TOKYO DE NO HORYUJI NO TATEMONO
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
DESMINITA SURBAKTI
NIM : 082203003
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D III
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TOKYO DE NO HORYUJI NO TATEMONO
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.
Dikerjakan
OLEH
DESMINITA SURBAKTI
NIM : 082203003
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Prof. Drs.Hamzon Situmorang, M. S.Ph.D Drs. Nandi.S
NIP : 19580704 1984 12 1 001 NIP:19600822198803 1 002
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
MEDAN
Disetujui oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi Bahasa Jepang
Ketua,
(Zulnaidi, S.S.M.Hum)
NIP : 1967 08072004 01 1 001
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, untuk melengkapi salah satu ujian Diploma III
Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Progam Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena kasihNya yang begitu besar dalam hidup kita, pada kesempatan ini saya
dapat menyelesaikan kertas karya guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya pada Universitas Sumatra Utara. Adapun judul yang saya angkat
dalam kertas karya ini adalah “Bangunan Kuil Horyuji di Kyoto”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
penyajian kalimat, materi dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dan bimbingan
berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi S.S.M. Hum, selaku ketua Program Studi Bahasa Jepang D-3
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Drs. Hamzon Sitimorang,M.S.Ph.D, selaku Dosen Pembimbing
yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis sehingga terselesainya kertas karya ini.
4. Bapak Drs.Nandi.S, selaku Dosen pembaca.
5. Bapak Drs.Nandi .S, selaku Dosen wali
6. Seluruh Staf Pengajar Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pendidikan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
7. Teristimewa kepada Orang Tua dan seluruh keluarga yang selama ini
memberikan dukungan baik secara moril maupun materi kepada penulis.
8. Rekan – rekan Mahasiswa Stambuk “08 terutama kelas A.
9. Terima kasih buat Evi cinra ( limbonk ) yang selalu setia menjadi tempat
curhat lagi senang dan lagi sedih serta mau meluangkan waktunya untuk
menemani saya menemui Dosen.
10. Terima kasih juga buat adikku ( Gia surbakti ) yang selalu membantu .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk
kesempurnaan kertas karya ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Medan , Mei 2011
Penulis
DesminitaSurbakti
DAFTAR ISI
BAB III BANGUNAN KUIL HORYUJI 3.1LetakBangunan………...9
3.2FungsiMasingMasingBangunan………12
3.3Keistimewaan………16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1Kesimpulan………...17
4.2Saran.……….18
LAMPIRAN………...19
ABSTRAK
TOKYO DE NO HORYUJI NO TATEMONO
Salah satu peninggalan budaya di Jepang adalah kuil. Di Jepang
terdapat banyak kuil yang merupakan tempat ibadah dan banyak meninggalkan
nilai – nilai budaya. Di kuil Horyuji juga merupakan bangun untuk kuil agama
Buddha .Bangunan tersebut kental banget nuansa buddha ,sehingga banyak juga
masyarakat Kyoto yang bersembayang . Ada juga banyak wisatan dalam dan luar
negri pergi untuk melihat kuil Horyuji karna kuil tersebut merupakan salah satu
kuil yang tertua di kyoto .
Kyoto adalah kota yang terletak dipulau Honshu Jepang .Kota ini
merupakan bagian daerah metropolitan Osaka –Kobe-Kyoto.Dan iklimnya
bersifat iklim darat ,menyebabkan perbedaan suhu antara siang dan malam ,antara
musim dingin dan musim panas lumayan besar Bagian pusat kota didesain
terkotak-kotak seperti papan catur, dengan bentuk jalan yang sebagian besar lurus.
