilakukan penelitan di berbagai negara dan menunjukkan bahwa potensi wilayah yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita antar daerah. Pertumbuhan wilayah sebagai unit terkecil dengan perekonomian yang lebih terbuka, faktor non ekonomi yang berperan dalam memperngaruhi pertumbuhan ekonomi, misalnya: keragaman suku, budaya, dan sistem politik. Beberapa studi mengemukakan pentingnya faktor eksternalitas dan SDM untuk memacu pertumbuhan regional.

Setiap daerah di Indonesia memilili karakteristik yang berbeda-beda.Perbedaan ini dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, aksesibilitas serta kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan aspek potensi pasar kondisi tersebut memungkinkan pertumbuhan suatu wilayah seringkali tidak seimbang dengan wilayah lainnya. (Sirojuzilam,2009)

(18)

telah mencoba memberikan penjelasan tentang “mengapa” dan “dimana” aktivitas ekonomi berlokasi. Ketimpangan distribusi kegiatan ekonomi secara regional dalam satu negara telah menjadi perhatian utama. Inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dalam bidang ini/Aglomerasi.(Kuncoro, 2002).

Kalau kita berbicara tentang aglomerasi, maka secara tidak langsung kita juga akan membicarakan industri yang mewakili aglomerasi ekonomi secrara keseluruhan. Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik urbanisasi yang cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Berbeda dalam kasus industri berbasis sumber daya (resource-based industries), industri manufaktur cenderung berlokasi didalam dan di sekitar kota. Pertanian dan industri berdampingan, bahkan kadang berebut lahan di seputar pusat-pusat kota yang pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku antara desa dan kota (McGee, 1991). Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan.Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktifitas dan pendapatan yang lebih tinggi, menarik investasi baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi di banding perdesaan (Malecki, 1991).

(19)

dan juga meningkatkan penyedian lapangan tenagakerja di suatu daerah. Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila Aglomerasi (agglomeration), baik aktivitas ekonomi dan penduduk di perkotaan, menjadi isu sentral dalam literatur geografi ekonomi, strategi bisnis dan peningkatan daya saing nasional dan studi-studi regional. (Krugman, 1998).

Medan Star Industrial Eastate adalah salah satu kawasan aglomerasi industri terbesar di Sumatra Utara. Di kelola oleh PT. Tamoratama Prakarsa yang memiliki luas area lahan lebih dari 100Ha. Dengan banyaknya perusahan dan pabrik yang beroprasi di kawasan tersebut, wilayah ini juga memberikan dampak langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Dampak Kawasan IndustriMedan StarTerhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya(Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)”.

1.2Perumusan Masalah

(20)

1.3 Hipotesis

Secara empiris, hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian yang memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Dari permasalahan diatas, maka penulis memberikan hipotesisnya sebagai berikut: Pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan mengalami peningkatan setelah adanya kawasan industry Medan Star.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

• Untuk mengetahui seberapa besar dampak kawasan industri Medan Star

terhadap peningkatan pembangunan saosial dan ekonomi masayarakat sekitarnya.

• Untuk mengetahui perbedaan pada kesejahteraan masyarakat sebelum dan

sesudah di berlakukanya aglomerasi ekonomi oleh Medan Star. 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

• Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang

sudah ada sebelumnya.

• Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun

peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi yang aktual dan faktual guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di daerah sekitar aglomerasi Medan Star, yaitu kecamatan Tanjung Morawa. Ada dua Desa yang mewakili daerah aglomerasi ini yaitu, Desa Tanjung Morawa B dan Desa Tanjung Baru,. Kedua desa dipilih karna lokasinya yang berdekatan dengan daerah aglomerasi.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar dampak aglomerasi Medan Star terhadap kesejahteraan masyarakat dan juga tentang adanya perbedaan pada kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah aglomerasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data.,yaitu:

• Data primer yang di peroleh langsung dari objek penelitian, yakni

(22)

• Data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah,

jurnal, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.

3.4 Populasi dan Sample

Populasi yang dipilih oleh penulis yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar daerah medan star dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 340 responden. Dalam menentukan sample, penulis menggunakan metode pengambilan cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling digunakan, disebabkan karena objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menentukan sample mana yang dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Rincian Sample

Nama Desa Populasi Sampel

Desa Tanjung morawa B 14968 226

Desa Tanjung Baru 7543 114

Total 22511 340

(23)

Dimana dalam menentukan ukuran sample populasi, penulis menggunakan rumus Isaac dan Michael, yaitu sebagi berikut:

S = X².N.P.Q d²(N-1)+X².P.Q S = Jumlah sample N = Jumlah populasi

P = Proporsi dalam populasi (0,50) Q = 1- P

d = Derajat ketetapan X² = Taraf kesalahan 5%

(24)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua metode, yakni: 1. Observasi

Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah masyarakat yang ada di Kota Binjai.

2. Kuisioner

Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyebar angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sample penelitian. Dalam hal ini, yang menjadi responden adalah masyarakat yang mewakili daerah sekitar Medan Star. Adapun karakteristik dalam kuesioner adalah indikator IPM tersebut. Bentuk kuesioner berupa 5 tipe pilihan jawaban yaitu: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang dengan metode dari Likert. Penelitian bergerak dari 5 sampai 1.

