• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom sebagai Upaya Mencegah Bahaya HIV/AIDS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom sebagai Upaya Mencegah Bahaya HIV/AIDS."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom

Sebagai Upaya Mencegah HIV/AIDS

(Studi Antropologi di Warung Bebek, Desa Firdaus

Kecamatan Sei Rampah)

D I S U S U N

Oleh:

Triono Pakpahan 020905010

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

melalui penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi ynag diambil penulis

yaitu “ Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom sebagai Upaya Mencegah

Bahaya HIV/AIDS”. Penulis menyadari isi dari skripsi ini tidaklah sempurna,

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Selama penulisan

skripsi, penulis telah banyak diberi bimbingan dan dibantu oleh berbagai banyak

pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A, selaku Dekan

FISIP USU.

2. Yang terhormat Bapak Drs. Zulkifli Lubis, Ma selaku Ketua Departemen

Antropologi FISIP USU, atas bimbingan selama masa perkuliahan dan

nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Yang terhormat Bapak Drs. Agustrino selaku dosen wali peneliti, atas

kesabaran, nasehat dan kebaikan selama masa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini.

4. Yang terhormat kepada Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si, selaku dosen

pembimbing peneliti atas waktu, kemurahan hati, kritik, saran dan

kesabaran yang diberikan kepada peneliti dalam proses penyelesaian

(3)

5. Seluruh staf pengajar departemen antropologi dan pendidikan Antropologi

FISIP USU yang telah membantu peneliti dalam kelancaran proses

perkuliahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

6. Kepada keluarga penulis. Penghargaan setingi-tigginya penulis berikan

kepada kedua orang tua, kedua kakak dan adik penulis atas kesabaran,

kasih saying yang dicurahkan dari penulis kecil hingga sampai sekarang.

7. Kepada Kepala Dusun Pak Muler Lubis Dusun I Warung Bebek, atas

kesediaan diwawancarai dan memberikan informan dalam melengkapi

data skripsi ini.

8. Kepada Kepala Desa Pak Edi Jon Sinulingga dan seluruh pegawai Serdang

Bedagai, atas informasi, data statistik dalam melengkapi data skripsi ini.

9. Kepada teman-teman penulis yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10.Seluruh pihak yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini yang

tak dapat disebut kan oleh peneliti.

Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila,

terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi skripsi ini. Semoga segala kebaikan

pihak yang membantu penulis akan dibalas oleh yang diatas sesuai dengan

(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini adalah penelitian yang memiliki judul Posisi Tawar PSK

dalam Pemakaian Kondom di Warung Bebek. Penelitian ini mengambil lokasi di

Dusun I, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah kabupaten Serdang Bedagai.

Tidak dapat dipungkiri dari zaman dahulu kala sudah ada PSK. Seseorag memiliki

profesi sebagai PSK dikarenakan berbagai macam alasan. Penelitian ini

mengungkapkan permasalahan, bagaimana posisi tawar PSK dalam pemakaian

kondom, pengetahuan mengenai bahaya HIV/AIDS dan strategi apa yang dipakai

dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini memakai metode kualitatif yang

bersifat deskriptif. Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan teknik

observasi dan deep interview untuk melengkapi data dilapangan. Di Desa Firdaus

terdapat pihak yang peduli terhadap PSK Warung Bebek. Pihak tersebut memiliki

tugas untuk memantau dan memberi bimbingan dalam hal pencegahan

HIV/AIDS. Pihak tersebut berasal dari pihak pemerintah dan non pemerintah.

Pihak pemerintah terdiri dari KPA dan Dinas Sosial sedangkan dari pihak non

pemeritntah antara lain SP2S dan YPA. Penelitian yang diperoleh adalah posisi

tawar PSK Warung Bebek rendah, walaupun mereka mengetahui bahaya

HIV/AIDS dan memiliki strategi dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini

sekiranya dapat menambah wawasan bagi kita semua mengenai bahaya

HIV/AIDS dan dapat menjadi pertimbangan bagi segala kalangan pihak untuk

(5)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ruang Lingkup Masalah ... 15

1.3 Lokasi Penelitian ... 16

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 17

1.5 Tinjauan Pustaka ... 17

1.6 Metode Penelitian ... 27

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

2.1 Demografi Lokasi Penelitian... 30

2.2 Komposisi Penduduk di Desa Firdaus ... 33

2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin ... 33

2.2.2 Berdasar Golongan Umur ... 33

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian ... 34

2.2.4 Berdasar Agama ... 34

2.2.5 Berdasar Etnis ... 35

2.3 Sumber Daya Alam ... 35

2.4 Prasarana dan Sarana ... 36

2.5 Sejarah Warung Bebek ... 36

2.5.1 Latar Belakang PSK Warung Bebek ... 40

2.5.2 Umur PSK ... 41

2.5.3 Barak Warung Bebek ... 42

2.5.4 Pola Penempatan Tanah di Warung Bebek ... 43

2.6 Prosedur Penyewaan Kamar di Warung Bebek ... 43

2.7 Tempat Penjualan Kondom ... .48

2.8 Pihak Yang Peduli Terhadap Warung Bebek... .50

BAB III PENGETAHUAN PSK MENGENAI HIV/AIDS DAN KONDOM ... 54

3.1 Pengetahuan Psk Mengenai HIV/AIDS ... 54

3.2 Sikap Psk Terhadap HIV/AIDS ... 58

3.3 Pengetahuan Psk Terhadap Kondom ... 60

3.4 Sikap Psk Terhadap Pemakaian Kondom ... 61

BAB IV POSISI TAWAR PSK ... 64

4.1 Prosedur Tawar-Menawar PSK dengan Pelanggan dalam Pemakaian Kondom ... 64

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar PSK ... 65

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 KESIMPULAN ... 70

5.2 SARAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

PARAMETER POSISI TAWAR PSK ... 75

DAFTAR INFORMAN ... 84

(7)

Daftar Tabel

2.1 Luas Tanah di Desa Firdaus………....32

2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin………...33

2.2.2 Berdasar Golongan Umur………...33

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian……….34

2.2.4 Berdasar Agama………..34

2.2.5 Berdasar Etnis……….35

2.5.1 Latar Belakang Menjadi PSK……….40

2.5.2 Umur PSK………..41

(8)

ABSTRAKSI

Penelitian ini adalah penelitian yang memiliki judul Posisi Tawar PSK

dalam Pemakaian Kondom di Warung Bebek. Penelitian ini mengambil lokasi di

Dusun I, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah kabupaten Serdang Bedagai.

Tidak dapat dipungkiri dari zaman dahulu kala sudah ada PSK. Seseorag memiliki

profesi sebagai PSK dikarenakan berbagai macam alasan. Penelitian ini

mengungkapkan permasalahan, bagaimana posisi tawar PSK dalam pemakaian

kondom, pengetahuan mengenai bahaya HIV/AIDS dan strategi apa yang dipakai

dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini memakai metode kualitatif yang

bersifat deskriptif. Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan teknik

observasi dan deep interview untuk melengkapi data dilapangan. Di Desa Firdaus

terdapat pihak yang peduli terhadap PSK Warung Bebek. Pihak tersebut memiliki

tugas untuk memantau dan memberi bimbingan dalam hal pencegahan

HIV/AIDS. Pihak tersebut berasal dari pihak pemerintah dan non pemerintah.

Pihak pemerintah terdiri dari KPA dan Dinas Sosial sedangkan dari pihak non

pemeritntah antara lain SP2S dan YPA. Penelitian yang diperoleh adalah posisi

tawar PSK Warung Bebek rendah, walaupun mereka mengetahui bahaya

HIV/AIDS dan memiliki strategi dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini

sekiranya dapat menambah wawasan bagi kita semua mengenai bahaya

HIV/AIDS dan dapat menjadi pertimbangan bagi segala kalangan pihak untuk

(9)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah salah satu bagian dari dunia pelacuran yang didalamnya termasuk gigolo, waria, mucikari. Fenomena PSK sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan fenomena ini dari dulu hingga sekarang tetap berlansung. Fenomena PSK yang bertentangan dengan nilai, hukum, agama tidak terlepas dari latar belakang sulitnya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang rendah, ketrampilan yang tidak memadai dari seseorang, adalah beberapa factor terjadinya fenomena pelacuran dewasa ini. Seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai PSK, apabila berhubungan seksual tidaklah dengan orang (pelanggan) yang sama. Akibat dari pelanggan yang dilayani berganti-ganti orangnya, menyebabkan PSK dapat terkena virus HIV. Virus HIV dapat menyebabkan seseorang terkena AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual). PSK merupakan kelompok resiko tinggi yang dapat tertular HIV/AIDS dan IMS.

(10)

moralitas. Seperti, perlakuan orang tua yang memiliki rasa kebanggaan PSK yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga dan pengaruh lingkungannnya. Seseorang yang mejadi PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Seseorang yang berprofesi sebagai PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggaan, maka menimbulkan kesulitan bagi anak perempuan untuk membedakan mana hal yang dianggap baik dan buruk menurut norma sosial dan agama.

Melihat perkembangan istilah-istilah tersebut, semakin bisa dipahami bahwa bahasa milik masyarakat. Perluasan dan penyempitan pemahaman sebuah bahasa selalu berkembang seiring perkembangan masyarakat. Seperti akhir-akhir ini, istilah pelacur menemukan istilah barunya, yakni pekerja seks komersial (PSK) sebagaimana kerap dipakai oleh para pakar, praktisi, dan pejabat dari contoh di atas.