Setiap jalan memiliki nama-nama tersendiri, dan sebagian besar persimpangan
diberi nama sesuai dengan nama jalan yang bertemu. Aspek paling penting pada
perekonomian Kyoto adalah pariwisata. Perindustrian di kota ini sebagian besar
ditopang oleh industri kecil, yang kebanyakan merupakan pengrajin benda-benda
tradisional. Kimono produksi terkenal merupakan salah satu kimono yang
terkenal, dan Kyoto saat ini merupakan produsen utama kimono. Kyoto dikenal
sebagai kota pelajar di Jepang di Kyoto terdapat lebih dari 37 universitas dan
Universitas Kyoto, Universitas Dōshisha dan Universitas Ritsumeikanri .Nihon
Shoki mencatat kedatangan seorang tukang kayu dan seorang pematung Buddhis
bersama dengan para biarawan yang merupakan fakta yang mendasari mengimpor
keahlian daratan melalui kerajaan Korea dan, dalam rangka membangun kuil
lokal. Ahli ini tercatat telah ditempatkan di Naniwa, atau sekarang di Osaka di
mana Shitenno-ji dibangun. Kuil Horyuji telah didedikasikan untuk Yakushi
Nyorai ,para Buddha penyembahan dan untuk menghormati pangeran . Kisah
pendirian Horyuji bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan sejarah terukir di bagian
belakang halo patung Nyorai Yakusi Buddha, yang terletak di sisi timur ruang
dalam candi utama Hall, dan dalam persediaan resmi kepemilikan properti
Horyuji. Menurut catatan ini, kaisar Yomei berjanji untuk membangun sebuah
kuil dan sebuah gambar seorang Buddha sebagai bentuk doa untuk pemulihan
penyakit. Pada malam tanggal 30 April pada tahun 670, Api besar yang menyapu
pekarangan kuil, meninggalkan "bukan bangunan tunggal" yang berdiri, seperti
yang tercatat dalam Tawarikh kuno Jepang. Namun sejarawan di bagian akhir
abad 19 mulai meragukan ketepatan ini kehancuran Horyuji dan mempertanyakan
apakah api itu benar-benar terjadi.
Meskipun ada pertanyaan yang tetap tidak terjawab sampai hari ini, satu
hal yang pasti adalah bahwa Horyuji menawarkan sebuah 14 abad termasyhur
ketaatan terus menerus tradisi sejak didirikan oleh Pangeran Shotoku, negarawan
besar dan pendiri agama Buddha di Jepang. Kuil Horyuji terdiri dari dua wilayah,
Sai-in (di barat) dan Ke-in (di timur). Bagian barat candi berisi Kondō (tempat
oktagonal dan duduk 122 meter sebelah timur didaerah Sai-in .Dibangun dalam
bentuk populer selama era Asuka, berisi gambar utama Kuil Horyu-ji. Kompleks
ini juga mengandung perempat biksu, ruang kuliah, perpustakaan, dan ruang
makan. Menara tempat lonceng bergantung
Bangunan-bangunan direkonstruksi merangkul pengaruh arsitektur mulai dari Han
Timur ke Utara Wei dari Cina, serta dari Tiga Kerajaan Korea .Dengan asal
datang kembali ke awal abad ke-7, rekonstruksi telah memungkinkan Horyu -ji
untuk menyerap dan menawarkan perpaduan unik dari unsur periode awal gaya
Asuka. Pagoda lima lantai, yang terletak di Sai-in di daerah, berdiri di 32,45 meter
(122 kaki) dan sekitar 20x20 lebar dan merupakan salah satu bangunan kayu
tertua di dunia dan terhadap kerusakan gempa serta menyediakan keseimbangan
.Empat sabit dapat diamati menempel ke ring diatas menara dengan tujuan sabit
tersebut diyakini menjadi salah satu “tujuh misteri kuil Horyuji” Beberapa orang
mengatakan bahwa mereka jimat diatur di tempat untuk mengusir roh jahat pergi,
sementara yang lain mengatakan mereka adalah untuk mencegah sambaran petir.
Kondo terletak di Sai-in, merupakan salah satu bangunan kayu tertua yang masih
ada di dunia sebagai ruang buddhis . Aula langkah 18,5 meter kali 15,2 meter.