3. Studi kepustakaan.

(25)

X1 - X2

σ (X1- X2) 3.6 Metode Analisis Data

Untuk menjawab hipotesis, penulis menggunakan analisis compare means uji beda mean pada sampel yang dependen, yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya, analis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan.

Dengan mengasumsikan nilai perbedaan dua sampel berdistribusi normal, maka uji statistik untuk sampel (n) lebih besar dari 30 digunakan distribusi z.

Rumus untuk mencari z hitung (z*) :

z-hitung =

Keterangan:

X1 = Mean X1 (data setelah Aglomerasi)

X2 = Mean X2 (data sebelum Aglomerasi)

(26)

0

Gambar 3.1

Kurva Uji t-statistik

Ho ditolak Ho ditolak

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Ho : β = 0 Ho diterima (z<t-tabel) artinya tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah aglomerasi. 2. Ha : β ≠ 0 Ho ditolak (z٭>z-tabel) artinya terdapat perbedaan nyata pada

tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah aglomerasi.

(27)

Tabel 3.2

Variable Penelitian

Nomor Indeks Definisi Indikator Pengukuran

1 Kesehatan Keadaan sejahtera dari

badan,

memungkinkan setiap

orang hidu

secara sosial dan

-Sarana Kesehatan

2 Pendidikan Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

(28)

3.5Defenisi Operasional Variabel

• Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi dikawasan

perkotaan (dalam hal ini Medan Star sebagai objek yang di maksud) karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen.

• Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang menyebapkan GNP(Gross

National Product) perkapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam priode waktu yang panjang..

• Kesejahteraan masyarakat menyangkut berbagai dimensi yang dapat di lihat

(29)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan tanjung Morawa

4.1.1 Kondisi Geografis

Tanjung Morawa adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Dengan luas wilayah 13.175 Ha dan berada diantara kota Medan dan Lubuk Pakam, Kec. Tanjung Morawa juga dilintasi oleh jalur lintas Sumatra yang membuat posisinya sangat strategis sebagai tempat mendirikan kegiatan industri.

Secara Geografis Kecamatan Tanjung Morawa terletak pada 03º 30º dan 11º 60º LU 98º 46º dan 103º 83º BT , ketinggian rata-rata di atas permukaan laut adalah 30m dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Batas Utara : Kec. Batang Kuis dan Kec. Beringin 2. Batas Selatan : Kec. STM Hilir

3. Batas Barat : Kec. Patumbak, Kec. Sei Tuan dan Kota Medan 4. Batas Timur : Kec. Lubuk Pakam dan Kec. Pagar Merbau.

(30)

4.1.2 Administratif

Posisi Kecamatan Tanjung Morawa yang berada di jalur lintas Sumatera sangat cocok sebagai pusat industi dengan keberdaan wilayah yang cukup luas dan akses ke kota Medan yang berdekatan, hal ini memungkinkannya untuk menjadi penyuplai barang-barang ekonomi kekota Medan dan sekitarnya.

Tabel 4.1

Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa , Luas Daerah dan Banyaknya

Rumah Tangga 2009

(31)

16 Telaga Sari 2.00 1394 5971

17 Dagang Kelambir 1.25 819 3370

18 Tanjung Morawa B 6.00 3735 16216

19 Tanjung Baru 5.07 2035 8729

20 Punden Rejo 1.10 539 2492

21 Tanjung Mulia 1.57 390 1768

22 Perdamean 4.06 1194 5367

23 Wonosari 7.14 2644 11147

24 Dalu Sepuluh A 4.90 1316 6147

25 Dalu Sepuluh B 10.00 1430 5906

26 Penara Kebun 5.53 101 411

Total 131.75 42251 186329

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang

(32)

4.1.3 Sejarah Kecamatan Tanjung Morawa

Sejarah pembentukan dan perkembangan wilayahKecamatan Tanjung Morawa, sebelum Kemerdekaan RIKecamatan Tanjung Morawa terdiri dari berbagai kedaton yanglangsung tunduk kepada Kesultanan Serdang berpusat diSinpang Tiga Perbaungan (Kecamatan Perbaungan) sekarang.Dalam hal ini asal usul nama Tanjung Morawa menurutbeberapa versi antara lain berasal dari kata Belanda, yaituTanjung Moravia dimana mengingatkan penjajah Belanda padaleluhurnya di Eropa. Dalam versi lain, kata Tanjung Morawaberasal dari bahasa Melayu yaitu Tanjoung Merawa. Arti merawayaitu marah, perlawanan/patriotik pejuang-pejuang bangsa,karena dimana revolusi fisik melawan penjajah Belanda.Tanjung Morawa merupakan daerah perjuangan Medan AreaSelatan.

Setelah kemerdekaan RI maka wilayah KecamatanTanjung Morawa terbentuk sebanyak 23 desa dan selanjutnyasekitar tahun 1979 salah satu desa yang ada di KecamatanTanjung Morawa ditunjuk sebagai kelurahan dan ditetapkanibukota kecamatan yaitu Tanjung Morawa Pekan.

4.1.4 Kondisi Demografi

(33)

kepadatan penduduk 2.800 jiwa/km persegi. Tenaga kerja produktif sekitar 130.000 jiwa.Banyak juga penduduk Tanjung Morawa yang bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.

Agama di Kecamatan Tanjung Morawa terutama:

• .