Selain istilah PSK, di Indonesia juga berkembang istilah Wanita Tuna Susila (WTS). Istilah WTS lebih dikenal daripada istilah perempuan pelacur, itu terjadi mungkin untuk membedakan dengan laki-laki pelacur yang disebut gigolo. Secara legal, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat Keputusan Mentri Sosial No.23/HUK/96 yang menyebut kata pelacur dengan istilah PSK (Koentjoro, 2004:27)

(11)

Satu definisi menempatkan pelacur dibawah isu pekerjaan, kelangkaan akan pelayanan dan ketrampilan seksual, serta hasrat promiskuitas. Definsi lain menempatkan pelacuran dibawah kebudayaan patriarki. Kebudayan patriarki ialah, seksualitas perempuan di dalam wilalyah dominasi pria, yakni untuk melayani kebutuhan pria (Truong,1992:19). Hubungangan patriarki adalah cenderung lelaki yang memegang kendali atau kekuasaan dalam segala hal. Seperti dalam suatu keluarga, lelaki yang diutamakan dalam memberi pendapat, lelaki yang muda harus menghargai lelaki yang tua. Situasi budaya yang mengutamakan laki-laki atau dikenal budaya patriarki menjadi suatu pisau analisis di dalam melihat peran laki-laki dan perempuan. Peran tradisional dulu menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah (sector public) dan perempuan melakukan aktivitas rumah tangga (sector domestic). Dalam perkembangannya, masyarakat tidak bisa menghindari telah terjadinya pergeseran peran di mana sebagian perempuan juga aktif di aktivitas kerja (public) ataupun aktivitas social lainnya. Contoh kebudayaan patriarki yaitu, perginya seorang laki-laki ke tempat pelacuran bukan untuk membeli seks, tetapi ingin menunjukkan kekuasaan kepada mereka (Heberlt dan Millet dalam Koentjoro,2004:39-40).

Bentuk pelacuran tertua ditemukan di negara-negara kuno seperti: India dan Babilonia Kuno. Menurut Lerner dalam Truong (1992:20) di Babilonia Kuno, seksualitas dikaitkan dengan kesucian fertilitas dan mistisme tentang kelahiran dan kehidupan manusia, praktek-praktek pelacuran berkaitan erat dengan ritus keagamaan.

(12)

remaja ditipu dan dipaksa menjadi PSK untuk melayani tentara Jepang pada tahun 1941-1945. Menurut Ingleson dan Jones dkk, pelacuran di Indonesia telah ada sejak tahun 1870-an dan berkembang pesat tahun 1880-an ketika banyak didirikan industri gula, jalan dan rel kereta api disepanjang Pulau Jawa. Pelacuran telah ada jauh sebelum ada pancasila digunakan sumber utama hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa jauh sebelum Indonesia merdekapun pelacuran telah merebak luas.

Tetapi anehnya, setelah Indonesia merdeka dan pancasila serta Keputusan Menteri Sosial RI diberlakukan, pelacuran justru malah terus berlangsung dan bahkan setiap tahun populasinya cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pelacur yang terdaftar pada tahun 1989/1990 sebanyak 64.445 orang dan meningkat menjadi 71.281 ditahun 1994/1995. Dengan demikian, pelacuran di Indonesia paling tidak sudah berusia satu abad atau empat generasi. Perjalanan waktu yang cukup panjang ini memungkinkan terjadinya perubahan psikobudaya masyarakat sehingga memungkinkan sebuah daerah berkembang menjadi pusat penghasil pelacur. Ini berarti pelacuran telah merasuk komunitas tersebut dan terus diwariskan dari pelacur sebelumnya ke pelacur penerusnya. (Jones dalam Koentjoro, 2002:237-238))

Menurut Koentjoro (2004):134-136), faktor yang menyebabkan pelacuran (termasuk didalamnya) menjadi meningkat antara lain:

(13)

2. Orang setempat yang menjadi ‘model’ pelacur yang sukses. Seseorang yang memiliki aspirasi yang tinggi terhadap materi. Ia akan mewujudkan aspirasinya demi materi yang didapatnya. Salah satunya yakni bekerja. Pekerjaan yang paling mudah, yaitu sebagai model. Seorang PSK, ia akan memenuhi materi dengan menjadi model. Salah satu pekerjaan menjadi model dilakukan karena, adanya perasaan bangga yang dapat ditunjukkan pada orang lain. Menjadi model selain wajah yang cantik dan tubuh yang tinggi, akan membuat orang lain tertarik, sehingga banyak yang menginginkan dia untuk dikontrak jadi model. Pekerjaan menjadi model dapat menjadi kaya dan terpenuhi kebutuhan hidup.

3. Sikap permisif dari lingkungan. Lingkungan sekitar yang terdapat banyak PSK, menyebabkan seseorang mengikuti cara bekerja dengan menjadi PSK. PSK yang tinggalnya bersama dengan warga, maka warga secara tidak langsung mengizinkan pekerjaan PSK dan PSK dapat bersosialisasi dengan warga sekitar.

(14)

5. Faktor ekonomi. Seseorang bekerja seperti menjadi PSK adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang memiliki ekonomi yang rendah, sementara biaya kebutuhan banyak dan tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat. Untuk mengantisipasi factor ekonomi yang rendah dan untuk meningkatkan ekonomi yang tinggi, sehingga kebutuhan dapat terpenuhi maka alternatifnya bekerja. Kebanyakan seseorang bekerja sebagai PSK dikarenakan factor ekonomi, agar dapat bertahan hidup.

HIV ialah Human Immuno Deficiency Virus. HIV merupakan sejenis parasit obligat yang dapat hidup didalam cairan media hidup. HIV hidup dan berkembang dalam sel darah putih manusia, dimana terdapat dalam cairan yang mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma cairan vagina, sum-sum tulang belakang dan lain-lain.

Penularan HIV dapat terjadi bila:

1. Hubungan sex yang berganti-ganti pasangan. Hubungan sex yang dilakukan dengan orang yang berbeda. Setiap orang yang berbeda saat melakukan hubungan sex belum tentu diketahui apakah ia sehat jasmani, melainkan bisa saja ia punya penyakit. Apabila berhubungan intim dengan orang yang berbeda dan terkena virus HIV, maka dapat tertular virus tersebut.

2. Jarum suntik. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril dapat meyebabkan seseorang tertular HIV. Termasuk dalam transfusi darah, apabila seseorang memiliki darah yang tertular HIV, maka orang yang mendapat transfusi darah tersebut dapat terkena HIV juga.

(15)

Tertular HIV dimulai dengan masa jendela. Masa jendela yakni, dilakukannya tes darah dan didalam darah terdapat positif HIV. Masa Jendela kemudian berlanjut ke masa tanpa gejala yang tampak. Masa tanpa gejala, orang terdapat positif HIV tidak memiliki tanda-tanda sakit, malahan orang tersebut terlihat sehat. Masa tanpa gejala yang tampak kemudian berlanjut ke AIDS. Penderita mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun, lalu akan meninggal.

AIDS memiliki kepanjangan Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:

 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.  Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)

 Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)

Sedangkan gejala tambahan antara lain:  Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan)  Kelainan kulit dan iritasi (gatal)

 Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan

 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, seperti dibawah

telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Perbedaan antara penderita HIV positif dengan penderita AIDS adalah:  Penderita HIV positif adalah seseorang telah terinfeksi virus HIV, dapat

(16)

 Penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari

sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi

 Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita

AIDS dapat berlangsung lama antara 5 sampai 10 tahun.

Untuk saat ini ditemukan ARV yaitu Anti Retrovirus. ARV merupakan obat untuk menurunkan kadar virus HIV dalam tubuh seseorang. Penderita yang mengonsumsi obat ini, kadar virus HIV dalam darahnya menurun, namun darahnya tetap mengandung HIV. Selain harganya mahal, tidak semua orang dapat diberi obat ARV. Obat ARV diberikan apabila memenuhi kriteria tertentu. Setelah dites kadar daya tahan tubuhnya, kalau muncul gejala ke AIDS, akan diberikan. Obat ini harus diminum seumur hidup tidak boleh berhenti. Obat ini apabila berhenti mengonsumsinya, virusnya akan lebih ganas dan makin banyak.

HIV/AIDS pertama sekali ditemukan oleh ahli kesehatan di Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1981. Ia melakukan penelitian terhadap empat mahasiswa, pada tubuh mereka ditemukan penyakit Peneumonia atau yang disebut dengan Pneumoic Carini, yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh atau imunitas. Hasil penelitian para ahli kesehatan menemukan jalan untuk penemuan penyakit AIDS. HIV diketahui virusnya pada tahun 1983, oleh Lug-Montaigneur seorang ahli mikrobiologi Perancis. Setahun setelah penelitian Lug, seorang ahli mikrobiologi asal Amerika Serikat yaitu Robert Gallo menemukan HIV. Pada tahun 1962, beberapa ilmuwan mengangap HIV menyebar dari monyet ke manusia dalam kurun waktu tahun 1962-1946.

(17)

yang dihubungkan dengan kaum gay (menyukai sesama jenis lelaki). Ada 2 tipe HIV yaitu, HIV-1 dan HIV-2. Kekebalan tubuh menjadi hilang menyebabkan, penderita mudah terkena berbagai penyakit mematikan dan tidak lazim yang akhirnya. Tahun 1983, Dokter di Institut Pasteur Perancis, memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus itu terkait dengan Limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV). Pada tahun 1984, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan Dr.Robert Gallo dari NCI (National Cancer Institute) memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama LAV dan HTLV III. Nama LAV dan HTLV III adalah sama, sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.