Ruang adalah dua lantai, dengan atap melengkung di sudut-sudut tetapi hanya
cerita pertama memiliki atap ganda (mokoshi ). Yumedono adalah salah satu
konstruksi utama , dibangun di atas tanah yang dibangun pada tahun 739 untuk
meredakan semangat Pangeran. Dibersihkan dengan sangat hati-hati karena
merupakan patung Buddha berharga.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Seperti kita ketahui, Jepang memiliki kebudayaan yang kaya dan
beranekaragam. Kebudayan selalu dibedakan dengan budaya, contoh budaya
adalah budaya rasa malu, budaya kelompok dan budaya senioritas. Menurut
Ienaga kebudayaan dalam arti sempit adalah terdiri dari, ilmu pengetahuan, sistem
kepercayaan dan seni. Sedangkan kebudayaan dalam arti luas adalah segala
sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebudayan di Jepang telah melalui beberapa perkembangan.
Tetapi kebudayaan Jepang masih terjaga, kebudayaan yang beraneka ragam
tersebut menjadikan Negara Jepang sebagai Negara yang unik.
Salah satu peninggalan budaya di Jepang adalah kuil. Di Jepang terdapat
banyak kuil yang merupakan tempat ibadah dan banyak meninggalkan nilai – nilai
budaya.Salah satu kuil tersebut adalah Kuil Horyuji. Kuil Horyuji juga merupakan
bangunan kuil agama Buddha. Bangunan tersebut sangat kental nuansa Buddha,
sehingga banyak juga masyarakat Kyoto yang bersembayang. Ada juga banyak
wisatawan dalam dan luar negri yang datang untuk melihat kuil Horyuji karna kuil
tersebut merupakan salah satu kuil yang tertua di kyoto .
Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mencoba membahas kuil
Horyuji, karena hal ini sangat menolong kita untuk mengetahui kebudayaan yang
Dengan alasan seperti di atas, penulis dalam penulisan kertas karya ini
mencoba untuk membahas tentang Bangunan Kuil Horyuji di Kyoto sebagai tugas
akhir program D-3.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan Kertas karya ini adalah :
1. Untuk memperkenalkan salah satu kuil yang ada di Jepang kepada para
pembaca.
2. Untuk mengetahui sejarah dan fungsi kuil Horyuji.
3. Untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan dari program studi Bahasa
Jepang D-3 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan masalah
Di Jepang banyak terdapat kuil oleh karena itu dalam kertas karya ini
penulis hanya memfokuskan dan membatasi pembahasannya pada salah satu
kuil yang ada di Jepang yaitu kuil Horyuji pada bangunan kuil serta
fungsinya.
1.4 Metode Penulisan
Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam
melakukan penelitian, sangat diperlukan metode-metode untuk menunjang
keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca. Untuk
Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh
dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian di
interpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.
Disamping itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan.
Studi kepustakaan merupakan studi aktifitas yang sangat penting dalam penelitian
yang dilakukan. Beberapa aspek perlu dicari dan diteliti meliputi: masalah, teori,
konsep, dan penarikan kesimpulan (Nasution, 1946:14). Dengan kata lain studi
kepustakaan adalah pengumpulan dengan cara membaca buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dari referensi tersebut
kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan.
Teknik penelitian yang digunakan adalah meneliti data berupa buku-buku
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Jadi teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah library research. Selain itu penulis juga
memanfaatkan berbagai informasi dari situs-situs internet yang membahas tentang
masalah yang ada hubunganya dengan masalah yang akan dibahas untuk
BAB II
KUIL HORYUJI DI KOTA KYOTO
2.1 Kota Kyoto
Kuil Horyuji berada di kota kyoto, Kyoto adalah kota yang terletak di
Pada tahun 2007, pemerintah kota mengumumkan jumlah pelancong yang mengunjungi Kyoto, yang selalu mencetak rekor baru untuk 6 tahun berturut turut. Selain itu, kota ini juga terpilih sebagai kota terindah kedua di Jepang menurut survey lokal.
Perindustrian di kota ini sebagian besar ditopang oleh industri kecil, yang
kebanyakan merupakan pengrajin benda-benda tradisional. Kimono adalah salah
satu produksi yang paling terkenal. Kyoto saat ini merupakan produsen utama
kimono. Bisnis benda-benda tradisional seperti ini terus menurun pada beberapa
tahun terakhir, seiring dengan menurunnya minat akan benda-benda tradisional.