Tabel 4.2

Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tanjung Morawa 1996-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2011

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

(34)

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa mengalami peningkatan dari tahun 1996 hingga tahun 2009. Pada tahun 1993 jumlah penduduk Tanjung Morawa sebesar 117.605 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduk Tanjung Morawa mengalami peningkatan yaitu sebesar 186.329 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan tanjung Morawa berjenis kelamin perempuan lebih besar bila di bandingkan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki.

4.1.5 Kondisi Perekonomian

Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Tanjung Morawa Pekan. Kawasan Peridustrian di kordinasikan dengan daerah yang berdekatan dengan jalan lintas Sumatra yakni, Desa Tanjung Morawa B, Tanjung Baru, Wono Sari, Bangun sari, Buntubenimbar dan Dalu Sepuluh A. Sedangkan kawasan pertanian dan perkebunan tersebar pada Desa Sei Merah, Perdamean, Naga Timbul, limau Manis dan di beberapa Desa lainya.

(35)

Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan PDRB dari tahun ketahun.

Pusat perbelanjaan di Kecamatan Tanjung Morawa terletak di Tanjung Morawa Pekan, pusat perbelanjaan ini melayani hampir seluruh desa desa yang ada di kecamatan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk membangun pusat perbelanjaan di sana. Beberapa di antaranya adalah:

• Pusat Perbelanjaan Suzuya.

• Supermaket Irian

• Supermarket Deli Mas

• Pajak Pekan

• Tamora Indah Varia

Rumah Toko(Ruko) yang lebih kecil biasa banyak di jumpai di sepanjang Jalan Irian dan Jalan Perintis kemerdekaan yang berada di tengah kota.

Tabel 4.3

PDRB Kabupaten Deli Serdang 2004-2009

Tahun PDRB( Miliyar Rupiah)

2004 15.872,39

2005 19.136,23

2006 21.459,07

2007 26.041,99

2008 30.111,83

2009 34.174,48

(36)

4.1.6 Kondisi Sosial Kecamatan Tanjung Morawa

4.1.6.1 Kesehatan

Peningkatan kualitas hidup penduduk merupakan salah satu aspek dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah menyediakan fasilitas kesehatan. Dalam tabel berikut disajikan fasilitas pendukung bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa.

Tabel 4.4

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009

No Desa/Kelurahan Rumah

sakit Puskesmas Pustu Poliklinik

(37)

15 Buntu Bedimbar - 1 3 -

16 Telaga Sari - -

17 Dagang Kelambir - - 1 -

18 Tanjung Morawa B 1 - - 5 2

19 Tanjung Baru - 1 2 1

20 Punden Rejo - - 1 -

21 Tanjung Mulia - - - -

22 Perdamean - - 1 1

23 Wonosari - 1 1 -

24 Dalu Sepuluh A - - - 1 -

25 Dalu Sepuluh B - 1 - 1 -

26 Penara Kebun - -

Total 4 2 9 29 7

Sumber: BPS Deli Serdang 2011

(38)

Tabel 4.5

Jumlah Dokter Ahli, Dokter , Bidan, Perawat,dan Dukun Bayi di

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009

No Desa/Kelurahan Dokter Perawat Bidan Dukun Bayi

1 Medan Senembah 2 1 1

2 Bandar Labuhan - - 1 2

3 Bangun Rejo - 3 1 2

4 Aek Pancur - 2 -

5 Naga Timbul - 2 - 2

6 Lengau Seprang - 3 1 1

7 Sei Merah 3 - 1

8 Dagang Kerawan - 2 1

9 Tanjung Morawa

Pkn - 5 2 1

10 Tanjung Morawa A 3 4 - 3

11 Limau Manis 2 2 1 1

12 Ujung Serdang 2 1 -

13 Bangun Sari - 21 1 2

14 Bangun Sari Baru 4 1 2

15 Buntu Bedimbar 2 40 6 2

16 Telaga Sari 3 1 2

(39)

22 Perdamean - 3 2 1

23 Wonosari 1 4 1 1

24 Dalu Sepuluh A - 3 2 1

25 Dalu Sepuluh B - 2 3 2

26 Penara Kebun 1 1

Total 12 27 30 37

Sumber: BPS Deli Serdang 2011

4.1.6.2 Pendidikan

Pengembangan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merupakan aset utama yang sangat stratagis dalam menggerakkan laju pembangunan.

(40)

Tabel 4.6

Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Binjai Tahun 2009

No. Desa

(41)

Sumber: BPS Deli Sedang

4.1.6.3Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita Kecamatan Tanujung Morawa disatukan dengan PDRB Kabupaten Deli Serdang, dengan demikian penulis hanya dapat menyajikan PDRB Deli Serdang. Dari lima tahun terahir PDRB per kapita Kabupaten Deli Serdang baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukan adanya kenaikan. Pada tahun 2008 PDRB perkapita Kabupaten Deli serdang Rp. 17.559.157, sedangkan pada tahun 2009 PDRB per kapita Kabupaten Deli Serdang Rp. 19.108.347. Dengan demikin jelas telihat bahwa PDRB per kapita Kab. Deli Serdang mengalami kenaikan sebesar 10%.