Epidemi HIV/AIDS di dunia melewati 3 tahapan yaitu:

a. Silent Epidemic. Epidemi HIV sebenarnya sudah ada di masyarakat secara diam-diam tanpa disadari dan tanpa diketahui.

b. Kasus HIV baru muncul beberapa tahun kemudian dan teridentifikasi pertama kalinya pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Setelah itu kasus HIV merangkak cepat dan menyebar ke seluruh dunia.

c. Epidemi reaksi merupakan reaksi dan respon masyarakat terhadap masalah HIV/AIDS sebagai akibat dari dua epidemi sebelumnya. Reaksi ini mulai Nampak pada pertengahan 1980-an dan menimbulkan dampak di bidang sosial, ekonomi, psikologi dan juga politik.

Dampak yang timbul di masyarakat akibat epidemi AIDS adalah :

a. Menurunnya kualitas dan produktivitas SDM mengingat jumlah terbesar yang terinfeksi justru berada pada usia produktif (84%).

(18)

c. Masih kuatnya stigma buruk bagi penderita AIDS, keluarganya dan orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV sehingga mengakibatkan ketimpangan dalam kehidupan sosial.

Sifilis dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme. Hal ini dalam penyebarannya, sangat dipengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang. Secara tidak langsung sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku. IMS ialah Infeksi Menular dan sering juga disebut penyakit kelamin. IMS adalah infeksi menular seksual infeksi yang ditularkan terutama melalui hubungan seks.

Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) antara lain, yaitu:

1. Sifilis. Sifilis disebut dengan raja singa. Sifilis memiliki gejala apabila muncul luka yang tidak terasa sakit.

2. Kutu bayur. Kutu bayur, memiliki gejala rasa gatal di bulu kemaluan, bisa menyerang bulu dada, ketiak, bulu mata dan alis.

3. Herpes. Herpes, memiliki gejala muncul bintik berisi cairan (terasa panas dan sakit) dan bersifat kambuhan.

4. Jengger ayam. Jengger ayam atau kutil kelamin, memiliki gejala muncul kutil (daging).

5. Klamida. Klamida, memiliki gejala keluar cairan bening dan bau.

6. Kencing nanah (Gonore/GO). Kencing nanah (Gonore/GO), memiliki gejala sakit saat kencing dan keluar nanah dari alat kelamin.

7. dan lain-lain.

(19)

Konon kondom sudah ada dalam jaman Mesir kuno. Sebenarnya kondom yang kita kenal sekarang dikembangkan oleh dokter kerajaan Inggris, The Earl of Condom, atas perintah Raja Charles II, sebagai upaya perlindungan raja dari penularan sifilis. Pertama kali, dikembangkan dari usus halus domba yang dilumuri dengan cairan pelicin. Temuan kondom Raja Charles II disambut meriah dan juga bikin heboh. Mulailah timbul isu kontroversial yang dikaitkan dengan moralitas. Debat kondom dan moral sudah dimulai sejak kondom tersebut ditemukan. Semakin populer penggunaan kondom saat ini, maka timbul kecemasan peningkatan perilaku seks sebelum menikah, peningkatan kunjungan ke penjaja seks, dan kondom dapat dianggap meruntuhkan nilai-nilai keagungan perkawinan.

(20)

Berdasarkan fenomena gunung es 1 (satu) orang HIV positif sebenarnya mewakili 100 orang HIV positif yang belum terdeteksi tes darah HIV di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa kasus HIV/AIDS, sebenarnya sudah mulai meluas ke masyarakat umum. Infeksi HIV memang terus merangkak naik, namun cara penyebarannya masih menunjukkan pola yang tetap. Hal ini dapat terbukti dari riset Departemen Kesehatan RI pada tahun 2001 yang memperlihatkan bahwa perilaku seksual tetap menduduki peringkat teratas dalam penularan HIV/AIDS (61,7%), disusul dengan Intra Drug User (IDU) (20,3%), homoseksual-biseksual (15,7%), perinatal (1,6%), transfusi darah (0,5%) dan hemofili (0,2%). (www.health.Irc.or.id).

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia di Bali pada tanggal 15 April 1987, yakni seorang turis asal Belanda (Edward Hop, 44 tahun). Ia meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. 31 April 2007. Dua tahun kemudian tercatat 13 orang positif terinfeksi HIV dan dari tahun ke tahun, jumlah ini terus mengalami peningkatan

Jumlah kasus AIDS di Indonesia adalah 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS terdapat di 32 Provinsi, dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS adalah sebanyak 1.994 orang.

(21)

orang, dan jumlah keseluruhannya yaitu 26 orang. Jumlah keseluruhan yang mengidap AIDS pada WNA dan WNI adalah 331 orang. Akibat dari AIDS terdapat 80 orang meninggal.

Kasus dimulai dari kota Medan yang berjumlah 226 orang, Pematang Siantar berjumlah 14 orang, Tanjung Balai 1 orang, Tebing Tinggi 6 orang, Sibolga 1 orang, Deli Serdang 20 orang, Langkat 4 orang, Karo 5 orang, Simalungun 9 orang, Asahan 5 orang, Labuhan Batu 7 orang, Tapanuli Utara 4 orang, Tapanuli Tengah 1 orang, Tapanuli Selatan 3 orang, dan Samosir 1 orang. Jumlah keseluruhan di Sumatera Utara ialah 331 orang yang terkena HIV/AIDS.

Sementara April 2007, penderita HIV+ sebanyak 531 orang. Sebanyak 377 orang berjenis kelamin laki-laki dan 135 orang berjenis kelamin perempuan dan 19 orang yang tidak diketahui. Penderita AIDS sebanyak 56 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 307 orang berjenis kelamin laki-laki dan yang tidak diketahui ada 5 orang. Jumlah penderita AIDS sebanyak 368 orang. Jumlah keseluruhan penderita HIV+ dan AIDS adalah sebanyak 899 orang.

(22)

bahaya HIV/AIDS dan memiliki kesadaran untuk mencegahnya, akan tetapi hukum pasar berlaku antara pelanggan dan PSK. Hukum pasar, dimana permintaan akan meningkat sesuai dengan penawaran. Melalui kasus diatas, dapat diketahui permintaan pelanggan untuk tidak memakai kondom lebih banyak dibandingkan dengan yang mau memakai kondom. Maka PSK dalam menawarkan kondom, akan mengikuti permintaan pelanggan. Penggunaan kondom memberi pengaruh besar, bila digunakan pada saat berhubungan intim. Fungsi kondom sendiri dapat mencegah penularan penyakit serta mencegah kehamilan. Ini satu-satunya teknologi pencegahan yang mampu mencegah dengan daya proteksi lebih dari 90%.

PSK sendiri memilih solusi untuk mencegah penyakit ini, yaitu dengan menawarkan kondom kepada pelanggan. Kasus HIV/AIDS masih terjadi di Deli Serdang, sementara lokasi penelitian memiliki tempat penjualan kondom, alasan inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam ketertarikan untuk mengambil judul penelitian mengenai posisi tawar PSK dalam pemakaian kondom untuk mencegah bahaya HIV/AIDS.

Hubungan yang tercipta antara PSK dan pelanggannya merupakan hubungan yang nemiliki latarbelakang berdasar aspek ekonomi, aspek sosial, yang bersifat pribadi seperti: nilai malu, harga diri. Menurut Szanton dalam Sjafri (2002:206), pembeli mengharapkan harga yang baik, kualitas yang baik, layanan dan bantuan pribadi (kredit jika memungkinkan) sesuai dengan balasannya.

(23)

orang ini memiliki pemikiran bahwa pendidikan seks yang diingikan dan yang dilakukan merupakan hubungan yang mengacu kedalam pemakaian kondom. Jawaban dari hubungan seks yang aman dan sehat adalah pemakaian kondom. Pemakaian kondom sangatlah tepat untuk mencegah resiko bahaya HIV/AIDS. PSK sebagai pembujuk ataupun orang yang menawarkan kondom kepada pelanggan memiliki suatu posisi tawar. Posisi tawar, yakni keberadaan ataupun kedudukan PSK dalam menawarkan kondom kepada pelanggan yang datang. PSK dalam posisinya menawarkan kondom terhadap pelanggan berupaya dalam hal mencegah bahaya HIV/AIDS. PSK memiliki posisi tawar yang tinggi dan posisi tawar yang rendah. Posisi tawar PSK yang tingggi ataupun rendah dipengaruhi oleh berbagai factor. Factor tersebut dapat berasal dari dalam ataupun luar lingkungan PSK. Dikarenakan PSK yang diteliti berada di daerah pedesaan, maka PSK tersebut memiliki keterbatasan akan pendidikan, ekonomi dalam kehidupannya. Sehingga PSK melakukan penawaran kondom dalam mencegah bahaya IMS dan HIV/AIDS kepada pelanggan, agar posisi tawar PSK tersebut ada.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Permasalahan yang akan diteliti yaitu:

(24)

2. Strategi apa yang dipakai PSK dalam meningkatkan posisi tawar sehingga kondom dapat digunakan pelanggan? Strategi yang dimaksud ialah strategi dalam menawarkan kondom kepada pelanggana apabila pelanggan tidak suka memakai kondom, apakah alasan pelanggan tidak mau dan mau memakai kondom, apakah strategi yang digunakan berasal dari dalam atau dari luar lingkungan PSK, strategi yang dipakai ada berapa banyak, strategi apa yang dominan berhasil dan disukai oleh pelanggan dan mengapa strategi ini dapat berhasil.