Industri besar yang ada di Kyoto hanyalah elektronik. Kota ini merupakan
pusat dari beberapa produsen elektronik raksasa seperti Nintendo, Omron,
Kyocera, dan Murata Machinery. Perusahaan apparel ternama Wacoal juga
beroperasi di Kyoto. Namun demikian, pertumbuhan industri besar tidak seiring
dengan penurunan dari industri kecil, sehingga hasil perindustrian Kyoto
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kota lainnya di Jepang.
Kyoto dikenal sebagai kota pelajar di Jepang. Di Kyoto terdapat lebih dari 37 universitas dan akademi. Tiga universitas terbesar dan paling terkenal yang ada
di Kyoto adalah Universitas Kyoto, Universitas Dōshisha dan Universitas
Ritsumeikan. Universitas Kyoto dianggap sebagai salah satu perguruan tinggi
negeri yang paling prestisius di Jepang dan telah menghasilkan beberapa penerima
hadiah Nobel. Stasiun kereta api Kyoto merupakan pusat dari transportasi untuk
seluruh kota. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terbesar kedua di Jepang,
dengan dilengkapi pusat perbelanjaan (yang paling besar adalah ISETAN) , hotel,
di satu atap dalam bangunan setinggi 15 lantai. Stasiun ini dihubungkan dengan
Shinkansen dan beberapa jalur lokal serta kereta bawah tanah.
Kyoto dapat dicapai dengan kereta Shinkansen, dua jam lebih dari Tokyo
dan sekitar 15 menit dari Osaka. Jaringan kereta JR, Keihan, Hankyu, dan
Kintetsu menghubungan Kyoto dengan kota-kota lain di daerah Kansai. Kereta
ekspress JR Haruka menghubungkan Bandar Udara Internasional Kansai dengan
Stasiun JR Kyoto.
Untuk transportasi dalam kota, bus lebih banyak digunakan karena
jaringannya yang luas dan menjangkau hampir seluruh kota, meski ada juga
beberapa jalur kereta api dan kereta bawah tanah. Terminal bus terletak di depan
stasiun kereta api Kyoto, dan hampir semua bus dalam kota berangkat dari
terminal ini. Sebagian besar bus menggunakan sistem satu tarif untuk seluruh
tujuan, meski beberapa bus dengan jarak tempuh cukup jauh tidak
menerapkannya. Di samping itu, ada juga tiket bebas satu hari untuk bus di dalam
kota.
2.2 Sejarah Kuil Horyuji
Nihon Shoki mencatat kedatangan seorang tukang kayu dan seorang
pematung Buddhis bersama dengan para biarawan yang merupakan fakta yang
mendasari mengimpor keahlian daratan melalui kerajaan Korea dan dengan siapa
Jepang menikmati hubungan dekat, dalam rangka membangun kuil lokal. Ahli ini
tercatat telah ditempatkan di Naniwa, atau sekarang di Osaka di mana Shitenno-ji
Tidak ada catatan siapa sebenarnya orang-orang yang telah terlibat dalam
membangun Horyu-ji, meskipun Nihon Shoki mencatat keberadaan 46 candi.
Pekerjaan braket dari Horyu- ji menyerupai sisa parsial dari sebuah pagoda
perunggu keemasan Baekje miniatur. Karena tidak ada arsitektur yang bertahan
dari periode di Korea, Struktur Horyu-ji yang masih ada hanyalah kayu .
Kuil pertama diyakini telah diisi. Horyu-ji telah didedikasikan untuk
Yakushi Nyorai, para Buddha penyembuhan dan untuk menghormati pangeran.
Penggalian dilakukan pada tahun 1939 menegaskan bahwa Shotoku's istana
Prince, menduduki bagian timur candi kompleks saat ini. Disana Juga ditemukan
ada reruntuhan kompleks istana pangeran yang terletak di barat daya dan candi ini
dikatakan oleh arkeolog Wakakusa- garan adalah hilang, mungkin terbakar habis
setelah tersambar petir. Candi ini dibangun kembali tapi sedikit terjadi perubahan
dalam posisi barat laut, yang diyakini telah diisi sekitar pada tahun 711. Candi
ini diperbaiki dan dipasang kembali di awal abad kedua belas, pada tahun 1374
dan 1603.