18 Tanjung Morawa B

4 1 1

19 Tanjung Baru 1 1

20 Punden Rejo 1 2

21 Tanjung Mulia 1 1 1

22 Perdamean 2 1

23 Wonosari 5 1 1 1 1 2

24 Dalu Sepuluh A 3 1 1

25 Dalu Sepuluh B 1 3

26 Penara Kebun 2

(42)

Tabel 4.7

PDRB dan PDRB Per Kapita Kabupaten Deli Serdang 2004-2009

Tahun PDRB(Miliyar Rupiah) PDRB Per Kapita

2004 15.8472,39 10.356.241

2005 19.136,23 12.191.491

2006 21.459,07 13.131.921

2007 26.041,99 15.578.149

2008 30.111,83 17.559.157

2009 34.174,48 19.108.374

Sumber: BPS Deli Serdang

4.1.7 Potensi Wilayah

4.1.7.1 Pertanian

(43)

4.1.7.2 Peternakan

Perkembangan populasi ternak besar di Kecamatan Tanjung Morawa yang tercatat di Kantor Pertanian yang terbanyak adalah kambing/domba sejumlah 4063 ekor, sapi/lembu sebanyak 933 ekor, Kerbau mempunyai populasi paling sedikit yaitu sejumlah 97 ekor.

Populasi paling banyak untuk ternak unggas di Kecamatan Tanjung Morawa adalah ayam ras yaitu 160.665 ekor, dan itik sebanyak 7.519 ekor.Produksi daging terbesar adalah daging sapi sebesar 131.566 kg dan babi sebesar 121.076 kg. Kambing sebesar 9.928 kg, sedangkan untuk produksi daging menuruut jenis unggas yang paling banyak adalah ayam ras sebanyak 116.486, ayam petelur 43.297 kg, ayam kampung sebesar 21.701 kg.

4.1.7.3 Perindustrian

(44)

4.2 Kriteria responden

Disini penulis akan membuat karakteristik responden berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan guna melihat peningkatan kesejahteraan yang terjadi pada masyarakat setempat. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis dengan jumlah responden yang terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 180 responden (53%) dan laki-laki sebanyak 160 responden (47%).

Dalam hal ini jenjang pendidikan yang berbeda juga sesuai karakteristik pekerjaannya, pekerjaan responden bervariasi mulai dari siswa, ibu rumah tangga, pedagang, mahasiswa, pegawai negeri sipil serta pekerjaan lainnya.

Dari hasil pengamatan, pernyataan responden yang menyatakan aglomerasi berdampak terhadap tingkat kesehatan yang dilihat melalui beberapa indikator antara lain jumlah sarana kesehatan, angka kematian bayi serta jumlah penduduk yang menderita sakit berdampak positif. Berdasarkan Skala Likert yang dilakukan tingkat kesehatan mengalami peningkatan setelah adanya aglomerasi.

(45)

Tabel 4.8

2. Jumlah Tanggungan

a. Tidak ada

a. Pegawai Negeri Sipil

(46)

4. Pendidikan

Sumber: Hasil penelitia 2011

4.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Indikator dari Kesejahteraan Masyarakat dapat dilihat melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan menganalisis perkembangan masing-masing komponen dari Indeks Pembangunan Manusia.

Semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia di suatu daerah maka semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat dan semakin rendah indeks pembangunan manusia di suatu daerah maka semakin rendah tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dimana Indeks Pembangunan Manusia dapat dilihat melalui indicator-indikator berikut ini:

(47)

masyarakat yang baik. Tingkat kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapai atau tidaknya pembangunan kualitas sumber daya manusia secara fisik maupun mental. Daerah yang memiliki tingkat derajat kesehatan dapat diartikan semakin baik kualitas sumber daya manusia, terlebih bila dihubungkan dengan kesehatan ibu dan anak. Tingginya angka kematian bayi maupun jumlah penduduk yang sakit di daerah tertentu serta tingkat kematian ibu merupakan indikasi rendahnya derajat kesehatan di daerah itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya derajat kesehatan masyarakat adalah sarana pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan yang tidak memadai serta rendahnya konsumsi makanan bergizi

4.3.2 Pendidikan

Pendidikan sebagai salah satu ukuran tingkat kesejahteraan penduduk dewasa ini sudah menjadi kebutuhan pokok yang perlu dipacu peningkatanya. Pada tahap tertentu tingkat pendidikan dapat menigkatkan status sosial dalam kehidupan penduduk. Keadaan pendidikan penduduk secara umu dapat diketahui dari beberapa indicator seperti angka partisipasi sekolah tingkat pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf.

(48)

pada penduduk usia sekolah (7-24 tahun). Salah satu faktor selain masih kurangnya pembangunan di bidang pendidikan adalah penduduk lanjut usia yang lahir disaat pembangunan belum sebaik sekarang ini.

4.3.3 Pengeluaran perkapita

(49)

4.4 Hasil Analisis Data

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis dengan jumlah responden yang terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 180 responden (53%) dan laki-laki sebanyak 160 responden (47%).Dalam hal ini jenjang pendidikan yang berbeda juga sesuai karakteristik pekerjaannya, pekerjaan responden bervariasi mulai dari siswa, ibu rumah tangga, pedagang, mahasiswa, pegawai negeri sipil serta pekerjaan lainnya.