3. Sejauh mana pengetahuan dan sikap PSK mengenai HIV/AIDS dan manfaat kondom? Pengetahuan PSK termasuk pengertian, gejala, pencegahan, sejarah dan hal lain yang diketahui mengenai bahaya HIV/AIDS, pengetahuan tersebut berasal dari mana, apakah dari dalam lingkungan atau diluar lingkungan PSK. Sikap PSK apakah setuju atau tidak setuju dalam pemakaian kondom, apakah PSK memiliki rasa takut atau malah tidak takut terhadap HIV/AIDS, bagaimana tanggapan mucikari dalam pemakaian kondom di Warung Bebek.

1.3 Lokasi Penelitian

(25)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskripsi, yang bertujuan untuk mengetahui posisi tawar PSK Warung Bebek pada pelanggan dalam hal pemakaian kondom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dipakai oleh PSK untuk meningkatkan posisi tawar terhadap pemakaian kondom kepada pelanggan. Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui pengetahuan yang ada dimiliki PSK dan dari pengetahuan tersebut dapat diketahui sikap PSK terhadap bahaya HIV/AIDS dalam penggunaan kondom.

Secara umum penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengurangi bahaya resiko terhadap masyarakat agar tidak terkena HIV/AIDS. Bermanfaat untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (orang yang terkena HIV/AIDS). Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat secara jelas dan lengkap mengenai HIV/AIDS. Penelitian ini bermanfaat sebagai refrensi pada displin ilmu dan instansi yang terkait dalam hal membuat kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar PSK dalam upaya pencegahan bahaya HIV/AIDS.

1.5 Tinjauan Pustaka

(26)

mengenai kebiasaan ataupun adat-istiadat masyarakat setempat. Hubungan yang tercipta antara PSK dan warga adalah hubungan yang menghargai dan harmonis. Hal ini, dapat diketahui, bahwa di Warung Bebek adanya sistem peminjaman (mengutang) yang diberikan masyarakat dengan PSK. Antropologi berasal dari kata

anthropology yang berarti: ilmu tentang manusia. Dimana manusia tidak terlepas dari

kebudayaan. Dalam sudut antropologi, penelitian ini erat hubungannya dengan antropologi ekonomi dan antropologi gender. Penelitian ini hubungannya dengan antropologi ekonomi yakni, dilihat dari gejala pasar. Gejala pasar yaitu hukum penawaran dan hukum permintaan dan hubungan antara pelanggan yakni, hubungan penjual dan pembeli beserta factor yang mempengaruhinya. Sementara dalam kaitannnya dengan antropologi gender yaitu, adanya steoritipe yang merupakan bentuk ketidakadilan PSK dalam posisi tawarnya menawarkan kondom kepada pelanggan untuk mencegah bahaya HIV/AIDS.

(27)

dipandang sebagai hasil dari strategi khusus dari mucikari yang memperdagangkan perempuan kedalam pelacuran dengan memainkan kerentanan ekonomi dan emosi perempuan dewasa ini. Menurut Feldman, seseorang menjadi PSK yang terlibat dalam hubungan seks demi uang sebagai mata pencarian (Fieldman dalam Koentjoro, 2004:31)

Cara yang ditempuh untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup, yakni dengan bekerja. Banyak pekerjaan yang ada dewasa ini, namun semua berdasar pendidikan, pengalaman, penampilan dan hal-hal lainnya. Ketidakmampuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak, maka profesi sebagai PSK adalah alternatif untuk bertahan. Beberapa hal yang mempengaruhi kehidupan PSK yaitu:

1. Bayaran. Seorang PSK memberikan kepuasan seks kepada kaum lelaki dianggap sebagai alat pemuas kebutuhan seks. PSK tidak diberi kebebasan dalam memilih pelanggan.PSK memberi jasa seks kepada lelaki, menggunakan tubuhnya sebagai komoditas yang dijual dalam satuan harga tertentu.

2. Perselingkuhan. Dunia pelacuran yang termasuk didalamnya PSK, memiliki karakteristik yang sama dengan hubungan seks diluar pernikahan, karena ditandai dengan perselingkuhan. Perselingkuhan dilakukan karena, untuk memperoleh kesenangan dan berbentuk komersialisme profesionalisme demi tujuan tertentu.

(28)

4. Mata pencarian. Seseorang menjadi PSK sebagai mata pencarian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang ingin bertahan hidup mencari pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, tidak dari empat hal diatas merupakan orang yang berada di dunia pelacuran. Pernyataan ini menjadi benar, fakta dari aktris dan PSK hampir selalu sama karena rela berhubungan seks demi uang, berselingkuh, dan tidak acuh secara emosional Koentjoro (2004:34).

Dari sudut antropologi ekonomi, tidak terlepas dari kekuasaan yang memiliki kekuatan dalam kehidupan PSK. Keamanan yang efektif dan efisien diperlukan untuk PSK, sehingga tidak muncul pandangan mengenai PSK yang selalu menyalahkan PSK dari segala aspek kehidupan. PSK seringkali dianggap membahayakan kepribadian seseorang, memperburuk kehidupan keluarga dan pernikahan, meyebarkan penyakit, dan mengakibatkan disorganisasi social, Kumar dalam Koentjoro (41-42). PSK juga disalahkan karena dianggap sebagai bidang kererakan keluraga. PSK juga dimusuhi kaum agamawan dan dokter karena peran mereka dalam menurunkan derajat moral dan fisik kaum prisa serta menjadi bibit perpecahan anak-anak dari keluarganya Parker dalam Koentjoro (2004:42). Pada prinsipnya di Indonesia, setiap orang berhak mendapat perlindungan dan perlakuan yang sama mengenai hak dan kewajiban didalam hukum.

(29)

dan PSK saja yang berteman. Selain itu adanya pandangan mengenai PSK bahwa PSK merusak rumah tangga orang dan penyebar penyakit.

Fakta dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak mau bergaul dan mengangap rendah pekerjaan PSK, khususnya para istiri. Para istri merasa tidak senang dengan PSK, sebab PSK dianggap sebagai peretak rumah tangga. Apabila suami sudah tidak betah di rumah, maka PSKlah jawabannya. Para istri merasa sisuami selingkuh dengan perempuan lain. PSK juga dianggap masyarakat sebagai penyebar penyakit. Sementara PSK juga tidak ingin terkena penyakit dan tidak ada orang yang ingin menjadi PSK. Satu sisi PSK membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Satu sisi lagi, pelanggan yang memiliki uang dan terdapat pelanggan yang ingin merasakan kenikmatan berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Dalam hal ini, siapakah yang harus disalahkan? Stigma yang buruk ini berpengaruh besar pada PSK. Kasus yang masih terdapat penyakit HIV/AIDS, merupakan bukti masih ada rasa takut dan rasa dikucilkan bagi mereka yang terkena HIV/AIDS. Mereka yang terkena HIV/AIDS tidak memiliki keberanian untuk berbagi cerita. Bagaimana mereka bisa mencegah HIV/AIDS, sementara mereka takut berbagi cerita dengan yang lain. Stigma yang buruk pada PSK haruslah dihilangkan. karena PSK sebagai manusia biasa juga berhak memiliki penghidupan yang layak dan dihargai selayaknya sebagai manusia.

(30)

Hubungan antara PSK dan pelanggan adalah hubungan yang pada intinya ekonomi, namun didasarkan pada hubungan social yang bersifat pribadi dan dijaga oleh nilai-nilai social. Nilai-nilai social seperti; nilai malu dan nilai harga diri. Pelanggan memiliki kekuasaan, yakni uang. Uang yang dimiliki oleh pelanggan menyebabkan pelanggan dapat berkuasa dalam hal memilih PSK. Menurut Szanton, pelanggan dengan kata lain pembeli mengharapkan kualitas yang baik, layanan yang baik, dan harga yang sesuai. Penjual yaitu, PSK sendiri menginginkan pembeli memperoleh kesenangan, pelayanan yang baik, kualitas yang baik. Hubungan yang tercipta antara PSK dan langganan kontak ekonomi, berlangsung diatas hubungan social yang penuh kepercayaan yang tumbuh karena hubungan persahabatan. Hubungan yang tercipta akan membuat pelanggan menjadi pelanggan tetap dengan PSK.

Dalam fenomena PSK, motif berkuasa (power motif) mempunyai peranan penting. Hal ini dapat diketahui dari penelitian McClelland dalam Koentjoro (2004:48), mengatakan “masyarakat sumber penghasil PSK (masyrakat yang berada dilokalisasi PSK) dipengaruhi oleh moti berkuasa. Motif memainkan peranan penting dalam memahami perilaku seseorang. Motif menjelaskan alasan mengapa orang menghabiskan waktu mereka untuk mengerjakan sesuatu yang mereka inginkan. Seseorang yang memiliki motif akan cenderung mengulang-ulang perhatian kepada tujuan yang mendorong, mengorientasikan dan menyeleksi perilakunya. Dengan demikian, pada dasarnya kecenderungan motif mengacu pada pikiran akan suatu tujuan, seringkali muncul sebagai hal yang tengah menjadi perhatian.