Pada tahun 1950 pengelola candi memisahkan diri dari sekte Hosso.
Pemilik saat itu adalah markas besar sekte "Shōtoku". Kisah pendirian Horyuji
bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan sejarah terukir di bagian belakang patung
Nyorai Yakusi Buddha yang terletak di sisi timur ruang dalam candi utama Hall
dan dalam kepemilikan resmi properti Horyuji. Menurut catatan itu, kaisar Yomei
berjanji untuk membangun sebuah kuil dan sebuah gambar seorang Buddha
sebagai bentuk doa untuk pemulihan sendiri dari penyakit dan bersumpah dia
Pada malam tanggal 30 April pada tahun 670, api besar menyapu
pekarangan kuil, meninggalkan "bukan bangunan tunggal" yang berdiri, seperti
yang tercatat dalam Tawarikh kuno Jepang. Namun sejarawan di bagian akhir
setelah abad 19 mulai meragukan ketepatan kehancuran Horyuji dan
mempertanyakan apakah api itu benar-benar terjadi. Meskipun ada pertanyaan
yang tetap tidak terjawab sampai hari ini, satu hal yang pasti adalah bahwa
Horyuji merupakan kuil yang didirikan pangeran Shotoku dan termasyur di abad
14 dan sampai sekarang masih terus digunakan negara besar dan pendiri agama
Buddha di Jepang.
BAB III
BANGUNAN KUIL HORYUJI
3.1 Letak Bangunan
1. The Chūmon (Inner Gate) dengan Kolom Entasisnya
Candi ini terdiri dari dua wilayah, Sai-in (di barat) dan Ke-in (di timur).
Bagian barat candi berisi Kondō (tempat Hall) dan pagoda candi lima tingkat.
Untuk di daerah itu memegang Yumedono Hall oktagonal dan duduk 122 meter
sebelah timur didaerah Sai-in. Kompleks ini juga digunakan sebagai tempat
biksu, ruang kuliah, perpustakaan, dan ruang makan.
2. Menara Tempat Lonceng Bergantung
Bangunan-bangunan direkonstruksi menggunakan pengaruh arsitektur
mulai dari Han Timur ke Utara Wei dari Cina, serta dari Tiga Kerajaan Korea
.Dengan datang kembali ke awal pada abad ke-7, rekonstruksi telah
memungkinkan Horyu -ji untuk menyerap dan menawarkan perpaduan unik dari
unsur periode awal gaya Asuka, ditambah dengan beberapa yang berbeda hanya
terlihat pada Horyu-ji, yang tidak ditemukan lagi dalam arsitektur periode Nara .
Ada fitur tertentu yang menyarankan daerah pusat Horyu-ji bukan
hanya mewakili gaya Asuka murni. Salah satu yang paling penting adalah tata
letaknya. Sementara itu kuil Jepang yang dibangun selama periode Asuka China
dan Korea digunakan sebagai gerbang prototipe utama, pagoda, ruang utama dan
ruang kuliah. Pada bangunan Horyu-ji di rekonstruksi dari pola dengan mengatur
3. Ruang Kuliah
Ditemukan melalui penggalian di Yamada-dera sebuah kuil yang hilang
terdapat ada perbedaan dalam gaya koridor. Sedangkan tiang Yamada-dera
horisontal tebal ditempatkan jauh lebih padat di jendela, dan yang di Horyu-ji
lebih tipis, dan ditempatkan pada interval yang lebih besar.
Di sisi lain, karakteristik gaya Asuka terlihat pada Horyu-ji, dan desain
yang ditemukan menyerupai di Grottoes Yungang (Northern Wei) adalah:
a) Pagar yang dihiasi dengan motif yang swastika (Manji kuzushi
Qur'an), dan ditempatkan di bawah ini adalah terbalik "V" bentuk
dukungan (ninji gata warizuka) yang entasis kolom.
b) Awan yang berbentuk hibrida braket (kumimono )dari kumoto
(kumohijiki ).