(50)

1. Indikator Kesehatan

X1 = 14,1(data sebelum Aglomerasi)

X2 = 19,4 (data setelah Aglomerasi)

σ (X1- X2 ) = (16,22-18,82)Standart Error

Zhit = (X1 – X2)/σ (X1- X2 ) = (14,1-19,4)/(-2,6) = 2,03

a. Hipotesis Ho: β = 0 Ha : β≠ 0 b. Uji Statistik

z hitung = 2,03 z tabel = 1.96

c. Kriteria pengambilan keputusan

Ho diterima apabila z hitung < z tabel ( alpa 5% ) Ho ditolak apabila z hitung > z tabel) ( 2,03> 1.96)

(51)

2. Indikator Pendidikan

Mean X1 = 10,04 (data sebelum Aglomerasi)

Mean X2 = 15,09(data setelah Aglomerasi)

σ (X1- X2 ) = (14,5-16,83)Standart Error

Zhit = (X1 – X2)/ σ (X1- X2 ) = (10,04-15,09)/(2,33) = 2,19

a. Hipotesis Ho: β = 0 Ha : β≠ 0 b. Uji Statistik

z hitung = 2,19 z tabel = 1.96

c. Kriteria pengambilan keputusan

Ho diterima apabila z hitung < z tabel ( alpa 5% ) Ho ditolak apabila z hitung > z tabel ( 2,19> 1.96 )

(52)

3. Indikator Pengeluaran perkapita

Mean X1 = 14,17 (data sebelum Aglomerasi)

Mean X2 = 19,33 (data setelah Aglomerasi)

σ (X1- X2 ) = (16,85-19,15)Standart Error

Zhit = (X1 – X2)/ σ (X1- X2 ) = (14,17-19,33)/(-2,3) = 2,24

a. Hipotesis Ho: β = 0 Ha : β≠ 0 b. Uji Statistik

Z hitung = 2,24 Z tabel = 1.96

c. Kriteria pengambilan keputusan

Ho diterima apabila Z hitung < Z tabel ( alpa 5% ) Ho ditolak apabila Z hitung > Z tabel ( 2,01> 1.96 )

(53)

Dari analisis dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kawasan industri Medan Star maka kesejahteraan masyarakat Kecamatan Tanjung Morawamengalami peningkatan, Hal tersebut dapat dilihat dari indikator kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran perkapita masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan dimana:

Ho : β = 0 Ho diterima (z٭<z-tabel), artinya variabel independen secara partial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai dampak aglomerasi oleh Medan Star terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Adapun kesimpulan yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :

1. Bahwa dengan adanya kawasan industri Medan Star maka kesejahteraan masyarakat di kecamatan Tnjung Morawa khususnya di desa Tanjung Baru dan Tanjung Morawa B mengalami peningkatan ditandai dengan kenaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun sudah menunjukkan perubahan yang signifikan.

(55)

5.2 Saran

Sebagai penutup penulisan skripsi ini, penulis mencoba memberikan beberapa saran pada pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini yang di ambil dari perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat setelah adanya aglomersi oleh Medan Star.

1. Kiranya pemerintah Kota Medan khususnya Kecamatan Tanjung Morawa untuk kedepan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan lebih meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi peningkatan spesialisasi dokter dan penambahan peralatan kesehatan yang canggih agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik. Kualitas pendidikan juga harus di tingkatkan, yaitu dengan peningkatan spesifikasi tenaga pengajar serta penambahan sarana belajar bagi siswa. Pendapatan perkapita masyarakat juga harus di tingkatkan yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang di lakukan pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta untuk berinvestasi ke Kecamatan Tanjung Morawa.

(56)
(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aglomerasi

2.1.1 Konsep dan Definisi Aglomerasi

Terdapat beberapa teori yang berusaha mengupas tentang masalah aglomerasi.Namun sebelum kita membahas lebih jauh mengenai teori-teori tersebut, perlu dipahami lebih dahulu konsep aglomerasi. Istilah aglomerasi muncul pada dasarnya berawal dari ide Marshall tentang penghematan aglomerasi (agglomeration economies) atau dalam istilah Marshall disebut sebagai industri yang terlokalisir (localized industries). Agglomeration economies atau localized industries menurut Marshallmuncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan banyak memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha disekitar lokasi tersebut (Mc Donald, 1997: 37). Konsep aglomerasi menurut Montgomery tidak jauh berbeda dengan konsep yang dikemukakan oleh Marshall.Montgomery mendefinisikan penghematan aglomerasi sebagai penghematan akibat adanya lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan pengelompokan perusahaan, tenaga kerja, dan konsumen secara spasial untuk meminimisasi biaya-biaya seperti biaya transportasi, informasi dan komunikasi (Montgomery, 1988: 693).

(58)

secara individual (Kuncoro, 2002: 24). Selanjutnya dengan mengacu pada beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aglomerasi merupakan konsentrasi dari aktifitas ekonomi dan penduduk secara spasial yang muncul karena adanya penghematan yang diperoleh akibat lokasi yang berdekatan.

2.1.2 Tinjauan Teori

A. Teori Neo Klasik

Sumbangan terbesar teori neo klasik adalah pengenalan terhadap ekonomi aglomerasi dengan argumentasi bahwa aglomerasi muncul dari prilaku para pelaku ekonomi dalam mencari keuntungan aglomerasi berupa ekonomi lokalisasi dan ekonomi urbanisasi.(Kuncoro, 2002).Asumsi yang digunakan oleh teori neo-klasik adalah constant return to scale dan persaingan sempurna.Alfred Weber dikenal sebagai pendiri teori lokasi modern yang berkenaan dengan tempat, lokasi dan geografi dari kegiatan ekonomi.Minimisasi biaya yang dikombinasikan dengan bobot input-input yang berbeda dari perusahaan dan industri menentukan lokasi optimal bagi suatu perusahaan.