(31)

McCllelland dalam Koentjoro (2004:49) cenderung menghubungkan motive dengan

need, dan terkadang dia menggunakan istilah motive, namun pada kesempatan lain

menggunakan istilah need. Motivasi adalah dorongan yang menuntut pemenuhan atas kebutuhan dasar sehingga motif dipengaruhi oleh situasi yang bervariasi. Terdapat dua motif utama dalam setiap orang, yaitu motif biologis dan motif social (McCllelland dalam Koentjoro, 2004:49-50). Motif biologis adalah sistem kebutuhan manusia yang paling mendasar. Motif ini termasuk kebutuhan akan makanan, air, seks. Hampir seluruh pakar mengatakan motif mendasar adalah terbebas dari rasa lapar. Motif social ada tiga yaitu, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk berafliasi, kebutuhan power. Ketiga motif social ini terdapat pada setiap manusia namun dengan proporsi yang berbeda-beda dimana setiap orang akan lebih didominasi oleh satu motif dan tidak oleh motif yang lain.

Motif mendasari perempuan dalam memilih pekerjaan sebagai PSK atau orang tua atau suami untuk menekankan anak atau istri mereka menjadi PSK. Menurut McClleland, 2004:50) menyatakan bahwa dari sudut pandang psikologis, tujuan motif berkuasa adalah untuk merasakan berkuasa. Mempengaruhi orang lain merupakan satu cara di antara banyak cara untuk merasa berkuasa. Orang dengan n

power yang tinggi selalu berpikir untuk mempengaruhi dan responsive terhadap status

dan posisi orang lain.

Disamping status, McClleland dalam Koentjoro (2004:50) juga menemukan bahwa n power mendorong kaum pria untuk mengakumulasikan kepemilikan barang-barang mewah seperti mobil, televisi, berwarna, dan barang-barang material lainnya. Orang dengan power yang tinggi cenderung akumulasikan tanda atau symbol yang membuat prestos di dalam kelompok tempat mereka berada. Pengumpulan

(32)

dikategorikan sebagai ciri seseorang yang didominasi motif berkuasa. Dengan

demikian, masyarakat sumber penghasil pelacur dipengaruhi oleh motif berkuasa.

Kekuasaan menurut Talcott Parsons dalam Hoofewerf (1985:144), yaitu

kekuasaan masing-masing sebagai alat tukar-menukar dan alat pembayaran yang

unggul dalam politik. Pendekatan politik seksual memandang PSK, sebagai

fungsional bagi kekuasaan social pria. Daya tarik dalam dunia pelacuran

(termasuk di dalamnya PSK) adalah pengalaman merasa berkuasa dan

pengalaman merasakan hubungan majikan dan budak. Hubungan ini yang

dimaksud dengan kekuasan maskulin (Koentjoro, 2004:86).

Duncan dan Duncan dalam Koentjoro (2004:51) menemukan bahwa

alasan yang paling sering dikemukakan perempuan yang bekerja adalah uang.

Bagi perempuan dalam dunia pelacuran, uang bukanlah satu-satunya alasan

utama. Hampir seluruh PSK mengirimkan uang secara teratur kepada orang tua

dan keluarga mereka. Seperti PSK di Thailand, Filipina dan Indonesia (Murray

dalam Koentjoro, 2004:51)

(33)

Sedangkan dari sudut antropologi gender, PSK sebagai perempuan ingin memiliki posisi yang diakui oleh orang luar. Pengakuan tersebut, adanya posisi tawar PSK dalam menawarkan kondom kepada pelanggan. PSK mengikuti permintaan pelanggan, karena pelanggan yang memegang kendali dalam memilih dan membayar PSK. Satu sisi PSK ingin terhindar dari bahaya HIV/AIDS dan butuh uang dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan satu sisi lagi tidak semua pelanggan nya menginginkan hubungan seks yang sehat dan aman dengan pemakaian kondom. Sementara PSK dalam melakukan kegiatan seksual berhubungan erat dengan kesehatan. PSK melakukan hubungan seksual dengan orang (pelanggan) yang berbeda-beda. PSK dapat terancam kesehatannya terkena HIV/AIDS, apabila mendapati pelanggan yang terkena virus HIV.

Isu gender sebagai suatu wacana dan gerakan untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan telah menjadi pembicaraan yang cukup menarik perhatian masyarakat. Respon dan pendapat yang beragam bermunculan, mulai dari mendukung, menolak, menerima sebagai wacana teoretis tapi tidak bisa dilaksanakan secara empiris. Kodisi mendukung dan menolak ini bukan hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan. Walaupun isu gender sebagai isu ketidakadilan, yang banyak mendapat ketidakadilan adalah perempuan., tetapi perempuan banyak menerima kondisi ketidakadilan itu sebagai suatu kondisi yang sudah seharusnya diterima (Harmona, 2007:6).

(34)

pada perbedaan seks tetpi tidak selalu identik dengannya. Konsep gender sangat berhubungan dengan definisi suatu budaya tertentu. Ciri maskulin dan feminisme dengan kata lain, sangat bergantung kepada penafsiran dan kesepakatan sosial dari suatu konteks sosial budaya tertentu. Maskulin sangat identik dengan keperkasaan, bergelut disektor publik, jantan dan agresif. Sedangkan feminism identik dengan lemah lembut, bekerja disekitar domestic (rumah), pesolek, pasif dan lain-lain (Harmona,2007:6).

Gender memiliki pengertian yakni pembedaan peran, perilaku, perangai laki-laki dan perempuan oleh budaya ataupun konstruksi sosial yang mengikat. Dalam hal ini gender tidak diperoleh sejak lahir akan tetapi, gender diperoleh dari sosialisasi atau pembelajaran dari masa anak-anak hingga dewasa. Oleh karena itu, gender dapat disesuaikan dan dapat diubah. Setiap masyarakat mengembangkan identitas gender yang berbeda, tetapi kebanyakan masyarakat membedakan laki-laki dan perempuan dengan maskulin dan feminism (Harmona, 2007:4). Fakih dalam Harmona (2007:4) mengemukakan konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara social maupun cultural. Misalnya, perempuan dikenal lebih lembut, keibuan memiliki sifat penyayang dan cantik. Sementara laki-laki, memiliki sifat rasional, jantan dan perkasa.

(35)

sebagai peretak rumah tangga orang (menggangu suami orang) dan penyebar penyakit menular. Sementara pelanggan tidak pernah dianggap oleh masyarakat seperti anggapan pada PSK.

Sejumlah stereotipe pun lantas menempel pada perempuan dan laki-laki berdasarkan peran jenis kelamin itu. Stereotipe adalah pelabelan atau ciri-ciri penandaan terhadap suatu kelompok tertentu (Harmona, 2007:83). Seperti; adanya anggapan yang salah dan buruk akan PSK. Stereotype merupakan salah satu bentuk ketidak adailan gender (Fakih dalam Harmona,2007:79). Terdapat pemakluman bahwa perempuan adalah emosional, bodoh, penakut, cengeng dan laki-laki adalah sebaliknya. Perempuan dikatakan harus mampu menyenangkan, mengabdi, menomor–satukan pasangannya, yaitu suaminya, mampu memberikan keturunan dan sekian “keharusan” lain yang bermuara pada penundukkan dirinya oleh kekuasaan laki-laki (kekuasaan maskulin).

Anggapan akan PSK adalah penyebar penyakit dan perusak rumah tangga orang, haruslah dihilangkan. Untuk menghindari adanya pembedaan antara peran, hak, kewajiban antara laki-laki dan perempuan perlu diberi kesadaran. Kesadaran kepada masyarakat untuk menghilangkan anggapan dan stereotip akan PSK.

1.6 Metode Penelitian

(36)

kondom, apakah strategi yang digunakan berasal dari pihak lain atau dari mereka sendiri, apakah strategi yang dipakai antara mereka dengan yang lain menggunakan strategi yang sama. Termasuk didalamnya pengetahuan apa saja yang diketahui PSK mengenai HIV/AIDS dan kondom. Apakah mereka mengetahui hanya sebatas pengertian, asal-usul, gejala, manfaat atau pencegahan tentang HIV/AIDS dan kondom.

Berikutnya penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi posisi tawar mereka, apakah factor tersebut berasal dari internal atau eksternal, factor apa yang mendominasi dan bagaimana pengaruh factor tersebut bagi PSK dan pelanggan. Melengkapi informasi, peneliti memakai data kuantitatif. Data kuantitatif berupa: data statistik, yakni data mengenai jumlah kasus HIV+ dan AIDS.

Teknik yang dipakai dalam penelitian yaitu:

1. Teknik Observasi. Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terlibat. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui adakah pihak dari pemerintah maupun non pemerintah yang peduli terhadap PSK Warung Bebek, kegiatan apa saja yang dilakukan, kapan dan dimana kegiatan tersebut dilakukan dan apakah kegiatan tersebut dipungut biaya ataupun kegiatan tersebut bersifat gratis, kegiatan sehari-hari yang dilakukan PSK, dan cara PSK memanggil pelanggan. Observasi ini dilakukan agar dapat ditemukan hal-hal yang diperlukan untuk melengkapi data dilapangan.

(37)

terhadap pemakaian kondom, sikap PSK takut, biasa atau tidak takut terhadap HIV/AIDS, strategi apa yang digunakan PSK ketika menawarkan kondom kepada pelanggan, strategi tersebut berasal dari luar lingkungan PSK atau dari dalam lingkungan PSK dan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi posisi tawar PSK, fasilitas yang ada di Warung Bebek dan tanggapan mucikari terhadap pemakaian kondom di Warung Bebek.