4. Pagoda Lima Tingkat
Pagoda lima lantai, yang terletak di Sai-in di daerah Horyuji yang berdiri
di 32,45 meter (122 kaki) dan lebar 20x20 meter. Merupakan salah satu bangunan
kayu tertua di dunia. Kayu yang digunakan di tengah pilar pagoda diperkirakan
telah ditebang dan di temukan (melalui analisis dendrochronological). Pilar
tersebut ditetapkan tiga meter di bawah permukaan pondasi batu besar,
peregangan ke dalam tanah. Di dasar pilar, telah diabadikan yang diyakini
menjadi fragmen tulang Buddha. Sekitar itu terdapat empat patung dari kehidupan
diperbolehakn untuk orang naik keatas tetapi dibuat hanya sebagai bahan
menginspirasi orang dengan pandangan luar .
5. Kondo
Kondo terletak di Sai-in didaerah Horyuji, dan merupakan salah satu
bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia. Tinggi Aula 18,5 x15,2 meter.
Ruang kondo ada dua lantai dengan atap melengkung di sudut-sudut tetapi yang
pertama memiliki atap ganda (mokoshi ). Ini ditambahkan kemudian pada periode
Nara dengan posting ekstra untuk menahan atap asli pertama karena diperpanjang
lebih dari empat meter melewati gedung.
Karena insiden kebakaran yang terjadi pada tanggal 26 Januari 1949,
menyebabkan kerusakan parah pada bangunan, terutama lantai pertama dan lantai
dua. Sebagai hasil dari restorasi (selesai pada tahun 1954), diperkirakan bahwa
sekitar 15-20 persen dari bahan asli pada abad. Merupakan gedung yang masih
tersisa saat ini, sedangkan bangunan yang lain hangus dan dengan hati-hati
dipindahkan serta dibangun kembali ke gudang yang tahan api untuk penelitian di
masa mendatang.
Melalui analisis dendrochronological baru-baru ini dilakukan percobaan
dengan menggunakan bahan pengawet selama restorasi dilakukan pada tahun
1950-an, ternyata beberapa dari kayu ditebang sebelumnya, menunjukkan
kemungkinan bahwa Kondo saat itu sudah dikonstruksi. Seperti yang tercatat
Aula kondo yang terkenal terdapat didalamnya ada perunggu Yakushi dan
Nyorai Amida patung, dan harta nasional lainnya.
6. Yumedono
Yumedono adalah salah satu konstruksi utama dalam To. Dan dibangun di
atas tanah pada tahun 739 digunakan untuk meredakan semangat Pangeran.
Setelah sebuah legenda yang mengatakan bahwa seorang Buddha tiba
sebagai Pangeran Shotoku dan bersemedi di sebuah aula yang ada di situ. Aula
itu juga berisi Kannon terkenal Yumedono (Kuse dan Guze Kannon), hanya
ditampilkan pada waktu tertentu.
3.2 Fungsi Masing-Masing Bangunan
1. Chumon
Chumon merupakan pintu masuk utama ke kantor barat candi merupakan
daerah Kondo dan Goju-no. Sejak "zo-Kongorikishi" tertua Jepang (Gate Wali)
yang dapat ditemukan kedua sisi pintu gerbang itu juga disebut "Nio-mon
gerbang.
Dalam candi Jepang, jumlah bentang pilar tidak aneh jumlahnya. Namun,
Chumon memiliki empat bentang dengan lima pilar masing-masing.
Masing-masing dengan bentuk cembung sedikit pembengkakan dalam bentuk mirip
dengan gaya pilar entasis di Parthenon di Yunani. Terkena elemen untuk
berabad-abad dan berulang-ulang kembali. Pintu gerbang tidak lagi digunakan sebagai
2. Kondo (Hall Utama)
Kondo adalah ruang Buddhis dua tingkat dengan gaya atap
gable-dan-pinggul. Dibangun dalam bentuk populer selama era Asuka, berisi gambar utama
Kuil Horyu-ji. Selain itu, patung Buddha yang ditunjuk sebagai harta nasional,
seperti zo-Shakasanzon, Yakushinyoraiza-zo dan sejumlah harta lainnya dapat
ditemukan dalam Kondo. Lukisan-lukisan yang di dinding diperbaki pada tahun
1967 setelah kebakaran tahun 1949.