(59)

Menurut Krugman (1998), keterbatasan teori neo klasik diantaranya adalah melihat bahwa ekonomi eksternal yang mendorong adanya aglomerasi masih dianggap sebagi misteri (blackbox). Disamping itu sistem perkotaan neo klasik adalah non spasial yang hanya menggambarkan jumlah dan tipe kota tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

B. Teori Eksternalitas Dinamis

Teori-teori eksternalitas dinamis percaya bahwa kedekatan geografis memudahkan transmisi ide, maka transfer teknologi merupakan hal penting bagi kota (Glaeser, et.al. 1992). Teori eksternalitas dinamis didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Marshall-Arrow-Romer (MAR), Porter dan Jacob. Teori-teori ini mencoba menjelaskan secara simultan bagaimana membentuk kota dan mengapa kota tumbuh.

Eksternalitas MAR menekankan pada transfer pengetahuan antar perusahaan dalam suatu industri. Menurut MAR monopoli lokal merupakan hal yang lebih baik dibandingkan dengan kompetisi lokal sebab lokal monopoli menghambat aliran ide dari industri lain dan eksternalitas diinternalisasi oleh innovator.Seperti halnya MAR, Porter mengatakan bahwa dengan transfer pengetahuan tertentu, konsentrasi industri secara geografis akan mendorong pertumbuhan. Berbeda dengan MAR, Porter menyatakan bahwa kompetisi lokal lebih penting untuk mempercepat adopsi inovasi.

(60)

C. Teori Ekonomi Geografi Baru (The New Economic Geography)

Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing return dari perusahaan.Dalam hal ini ekonomi aglomerasi tidak di asumsikan tetapi diturunkan dari interaksi ekonomi skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi dan mobilitas faktor produksi.

Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi (Krugman dan Venables dalam Martin & Ottavianno, 2001).Dalam model tersebut kekuatan sentripetal berasal dari adanya variasi konsumsi atau beragamnya intermediate good pada sisi produksi. Kekuatan sentrifugal berasal dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi geografis dari pasar input lokal yang menawarkan harga lebih tinggi dan menyebarnya permintaan. Jika biaya transportasi cukup rendah maka akan terjadi aglomerasi.

(61)

D. Teori Kutub Pertumbuhan( Growth Pole Teory)

Teori ini di populerkan oleh Perroux dan menjadi dasar dari strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang banyak di terapkan di berbagai negara dewasa ini. Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di bebagai daerah dalam waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapatempat yang disebut sebagai pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:

• Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang

merupakan industri penggerak utama dalm pembangunan suatu daerah. Kerena keterkaitan idustri satu samalain sangat erat, maka pembangunan industri unggulan akan mempegaruhi perkembangan inustri yang lain yang berhubungan erat dengan industri ungulan tersebut.

• Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga pembangunan industri disuatu daerah akan mempengaruhi perkembangan industri di daerah yang lainya.

• Perekonomian merupakan gabunagn dari sitem industri yang relatif

aktif(industri unggulan) dengan industri yang relative pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relative maju atau aktif akan mempengaruhi daerah yang relative pasif.

(62)

aglomerasi(pemusatan) pada pusat-pusat pertumbuhan. Pada nantinya pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan mempengaruhi dearah yang lambat perkembanganya, terjadinya aglomerasi tersebut memiliki manfat-manfat tertentu yaitu keungulan secara ekonomis(usaha dalam jumlah besar) dan keuntungan penghematan biaya.(lincolin, 1999)

2.2Pembanguan Ekonomi

Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan yang pertama dari seluruh aktivitas pembangunan.Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemeratan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan seluruh masyarakat.Secara bertahap di usahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.

Secara umum pembanginan elonomi di artikan sebagai suatu proses yang menyebapkan GNP(Gross National product) perkapita atau pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam waktu yang panjang. Oleh karena itu pembanguan ekonomi memiliki tida sifat penting yaitu:

• Suatu proses yang berarti terjadinya perubanhan terus menerus.

• Adanya usaha untuk menarik dan meningkatkan pendapatan perkapita

masyarakat.

• Kenaikan pendapatan perkapita masyarakat yang terjadi dalam jangka

(63)

menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pembangunan ekonomi atau ekonomi sedang berkembang.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita dan lajunya pertumbuhan ekonomi ditujukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDB(Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB (Produk Domesrik Regional Bruto) ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih dari PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan per kapita, oleh sebap itu pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut maka pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi harus di bedakan.

Dalam pembanguan, Rodinelli(1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditunjukkan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya investasi dan pembanguan. Denagn adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamnya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang.

(64)

mendasar dari seluruh struktur ekonomi dan ini menyangkut perubahn-perubahan dalam produksi dan permintaan maupun peningkatan dalam distribusi pendapatan pekerjaan. Konsekwensinya adalah perlu diciptakanya suatu perekonomian yang lebih beragam, dengan beberapa sector utama yang saling terlait, untuk mengadakan input dan memperluas pemasaran hasil.Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan yang diwujudkan dalam berbagai kebijakasanaan, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan npertumbuhan produksi

nasional yang cepat.