3. Penentuan Informan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelanggan. Pelanggan dikatakan informan kunci, dikarenakan pelanggan yang memiliki pengaruh besar terhadap PSK. PSK walaupun mengetahui bahaya akan HIV/AIDS, tetapi karena hubungan antara pelanggan dan PSK ibarat hubungan antara penjual dan pembeli. Penjual yang mana tidak akan laris jualannya, apabila tidak ada pembeli. Hubungan yang tercipta tidak akan seimbang apabila hanya satu pihak saja. Informan lain yaitu: PSK dan masyarakat sekitar yang memiliki profesi atau status di Desa Firdaus. Mereka antara lain adalah: kepala desa, germo dan masyarakat sekitar yang mengetahui penelitian ini.

(38)

30 Bab II

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2.1 Demografi Lokasi Penelitian

Desa Firdaus merupakan desa yang terdapat pada Kecamatan Sei Rampah, kabupaten Serdang Bedagei. Kabupaten Serdang Bedagei merupakan Kabupaten Baru yang mengalami pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2004. Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagei pada posisi 2˚ 57” Lintang Utara, 3˚ 16” Lintang Selatan, 98˚ 33” Bujur Timur, 99˚ 27” Bujur Barat. Kabupaten Serdang Bedagei memiliki luas wilayah 1.900,22 km. Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, yakni sebagai berikut:

a. Sebelah utara: berbatasan dengan Selat Malaka

b. Sebelah selatan: berbatasan dengan Kabupaten Selat Malaka c. Sebelah barat: berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah timur: berbatasan dengan Kabupaten Asahan

Kabupaten Serdang Bedagei terdiri dari 11 kecamatan, diantaranya yaitu Kecamatan Sei Rampah dengan 17 Desa yang ada. Desa Firdaus adalah salah satu desa yang terdapat pada Kecamatan Sei Rampah. Batas wilayah Desa Firdaus sebagai berikut:

(39)
(40)

Awal sejarah Desa Firdaus berasal dari kata pordusta. Pordusta artinya pendusta. Hingga kini disebut Desa Firdaus. Hal ini seperti dituturkan oleh Pak Edi Jon Sinulingga:

”Sekitar tahun 1940-an masyarakat Tapanuli Selatan merantau ke Desa Firdaus. Mereka menemukan tanah dan menetap di Desa Firdaus. Mereka saking sayangnya akan tanahnya, mereka tidak mau ada orang yang menetap ditempat itu. Maka mereka punya cara untuk mengusir para pendatang. Ide mereka yaitu,menipu alias berdusta. Mereka berdusta kepada setiap orang asing yang datang ketempat mereka, mereka akan mengatakan ”untuk apa kemari karena percuma jelas-jelas tanah dan tempat tinggal sudah tidak ada lagi”. Anehnya, setiap orang luar yang datang selau percaya dan termakan kata-kata orang Tapanuli Selatan tersebut. Kata pordusta yang artinya berdusta, lama-kelamaan menjadi kata firdaus. Kata pordusta agak susah diucapkan oleh masyarakat sekitar. Kata pordusta lama kelamaan dan lebih enak oleh masyarakat sekitar disebut dengan kata firdaus. Kata firdaus oleh masyarakat sekitar disebut hingga kini.”

Desa Firdaus memiliki luas tanah 339ha. Luas tanah tersebut terdiri dari tanah kering, tanah rawa, perkebunan rakyat dan tanah perkantoran pemerintah.

Tabel 2.1 Luas Tanah di Desa Firdaus

No Jenis Tanah Luas Persentase

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

(41)

2.2 Komposisi Penduduk di Desa Firdaus

2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin

Desa Firdaus memiliki jumlah penduduk adalah sebanyak 10224 jiwa atau kepala keluarga di Desa Firdaus adalah 2817 kepala keluarga (KK). Komposisi penduduk desa Firdaus menurut jenis kelamin antara lain:

Tabel 2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah 1 Perempuan 5448 orang 2 Laki-laki 4776 orang

Total 10224 orang

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan di Desa Firdaus daripada laki-laki.

2.2.2 Berdasar Golongan Umur

Masyarakat di desa Firdaus memiliki umur dari 0 sampai umur 60 tahun keatas. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah:

Tabel 2.2.2 Berdasar Golongan Umur

No Golongan Umur Jumlah Persentase 1 0-5 tahun 1021 orang 10 %

2 6-12 tahun 2234 orang 21,9 % 3 13-16 tahun 1850 orang 18,1 % 4 17-59 tahun 4660 orang 45,6 % 5 > 60 tahun 459 orang 4,5 %

Total 10224 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

(42)

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian

Masyarakat di Desa Firdaus dengan jumlah penduduk 10224 orang mempunyai mata pencarian yang beraneka ragam, terlihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.2.3 Berdasar Mata Pencarian

No Jenis Mata

Pencarian

Jumlah Persentase

1 Petani 4082 orang 43,7 % 2 Pegawai Swasta 2113 orang 22,6 % 3 Wiraswasta 817 orang 30,14 % 4 Pegawai Negeri 49 orang 0,52 % 5 Dan lain-lain 286 orang 3,06 %

Total 9347 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan, bahwa masyarakat di Desa Firdaus lebih banyak mata pencariannya sebagai petani daripada yang lain.

2.2.4 Berdasar Agama

Masyarakat di Desa Firdaus menganut empat agama yang sebagian besar menganur agam islam, kristen katolik, kristen protestan dan budha. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah:

Tabel 2.2.4 Berdasar Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 8840 orang 86,5 % 2 Kristen Khatolik 188 orang 9,8 % 3 Kristen Protestan 1000 orang 1,84 % 4 Budha 196 orang 1,92 %

Total 10224 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

(43)

2.2.5 Berdasar Etnis

Masyarakat Desa Firdaus terdiri dari etnis yang beragam, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.2.5 Berdasar Etnis

No Etnis Jumlah Persentase

1 Melayu 1237 orang 12,1 % 2 Batak 1044 orang 10,2 % 3 Karo 186 orang 1,82 % 4 Mandailing 1403 orang 13,7 % 5 Banten 65 orang 0,63 % 6 Jawa 5416 orang 52,9 % 7 Banjar 307 orang 3,0% 8 Minang 244 orang 2,4% 9 Tionghoa 212 orang 2,1% 10 Arab 19 orang 0,2% 11 Dan lain-lain 91 orang 0,9%

Total 10224 orang 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan bahwa, etnis mayoritas yang dianut oleh masyarakat di Desa Firdaus adalah etnis jawa.

2.3 Sumber Daya Alam

Desa Firdaus memiliki banyak hasil sumber daya alam, yaitu: 1. Pertanian. Antara lain; rambutan, pepaya, durian,.

2. Perkebunan. Antara lain; kelapa sawit, coklat dan karet.

3. Perikanan. Jenis produksi budidaya ikan laut tambak dengan luas 6ha dan budidaya ikan tawar tambak dengan luas 4ha.

(44)

2.4 Prasarana dan Sarana

Masyarakat Desa Firdaus memiliki prasarana antara lain:

1) Prasarana komunikasi. Terdiri dari: telepon, wartel (warung telepon), warnet (warung internet).

2) Parsarana transportasi. Terdiri dari: jalan desa,, jalan antar desa ke kecamatan dan jembatan desa.

3) Prasarana air bersih. Terdiri dari: sumur gali dan perpipaan.

4) Prasarana pemerintahan. Terdiri dari: kantor BPD dan bangunan dinas.

5) Prasarana kesehatan. Terdiri dari: puskesma, poliklinik atau balai pengobatan, posyandu dan tempat praktek dokter.

6) Prasarana olah raga. Terdiri dari: lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis dan lapangan voli.

7) Prasarana peribadatan. Terdiri dari: mesjid dan gereja.

8) Prasarana pendidikan. Terdiri dari: bangunan TK, SD, SlTP dan SLTA.

2.5 Sejarah Warung Bebek

(45)

Firdaus. Jarak tempuh dari Amplas ke Desa Firdaus adalah 33km. Waktu untuk menempuh perjalanan dari Amplas ke Desa Firdaus adalah satu setengah jam.

Awalnya Warung Bebek hanya ada satu dan disebut sebagai warung saja. Warung Bebek sampai sekarang menjadi banyak dan dikarenakan letak Desa Firdaus yang merupakan lintas kota Sumatara Utara. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Yakuf:

”Warung bebek sudah ada sejak tahun 1970-an di Desa Firdaus. Warung bebek waktu itu pertama kalinya cuma ada di perbukitan. Warung itu dulu hanya ada satu. Warung itu cuma menjual makanan dan minuman saja. Karena letak warung itu lintas kota Sumatera Utara, maka pemiliknya mau banyak yang singgah ke warungnya. Ia mencari ide dengan menyediakan satu PSK. Cara pemilik warung itu berhasil. Setelah ada satu PSK itu makin banyak saja orang yang singgah ke warungnya. Mereka yang datang kebanyakan memang para supir truk. Warung itu telah diketahui banyak orang disekitarnya, maka orang yang berada disekitar warung itu juga kepinggin mendirikan warung,. Jadi warung diperbukitan bertambah lama kelamaan keberadannya sampai ke desa firdaus hingga sekarang”.

Masyarakat sekitar di Desa Firdaus, menyebut Desa Firdaus dengan sebutan 75, perdus dan komplek. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Ridwan:

“Kami yang tinggal di Desa Firdaus, memang kalau

ngomong biasanya bilangin desa firdaus itu perdus, komplek dan 75 dan semua orang disekitar kami dan diluar daerah kami sudah tahu sebutan untuk Desa Firdaus“.