3. Goju-no-to(Pagoda Lima Tingkat)
Pagoda lima tingkat tingginya sekitar 31,5 meter dan sangat terkenal
ketahanan terhadap kerusakan gempa serta menyediakan keseimbangan .Empat
sabit yang ditempel diatas menara. Dengan tujuan sabit tersebut diyakini menjadi
salah satu “tujuh misteri kuil Horyuji”. Beberapa orang mengatakan bahwa jimat
dapat diatur di tempat itu untuk mengusir roh jahat. Sementara yang lain
mengatakan jimat untuk mencegah sambaran petir. Hal ini juga mengatakan sabit
dapat menunjukkan hasil panen, jika mereka muncul ke titik atas maka panen
yang baik diharapkan dan jika mereka muncul ke titik bawah panen akan kurang
dari buahnya.
4. Daikodo (Hall Kuliah Besar)
Daikoda dibangun pada tahun ke-8 ke era Heian abad ke-12.
memiliki Yakushisanzon-zo dan Shitenno-zo sebagai gambar utama agama
Buddha.
5. Kairo (Koridor)
Kairo (koridor) dimulai kedua sisi gerbang Chumon dan link ke
Shoro (Bell Tower), Kyozo (Repository Sutra) dan Daikodo (Great Hall
Kuliah). The Kondo (Main Hall) dan Goju-no-to (Pagoda Lima tingkat).
Dan dikelilingi oleh koridor dari sisi barat sebenarnya lebih panjang dari
sisi timur dan diyakini bahwa perbedaan ini dimaksudkan untuk lebih
memaparkan Kondo dan Goju-no untuk membuat bangunan muncul dalam
proporsi yang lebih baik dari satu sama lain.
6. Yumedono (Dream Hall)
Bangunan berbentuk segi delapan teletak di pusat daerah sekitar timur dan
sebelumnya merupakan salah satu tempat tinggal dari pangeran Shotoku.
Setelah gedung terbakar kemudian dibangun kembali pada masa abad 8.
Nama “Dream Hall “berasal dari legenda bahwa pangeran Shotoku pernah
bertemu dengan Sang Buddha dalam mimpi .Hal ini Yumedono berisi
Guzekannon-zo dikatakan akan dibersihkan dengan sangat hati-hati karena
merupakan patung Buddha berharga. Dan hanya dipamerkan di musim semi dan
musim gugur, karena dengan demikian hilang suhu ekstrem begitu di musim
7. Denpodo (Hall Kuliah)
Denpodo terletak di timur Bait candi di mana ia pernah digunakan sebagai
tempat tinggal Ratu Shomu sampai pada 739AD. Dan kembali untuk digunakan
sebagai kuil. Dikenal sebagai bangunan tertua di Jepang menggunakan lantai
kayu, candi ini sekarang digunakan sebagai rumah bagi tiga patung
Amidasanzon-zo dan patung Buddha lainnya.
Salah satu yang paling penting adalah tata letaknya. Sementara itu kuil
Jepang yang dibangun selama periode Asuka disusun dari China dan Korea
seperti gerbang utama, pagoda, ruang utama dan ruang kuliah pada-garis lurus
ruang Horyu-ji direkonstruksi dengam pola Kondo dan pagoda di halaman. Selain
ruang kuliah juga digunakan sebagai ruang perpustakaan, dan ruang makan.
Pilar tersebut ditempatkan tiga meter di bawah permukaan pondasi batu
besar, peregangan ke dalam tanah. Di dasar pilar telah diabadikan yang diyakini
menjadi fragmen tulang Buddha. Sekitar itu, empat patung dari kehidupan utara
wajah Buddha, timur, selatan dan barat. Walaupun pagoda yang tingkat lima,
tidak di fungsikan untuk naik. Tetapi justru sebaliknya dirancang untuk
menginspirasi orang dengan pandangan eksternal.