• Mencapai tingkat kestabilan harga dengan kata lain mengendalikan tingkat

inflasi yang terjadi di perekonomian.

• Mengatasi masalah pengangguaran dan perluasan kesempatan kerja bagi

seluruh angkatan kerja.

• Distrubusi pendapatan yang lebih adil dan merata.

2.2 Kesejahteraan Masyarakat

(65)

pengetahuan dan teknologi serta memperjatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengaju pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, keadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.

Dalam pelaksanan Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial mempunyai ruang lingkup yang khusus tertuju pada manusia sebagai perorangan manusia atau faktor-faktor dari luar mengatasi kehilangan kemampuan untuk melaksanakan peran sosialnya (disfungsi sosial). Yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah bagian kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pembangunan dan bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan didalam berbagai situasi seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang dan hubungan sosial. Adapaun tahap keluarga sejahtera menurut kantor mentri negara kependudukan (BKKBN) dibagi lima tahap yaitu :

1. Keluarga prasejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimual seperti kebutuhan pangan,sandang, kesehatan, dan keluarga berencana. 2. Keluarga sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kegiatan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

(66)

Yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik dan sosial psikologisnya dan pengembangan namun kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

4. Keluarga sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah memenuhi fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan namun belum dapat memberikan sumbangan dan peran serta aktif menjadi pengurus lembanga kemasyarakatan yang ada.

5. Keluarga sejahtera plus

Yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan serta memiliki suatu kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.

(67)

bertumbuh lambat dibandingkan bila sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan kemakmuran wilayah. Hal ini terjadi karena, upaya pembangunan lebih banyak diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dam pemberdayaan masyarakat yang biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan upaya pembangunan fisik wilayah. Akibatnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja daerah cenderung menjadi lebih rendah yang selanjutnya mengakibatkan pula kinerja pembangunan daerah bersangkutan akan cenderung akan lebih lambat

Kesejahteraan masyarakat menyangkut berbagai dimensi ini, dapat di lihat melalui indikator indexs pembangunan masyarakat (IPM) yang meliputi tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf dan tingkat pendapatan riil perkapita masyarakat.

2.3 Indexs Pembangunan Manusia (IPM)

(68)

Tabel 2.1

Tingkatan Status Indeks Pembangunan Manusia

Tingkatan Status Kriteria

Rendah 0 – 50

Menengah Bawah 50 – 66

Menengah Atas 66 – 80

Tinggi 80 -100

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatra Utara

Pada tabel di atas dapat di lihat bahwa tingkatan Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi yaitu antara 80-100 yang menandakan apabila sebuah daerah atau negara telah mencapai tingkat tersebut maka masyarakatnya telah sejahtera, sedangkan tingkatan Indeks Pembangunan Manusia yang paling rendah yaitu berkisar antara 0-50 yang berarti bahwa masyarakat suatu daerah atau negara belum sejahtera.

(69)

hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia.Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

2.4.1 Komponen-komponen IPM

Usia hidup diukur dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir (life expectancy at birth) yang biasa dinotasikan dengan e°. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e° dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live-birth)dan rata-rata anak yang masih hidup (still-living)per wanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahun. Perhitungan e° dilakukan dengan metode software Mortpak Life. Angka e° yang diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

(70)

Seperti halnya UNDP, komponen IPM pengetahuan diukur dengan dua indikator yaiti melek huruf (literacy rate) penduduk 15 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (mean-years of schooling). Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi karena alasan kesulitan memperoleh datanya sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai sebagai indikator dampak. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

B. Pengetahuan

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjuisted real GDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak. Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjuisted real per capita expenditure) atau daya beli yang disesuaikan (purchasing power parity).

C. Standar Hidup Layak

2.4.2 Konsep Pembangunan Manusia dan Pengukuran

(71)

seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. UNDP mendefinisikan bahwa pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara. Dengan demikian, IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial ekonomi. IPM yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.

Dalam konsep tersebut ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP,1995).

2.4.3 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

(72)

telah disesuaikan (PPP rupiah), Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas.

Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3)) Dimana :

X(1) :Indeks harapan hidup

X(2) :Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-ratalamasekolah)

X(3) :Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandinganantara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilaimaksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapatdisajikan sebagai berikut :

1. Indeks Harapan Hidup :

X(1) :[( eo - 25 )/( 85 - 25 )] x 100 Dimana :

X(1) :Indeks harapan hidup eo : angka harapan hidup.

(73)

2. Indeks Pendidikan :

X(2) :[( 2/3 [Lit – 0)/(100 – 0)] + 1/3 [( MYS – 0)/( 15 – 0 )]x100

Usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat memang bukan hanyatugas Pemerintah Daerah tetapi juga tugas masyarakat setempat.Partisipasi masyarakat dalam mendukung kebijaksanaan Pemerintah Daerahakan membantu untuk mencapai sasaran pembangunan, dan pada akhirnyaberdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dimana :

X(2) :Indeks pendidikan Lit : Angka melek huruf. MYS : Lama sekolah.

0 : Angka minimum baik untuk Lit maupun MYS. 100 : Angka maksimum Lit (melek huruf).

15 : Angka maksimum untuk MYS (lama sekolah).

3. Indeks Konsumsi Riil per Kapita :

X(3) :[( PPP - 300,00 ) / ( 732,7 - 300,00 )] x 100 Dimana :

X(3) : Indeks standar hidup layak

PPP : Nilai Konsumsi riil per kapita yang disesuaikan 300,00 : Nilai standar minimal (standar UNDP)

(74)

Untuk lebih mudah dalam memahami , berikut disajikan nilai maksimum dan nilai minimum dari masing-masing komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia.

Tabel 2.2

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

IndikatorIP

732.720 a) 300.000 b) UNDPmenggunakanPDBpe r kapita riilyang disesuaikan

(75)

2.5Hubungan Pembangunan Ekonomi Terhadap IPM

Dalam rangka mencapai kodisi masyarakat yang sejahtera, maka pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan GNP maupun pendapatan per kapita dari penduduknya.Untuk tujuan tersebut maka pemerintah menjalankan berbagai program pembangunan ekonomi.Persyaratan fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertumbuhan penduduk.Pembentukan modal tersebut harus didefinisikan secara luas sehingga mencakup pengeluaran yang sifatnya menaikkan produktivitas.

(76)

Melalui upaya pembangunan manusia, kemampuan dasar dan keterampilan tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan menejer akan meningkat. Selain itu, pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya akan mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara. Kuatnya hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan pemerintah, distribusi sumberdaya swasta dan masyarakat, modal sosial, lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), dan organisasi kemasyarakatan.

(77)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo H. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta.

Azis, Iwan J. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia, FE UI, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2000. Pendapatan Regional (PDRB) Provinsi Sumatera UtaraMenurut Kabupaten/Kota 1993 – 1999, Medan.

Gunawan, G. 2000. Analisis Pembangunan Ekonomi Lokal. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

Kuncoro, M, 2002. Analisis Spasial dan Regional, Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia., UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Melia Sinaga, 2010. Dampak Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kota Binjai, USU FE, Medan.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia.

Novalliansyah, 2008.Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ( Studi Kasus di Kawasan Industri Medan), USU FE, Medan.

Nuriyadi, Didin dan Sodik , Jamzani, 2007. Agglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi: Peran Karakteristik Regional Di Indonesia. Jakarta.

(78)

Sirojuzilam, 2009.Disparitas Ekonomi Regional Dan Perencanaan wilayah. USU Perss, Medan

Sirojuzilam, 2005.Beberapa Aspek Pembangunan Regional , ISEI, Bandung. Sugiono, 2010.Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Tarigan, Robinson. 2004.Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. BUMI AKSARA, Jakarta

Ricardson, Harry W, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional : Edisi 2001, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

(79)

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

“Dampak Aglomersi EkonomiMedan Star Industrial Eastate Terhadap Pembangunan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya”

Petunjuk Pengisian :

1.Bahwa kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademi atau penelitian. Mohon dijawab dengan jujur dan mengenai kerahasiaanya akan dijaga.

2.Berilah tanda silang (x) atau tanda list ( √ ) untuk jawaban yang saudara anggap paling benar.

I. Identitas Responden

1. Nama responden : 2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

(80)

Indikator

Sebelum Aglomerasi Sesudah Aglomerasi

S kesehatan di daerah

ini? bergizi di daerah ini?

(81)

b.Bagaimana

menurut andat ingkat kelulusan Sekolah Dasar di daerah ini?

(82)

c. Bagaimana menurut anda pengeluaran

masyarakat terhadap bahan bukan

makanan (seperti peralatan rumah tangga)?

d.Bagaimana

menurut anda ketersediaan

lapangan kerja di daerah ini?

(83)

Lampiran 2

Data Hasil Pengukuran Skala Likert

NO KESEHATAN PENDIDIKAN PENGELUARAN/

(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)

X1(Pendapatan PerKapita)

interval Xi fi Xifi

1-5 2,5 0 -

6-10 7,5 8 60

11-15 12.5 187 2327,5

16-20 17,5 133 2327,5

21-25 22,5 12 270

Jumlah 340 5004

Mean 14,7

X2(Pendapatan PerKapita)

interval Xi fi Xifi

1-5 2,5 0 -

6-10 7,5 0 -

11-15 12.5 11 137,5

16-20 17,5 193 3377,5

21-25 22,5 136 3060

Jumlah 340 6575

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Deli Serdang 2004-2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk kepentingan pelaksanaan kuasa ini, penerima kuasa berhak baik sendiri-sendiri atau bersama-sama menghadap di muka sidang pengadilan, melakukan

Jawaban dibuktikan dengan melihat label penetapan atau logo BSE dan melihat perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah buku per mata pelajaran yang tersedia...

Dengan demikian berdasarkan kriteria analisis deskriptif persentase dapat diketahui bahwa Pemberian Kredit Terhadap Anggota Koperasi Sepakat Makmur Pemangkat dengan

Mahasiswa Baru falur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012, sebagai:. PENANGGTING JAWAB

Memikirkan hal-hal seperti kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak inilah yang membuat tekanan darah saya naik dan kalau sudah punya masalah seperti ini, saya dan suami

Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan Republik Indonesia yang menduduki jabatan fungsional jaksa dan diangkat dalam jabatan struktural serta pangkatnya masih satu tingkat

Dalam website ini terdapat informasi yang lengkap mengenai negara asal film, kategori, penulis cerita, sutradara, pemain, tanggal rilisnya, sinopsis, jadwal tayang film, judul