Menurut Yakuf, masyarakat menyebut Warung Bebek dikarenakan:

(46)

pemilik dari warung itu orang cina, waktu itu penyakit gondok. Gondoknya karena ukurannya besar maka orang-orang disekitar mengejek ukuran gondoknya dapat masuk seekor bebek. Terakhir alasannya, dikarenakan orang yang tinggal di sekitar warung bebek pelihara bebek, jadi warung yang ada di Desa Firdaus dikenal orang dengan sebutan Warung Bebek.

Selain Warung Bebek diKecamatan Sei Rampah terdapat empat tempat yang menyerupai Warung Bebek, seperti yang dituturkan oleh Samsidar:

”Warung yang menyerupai Warung bebek antara lain; pertama Warung Bergincu. Warung bergincu adalah warung yang menjual durian tetapi penjualnya adalah perempuan yang memakai gincu. Warung bergincu ada PSKnya. Letak warung bergincu di daerah Asahan. Biasany penjual durian berjualan kalo musim durian saja. Kedua Warung Tubruk. Warung yang terletak di tempat parkir anak sekolah atau tempat ojek. Letak warung tubruk di Simpang Teluk Mengkudu. Warung tubruk juga ada PSK, tetapi PSK di warung tubruk termasuk terselubung. Mereka di warung tubruk terdiri dari dua orang. Biasanya setiap sebulan sekali mereka bergantian. Mereka asalnya dari daerah sekitar. Ketiga Warung Bandrek. Warung bandrek terdapat PSK yang terselubung dan biasanya mereka asalnyal dari daerah sekitar. Terakhir adalah warung yang berada di daerah sekitar Sei Rampah. Warung didaerah ini disebut dengan Cafe Terselubung. PSK di warung ini berasal dari daerah sekitar”.

(47)
(48)

2.5.1 Latar Belakang PSK Warung Bebek

PSK Warung Bebek berjumlah 69 orang. Mereka ada yang belum menikah dan ada yang telah janda Jumlah mereka ynag telah janda adalah 47 orang dan jumlah mereka yang belum menikah adalah 22 orang. Pendidikan mereka dimulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai tamatan (Sekolah Menengah Atas) SMA. Latar belakang ataupun alasan mereka memilih profesi PSK antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.5.1 Latar Belakang menjadi PSK

No Alasan Jumlah

1 Faktor ekonomi 45 orang 2 Faktor trafficking 3 orang 3 Faktor depresi 11 orang 4 Faktor keinginan sendiri 10 orang

Total 69 orang

Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa faktor ekonomi yang menyebabkan mereka memilih profesi sebagai PSK di Warung Bebek.

Mereka yang memiliki anak biasanya dititipkan pada tetangga sebelah ataupun di beri kepada keluarganya. Mereka yang memiliki anak biasanya menitipkan kepada sanak saudaranya, tetapi ada yang sebagian yang menitipkan pada tetangganya di Warung Bebek. Alasan mereka menitipkan anak pada sanak saudara ataupun tetangga antara lain:

1. Dikarenakan mereka malu menjalani profesinya. 2. Agar si anak tidak mengganggu mereka bekerja. Alasan kedua hal diatas, seperti yang dituturkan oleh Ririn:

“Saya kalo kerja malu sama anak, karena saya ngak mau

(49)

Dari alasan informan, dapat diketahui informan menyayangi anaknya. Informan menyayangi anaknya dengan menitipkan anaknya ke tetangga apabila ada pelanggan yang datang dan agar tidak mengganggu saat informan bekerja.

2.5.2 Umur PSK

umur PSK Warung Bebek dari delapan belas (18) tahun sampai dengan umur empat puluh (40) tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah. Mereka ada yang berasal dari daerah Serdang Bedagai dan di luar Serdang Bedagai. Mereka yang berasal dari luar daerah Serdang Bedagei, seperti: Jawa, Kalimantan dan lain-lain. Tabel 2.5.2 Umur PSK

(50)

2.5.3 Barak Warung Bebek

(51)

2.5.4 Pola Penempatan Tanah di Warung Bebek

Di Warung Bebek terdapat empat pola penempatan tanah antara lain: Tabel 2.5.3 Pola Penempatan Tanah

No Pemanfaatan Tanah Jumlah

1 Warung makanan dan minuman (*) 18

*)merupakan warung yang menjual makanan seperti; sarapan dan makanan umum lainnya, sedangkan minuman terdiri dari; aqua, fanta dan lain-lain. Warung ini juga menjual obat-obatan, seperti; obat sakit kepala (panadal) dan sejenisnya. Warung ini juga menjual jenis rokok seperti; Sampoerna, Gudang garam dan lain-lain. Warung ini pemiliknya adalah warga di Warung Bebek.

**)merupakan warung yang menjual minuman keras, dimulai dari minuman yang memiliki alkohol ringan hingga berat. Seperti; bir putih, bir hitam dan lain sebagainya.

***)merupakan tempat penjualan kondom. Berbagai jenis kondom ada disini dengan dari yang gratis sampai kondom yang harus dibayar.

****)merupakan sebutan tempat tinggal PSK Warung Bebek.

Ada satu keunikan di Warung Bebek, mereka di Warung Bebek tidak memiliki pekerjaan sampingan. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk makan, apabila pelanggan belum datang mereka dapat makan di Warung yang ada di Warung Bebek. Mereka dapat membayar nanti apabila datang pelanggan. Hubungan mereka dengan warga sekitar terlihat saling menghargai dan saling toleransi.

2.6 Prosedur Penyewaan Kamar di Warung Bebek

(52)

bermanfaat membuang jenuh selama beraktivitas dan melepas lelah saat beban mulai mengganggu dalam kehidupan.

Adapun prosedur penyewaan kamar di setiap barak Warung Bebek, antara lain:

1. Pelanggan yang datang ke barak langsung menjumpai PSK. Apabila PSK tersebut masih melayani pelanggan yang lain, maka dapat menunggu terlebih dahulu. Apabila tidak ada pelanggan yang lain, maka pelanggan tersebut dapat memilih PSK mana yang ia mau. Pelanggan langsung berbicara dengan PSK tersebut tanpa ada campur tangan pihak lain.

2. Apabila pelanggan hanya ingin bertemu dan melepas rindu dengan PSK maka, tidak akan diperdulikan dan tidak diperkenankan masuk ke barak. 3. Pelanggan yang datang tidak perlu membawa identitas diri (seperti; ktp

ataupun yang lainnya) dan tidak perlu membayar uang administrasi.

4. Pelanggan yang datang ke barak harus membeli minuman ataupun makanan apabila tidak ingin berhubungan intim atau hanya ingin bercerita dengan PSK. 5. Kesepakatan ditentukan hanya antara PSK dan Pelanggan saja dalam hal

pembayaran, yang disesuaikan dengan peraturan barak.

6. Pelanggan yang datang biasanya berumur diatas tujuh belas (15) tahun hingga lima puluh (50) tahun keatas.

Mereka memiliki harga untuk pelanggan yang datang, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh setiap barak yaitu:

(53)

2. Tetapi bila pelanggan yang datang menyewa kamar menghabiskan waktu yang lama (lebih dari satu jam) maka, pelanggan membayar RP 200.000,- sampai dengan RP 400.000,- .

3. Ada pengecualian yakni, apabila pelanggan yang datang ingin bernyanyi atau karokean tidak membayar, tetapi pelanggan tersebut harus membeli minuman atau makanan.

PSK Warung Bebek membayar sewa kamar, apabila pelanggan datang dengan ketentuan antara lain yaitu:

1. Mereka membayar sewa kamar Rp 20.000,- tetapi ada juga yang membayar RP 10.000,-. Harga ditetapkan oleh peraturan di setiap barak. Peraturan dibuat oleh mucikari.

2. Apabila pelanggan datang pada pukul 18.00 wib sampai 22.00 wib PSK membayar RP 10.000,-.

3. Sementara apabila pelanggan datang dari pukul 22.00 wib sampai 00.00 wib, maka PSK membayar RP 50.000,-.

4. Apabila pelanggan datang dari pukul 00.00 wib sampai pagi wib maka PSK membayar RP 30.000,-.

5. Apabila pelanggan yang datang hanya ingin bernyanyi atau karoekean maka, pelanggan harus membeli makanan atau minuman di setiap barak Warung Bebek.

6. Mereka bukan membayar langsung kepada mucikari, tetapi membayarnya melalui kasir. Kasir di Warung Bebek adalah seorang waria atau banci.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kasminah:

(54)

malam saya membayar RP 10.000,- sedangkan kalo pelanggan datang dari jam sepuluh malam sampai jam dua belas malam, maka saya bayar Rp 50.000,-. Tetapi kalo pelanggan datang jam duabelas malam hingga pagi, maka saya membayar RP 30.000,- dan kadang kalo ada pelanggan yang baik mereka mau memberi uang tips. Saya bayar sama kasir bukanlah sama mucikarinya. Penyewaan kamar termasuk salah satu fasilitas di Warung Bebek”

Disetiap barak memiliki fasilitas, agar pelanggan yang datang senang dan

ingin berkunjung ke Warung Bebek. Fasilitas tersebut selain ada penyewaan kamar juga ada, karaoke lagu. Maksudnya, apabila pelanggan yang datang dapat berkaroke dengan PSK untuk menghilangkan kejenuhan sejenak. Lagu-lagu yang ada dimulai dari lagu dangdut (seperti; lagu kucing garong dan sejenisnya), lagu daerah (seperti; lagu daerah batak, jawa dan lain-lain), lagu house music (lagu disko, seperti; lagu vengaboys), dan lagu dari dalam dan luar negri. Biasanya pelanggan yang datang adalah anak muda, mereka menyukai lagu house music, mereka yang datang apabila telah berumur menyukai lagu lama versi indonesia ataupun luar negri dan lagu daerah. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Dwi:

“Fasilitas kita disini selain penyewaan kamar, adalah

karokean. Karoekean adalah pelanggan yang datang dapat nyanyi sama kita biar hilang jenuh setelah beraktivitas. Lagu yang ada banyak, dari mulai lagu dangdut, daerah maupun lagu luarnegri. Biasanya kalo pelanggan yang datang anak muda (onces atau brownies) suka lagu yang keras-keras seperti; lagu house music dan lagu barat, tapi kalo pelanggan yang datang sudah berumur sukanya lagu daerah ataupun lagu lama barat atau indonesia”.

Karena letak Warung bebek merupakan jalur lintas kota Sumatera Utara,

(55)

yang bekerja di kantor. Pelanggan yang ada di Warung Bebek terdiri dari dua pelanggan. Dua pelanggan tersebut yaitu, pelanggan tetap dan pelanggan tidak tetap. Pelanggan tetap adalah pelanggan yang sering datang ke Warung Bebek (biasanya hari sabtu, minggu dan hari libur), pelanggan tetap telah dianggap sebagai saudara dan dikenal baik oleh PSK. Pelanggan tidak tetap adalah, pelanggan yang tidak diketahui latar belakangnya dan datangnya terserah pelanggan tersebut.

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Rosida:

“Kalo disini pelanggan yang kita tahu latarbelakangnya

trus kita tahu kapan dia datang, kita bilang pelanggan tetap. Tapi kalo yang datang kita ngak tahu latarbelakangnya dan kapan datangnya kita bilang pelanggan tidak tetap. Biasanya pelanggan tetap datangnya waktu hari libur, seperti hari sabtu, minggu dan hari libur umum. Tapi kalo pelanggan ngak tetap suka dia kapan datangnya”.

Mereka mulai beraktivitas dari pukul 18.00wib. Mereka memulai persiapan untuk berdandan dari membersihkan diri, mempercantik baik diri. Mereka setelah berdandan semenarik mungkin, maka menghidupkan musik dengan volume yang besar. Mereka akan keluar dari barak, agar mereka dapat memanggil pelanggan langsung untuk ke barak. Mereka juga akan menghidupkan musik dengan volume yang besar. Hal ini dilakukan agar pelanggan yang datang mau mampir ke barak mereka. Dalam hal mencari pelanggan, PSK mencari sendiri. Aktivitas mereka di

Warung bebek saat bulan ramadhan di tiadakan, pada umumnya mereka pulang ke

kampung atau kerumah sanak saudaranya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ade: “Saya dan kawan-kawan biasanya disini kalo udah jam

(56)

Di Warung Bebek, setiap barak memiliki mucikari. Mucikari di Warung

Bebek pada umumnya telah menikah. Mucikari di Warung Bebek ada yang statusnya suami-istri, ada yang janda dan ada yang duda. Mucikari yang duda atau janda dikarenakan pasangan hidupnya meninggal atau cerai akibat suatu hal. Umur mucikari di Warung Bebek ada tiga puluh tahun sampai dengan memiliki umur limapuluh tahun. Mucikari di Warung Bebek memiliki agama dan etnis yang berbeda-beda. Peran mucikari di Warung bebek hanyalah memberi tempat saja untuk PSK. Mucikari mengetahui ada pihak yang peduli di Warung Bebek. Mucikari Warung Bebek memiliki sikap setuju dan peduli dalam upaya pemakaian kondom untuk pelanggan yang datang ke Warung Bebek. Mucikari Warung Bebek merasa senang apabila anggota mereka (PSK) bebas dari penyakit. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Bunda:

“Saya senang kalo pelanggan yang datang kemari mengatakan anggota saya sehat, ,jadinya pelanggan yang datang tidak ada ketakutan untuk datang kemari. Selain itu, saya juga senang dengan sehat berarti banyak pelanggan yang singgah ketempat saya”.

2.7 Tempat Penjualan Kondom

(57)

diberikan oleh SP2S, KPA dan YPA. Jenis kondom artika diberikan oleh Bunda secara gratis bagi PSK di Warung Bebek. Jenis kondom lain seperti sutra, Bunda jual dengan harga Rp.5000 kepada mereka di Warung Bebek.

Bunda selain tinggal di Warung Bebek, ia juga memiliki tugas sebagai merupakan orang yang memberi kondom langsung kepada rekan-rekannya di Warung Bebek. Tuga Bunda yang lainnya yaitu memonitoring hasil penjualan dan sisa kondom yang ada. Bunda memonitoring pemakaian kondom setiap minggu dan melaporkan kepada SP2S sebulan sekali kepada staff lapangan SP2S.

Untuk meningkatkan pemakaian kondom dalam mencegah bahaya HIV/AIDS, perusaahan kondom (DKT) memiliki strategi yaitu, dengan mengadakan lucky draw. Lucky draw dengan cara mengumpulkan sebanyak- banyaknta sejenis aluminium pada kondom. Hadiah yang diberikan antara lain; tv, radio dan lain-lain. Hadiah ini berlaku untuk tiga orang juara dan juara favorit. Lucky draw ini adalah cara yang sukses dan sangat berpengaruh besar di Warung Bebek. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Bunda yang merupakan pemenang dari lucky draw:

“Lucky draw ini jurus yang paten untuk kami di Warung Bebek. Saya sendiri merasakannya, kebetulan saya termasuk juara I dari lucky draw tersebut. Hadiah yang saya peroleh yaitu sebuah tv, pada bulan maret tahun 2007. Maunya lucky draw ini terus diadakan dan hadiahnya makin diperbanyak“ .

Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Nur, ia juga menambahkan: ”Mereka yang ada di Warung Bebek berusaha untuk

(58)

2.8Pihak yang Peduli terhadap Warung Bebek

Di Warung Bebek terdapat pihak-pihak yang peduli terhadap PSK Warung Bebek. Pihak tersebut berasal dari pihak pemerintah ataupun non pemerintah. Pihak tersebut memiliki program kerja yang dilaksanakan di Warung Bebek. Program kerja tersebut berhubungan erat dengan bahaya HIV/AIDS antara lain sebagai berikut: A. Pihak Pemerintah:

1. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)

KPA adalah Komisi Penanggulangan Aids. Fungsi KPA di Warung Bebek yaitu:

Merumuskan kebijakan mengenai upaya penanggulangan dan pencegahan IMS dan HIV/AIDSMelakukan pembinaan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS sesuai dengan ketentuan.

 Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga sosial atau masyarakat dan partisipasi masyarakat yang secara bersama-sama menanggulangi bahaya HIV/AIDS.

 Melaporkan tugas pelaksanaan fungsi KPA Serdang Bedagei ke Pusat.  Behavioral change comunication atau (BBC). Kegiatan ini termasuk;

penggunaan kondom 100%

 Pencegahan HIV/AIDS melalui penanganan IMS  Pencegahan IDU atau intra drug user

 Pelayanan preventation motner to child transmision (PMTCT)  Pelayanan care support and treatmentt (CST)

 Pelayanan voluntary conseling and testing (VCT)  Komunikasi public tentang HIV/AIDS

(59)

2. Dinas Sosial

Kegiatannya antara lain:

 Melaksanakan rehabilitasi, bimbingan dan pelatihan ketrampilan bagi para

tuna susila.

 Membuat standarisasi pelayanan usaha ketentuan sosial bagi IMS pada panti

sosial maupun diluar panti sosial lainnya.

 Mengawasi dan memonitor pelayanan teknis usaha kesejahteraan sosial bagi

ims pada panti sosial maupun diluar panti sosial

 Menyiapkan bahan atau dat untuk penyusunan laporan kegiatan yang

diadakan

 Menghimpun data mengenai tuna susila atau tuna sosial dan penderita

HIV/AIDS dan IMS lainnya

 Monitoring dan pengawasan bagi korban tuna susila.

B. Pihak Non Pemerintah

1. Yayasan Penanggulangan HIV/AIDS (YPA)

Kegiatannya antara lain:

 Memberikan pengobatan gratis dan jenis obat tertentu dengan harga yang

terjangkau.

 Memberi kondom secara gratis yaitu jenis artika dan memberi harga

terjangkau untuk kondom sutra

 Memberi terapi pendidikan seks. Seperti terapi oral dan informasi sekitar

HIV/AIDS. Terapi seks tersebut dilakukan oleh dokter.

Gambar

Tabel  2.1 Luas Tanah di Desa Firdaus
Tabel 2.2.2 Berdasar Golongan Umur
Tabel 2.2.3 Berdasar Mata Pencarian
Tabel 2.2.5 Berdasar Etnis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sosiodemografi, pengetahuan, dan sikap pekerja seks komersial (PSK) dengan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA X dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di

Dari hasil penelitian dengan informan yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo, Upaya dalam mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS yang bersifat kuratif oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kecemasan yang dialami waria terhadap kemungkinan terjangkit HIV/AIDS serta mengkaji strategi coping yang dilakukannya

Pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS meliputi penularan HIV/AIDS, perilaku sesksual berisiko, kelompok berisiko, dan upaya pencegahan cukup baik, sebagian besar

Pada umumnya sikap informan terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS sudah cukup baik, dengan adanya ketersediaan kondom di kamar masing-masing PSK serta dukungan dari para mucikari

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan WPS dalam melakukan negosiasi kondom terhadap pelanggan serta

Stigmatisasi dan diskriminasi terhadap orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) akan memperburuk epidemi HIV/AIDS. Perlakuan tersebut membuat orang-orang yang