Kuil Horyuji juga merupakan bangun kuil agama Buddha, bangunan
tersebut sangat kental nuansa buddha, sehingga banyak juga masyarakat Kyoto
untuk bersembayang. Ada juga banyak wisatan dalam dan luar negri datang untuk
melihat kuil Horyuji, karna kuil tersebut merupakan salah satu kuil yang tertua di
3.5 Keistimewaan
Dikompleks kuil Horyuji terdapat banyak bangunan dengan kayu yang
sudah tua, tetapi bangunan yang paling istimewa adalah pagoda dengan bangunan
kayu yang sudah tua karena Pagoda yang memiliki karakteristik yang unik untuk
Horyu-ji Pagoda lima lantai yang terletak di Sai-in daerah pagoda, berdiri di 32,45
meter (122 kaki) dan lebar 20x20. Merupakan salah satu bangunan kayu tertua di
dunia. Kayu yang digunakan di tengah pilar pagoda diperkirakan telah ditebang.
Ditemukan melalui analisis dendrochronological. pilar tersebut ditetapkan
tiga meter di bawah permukaan pondasi batu besar, peregangan ke dalam tanah.
Di dasar pilar telah diabadikan yang diyakini menjadi fragmen tulang Buddha .
Sekitar empat patung dari kehidupan utara wajah Buddha, timur, selatan
dan barat. Walaupun pagoda tingkat lima tidak berfungsi untuk naik ke atas
tetapi justru sebaliknya dirancang untuk menginspirasi orang dengan pandangan
luar. Karakteristik Asuka ini tidak terlihat di kuil-kuil pada periode Nara.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan bab demi bab dalam kertas karya ini maka penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal penting yang terkandung dalam kertas karya
ini, yaitu:
1. Salah satu peninggalan budaya di Jepang adalah kuil. Di Jepang terdapat
banyak kuil yang merupakan tempat ibadah dan banyak meninggalkan nilai –
nilai budaya. Salah satu kuil tersebut adalah Kuil Horyuji. Kuil Horyuji juga
merupakan bangun kuil agama Buddha.
2. Kaisar Yowei adalah orang yang pertama kali bersumpah untuk membangun
candi sebagai bentuk doa pemulihan untuk penyembuhan Buddha. Namun, ia
meninggal bahkan sebelum ia dapat memenuhi ini dan pembangunan candi
kemudian dilanjutkan oleh Ratu Suiko dan putranya Pangeran Shotoku.
3. Candi terdiri dari dua wilayah yaitu Sai-in ( barat) dan Ke-in (timur). Bagian
barat arsitektur memegang Kondo atau Golden Hall serta pagoda terkenal
candi lima cerita.
4. Bangunan-bangunan direkonstruksi berdasarkan pengaruh arsitektur mulai
dari Han Timur ke Utara Wei dari Cina, serta dari Tiga Kerajaan Korea,
terutama dari kuil Horyuji merupkan bangunan yang tertua di Jepang yang
dibangun oleh para pematung budhisme dan para biarawan menurut Nihon
5. Horyuji Merupakan bangunan kayu yang tertua di Kyoto dan merupakan juga
bangunan yang dibangun oleh para Buddhisme dan biarawan yang sangat kental
nuansa Buddha.
4.2 Saran
1. Penulis mengharapkan kerta karya ini dapat membantu kita memahami cara
hidup dan cara pemikiran Jepang dahulu kala melalui pemahaman kuil
Horyuji .
2. Karena ada bangunan yang merupakan bangunan tua yang memiliki
LAMPIRAN
The Chumon (Inner Gate) Dengan Kolom Entansisnya
Menara Tempat Lonceng Bergantung
Ruang Kuliah
Pagoda yang Memiliki Karateristik Tertentu yang Unik untuk Horyu-ji
The Kondo
DAFTAR PUSTAKA
Kinoshita June, Palesvky Nicholas. 1990. Gateway To Japan. Tokyo.
Muliadi, Yuddi Adrian, dkk. 2007. Penyusunan Kertas Karya Program Studi D3
Bahasa Jepang. Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara.